• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT KELURAHAN CICADAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT KELURAHAN CICADAS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Lokasi

Kelurahan Cicadas merupakan salah satu Kelurahan dari enam Kelurahan di Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung, memiliki luas wilayah sebesar 55 ha dengan ketinggian 700 meter dari permukaan laut dan termasuk daerah dataran. Jarak antara Kelurahan ke kantor Kecamatan sekitar 1 Km, sedangkan jarak menuju kantor Kota Bandung kurang lebih 3 Km.

Letak kantor Kelurahan Cicadas yang berlokasi di Jalan Sukamulus no. 257 Bandung berada di tengah-tengah perumahan penduduk tepatnya berlokasi di RW 01 Kelurahan Cicadas. Jarak tempuh ke Kecamatan relatif dekat, cukup ditempuh dengan jalan kaki yang memakan waktu kurang lebih 20 menit atau dengan kendaraan motor dapat ditempuh hanya lima menit, sehingga memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang bersifat administratif.

Secara geografis wilayah Kelurahan Cicadas berbatasan dengan beberapa wilayah, meliputi :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Cihaurgeulis Kecamatan Cibeunying Kaler.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kebon Waru Kecamatan Batununggal.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukamaju Kecamatan Cibeunying Kidul.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Cikutra Kecamatan Cibeunying Kidul.

Hampir keseluruhan jalan yang ada di Kelurahan Cicadas merupakan jalan aspal, hanya beberapa jalan yang perlu perbaikan. Sebagian perumahan penduduk dapat dilalui oleh kendaraan roda empat yaitu sebagian RW 01, RW 05, RW 06, RW 07, RW 11, RW 13. Sedangkan RW lainnya berupa gang kecil yang hanya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua dan terdapat gang yang hanya cukup dilalui oleh pejalan kaki saja. Jarak antara jalan raya menuju permukiman kurang lebih 2 Km, sehingga masyarakat Kelurahan Cicadas sering menggunakan fasilitas kendaraan umum yaitu beca atau ojeg.

(2)

Penggunaan lahan tanah di Kelurahan Cicadas dapat diketahui dari tabel berikut :

Tabel 2 Penggunaan Tanah Kelurahan Cicadas Tahun 2007

No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1. Permukiman 40,5 73,63 2. Pertokoan/Perdagangan 2,0 3,64 3. Perkantoran 0,5 0,91 4. Taman 2,0 3,64 5. Prasarana Umum 10 18,18 Total 55 100,00

Sumber : Data Monografi Kelurahan Cicadas, tahun 2007.

Berdasarkan data penggunaan area lahan tanah Kelurahan Cicadas diketahui bahwa 73,63 % dari luas wilayah Kelurahan Cicadas dipergunakan sebagai area permukiman. Sedangkan area pertokoan dan perdagangan sebesar 3,64 % yang terdiri dari 224 buah toko, kios dan warung, lima minimarket dan pasar pagi yang berlokasi di jalan Awibitung. Area perkantoran hanya 0,91 % terdiri dari kantor Angkatan Darat dan Bank cabang BNI. Sedangkan yang termasuk dalam area taman dan prasarana umum sebesar 3,64 % dan 18,18 % adalah berupa taman, jalan umum, lapangan olah raga dan sekolah yang sebagian besar berada di komplek Angkatan Darat (PPI) RW 13.

Fasilitas di bidang kesehatan yang ada di Kelurahan Cicadas adalah Rumah Sakit Al Islam yang melayani praktek dokter umum, dokter gigi, dokter penyakit dalam dan rumah bersalin. Terdapat juga lima praktek dokter umum yang tersebar di wilayah Kelurahan Cicadas dan dua praktek bidan. Jumlah apotik yang ada di wilayah Kelurahan Cicadas sebanyak dua buah.

Fasilitas dibidang pendidikan, terdapat empat Taman Kanak-Kanak, dua buah SD Negri dan satu SD Swasta, satu SMP Negri dan satu SMA Negri. Di bidang industri, terdapat industri kecil dengan jumlah pegawai kurang lebih sebanyak 25 orang yaitu pabrik handuk yang berlokasi RW 02 dan industri konveksi yang berlokasi di RW 01.

(3)

4.2. Kondisi Permukiman di Kelurahan Cicadas

Wilayah Kelurahan Cicadas secara keseluruhan merupakan area permukiman, dari luas wilayah 55 ha, sebanyak 20 ha merupakan area permukiman milik Angkatan Darat (PPI) yang berlokasi di RW 13. Sisanya merupakan area permukiman penduduk biasa. Jumlah penduduk di RW 13 yang merupakan kompleks perumahan Angkatan Darat berdasarkan laporan kependudukan tahun 2007 adalah sebanyak 2027 jiwa atau 15,73 % dari keseluruhan jumlah penduduk di Kelurahan Cicadas. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada RW-RW yang lain yang ada di Kelurahan Cicadas, jumlah penduduk RW 13 adalah terbanyak. Walaupun jumlah penduduknya tergolong cukup banyak dan padat, RW 13 tidak termasuk dalam wilayah kumuh, karena perumahan disini merupakan perumahan kompleks yang tertata cukup rapih.

Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat kelurahan dan tokoh masyarakat, lokasi permukiman kumuh di Kelurahan Cicadas tersebar di 10 RW yaitu di RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 09, RW 10, RW 11, RW 12, RW 14 dan RW 15. Lima RW yang tergolong tidak kumuh adalah RW 05, RW 06, RW 07, RW 08 dan RW 13. Jumlah penduduk di lima RW tersebut cukup padat, akan tetapi bangunan rumah tersusun cukup rapi, lingkungan rumah rata-rata bersih dan terdapat tanaman penghijauan sehingga terlihat cukup asri.

Menurut aparat Kelurahan T (44 Thn), Kelurahan Cicadas termasuk wilayah yang padat dan kumuh.

Kelurahan Cicadas termasuk Kelurahan yang sangat padat, karena warganya banyak yang ekonomi menengah ke bawah serta bekerja disektor informal, seperti kuli bangunan, tukang beca, tukang sumur, pedagang maka banyak daerah yang kumuh, rumahnya rata-rata kecil kurang lebih ukuran 2 x 4 m anggota keluarga banyak antara 5 orang lebih malah sampai 10 atau 12 orang dalam satu rumah. MCKnya masih rame-rame, rumahnya berdempetan dan tidak teratur, kondisi bangunannya tidak memadai dan tidak sehat”.

Sedangkan menurut Y (47 Thn), kader yang aktif di RW14 maupun aktif di PKK Kelurahan Cicadas, mengemukakan :

“Ciri-ciri suatu daerah kumuh adalah lingkungan kotor, rumahnya kondisinya tidak layak huni, tidak ada ventilasi, sempit, tidak ada pembagian ruang seperti memasak, tidur, ruang tamu itu ruangannya bersatu”.

(4)

Kondisi kekumuhan di Kelurahan Cicadas terlihat dari bangunan yang berhimpitan, ukurannya kecil, kondisi bangunan tidak memadai seperti dinding rumah yang kusam dan kotor, ventilasi rumah tidak ada, atap dari seng atau genteng yang sudah tua, jika hujan terjadi bocor. Keadaan rumah pengap, lembab dan gelap. Permukiman kumuh terletak di gang-gang sempit. Tidak ada sarana ruang terbuka bagi anak-anak untuk bermain. Setiap rumah tidak terdapat pembagian ruang seperti ruang tamu, dapur atau kamar tidur. Seringkali untuk sarana memasak dilakukan di depan rumah dengan menyimpan kompor dan ditutupi triplek seadanya. Sarana untuk menjemur pakaianpun di lakukan didepan rumah. Hal ini menambah kesemrawutan dan ketidakteraturan lingkungan disekitar permukiman kumuh. Kondisi ini terdapat hampir di semua RW yang kondisinya kumuh.

Sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) dipakai bersama-sama dengan penghuni lainnya dan seringkali kondisinya tidak memadai. Di RW 02 sarana MCK terdapat didepan rumah dan kondisinya setengah terbuka, sedangkan sarana kakus yang ada di RW 01 berada di atas sungai kecil, kondisi bangunan kakus setengah terbuka, tidak ada atap penutup, tidak terdapat sarana air bersih dan tidak ada penerangan, sehingga jika malam hari kondisinya sangat gelap.

Status kepemilikan rumah pada permukiman kumuh sebagian besar adalah rumah sewa atau kontrak yang berada di RW 03, RW 04, RW 09, dan RW 14, mereka pada umumnya mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang. Kondisi rumah sewa atau kontrak ini merupakan bangunan yang berhimpitan yaitu ruangan yang berukuran kurang lebih 2 x 3 meter, rata-rata kondisi bangunan berdinding kusam, tidak terdapat ruang tidur dan MCK merupakan milik umum. Status kepemilikan tanah permukiman kumuh di RW 02, merupakan tanah milik perorangan tapi telah ditempati selama beberapa tahun oleh penghuni permukiman kumuh, kondisi bangunan pada umumnya sama dengan permukiman kumuh lainnya. Di RW 12, RW 14, dan RW 15 sebagian besar permukiman kumuh berada di atas lahan milik Angkatan Darat, dengan kondisi bangunan dan lingkungan yang tidak memadai. Sedangkan status kepemilikan rumah milik sendiri pada permukiman kumuh berada di RW 01, sebagian RW 12 dan RW 14.

(5)

4.3. Kependudukan

Data kependudukan di Kelurahan Cicadas sampai bulan Desember 2007 adalah 12.886 jiwa terdiri atas 6537 orang laki-laki (50,73%) dan 6349 orang perempuan (49,27%), dengan rasio jenis kelamin (RJK) sebesar 102 artinya dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk Kelurahan Cicadas berkisar 234 jiwa/Ha atau 23.429 jiwa/Km2. Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3 Komposisi Penduduk Kelurahan Cicadas Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2007 No Umur Jumlah Lk Pr Jml 1 0 - 4 685 794 1479 2 5 - 9 778 783 1561 3 10 - 14 807 777 1584 4 15 - 19 746 761 1507 5 20 - 24 718 680 1398 6 25 - 29 688 660 1348 7 30 - 34 399 379 778 8 35 - 39 352 297 649 9 40 - 44 375 337 712 10 45 - 49 268 246 514 11 50 - 54 253 228 481 12 55 - 59 185 156 341 13 60 - 64 140 134 274 14 65 ke atas 143 117 260 JML 6537 6349 12886 Persentase 50,73 % 49,27% 100 %

Sumber : Laporan kependudukan bulan Desember tahun 2007

Apabila digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, maka komposisi penduduk Kelurahan Cicadas berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

(6)

1000 800 600 400 200 0 200 400 600 800 1000 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 ke atas LK Pr

Gambar 2 Piramida Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Umur di Kelurahan Cicadas Tahun 2007

Jika dilihat dari piramida penduduk Kelurahan Cicadas pada gambar 2, kelompok umur 0 – 4 tahun sampai dengan kelompok umur 25 – 29 tahun melebar di bandingkan kelompok umur 30 tahun sampai 65 tahun ke atas baik pada penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan, hal ini mengindikasikan bahwa di Kelurahan Cicadas termasuk ke dalam penduduk muda atau sebagian besar penduduknya berada pada umur muda.

Menurut Rusli, Wahyuni dan Sunito (2007), besarnya ratio beban tanggungan (RBT) penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang digolongkan bukan usia kerja / bukan usia produktif (usia dibawah 15 tahun dan usia 65 tahun ke atas) terhadap jumlah penduduk usia kerja / usia produktif (usia 15 – 64 tahun). Hasil perhitungan ratio beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Kelurahan Cicadas adalah sebesar 61, artinya setiap 100 orang yang produktif di Kelurahan Cicadas harus menanggung 61 orang yang tidak produktif.

(7)

Berdasarkan data laporan tahunan kependudukan tentang mobilitas/mutasi penduduk di Kelurahan Cicadas pada tahun 2007, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4 Jumlah Penduduk Kelurahan Cicadas berdasarkan Mobilitas/Mutasi Penduduk Tahun 2007 No Mutasi Lk Pr Jumlah 1 Lahir 40 37 77 2 Meninggal 39 35 74 3 Pendatang 331 306 637 4 Pindah 207 176 383

Sumber : Monografi Kelurahan Cicadas tahun 2007

Angka kelahiran (fertilitas) sebanyak 77 orang pertahun, angka kematian sebanyak 74 orang pertahun, angka migrasi masuk sebanyak 637 orang pertahun dan migrasi keluar sebanyak 383 orang pertahun.

Jika dihitung reit perkembangan penduduk Kelurahan Cicadas adalah sebesar 2,18 % pertahun atau sebanyak 253 orang pertahun yang masuk ke wilayah Kelurahan Cicadas. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk tahunan di Kelurahan Cicadas relatif cukup tinggi, karena berada pada level di atas 1 %. Beberapa faktor yang menjadi penyebab, diantaranya adalah lokasi Kelurahan Cicadas termasuk daerah perkotaan sehingga menjadi faktor penarik (pull factor) bagi orang-orang dari daerah di luar kota Bandung untuk tinggal di wilayah Kelurahan Cicadas. Faktor lain yang juga besar pengaruhnya pada tingkat mobilitas penduduk di Kelurahan Cicadas adalah lokasi RW 13 yang merupakan kompleks Angkatan Darat, dimana perpindahan tugas anggota TNI dan keluarganya dari luar daerah ke Kota Bandung cukup besar, sehingga migrasi masuk di Kelurahan Cicadas cukup tinggi. Selain anggota TNI, anggota masyarakat umum juga banyak yang masuk ke wilayah Kelurahan Cicadas, baik itu untuk menetap sebagai penduduk Cicadas maupun sebagai penduduk musiman. Alasan mereka tinggal di Kelurahan Cicadas kebanyakan untuk mencari pekerjaan atau melanjutkan studi di perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari data mutasi penduduk Kelurahan Cicadas sebagai berikut :

(8)

Menurut tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Cicadas, baik Warga Negara Indonesia (WNI), WNI Keturunan maupun Warga Negara Asing (WNA) lulusan SLTA ke atas berjumlah 3025 orang atau sekitar 23,48%. Sedangkan yang tidak tamat SD, tamat SD dan SMP sebanyak 6040 orang atau sekitar 46,87% lebih banyak dibandingkan lulusan SLTA ke atas. Hal ini mengindikasikan bahwa taraf pendidikan penduduk di Kelurahan Cicadas pada umumnya masih rendah. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 5 Komposisi Penduduk Kelurahan Cicadas berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin

Tahun 2007 NO PENDIDIKAN UMUM JUMLAH LK PR JML 1 Tdk/belum 1064 1073 2137 Sekolah 2 Tdk tamat SD 893 878 1771 3 Belum tamat SD 881 803 1684 4 Tamat SD 1078 1088 2166 5 SLP 1070 1033 2103 6 SLA 986 966 1952 7 Akademi/Sarjana 393 385 778 Muda 8 Sarjana 172 123 295 JUMLAH 6537 6349 12886

Sumber : Laporan Kependuduk an bulan Desember tahun 2007

4.4. Struktur Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Cicadas tergolong sangat heterogen, hal ini dapat dilihat dari data berikut :

(9)

Pensiunan; 598 atau 5 % Mahasiswa; 683 atau 5 % Pelajar; 1345 atau 10 % Dagang; 1576 atau 12 % Peg. Swasta; 1972 atau 15 % ABRI; 820 atau 6 % PNS; 648 atau 5 % Lain-Lain; 5244 atau 42 %

Gambar 3 Komposisi Penduduk Kelurahan Cicadas berdasarkan Mata Pencaharian pada

Tahun 2007

Dari data di atas, yang dimaksud mata pencaharian lain-lain adalah yang tidak termasuk penggolongan mata pencaharian dalam diagram. Seperti mata pencaharian yang tergolong dalam bidang jasa, pertukangan, buruh atau yang sering disebut sebagai mata pencaharian sektor informal. Kelompok bukan usia kerjapun termasuk dalam golongan lain-lain. Sehingga dari data di atas yang termasuk mata pencaharian lain-lain cukup besar yaitu sebanyak 5244 atau sekitar 40,70%. Tingginya jumlah mata pencaharian yang tergolong lain-lain, dapat mengindikasikan bahwa di wilayah Kelurahan Cicadas masih banyak penduduk yang bekerja di sektor informal, seperti tukang ojeg, tukang becak, buruh bangunan, kuli serabutan dan juga yang termasuk dalam pengangguran atau yang sedang mencari pekerjaan. Pendapatan atau upah yang didapat dari pekerjaan sektor informal pada umumnya tidak mencukupi untuk kebutuhan minimal. Jika dikaitkan dengan tingkat pendidikan, bahwa mereka yang termasuk dalam pengangguran dan yang bekerja disektor informal tersebut rata-rata tingkat pendidikannya rendah yaitu SMP, SD dan tidak tamat SD. Hal ini dinyatakan juga oleh informan ( K, 34 tahun) :

“Yang tergolong masyarakat miskin di Kelurahan Cicadas pada umumnya mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, upahnya rendah, tingkat pendidikan juga rendah yaitu SMP, SD”

(10)

Mata pencaharian lain yang termasuk dalam sektor informal adalah mata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 1576 atau sekitar 12,23%. Cukup banyaknya masyarakat yang mempunyai mata pencaharian pedagang dikarenakan Kelurahan Cicadas terletak di kawasan pusat perdagangan Cicadas.

Mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri, ABRI dan pegawai swasta atau yang disebut sebagai sektor formal sebanyak 3440 orang atau sekitar 26,70%. Tingginya mata pencaharian di sektor formal di Kelurahan Cicadas disebabkan adanya kompleks Angkatan Darat (PPI) di RW 13 dimana mayoritas penduduknya adalah ABRI dan Pegawai Negeri.

Jika dilihat dari data kependudukan, jumlah angkatan kerja di Kelurahan Cicadas cukup tinggi yaitu sebesar 8002 atau sekitar 62% dari keseluruhan jumlah penduduk. Hal ini merupakan sumber potensi Human Capital jika diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan serta pendidikan/ketrampilan yang memadai.

4.5. Struktur Ekonomi

Jenis usaha ekonomi Lokal di Kelurahan Cicadas pada tahun 2007, dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 6 Jumlah Lembaga Ekonomi/Jenis Usaha di Kelurahan Cicadas Tahun 2007

N0 LEMBAGA EKONOMI/JENIS USAHA JUMLAH (BUAH)

1 Pasar Pagi (Pasar tanpa bangunan permanen) 1

2 Toko, kios, warung 224

3 Minimarket 5

4 Warung makan 9

5 Wartel, kios phone 6

6 Warnet 1

7 Bank 1

8 Industri Pakaian (kecil) 2

9 Industri Makanan (kecil) 1

Jumlah 250

(11)

Dilihat dari data jenis usaha ekonomi lokal, jenis usaha toko, kios dan warung merupakan jenis usaha yang terbanyak di wilayah Kelurahan Cicadas. Hal ini dapat dilihat sebagai potensi sumber daya di Kelurahan Cicadas. Wilayah Cicadas sendiri dikenal sebagai pusat perdagangan yang terpadat di Kota Bandung. Cicadas tidak hanya Kelurahan Cicadas akan tetapi termasuk juga beberapa wilayah lain seperti Kelurahan Padasuka, Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Kebon Waru dan Kelurahan Kiaracondong. Masyarakat umum sering menyebut wilayah tersebut sebagai Cicadas. Usaha perdagangan tersebut, sebenarnya merupakan alternatif usaha untuk menambah pendapatan dari masyarakat, akan tetapi usaha tersebut tidak banyak memberikan pengaruh kepada ekonomi masyarakat. Masih banyak warga masyarakat yang hidup dalam kondisi miskin. Jarak antara warung / toko yang berdekatan serta munculnya beberapa minimarket disekitar permukiman penduduk di Kelurahan Cicadas diduga menjadi penyebab tingkat persaingan yang tinggi diantara para pelaku ekonomi lokal. Berdirinya minimarket yang berjumlah lima buah dan berada ditengah-tengah permukiman penduduk dan didekat pasar pagi, juga memberikan imbas kepada persaingan ekonomi lokal yaitu kepada kios dan warung kecil yang dimiliki oleh masyarakat lokal. Hal ini dikemukakan oleh Ketua RW 04 Bapak Haji S (66 Thn) yang juga sebagai pemilik kios serba ada :

Semenjak ada minimarket, kios saya jadi berkurang pendapatannya. Masyarakat lebih senang pergi ke minimarket karena harganya mungkin lebih murah dan bisa memilih barang-barang sendiri”.

Pelaku ekonomi yang menguasai perdagangan di tempat-tempat strategis seperti dipinggir jalan Raya Ahmad Yani, sebagian besar bukan masyarakat lokal Kelurahan Cicadas, akan tetapi merupakan masyarakat dari wilayah lain. Sehingga sumber daya alam yang berkaitan dengan lahan sebagai potensi ekonomi belum termanfaatkan secara maksimal bagi masyarakat lokal.

Sebab lain yang juga merupakan kendala untuk meningkatkan ekonomi pada usaha perdagangan /jasa adalah permodalan dan ketrampilan. Masyarakat kesulitan untuk membuka usaha karena tidak mempunyai modal dan ketrampilan yang memadai seperti usaha jahit, salon, sablon kaos dan lainnya. Berkaitan dengan hal ini, sebenarnya Pemerintah Kota Bandung telah memberikan beberapa bantuan pinjaman modal dengan bunga relatif ringan seperti Usaha Peningkatan

(12)

Pendapatan Keluarga (UP2K), Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Jaring Pengaman sosial (JPS) dan Pemberdayaan Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE). Program yang baru-baru ini diluncurkan adalah Program Bawaku Makmur yaitu pemberian secara hibah bantuan modal untuk usaha kecil yang berkisar antara Rp. 500.000 – Rp. 2.000.000 per orang.

Usaha industri yang ada di Kelurahan Cicadas sebanyak 3 buah merupakan industri kecil, yaitu industri pakaian, industri handuk, dan sektor industri makanan yaitu pabrik roti. Tenaga kerja pada industri ini hanya sebagian kecil yang memanfaatkan tenaga kerja dari masyarakat lokal. Industri handuk dan pakaian jadi banyak memanfaatkan tenaga kerja dari luar wilayah Kelurahan Cicadas yaitu berasal dari Kabupaten Bandung dengan alasan tenaga kerja dari Kabupaten dapat dibayar dengan upah rendah.

Tidak adanya koperasi di Kelurahan Cicadas menyebabkan masyarakat yang membutuhkan pinjaman uang baik itu untuk modal usaha maupun untuk keperluan lainnya menggunakan jasa rentenir dan jasa Bank dengan mengajukan syarat berupa jaminan sertifikat tanah atau rumah dan surat keterangan mempunyai usaha yang diberikan oleh Kelurahan. Hal ini dikemukakan oleh aparat Kelurahan C (44 Thn) :

“Akhir-akhir ini banyak masyarakat Kelurahan Cicadas yang meminta surat serbaguna keterangan usaha untuk melengkapi persyaratan pinjaman ke Bank. Kebetulan ada beberapa Bank yang menawarkan pinjaman dengan kredit lunak, sehingga sangat banyak warga yang meminta surat keterangan serbaguna. Mungkin karena di kelurahan Cicadas tidak ada koperasi, sehingga mereka antusias jika ada penawaran dari bank, selama ini ada juga masyarakat yang meminjam uang dari rentenir dengan bunga yang cukup tinggi”.

4.6. Struktur Komunitas

Komunitas masyarakat Kelurahan Cicadas dicirikan oleh adanya sistem pelapisan sosial yang didasarkan pada :

1. Jabatan formal seperti ketua RW dan ketua RT,sangat dihargai dan dikenal oleh masyakat Kelurahan Cicadas. Dalam 3 tahun terakhir ini, jabatan ketua RW dan ketua RT dipilih secara langsung oleh masyarakat, sehingga jabatan ketua RW dan ketua RT merupakan kepercayaan dari masyarakat

(13)

langsung. Masyarakat memberi dukungan dan kepercayaan yang tinggi bagi pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat. Selain ketua RW dan ketua RT, di sebagian masyarakat Kelurahan Cicadas juga menghargai adanya sesepuh yang ada di masyarakat lokal. Dari beberapa RW terdapat juga Tokoh Agama yang dihargai seperti di RW 08 dan RW 09. Peran Lurah tidak terlalu berpengaruh secara langsung kepada masyarakat Kelurahan Cicadas, karena Lurah ditunjuk langsung oleh Walikota. Sehingga dalam beberapa kali penggantian Lurah, tidak ada pengaruhnya secara langsung kepada masyarakat di Kelurahan Cicadas.

2. Jenis pekerjaan seperti anggota komunitas yang bekerja di pemerintahan seperti PNS, TNI, Pegawai Swasta pada level manager dan pengusaha adalah orang-orang yang juga dihargai oleh masyarakat.

3. Kekayaan yang dimiliki. Masyarakat lokal Kelurahan Cicadas akan merasa hormat dan segan kepada seseorang yang memiliki kekayaan apabila orang tersebut mempunyai kepedulian sosial yang sangat tinggi kepada masyarakat disekitarnya. Orang yang memiliki kekayaan tersebut sering dijadikan donatur apabila ada kegiatan-kegiatan di masyarakat. Dari sistem pelapisan sosial ini, maka kepemimpinan lokal seringkali muncul berdasarkan kepada tiga aspek terebut di atas.

Jejaring sosial yang dibangun oleh komunitas di Kelurahan Cicadas terbentuk melalui jejaring baik yang sifatnya formal maupun informal. Dalam bentuk formal dilaksanakan melalui musyawarah di tingkat RW dalam membahas permasalahan-permasalahan yang ada dilingkungan masyarakat lokal tersebut. Hasil dari musyawarah kemudian diangkat ke tingkat Kelurahan dalam bentuk Rapat Koordinasi (Rakor) yang dihadiri oleh para RW seKelurahan Cicadas, LPM, Forum RW, instansi terkait, Tokoh Agama. Dari tingkat Kelurahan kemudian diteruskan ke tingkat Kecamatan yang dihadiri oleh para RW seKecamatan Cibeunying Kidul, LPM tingkat Kecamatan, forum RW tingkat Kecamatan dan instansi terkait. Dalam kegiatan-kegiatan tertentu, ketua RW dapat membangun jejaring sosial baik yang sifatnya formal maupun informal dengan sektor swasta (misalnya dalam permohonan bantuan dana) baik itu yang

(14)

ada dilingkungan masyarakat Kelurahan Cicadas maupun yang ada di luar lingkungan Kelurahan Cicadas. Selain faktor swasta, ketua RW pun membangun jejaring sosial dengan sektor pemerintah yaitu dengan instansi terkait misalnya Dinas Perumahan, Dinas Bina Marga, Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) dan lain sebagainya.

4.7. Organisasi dan Kelembagaan

Berdasarkan penggolongan dari kelembagaan-kelembagaan di Kelurahan Cicadas dapat terlihat bahwa kelembagaan di Kelurahan Cicadas sebagian besar merupakan kelembagaan yang didasarkan atas prakarsa dari Pemerintah, hanya sebagian kecil pembentukan kelembagaan berdasarkan atas prakarsa masyarakat seperti Group Band, Calung, Pencak silat dan PKL (Pedagang Kaki Lima). Hal ini dapat di lihat dalam tabel berikut :

Tabel 7 Kelembagaan/Organisasi di Kelurahan Cicadas Tahun 2007

LEMBAGA BENTUK / NAMA KELEMBAGAAN

Pemerintahan Kantor Kelurahan, Kantor Pussenif (TNI-AD)

Keagamaan DKM, Kelompok Pengajian

Politik Organisasi Partai Politik

Kesehatan Rumah Sakit Al Islam, Posyandu

Pendidikan Taman Kanak-Kanak, SD, SMP. SMA, Yayasan Madrasah,

PAUD

Keuangan Bank BNI, Koperasi Primkopad

Kesenian Group Band, Calung, Pencak Silat

Kemasyarakatan LPM, RW, RT, Forum RW, PKK, Karang Taruna

Sosial Arisan

Ekonomi UP2K (Usaha peningkatan Pendapatan Keluarga). P2KP

(Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan), UED-SP (Usaha Ekonomi Desa), PKL (Pedagang Kaki Lima)

Sumber : Monografi Kelurahan Cicadas tahun 2007

Pada masa otonomi daerah kelembagaan baru yang terbentuk di Kelurahan Cicadas adalah Forum RW yang dibentuk atas inisiatif para ketua RW dengan tujuan menampung aspirasi-aspirasi para ketua RW se-Kelurahan Cicadas.

(15)

Kelembagaan ini terbentuk pada tahun 2005. Aktivitas kelembagaan ini belum berfungsi secara optimal karena diantara para ketua RW sering berbeda pendapat, sehingga forum RW tidak mewakili aspirasi seluruh RW yang ada di Kelurahan Cicadas. Perbedaan pendapat ini seringkali terjadi akan tetapi tidak menjadikan suatu konflik yang serius.

Kelembagaan ekonomi seperti UP2K, P2KP dan UED-SP semasa pemerintahan orde baru aktivitasnya masih berjalan, setelah masa pasca reformasi dengan adanya penggantian kepengurusan dari kelembagaan tersebut, aktivitasnya dapat dikatakan tidak ada.

Kelembagaan LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) sebagai kelembagaan mitra Lurah juga belum berfungsi secara optimal dan belum terlihat aktivitasnya secara rutin dan nyata. Kegiatan LPM bersifat insidentil, jika ada program dari Pemerintah Daerah. Masyarakat Kelurahan Cicadas belum sepenuhnya mengetahui fungsi dari kelembagaan LPM ini. Hanya komunitas tertentu saja yang mengetahui kelembagaan LPM ini seperti Ketua RW dan RT, ibu-ibu PKK yang biasanya aktif di Kelurahan sedangkan masyarakat biasa tidak terlalu mengenal kelembagaan LPM.

Kelembagaan yang aktif dan secara rutin melaksanakan pertemuan sebulan sekali adalah kelembagaan PKK tingkat Kelurahan dan PKK tingkat RW, dimana seluruh anggotanya terdiri dari ibu-ibu.

4.8. Sumberdaya Lokal

Sumberdaya lokal yang dimiliki oleh wilayah Kelurahan Cicadas adalah : Lahan

Lahan yang dimiliki oleh komunitas merupakan aset bagi masyarakat karena lahan yang dimiliki tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi di perkotaan. Akses ke pusat kota dan pusat perdagangan relatif cukup dekat cukup ditempuh dengan berjalan kaki. Tidak jarang sebagian masyarakat Kelurahan Cicadas menjual lahannya walaupun hanya sedikit tapi mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga dia bisa membeli lahan yang lebih luas walaupun agak jauh dari perkotaan. Bagi sebagian masyarakat yang memiliki tempat tinggal untuk

(16)

disewakan, hal inipun dapat menjadikan aset dengan harga sewa yang cukup tinggi.

Tenaga Kerja

Ketersediaan tenaga kerja jika dilihat dari jumlah usia kerja (15-64 Th) di keluarahan Cicadas sebanyak 8002 atau sekitar 62% dari keseluruhan jumlah penduduk. Ketersediaan tenaga kerja ini merupakan potensi jika diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan dan tenaga kerja yang trampil. Untuk itu diperlukan penciptaan lapangan pekerjaan dan pelatihan ketrampilan bagi tenaga kerja yang akan bekerja di sektor informal.

Modal

Modal berkaitan dengan modal ekonomi dan modal sosial yang dimiliki masyarakat. Modal ekonomi menyangkut asset produksi yang dimiliki oleh para pelaksana kegiatan ekonomi lokal serta dana bagi invenstasi. Akses penduduk terhadap modal dan upaya-upaya pengembangan usaha difasilitasi melalui bantuan modal seperti program JPS, BLT, P2KP, UP2K dan Bawaku Makmur.

Modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat Kelurahan Cicadas adalah berupa perkumpulan dan kelompok-kelompok yang terbentuk karena adanya kepercayaan, kerjasama dan jaringan kerja. Seperti kelompok arisan, kelompok pengajian ibu-ibu di tiap-tiap RW.

4.9. Masalah-Masalah Sosial

Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat Kelurahan dan tokoh masyarakat di Kelurahan Cicadas serta hasil studi dokumentasi diperoleh beberapa permasalahan sosial sebagai berikut :

1. Perbandingan antara jumlah populasi manusia dengan luas lahan yang ada di Kelurahan Cicadas dapat dikatakan telah melebihi batas daya dukung (carrying capacity). Dampak dari kelebihan populasi terhadap luas lahan adalah padatnya penduduk yang menyebabkan kekumuhan di suatu wilayah (ekosistem). Masalah terbatasnya lahan untuk penghijauan, sehingga menyebabkan minimnya daya serap air, sanitasi lingkungan

(17)

yang tidak bersih yang menyebabkan rawan penyakit. Masyarakat terutama yang tinggal di permukiman padat akan sulit untuk mengakses sistem sumberdaya yang terdapat di lingkungannya. Keadaan ini dipersulit lagi dengan kondisi ekonomi yang kurang, sehingga akan memperburuk kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di kawasan padat penduduk. Mereka akan mudah terkena berbagai macam penyakit karena lingkungan yang kotor, dengan kondisi ekonomi yang kurang mereka tidak mampu untuk berobat kerumah sakit.

2. Masih banyaknya masyarakat yang tergolong miskin di Kelurahan Cicadas, seperti yang diungkapkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) yang tergolong masyarakat miskin pada tahun 2007 terbagi menjadi :

Hampir Miskin : 354 KK Miskin : 174 KK Sangat Miskin : 48 KK

Jumlah : 576 KK atau 24% dari 2375 KK

Sedangkan data dari Badan Keluarga Berencana (BKB) Kota Bandung, yang termasuk Keluarga Sejahtera I Alasan Ekonomi sebanyak 954 KK atau 40% dari 2375 KK. Permasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat miskin adalah faktor ekonomi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan untuk anak-anak sekolah dan biaya pengobatan jika mereka sakit.

3. Data penyandang cacat fisik sebanyak 38 orang dan cacat mental (idiot, gila) sebanyak 23 orang. Rata-rata para penyandang cacat fisik maupun cacat mental berasal dari keluarga miskin. Upaya yang dilakukan dalam penanganan kepada mereka adalah memberikan prioritas Askeskin agar mereka mendapatkan kemudahan dalam pelayanan kesehatan.

4. Masalah pengangguran di Kelurahan Cicadas masih tergolong tinggi berdasarkan hasil pendataan oleh Kasie Kemasyarakatan pada tahun 2007 jumlah pengangguran yang terdata sebanyak 364 orang.

Gambar

Tabel 2  Penggunaan Tanah Kelurahan Cicadas  Tahun 2007
Tabel 3  Komposisi Penduduk Kelurahan Cicadas Berdasarkan   Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Gambar 2  Piramida Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Umur  di Kelurahan Cicadas Tahun 2007
Gambar 3  Komposisi Penduduk Kelurahan Cicadas berdasarkan Mata  Pencaharian pada
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara Hubungan kegiatan sosialisasi program KB MOW (steril) dengan sikap ber-Kb Wanita di Kelurahan

________________, “Adaptasi dalam Konteks Perkembangan Kota di Indonesia: Studi Migrasi Nias yang Bekerja di Sektor Informal di Kota Medan”, Tesis Jakarta: Program Pascasarjana

yang ada di Kota Tangerang, 50 kelurahan (48,08 % kelurahan) memiliki penduduk yang berpenghasilan utama di sektor industri pengolahan, 26 kelurahan di sektor jasa dan 23

Pada tabel, maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian yang ada di Kelurahan Gunung Sulah yang terbagi menurut pekerjaannya, yaitu penduduk

Salah satu kecamatan dengan penduduk miskin yang tergolong banyak adalah Kecamatan Kedungkandang, khususnya di Kelurahan Kedungkandang, dimana dari total jumlah

DATA DESA/ KELURAHAN DI KABUPATEN BULELENG TAHUN: 2013a. Sumber ut ama mat a pencaharian

Tingginya tingkat ketergantungan pada impor pangan ini tak lepas dari pertambahan jumlah penduduk di satu sisi, dan di sisi lain terjadi penurunan jumlah penduduk yang bekerja di

Dan didapatkan bahwa jenis pengendalian vektor yang paling sering dilakukan oleh masyarakat di kelurahan Cicadas adalah secara kimia, yaitu 62% dari total responden.. Kemungkinan