• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saya mencatat ada tiga hal yang perlu kita teladani dari Yusuf :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Saya mencatat ada tiga hal yang perlu kita teladani dari Yusuf :"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Kejadian 39:1-20

Kehidupan rohani seseorang sering kali sangat tergantung pada dasar kepercayaan yang dibangun seseorang pada waktu dia masih muda atau masih kecil. Firman Tuhan begitu menyentuh, melekat dan terpatri dalam hati seseorang, sehingga tidak ada alasan baginya untuk melanggarnya. Ia bisa merasakan firman Tuhan itu begitu hidup di dalam dirinya, sehingga setiap tutur kata, perbuatan bahkan pikiran selalu mendapat saringan atau sensor setiapa saat dari firman Tuhan yang pernah dia dengar atau pelajari. 

Namun rupanya pergaulan dan lingkungan serta pendidikan juga mengambil peranan penting untuk mempengaruhi seseorang. Acap kali manusia itu jatuh karena pengaruh orang-orang sekitar, namun semestinya seseorang yang sungguh-sungguh menjiwai firman Tuhan, ia tidak gampang goyah; bahkan senantiasa teguh. Kita patut bersyukur karena hari ini kita bisa berkumpul di gereja, saya yakin diantara kita semenjak kecil sudah mulai diajarkan masalah-masalh rohani, sehingga tertanam di dalam seluruh hidup kita.

Alkitab yang kita baca , tercatat ada seorang pemuda yang bernama Yusuf. Banyak bukti yang memperlihatkan bahwa Yusuf sebagai anak yang masih muda yang walaupun mengenal Tuhan terbatas pada masa kecil saja, namun dasar pengenalannya sangat kuat dan kokoh; sehingga membuat dia tidak goyah dalam segala permasalahan dan pencobaan. Pada saat itu dia

berada di negeri Asing, yang terbuka banyak kesempatan baginya melakukan apa saja. Namun Yusuf memilih tidak melakukannya. Apa rahasianya? Sekarang kita mau coba mengungkapkan rahasia bagaimana tokoh ini dalam menghadapi persoalan ini :

Saya mencatat ada tiga hal yang perlu kita teladani dari Yusuf :

1. Integritas Kerohanian Yusuf (Integrity of Spirituality)

Secara manusia Yusuf merasakan betapa sulitnya ia menghadapi hidup ini,

bertubi-tubi persoalan dan permasalahan. Bayangkan saja, sekjak kecil ia sudah berada di lingkungan kebencian, terutama oleh saudara-saudaranya, setelah itu ada pencobaan pembunuhan dari saudaranya dan gagal, kemudian ia dijual ke Mesir, di Mesir ia dijadikan budak, kemudian ia mendapat fitnahan dari istri Potifar sehingga ia dijebloskan di dalam penjara. Dalam posisi yang demikian rupa, kesulitan dan kesusahan yang bertubi-tubi, siapa yang kuat? Siapa yang tahan? Ingat bahwa Yusuf itu ada di negeri orang, tidak ada sanak saudara yang bisa mendengar keluhannya, tidak ada tempat mengadu, dan ia tidak selalu berkesempatan membaca firman Tuhan; Alkitab pada waktu itu belum ada. Ia hanya belajar firman Tuhan tatkala ia masih anak-anak. Kemungkinan besar ia hanya belajar sedikit bagaimana mengenal dan dekat dengan Tuhan melalui ayahnya Yakub. 

Perhatikanlah Yusuf adalah anak yang lahir pada masa tua Yakub, dan ia lahir dari istri yang paling dicintainya., ini dapat kita pastikan karena Yusuf lahir dari Rahel, untuk mendapatkan Rahel, Yakub hanrus berjuang kerja pada pamannya Laban kurang lebih empat belas tahun. Biasanya anak yang lahir pada masa tua, akan mendapat kasih sayang tersendiri. Ditambah lagi setelah Rahel melahirkan Benyamin adiknya, maka Rahel itu meninggal. Tentu ini merupakan suatu pukulan berat bagi Yakub. Itu sebabnya bagi Yakub, kehadiran Yusuf bisa menjadi bayangan akan kehadiran Rahel. Maka tidak heran ia memperlakukan Yusuf agak

▸ Baca selengkapnya: apa saja pelajaran yang dapat kita peroleh dari kepahlawanan salahuddin yusuf al ayyubi

(2)

istimewa.

Meskipun kita mengetahui Yakub itu penuh kelemahan, namun perlu kita ketahui bahwa Yakub juga memiliki potensi dan pengaruh Rohani yang besar di dalam kehidupannya. Kekuatan ini terlihat lebih nyata tatkala ia sendiri "melihat Allah muka dengan muka" dalam perjalanannya kembali ke Kanaan ( Kejadian 32: 22-32). Sampai di sini bahkan Tuhan mengubah nama Yakub menjadi Israel. Pengubahan nama ini mengandung makna yang sangat penting karena Yakub yang berarti "penipu", sedangkan nama barunya adalah Israel yang artinya " bertahan di dalam Tuhan". Setelah Yakub bertemu dengan Tuhan, tentu Yusuf yang sebagai anak kesayangan itu selalu menyertai dia, sehingga dari sejak remaja ia sudah melihat bagaimana ayahnya

menyembah Tuhan. Di dalam Kej 35: 3 Yakub berkata :"Marilah Kita Bersiap Dan Pergi Ke Betel Aku Akan Membuat Mezbah Di situ Bagi Allah" Terlihat di sini, Yakub bukan hanya mendirikan Mezbah saja bagi Tuhan, tetapi sekaligus memerintah semua orang yang ada di dalam rumahnya termasuk para budak dan setiap orang yang yang bersama-sama dengan dia agar "menyingkirkan" segala illah asing" yang dibawa sepanjang perjalanan mereka kembali ke tanah Kanaan (Keja 35:1-5). Mulai saat itu, meskipun belum sempurna dalam penilaian dan tindak tanduk Yakub sebagai seorang ayah yang baik, adil dan bijaksana, namun Yakub itu terlihat berubah. Dan perubahan ini sangat nyata dalam bentuk hal-hal yang rohani, itu sebabnya wajarlah bila hal ini sangat berpengaruh bagi kehidupan Yusuf nantinya di Mesir.

Saya yakin selama di rumah, Potifar sebagai tuannya tentu juga melihat hal-hal rohani yang tercermin di dalam kehidupan Yusuf, itu sebabnya ia tidak ragu-ragu menaikkan jabatannya, dari seorang yang budak belian, menjadi seorang staf assisten yang menguasai rumahnya (lih Kej 39:4). Yang artinya sekarang Yusuf akan membawahi para pelayan dan pegawai lainnya. Kita juga membaca bahwa Potifar itu "tidak usah lagi mengatur apapun, selain dari

makanannya sendiri" (Kej 39:6). Alkitab mencatat berulang kali Yusuf itu disertai Tuhan, dan apa yuang dilakukannya selalu berhasil. Inilah Yusuf, yang sepanjang hidupnya, ia

mempertahankan Integritas hidupnya

2. Identitas Kerohanian Yusuf (Identity I of Spirituality)

Tatkala kita berada di tempat yang baru, lingkungan serta area yang baru, ditambah

dengan belum mengenal orang-orang sekitar. kita merasa begitu bebasnya bertindak. Mau melakukan apa saja bisa, karena tidak ada yang mengetahui siapa kita. Demikian juga Yusuf tentunya, semua sanak saudaranya ada di Israel, sedangkan ia berada di Mesir, ia bebas melkakukan apa saja, tidak ada yang melarangnya. Apalagi kesimpulan dari keluarga besar Yakub, bahwa Yusuf anak kesayangannya ini sudah diterkam binatang buas. Saya yakin saudara-saudaranya oleh karena kebencian yang begitu mendalam, sehingga meraka tidak mungkin mau ambil peduli lagi akan hal ini.

Namun bagi Yusuf, ia tidak pernah menyembunyikan Identitasnya. Justru identitas Yusuf sebagai orang percaya sangat menentukan keberhasilannya. Bukan itu saja, selain Yusuf berhasil dalam pekerjaannya, Tuhan juga memberkati segala milik tuannya , baik yang ada di rumah maupun yang ada di ladang (Kej 39:5). Bagi Potifar Yusuf itu orang penting di dalam hidupnya, tidak dipersoalkan masalah Agama yang dianut lagi dalam hal ini; yang penting kehadiran Yusuf membawa keuntungan tersendiri.

(3)

Biasanya begitu, pada saat seseorang sudah berhasil sudah mencapai puncak, maka kita perlu hati-hati; sebab ada orang yang barngkali sedang berinisiatif untuk menggeserkan kedudukan kita. Rupanya di dalam rumah itu bukan Potifar saja sendiri yang menyukai penampilan Yusuf, ternyata istrinya juga suka pada dia. Namun sayang pandangan mereka terhadap Yusuf itu berbeda, kalau Potifar menilai Yusuf dari segi keberadaannya, maka istri Potifar lebih cenderung ke arah seksual. 

Coba perhatikan apa yang diucapkan oleh istri Potifar. "Marilah tidur dengan aku" (lih Kej 39:7). Keinginan hati istri Potifar tentu di gerakkan oleh beberapa faktor, ada kemungkinan memang istri Potifar itu merasa cemburu kepada Yusuf karena Yusuf seakan-akan mengambil posisinya, namun alasan ini rasanya tidak masuk akal, karena pada awlnya tidak ada bukti istri Potifar mau mencelakakan Yusuf. Atau istri Potifar ingin balas dendam kepada suaminya, sebab Potifar itu pasti seseorang yang sibuk sekali; sehingga membuat hubungan dengan istrinya menjadi sangat renggang, apalagi melihat sitem moral budaya Mesir, kemungkinan besar Potifar itu memiliki wanita lain dalam kehidupannya. Dan yang paling menarik perhatian

tentunya , Alkitab sendiri mengatakan bahwa Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya (kej 39:6). Hal inlah yang barangkali mendorong istri Potifar begitu semangat mengejar ngejar Yusuf.

Sebenarnya secara perhitungan manusia, Yusuf tidak akan rugi bila memenuhi apa yang diingini oleh istri Potifar, toh saat ini Yusuf berada di tempat yang jauh dari sanak keluarga, tidak perlu merasa malu. Dan kemungkinan besar nasibnya yang tidak menguntungkan ini akan segera berubah, dari seorang "budak" menjadi "tuan". Namun Yusuf tahu diri , ada identitas yang melekat di dalam dirinya, yakni sebagai anak Tuhan; ia lebih takut kepada Tuhan

ketimbang kepada manusia. Itu sebabnya ia berani menolaknya.; walaupun konsekwesi adalah di penjara. 

Perhatikanlah ketika Yusuf membela dirinya dari fitnahan istri Potifar. Ia mengatakan bahwa "Tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain daripada engkau, sebab engkau istrinya. Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah (kejadian 39:9). Sekali lagi, Kehidupan rohaninya (spiritual life) begitu melekat dalam

kehidupannya, sehingga ia benar-benar dipelihara kekudusannya oleh Tuhan.. 

3. Kredibilitas Kerohanian Yusuf (Credibility of Spirituality)

Jelas sekali Kredibilitas Yusuf tidak perlu diragukan lagi. Orang semacam ini sudah

melewati berbagai pergumulan asam garam kehidupan, namun ia tetap senantiasa bertahan. Ada dua alasan yang Alkitab kita lontarkan mengapa Yusuf yang masih muda itu bisa

bertahan? Pertama, ia tidak mau menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan Potifar kepadanya. Ia memberitahu istri Potifar, di rumah ini tidak ada yang lebih besar kuasanya daripadaku"; "tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau istrinya" (Kej 39:9). Dengan kata lain, Yusuf tahu bahwa Potifar percaya sepenuhanya

kepadanya, bahkan istrinya. Potifar tidak ragu menyerahkan kekuasaan ini kepada Yusuf, karena ia tahu Yusuf bakal tidak tidak akan melakukan perbuatan yang keliru. Hal ini

sebenarnya membuat Yusuf memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Kedua, Yusuf itu mau taat hanya kepada Allah. Walaupun sesungguhnya pengetahuannya tentang konsep Allah itu terbatas, namun karena hubungannya dengan Allah itu sangat erat; membukakan pikiran Yusuf

(4)

sehingga dia tahu apa yang diharapkan oleh istri Potifar itu padanya adalah dosa, dan ia tidak mau membiarkan itu terjadi di dalam hidupnya (Kej 39:9). Karena Kredibilitas Kehidupan Rohani Yusuf itu pula telah mebawa dia pindah dari Penjara menuju Istana, dari status nara pidana menjadi wakil raja raja.

Kehidupan Yusuf yang selalu mempertahankan Kredibilitas Kerohaniannya perlu kita teladani. Di dalam 1 Petrus 15-16 tertulis "Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis : Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." Dari pihak Tuhan ini merupakan kalimat perintah, yang boleh kita artikan dengan sederhana, jadilah penuh penyerahan diri dalam seluruh hidupmu setiap hari, jadilah suci dalam seluruh hidupmu setiap hari dan jadilah benar di dalam hidupmu setiap hari. Kalau konsep ini sudah kita terapkan, saya yakin kita tidak akan tergoyahkan, karena ada penopangnya yaitu Tuhan kita.

Apa yang bisa kita petik dari pelajaran ini? Kita tahu Yusuf itu berulang-ulang kali berhasil karena Tuhan menyertainya, baik ketika ia berada di rumah Potifar maupun di dalam penjara. Dengan kata lain, situasi dan kondisi tidak membuat Yusuf bergeser dalam hal iman

kerohaniannya. Bagaimana keadaan kita? Sering kali bagi anda yang sekolah atau hidup di Amerika ini, kehidupan yang kita hadapi cukup keras dan bebas. Hal semacam inilah yang membuat kita menghalalkan segala cara di dalam praktek kehidupan kita. Saya sering

menemukan orang-orang yang nota bene orang gereja, yang selalu berbakti di gereja; namun mereka semasa pacaran sudah hidup serumah bahkan sekamar. Alasannya cukup masuk akal, ongkos sewa apartement mahal. Beranikah kita katakan bahwa kita ini lebih kuat dari Yusuf? Jangan mengundang iblis itu bekerja lebih giat lagi dalam hidup kita. Jangankan manusia itu dicobai oleh iblis, Tuhan Yesus juga menghadapi masalah yang sama. Namun kita perlu mengacungi jempol, sebab Tuhan Yesus bertahan dan menang atas pencobaan itu. 

Kita bersyukur hari ini Alkitab sudah di tangan kita, dan banyak buku-buku rohani yang bisa membangun iman kerohanian kita. Masalahnya adalah tanpa kita membacanya, bagaimana kita tahu apa yang Tuhan sedang bicarakan pada kita? Namun ketika kita sudah mengetahui apa yang Tuhan ingin kita lakukan, kita juga perlu seperti Yusuf sepenuhnya diatur oleh Tuhan. 

Pemazmur megajarkan kita agar kita selalu bersandar pada Taurat Tuhan, coba lihat Mazmur 1:1-3 (1) Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, (2) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (3) Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada

musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. 

Akhirnya saya ingin mengutip sebuah tips yang mencoba mengukur kerohanian kita semua :

Satu jiwa terhilang di neraka atau mobil anda yang baru tergores becak?

Anda kehilangan satu saat yang indah untuk kebaktian atau kehilangan satu hari kerja? Gereja anda tidak bertumbuh atau bunga Mawar di taman anda tidak bertumbuh? Alkitab anda tak pernah dibuka atau Koran pagi yang tidak sempat dibaca?

(5)

Pekerjaan Tuhan terbengkalai atau pekerjaan di rumah anda terbengkalai?

Masih ada lagi kalau kita mau deretkan ke bawah. 

Mari , biarlah kita bertekad memelihara kehidupan rohani kita. Rasul Paulus katakan demikian : Filipi 2:16 "sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah." Kita tidak mau hidup kita ini sia-sia bukan? Pertahankanlah kerohanian kita.

Campbell, California October 20, 2003

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pasal 5 huruf c dan huruf d sudah jelas dikatakan bahwa merek tidak dapat didaftarkan apabila merek tersebut merupakan merek generik ( Pasal 5 huruf c) dan

Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Lama Kerja Sebagai.. Variabel Moderating (Studi pada

Guru pamong Teknik Elektronika, Dra. Mardiyah mempunyai kemampuan yang baik dalam melakukan pembelajaran di kelas. Karena pengalaman dalam mengajar yang cukup lama

Dalam penetapan biaya pendidikan yang dibebankan ke mahasiswa, Politeknik Indonusa Surakarta belum dapat menetapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT), sehingga mahasiswa

Atau jika anggota jemaat hanya mau berpartisipasi di komisi, namun tidak mau jika menjadi majelis, pertanyaan pun muncul, “Ada apa dengan majelis Gereja?” Asumsinya,

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

Tabel 4.11 Rekapitulasi Tanggapan Tamu Terhadap Repurchase Intention Tamu Di Saffron Restoran ... 114 Tabel 4.13 Output Pengaruh Service Guarantee Terhadap