HASIL DAN PEMBAHASAN PM-PMP
1) Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang berlangsung secara eksponensial perlu direspon oleh pemerintah dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional dan bermutu tinggi. SDM yang bermutu tinggi hanya dapat dihasilkan oleh pendidikan bermutu tinggi pula. Dilihat dari mutu SDM, berbagai survey internasional menempatkan Indonesia sebagai negera dengan mutu SDM yang relatif rendah. The Global Competitiveness Report 2008-2009 dari Word Economic Forum (Martin dkk, 2008) menempatkan Indonesia pada urutan ke 55 dari 134 negara yang disurvey dalam hal pencapaian Competitiveness Index (CI). Hasil penelitian United Nation for Development Programme dalam Human Development Report 2007/2008 menempatkan Indonesia pada posisi ke-107 dari 155 negara dalam hal pencapaian Human Development Indek (HDI). Pendidikan merupakan salah satu dimensi yang menentukan HDI. Jadi, gambaran rendahnya mutu SDM yang ditunjukkan oleh kedua survey di atas dapat disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah: (1) perbaikan kurikulum, (2) meningkatkan standar proses pembelajaran, (3) meningkatkan kompetrensi lululusan, (4) meningkatkan standar pendidik dan kependidikan, (5) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan pendidikan, (7) peningkatan anggaran pendidikan, dan (8) meningkatkan kualitas proses penilaian pembelajaran. Walaupun telah diupayakan perbaikan sistem pendidikan di Indonesia, kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat penting untuk ditingkatkan.
30 Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan di Indonesia yang mendidik anak-anak yang telah tamat SMP untuk menjadi sumber daya manusia yang siap untuk didik di perguruan tinggi, baik tingkat diploma maupun sarjana. Kualitas pendidikan SMA di Bali saat ini boleh dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil UN selama tiga tahun terakhir.
Walaupun hasil UN SMA di Bali boleh dikatakan cukup baik, masih banyak kendala yang dialami oleh siswa sehingga hasil belajar (dilihat dari UN) mencapai dibawah standar (< dari 60%) Kendala yang dialami sesuai dengan survey tahun 2008, 2009, dan 2010, diperoleh informasi kendala atau faktor yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar siswa adalah sebagai berikut.
1. Standar Isi
• Kriteria Ketuntasan Minimal masih rendah
• Silabus tidak dibuat oleh guru, melainkan dibuat bersama dalam satu kecamatan dan bahkan di kabupaten.
• Indikakator dipetakan dengan tidak mengacu pada kisi-kisi UN 2. Standar Proses
• 50% pembelajaran didukung oleh silabus
• <50% RPP dikembangkan oleh guru, banyak guru tidak mengembangkan RPP, melainkan RPP dikembangkan bersama dalam satu kabupaten.
• <50% pembelajaran mengacu pada RPP, pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan situasi.
• Pemantauan proses pembelajaran oleh Ksek ≤1 kali/semester • Aspek yang disupervisi Kasek persiapan saja atau proses saja. • Penyampaian hasil supervisi oleh Kasek ≤1 kali/semester • Implementasi tindak lanjut ≤1 kali/semester.
• Guru menggunakan IT dalam proses pembelajaran 2-3 kali/bulan. • Pembelajaran berpusat pada guru artinya sangat konvensional
• Pembelajaran kurang kontekstual, artinya kurang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan dunia nyata
31 3. Standar Kompetensi Lulusan
• Guru tidak melaksanakan program pembiasaan mencari informasi lebih dari berbagai sumber belajar
• Guru melaksanakan 1 kegiatan yang memanfaatkan lingkungan, artinya siswa kurang peka terhadap permasalahan yang ada di lingkungan mereka.
• Guru tidak melaksanakan kegiatan yang dapat menghasilkan karya kreatif • Guru tidak melaksanakan kegiatan yang dapat mengarahkan siswa untuk
memperoleh keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara dalam bahasa Indoesia.
• Guru melaksanakan 1 kegiatan untuk mengembangkan IPTEK.
• Pembelajaran kurang melatih keterampilan proses sains dan sikap ilmiah • Pembelajaran kurang membina pembentukan karakter bangsa.
• Siswa kurang mampu mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan keterampilan atau skill yang terkait yang ada di masyarakat.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
• 10% materi pelajaran kurang dikuasai oleh guru, sehingga guru tidak dapat membelajarakan siswa dengan baik pada materi tersebut.
• Penguasaan guru akan pembelajaran inovatif masih rendah • Penguasaan guru akan asesmen otentik masih rendah.
• Penguasaan guru akan IT masih rendah teritama pada guru-guru tua.
• Jumlah tenaga kependidikan di setiap sekolah di Badung belum memadai untuk medukung pelayanan terhadap kegiatan sekolah.
5. Standar Sarana Prasarana
• Kegunaan ruang laboratorium untuk prkatikum Kimia, Fisika, dan Biologi 3-5 kali dalam satu semester.
• Peralatan laboratorium kurang. Sangat jarang diadakan peremajaan alat lab. • Pengadaan bahan habis lab juga sangat terbatas.
• Kurangnya buku-buku pendukung mata pelajaran yang di UN-kan
• Belu semua guru memiliki laptop sebagai sarana yang mendukung pekerjaan ereka.
32 • Sarana IT terutama internet di sekolah masih terbatas.
6. Standar Pengelolaan
• Sekolah memiliki dan melaksanakan 1 program pengawasan yang disosialisasikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan.
• Sekolah hanya melaksanakan 1 kali kegiatan evaluasi program kerja sekolah setiap tahun/sesuaidengan kebutuhan
• Sekolah melaksanakan 1 kali program kegiatan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan tiap semester /sesuai kebutuhan.
• Belum semua selkolah menerapkan sistem jaminan mutu pendidikan. • Kegiatan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah dan pengawas masih
sangat tebatas. Hal ini belum banyak tersedia pengawas bidang studi di sekolah.
7. Standar Pembiayaan
• Dana untuk mpengadaan alat lab dan pengadaan buku, masih sangat terbatas • Tidak tersedianya dana untuk peningkatan kompetensi guru, seperti untuk
mengikuti kegiatan ilmiah, ikut pelatihan, dll.
8. Standar Penilaian
• Rancangan criteria penilaian pada silabus tidak pernah diinformasikan kepada siswa di awal semester
• Teknik penilaian silabus kurang sesuai dengan indicator pencapaian kompetensi dasar.
• Instrument dan pedoman penilaian kurang sesuai dengan bentuk dan teknikpenilaian.
• <50% penilaian hasil belajar besifat otentik
• Semua tes tertulis yang digunakan guru adalah multiple choise.
• Tingkat taksonomi Bloom yang digunakan pada tes tulis <50% soal tes termasuk katagori berpikir tinggi (C4-C6)
• Guru mata pelajaran <50% mengolah dan menganalisis hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar siswa.
33 • Guru <50% memberikan balikan hasil kerja siswa diserati masukan/komentar
yang mendidik 2) Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat disampaikan rumusan masalah ”bagaimanakan alternatif pengembangan upaya pemecahan masalah sebagai upaya mengatasi faktor-faktor penyebab yang dominan berpengaruh terhadap rendahnya penguasaan terhadap kompetensi yang diujikan (KD) pada mata pelajaran yang di-UN-kan?”
3) Tujuan
Tujuan dari penyusunan model ini” menyampaikan alternatif pengembangan upaya pemecahan masalah sebagai upaya mengatasi faktor-faktor penyebab yang dominan
berpengaruh terhadap rendahnya penguasaan terhadap kompetensi yang diujikan (KD) pada mata pelajaran yang di-UN-kan”
4) Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah: (1) Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olag Raga Kabupaten/Kota, (3) Pengawas Sekolah/Bidang Studi, (4) Kepala Sekolah SMA , (4) Guru Bidang Studi yang di UN-kan.
Upaya yang yang dilakukan adalah dengan mengembangkan model pembinaan dengan judul: “Peningkatan Kompetensi Guru SMA melalui Pendampingan Terpadu Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran di Kabupaten Badung, Tabanan, dan Kodya Denpasar Provinsi Bali” dengan kegiatan seperti di bawah ini.