• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PENGABDIAN PM-PMP) TAHUN ANGGARAN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PENGABDIAN PM-PMP) TAHUN ANGGARAN 2012"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

1 LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN

PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PENGABDIAN PM-PMP)

TAHUN ANGGARAN 2012

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SMA MELALUI PENDAMPINGAN TERPADU BERBASIS KAJI TINDAK PEMBELAJARAN DI KABUPATEN

BADUNG; TABANAN; DAN KODYA DENPASAR PROVINSI BALI OLEH:

Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. (NIDN: 0031125821)

Drs. Jajang Suryana, M.Sn. (NIDN: 0025105905)

Prof. Dr. A.A.I. Ngurah Marhaeni, M.A. (NIDN: 0026036403)

Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si. (NIDN: 0019126106)

Prof. Dr. Nengah Suparta, M.Si (NIDN: 0011076503)

Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Penerapan Model Pengembangan Mutu Pendidikian

(PM-PMP) Bagi Dosen Perguruan Tinggi Tahun 2012 N0:094/SP2H/KPM/Dit.litabmas/IX/2012

Tanggal 11 September 2012

FAKULTAS MIPA

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(2)

2 HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul PM-PMP : Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung;

Tabanan; dan Kodya Denpasar Provinsi Bali 2. Ketua Tim PM-PMP

a. Nama Lengkap : Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si.

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIDN : 0031125821

d. Jabatan Struktural : Dekan FMIPA Undiksha e. Jabatan Fungsional : Guru Besar

f. Bidang Keahlian : Pendidikan Biologi

g. Fakultas/Jurusan : FMIPA/Jurusan Pendidikan Biologi h. Perguruan Tinggi : LPM Universitas Pendidikan Ganesha

i. Tim PM-PMP

No NIDN Nama Bidang

Keahlian Fakultas/ Jurusan Perguruan tinggi 1 0025105905 Drs. Jajang Suryana, M.Sn. Pendidikan Seni Rupa Fak. Bahasa dan Seni Undiksha 2 0026036403 Prof. Dr. A.A.I. Ngurah Marhaeni, M.A. Pendidikan Bahasa Inggris Fak. Bahasa dan Seni Undiksha 3 0019126106 Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si. Pendidikan Fisika

Fak. MIPA Undiksha 4 0011076503 Prof. Dr. Nengah

Suparta, M.Si

Pendidikan Matematika

Fak. MIPA Undiksha

3. Jangka Waktu PM-PMP : 5 bulan (Agustus – Desember 2012) 4. Pembiayaan

a. Jumlah biaya yang diajukan ke DIT. LITABMAS: Rp 82.500.000,00 (delapan puluh dua juta lima ratus ribu rupiah)

b. b. Jumlah biaya dari sumber pembiayaan lain: Rp - Singaraja, 14 Desember 2012

Mengetahui Dekan,

Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. NIDN: 0031125821

Ketua Tim PM-PMP,

Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. NIDN: 0031125821

Menyetujui Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha

Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIDN: 0001015913

(3)

3

ABSTRAK

Hasil Penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) tahun 2011di tiga Kabupaten/Kota yaitu: Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kodya Denpasar menunjukkan bahwa dari 12 mata pelajaran yang di-UN-kan di SMA tahun 2008; 2009; dan 2010 yaitu pada mata pelajaran IPA-Bahasa indonesia, IPA-Bahasa Inggris, IPA-Matematika, IPA-Fisika, IPA-Kimia, IPA-Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS-Matematika, IPS-Ekonomi, IPS-Sosiologi, dan IPS-Geografi menunjukkan bahwa pada semua mata pelajaran ini siswa belum mencapai ketuntasan sesuai yang diharapkan yaitu lebih dari 90%. Oleh karena itu diusulkan untuk dilakukan upaya peningkatan kompetensi guru SMA melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar. Tujuan yang ingin dicapai dalam PM-PMP adalah: (1) Meningkatkan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional, (2) Meningkatkan penguasaan pengawas sekolah dan kepala sekolah terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik supervisi, (3) Meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran melalui kegiatan Lesson Study (LS). Teknik yang digunakan untuk menncapai tujuan tersebut adalah melalui pendampingan terpadu berbasis kaji tindak pembelajaran. Yang dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan diklat yang dilakukan di Undiksha dan kegiatan pendampingan berbasis LS. Hasil yang dicapai adalah (1) meningkatnya kompetensi pedagogik, terutama dalam penysunan rencana pembelajaran, menerapkan model-model pembelajaran inovatif dan asesmen, pengelolaan kelas, dan keterampilan melaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa, (2) meningkatnya kompetensi profesional, terutama terkait materi yang sulit dan sulit dibelajkarkan pada siswa, (3)guru menguasai teknik LS, dan (4) guru dilatih berkolaborasi dengan sesama guru dalam MGMP, dan guru menjadi terbiasa diamati dan diberikan masukan saat membelajarkan murid.

(4)

4 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widi Wasa) karena berkat rahmat-Nya program PM-PMP yang berjudul “PeningkatanKompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung; Tabanan; dan Kodya Denpasar Provinsi Bali” dapat diselesaikan pada waktunya. Melalui kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1) Yang terhormat Direktur Dit. Litabmas Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional yang telah menyediakan dana untuk penelitian ini. 2) Yang terhormat Rektor Undiksha melalui Ketua Lembaga Penelitian Undiksha telah

memberikan kesempatan untuk mengguakan dana ini.

3) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali; Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kodya Denpasar yang telah memberikan dukungan terhadap terselenggaranya pengabdian ini.

4) Yang saya hormati Kepala Sekolah sampel yaitu Kepala: SMA N1 Kuta Utara, Kepala SMA N 1 Mengwi, SMA Thomas Aquino, SMA TP 45 Tabanan, SMA N 1 Tabanan, SMA N 2 Tabanan, SMA N 1 Denpasar, SMA N 3 Denpasar, dan Kepala SMA Dwijendra Denpasar, yang telah memberikan fasilitas untuk melaksanakan pengabdian di sekolah tersebut.

5) Yang saya hormati para pengawas, kepala sekolah, dan guru dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar yang menjadi sampel dalam pengabdian ini

6) Pihak lain yang saya tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan terhadap terlaksananya pengabdian ini.

Kami menyadari kualitas pengabdian ini masih belum sempurna yang disebabkan karena sempitnya waktu pelaksanaan penelitian (Agustus s.d Nopember 2012, dan baru dapat dilaksnakan pada bulan Nopember 2012), maka kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan pengabdian ini. Semoga hasil pengabdian ini ini dapat dijadikan dasar dalam mengambil kebijakan dalam rangka perbaikan pelaksanaan pendidikan di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.

(5)

5 DAFTAR ISI Hal. HALAMAN PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Analisis Situasi ... 1

1. 2 Permasalahan Wilayah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Tujuan ... 11

1.5. Solusi yang Ditawarkan ... 12

1.6 Target Luaran 13 BAB II. PELAKSANAAN PM-PMP ... 14

2.1 Lokasi PM-PMP ... 14

2.2 Pihak yang Terlibat ... 15

2.3 Peranan Setiap Pihak yang Terlibat ... 16

2.4 Tahapan Aktivitas atau Kegiatan yang Dilakukan ... 16

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PM-PMP ... 21

3.1 Model yang Dikembangkan ... 21

3.2 Uji Model ... 27

3.2.1 Bimbingan Teknis di Kabupaten. ... 27

3.2.2 Pelaksanaan Kaji tindak Pembelajaran (Lesson Study) ... 33

3.2.3 Focus group discussion (FGD) ... 41

BAB IV 4.1 Simpulan ... 43

4.2 Saran-Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(6)

6 DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Kemampuan yang Diujikan Mengalamai Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yan KD/Kemampuan yang Diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010

di Kabupaten Badung ... 4

Tabel 1.2: KD/Kemampuan yang Diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kabupaten Tabanan ... 4

Tabel 1.3: KD/Kemampuan yang diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kodya Denpasar ... 5

Tabel 2.1 : Pihak yang Terlibat dalam Kegiatan PM-PMP ... 15

Tabel 2.2: Rancangan Materi Diklat, Narasumber, dan Peserta ... 18

Tabel 3.1: Susunan Acara Diklat PM-PMP Undiksha (Gelombang I) ... 22

Tabel 3.2: Susunan Acara Diklat PM-PMP Undiksha (Gelombang II) ... 28

Tabel 3.3: Peserta Diklat Gelombang I ... 29

Tabel 3.4: Peserta Diklat Gelombang II ... 31

Tabel 3.5: Rincian Kaji Tindak pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar ... 33

(7)

7 DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah

di Kabupaten Badung ... 4 Gambar 1 2: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah

di Kabupaten Tabanan ... 5 Gambar 1.3: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah

di Kodya Denpasar ... 6 Gambar 2.1: Lokasi Kabupaten Bdung, Tabanan, dan Kodya Denpasar di

(8)

8 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuisioner Pelaksanaan Diklat ... 46

Lampiran 2: Hasil Penjaringan Pendapat Guru terkait Pelaksanaan Bimbingan Teknik ... 48

Lampiran 3: Instrumen Pengamatan Pelaksanaan LS ... 50

Lampiran 4: Instrumen Penilaian Pelaksanaan LS oleh Siswa, ... 51

Lampiran 5: Contoh Hasil LS PERMAPEL (Kabupaten Badung) ... 52

(9)
(10)

10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang berlangsung secara eksponensial perlu direspon oleh pemerintah dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional dan bermutu tinggi. SDM yang bermutu tinggi hanya dapat dihasilkan oleh pendidikan bermutu tinggi pula. Dilihat dari mutu SDM, berbagai survey internasional menempatkan Indonesia sebagai negera dengan mutu SDM yang relatif rendah. The Global Competitiveness Report 2008-2009 dari Word Economic Forum (Martin dkk, 2008) menempatkan Indonesia pada urutan ke 55 dari 134 negara yang disurvey dalam hal pencapaian Competitiveness Index (CI). Hasil penelitian United Nation for Development Programme dalam Human Development Report 2007/2008 menempatkan Indonesia pada posisi ke-107 dari 155 negara dalam hal pencapaian Human Development Indek (HDI). Pendidikan merupakan salah satu dimensi yang menentukan HDI. Jadi, gambaran rendahnya mutu SDM yang ditunjukkan oleh kedua survey di atas dapat disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga dapat dilihat dari hasil studi Trends in International Mthematics and Science Study (TIMSS) yang menempatkan Indonesia pada urutan ke 39 dari 49 negara dalam literasi matematik dengan sekor 405 dibawah skor rata-rata internasional. Sedangkan untuk literasi sains berada di urutan 35 dari 49 negara dengan skor 433 dibawah skor rata-rata internasional (Martin, dkk, 2008). Senada dengan itu hasil studi Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2003, menempatkan Indonesia dalam literasi pada urutan ke 38 dari 40 negara peserta (OECD, 2004).

(11)

11 Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mutu pendidikannya sangat penting untuk ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata UN SMA selama tiga tahun (2008; 2009; dan 2010) (hasil penelitian PPMP, tahun 2011) menunjukkan bahwa semua mata pelajaran yang di-UN-kan masih bermasalah atau belum tuntas. Terutama di tiga Kabupaten/Kota yaitu: Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar. Di tiga Kabupaten/Kota ini semua mata pelajaran yang di-UN-kan di SMA bermasalah terlebih lagi pada pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sosiologi, dan Geografi. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan perbaikan melalui peningkatan mutu pelaksanaan pendidikan terkait dengan delapan standar pendidikan (Arnyana, I.B.P. dkk., 2011).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Badung, Tabanan, dan Denpasar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah: (1) perbaikan kurikulum, (2) meningkatkan standar proses pembelajaran, (3) meningkatkan kompetensi lululusan, (4) meningkatkan standar pendidik dan kependidikan, (5) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan pendidikan, (7) peningkatan anggaran pendidikan, dan (8) meningkatkan kualitas proses penilaian pembelajaran. Walaupun telah diupayakan perbaikan sistem pendidikan di Kabupaten Badung; Tabanan dan Kota Denpasar, namun ketuntasan semua mata pelajaran yang di-UN-kan masih tuntas.

Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten di Bali dengan batas-batas: sebelah Utara Babupaten Buleleng, sebelah Timur Kabupaten Gianyar dan Kota denpasar, sebelah Selatan Samudra India, dan sebelah Barat Kabupaten Tabanan (lihat Gambar 01) . Kabupaten ini terletak pada 08o14’17” -08o50’57” LS dan 115o05’02”-115o15’09”BT. Luas daerah Kabupaten Badung 418,52 km2, dengan jumlah penduduk 543.332 jiwa, terbagi menjadi 6 kecamatan yaitu: Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta, Kuta Utara, dan Kuta selatan. Jarak dari kota Singaraja (lokasi Undiksha) sekitar 70 km.

Program pembangunan pendidikan Kabupaten Badung tahun 2012 guna meningkatkan kualitas pendidikan meliputi (Rencana Pembangunan Pendidikan Kabupaten Badung Tahun 2012):

• peningkatan aksesibilitas serta kualitas pendidikan • peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, • program pendidikan anak usia dini,

• program wajib belajar pendidikan dasar, • program pendidikan menengah, dan

(12)

12 • peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.

Kabupaten Tabanan juga merupakan salah satu kabupaten di Bali dengan batas-batas sebelah utara Kabupaten Buleleng, sebelah timur Kabupaten Badung, sebelah selatan Samudra India, serbelah barat kabupaten Jembrana (lihat Gambar 01). Kabupaten ini terletak pada 814’30”-830’70” LS dan 114o54’52”-115o12’57” BT. Luas daerah 839,33 km2. Jumlah penduduk 431.162 jiwa. Kabupaten ini terbagi menjadi 8 kecamatan yaitu: Kecamatan Baturiti, Marga, Tabanan, Selemadeg Barat, Selemadeg, Pupuan, kerambitan, dan Kecamatan Kediri. Jarak dari kota Singaraja sekitar 65 km.

Program pembangunan pendidikan di Kabupaten Tabanan meliputi (RPJM Dinas pendidikan Kabupaten Tabanan):

• peningkatan pelayanan terhadap pendidikan luar sekolah • percepatan pengembangan RSBI

• pendidikan terjangkau hingga SMA/SMK (Wajar 12 tahun) • peningakat kualifikasi guru dan kesejahteraannya

• pemberdayaan sanggar kegiatan belajar

• peningakatan keimanan dan ketaqwaan penduduk Tabanan, dan • memperkuat budaya sebagai muatan lokal.

Kota Denpasar merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Bali dengan batas-batas: sebelah utara Kabupaten Badung, sebelah timur Kabupaten Gianyar, sebelah selaran Samudra India, dan sebelah barat Kabupaten Badung (lihat Gambar 01). Kabupaten ini terletak pada 08o35’31”-08o44’49” LS dan 115o10’23”-115o16’27” BT. Luas daerah 127,78 km2 yang terbagi menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar Timur, dan Kecamatan Denpasar Barat. Jumlah Penduduk 522.381 jiwa. Jarak dari kota Singaraja sekitar 74 km.

Program pendidikan Kota Denpasar tahun 2012 meliputi (Program Kerja Pembangunan Daerah Kota Denpasar tahun 2012):

• Program pendidikan anak usia dini • Program wajib belajar sembilan tahun • Program pendidikan menengah

• Program pendidikan informal dan internal • Peningkatan mutu pendidikan terkait 8 standar • Program manajemen pelayanan pendidikan

(13)

13 • Program pengembangan budaya baca.

Pemetaan profil penguasaan siswa SMA terhadap Kemampuan yang diujikan (KD) dilihat dari materi yang belum tuntas (≤60%) di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar dapat disampaikan dalam Rata-rata (persen) selama tiga tahun yaitu tahun 2008; 2009; 2010 seperti pada Tabel 1.1; 1.2; dan 1.3. (Arnyana, dkk, 2011). Tabel 1.1: KD/Kemampuan yang Diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang

Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kabupaten Badung

No. Mata Pelajaran yang Di-UN-kan

Persentase materi yang mengalami masalah (%) Rata-rata (%) 2008 2009 2010 1 IPA-Bahasa Indonesia 36 24 36 32.00

2 IPA -Bahasa Inggris 16 6 14 12.00

3 IPA-Matematika 2.5 - 0.25 0.92 4 IPA -Fisika 25 8 7.5 13.33 5 IPA-Kimia 10 3 5 5.83 6 IPA-Biologi 7.5 8 10 8.33 7 IPS-Bahasa Indonesia 40 24 12 25.33 8 IPS-Bahasa Inggris 24 12 24.4 20.13 9 IPS-Matematika 7.5 3 7.5 5.83 10 IPS-Ekonomi 12.5 10 22.5 15.00 11 IPS-Sosiologi 15 25 8 16.00 12 IPS-Geografi 40 23 24 28.83

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat dibuat Histogram seperti pada Gambar 1.2 berikut

(14)

14 Gambar 1.1: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di

Kabupaten Badung

Tabel 1.2: KD/Kemampuan yang Diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran yang Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kabupaten Tabanan

No. Mata Pelajaran yang Di-UN-kan

Persentase materi yang

mengalami masalah Rata-Rata (%) 2008 2009 2010

1 IPA-Bahasa Indonesia 14 18 21 17.67

2 IPA -Bahasa Inggris 12 - 12 8.00

3 IPA-Matematika 2.5 - 5 2.50 4 IPA -Fisika 22.5 10 3.75 12.08 5 IPA-Kimia 5 - 7.5 4.17 6 IPA-Biologi 2.5 8 10 6.67 7 IPS-Bahasa Indonesia 12 26 15 17.67 8 IPS-Bahasa Inggris 22 14 16 17.33 9 IPS-Matematika 2.5 8 2.5 4.17 10 IPS-Ekonomi 5 8 25 12.50 11 IPS-Sosiologi 20 35 21 25.33 12 IPS-Geografi 37 10 25 24.00

Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat dibuat histogram seperti pada Gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.2: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di Kabupaten Tabanan

(15)

15 Tabel 1.3: KD/Kemampuan yang diujikan Mengalami Masalah pada Mata Pelajaran

yang Di-UN-kan tahun 2008; 2009; dan 2010 di Kodya Denpasar

No. Mata Pelajaran yang Di-UN-kan

Persentase materi yang

mengalami masalah Rata-rata

(%)

2008 2009 2010

1 IPA-Bahasa Indonesia 28 20 25 24.33

2 IPA -Bahasa Inggris 10 18 6 11.33

3 IPA-Matematika 0 - 2.5 0.83 4 IPA -Fisika 25 10 7.5 14.17 5 IPA-Kimia 10 - 6.25 5.42 6 IPA-Biologi 5 15 10 10.00 7 IPS-Bahasa Indonesia 32 30 28 30.00 8 IPS-Bahasa Inggris 16 8 15 13.00 9 IPS-Matematika 5 5 2.5 4.17 10 IPS-Ekonomi 7.5 10 21.25 12.92 11 IPS-Sosiologi 20 23 22 21.50 12 IPS-Geografi 37.5 13 23 24.33

Berdasarkan tabel 1.3 di atas dapat dibuat histogram seperti pada Gambar 1.4 berikut.

Gambar 1.3: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di Kodya Denpasar

Berdasarkan data pada Tabel 1.1; 1.2; dan 1.3 serta histogram pada Gambar 1.2; 1.3; dan 1.4 nampak bahwa secara umum semua mata pelajaran masih mengalami masalah. Profil pemetaan penguasaan siswa SMA terhadap Kemampuan yang diujikan (KD) dilihat dari materi yang belum tuntas (≤60%) di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Badung, Tabanan, dan

(16)

16 Kodya Denpasar dapat disampaikan dalam rata-rata (persen) selama tiga tahun yaitu tahun 2008; 2009; 2010 sebagai berikut.

a) Rata-rata materi yang belum tuntas di Kabupaten Badung: (1) IPA-Bahasa Indonesia 32.00%; (2) IPA -Bahasa Inggris 12.00%; (3) IPA-Matematika 0.92%; (4) IPA –Fisika 13.33%); (5) IPA-Kimia 5.83%; (6) IPA-Biologi 8.33%; (7) IPS-Bahasa Indonesia 25.33%; (8) IPS-Bahasa Inggris 20.13%; (9) IPS-Matematika 5.83%: (10) IPS-Ekonomi 15.00%; (11) IPS-Sosiologi 16.00%; dan (12) IPS-Geografi 28.83%.

b) Rata-rata materi yang belum tuntas di Kabupaten Tabanan: (1) IPA-Bahasa Indonesia 17.67%; (2) IPA -Bahasa Inggris (8.00); (3) IPA-Matematika 2.50%; (4) IPA –Fisika 12.08%; (5) IPA-Kimia 4.17%; (6) IPA-Biologi 6.67%; (7) IPS-Bahasa Indonesia 17.67%; (8) IPS-Bahasa Inggris 17.33%; (9) IPS-Matematika 4.17%; (10) IPS-Ekonomi 12.50%; (11) IPS-Sosiologi 25.33%; (12) IPS-Geografi2 4.00%.

c) Rata-rata materi yang belum tuntas di Kota Madya Denpasar: IPA-Bahasa Indonesia 24.33%; IPA -Bahasa Inggris 11.33%; IPA-Matematika 0.83%; IPA –Fisika 14.17%; IPA-Kimia 5.42%; IPA-Biologi10.00%; IPS-Bahasa Indonesia 30.00%; IPS-Bahasa Inggris 13.00%; IPS-Matematika 4.17%; IPS-Ekonomi 12.92%; IPS-Sosiologi 21.50%; IPS-Geografi 24.33%.

Faktor penyebab dominan yang mempengaruhi belum tuntasnya siswa dilihat dari hasil belejar siswa dapat disampaikan bahwa: (1) guru tidak mengembangkan sendiri silabus dan RPP dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena guru tidak berusaha mencapai semua indikator yang ada dalam silabus/RPP, pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan skenario yang ada dalam RPP. Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan kurang terkontrol oleh rencana yang ada, (2) pembelajaran yang dilakukan guru kurang inovatif, berpusat pada guru, dan kurang kontekstual. Oleh karena itu siswa kurang mengkaji materi yang dipelajarinya. Akibatnya siswa kurang terlatih melakukan analisis, evaluasi, dan merangsang kreatifitas terhadap materi dan permasalahan yang terkait dengan materi tersebut. Hasil akhirnya pamahaman siswa rendah termasuk retensinya juga rendah, (3) sekitar 10% materi pelajaran tidak dikuasai dengan baik oleh guru. Akibatnya dapat terjadi miskonsepsi pada siswa, dan pembelajaran yang dilakukan tidak mencapai sasaran yang benar, (4) sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan pembelajaran masih rendah. Permasalahan yang juga dialami sekolah terkait sarana dan prasarana adalah sumber belajar berupa buku. Walaupun ada internet (siswa mudah mengakses materi di internet) keberadaan buku ajar masih sangat penting, (5) peranan kepala sekolah sebagai sopervisor dan juga

(17)

17 peranan pengawas sekolah sebagai pengontrol pelaksanaan pembelajaran kurang berperan dengan baik. Para kepala sekolah hampir tidak pernah melaksanakan supervisi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh para gurunya. Demikian juga para pengawas sekolah hanya mensupervisi persiapan mengajar guru. Sangat jarang para pengawas melakukan supervisi ke dalam kelas. Sehingga saran perbaikan yang semestinya didapatkan oleh guru terkait pelaksanaan pembelajaran hampir tidak ada.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan focus group discusion terungkap Faktor-faktor penyebab dominan yang mempengaruhi rendahnya penguasaan kompetensi siswa SMA di Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kodya Denpasar dilihat dari delapan standar adalah sebagai berikut.

(1) Standar Isi meliputi: Kriteria Ketuntasan Minimal masih rendah, Silabus tidak dibuat oleh guru melainkan dibuat bersama dalam satu kecamatan dan bahkan di kabupaten, dan indikakator dipetakan dengan tidak mengacu pada kisi-kisi UN.

(2) Standar Proses meliputi: 50% pembelajaran tidak didukung oleh silabus dan RPP; <50% RPP yang dikembangkan oleh guru, banyak guru tidak mengembangkan RPP, melainkan RPP dikembangkan bersama dalam satu kabupaten, pemantauan proses pembelajaran oleh Kasek ≤1 kali/semester, aspek yang disupervisi Kasek persiapan saja atau proses saja, penyampaian hasil supervisi oleh Kasek ≤1 kali/semester, implementasi tindak lanjut ≤1 kali/semester, guru menggunakan IT dalam proses pembelajaran 2-3 kali/bulan, Pembelajaran berpusat pada guru artinya sangat konvensional, dan pembelajaran kurang kontekstual yaitu kurang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan dunia nyata.

(3) Standar Kompetensi Lulusan: guru tidak melaksanakan program pembiasaan mencari informasi lebih dari berbagai sumber belajar, guru melaksanakan 1 kegiatan yang memanfaatkan lingkungan, artinya siswa kurang peka terhadap permasalahan yang ada di lingkungan mereka, guru tidak melaksanakan kegiatan yang dapat menghasilkan karya kreatif, guru tidak melaksanakan kegiatan yang dapat mengarahkan siswa untuk memperoleh keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara dalam bahasa Indoesia, guru sangat kurang melaksanakan kegiatan untuk mengembangkan IPTEK, pembelajaran kurang melatih keterampilan proses sains dan sikap ilmiah, pembelajaran kurang membina pembentukan karakter bangsa, dan siswa kurang mampu mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan keterampilan atau skill yang ada di masyarakat.

(18)

18 (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan meliputi: 10% materi pelajaran kurang dikuasai oleh guru, sehingga guru tidak, dapat membelajarakan siswa dengan baik pada materi tersebut, penguasaan guru akan pembelajaran inovatif masih rendah, penguasaan guru akan asesmen otentik masih rendah, penguasaan guru akan IT masih rendah teritama pada guru-guru tua, dan jumlah tenaga kependidikan di setiap sekolah di Badung belum memadai untuk medukung pelayanan terhadap kegiatan sekolah.

(5) Standar Sarana Prasarana meliputi: kegunaan ruang laboratorium untuk prakatikum Kimia, Fisika, dan Biologi; 3-5 kali dalam satu semester, peralatan laboratorium kurang dan sangat jarang diadakan peremajaan alat lab, pengadaan bahan habis lab juga sangat terbatas, kurangnya buku-buku pendukung mata pelajaran yang di UN-kan, belum semua guru memiliki laptop sebagai sarana yang mendukung pekerjaan mereka, sarana IT terutama internet di sekolah masih terbatas,

(6) Standar Pengelolaan meliputi: sekolah hanya memiliki dan melaksanakan satu program pengawasan yang disosialisasikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan, sekolah hanya melaksanakan satu kali kegiatan evaluasi program kerja setiap tahun atau sesuai dengan kebutuhan, sekolah melaksanakan satu kali program kegiatan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan tiap semester atau sesuai kebutuhan, belum semua sekolah menerapkan sistem jaminan mutu pendidikan, dan kegiatan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah dan pengawas masih sangat tebatas karena belum banyak tersedia pengawas bidang studi.

(7) Standar Pembiayaan meliputi: dana untuk pengadaan alat lab dan pengadaan buku, masih sangat terbatas dan tidak tersedianya dana untuk peningkatan kompetensi guru, seperti untuk mengikuti kegiatan ilmiah, mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional, dan ikut pelatihan lainnya untuk mengembangkan profesionalitas guru.

(8) Standar Penilaian meliputi: rancangan kriteria penilaian pada silabus tidak pernah diinformasikan kepada siswa di awal semester, teknik penilaian silabus kurang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dasar, instrument dan pedoman penilaian kurang sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian, <50% penilaian hasil belajar besifat otentik, semua tes tertulis yang digunakan guru adalah multiple choise, tingkat taksonomi Bloom yang digunakan pada tes tulis <50% soal tes termasuk katagori berpikir tinggi (C4-C6), guru mata pelajaran <50% mengolah dan menganalisis hasil

(19)

19 penilaian untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar siswa, dan guru <50% memberikan balikan hasil kerja siswa diserati masukan/komentar yang mendidik.

1.2 Permasalahan Wilayah

Berdasarkan analisis situasi di atas nampak bahwa semua mata pelajaran yang di-UN-kan belum mencapai ketuntasan sesuai yang diharapdi-UN-kan. Permasalahan tersebut muncul akibat belum tercapainya delapan standar pendidikan. Dari delapan standar yang bermasalah beberapa diantaranya merupakan masalah mendesak untuk ditangani yaitu:

1) Standar isi: selama ini silabus tidak dibuat oleh guru melainkan dibuat bersama dalam satu kecamatan dan bahkan di kabupaten, dan indikakator dipetakan dengan tidak mengacu pada kisi-kisi UN. Pelaksanaan pembelajaran di kelas tidak mengacu pada rencana pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran lebih mengacu pada buku yang digunakan sebagai pegangan oleh guru. Oleh karena itu guru harus dibiasakan dan ditingkatkan keterampilannya untuk mengembangkan perangkat pembelajarannya sendiri, dan pembejaran yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusunnya.

2) Standar proses: selama ini 50% pembelajaran tidak didukung oleh silabus dan RPP; <50%. Pemantauan proses pembelajaran oleh Kasek ≤1 kali/semester, aspek yang disupervisi oleh kepala sekolah hanya persiapan mengajarnya saja atau proses saja. Demikian juga supervisi yang dilakukan pengawas hanya terbatas pada persiapan mengajarnya saja. Sangat jarang pengawas datang melakukan supervisi tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, para guru hampir tidak pernah mendapatkan pembinaan tentang pelaksanaan pembelajarannya di kelas. Pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada guru artinya sangat konvensional, dan pembelajaran kurang kontekstual yaitu kurang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan dunia nyata. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan lebih pada meningkatkan kognitif tingkat rendah siswa. Siswa kurang dilatih untuk menganalisis, mensintesis materi yang dipejarainya. Disamping itu para guru tidak secara sadar melatih keterampilan berpikir siswa. Penyampaian hasil supervisi oleh Kasek ≤1 kali/semester, implementasi tindak lanjut ≤1 kali/semester, guru menggunakan IT dalam proses pembelajaran 2-3 kali/bulan. Untuk itu

(20)

20 para guru kurang mendapatkan pembinaan dan penyegaran oleh pengawas maupun oleh pimpinan sekolah.

3) Standar pendidik dan tenaga kependidikan. Kompetensi pedagogik dan profesional guru masih bermasalah. Terkait kompetensi profesional guru, 10% materi pelajaran kurang dikuasai oleh guru, sehingga guru tidak dapat membelajarakan siswa dengan baik pada materi tersebut, pembelajarn yang dilakukan akan menimpulkan miskonsepsi pada siswa terutama pada materi yang kurang dikuasai guru. Terkait kompetensi pedagogik, penguasaan guru akan pembelajaran inovatif masih rendah, penguasaan guru akan asesmen otentik masih rendah, penguasaan guru akan IT masih rendah terutama bagi guru-guru tua, dan jumlah tenaga kependidikan di setiap sekolah di Badung belum memadai untuk medukung pelayanan terhadap kegiatan sekolah. Tenaga kependidikan yaitu pengawas dan kepala sekolah, kurang memahami tugasnya sebagai seorang supervisor dalam pelakasaan pembelajaran oleh guru. Keterampilan pengawas dan kepala sekolah dalam memberikan bimbingan dalam melaksanakan pembelajaran masih relatif rendah. Oleh karena itu pengawas dan kepala sekolah masih enggan untuk mendampingi para guru di kelas.

4) Standar penilaian. Penilaian yang dilakukan lebih pada penilaian secara konvensional, dan bukan penilaian otentik. Penilaian yang dilakukan hanya pada saat akhir pelajaran dengan menggunakan tes obyektif. Penilaian yang dilakukan kurang terbuka, artinya guru tidak menyampaikan tentang bagaimana caranya guru menilai siswa.

1.3. Pembatasan Masalah

Begitu luasnya permasalahan yang dialami oleh daerah yang menjadi kajian dari pengabdian ini, maka masalah yang ditangani perlu dibatasi. Maka masalah yang ditangani dalam pengabdian ini di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar adalah sebagai berikut .

(1) Penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional perlu ditingkatkan.

(2) Penguasaan pengawas sekolah terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik supervisi masih perlu ditingksatkan.

(3) Penguasaan kepala sekolah terhadap pengetahuan dan keterampilan manajemen sekolah perlu ditingkatkan.

(21)

21 (4) Kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru masih rendah.

(5) Kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di kelas masih rendah.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam PM-PMP yang dilaksanakan di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar adalah sebagai berikut .

(1) Meningkatkan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional

(2) Meningkatkan penguasaan pengawas sekolah terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik supervisi.

(3) Meningkatkan penguasaan kepala sekolah terhadap pengetahuan dan keterampilan manajemen sekolah.

(4) Meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru. (5) Meningkatkan kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di kelas.

1.5 Solusi Yang Ditawarkan

Bertolak dari latar belakang di atas, model peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan yang dapat diusulkan adalah ” Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung; Tabanan; dan Kodya Denpasar Provinsi Bali”. Model Peningkatan Kompetensi Guru, Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran ini adalah suatu model peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan Kinerja Guru, yang juga melibatkan Kepala Sekolah, dan Pengawas melalui kaji tindak pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan. Model ini melibatkan kepala sekolah, guru, pengawas, dan MGMP.

Program-program yang akan dilaksanakan dalam Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran adalah sebagai berikut:

(1) Peningkatan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional.

(2) Peningkatan penguasaan pengawas terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik supervisi.

(22)

22 (3) Peningkatan penguasaan kepala sekolah terhadap pengetahuan dan keterampilan

manajemen sekolah.

(4) Peningkatan kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru. (5) Peningkatan kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di kelas.

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program-program di atas adalah: (1) Pendidikan dan Latihan (Diklat) Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas; (2) Kaji Tindak Pembelajaran, dalam bentuk Lesson Study (LS).

(1) Diklat Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA Peserta Diklat

Peserta dari diklat ini adalah guru-guru mata pelajaran yang di-UN-kan, kepala sekolah, dan pengawas SMA dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali.

(2) Kaji Tindak Pembelajaran

Untuk menerapkan pengetahuan konten dan pedagogik guru, pengetahuan manajemen kepala sekolah, dan pengetahuan supervisi akademik pengawas, digunakan metode Kaji Tindak pembelajaran yang dalam hal ini menggunakan model Lesson Study (LS). Tahapan LS yang dilakukan adalah plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksikan).

1.6 Target Luaran

Target luaran Luaran PM-PMP adalah sebagai berikut.

Model pengembangan mutu pendidikan yang telah terverifikasi di tiga Kabupaten/Kota, yaitu: Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Bukti hasil pengembangan berupa laporan pengabdian yang dilakukan di tiga Kabupaten/Kota, yaitu: Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Publikasi Karya Ilmiah Hasil PM-PMP melelui Jurnal Nasional Terakreditasi.

(23)

23

BAB II

PELAKSANAAN PM-PMP

2.1 Lokasi PM-PMP

Lokasi tempat pelaksanaan PM-PMP di tiga Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali. Letak ketiga Kabupaten/Kota di Bali itu seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1: Lokasi Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kodya Denpasar di Pulau Bali

Jarak dari perguruan tinggi Universitas pendidikan Ganesha terhadap tempat kegiatan PM-PMP adalah: (1) jarak Buleleng (Singaraja) terhadap Kabupaten Badung sekitar 70 km, (2) jarak Buleleng (Singaraja) terhadap Kabupaten Tabanan sekitar 90 km, dan (3) jarak Buleleng (Singaraja) terhadap Kota Denpasar sekitar 78 km. Semua lokasi tempat PM-PMP dijangkau dengan kendaraan bermotor.

Jumlah sekolah yang dilibatkan dalam program PM-PMP ini sebanyak 9 sekolah dengan rincian Kabupaten Badung tiga sekolah, Kabupaten Tabanan tiga sekolah, dan Kodya Denpasar sebanyak tiga sekolah.

(24)

24 2.2 Pihak yang Terlibat

Pihak yang terlibat dalam program PM-PMP ini seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Pihak yang Terlibat dalam Kegiatan PM-PMP

No. Institusi Jabatan Jumlah

(Orang)

1. Undiksha

Dosen Pengabdi 5

Narasumber 13

Panitia pendukung 5

2 Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olah Raga Provinsi Bali Kepala Dinas 1

3.

Dinas pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Badung

Kepala Dinas 1

Pengawas Sekolah 3

4.

Dinas pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tabanan

Kepala Dinas 1

Pengawas Sekolah 3

5.

Dinas pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten

Kepala Dinas 1

Pengawas Sekolah 3

6. SMA N 1 Denpasar Kepala Sekolah 1

Guru Bidang Studi yang di UN-kan 9

7. SMA N 3 Denpasar Kepala Sekolah 1

Guru Bidang Studi yang di UN-kan 9

8. SMA Dwijendra Denpasar Kepala Sekolah 1

Guru Bidang Studi yang di UN-kan 9

9. SMA N 1 Kuta Utara Kepala Sekolah 1

Guru Bidang Studi yang di UN-kan 9

10. SMA N 1 Mengwi Kepala Sekolah 1

Guru Bidang Studi yang di UN-kan 9

11. SMA N Thomas Aquino Kepala Sekolah 1

Guru Bidang Studi yang di UN-kan 9

12. SMA N 1 Tabanan Kepala Sekolah 1

Guru Bidang Studi yang di UN-kan 9

13. SMA N 2 Tabanan Kepala Sekolah 1

Guru Bidang Studi yang di UN-kan 9

14. SMA N TP 45 Tabanan Kepala Sekolah 1

Guru Bidang Studi yang di UN-kan 9

Jumlah 125

2.3 Peranan setiap pihak yang terlibat

Peran setiap pihak yang terlibat: (1) Guru-guru berperan dalam mengikuti diklat di kabupaten (di Undiksha) dan melakukan pembelajaran (pembelajaran berbasis pada kaji tindak-pembelajaran) . Dalam diklat ini mereka diharapkan menguasai tentang model-model pembelajaran inovatif, menguasai berbagai teknik asement, menguasai tentang pelaksanaan

(25)

25 kaji tindak pembelajaran (lesson study), dan menguasai materi yang dianggap sulit. Dalam kegiatan pembelajaran, para guru merancang kegiatan pembelajaran dan menerapkan di dalam kelas. (2) Kepala sekolah berperan dalam kegiatan diklat, yaitu diharapkan memahami tentang materi: model pembelajaran inovarif, teknik asesmen, kaji tindak pembelajaran, supervisi pembelajaran, manajemen sekolah. Dalam kegiatan di sekolah, kepala sekolah berperan sebagai supervisor, yaitu mengawasi pelaksanaan pembelajaran, memberikan refleksi, swerta memberikan saran masukkan kepada guru. (3) Pengawas peranannya hampir sama dengan kepala sekolah, yaitu: memahami materi model pembelajaran inovarif, teknik asesmen, kaji tindak pembelajaran, supervisi pembelajaran, manajemen sekolah, serta terampil melakukan supervisi di kelas dan memberikan masukkan pada guru.

Peranan Dinas dalam kegiatan ini adalah lebih meningkatkan upayanya dalam (1) meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan meningkatkan kualitas guru, dan (2) diharapkan dapat meningkatkan upayanya dalam memberikan dukungan terhadap penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah.

Peran Dinas yang membawahi Pendidikan di Kabupaten perannya juga tidak dapat dikesampingkan, terutama dalam mengkondisikan peran masing-masing pihak (guru, kepala sekolah, dan pengawas) untuk dapat berjalannya kegiatan pembelajaran dengan basis kaji tindak-pembelajaran. Peranan dosen (Undiksha) adalah (1) mengkoordinasikan pelaksanaan PM-PMP ini, (2) memberikan materi diklat, (3) dan memantau kegiatan kaji tindak pembelajaran di sekolah.

2.4 Tahapan Aktivitas atau kegiatan yang Dilakukan

Bertolak dari latar belakang di atas, model peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan yang dapat diusulkan adalah ” Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung; Tabanan; dan Kodya Denpasar Provinsi Bali”. Model Peningkatan Kompetensi Guru, Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran ini adalah suatu model peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan Kinerja Guru, yang juga melibatkan Kepala Sekolah, dan Pengawas melalui kaji tindak pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan. Model ini melibatkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota kepala sekolah, guru, pengawas, dan MGMP.

(26)

26 Program-program yang akan dilaksanakan dalam Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran adalah sebagai berikut.

(1) Peningkatan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi professional.

(2) Peningkatan penguasaan pengawas terhadap pengetahuan pedagogi, dan teknik-teknik supervisi.

(3) Peningkatan penguasaan kepala sekolah terhadap pengetahuan dan keterampilan manajemen sekolah.

(4) Peningkatan kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru. (5) Peningkatan kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di kelas.

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program-program di atas adalah: (1) Pendidikan dan Latihan (Diklat) Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas; (2) Kaji Tindak Pembelajaran dalam bentuk Lesson Study; dan (3) FGD yang melibatkan dosen Undiksha, Kepala Sekolah dari sekolah sasaran, kepala Dinas kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Provinsi Bali.

1) Diklat Peningkatan Kompetensi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA Peserta Diklat

Peserta dari pelatihan ini adalah guru-guru mata pelajaran yang di-UN-kan, kepala sekolah, dan pengawas SMA. Dalam pelatihan ini dilibatkan tiga sekolah pada setiap kabupaten, di tiga kabupaten yaitu Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar, dan 9 mata pelajaran yang di-UN-kan. Oleh karena itu melibatkan 71 orang guru, 9 kepala sekolah, dan 9 orang Pengawas SMA dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kota Denpasar. Distribusi peserta adalah sebagai berikut (a) untuk Kabupaten Badung dilibatkan 27 guru mata pelajaran, 3 kepala sekolah, dan 3 orang pengawas yang terdistribusi pada SMA N 1 Mengwi, SMA N Kuta Utara, dan SMA Thomas Aquino, (b) untuk Kabupaten Tabanan melibatkan 27 guru, tiga kepala sekolah, dan tiga orang pengawas, yang terdistribusi pada SMA N 1 Tabanan, SMA N 2 Tabanan, dan SMA TP 45 Tabanan, dan (c) Kota Denpasar dilibatkan 71 orang guru, tiga orang pengawas, dan tiga orang kepala sekolah yang terdistribusi pada SMA N 1 Denpasar, SMA N 3 Denpasar, dan SMA Dwijendra. Dalam kegiatan diklat juga dilibatkan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga dari tiga

(27)

27 kabupaten/kota tersebut serta Kabid SMA-nya masing-masing. Rencana kegiatan ini disampaikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2: Rancangan Materi Diklat, Narasumber, dan Peserta

No. Materi Diklat Nara Sumber Peserta

1. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali

Semua peserta (guru, pengawas, kepala sekolah)

2. Model pembelajaran inovatif dan asesmen

Dosen/Pakar dari Undiksha Semua peserta 3. Kaji tindak

pembelajaran (lesson study)

Dosen/Pakar dari Undiksha (pakar nasional)

Semua peserta

4. Manajemen sekolah Dosen/pakar dari Undiksha Kepala sekolah dan pengwas 5. Supervisi pendidikan Dosen/pakar dari Undiksha Kepala sekolah dan pengawas 6. Materi pelajaran

Matematika

Dosen Jurdik Matematika Undiksha

Guru matematika 7 Materi pelajaran Kimia Dosen Jurdik Kimia

Undiksha

Guru kimia 8 Materi pelajaran Fisika Dosen Jurdik Fisika

Undiksha

Guru fisika 9 Materi pelajaran Biologi Dosen Jurdik Biologi

Undiksha

Guru biologi 10 Materi pelajaran Bahasa

Indonesia

Dosen Bahasa Indonesia Undiksha

Guru bahasa Indonesia 11 Materi pelajaran Bahasa

Inggris

Dosen Jurdik Bahasa Inggris Undiksha

Guru Bahasa Inggris 12 Materi pelajaran

Ekonomi

Dosen Jurusan Ekonomi Undiksha

Guru ekonomi 13 Materi pelajaran

Geografi

Dosen Jurdik Geografi Undiksha

Guru Geografi 14 Materi pelajaran

Sosiologi

Dosen Fak IPS Undiksha Guru sosioligi

2) Kaji Tindak Pembelajaran (Lesson Study)

Untuk menerapkan pengetahuan konten dan pedagogik guru, pengetahuan manajemen kepala sekolah, dan pengetahuan supervisi akademik pengawas, digunakan metode Kaji Tindak pembelajaran yang dalam hal ini menggunakan model Lesson Study (LS.) Tahapan LS yang dilakukan adalah plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksikan).

Tahap 1: Perencanaan (Plan/LS)

Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakinin dapat membelajarkan siswasecara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa dalam belajar. Kegiatan plan ini dilaksanakan dalam kegiatan workshop saat diklat, yautu setelah

(28)

28 pendalaman materi pelajaran dilakukan. Guru bidang studi dari satu Kabupaten/Kota berkumpul membuat plan berupa satu RPP kecil dengan alokasi waktu satu jam pelajaran. Pada saat plan ini aktivitas guru didampingi oleh pengabdi. Rencana/plan ini disempurnakan lagi di sekolah tempat LS dilaksanakan.

Tahap 2: Pelaksanaan (Do)

Tujuan tahap pelaksanaan ini adalah untuk mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang disusun saat plan. Pada saat ini seorang guru bertindak sebagai guru model dan yang lain sebagai pengamat (observer). Obeserver mengamati aktivitas pembelajaran mengamati aktivitas belajar siswa.

Tahap 3 Refleksi (See)

Tujuan refleksi adalah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan ini diawali dengan penyampaian kesan oleh guru model dan selanjutnya oleh observer. Dalam kegiatan ini semua peserta menemukan bagaimana pembelajaran harus dilakukan sehingga semua siswa belajar.

(3) Evaluasi terhadap Diklat dan Kaji Tindak Pembelajaran

Evaluasi keefektifan diklat dilakukan dengan mengamati keseriusan peserta dalam mengikuti kegiatan diklat.

Evaluasi terhadap kaji tindak pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan instrumen: (a) lembar observasi pembelajaran dalam kegiatan LS, (b) lembar kegiatan pembuatan action plan, dan (b) lembar observasi respon siswa terhadap pembelajaran.

3) Focus Group Discussion (FGD)

FGD dilaksanakan di Kampus Undiksha yang diikuti oleh Kepala Sekolah dari sekolah sasaran, kepala Dinas pendidikan Pemuda dan Olah Taga Kabupaten Kota, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali,

(29)

29

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN PM-PMP

3.1 Model yang Dikembangkan

Model yang telah dikembangkan pada tahun 2011 ini dilakukan uji melalui program PM-PMP. Adapun model yang dikembangkan adalah sebagai berikut.

“Peningkatan Kompetensi Guru SMA Melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali”

1) Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang berlangsung secara eksponensial perlu direspon oleh pemerintah dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional dan bermutu tinggi. SDM yang bermutu tinggi hanya dapat dihasilkan oleh pendidikan bermutu tinggi pula. Dilihat dari mutu SDM, berbagai survey internasional menempatkan Indonesia sebagai negera dengan mutu SDM yang relatif rendah. The Global Competitiveness Report 2008-2009 dari Word Economic Forum (Martin dkk, 2008) menempatkan Indonesia pada urutan ke 55 dari 134 negara yang disurvey dalam hal pencapaian Competitiveness Index (CI). Hasil penelitian United Nation for Development Programme dalam Human Development Report 2007/2008 menempatkan Indonesia pada posisi ke-107 dari 155 negara dalam hal pencapaian Human Development Indek (HDI). Pendidikan merupakan salah satu dimensi yang menentukan HDI. Jadi, gambaran rendahnya mutu SDM yang ditunjukkan oleh kedua survey di atas dapat disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah: (1) perbaikan kurikulum, (2) meningkatkan standar proses pembelajaran, (3) meningkatkan kompetrensi lululusan, (4) meningkatkan standar pendidik dan kependidikan, (5) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan pendidikan, (7) peningkatan anggaran pendidikan, dan (8) meningkatkan kualitas proses penilaian pembelajaran. Walaupun telah diupayakan perbaikan sistem pendidikan di Indonesia, kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat penting untuk ditingkatkan.

(30)

30 Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan di Indonesia yang mendidik anak-anak yang telah tamat SMP untuk menjadi sumber daya manusia yang siap untuk didik di perguruan tinggi, baik tingkat diploma maupun sarjana. Kualitas pendidikan SMA di Bali saat ini boleh dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil UN selama tiga tahun terakhir.

Walaupun hasil UN SMA di Bali boleh dikatakan cukup baik, masih banyak kendala yang dialami oleh siswa sehingga hasil belajar (dilihat dari UN) mencapai dibawah standar (< dari 60%) Kendala yang dialami sesuai dengan survey tahun 2008, 2009, dan 2010, diperoleh informasi kendala atau faktor yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar siswa adalah sebagai berikut.

1. Standar Isi

• Kriteria Ketuntasan Minimal masih rendah

• Silabus tidak dibuat oleh guru, melainkan dibuat bersama dalam satu kecamatan dan bahkan di kabupaten.

• Indikakator dipetakan dengan tidak mengacu pada kisi-kisi UN 2. Standar Proses

• 50% pembelajaran didukung oleh silabus

• <50% RPP dikembangkan oleh guru, banyak guru tidak mengembangkan RPP, melainkan RPP dikembangkan bersama dalam satu kabupaten.

• <50% pembelajaran mengacu pada RPP, pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan situasi.

• Pemantauan proses pembelajaran oleh Ksek ≤1 kali/semester • Aspek yang disupervisi Kasek persiapan saja atau proses saja. • Penyampaian hasil supervisi oleh Kasek ≤1 kali/semester • Implementasi tindak lanjut ≤1 kali/semester.

• Guru menggunakan IT dalam proses pembelajaran 2-3 kali/bulan. • Pembelajaran berpusat pada guru artinya sangat konvensional

• Pembelajaran kurang kontekstual, artinya kurang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan dunia nyata

(31)

31 3. Standar Kompetensi Lulusan

• Guru tidak melaksanakan program pembiasaan mencari informasi lebih dari berbagai sumber belajar

• Guru melaksanakan 1 kegiatan yang memanfaatkan lingkungan, artinya siswa kurang peka terhadap permasalahan yang ada di lingkungan mereka.

• Guru tidak melaksanakan kegiatan yang dapat menghasilkan karya kreatif • Guru tidak melaksanakan kegiatan yang dapat mengarahkan siswa untuk

memperoleh keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara dalam bahasa Indoesia.

• Guru melaksanakan 1 kegiatan untuk mengembangkan IPTEK.

• Pembelajaran kurang melatih keterampilan proses sains dan sikap ilmiah • Pembelajaran kurang membina pembentukan karakter bangsa.

• Siswa kurang mampu mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan keterampilan atau skill yang terkait yang ada di masyarakat.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

• 10% materi pelajaran kurang dikuasai oleh guru, sehingga guru tidak dapat membelajarakan siswa dengan baik pada materi tersebut.

• Penguasaan guru akan pembelajaran inovatif masih rendah • Penguasaan guru akan asesmen otentik masih rendah.

• Penguasaan guru akan IT masih rendah teritama pada guru-guru tua.

• Jumlah tenaga kependidikan di setiap sekolah di Badung belum memadai untuk medukung pelayanan terhadap kegiatan sekolah.

5. Standar Sarana Prasarana

• Kegunaan ruang laboratorium untuk prkatikum Kimia, Fisika, dan Biologi 3-5 kali dalam satu semester.

• Peralatan laboratorium kurang. Sangat jarang diadakan peremajaan alat lab. • Pengadaan bahan habis lab juga sangat terbatas.

• Kurangnya buku-buku pendukung mata pelajaran yang di UN-kan

• Belu semua guru memiliki laptop sebagai sarana yang mendukung pekerjaan ereka.

(32)

32 • Sarana IT terutama internet di sekolah masih terbatas.

6. Standar Pengelolaan

• Sekolah memiliki dan melaksanakan 1 program pengawasan yang disosialisasikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan.

• Sekolah hanya melaksanakan 1 kali kegiatan evaluasi program kerja sekolah setiap tahun/sesuaidengan kebutuhan

• Sekolah melaksanakan 1 kali program kegiatan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan tiap semester /sesuai kebutuhan.

• Belum semua selkolah menerapkan sistem jaminan mutu pendidikan. • Kegiatan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah dan pengawas masih

sangat tebatas. Hal ini belum banyak tersedia pengawas bidang studi di sekolah.

7. Standar Pembiayaan

• Dana untuk mpengadaan alat lab dan pengadaan buku, masih sangat terbatas • Tidak tersedianya dana untuk peningkatan kompetensi guru, seperti untuk

mengikuti kegiatan ilmiah, ikut pelatihan, dll.

8. Standar Penilaian

• Rancangan criteria penilaian pada silabus tidak pernah diinformasikan kepada siswa di awal semester

• Teknik penilaian silabus kurang sesuai dengan indicator pencapaian kompetensi dasar.

• Instrument dan pedoman penilaian kurang sesuai dengan bentuk dan teknikpenilaian.

• <50% penilaian hasil belajar besifat otentik

• Semua tes tertulis yang digunakan guru adalah multiple choise.

• Tingkat taksonomi Bloom yang digunakan pada tes tulis <50% soal tes termasuk katagori berpikir tinggi (C4-C6)

• Guru mata pelajaran <50% mengolah dan menganalisis hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar siswa.

(33)

33 • Guru <50% memberikan balikan hasil kerja siswa diserati masukan/komentar

yang mendidik 2) Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat disampaikan rumusan masalah ”bagaimanakan alternatif pengembangan upaya pemecahan masalah sebagai upaya mengatasi faktor-faktor penyebab yang dominan berpengaruh terhadap rendahnya penguasaan terhadap kompetensi yang diujikan (KD) pada mata pelajaran yang di-UN-kan?”

3) Tujuan

Tujuan dari penyusunan model ini” menyampaikan alternatif pengembangan upaya pemecahan masalah sebagai upaya mengatasi faktor-faktor penyebab yang dominan

berpengaruh terhadap rendahnya penguasaan terhadap kompetensi yang diujikan (KD) pada mata pelajaran yang di-UN-kan”

4) Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah: (1) Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olag Raga Kabupaten/Kota, (3) Pengawas Sekolah/Bidang Studi, (4) Kepala Sekolah SMA , (4) Guru Bidang Studi yang di UN-kan.

Upaya yang yang dilakukan adalah dengan mengembangkan model pembinaan dengan judul: “Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali” dengan kegiatan seperti di bawah ini.

I. Pola Pembinaan atau Bimbingan Terpadu

Pola pembinaan dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) pembinaan di kabupaten, dan (2) pembinaan di sekolah.

1. Bimbingan Teknis di Kabupaten

(34)

34 • Penyamaan persepsi bersama: dosen (pengabdi), Kepala Dinas, Kepala Sekolah, dan

Pengawas Sekolah tentang pembinaan sekolah untuk mencapai delapan standar pendidikan, pengelolaan sekolah, sarana dan prasarana, serta menentukan kebijakan yang akan dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

• Bimbingan teknis pada guru mata pelajaran yang di-UN-kan, kepala sekolah, dan pengawas (sekolah dan mata pelajaran) meliputi:

Manajemen sekolah, Supervisi pendidikan,

Pembelajaran inovatif dan asesmen Lesson Study

Penyusunan silabus Penyusunan RPP

Work shoop materi pelajaran sulit yang belum dikuasai dengan baik oleh guru, work shoop pembelajaran inovatif,

2. Bimbingan Teknis di Sekolah

Bimingan teknis di sekolah dilakukan untuk guru dengan melibatkan kepala sekolah dan pengawas sekolah/mata pelajaran. Bimbingan teknis di sekolah meliputi sebagai berikut.

• Bimbingan teknis bagi guru dilaksanakan di MGMP Sekolah dalam bentuk lesson study. Ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Pengawas sekolah/mata pelajaran dan kmengajar guru dapat ditingkatkan.

II. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari pola pembinaan ini adalah sebagai berikut.

1) Guru terampil memetakan indikator hasil belajar, terampil menyusun silabus, dan terampil membuat RPP

2) Guru terampil melaksanakan pembelajaran inovati atau pembelajaran berpusat pada siswa.

3) Guru terampil mengembangkan alat evaluasi otentik

4) Guru terampil mengembangkan standar kompetensi lulusan

5) Guru menguasai pembelajaran inovatif, asesmen otentik, dan menguasai kembali materi pelajaran yang dianggap sulit atau belum dikuasai.

(35)

35 6) Kepala sekolah dan pengawas dapat melakukan supervisi dengan baik dan dapat

bekerjasama dengan guru dalam memperbaiki peroses pembelajaran.

7) Kepala dinas, dan kepala sekolah, memahami betapa pentingnya sarana prasarana pembelajaran sehingga sekolah dan pemerintah daerah (melalui kepala dinas) mau menyediakan dana untuk sarana pendidikan.

Hasil dari semua ini adalah perbaikan daya serap siswa. Siswa menguasai hasil belajar kognitif, psikomotor, dan afektif

3.2 Uji Model

Untuk menguji model yang dirancang dapat dilakukan sebagai berikut. 3.2.1 Bimbingan Teknis di Kabupaten

Bimbingan teknis di Kabupaten/Kota dilaksanakan di kampus Undiksha. Diklat dilaksanakan di kampus Undiksha dalam dua gelombang, dengan waktu, materi diklat, dan narasumber seperti pada susunan acara pada Tabel 3.1 dan 3.2. Para Peserta adalah Guru dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar. Peserta diklat yang hadir disampaikan pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.

Tabel 3.1 Susunan Acara Diklat PM-PMP Undiksha Tahun 2012 (Gelombang I)

Hari/Tanggal/

Peserta No Acara Waktu Pelaksana

Jumat, 9 -11- 2012 (Ruang 1) Dengan Peserta: •Kepala Sekolah •Pengawas •Semua guru

1 Presensi Peserta + Kudapan 12.45 –

13.00 Panitia

2

Pembukaan

• Laporan Ketua Panitia • Sambutan Kepala Dinas

Provinsi • Sambutan Rektor sekaligus membuka acara 13.00 - 13.30 Panitia 3 Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan 13.30 –

15.00 Kepala Dinas Provinsi 4 Penjelasan Umum Kegiatan

PM-PMP

15.00 – 16.00

Prof. Dr. Ida Bagus Arnyana, M.Si 5 Model Pembelajaran

Inovatif dan Asesmen 16.00 - 19.00

Prof. Dr. Ketut Suma, M.S

(36)

36 7 Kaji Tindak Pembelajaran 20.00 –

22.00

Prof. Dr. Putu Budi Adnyana, M.Si. Sabtu, 10-11-2012 (Ruang 1) Dengan peserta: •Kepala Sekolah •Pengawas 1 Manajemen Sekolah 08.00 – 10.00 Prof. Dr. Nyoman Natajaya, M.Pd. 2 Kudapan 10.00 – 10.30 Panitia 3 Supervisi Pendidikan 10.30 – 12.30 Prof. Dr. I Nyoman Natajaya, M.Pd. Ruang 2 Dengan peserta •Guru matematika 1 Pendalaman Materi Matematika 08.00 – 10.00 Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si 2 Kudapan 10.00 – 10.30 Panitia 3 Pendalaman Materi Matematika 10.30 – 12.30 Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si Ruang 3 Dengan peserta Guru Fisika

1 Pendalaman Materi Fisika 08.00 – 10.00

Prof. Dr. I Wayan Santiyasa, M.Si

2 Kudapan 10.00 –

10.30 Panitia 3 Pendalaman Materi Fisika 10.30 –

12.30 Prof. Dr. I Wayan Santiyasa, M.Si Ruang 4 Dengan peserta Guru Kimia

1 Pendalaman Materi Kimia 08.00 – 10.00

Dr. I Nyoman Suardana, M.Si.

2 Kudapan 10.00 –

10.30 Panitia 3 Pendalaman Materi Kimia 10.30 –

12.30 Dr. I Nyoman Suardana, M.Si. Ruang 5 Dengan peserta Guru Biologi

1 Pendalaman Materi Biologi 08.00 – 10.00

Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si.

2 Kudapan 10.00 –

10.30 Panitia 3 Pendalaman Materi Biologi 10.30 –

12.30

Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si.

Tabel 3.2 Susunan Acara Diklat PM-PMP Undiksha Tahun 2012 (Gelombang II)

Hari/Tanggal No Acara Waktu Pelaksana

Sabtu, 10 -11- 2012

(Ruang 1) Dengan pesera Semua guru

1 Presensi Peserta + Kudapan 13.30 –

14.00 Panitia 2 Penjelasan Umum Kegiatan

PM-PMP 14.00- 15.00

Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S

3 Model Pembelajaran

Inovatif dan Asesmen 15.00 - 18.00

Prof. Dr. Ketut Suma, M.S

4 Makan Malam 18.00 - 19.00 Panitia 5 Kaji Tindak Pembelajaran 19.00 –

21.00

Prof. Dr. Putu Budi Adnyana, M.Si. Minggu,

11-11-2012 (Ruang 2)

1 Pendalaman Materi Bahasa Indonesia 08.00 – 10.00 Drs. Nyoman Merdana, M.Pd. 2 Kudapan 10.00 – Panitia

(37)

37 Dengan peserta

Guru Bahasa Indonesia

10.30 3 Pendalaman Materi Bahasa

Indonesia 10.30 – 12.30 Drs. Nyoman Merdana, M.Pd. Ruang 3 Dengan peserta Guru Bahasa Inggris

1 Pendalaman Materi Bahasa Inggris 08.00 – 10.00 Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A. 2 Kudapan 10.00 – 10.30 Panitia 3 Pendalaman Materi Bahasa

Inggris 10.30 – 12.30 Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A. Ruang 4 Dengan peserta Guru Sosiologi 1 Pendalaman Materi Sosiologi 08.00 – 10.00 Drs. I Wayan Mudana, M.Si. 2 Kudapan 10.00 – 10.30 Panitia 3 Pendalaman Materi Sosiologi 10.30 – 12.30 Drs. I Wayan Mudana, M.Si. Ruang 5 Dengan peserta Guru Ekonomi 1 Pendalaman Materi Ekonomi 08.00 –

10.00 Dr. I Wayan Bagia, M.Si

2 Kudapan 10.00 –

10.30 Panitia 3 Pendalaman Materi

Ekonomi

10.30 –

12.30 Dr. I Wayan Bagia, M.Si

Ruang 6 Dengan peserta Guru Geografi 1 Pendalaman Materi Geografi 08.00 – 10.00

Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa M.Si 2 Kudapan 10.00 – 10.30 Panitia 3 Pendalaman Materi Geografi 10.30 – 12.30

Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa M.Si

Guru peserta diklat dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan kodya Denpasar disajikan pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4

Tabel 3.3: Peserta Diklat Gelombang I

No

. Nama Jabatan Asal instansi

1 I Nyoman Rama Pengawas Disdikpora kab. Badung

2 Drs. I Wayan Nhata Pengawas Disdikpora kab. Badung 3 Drs. I Nyoman Suara Pengawas Disdikpora kab. Badung 4 Kadek Praniyogi, S.Si. Guru SMAN 1 Kuta Utara 5 I Putu Duryana, S.Pd., M.Pd. Guru SMAN 1 Kuta Utara 6 Drs. Nanang Agus Budi Radsanaka, M.Pd. Guru SMAN 1 Kuta Utara 7 I Ketut Sudi Sutama, S.Pd. Guru SMAN 1 Kuta Utara 8 Dr. Drs. I Ketut Kerta, M.Pd. Kepala

Sekolah SMAN 1 Kuta Utara

(38)

38 10 Ni Nyoman Dayitri Pendit, M.Pd. Guru SMAN 1 Mengwi

11 Drs. I Wayan Makrawan Guru SMAN 1 Mengwi

12 I Made Sena Yudana, S.Pd. Guru SMAN 1 Mengwi 13 Drs. I Made Oka Haryana Kepala

Sekolah SMAN 1 Mengwi

14 Ni Putu Ayu Mudiani,S.Pd Guru SMA Dwijendra Denpasar 15 Ir.I Putu iriantono,M.Pd Guru SMA Dwijendra Denpasar 16 Ni Ketut Wiryadi,S.Pd, M.Pd Guru SMA Dwijendra Denpasar 17 Ni Made Sariani,S.Pd Guru SMA Dwijendra Denpasar 18 Cok Gede Anom Wiratmaja, S.Pd. Guru SMAN 1 Denpasar 19 Ni Made Sudiarti,S.Pd,M.Si Guru SMAN 1 Denpasar 20 Ni Putu Nadi Sarniti, S.Pd Guru SMAN 3 Denpasar 21 Drs. Ketut Sukarwata, M.Pd Guru SMAN 3 Denpasar 22 Ni Kadek Anggreni, S.Pd Guru SMAN 3 Denpasar 23 Dra. I.A. Km Ari Sugiantini Guru SMAN 3 Denpasar 24 Drs. I Made Suistna Adiputra, M.Pd. Pengawas Diskdikporabud kab.

Tabanan

25 I Nyoman Ngardika, S.Pd., M.M Pengawas Diskdikporabud kab. Tabanan

26 Drs. Ketut Sukalaksana, M.Pd. Pengawas Diskdikporabud kab. Tabanan

27 Drs. I Wayan Sutarnaja Guru SMA TP45 Tabanan 28 Drs. I Nyoman Suartama Guru SMA TP45 Tabanan 29 A. A.Sagung. Rai Kusmadewi,S.Pd. Guru SMA TP45 Tabanan

30 Kusnani, S.Pd Guru SMA TP45 Tabanan

31 Ni Wayan Kompiang Kusumawati,

S.Si.,M.Pd Guru SMAN 1 Tabanan

32 Drs. I Nyoman Sadmaya Guru SMAN 1 Tabanan

33 Drs. I Ketut Subagia Guru SMAN 1 Tabanan

34 Dra. Luh Putu Sri Mahendratni Guru SMAN 1 Tabanan

35 I Made Nurata, S.Pd. Guru SMAN 2 Tabanan

36 Veronika Sose Fahek, S.Pd. Guru SMAN 2 Tabanan 37 Si Luh Nyoman Supartini, S.Pd., M.Pd. Guru SMAN 2 Tabanan

(39)

39 Tabel 3.4: Peserta Diklat Gelombang II

No. Nama Jabatan Asal instansi

1 Dra. Ni Nyoman Supini Guru SMAN 1 Kuta Utara

2 Drs. I Nyoman Murda, M.Si Guru SMAN 1 Kuta Utara

3 Drs. I Wayan Beratha Guru SMAN 1 Kuta Utara

4 K. Adhi Sucipta, SE., M.Pd Guru SMAN 1 Kuta Utara 5 Drs. I Made Rai Mukiatna Guru SMAN 1 Kuta Utara

6 Drs. I Wayan Wirawan Guru SMAN 1 Mengwi

7 I Ketut Janastawa, S.Pd Guru SMAN 1 Mengwi

8 Drs. I Nyoman Widia Guru SMAN 1 Mengwi

9 I Made Suarta, SE., M.Pd Guru SMAN 1 Mengwi

10 Drs. I Wayan Sudika Guru SMAN 1 Mengwi

11 Drs. I Made Oka Antara,M.Hum Guru SMA Dwijendra Denpasar 12 I Nyoman Sudema, S.Pd., SH., M.Pd Guru SMA Dwijendra Denpasar 13 Ni Luh Made Pancanadi,S.H. Guru SMA Dwijendra Denpasar

14 Dra.Endang Anekawati Guru SMA Dwijendra Denpasar

15 Drs. I Wayan Artha Guru SMA Dwijendra Denpasar

16 Dra.Elly Susiana Guru SMAN 1 Denpasar

17 Agung Ayu Putu Juliariani, S.Pd., M.Pd Guru SMAN 1 Denpasar

18 M. Rida,S.Pd,M.Pd. Guru SMAN 1 Denpasar

19 Drs. I Ketut Suastika Guru SMAN 1 Denpasar

20 Dra. Siti Sundari Guru SMAN 3 Denpasar

21 I.A. Krishna Wiweka, S.S Guru SMAN 3 Denpasar

22 Dra. Ni Putu Yuniati Guru SMAN 3 Denpasar

23 Dra. Made Sumadi Guru SMAN 3 Denpasar

24 Kadek Adiana Putra, S.Pd Guru SMAN 3 Denpasar 25 Ni Putu Mas Asri,S.Pd. Guru SMA TP45 Tabanan

26 Drs. A.A.Raka Wirawan Guru SMA TP45 Tabanan

27 Drs. I Wayan Sukerta Guru SMA TP45 Tabanan

28 Ika Savitri,S.E. Guru SMA TP45 Tabanan

(40)

40 30 Dra. Ida Ayu Mas Nuarini Guru SMAN 1 Tabanan

31 Dra. Ni Ketut Nurmini,M.Pd Guru SMAN 1 Tabanan 32 Drs. I Gede Putu Hastra Wijaya Guru SMAN 1 Tabanan

33 Dra. Ni Made Hariyati Guru SMAN 1 Tabanan

34 Ni Luh Putu Indrawati,S.Pd Guru SMAN 1 Tabanan

35 Drs. I Wayan Sutanaya Guru SMAN 2 Tabanan

36 Putu Gde Perdanana Sugihartha, S.Pd. Guru SMAN 2 Tabanan 37 I Ketut Subanda Pendit, S.Pd. Guru SMAN 2 Tabanan

38 I Wayan Kawi Suara, SE Guru SMAN 2 Tabanan

39 Dra. Ni Made Yudani Guru SMAN 2 Tabanan

Pelaksanaan diklat dapat disampaikan sebagai berikut. a. Kesesuaian Rencana dan Pelaksanaan Diklat

Seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2, materi diklat yang diberikan, pelaksanaan diklat sesuai dengan rencana, yaitu: kepala sekolah, pengawas, dan semua guru diberikan materi: Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di Bali, Model pembelajaran Inovatif dan Asesmen, dan kajitindak Pembelajaran. Materi Manajemen Sekolah, Supervisi Pendidikan diberikan pada kepala sekolah dan pengawas, materi bidang studi yang di UN-kan diberiUN-kan masing-masing pada guru yang sesuai. Oleh karena itu, pemilihan materi dan pesert yang mengikuti telah sesuai dengan rencana.

b. Kesesuaian Rencana Peserta dengan Peserta yang Hadir.

Peserta yang direncanakan dan diundang dari Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar : Kepal Sekolah 8 orang, Pengawas 3 orang, dan guru mata pelajaran yang di UN-kan sebanyak 81 orang. Namun yang hadir : Kepala Sekolah 3 orang, Pengawas 6 orang, dan guru 68 orang. Sehingga peserta yang hadir ada 78%. Diliah dari kuantitas yang hadir, kehadiran 78% tergolong baik, namun dilihat dari kualitas , jumlah kepala sekolah yang hadir cukup rendah yaitu 33%, dan pengawas cukup baik yaitu 67%. Kehadiran kepala sekolah yang rendah dalam diklat ini, ditutupi dengan penyampaian materi diklat pada kepala sekolah yang tidak hadir. Sehingga saat dilaksanakan kaji tindak pembelajaran di sekolahnya mereka dapat mengikuti dengan baik.

Gambar

Gambar 1.2:  Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah
Gambar 1.2: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di  Kabupaten Tabanan
Gambar 1.3: Histogram Peta KD Materi Pelajaran yang Mengalami Masalah di Kodya  Denpasar
Gambar 2.1:  Lokasi Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kodya Denpasar   di Pulau Bali
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 4, terlihat juga bahwa puncak Raman untuk SiC-TO bergeser menuju bilangan gelombang yang lebih pendek ketika temperatur deposisi dinaikkan dari 750

authenticity data. Rapport adalah kunci keberhasilan penyelidikan lapangan. Ini adalah kerana, dengan rapport informan mengizinkan penyelidik menyertai apa saja kegiatan

Selanjutnya, Jadual 4 memaparkan data pemahaman informan terhadap tahap pengetahuan DMK mengenai kata kerja yang menggunakan tangan dan kata kerja yang bukan menggunakan

-0,13 dengan nilai rata-rata 0,08 datI pada tanaman kontI'ol tidak diperoleh nilai faktor trallster 137CS dari tanah ke tanaman kangkung kar'ena konsentrasi. 137 Cs dalam

Vaksin yang baik harus memberikan proteksi lebih dari 95% terhadap hewan yang telah diberi vaksin atau tidak lebih dari 5% hewan yang terinfeksi (sakit atau mati).. Menurut

Analisa kejenuhan basa perlu analisis no... No Jenis analisis Metode Tarif/sampel (Rp.)

Semua itu salah-satunya akan dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya Ada beberapa anion atau kation yang dapat bereaksi pada suhu mendidih,

Sebuah accelerometer juga dapat digunakan untuk mengukur getaran yang terjadi pada kendaraan, digunakan untuk mengukur getaran yang terjadi pada kendaraan, bangunan, mesin, jarak