• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 212008020 Full Text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 212008020 Full Text"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PAPARAN IKLAN DAN SELF-EFFICACY

TERHADAP

PERILAKU MEROKOK REMAJA

Teddy Kurniawan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

PENDAHULUAN

Worldometer.info menyatakan jumlah perokok di dunia sampai dengan Februari 2012 mencapai 14 miliar orang (http://www.worldometers.info/). Indonesia sendiri di tahun 2010 menempati peringkat ketiga jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India. Tercatat sekitar 82 juta penduduk merokok secara aktif. (http://www.detikhealth.com/read/2011/05/31/123820/1650812/763/kenapa-jumlah-perokok-indonesia-masih-tertinggi-ketiga-di-dunia).

Tingginya jumlah perokok menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dunia termasuk Indonesia akan bahaya merokok sangatlah rendah. Hal ini sangat disayangkan karena kampanye anti rokok sudah menyebarkan pengetahuan mengenai bahaya merokok bagi kesehatan. Merokok dapat mengakibatkan penyakit kanker dan gangguan janin pada ibu hamil (Foulds dkk.2003), diabetes, obesitas, impotensi (Berry dan Howe, 2005), gangguan pernapasan, kelainan pada jantung dan paru-paru (Hoffman, 2011), radang dinding lambung dan stroke (Brodish, 1998).

Penduduk Indonesia khususnya remaja kurang mempedulikan bahaya

merokok bagi kesehatannya. Berita Kompas

(2)

Ada banyak faktor yang melatar belakangi perilaku merokok remaja. Antara lain paparan iklan rokok (Villani, 2001), rendahnya prestasi akademik (Dhavan dkk. 2010), rasa ingin tahu (Hruba dan Zaloudikova, 2010), self-efficacy (Sterling dkk., 2007), kemudahan mendapatkan rokok (Rochmayani, 2008), lingkungan sosial Smet, (1994, dalam Nasution, 2007) dan sponsor rokok (http://www.indofbh.org/tcscindo/assets/applets/Fact_Sheet_Industri_Rokok_di_Indo nesia.pdf).

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik meneliti pengaruh paparan iklan rokok, dan self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja. Peneliti tertarik untuk meneliti variabel paparan iklan karena masih terdapat kontradiksi dalam hasil-hasil penelitian terdahulu. Tercyak dkk, (2002), Sargent dkk, (2009), Fatimah (2010), Dewi dan Supriyati (2007), Budiarty dan Yunni (2008), serta Irfan (2010) menyatakan bahwa paparan iklan rokok berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja. Paparan iklan adalah sebuah keadaan di mana seseorang dapat mengetahui adanya suatu iklan yang disebarluaskan melalui berbagai media. Dalam hal ini, apabila seseorang semakin sering terpapar iklan rokok, maka semakin mungkin akan menjadi seorang perokok. Sedangkan penelitian Kinard dan Webster (2010) menyatakan bahwa paparan iklan rokok memiliki pengaruh yang tidak signifikan.

Kinard dan Webster (2010) menyatakan adanya perbedaan hasil penelitian mereka dengan hasil penelitian lain mengenai pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja mungkin disebabkan perbedaan tempat penyebaran kuesioner. Penelitian Kinard dan Webster (2010) dilakukan pada pengunjung kafe dan restoran yang berusia remaja, sedangkan penelitian lain dilakukan di sekolah dan di universitas.

(3)

pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja. Dari hasil penelitiannya, ditemukan bahwa self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Hasil tersebut ternyata kontradikasi dengan penelitian Kinard dan Webster (2010) yang menyatakan self-efficacy tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin menguji ulang apakah self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja.

Kemudian dari telaah literatur peneliti terhadap 10 penelitian mengenai perilaku merokok di Indonesia yang dilakukan oleh Hidayat (2008), Efendi (2005), Yudhiarina (2009), Hasnida dan Kemala (2005), Ricky (2006), Susanto (2010), Widyastuti (2011), Rusdi (2009), Utari (2012), Raharjo dan Mursito (2008), ditemui pengaruh variabel self-efficacy terhadap perilaku merokok masih jarang diteliti. Dari 10 penelitian tersebut hanya satu penelitian yang meneliti variabel self-efficacy yaitu Efendi (2005). Efendi (2005) meneliti efektifitas penggunaan cognitive behavior therapy untuk meningkatkan perceived self efficacy berhenti merokok. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan cognitive behavior therapy efektif meningkatkan perceived self eficacy berhenti merokok. Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, peneliti tertarik meneliti tentang pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja di Indonesia, khususnya di Semarang.

(4)

di Jalan MT. Haryono 678, salah satu jalan utama di kota Semarang dan merupakan kafe dengan segmentasi menengah. Universitas Dian Nuswantoro dipilih karena universitas tersebut masih menjalani masa kuliah semester pendek pada bulan Juli-Agustus 2012, sedangkan universitas lain tengah dalam masa libur.

TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA Perilaku merokok

Perilaku merokok adalah aktivitas membakar rokok, menghisapnya kemudian menghembuskannya keluar sehingga menimbulkan asap yang dapat terhisap orang-orang di sekitarnya (Nasution, 2007). Perilaku merokok dapat diukur melalui intensitas merokok dan waktu merokok (Komalasari dan Helmi, 2000)

Menurut Smet (1994, dalam Nasution, 2007) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :

1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. 2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. 3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

Menurut Smet (1994, dalam Nasution, 2007), biasanya remaja merokok ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah dimarahi orang tua. Remaja juga akan merokok saat ada masalah, mengantuk, cemas, dan membutuhkan konsentrasi (Noor, 2004).

Paparan iklan

Iklan adalah bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler, 2002). Rossister dan Perry (1997 dalam Budiarty dan Yunni, 2008) menyatakan paparan iklan adalah penempatan posisi suatu iklan supaya dapat dilihat, dibaca, didengar oleh khalayak.

(5)

Self-efficacy

Se l f - e f f i c a c y a d a l a h keyakinan seseorang dalam menguasai situasi yang dihadapi dan menghasilkan hasil yang positif (Bandura, 2001). Self-efficacy merupakan faktor internal dari dalam diri seseorang dan besar pengaruhnya terhadap perilaku merokok remaja (Kinard dan Webster, 2010).

Self-efficacy berkaitan dengan keyakinan pribadi seorang remaja dalam membuat keputusan memilih melakukan perilaku positif maupun negatif yang ada di sekitarnya (Bandura, 2001).

Pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok remaja

Menurut Ibrahim (2007), media iklan dapat mencakup surat kabar, majalah, papan reklame, spanduk, televisi, dan radio. Salah satu tujuan iklan yaitu untuk membangun citra jangka panjang produk tertentu (Risfandy, 2010). Menurut Hidorat (2010), pada umumnya iklan produk rokok cenderung menunjukkan citra positif. Contohnya seperti kejantanan, kreatifitas, pemberani, macho, dan cool (Ginting, 2012). Mayoritas iklan rokok selalu mengajak konsumen untuk membayangkan kesenangan atau kenikmatan (Tanudjaja, 2002).

Hanewinkel dkk.(2010) menyatakan bahwa paparan iklan rokok berhubungan signifikan pada perilaku merokok remaja. Paparan iklan rokok mempengaruhi para remaja untuk merokok (Pucci dan Siegel, 1999). Paparan iklan rokok yang tinggi akan memperkuat keinginan untuk merokok (Wakefield,2003). Suryati dan Tarigan (2012) menyimpulkan paparan iklan rokok berpengaruh sangat signifikan terhadap perilaku merokok remaja. Paparan iklan akan meningkatkan keinginan merokok remaja (Martini dan Sulistyowati, 2005). Semakin banyak paparan iklan rokok yang diperoleh remaja, semakin besar pula kemungkinannya menjadi seorang perokok (Biener dan Siegel, 2001). Remaja yang terpapar iklan rokok kemungkinannya dua kali lipat lebih besar untuk menjadi perokok (Wellman dkk., 2006).

Berdasarkan penjelasan di atas dan penelitian-penelitian terdahulu, rumusan hipotesis (H1) :

H1 : Paparan iklan berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja

(6)

menyatakan paparan iklan berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja dilakukan di universitas dan sekolah.

Berdasarkan penjelasan di atas dan penelitian-penelitian terdahulu, rumusan hipotesis (H2) :

H2 : Lokasi memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja

Pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja

Self-efficacy telah menjadi faktor penting yang mendorong remaja menjadi perokok (Chen dkk.2002). Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja (Van’t Riet dkk., 2008; Bektas dkk, 2010). Sedangkan penelitian Kinard dan Webster (2010) menyatakan self-efficacy tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Dalam hipotesis penelitian tersebut dijelaskan bahwa bahwa self-efficacy merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya dibanding variabel paparan iklan dan lingkungan sosial. Akan tetapi setelah diuji pengaruh ternyata lingkungan sosial yang diukur melalui orang tua dan teman sebaya merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku merokok remaja dan self-efficacy dinyatakan tidak berpengaruh. Hal itu disebabkan karena responden penelitian tersebut menganggap bahwa merokok adalah suatu aktivitas yang positif dan merupakan salah satu cara untuk dapat diterima dalam kelompok teman sebaya.

Seorang remaja yang self-efficacy nya rendah akan memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk merokok (Berg dkk, 2008; Engels dkk, 2005). Sebaliknya, remaja dengan self-efficacy yang tinggi mempunyai peluang lebih rendah untuk terlibat dalam perilaku merokok Ford dkk. (2009).

Berdasarkan adanya ketidak konsistenan hasil tentang pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja, maka peneliti melakukan uji ulang dengan rumusan hipotesis (H3) :

H3 : Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja

Model Penelitian

(7)

Gambar 1. Model penelitian

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kota Semarang. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia), rentang usia remaja adalah 18 sampai 24 tahun (http://books.google.co.id/books?id=gerPLGzjAzMC&pg=PA9&lpg=PA9&dq=remaj a+dengan+rentang+usia+18+24+tahun&source=bl&ots=KnYKHa5wWl&sig=8zrvuC pc0__CTkvfl66Ak5Fr1c8&hl=id#v=onepage&q=remaja%20dengan%20rentang%20 usia%2018-24%20tahun&f=false).

Berdasarkan Malhotra (1999:332), penelitian ini termasuk dalam marketing research studies. Jumlah sampel minimum yang memenuhi syarat dalam tipe penelitian tersebut adalah antara 200-500. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 200 responden. Yaitu 100 responden remaja pengunjung kafe dan restoran, 100 responden remaja sisanya adalah mahasiswa universitas.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probabilty sampling dengan menggunakan judgmental sampling. Kriteria yang diteliti yaitu 1) responden merokok dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, 2) responden berusia 18-24 tahun, 3) pernah melihat iklan rokok di berbagai media dalam kurun waktu 30 hari terakhir.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Perolehan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para perokok remaja di kota

Paparan iklan (X1)

Self-Efficacy (X3)

Perilaku Merokok Remaja (Y) Lokasi

(8)

Semarang usia 18-24 tahun yang pernah melihat, mendengar, dan membaca iklan rokok di berbagai media.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 8-16 Agustus 2012 dengan membagikan kuesioner di 2 lokasi yaitu di Prince House dan Universitas Dian Nuswantoro. Penyebaran kuesioner di Prince House berjalan relatif lancar, karena sebelumnya peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu untuk memastikan responden sesuai dengan kriteria. Peneliti sedikit mengalami kesulitan saat membagikan kuesioner di Universitas Dian Nuswantoro karena adanya perbedaan jam kuliah. Pada hari pertama peneliti berada di kampus pukul 9.00-12.00. Namun karena perbedaan jam kuliah, peneliti hanya sedikit saja mendapatkan responden. Maka dari itu, pada hari kedua hingga hari terakhir peneliti memperpanjang waktu kunjungan ke kampus Udinus dari pukul 7.00-12.00 untuk mendapatkan 100 orang responden.

Pengukuran Konsep

Peneliti menggunakan aras ukur ordinal untuk mengukur konsep paparan iklan dan self-efficacy.Penggunaan aras ukur ordinal bertujuan untuk menunjukkan adanya tingkatan pada setiap kategori jawaban yang dipilih responden.

Teknik Analisis

Penelitian menggunakan teknik analisis metode kuantitatif dan alat analisis regresi berganda dengan variabel moderasi lokasi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan iklan (X1) dan self-efficacy (X3) terhadap perilaku merokok remaja (Y) serta mengetahui pengaruh lokasi sebagai variabel moderasi. Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala likert dengan 5 skala poin yaitu dari skala 1 (sangat tidak setuju) sampai skala 5 (sangat setuju).

Rumusan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini (1) adalah: Y = a + b1X1+ b3X3+ b2X2 + b4 X1 X2

Keterangan:

Y = perilaku merokok remaja a = konstanta

b = koefisien regresi X1 = variabel paparan iklan

X2 = variabel lokasi (dummy variable; universitas=1, kafe=0)

(9)

Tabel 1. Operasionalisasi Konsep

(10)
(11)

melaksana-dan jalan

Untuk penjelasan indikator empirik frekuensi paparan iklan adalah sebagai berikut :

1. Televisi

Apabila responden sedang menyaksikan acara di televisi yang disponsori oleh

perusahaan rokok, kemudian dalam beberapa kesempatan ditampilkan iklan sponsor

rokok tersebut, maka itu termasuk terpapar oleh iklan rokok. Bila responden melihat

(12)

muncul 1x saja, bila mucul sebanyak 5x, maka responden terhitung terpapar iklan

rokok sebanyak 5x. Bila responden melihat acara tersebut dan misalnya baru terpapar

2x, memindah saluran televisi, dan kembali lagi menyaksikan acara yang disponsori

oleh perusahaan rokok tersebut dan kembali melihat iklan sponsor rokoknya, maka

hitungan frekuensi paparan iklan berlanjut menjadi 3x dan seterusnya.

2. Majalah dan surat kabar

Apabila responden sedang membaca majalah atau surat kabar pada halaman pertama

dan melihat ada iklan rokok pada halaman tersebut, maka dihitung terpapar sebanyak

1x. Bila responden melanjutkan membaca pada halaman lain, kemudian kembali lagi

membaca pada halaman pertama dan kembali melihat iklan rokok yang sama, maka

hitungan berlanjut menjadi 2x dan seterusnya.

3. Spanduk dan papan reklame

Bila responden sedang dalam perjalanan pergi ke suatu tempat dan melihat iklan

rokok pada media spanduk atau papan reklame, maka dihitung terpapar sebanyak 1x.

Bila responden pulang dan menempuh rute yang sebaliknya, kemudian melihat iklan

rokok di spanduk atau papan reklame yang sama, maka hitungan paparan iklan

berlanjut menjadi 2x dan seterusnya.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum responden, yang mendukung serta melengkapi hasil analisis data berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan pengeluaran perbulan untuk membeli rokok.

Tabel 2. Karakteristik Responden

No Kategori Sub Kategori Kafe dan

Restoran

Universitas

F % F %

1 Jenis Kelamin Laki-laki 100 100 100 100

Perempuan 0 0 0 0

2 Pekerjaan Mahasiswa 78 78 100 100

Karyawan 16 16 0 0

Wiraswasta 6 6 0 0

(13)

3 Pendidikan Terakhir

Universitas 22 22 0 0

SMA 78 78 100 100

SMP 0 0 0 0

SD 0 0 0 0

4 Pengeluaran/bulan untuk membeli rokok

< Rp 100.000,00 17 17 31 31

Rp 100.000,00 - Rp 200.000,00

61 61 55 55

> Rp 200.000,- 22 22 14 14 Sumber: Data Primer yang sudah diolah (2012).

Dari tabel karakteristik responden yang ditemui di kafe dan universitas semuanya berjenis kelamin laki-laki (100%). Berdasarkan situasi di lapangan saat membagikan kuesioner, semua calon responden perempuan usianya tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Jenis pekerjaan mayoritas responden (78%) yang ditemui di kafe adalah mahasiswa. Sedangkan untuk responden yang ditemui di universitas semuanya merupakan mahasiswa (100%). Pendidikan terakhir remaja kafe didominasi SMA (78%), sedangkan semua (100%) remaja universitas pendidikan terakhirnya adalah SMA. Pengeluaran/bulan mayoritas remaja kafe (61%) dan mayoritas remaja universitas (55%) untuk membeli rokok berada pada tingkat yang sama yaitu Rp 100.000,00 - Rp 200.000,00.

Uji Validitas dan Realibilitas

Penulis telah menyebarkan kuesioner kepada 200 responden. Selanjutnya, untuk menguji pernyataan dalam kuesioner dilakukan uji validitas dan uji realibilitas dengan tingkat signifikansi 5%. Hasilnya sebagai berikut :

Tabel. 3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Indikator Empirik Uji Validitas

(Correlated

Item-Total Correlation)

Uji Realibilitas

(Cronbach Alpha)

Paparan Iklan Paparan Iklan 1 0,543 0,752

(14)

Paparan Iklan 3 0,453

Paparan Iklan 4 0,540

Paparan Iklan 5 0,505

Self-Efficacy Self-Efficacy 1 0,597 0,804

Self-Efficacy 2 0,610

Self-Efficacy 3 0,494

Self-Efficacy 4 0,583

Self-Efficacy 5 0,700

Self-Efficacy 6 0,340

Self-Efficacy 7 0,420

Perilaku Merokok Perilaku Merokok 1 0,741 0,828

Perilaku Merokok 2 0,257

Perilaku Merokok 3 0,670

Perilaku Merokok 4 0,701

Perilaku Merokok 5 0,592

Perilaku Merokok 6 0,694

Sumber: Data Primer yang sudah diolah (2012).

Indikator pernyataan dikatakan valid apabila nilai r hitung > dari r tabel yaitu 0,117.

Hasil uji validitas pernyataan paparan iklan, self-efficacy, dan perilaku merokok

dinyatakan valid karena nilainya lebih besar dari r tabel. Sedangkan untuk uji

reliabilitas paparan iklan, self-efficacy, dan perilaku merokok juga dinyatakan reliabel

karena nilai Cronbach Alpha ( ) berada di atas 0,6(Ghozali, 2005).

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal,

bebas dari gejala Multikolonieritas, gejala Heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji statistik non-parametric test,

(15)

Tabel 4.Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 200

Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation 2.37558201

Most Extreme Differences

Absolute .044

Positive .044

Negative -.029

Kolmogorov-Smirnov Z .625

Asymp. Sig. (2-tailed) .830

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Hasil uji normalitas menunjukkan tingkat signifikansi 0,830. Karena 0,830 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Uji Multikolonieritas

Agar tehindar dari gejala multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Hasilnya sebagai berikut :

Tabel 5.Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 5.629 1.256 4.482 .000

PI .060 .063 .046 .949 .344 .883 1.133

SE .667 .042 .756 15.733 .000 .883 1.133

a. Dependent Variable: PM

Dari hasil uji multikolonieritas di atas, nilai tolerance berada di atas 0,10 dan nilai VIF tidak ada yang melebihi 10. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.

Uji Heteroskedastisitas

(16)

Tabel 6. Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1.215 .753 1.615 .108

PI .048 .038 .097 1.282 .201

SE -.011 .025 -.033 -.439 .661

a. Dependent Variable: AbsUt

Dari hasil uji heteroskedastisitas diketahui bahwa nilai signifikansi > 0,05 sehingga disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

Uji Hipotesis

Uji ini diperlukan untk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sekaligus mengetahui pengaruh variabel moderasi. Hasilnya sebagai berikut :

Tabel 7. Uji Hipotesis

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 5.680 1.715 3.311 .001

PI .063 .086 .048 .732 .465

lokasi -.176 2.299 -.024 -.077 .939

moderasi -.003 .119 -.007 -.023 .982

SE .667 .043 .756 15.652 .000

a. Dependent Variable: PM

Dengan toleransi tingkat kesalahan sebesar 5%, dari hasil di atas diketahui paparan iklan dengan signifikansi 0,465 > 0,05 ; lokasi dengan signifikansi 0,939 > 0,05 ; dan moderasi dengan signifikansi 0,982 > 0,05 maka ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja sedangkan self-efficacy dengan signifikansi 0,000 < 0,05 berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja.

Persamaan model regresi berganda paparan iklan (X1), lokasi (X2), dan self-efficacy (X3) terhadap perilaku merokok (Y) menjadi :

Y= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.176 X2 – 0.003 X1 X2

(17)

Untuk remaja universitas (coding dummy = 1) :

Y= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.176 X2 (1) – 0.003 X1 X2

= 5.856 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.003 X1 X2

Untuk remaja kafe (coding dummy = 0) :

Y= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.176 X2 (0) – 0.003 X1 X2

= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.003 X1 X2

Interpretasi :

Koefisien regresi lokasi -0,176 hanya berlaku pada remaja universitas. Jika seorang remaja di universitas terpapar iklan rokok maka tingkat perilaku merokoknya akan turun sebesar 0,176 dengan anggapan jumlah paparan iklan konstan.

Tabel 8. Hasil Penelitian

Hipotesis Pernyataan Hipotesis Signifikansi Keterangan H1 Paparan iklan berpengaruh terhadap

perilaku merokok remaja

0,465 Tidak Signifikan

H2 Lokasi memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku

merokok remaja

0,982 Tidak Signifikan

H3 Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja

0,000 Signifikan

Dari hasil olah data diketahui bahwa paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Hal ini terlihat dari tabel 7 dan tabel 8 di mana paparan iklan memiliki nilai signifikansi 0,465 yang melebihi persyaratan batas signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. Artinya adalah frekuensi paparan iklan rokok yang diterima remaja melalui lima media tersebut tidak mempengaruhi keputusan remaja untuk merokok. Dalam 30 hari terakhir, dari total 200 responden mayoritas melihat iklan rokok di televisi, majalah, surat kabar (49,5%). Terdapat 46,5% responden menyatakan sering melihat iklan rokok di spanduk. Sedangkan hanya 42% responden menyatakan melihat iklan rokok pada media iklan papan reklame. Distribusi frekuensi responden seputar pernyataan paparan iklan dapat dilihat secara lengkap dalam Lampiran 6. Paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja diduga karena adanya peraturan pemerintah terkait iklan dan promosi rokok. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi

(18)

(http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/pp/PP_No._19_Th_2003.pd f) menyatakan bahwa iklan rokok tidak boleh merangsang atau menyarankan orang untuk merokok. Oleh karena itu dalam iklan rokok selalu ditampilkan peringatan kesehatan tentang bahaya merokok. PP Nomor 19 tahun 2003 juga memuat bahwa iklan rokok tidak diperkenankan memperagakan orang sedang merokok serta menampilkan dalam bentuk gambar atau tulisan anak, remaja, dan wanita hamil. Berdasarkan peraturan tersebut, saat ini iklan rokok cenderung bertema pencitraan. Sebagai contoh iklan rokok Djarum yang menawarkan citra laki-laki pemberani dan suka berpetualang. Peneliti menduga, para remaja yang menjadi responden penelitian ini tidak tertarik untuk membentuk jati dirinya sesuai dengan citra yang ditawarkan dalam iklan rokok. Selain itu, adanya peraturan pemerintah dan peringatan kesehatan serta faktor-faktor lain seperti orang tua, teman sebaya, atribut produk, dan promosi penjualan membuat paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok responden dalam penelitian ini.

Pada uji hipotesis kedua ditemukan bahwa lokasi tidak memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja. Ini bisa dilihat dari tabel 7 dan tabel 8 di mana nilai signifikansi pada saat pengujian moderasi 0,982 lebih besar dari 0,05. Tidak ada pengaruh interaksi antara paparan iklan dan lokasi sehingga tidak ada perbedaan pengaruh paparan iklan pada remaja universitas dan remaja pengunjung kafe. Hal ini terjadi karena pengunjung kafe Prince House yang menjadi responden dalam penelitian ini kebanyakan mahasiswa (78%). Peneliti menduga kesamaan tingkat pendidikan yang dimiliki responden penelitian yang ditemui di universitas dan kafe Prince House menyebabkan variabel lokasi tidak berpengaruh signifikan dalam memoderasi pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok. Ini sesuai dengan hasil penelitian Droomers dkk. (2004) yang menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi self-efficacy yang dimilikinya. Self-efficacy berkaitan dengan keyakinan pribadi seseorang dalam membuat keputusan memilih untuk terlibat atau menolak perilaku positif maupun negatif di sekitarnya (Bandura, 2001). Dengan self-efficacy yang tinggi itulah pengunjung kafe Prince House dan mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro juga memiliki keyakinan pribadi yang mampu menolak perilaku negatif sehingga tidak terpengaruh untuk merokok meskipun sering terpapar iklan rokok.

(19)

lebih kecil dari 0,05 sebagai batas signifikansi statistik yang telah ditentukan. Dari tujuh pernyataan self-efficacy dalam kuesioner, mayoritas responden memberikan jawaban netral. Hasil tersebut berhubungan dengan penelitian Alamsyah (2009) yang menyatakan bahwa remaja biasanya belum mantap untuk memutuskan sesuatu. Itu disebabkan karena masa remaja merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa (Asfriyati dan Sanusi, 2006). Mayoritas responden yang menjawab netral seputar pernyataan self-efficacy ini membuktikan bahwa remaja belum mantap menyatakan sikapnya. Mereka belum bisa secara tegas mengatakan bahwa mereka sangat tidak setuju, tidak setuju maupun setuju dan sangat setuju saat menjawab pernyataan kuesioner sehingga akhirnya jawaban netral yang mayoritas dipilih. Dari hasil uji hipotesis pada tabel 7, diketahui koefisien efficacy positif, sehingga self-efficacy pengaruhnya positif terhadap perilaku merokok. Hasil tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Van’t Riet dkk., (2008) dan Bektas dkk. (2010) yang menyatakan bahwa self-efficacy berpengaruh negatif terhadap perilaku merokok. Dugaan peneliti bahwa responden penelitian ini memiliki jawaban yang tidak konsisten saat menjawab pernyataan self-efficacy dan saat memberi jawaban pada pernyataan perilaku merokok juga diperkuat hasil uji crosstab kedua variabel tersebut yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Peneliti telah mengelompokkan responden yang menjawab 1 dan 2 serta 4 dan 5 pada pernyataan self-efficacy. Berikut ini adalah salah satu contoh hasil uji crosstab untuk responden yang menjawab 4 dan 5.

Tabel 9. Uji Crosstab IE 4 Self-Efficacy dan IE 5 Perilaku Merokok

SE_4_tinggi * PM_5 Crosstabulation Count

PM_5 Total

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

SE_4_

tinggi

4.00 1 9 15 40 8 73

5.00 1 2 4 5 7 19

Total 2 11 19 45 15 92

Sumber: Data Primer yang sudah diolah (2012).

(20)

empirik pernyataan “dalam situasi yang tidak terduga, saya selalu tahu bagaimana saya harus bertingkah laku”. Dari 92 responden tersebut 65% menunjukkan perilaku merokok yang tinggi. Hal ini tidak selaras dengan penelitian Van’t Riet dkk. (2008) dan Bektas dkk. (2010) yang menyatakan bahwa bila self-efficacy nya tinggi maka akan cenderung memiliki perilaku merokok yang rendah. Ketidak konsistenan jawaban responden tersebut diduga menyebabkan variabel self-efficacy dan perilaku merokok memiliki korelasi positif dalam penelitian ini. Ketidak konsistenan jawaban responden ini terjadi pada responden yang memiliki self-efficacy tinggi. Sedangkan untuk self-efficacy yang rendah menunjukkan kekonsistenan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja.

2. Lokasi tidak memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja.

3. Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja.

Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja sehingga kontra dengan hasil penelitian Tercyak dkk. (2002), Sargent dkk. (2009), Wellman dkk. (2006), Biener dan Siegel (2001). Ini bisa terjadi karena dalam teori Ibrahim (2007), media iklan hanya meliputi surat kabar, majalah, papan reklame, spanduk, televisi, dan radio saja, belum termasuk media internet. Padahal saat ini internet telah berkembang menjadi media yang banyak diakses oleh remaja Indonesia. Pada hasil uji hipotesis 2 juga ditemukan bahwa lokasi tidak memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja. Penelitian ini tidak dapat membuktikan dugaan Kinard dan Webster (2010) bahwa perbedaan tempat penyebaran kuesioner menyebabkan hasil yang berbeda

tentang pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok remaja. Hal ini disebabkan

karena responden di kafe Prince House dan Universitas Dian Nuswantoro memiliki

tingkat pendidikan yang sama-sama tinggi (SMA). Hasil yang berbeda mungkin dapat

terjadi apabila responden memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Sedangkan

self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja mendukung

(21)

penelitian ini menghasilkan korelasi positif antara self-efficacy dan perilaku merokok. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya.

Implikasi Terapan

Masukan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Selama ini perusahaan rokok sering menitikberatkan promosinya melalui

iklan. Akan tetapi seperti hasil penelitian ini di mana paparan iklan tidak

berpengaruh terhadap perilaku merokok, perusahaan rokok juga perlu

mengimbangi promosi iklan tersebut dengan promosi lainnya seperti penjualan

personal.

2. Perusahaan rokok bisa mencoba menayangkan iklan dengan tema yang lebih

mudah dipahami oleh masyarakat seperti penggunaan tema yang diambil dari

kehidupan sehari-hari atau budaya-budaya yang ada dalam masyarakat.

Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang dapat digunakan sebagai

saran untuk penelitian-penelitian di masa yang akan datang.

1. Pada saat membagikan kuesioner, peneliti kurang detail dalam menerangkan hitungan frekuensi paparan iklan. Hal itu yang mungkin menyebabkan tidak

berpengaruhnya variabel paparan iklan terhadap perilaku merokok.

2. Mayoritas literatur, yaitu Fishbein dan Capella (2006), Von Ah dkk. (2005), Ford dkk. (2009), Engels dkk. (2005), Berg dkk. (2008), dan Sterling dkk. (2007) hanya mengidentifikasi hubungan antara variabel self-efficacy dan

perilaku merokok. Dengan adanya ketidak konsistenan hasil penelitian tentang

pengaruh variabel self-efficacy terhadap perilaku merokok, maka pada

penelitian mendatang dapat menguji pengaruh perilaku merokok terhadap

self-efficacy. Karena bisa saja seseorang merokok untuk meningkatkan keyakinan

dirinya.

(22)

Daftar Pustaka

Alamsyah, Rika Mayasari. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di

Kota Medan tahun 2007”. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6703/1/09E02236.pdf, tanggal

5 Februari 2012.

Arsanti, Tutuk Ari. 2009. “Hubungan Antara Penetapan Tujuan, Self-Efficacy dan Kinerja”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 16, No. 2, Hal. 97 - 110.

Asfriyati dan Sri Rahayu Sanusi. 2006. “Gambaran Karakteristik, Keluarga, dan Perilaku Seksual Santri di Pesantren Purba Baru”. Jurnal Komunikasi Penelitian, Vol. 18, No. 1.

Bandura, Albert. 2001. Self-efficacy and Health. In N. J. Smelser & P. B. Baltes (Eds.), International encyclopedia of the social and behavioral sciences, Vol. 20, Hal. 13815-13820.

Bektas, Murat, Candan Ozturk, dan Merry Armstrong. 2010. “An Approach to Children’s Smoking Behaviors Using Social Cognitive Learning Theory”. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 11, Hal. 1143-1149.

Berg, Carla J., et al. 2008. “Correlates of Self-Efficacy Among Rural Smokers”. Journal of Health Psychology, Vol. 13, No. 3, Hal. 416–421.

Berry, T. R., dan Howe, B.L. 2005. “The Effects of Exercise Advertising on Self-Efficacy and Decisional Balance”. American Journal of Health Behavior, Vol. 29, Hal. 117-126.

Biener, Lois dan Michael B. Siegel. 2001. “The Role of Tobacco Advertising and Promotion in Smoking Initiation”. Smoking and Tobacco Control Monograph, No. 14, Hal. 201-212.

Books.google.co.id. 2010. “Super Teens Jadi Remaja Luar Biasa Dengan 1

Kebiasaan Efektif”. Diunduh dari

http://books.google.co.id/books?id=gerPLGzjAzMC&pg=PA9&lpg=PA9&dq

(23)

Wl&sig=8zrvuCpc0__CTkvfl66Ak5Fr1c8&hl=id#v=onepage&q=remaja%20

dengan%20rentang%20usia%2018-24%20tahun&f=false, tanggal 22 Februari 2012.

Born, Aristi, Ralf Schwarzer dan Matthias Jerusalem. 1995. “Indonesian Adaptation of the General Self-Efficacy Scale”. Diunduh dari http://userpage.fu-berlin.de/~health/selfscal.htm, tanggal 16 Juni 2012.

Brodish, Paul H. 1998. “The Irreversible Health Effects of Cigarette Smoking”. The American Council on Science and Health. Diunduh dari

http://www.acsh.org/docLib/20040402_Irreversible_Effects1998.pdf, tanggal

29 Maret 2012.

Budiarty, Etty dan Yunni. 2008. “Analisis Pengaruh paparan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Keputusan Pembelian oleh para Remaja”. Jurnal Ekonomi September, Vol. 18, No. 2.

Cervone, Daniel. 2000. “Behavior Modification Thinking about Self-Efficacy”. Behavior Modification, Vol. 24, No. 1, Hal. 30-56.

Chen, Huey-Shys, Sharon D. Horner, dan Melanie S. Percy. 2002. “Validation of the Smoking Self-efficacy Survey for Taiwanese Children”. Journal of Nursing Scholarship, Vol. 34, No.1, Hal. 33-37.

Detikhealth.com. 2011. “Kenapa Jumlah Perokok Indonesia Masih Tertinggi Ketiga

di Dunia”. Diunduh dari

http://www.detikhealth.com/read/2011/05/31/123820/1650812/763/kenapa-jumlah-perokok-indonesia-masih-tertinggi-ketiga-di-dunia, tanggal 2 Februari

2012.

Dhavan, Poonam, Melissa H. Stigler, Cheryl L. Perry, Monika Arora, dan K. Srinath Reddy. 2010. “Is Tobacco Use Associated With Academic Failure Among Government School Students in Urban India?”. Journal of School Health November, Vol. 80, No. 11, Hal. 552-560.

(24)

Based on the Theory of Planned Behaviour”. European Journal of Public Health, Vol. 14, Hal. 194–198.

Efendi, Mohammad. 2005. “Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengendalikan Kebiasaan Merokok di Kalangan Siswa melalui Peningkatan Perceived Self-Efficacy Berhenti Merokok”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 056, Tahun Ke-11, September.

Edukasi.kompasiana.com. 2011. “Perokok Remaja Terbanyak di Dunia”. Diunduh dari

http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/21/perokok-remaja-terbanyak-di-dunia, tanggal 28 Februari 2012.

Engels, Rutger C.M.E., et al. 2005. “Self-Efficacy and Emotional Adjustment as Precursors of Smoking in Early Adolescence”. Substance Use & Misuse, Vol. 40, Hal. 1883–1893.

Fatimah, Nurul. 2010. “Hubungan Terpaan Iklan Produk Rokok di Televisi dan Tingkat Konformitas Kelompok Sebaya dengan Kecenderungan Perilaku Merokok”. Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang. Diunduh dari

http://eprints.undip.ac.id/26053/1/SUMMARY_PENELITIAN_Nurul_Fatima

h.pdf, tanggal 29 Maret 2012.

Fishbein, Martin dan Joseph N. Cappella. 2006. “The Role of Theory in Developing Effective Health Communications”. Journal of Communication Vol. 56, Hal. 1–17.

Ford, Kentya H., Pamela M. Diamond, Steven H. Kelder, Kymberle Landrum Sterling, dan Alfred L. McAlister. 2009. “Validation of Scales Measuring Attitudes, Self-Efficacy, and Intention Related to Smoking Among Middle School Students”. Psychology of Addictive Behaviors, Vol. 23, No. 2, Hal. 271–278.

Foulds, J., et al. 2003. “Effect of Smokeless Tobacco (Snus) on Smoking and Public Health in Sweden”. Tobacco Control, Vol. 12, No. 349–359.

(25)

Gilpin, Elizabeth A., Martha M. White, Karen Messer, dan John P. Pierce. 2007. “Receptivity to Tobacco Advertising and Promotions Among Young Adolescents as a Predictor of Established Smoking in Young Adulthood”. American Journal of Public Health, Vol. 97, No. 8, Hal. 1489-1495. .

Ginting, Tarianna. 2012. “Pengaruh Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan Tahun 2011”. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.idbitstream123456789308604Chapter%20I.pdf, tanggal 20 April 2012.

Hanewinkel, Reiner, Barbara Isensee, James D. Sargent, dan Matthis Morgenstern. 2010. “Cigarette Advertising and Adolescent Smoking”. American Journal of

Preventive Medicine. Diunduh dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1446163/pdf/10705855.pdf,

tanggal 13 April 2012.

Hasnida dan Indri Kemala. 2005. “Hubungan Antara Stres dan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki. Psikologia Vol. 1, No. 2 Desember.

Hidayat, H. Syarif Imam. 2008. “Penilaian Konsumen Terhadap Beberapa Atribut Dua Jenis Rokok Produk Sampoerna”. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol.8, No. 2 September.

Hidorat, Chandra. 2010. “Interpretasi Tayangan Iklan Televisi A Mild Go Ahead Versi Bayangan”. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Diunduh dari http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1komunikasi/203612044/cover.pdf, tanggal 20 April 2012.

(26)

Hruba, Drahoslava dan Iva Zaloudikova. 2010. “Why to Smoke? Why Not to Smoke? Major Reasons for Children’s Decisions on Whether or not to Smoke”. Cent Eur J Public Health, Vol. 18, No. 4, Hal. 202–208.

Ibrahim, M. Nasir 2007. “Analisis Pengaruh Media Iklan Terhadap Pengambilan Keputusan Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Masyarakat Kota Palembang”. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya, Vol. 5, No. 10 Desember.

Indofbh.org. “Industri Rokok di Indonesia”. Diunduh dari

http://www.indofbh.org/tcscindo/assets/applets/Fact_Sheet_Industri_Rokok_di

_Indonesia.pdf, tanggal 1 Maret 2012.

Irfan, Muhammad. 2010. “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SLTP Dharma Pancasila Medan Tentang Rokok dan Iklan Rokok Tahun 2010”. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789.pdf, tanggal 22 juni 2012.

Kinard, Brian R. dan Cynthia Webster. 2010. “The Effects of Advertising, Social Influences, and Self-Efficacy on Adolescent Tobacco Use and Alcohol Consumption”. Journal of Consumer Affairs, Vol. 44, No.1, Hal. 24-43.

Komalasari, Dian dan Avin Fadilla Helmi. 2000. “Faktor-Faktor Penyebab Perilaku

Merokok Pada Remaja”. Diunduh dari

http://ueu6174.blog.esaunggul.ac.id/wp-content/blogs.dir/805/files/2012/05/Statistika-2.pdf, tanggal 2 Desember 2012.

Kotler, Philip. 2002. “Manajemen Pemasaran 1, Edisi Milenium”. Jakarta : PT. Prenhallindo.

Kumboyono. 2012. “Hubungan Perilaku Merokok dan Motivasi Belajar Anak Usia Remaja di SMK Bina Bangsa Malang”. Majalah Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Diunduh dari

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/627/647_um

m_scientific_journal.pdf, tanggal 13 Juni 2012.

(27)

Control Paper No. 32. Diunduh dari

http://siteresources.worldbank.org/HEALTHNUTRITIONANDPOPULATIO

N/Resources/281627-1095698140167/IndonesiaYouthSmokingFinal.pdf,

tanggal 18 April 2012.

Maholtra, K. Naresh., 1999, ”Marketing Research: An Applied Orientation”, 3.ed. River Prentice Hall.

Nasution, Indri Kemala. 2007. “Perilaku Merokok pada Remaja”. Diunduh dari

http://library.usu.ac.id/download/fk/132316815.pdf, tanggal 23 Februari 2012.

Noor, Farid. 2004. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Merokok pada Remaja Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kudus”. Tesis Program Studi Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro

Semarang. Diunduh dari

http://eprints.undip.ac.id/14521/1/2004MPK3808.pdf, tanggal 18 April 2012.

Pucci, Linda G. dan Michael Siegel. 1999. “Exposure to Brand-Specific Cigarette Advertising in Magazines and Its Impact on Youth Smoking”. Preventive Medicine Vol. 29, Hal. 313–320.

Raharjo, Fajar dan Bambang Mursito. 2008. “ Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Membeli Rokok Sejati di 5 Kecamatan Kabupaten Sukoharjo”. Manajemen Bisnis Syariah, No. 2/ Th. II.

Ricky. 2006. “Pengaruh Personal Selling Terhadap Keputusan Pembelian Produk Rokok Merek Sampoerna A-Mild di Beberapa Hotel di Kota Medan”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11148/1/000502095.pdf,

tanggal 8 Agustus 2012.

(28)

Rising, Joshua dan Lori Alexander. 2011. “Marketing of Menthol Cigarettes and Consumer Perceptions”. Tobacco Induced Diseases. Diunduh dari

http://www.tobaccoinduceddiseases.com/content/9/S1/S2, tanggal 3

November 2012.

Rochmayani, Dewi Sari. 2008. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja (Studi di Kelurahan Ngaliyan, Kota Semarang Tahun 2007)”. KEMAS, Vol. 3, No. 2.

Rusdi. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Universitas Gunadarma dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Rokok Sampoerna Mild (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas

Gunadarma)”.Diunduh dari

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artikel_1

1205104.pdf, tanggal 7 Agustus 2012.

Sargent, J.D, J Gibson, dan T F Heatherton. 2009. “Comparing the Effects of Entertainment Media and Tobacco Marketing on Youth Smoking”. Tob Control Tob Control, February, Vol. 18, No. 1, Hal. 47–53.

Sterling, Kymberle Landrum, et al. 2007. “Smoking-Related Self-Efficacy, Beliefs, and Intention: Assessing Factorial Validity and Structural Relationships in 9th–12th Grade Current Smokers”. Addictive Behaviors, Vol. 32, Hal. 1863– 1876.

Suryati, Tati dan Ingan Tarigan. 2012. “Violations of Cigarettes Advertising and Initiation of Smoking Among Youths in Indonesia”. Diunduh dari

http://inilahkesmas.files.wordpress.com/2012/04/indonesia-the-heaven-for-cigarette-companies-the.pdf, tanggal 18 April 2012.

Susanto, Bagus. 2010. “Pengaruh Merek Rokok A Mild Terhadap Perilaku Merokok pada Remaja di Surabaya”. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Diunduh dari http://ebook.library.perbanas.ac.id/5095_Skripsi.pdf, tanggal 8 Agustus 2012.

(29)

Behavior and Promotion (CHBP) Faculty of Medicine, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia. Diunduh dari

http://web.idrc.ca/uploads/user-S/12113804661publication-Dewi-Supriyati.pdf, tanggal 18 April 2012.

Tanudjaja, Bing Bedjo. 2002. “Kreatifitas Pembuatan Iklan Produk Rokok di Indonesia”. NIRMANA, Vol. 4, No. 1, Januari : 85 – 98.

Tercyak, Kenneth P, Paula Goldman, Ashlyn Smith, dan Janet Audrain. 2002. “Interacting Effects of Depression and Tobacco Advertising Receptivity on Adolescent Smoking”. Journal of Pediatric Psychology, Vol. 27, No. 2, Hal.145-154.

Utari, Wijaya Mukti Sri. 2012. “Pengaruh Periklanan, Personal Selling dan Promosi Penjualan Terhadap Keputusan Pembelian pada Produk Rokok Surya 12”. Skripsi Fakutas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diunduh dari

http://etd.eprints.ums.ac.id/17793/1/HALAMAN_DEPAN.pdf, tanggal 8

Agustus 2012.

Van ’t Riet, Jonathan, Robert A. C. Ruiter, Marieke Q. Werrij, dan Hein De Vries. 2008. “The Influence of Self-Efficacy on The Effects of Framed Health Messages”. European Journal of Social Psychology Eur. J. Soc. Psychol., Vol. 38, Hal. 800–809.

Villani, Susan. 2001. “Impact of Media on Children and Adolescents: A 10-Year Review of the Research”. J. AM. ACAD. CHILD ADOLESC. PSYCHIATRY, Vol. 40, No. 4.

Von Ah, Diane, et al. 2005. “Factors Related to Cigarette Smoking Initiation and Use among College Students”. Tobacco Induced Diseases Vol. 3, No.1, Hal.27-40.

Wakefield, Melanie, Brian Flay, Mark Nichter, dan Gary Giovino. 2003. “Role of Media in Influencing Trajectories of Youth Smoking”. Diunduh dari

http://people.oregonstate.edu/~flayb/MY%20PUBLICATIONS/Mass%20med

ia/Wakefield%20et%20al%2005%20Media%20youth%20review%20Addictio

(30)

Wellman, Robert J., David B. Sugarman, Joseph R. DiFranza, dan Jonathan P. Winickoff. 2006. “The Extent to Which Tobacco Marketing and Tobacco Use in Films Contribute to Children’s Use of Tobacco”. Diunduh dari

http://archpedi.ama-assn.org/cgi/reprint/160/12/1285.pdf, tanggal 18 April

2012.

Widyastuti, Dinny. 2011. “Analisis Pengaruh Efek Komunitas, Kekhasan Produk, Citra Merek Kepada Sikap Merek dan Implikasinya Terhadap Minat Membeli Ulang”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Diunduh dari

http://eprints.undip.ac.id/29305/1/Skripsi007.pdf, tanggal 7 Agustus 2012.

Worldmeters.info. 2012. “Cigarettes Smoked”. Diunduh dari

http://www.worldometers.info/, tanggal 2 Februari 2012.

Yudhiarina, Bobby. 2009. “Pengaruh Strategi Diferensiasi Produk, Merk, dan Promosi Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada Perusahaan Rokok PT. HM. Sampoerna”. Jurnal Ichsan Gorontalo Vol. 4 No. 2 Edisi

Mei-Juli 2009. Diunduh dari

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/420922902306_1907-5324.pdf, tanggal

Gambar

Gambar 1. Model penelitian
Tabel 1. Operasionalisasi Konsep
Tabel 2. Karakteristik Responden
Tabel. 3 Uji Validitas dan Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) adalah program pelayanan pendidikan kewirausahaan dan keterampilan usaha yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyelenggara

Hasil studi penelitian ini didapat hasil sebagai berikut, Nilai Koefisien Debit ( μ ) terbesar adalah 0.708033236 yang terdapat pada bukaan pintu tonjol terkecil, yaitu bukaan pintu

dan nmu Politik Universitas Jember. Bapak/lbu dosen pengajar Jurusan Dmu Kesejahteraan SotSial. Segenap Civitas Akademika di lingkungan Fakultas Thnu Sosial dan llmu

struktur pengetahuan, dari pengetahuan normal ke pencarian pengetahuan baru melalui langkah-langkah anomali.  Paradigma  pola, kerangka

RKA - SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. RKA - SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah

[r]

Next, we insert observations for the correspon- dences of the current image into the bundle block of oriented images, together with orientation parameters for the newly ori- ented

Pembuatan Aplikasi Aplikasi Pengukuran Tubuh Ideal Menggunakan Visual Basic 6.0 sesuai dengan judulnya disusun dengan menggunakan aplikasi Microsoft Visual Basic 6.0 dan