• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN PURWOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. PETA SOSIAL KELURAHAN PURWOHARJO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Lokasi

Kelurahan Purwoharjo secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara berbatasan dengan desa Kauman, sebelah selatan berbatasan dengan desa Pendowo, sebelah barat berbatasan langsung dengan sungai Comal, sebelah timur berbatasan dengan tiga desa yaitu desa Sidorejo, desa Purwosari dan desa Pecangakan. Ibukota kecamatan Comal berada di wilayah Kelurahan Purwoharjo ini. Jarak Kelurahan Purwoharjo dari pusat pertumbuhan dideskripsikan dalam Tabel 3. Transportasi yang paling memungkinkan untuk mencapai pusat petumbuhan adalah transportasi darat (bus dan kereta api) karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Wilayah Kelurahan Purwoharjo jauh dari bandara. Bandara terdekat berada di kota Semarang (Bandara Ahmad Yani) yang berjarak 119 km. Jarak tersebut berimplikasi terhadap biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh para pengusaha untuk membeli bahan baku dan pemasaran produk.

Tabel 3 Jarak Kelurahan Purwoharjo dengan Pusat Pertumbuhan No Posisi Dengan Jarak

(km)

Waktu Tempuh

(menit) Sarana Transportasi

1 Ibukota Kecamatan 0,5 10 -

2 Ibukota Kabupaten 17 25 Bus AKDP, elf

3 Ibukota Provinsi 119 180 Bus AKDP, Kereta Api 4 Ibukota Negara 425 480 Bus AKAP, Kereta api Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwoharjo Semester I Tahun 2005

Kelurahan Purwoharjo dilintasi jalur Pantura Jawa sehingga mudah dicapai dengan kendaraan darat (bus). Jarak dengan kota Pekalongan adalah 29 km, sedangkan jarak dengan kota Tegal adalah 47 km. Kedua kota tersebut merupakan kota perdagangan terdekat yang dapat dicapai dengan transportasi darat dari kelurahan ini. Di Kota Pekalongan terdapat Pasar Grosir “Setono” yang menjual produk batik Pekalongan dan produk pakaian jadi lainnya yang cukup

(2)

terkenal. Tanda yang paling mudah untuk dikenali dari wilayah ini adalah Sungai Comal, karena kelurahan ini tepat ditepi sebelah timur sungai Comal. Penduduk dari luar daerah lebih mengenal Kota Comal yang hanya merupakan nama kecamatan dibandingkan dengan Kota Pemalang yang nota bene adalah merupakan ibukota kabupaten.

Kelurahan Purwoharjo dalam sejarahnya merupakan wilayah pemekaran, yaitu hasil pemecahan wilayah Desa Purwoharjo menjadi 2 yaitu Kelurahan Purwoharjo di sebelah selatan dan Desa Kauman di sebelah utara. Wilayah ini terbagi menjadi 9 rukun Warga (RW) yang terdiri dari beberapa dusun antara lain : dusun Gedangan, dusun Posongan, dusun Balutan dan dusun Serdadi (lebih dikenal dengan sebutan Surodadi). Dusun yang bercirikan perkotaan adalah Dusun Balutan, karena di situlah pusat Kota Comal berada. Sedangkan dusun lain (Gedangan, Posongan dan Serdadi / Surodadi ) berada di pinggiran (agak jauh dari pusat kota Comal). Lokasi penelitian kajian pengembangan masyarakat berada di dusun Serdadi / Surodadi (RW 9). Dusun Serdadi berada di wilayah bagian utara dari kelurahan Purwoharjo, tepatnya di sebelah utara jalan raya pantura (Jalan Daendels). Tepat di sebelah timur gapura masuk ke dusun Serdadi terdapat Klenteng (tempat ibadah umat Budha).

4.2 Kependudukan

Data kependudukan diperoleh melalui penelusuran data sekunder berupa data monografi kelurahan Purwoharjo Semester I Tahun 2005 yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah Penduduk Kelurahan Purwoharjo menurut Jenis Kelamin Tahun 2005

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2 Laki-laki Perempuan 5.699 5.955 48,9 51,1 Jumlah 11.654 100,0

(3)

Berdasarkan Tabel 4 tersebut dapat diketahui rasio jenis kelamin penduduk Kelurahan Purwoharjo sebagai berikut :

Rasio Jenis Kelamin = Penduduk Laki-laki Penduduk Perempuan = 5.699

5.955 = 95

Jadi rasio jenis kelamin penduduk Kelurahan Purwoharjo adalah 95, artinya dari dari 11.654 jiwa penduduk persentase jumlah penduduk laki-laki adalah 95 persen jumlah penduduk perempuan.

Dalam masyarakat Kelurahan Purwoharjo, laki-laki bekerja sebagai pencari nafkah utama, sedangkan perempuan menjadi ibu rumah tangga atau hanya mencari penghasilan tambahan saja. Hal ini dipengaruhi oleh kultur budaya setempat dan agama yang dianut mayoritas penduduk yaitu agama Islam. Persentase penduduk perempuan lebih besar daripada penduduk laki-laki, namun tenaga kerja pada usaha mikro konveksi lebih banyak yang laki-laki namun tenaga kerja pada usaha mikro konveksi lebih banyak yang laki-laki. Dari keseluruhan jumlah penduduk Kelurahan Purwoharjo sebanyak 11.654 jiwa (Tabel 4) bila dikurangi penduduk usia sekolah sampai dengan SLTA sebanyak 6.631 jiwa (Tabel 5) dan dikurangi lagi dengan jumlah penduduk menurut mata pencaharian sebanyak 4.470 jiwa (Tabel 6) maka dapat diketahui sebanyak 553 jiwa penduduk Kelurahan Purwoharjo termasuk dalam kategori non produktif dan pengangguran.

Tabel 5 Jumlah Penduduk Kelurahan Purwoharjo menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2005

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 TK SD SLTP SLTA (D1-D3) (S1-S3) 374 1.996 1.575 2.686 332 158 5,25 28,03 22,10 37,72 4,66 2,23 Jumlah 7.121 100,00

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwoharjo Semester I Tahun 2005 x k (biasanya 100) Rasio Jenis Kelamin =

(4)

Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Purwoharjo sebagaimana terlihat dalam Tabel 5 menunjukkan dari 11.654 jiwa penduduk Kelurahan Purwoharjo (Tabel 4), sebanyak 7.121 jiwa berpendidikan antara TK – Sarjana (S2-S3). Berarti sisanya sebanyak 4.533 jiwa (38,9% dari jumlah penduduk) berada dalam tiga kategori/ kriteria yaitu belum sekolah, tidak lulus SD dan buta huruf. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak penduduk Kelurahan Purwoharjo yang buta huruf dan drop out/ tidak lulus SD. Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di kelurahan Purwoharjo terdiri dari tingkat pendidikan Taman Kanak-Kanak sampai dengan SLTA. Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, penduduk Kelurahan Purwoharjo mengirimkan anak-anaknya ke kota lain. Kota pendidikan terdekat (lokal) adalah Tegal (UPS), Pemalang (POLTEK Pemalang, STIE AS SHOLEH) ) dan Pekalogan (UNIKAL dan STAIN). Pendidikan di tingkat lokal kurang diminati, terbukti dengan banyaknya penduduk Kelurahan Purwoharjo yang mengirimkan anaknya ke kota Semarang, Jogyakarta dan Jakarta untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

4.3 Aspek Perekonomian

Perekonomian masyarakat Kelurahan Purwoharjo tidak berbasis pada sektor pertanian namun lebih cenderung pada sektor jasa dan perdagangan. Hal tersebut dapat dilihat dari data monografi Kelurahan Purwoharjo yang tidak menyebutkan adanya lahan pertanian dan tidak ada penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani maupun buruh tani. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa tidak ada sedikitpun lahan pertanian (sawah dan ladang) di wilayah Kelurahan Purwoharjo yang ada hanya pekarangan di sekitar pemukiman. Sungai Comal yang mengalir di sebelah barat wilayah ini tidak memberikan manfaat secara ekonomi. Karena merupakan wilayah perkotaan, maka di wilayah ini tumbuh menjamur usaha sektor informal seperti : pedagang kaki lima dan sektor informal lainnya seperti : warung tenda, penjual VCD, pedagang makanan keliling, tukang jam, tukang sol sepatu, tambal ban dan lain-lain yang berada di sekitar pasar Comal. Secara umum, banyak profesi yang ditekuni oleh penduduk Kelurahan Purwoharjo. PadaTabel 6 ditampilkan jumlah penduduk Kelurahan Purwoharjo berdasarkan mata pencaharian mereka.

(5)

Tabel 6 Jumlah Penduduk Kelurahan Purwoharjo menurut Mata Pencaharian Tahun 2005

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 PNS TNI/POLRI Swasta wiraswasta/pedagang Tani Pertukangan Buruh Tani Pensiunan Nelayan Pemulung Jasa 132 18 2.356 1.571 0 58 0 74 0 0 261 2,95 0,40 52,71 35,14 0 1,30 0 1,66 0 0 5,84 Jumlah 4.470 100,00

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwoharjo Semester I Tahun 2005

Mata pencaharian penduduk kelurahan Purwoharjo didominasi oleh sektor swasta dan wiraswasta. Pengusaha mikro konveksi termasuk dalam kelompok wiraswasta. Dari data jumlah total penduduk menurut mata pencaharian sejumlah 4.470 maka persentase wiraswasta adalah 35,15 persen dan swasta 52,71 persen. Data menunjukkan bahwa perekonomian penduduk Kelurahan Purwoharjo tidak berbasis pada sektor pertanian melainkan sektor jasa dan perdagangan. Dalam data tersebut tidak ditemukan satu orangpun penduduk Kelurahan Purwoharjo yang bekerja sebagai petani maupun buruh tani. Pada Tabel 7 disajikan jumlah penduduk Kelurahan Purwoharjo menurut kelompok usia tenaga kerja. Apabila menggunakan batasan usia kelompok tenaga kerja sesuai dengan Tabel 7 maka jumlah pengangguran di Kelurahan Purwoharjo adalah 9.346 dikurangi 4.470 yaitu 4.876 orang.

Tabel 7 Jumlah Penduduk Kelurahan Purwoharjo menurut Kelompok Usia Tenaga Kerja Tahun 2005

No Kelompok UsiaTenaga Kerja (tahun)

Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 10-14 47 1,03 2 15-19 913 21,05 3 20-26 961 22,13 4 27-40 1.390 32,03 5 41-56 996 22,95 6 57 < 89 1,91 JUMLAH TOTAL 9.346 100,00 Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwoharjo Semester I Tahun 2005

(6)

Pasar Comal berada di wilayah kelurahan Purwoharjo dan merupakan pasar terbesar kedua setelah pasar Pagi Kota Pemalang. Pasar Comal merupakan pusat kegiatan ekonomi / perdagangan dari 4 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Ampelgading, Kecamatan Bodeh, Kecamatan Ulujami dan Kecamatan Comal sendiri. Selain pasar terdapat 5 minimarket yaitu Rehal, Tulip, Sukses Makmur, Indomaret dan Agung. Sekitar 1 km ke arah timur, terdapat Pasar Grosir Konveksi Comal yang dibangun pada tahun 2002 untuk memasarkan sebagian produk konveksi. Pasar grosir tersebut dibangun di lahan milik Pemda Pemalang dan pembangunannya bekerja sama dengan investor.

Selain infrastruktur berupa pasar yang cukup besar, di tempat ini juga terdapat lembaga keuangan antara lain : Bank Jateng KCP Comal, BCA, Bank Danamon, BRI unit Purwoharjo, Perum Pegadaian, KOSPIN JASA, BPR Bank Pasar, BPR BKK, BMT Sinar Mentari dan Bank kredit harian. Dari berbagai macam lembaga keuangan tersebut yang banyak dimanfaatkan oleh pedangang pasar dan sebagian besar masyarakat adalah Bank Pasar, Kospin Jasa dan Bank kredit harian, dan Perum Pegadaian. Sarana transportasi yang digunakan beragam yaitu : becak, dokar, Koperanda, Isuzu Elf, minibus.

Di wilayah RW 9 (dusun Serdadi) terdapat industri kecil pakaian jadi (konveksi) khususnya celana panjang, celana pendek (kolor) dan seragam sekolah sejumlah 88 unit yang sudah terdaftar di Diperindag Kabupaten Pemalang ( formal) dan 66 unit yang belum terdaftar (non formal) (Diperindag Kab Pemalang, 2004). Industri mikro konveksi telah memiliki wadah berupa “Asosiasi Pengusaha Pakaian Jadi “ (APPJ) dan koperasi yaitu “Koperasi Pengusaha Pakaian Jadi” (KPPJ) serta “Asosiasi Pengusaha Industri Kecil” (APIK).

Dari hasil wawancara dengan beberapa pengusaha mikro konveksi di kelurahan Purwoharjo, terungkap bahwa rata-rata modal awal dalam memulai usaha berasal dari pribadi / keluarga dengan jumlah yang bervariasi antara Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000. Pada awal perintisan usaha, semua kegiatan dari membeli bahan baku, memotong, menjahit dan memasarkan dilakukan sendiri oleh pengusaha. Hasil keuntungan dari penjualan produk konveksi berupa celana panjang atau celana kolor, ditabung untuk membeli tambahan mesin jahit dan meningkatkan modal. Pengusaha membeli mesin jahit bekas (second hand) dari Jakarta. Selanjutnya baru membeli tambahan mesin jahit dan mempekerjakan karyawan untuk menjahit. Ada beberapa pengusaha yang pada awalnya adalah

(7)

karyawan/ buruh menjahit pada pengusaha mikro konveksi, kemudian mengundurkan diri dan mendirikan usaha sendiri.

Waktu memulai usaha dari para pengusaha terbagi menjadi 3 periode yaitu : periode 1980-an, periode 1990-an dan periode 2000-an. Bagi yang memulai usaha pada periode 1980-an dan 1990-an sempat merasakan bantuan pinjaman lunak dari pemerintah dan BUMN, namun bagi yang memulai usaha pada periode 2000-an sudah tidak lagi menikmati bantuan pinjaman lunak tersebut. Menurut informasi dari Diperindagkop Kabupaten Pemalang dan hasil wawancara, banyak dari pinjaman lunak yang macet sehingga tidak ada keberlanjutan pemberian bantuan pinjaman lunak dari BUMN yang bersangkutan.

Mayoritas pengusaha mikro konveksi memproduksi celana panjang dan celana kolor. Pengusaha yang memproduksi seragam sekolah dari TK sampai SMA hanya satu orang, satu orang memproduksi pakaian dalam wanita dan satu orang memproduksi kemeja. Tempat usaha masih bersatu dengan rumah / tempat tinggal. Ruang tamu depan difungsikan sebagai tempat menjahit. sedangkan ruang keluarga berfungsi ganda sebagai ruang tamu. Berdasarkan hasil observasi, pengusaha mikro konveksi yang tempat menjahitnya terpisah dari tempat tinggal hanya 2 orang.

Dusun Serdadi (RW 09) kelurahan Purwoharjo sebagian besar penduduknya menggeluti usaha mikro konveksi. Dari 129 orang pengusaha mikro konveksi di Kelurahan Purwoharjo, hanya dua pengusaha yang berada di luar dusun Serdadi yaitu di dusun Balutan (RW 06). Lokasi dusun Serdadi cukup strategis karena berada di tepi jalan pantura (Daendels) Jawa Tengah bagian barat dan sudah relatif cukup dikenal oleh pedagang lokal (Purbalingga, Purwokerto, Tegal) karena usaha mikro konveksi di dusun ini sudah berlangsung lama (sejak tahun 1980-an). Letak yang strategis ini cukup menguntungkan karena secara tidak langsung dapat mempermudah transportasi bahan baku dan pemasaran.

Di RT 05 RW 03 (dusun Posongan) terdapat industri rumah tangga kue semprong sejumlah 20 buah. Menurut penuturan mereka, usaha tersebut merupakan usaha turun temurun dari nenek moyang mereka. Sedangkan di RW 04 dan RW 06 (dusun Balutan) terkenal dengan kerajinan kurungan ayam dari bambu namun sekarang tinggal sedikit yang masih menekuninya karena harganya yang rendah dan pemasarannya semakin susah. Dari ketiga kegiatan

(8)

tersebut yang sudah pernah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari Pemda (Diperindagkop Kabupaten Pemalang) adalah industri rumah tangga kue semprong dan konveksi.

Sejumlah 100 orang fakir miskin yang tersebar di dusun Gedangan, dusun Posongan, Dusun Balutan dan Dusun Serdadi yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Ekonomi (KUBE) pernah mendapatkan bantuan Paket Sarana Ekonomi Produktif dari Proyek Bantuan Sosial Fakir Miskin Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2003 melalui Kantor Kesejahteraan Sosial Kabupaten Pemalang berupa : mesin jahit Singer, dinamo Nasional, meja jahit, mesin obras Butterfly, metlin, gunting jahit Butterrfly, gunting dedelan, seam reaper, benang obras, penggaris lurus, penggaris mode, kapur jahit, Jarum Penthol dan rader secara hibah dengan tanggung jawab untuk mengembangkan (digulirkan kepada KUBE yang lain dalam waktu sesuai kemampuan kelompok). Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagian besar fakir miskin tersebut tidak dapat melanjutkan usahanya karena berbagai sebab antara lain : kurangnya keterampilan, kurangnya pembinaan/ pendampingan dari dinas terkait, kebutuhan ekonomi yang menghimpit sehingga bantuan mesin jahit digunakan sebagai agunan di Perum Pegadaian, kelompok usaha bersama ekonomi yang dibentuk secara mendadak dan formalitas sebagai syarat untuk memperoleh bantuan peralatan jahit dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah.

4.4 Struktur Komunitas

Pelapisan sosial dalam masyarakat kelurahan Purwoharjo berdasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain : jabatan formal dalam birokrasi (dari RT sampai Lurah), aspek religi terutama agama Islam (pimpinan umat beragama / imam masjid, ulama, kyai, ustad, haji), aspek ekonomi. Kultur masyarakat masih memposisikan RT, RW, kadus, lurah sebagai orang yang disegani. Mungkin hal ini dilatarbelakangi oleh sejarah kelurahan yang tadinya merupakan sebuah desa (desa Purwoharjo) kemudian pada tahun 2000 dimekarkan menjadi 2 yaitu Kelurahan Purwoharjo dan Desa Kauman sehingga kultur pedesaan masih terasa kental.

Mayoritas penduduk kelurahan Purwoharjo beragama Islam dan ormas Islam yang terbesar di wilayah ini adalah Nahdatul Ulama (NU) dan berikutnya

(9)

adalah Muhamadiyah. Berdasarkan data Monografi Kelurahan Purwoharjo Semester I Tahun 2005 (sampai dengan 30 Juni 2005) dari jumlah penduduk sebanyak 11.625, penduduk yang beragama Islam sebanyak 11.033 (94,9%), Kristen 332 (2,85%), Hindu 110 (0,95%), Budha 150 (1,29%). Ormas NU tersebar merata di seluruh wilayah Kelurahan Purwoharjo sedangkan Muhamadiyah berada di dusun Serdadi / Surodadi dan Balutan saja. Pemeluk agama Islam senantiasa tunduk kepada pimpinan agamanya. Jadi tokoh agama juga merupakan orang yang disegani dalam masyarakat. Kata-katanya masih banyak didengar oleh masyarakat, tidak hanya dalam kehidupan beragama namun juga dalam kegiatan kemasyarakatan. Bagi penduduk Kelurahan Purwoharjo, gelar haji merupakan prestis tersendiri.

Faktor ekonomi dan profesi (PNS, guru, TNI/ POLRI) juga menjadi dasar pelapisan sosial dalam masyarakat. Pengusaha besar, orang kaya ditempatkan pada posisi yang terhormat. Dalam prakteknya faktor ekonomi ini bukan menjadi pertimbangan utama. Yang lebih dominan adalah jabatan birokrasi dan tokoh agama. Misalnya seseorang yang kaya kalau dia belum bergelar haji, status sosial dalam masyarakat akan lain. Beberapa faktor tersebut adakalanya bergabung dalam satu orang, contohnya seorang haji yang kaya, seorang birokrat yang sudah haji dan kaya (peran ganda seseorang dalam masyarakat).

Secara ringkas, stratifikasi sosial dalam masyarakat kelurahan Purwoharjo adalah sebagai berikut :

1. Tokoh formal (birokrat) dan tokoh agama (Imam masjid, kyai, ulama). 2. Golongan ekonomi kuat /kaya (pengusaha, pedagang besar / juragan,

kontraktor)

3. Golongan ekonomi menengah. (pedagang, PNS, TNI/POLRI, karyawan swasta)

4. Golongan ekonomi lemah (buruh, pelaku sektor informal)

Para pengusaha mikro konveksi dalam stratifikasi tersebut menempati posisi ketiga. Untuk menggugah inisiatif para pengusaha dalam upaya peningkatan usaha mereka dapat ditempuh melalui pendekatan dengan tokoh masyarakat yang juga menggeluti usaha konveksi.

(10)

Organisasi dan Kelembagaan 4.5.1 Kelembagaan

Kelembagaan ibu-ibu selain kelembagaan pengajian dan jamaah tahlil dan Yasin juga terdapat kelembagaan arisan, dasa wisma maupun PKK. Dalam kegiatan PKK dan dasa wisma biasanya ada kegiatan latihan keterampilan misalnya membuat kue, menjahit, membuat kerajinan tangan yang dapat dijual sehingga dapat menambah pendapatan keluarga. Kelembagaan arisan menjadi salah satu kegiatan dalam Jamaah Yasin dan Tahlil, PKK dan dasa wisma. Namun ada juga yang arisan merupakan kegiatan pokok, misalnya arisan oleh pedagang pasar. Kegiatan simpan pinjam dalam setiap kegiatan tersebut saat ini hampir tidak ada, karena berdasarkan pengalaman banyak pinjaman yang macet. Pada saat Idul Fitri disaat seharusnya dana simpanan berikut jasanya dibagikan kepada anggota, hal tersebut tidak dapat dilaksanakan karena tingginya pinjaman yang macet. Peminjam mempunyai kemauan untuk mengembalikan pinjaman namun tidak mempunyai kemampuan karena kondisi ekonomi keluarga yang minim.

Kelembagaan ekonomi yang ada di masyarakat antara lain sistem pinjam-meminjam uang dengan agunan (semacam menggadaikan barang kepada perorangan dengan perjanjian tertentu sesuai kesepakatan). Bentuk perjanjian itu misalnya, seseorang meminjam uang Rp. 500.000 dengan agunan yang bernilai lebih dari jumlah pinjaman. Barang akan ditebus dalam jangka waktu 3 bulan dengan memberikan uang jasa sebesar Rp 50.000. Bila sampai dengan jatuh tempo si peminjam tidak bisa mengembalikan pinjamannya maka barang agunan menjadi milik yang meminjamkan uang. Jangka waktu peminjaman dan besarnya jasa merupakan hasil kesepakatan awal antara si peminjam dan yang meminjamkan uang.

4.5.2 Organisasi

Organisasi keagamaan yang ada di wilayah kelurahan Purwoharjo antara lain : Kelembagaan agama (NU, Muhamadiyah, Yayasan Al Irsyad, IPPNU, Pemuda gereja). Penduduk dusun Serdadi dan Balutan mayoritas bergabung dalam organisasi Muhamadiyah. Kelembagaan yang menonjol adalah kelembagaan pengajian, jamaah yasin dan tahlil. Bapak-bapak dan Ibu-ibu

(11)

mempunyai kelompok masing-masing, begitu pula dengan pemuda. Kelembagaan tersebut cukup efektif digunakan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi tentang pemerintahan maupun kemasyarakatan.

Organisasi kepemudaan yang menonjol di wilayah ini adalah karang taruna Mustika yang mempunyai sekretariat di dusun Posongan. Prestasi yang pernah diraih adalah Juara I lomba karang taruna tingkat Kabupaten Pemalang dan Juara II tingkat Propinsi Jawa Tengah tahun 2004. Setiap tahun karang taruna ini rutin mengadakan kegiatan dalam rangka HUT RI dengan “Posongan Fair”. Kegiatannya berupa bazar, pasar malam dan pada malam puncaknya diadakan acara hiburan yang diisi oleh pemuda setempat. Kegiatan bazar diisi oleh pedagang lokal (konveksi dan makanan) maupun luar daerah (souvenir, pakaian dan lain-lain). Kegiatan ini selain dapat menambah kas karang taruna juga bisa menambah penghasilan masyarakat setempat misalnya dengan berdagang, jasa parkir dan titipan sepeda. Walaupun “Posongan Fair” adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Karang Taruna Mustika, namun kegiatan ini milik seluruh masyarakat Purwoharjo khususnya dan Masyarakat Comal pada umumnya. Hal itu dapat dilihat dari keterlibatan berbagai lapisan masyarakat dalam kepanitiaan, dan antusiasme masyarakat untuk turut meramaikan kegiatan tersebut.

Organisasi yang pernah terbentuk dalam lingkungan usaha mikro konveksi di kelurahan Purwoharjo adalah Asosiasi Pengusaha Pakaian Jadi (APPJ), Koperasi Pengusaha Pakaian Jadi (KPPJ) dan Asosiasi Pengusaha Industri Kecil (APIK). Pada saat pelaksanaan Praktek Lapang I, ketiga organisasi tersebut sudah tidak aktif lagi. APIK didirikan sebagai sarana untuk mengakses bantuan permodalan dari pemerintah daerah dengan mengajukan proposal kepada dinas terkait (Diperindagkop). Pada saat bantuan cair, dana disalahgunakan oleh oknum pengurus dan tidak disampaikan kepada pengusaha/ industri kecil anggotanya. Kasus tersebut telah ditangani pihak yang berwajib dan oknum pengurusnya dijatuhi hukuman sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. APPJ dan KPPJ kegiatannya vakum, belum dibubarkan namun hampir tidak ada aktivitas lagi.

(12)

4.6 Sumber daya Lokal

Wilayah Kelurahan Purwoharjo merupakan wilayah perkotaan yang tidak mempunyai sumber daya alam yang memadai. Sumber daya yang dimiliki adalah sumber daya manusia / tenaga kerja dan sumberdaya fisik berupa sarana prasarana ekonomi (pasar), transportasi (jalan raya dan kendaraan umum), pendidikan (sekolah dari TK-SLTA), kesehatan (Puskesmas, RB, dan PKU). Selain modal manusia juga terdapat modal sosial berupa ikatan yang kuat dalam masyarakat yang berdasarkan pada nilai budaya setempat maupun nilai-nilai keagamaan. Nilai budaya berupa rasa saling menghormati dan jiwa gotong royong yang masih kental serta ketaatan kepada pemimpin baik pemimpin agama maupun pemimpin masyarakat (pemerintah setempat). Tercermin dalam kegiatan sosial kemasyarakatan seperti hajatan, takziah maupun kerja bakti membersihkan lingkungan. Lokasi yang strategis (berada di pinggir jalur Pantura/ jalan Daendels) dan didukung infrastruktur berupa pasar kota Comal, pasar grosir konveksi Comal, jalan dan sarana transportasi yang cukup memadai juga merupakan modal untuk dapat menggerakkan roda perekonomian setempat.

Gambar

Tabel 3 Jarak Kelurahan Purwoharjo dengan Pusat Pertumbuhan  No  Posisi Dengan  Jarak
Tabel  5   Jumlah Penduduk Kelurahan Purwoharjo menurut Tingkat  Pendidikan   Tahun 2005
Tabel 7   Jumlah Penduduk Kelurahan Purwoharjo menurut Kelompok Usia  Tenaga Kerja Tahun 2005

Referensi

Dokumen terkait