• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Variasi Gradasi Terhadap Properties Campuran Dan ITS Bahan RAP Dengan Aspal Emulsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Variasi Gradasi Terhadap Properties Campuran Dan ITS Bahan RAP Dengan Aspal Emulsi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VARIASI GRADASI TERHADAP PROPERTIES CAMPURAN

DAN ITS BAHAN RAP DENGAN ASPAL EMULSI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Oleh:

SUKUR PUJIONO D 100 110 106

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

ANALISIS VARIASI GRADASI TERHADAP PROPERTIES CAMPURAN DAN ITS BAHAN RAP DENGAN ASPAL EMULSI

ABSTRAKSI

Keramahan lingkungan memadukan bahan daur ulang perkerasan jalan yaitu RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) dengan campuran dingin (Cold Mix Asphalt) menggunakan aspal emulsi agar lebih hemat penggunaan sumber daya alam. RAP masih memiliki mutu properties kurang kompetitif sehingga perlu dilakukan penambahan bahan tambah (filler) untuk memperbaiki properties RAP. Filler yang digunakan adalah semen yang bersifat sebagai bahan aditif. Selain itu, pada bahan RAP untuk mengendalikan gradasi di lapangan yang sesuai proporsinya juga sulit didapatkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui variasi gradasi campuran dingin aspal emulsi menggunakan bahan RAP dengan propertis Indirect Tensile Strength (ITS), analisis karakteristik volumetrik, pengaruh penambahan filler 1,5% terhadap propertis campuran.

Campuran dingin aspal emulsi menggunakan bahan RAP dari ruas jalan Weleri, Kendal dan menambahkan filler (semen) sebesar 1,5% dari berat total campuran dengan data spesifikasi semen dari PT. Semen Gresik serta bahan pengikat aspal emulsi tipe CSS-1 berasal dari PT. Izza Sarana Karsa. Gradasi AC WC divariasikan yaitu batas bawah, batas tengah dan batas atas dan diberi bahan tambah filler sebesar 1,5% dari berat total campuran agregat. Spesifikasi gradasi dan campuran yang digunakan adalah Asphalt Concrete Wearing Course (AC WC) Bina Marga 2010. Untuk merancang campuran dingin aspal emulsi dimulai dari persiapan alat dan bahan, menguji karakteristik agregat, mengayak bahan, mengestimasi Kadar Aspal Emulsi Awal, pembuatan proporsi campuran, tes penyelimutan dan pemadatan, penentuan Kadar Aspal Residu Optimum (KARO), pengujian campuran dengan ITS test modifikasi untuk mendapatkan parameter variasi gradasi terhadap properties campuran dan ITS bahan RAP.

Berdasarkan hasil pengujian variasi gradasi terhadap properties campuran dan ITS bahan RAP dengan aspal emulsi bahwa gradasi campuran dingin AC WC semakin mendekati batas atas spesifikasi gradasi, maka nilai ITS semakin meningkat, nilai ITS tertinggi pada gradasi batas atas sebesar 154,252 kPa, karena adanya perubahan perlakuan terhadap gradasi agregat nilai volumetrik campuran tidak memenuhi spesifikasi. Adapun data-data pengujian volumetrik yang mendekati spesifikasi campuran adalah, pada gradasi batas atas nilai VMA 18,06%; VIM 7,06%; VFWA 60,95%. Pengujian dengan penambahan kadar filler 1,5%, dapat memberikan peningkatan nilai ITS pada gradasi batas atas sebesar 212,554 kPa dan menurunkan nilai ITS pada gradasi batas bawah, batas tengah dibandingkan tanpa menggunakan filler. Hal ini karena filler yang digunakan adalah semen, sedangkan semen lebih bagus digunakan pada pengujian kuat tekan dibandingkan dengan kuat tarik. Dengan Penambahan Filler 1,5% menyebabkan rongga dalam campuran semakin mengecil dan memenuhi spesifikasi pada gradasi batas atas yaitu nilai VMA 16,43%; VIM 5,20%; VFWA 68,54%.

Kata-kata kunci : Cold Mix Asphalt, RAP, agregat, gradasi, variasi gradasi, filler, ITS,

Volumetrik.

Abstract

Environmental friendliness combines recycle pavement recycled as Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) with Cold Mix Asphalt using emulsion asphalt for more efficient use of natural resources. RAP still has less competitive quality properties so it is necessary to add additional materials (filler) to improve the RAP properties. Filler used is a cement that is as an additive. In addition, the RAP material to control the gradations in the field according to proportion is also difficult to obtain. The purpose of this study was to find out the variation of the mixture of cold asphalt emulsion mixture using RAP material with Indirect Tensile Strength Propertis (ITS), volumetric characteristic analysis, the effect of adding 1.5% filler to mixed properties.

(6)

The cold mixture of emulsion asphalt using RAP material from Weleri road, Kendal and adding filler (cement) of 1.5% from the total weight of the mixture with the cement specification data from PT. Semen Gresik as well as CSS-1 emulsion asphalt binders from PT. Izza Sarana Karsa. AC WC gradation is varied ie lower limit, mid and upper limit and given filler material of 1.5% from total weight of aggregate mixture. The gradation and mixed specifications used are Asphalt Concrete Wearing Course (AC WC) Bina Marga 2010. To design the cold mixture of emulsion asphalt starting from the preparation of tools and materials, test aggregate characteristics, sift the material, estimate the initial Emulsion Asphalt, mix proportion, test blanket and solidification, determination of Optimum Residual Asphalt Residue (KARO), mixed test with modified ITS test to obtain parameter of gradation variation on mixed properties and ITS RAP material.

Based on the results of testing the gradation variation on mixed properties and ITS RAP material with emulsion asphalt that gradation of cold mixture of AC WC closer to the upper limit of gradation specification, ITS value is increasing, ITS highest value at upper limit gradation 154,252 kPa, due to change of treatment aggregate gradation of mixed volumetric values does not meet specifications. The data of volumetric testing approaching the mixed specification are, on the gradation of the upper limit of VMA value of 18.06%; VIM 7.06%; VFWA 60.95%. Testing with the addition of 1.5% filler content, can increase the value of ITS on the upper limit grading of 212,554 kPa and lower ITS value at lower limit gradient, middle limit compared without using filler. This is because the filler used is cement, while the better cement is used in compressive strength tests compared to tensile strength. With Addition of 1.5% Filler causing the cavity in the mixture to decrease and meet the specification on upper limit gradation that is VMA value 16,43%; VIM 5.20%; VFWA 68.54%.

Key words :Cold Mix Asphalt, RAP, aggregate, gradation , gradation variations, filler, ITS, volumetric

1. PENDAHULUAN

Inovasi terhadap keramahan lingkungan menggunakan campuran aspal dingin (Cold Mix Asphalt) dengan memadukan penghematan sumber daya alam yang ada, yaitu dengan memanfaatkan teknologi daur ulang lapisan perkerasan yang sudah rusak, biasanya sering disebut RAP (Reclaimed Asphalt Pavement). Agregat RAP berperan penting dalam pembentukan lapisan perkerasan, dimana karakteristik agregat juga menentukan daya dukung perkerasan. Agregat RAP yang memiliki mutu properties kurang kompetitif dibandingkan agregat baru, perlu dilakukan penambahan bahan tambah untuk memperbaiki properties RAP, yaitu dengan menambahkan filler, karena pada pencampuran dingin (Cold Mix Asphalt) biasanya memerlukan waktu yang lama dalam proses penguapan air dalam campuran agregat, kurang kuat pada umur awal dan memiliki porositas yang tinggi.

Kualitas campuran perkerasan juga dipengaruhi oleh gradasi agregat yang dinyatakan dalam persentase lolos atau persentase tertahan butiran dan dihitung berdasarkan berat agregat menggunakan satu set saringan agregat. Gradasi agregat baik tersusun atas ukuran butiran yang terdistribusi merata dalam rentang ukuranya, dimana terdapat agregat kasar, agregat halus dan filler. Pada umumnya di lapangan untuk mengendalikan kondisi gradasi yang sesuai proporsinya

(7)

sangat sulit di dapat, apalagi pada campuran dingin (Cold Mix Asphalt) masih terdapat banyak kekurangan yaitu kepadatan yang kurang maksimal dan mudah terjadi keretakan akibat beban yang diterima atau nilai stabilitas yang kurang maksimal, kondisi seperti ini yang menjadi penyebab kerusakan jalan.

Dari fakor-faktor penyebab kerusakan perkerasan jalan tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapat fakta lapangan yang lebih realistis dan dapat menjadi pertimbangan keputusan dalam perencanaan struktur perkerasan jalan. Dalam hal ini gradasi AC WC divariasi dan melakukan penambahan filler sebesar 1,5 % untuk mengetahui analisis variasi gradasi, sehingga diharapkan akan memberikan hasil yang lebih optimal.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental di laboratorium dengan campuran aspal emulsi menggunakan variasi gradasi batas bawah, batas tengah dan batas atas. Bahan RAP dari ruas Jl.Pemuda km.9 Weleri, Kendal. Persyaratan gradasi dan campuran yang digunakan yaitu spesifikasi AC WC Bina Marga 2010 dengan aspal emulsi tipe CSS-1 dari PT. Izza Sarana Karsa sebagai binder dan filler sebagai bahan aditif dari PT. Semen Gresik. Campuran dingin aspal emulsi dimulai dari persiapan alat dan bahan, menguji karakteristik agregat, mengayak bahan, mengestimasi Kadar Aspal Emulsi Awal, pembuatan proporsi campuran, tes penyelimutan dan pemadatan, penentuan Kadar Aspal Residu Optimum (KARO), pengujian campuran dengan ITS test modifikasi.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil pemeriksaan agregat dan aspal emulsi

Hasil pemeriksaan agregat dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Rekapitulasi hasil pemeriksaan agregat

Jenis pengujian RAP Spesifikasi*)

Ekstraksi (%) 3,5 -Kadar air (%) 1,30 -S.E (%) 95,42 >50% Kadar lumpur (%) 4,58 -Keausan (%) 37,3 mak. 40% Agregat Kasar

Berat jenis bulk 2,39

-Berat jenis SSD 2,44

-Berat jenis semu 2,51

-Berat jenis eff 2,45

(8)

Agregat Halus

Berat jenis bulk 1,79

-Berat jenis SSD 1.82

-Berat jenis semu 1,84

-Berat jenis eff 1,82

-Penyerapan (%) 1,63 ≤ 5,0 % Filler

Berat jenis 1,256

-Hasil pemeriksaan aspal emulsi CSS-1 dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Hasil pemeriksaan mutu aspal emulsi CSS-1 Jenis pengujiaan Metode Hasil Uji Lab Syarat Kadar Residu SNI 03-6829-2002 58.927 Min. 57 % Penetrasi 25oC 100 gr 5 detik SNI 06-2456-1991 118.33 100-250 Daktilitas SNI 06-2432-1991 >110 Min. 40 cm Berat Jenis SNI 06-2441-1991 1.00 1.00-1.05 Kelarutan dalam trichlor etylen SNI 06-2468-1991 98.972 Min. 97.5 % Viscositas SNI 03-6721-2002 28.400 20-100 Tertahan saringan no.20 SNI 03-3643-1994 0.000 Max. 0.10 % pengendapan 1 hari

SNI 03-6428-2002 0.83 Max. 1 %

pengendapan 5 hari - Max. 5 %

(sumber: hasil penelitian PT.IZZA Sarana Karsa)

Hasil analisis saringan agregat dapat dilihat pada Tabel 3 dan grafik pada Gambar 1 berikut : Tabel 3. Hasil analisis saringan agregat

Ukuran Ayakan (mm) Batas Bawah (%) Batas Tengah (%) Batas Atas (%) Spesifikasi AC WC (%) 19 100.00 100.00 100.00 100.00 12.5 91.00 95.09 99.90 90.00 100.00 9.5 77.85 83.90 88.90 77.00 90.00 4.75 53.50 57.90 67.80 53.00 69.00 2.36 33.98 44.83 52.60 33.00 53.00 1.18 21.70 34.21 39.40 21.00 40.00 0.6 14.89 24.47 28.90 14.00 30.00 0.3 9.90 15.79 21.20 9.00 22.00 0.15 6.95 9.98 14.75 6.00 15.00 0.08 4.45 4.86 8.84 4.00 9.00 Pan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

(9)

Gambar 1. Grafik analisis saringan gradasi AC WC

3.1.1 Perencanaan Campuran

Hasil perencanaan campuran aspal emulsi menggunakan bahan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Hasil perencanaan campuran Pemeriksaan 100% RAP Kadar air penyelimutan dan

pemadatan (%) 1,60

Enersi Pemadatan (blows) 2x75

KARO (%) 6,5

KAE (%) 11,03

3.2. Pengujian ITS Campuran Variasi Gradasi AC WC

Hasil pengujian ITS dapat dilihat pada Tabel 5 dan grafik pada Gambar 2 berikut : Tabel 5. Hasil perencanaan campuran

No Variasi Gradasi Kadar Aspal Residu Diameter (D) Tinggi (h) Dial (lb) Beban Maksimum (p) ITS (cm) (cm) (kg) (kg/cm2) (kPa) 1 Batas Bawah 6.50% 10 7.2 9 165.074 1.460 143.257 2 10 7.3 9 165.074 1.440 141.295 3 10 7.3 5 91.708 0.800 78.497 Rata-rata 140.619 1.234 121.016 1 Batas Tengah 6.50% 10 7 5 91.708 0.834 81.861 2 10 7.3 7 128.391 1.120 109.896 3 10 7.1 6 110.050 0.987 96.850 Rata-rata 110.050 0.981 96.202 1 Batas Atas 6.50% 10 7 10 183.416 1.669 163.723 2 10 7 9 165.074 1.502 147.350 3 10 6.8 9 165.074 1.546 151.684 Rata-rata 171.188 1.572 154.252

Gambar 1. Grafik analisis saringan gradasi AC WC

3.1.1 Perencanaan Campuran

Hasil perencanaan campuran aspal emulsi menggunakan bahan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Hasil perencanaan campuran Pemeriksaan 100% RAP Kadar air penyelimutan dan

pemadatan (%) 1,60

Enersi Pemadatan (blows) 2x75

KARO (%) 6,5

KAE (%) 11,03

3.2. Pengujian ITS Campuran Variasi Gradasi AC WC

Hasil pengujian ITS dapat dilihat pada Tabel 5 dan grafik pada Gambar 2 berikut : Tabel 5. Hasil perencanaan campuran

No Variasi Gradasi Kadar Aspal Residu Diameter (D) Tinggi (h) Dial (lb) Beban Maksimum (p) ITS (cm) (cm) (kg) (kg/cm2) (kPa) 1 Batas Bawah 6.50% 10 7.2 9 165.074 1.460 143.257 2 10 7.3 9 165.074 1.440 141.295 3 10 7.3 5 91.708 0.800 78.497 Rata-rata 140.619 1.234 121.016 1 Batas Tengah 6.50% 10 7 5 91.708 0.834 81.861 2 10 7.3 7 128.391 1.120 109.896 3 10 7.1 6 110.050 0.987 96.850 Rata-rata 110.050 0.981 96.202 1 Batas Atas 6.50% 10 7 10 183.416 1.669 163.723 2 10 7 9 165.074 1.502 147.350 3 10 6.8 9 165.074 1.546 151.684 Rata-rata 171.188 1.572 154.252

Gambar 1. Grafik analisis saringan gradasi AC WC

3.1.1 Perencanaan Campuran

Hasil perencanaan campuran aspal emulsi menggunakan bahan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Hasil perencanaan campuran Pemeriksaan 100% RAP Kadar air penyelimutan dan

pemadatan (%) 1,60

Enersi Pemadatan (blows) 2x75

KARO (%) 6,5

KAE (%) 11,03

3.2. Pengujian ITS Campuran Variasi Gradasi AC WC

Hasil pengujian ITS dapat dilihat pada Tabel 5 dan grafik pada Gambar 2 berikut : Tabel 5. Hasil perencanaan campuran

No Variasi Gradasi Kadar Aspal Residu Diameter (D) Tinggi (h) Dial (lb) Beban Maksimum (p) ITS (cm) (cm) (kg) (kg/cm2) (kPa) 1 Batas Bawah 6.50% 10 7.2 9 165.074 1.460 143.257 2 10 7.3 9 165.074 1.440 141.295 3 10 7.3 5 91.708 0.800 78.497 Rata-rata 140.619 1.234 121.016 1 Batas Tengah 6.50% 10 7 5 91.708 0.834 81.861 2 10 7.3 7 128.391 1.120 109.896 3 10 7.1 6 110.050 0.987 96.850 Rata-rata 110.050 0.981 96.202 1 Batas Atas 6.50% 10 7 10 183.416 1.669 163.723 2 10 7 9 165.074 1.502 147.350 3 10 6.8 9 165.074 1.546 151.684 Rata-rata 171.188 1.572 154.252

(10)

Gambar 2. Diagram Hubungan Nilai ITS dengan Variasi Gradasi

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Pengaruh variasi gradasi terhadap nilai ITS adalah pada gradasi batas atas memiliki nilai ITS paling tinggi dibandingkan dengan gradasi tengah, hal ini disebabkan karena pada gradasi batas atas lebih banyak butiran agregat yang relatif halus, agregat halus permukaannya dapat terselimuti aspal emulsi merata dan menyebabkan gaya adhesi antara aspal emulsi dan agregat menjadi lebih baik. Untuk gradasi batas bawah juga memiliki nilai ITS yang relatif tinggi di bandingkan dengan gradasi tengah karena pada gradasi batas bawah, butiran RAP yang sudah lama tidak terselimuti aspal secara keseluruhan, memungkinkan aspal emulsi lebih mudah menempel pada agregat tersebut dan memiliki gaya adhesi yang baik. Sedangkan pada gradasi batas atas dan batas bawah, nilai stabilitas tertinggi pada gradasi batas atas.

3.3 Pengujian Volumetrik Campuran Variasi Gradasi AC WC

Hasil pengujian volumetrik dapat dilihat pada Tabel 6 dan grafik pada Gambar 3, 4, 5 berikut :

Tabel 6. Analisis Perhitungan Volumetrik

No Variasi Gradasi

Kadar Aspal Residu

Berat Benda Uji Karakteristik Campuran Kering SSD Di Air VMA VIM VFWA

(gr) (gr) (gr) (%) (%) (%) 1 Batas Bawah 6.50% 1150 1170 521 19.47 8.65 55.55 2 1145 1165 523 18.94 8.06 57.46 3 1167 1185 520 20.24 9.53 52.91 Rata-rata 19.55 8.75 55.31 1 Batas Tengah 6.50% 1150 1171 520 19.71 8.93 54.69 2 1165 1173 531 17.53 6.45 63.19 3 1164 1170 521 18.49 7.54 59.21 Rata-rata 18.58 7.64 59.03 1 Batas Atas 6.50% 1152 1166 527 18.06 7.06 60.91 2 1155 1161 523 17.72 6.67 62.34 3 1142 1160 524 18.39 7.43 59.58 Rata-rata 18.06 7.06 60.95 Spesifikasi ≥ 15 3-5 ≥ 65

Gambar 2. Diagram Hubungan Nilai ITS dengan Variasi Gradasi

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Pengaruh variasi gradasi terhadap nilai ITS adalah pada gradasi batas atas memiliki nilai ITS paling tinggi dibandingkan dengan gradasi tengah, hal ini disebabkan karena pada gradasi batas atas lebih banyak butiran agregat yang relatif halus, agregat halus permukaannya dapat terselimuti aspal emulsi merata dan menyebabkan gaya adhesi antara aspal emulsi dan agregat menjadi lebih baik. Untuk gradasi batas bawah juga memiliki nilai ITS yang relatif tinggi di bandingkan dengan gradasi tengah karena pada gradasi batas bawah, butiran RAP yang sudah lama tidak terselimuti aspal secara keseluruhan, memungkinkan aspal emulsi lebih mudah menempel pada agregat tersebut dan memiliki gaya adhesi yang baik. Sedangkan pada gradasi batas atas dan batas bawah, nilai stabilitas tertinggi pada gradasi batas atas.

3.3 Pengujian Volumetrik Campuran Variasi Gradasi AC WC

Hasil pengujian volumetrik dapat dilihat pada Tabel 6 dan grafik pada Gambar 3, 4, 5 berikut :

Tabel 6. Analisis Perhitungan Volumetrik

No Variasi Gradasi

Kadar Aspal Residu

Berat Benda Uji Karakteristik Campuran Kering SSD Di Air VMA VIM VFWA

(gr) (gr) (gr) (%) (%) (%) 1 Batas Bawah 6.50% 1150 1170 521 19.47 8.65 55.55 2 1145 1165 523 18.94 8.06 57.46 3 1167 1185 520 20.24 9.53 52.91 Rata-rata 19.55 8.75 55.31 1 Batas Tengah 6.50% 1150 1171 520 19.71 8.93 54.69 2 1165 1173 531 17.53 6.45 63.19 3 1164 1170 521 18.49 7.54 59.21 Rata-rata 18.58 7.64 59.03 1 Batas Atas 6.50% 1152 1166 527 18.06 7.06 60.91 2 1155 1161 523 17.72 6.67 62.34 3 1142 1160 524 18.39 7.43 59.58 Rata-rata 18.06 7.06 60.95 Spesifikasi ≥ 15 3-5 ≥ 65

Gambar 2. Diagram Hubungan Nilai ITS dengan Variasi Gradasi

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Pengaruh variasi gradasi terhadap nilai ITS adalah pada gradasi batas atas memiliki nilai ITS paling tinggi dibandingkan dengan gradasi tengah, hal ini disebabkan karena pada gradasi batas atas lebih banyak butiran agregat yang relatif halus, agregat halus permukaannya dapat terselimuti aspal emulsi merata dan menyebabkan gaya adhesi antara aspal emulsi dan agregat menjadi lebih baik. Untuk gradasi batas bawah juga memiliki nilai ITS yang relatif tinggi di bandingkan dengan gradasi tengah karena pada gradasi batas bawah, butiran RAP yang sudah lama tidak terselimuti aspal secara keseluruhan, memungkinkan aspal emulsi lebih mudah menempel pada agregat tersebut dan memiliki gaya adhesi yang baik. Sedangkan pada gradasi batas atas dan batas bawah, nilai stabilitas tertinggi pada gradasi batas atas.

3.3 Pengujian Volumetrik Campuran Variasi Gradasi AC WC

Hasil pengujian volumetrik dapat dilihat pada Tabel 6 dan grafik pada Gambar 3, 4, 5 berikut :

Tabel 6. Analisis Perhitungan Volumetrik

No Variasi Gradasi

Kadar Aspal Residu

Berat Benda Uji Karakteristik Campuran Kering SSD Di Air VMA VIM VFWA

(gr) (gr) (gr) (%) (%) (%) 1 Batas Bawah 6.50% 1150 1170 521 19.47 8.65 55.55 2 1145 1165 523 18.94 8.06 57.46 3 1167 1185 520 20.24 9.53 52.91 Rata-rata 19.55 8.75 55.31 1 Batas Tengah 6.50% 1150 1171 520 19.71 8.93 54.69 2 1165 1173 531 17.53 6.45 63.19 3 1164 1170 521 18.49 7.54 59.21 Rata-rata 18.58 7.64 59.03 1 Batas Atas 6.50% 1152 1166 527 18.06 7.06 60.91 2 1155 1161 523 17.72 6.67 62.34 3 1142 1160 524 18.39 7.43 59.58 Rata-rata 18.06 7.06 60.95 Spesifikasi ≥ 15 3-5 ≥ 65

(11)

Gambar 3. Grafik nilai VMA Gambar 4. Grafik nilai VIM

Gambar 5. Grafik nilai VFWA

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh variasi gradasi terhadap volumetrik campuran adalah dengan adanya perubahan perlakuan terhadap gradasi campuran agregat, maka dapat berpengaruh dengan karakteristik campuran, akan tetapi rongga pada campuran masih terlampau besar sehingga tidak masuk dalam persyaratan campuran LASTON Bina marga 2010 revisi 3.

3.4 Pengujian Penambahan Filler 1,5% Terhadap Properties Campuran

Hasil pengujian ITS, volumetrik campuran tanpa dan dengan penambahan filler dapat dilihat pada dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 berikut :

Tabel 7. Rekapitulasi pengujian ITS

No Variasi Gradasi Nilai ITS Tanpa Filler Dengan Filler (kPa) (kPa) 1 Batas Bawah 121.016 73.146 2 Batas Tengah 96.202 69.742 3 Batas Atas 154.252 212.554

Gambar 3. Grafik nilai VMA Gambar 4. Grafik nilai VIM

Gambar 5. Grafik nilai VFWA

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh variasi gradasi terhadap volumetrik campuran adalah dengan adanya perubahan perlakuan terhadap gradasi campuran agregat, maka dapat berpengaruh dengan karakteristik campuran, akan tetapi rongga pada campuran masih terlampau besar sehingga tidak masuk dalam persyaratan campuran LASTON Bina marga 2010 revisi 3.

3.4 Pengujian Penambahan Filler 1,5% Terhadap Properties Campuran

Hasil pengujian ITS, volumetrik campuran tanpa dan dengan penambahan filler dapat dilihat pada dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 berikut :

Tabel 7. Rekapitulasi pengujian ITS

No Variasi Gradasi Nilai ITS Tanpa Filler Dengan Filler (kPa) (kPa) 1 Batas Bawah 121.016 73.146 2 Batas Tengah 96.202 69.742 3 Batas Atas 154.252 212.554

Gambar 3. Grafik nilai VMA Gambar 4. Grafik nilai VIM

Gambar 5. Grafik nilai VFWA

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh variasi gradasi terhadap volumetrik campuran adalah dengan adanya perubahan perlakuan terhadap gradasi campuran agregat, maka dapat berpengaruh dengan karakteristik campuran, akan tetapi rongga pada campuran masih terlampau besar sehingga tidak masuk dalam persyaratan campuran LASTON Bina marga 2010 revisi 3.

3.4 Pengujian Penambahan Filler 1,5% Terhadap Properties Campuran

Hasil pengujian ITS, volumetrik campuran tanpa dan dengan penambahan filler dapat dilihat pada dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 berikut :

Tabel 7. Rekapitulasi pengujian ITS

No Variasi Gradasi Nilai ITS Tanpa Filler Dengan Filler (kPa) (kPa) 1 Batas Bawah 121.016 73.146 2 Batas Tengah 96.202 69.742 3 Batas Atas 154.252 212.554

(12)

Tabel 8. Rekapitulasi pengujian volumetrik

Karakteristik Campuran

Variasi Gradasi Campuran Agregat

Standar Mutu Tanpa Filler Penambahan Filler

Batas Bawah Batas Tengah Batas Atas Batas Bawah Batas Tengah Batas Atas VMA (%) 19.55 18.58 18.06 18.46 17.88 16.43 > 15 VIM (%) 8.75 7.64 7.06 7.50 6.85 5.20 3-5 VFWA (%) 55.31 59.03 60.95 59.34 61.87 68.54 > 65

Pembahasan perbandingan ITS dan volumetrik campuran tanpa dan dengan penambahan filler dapat dilihat pada grafik Gambar 6, 7, 8 ,9 berikut:

Gambar 6. Grafik nilai ITS Gambar 7. Grafik nilai VMA

Gambar 8. Grafik nilai VIM Gambar 9. Grafik nilai VFWA

Pengaruh penambahan kadar filler 1,5% terhadap berat total campuran dapat memberikan peningkatan nilai ITS pada gradasi batas atas, akan tetapi pada gradasi batas tengah dan gradasi batas bawah nilainya menurun dibandingkan dengan gradasi tanpa penambahan filler. Sedangkan pada pengujian volumetrik dengan penambahan kadar filler 1,5% terhadap berat total campuran sangat berpengaruh pada rongga campuran yang semakin mengecil dan masuk dalam spesifikasi

Tabel 8. Rekapitulasi pengujian volumetrik

Karakteristik Campuran

Variasi Gradasi Campuran Agregat

Standar Mutu Tanpa Filler Penambahan Filler

Batas Bawah Batas Tengah Batas Atas Batas Bawah Batas Tengah Batas Atas VMA (%) 19.55 18.58 18.06 18.46 17.88 16.43 > 15 VIM (%) 8.75 7.64 7.06 7.50 6.85 5.20 3-5 VFWA (%) 55.31 59.03 60.95 59.34 61.87 68.54 > 65

Pembahasan perbandingan ITS dan volumetrik campuran tanpa dan dengan penambahan filler dapat dilihat pada grafik Gambar 6, 7, 8 ,9 berikut:

Gambar 6. Grafik nilai ITS Gambar 7. Grafik nilai VMA

Gambar 8. Grafik nilai VIM Gambar 9. Grafik nilai VFWA

Pengaruh penambahan kadar filler 1,5% terhadap berat total campuran dapat memberikan peningkatan nilai ITS pada gradasi batas atas, akan tetapi pada gradasi batas tengah dan gradasi batas bawah nilainya menurun dibandingkan dengan gradasi tanpa penambahan filler. Sedangkan pada pengujian volumetrik dengan penambahan kadar filler 1,5% terhadap berat total campuran sangat berpengaruh pada rongga campuran yang semakin mengecil dan masuk dalam spesifikasi

Tabel 8. Rekapitulasi pengujian volumetrik

Karakteristik Campuran

Variasi Gradasi Campuran Agregat

Standar Mutu Tanpa Filler Penambahan Filler

Batas Bawah Batas Tengah Batas Atas Batas Bawah Batas Tengah Batas Atas VMA (%) 19.55 18.58 18.06 18.46 17.88 16.43 > 15 VIM (%) 8.75 7.64 7.06 7.50 6.85 5.20 3-5 VFWA (%) 55.31 59.03 60.95 59.34 61.87 68.54 > 65

Pembahasan perbandingan ITS dan volumetrik campuran tanpa dan dengan penambahan filler dapat dilihat pada grafik Gambar 6, 7, 8 ,9 berikut:

Gambar 6. Grafik nilai ITS Gambar 7. Grafik nilai VMA

Gambar 8. Grafik nilai VIM Gambar 9. Grafik nilai VFWA

Pengaruh penambahan kadar filler 1,5% terhadap berat total campuran dapat memberikan peningkatan nilai ITS pada gradasi batas atas, akan tetapi pada gradasi batas tengah dan gradasi batas bawah nilainya menurun dibandingkan dengan gradasi tanpa penambahan filler. Sedangkan pada pengujian volumetrik dengan penambahan kadar filler 1,5% terhadap berat total campuran sangat berpengaruh pada rongga campuran yang semakin mengecil dan masuk dalam spesifikasi

(13)

pada gradasi batas atas. Pada gradasi batas bawah, batas tengah nilai volumetrik masih terlampau tinggi dan tidak memenuhi spesifikasi campuran LASTON menurut Bina Marga 2010 revisi 3.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari data-data dan analisis yang telah dilakukan didapat kesimpulan dari penelitian yang

berjudul “Analisis variasi gradasi terhadap properties campuran dan ITS bahan RAP dengan aspal emulsi” adalahsebagai berikut:

1. Pengaruh variasi gradasi terhadap nilai ITS adalah semakin gradasi campuran mendekati batas atas spesifikasi gradasi maka nilai ITS semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada gradasi atas proporsi susunan butitrannya cenderung lebih halus dibandingkan dengan gradasi batas bawah dan gradasi batas tengah, pada gradasi batas atas aspal emulsi dapat lebih sempurna melapisi butiran agregat sehingga memiliki nilai kuat tarik tak langsung yang lebih tinggi. Nilai ITS tertinggi pada gradasi batas atas yaitu sebesar 154,252 kPa,

2. Pengaruh variasi gradasi terhadap volumetrik campuran adalah dengan adanya perubahan perlakuan terhadap gradasi campuran agregat, maka dapat berpengaruh dengan karakteristik campuran. untuk gradasi batas bawah nilai VMA sebesar 19,55%, VIM sebesar 8,75%, VFWA sebesar 55,31%. Pada gradasi batas tengah nilai VMA sebesar 18,58%, VIM sebesar 7,64%, VFWA sebesar 59,03%. Dan pada gradasi batas atas nilai VMA sebesar 18,06%, VIM sebesar 7,06%, VFWA sebesar 60,95%.

3. Pengaruh penambahan kadar filler 1,5% terhadap berat total campuran dapat memberikan peningkatan nilai ITS pada gradasi batas atas dengan nilai sebesar 212.554 kPa, akan tetapi pada gradasi batas tengah dan gradasi batas bawah nilainya menurun dibandingkan dengan gradasi tanpa penambahan filler, hal ini terjadi karena filler yang dipakai adalah semen, sedangkan semen cenderung lebih baik digunakan pada benda uji yang menggunakan pengujian kuat tekan dibandingkan kuat tarik. Selain itu semen juga dapat mempengaruhi fleksibilitas campuran, maka campuran yang didapat akan semakin getas dan mudah retak. Sedangkan pada pengujian volumetrik dengan penambahan kadar filler 1,5% terhadap berat total campuran sangat berpengaruh pada gradasi batas atas, hal ini ditunjukan pada nilai VIM yang memenuhi spesifikasi pembanding yaitu sebesar 5,20%.

4.2 Saran

Berdasarkan pembahasan penelitian “Analisis variasi gradasi terhadap properties campuran dan ITS bahan RAP dengan aspal emulsi”didapatkan saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan campuran dingin dengan menggunakan aspal emulsi.

(14)

2. Dalam tes penyelimutan perlu di tambahkan lagi metode pencarian kadar penyelimutan agar didapatkan data yang lebih akurat.

3. Perlu dikembangkan lagi penelitian dengan menggunakan variasi gradasi agar lebih akurat dalam menentukan campuran di lapangan.

4. Perlu dilakukan penelitian tentang penambahan filler agar dapat diketahui penambahan filler yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama. A. T, 2017. Analisis Gradasi Agregat Sebagai Upaya Perbaikan Karakteristik

Campuran Aspal Beton Geopolimer. Tesis. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Anonim, 2001. Pedoman Penyusunan “Laporan Tugas Akhir”. Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Ariawan dan Widhiawati, 2010. Pengaruh Gradasi Agregat Terhadap Karakteristik Campuran Laston. Jurnal. Universitas Udayana. Denpasar.

British Standard, 2003. BS EN 13286-42. Test Method For The Determination Of The Indirect Tensile Strength Of Hydraulically Bound Mixtures.

Golalipour. A., et. al, 2012. Effect of Aggregate Gradation on Rutting of Asphalt Pavements.

International Journal of Procedia - Social and Behavioral Sciences 53 (2012) 440449.

Hartanto. A, 2016. Analisis Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Dingin Dan Perbandingan Nilai Stabilitas Aspal Emulsi Dingin Dengan Laston. Tugas Akhir Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Kasan. M, 2009. Studi Karakteristik Volumetrik Campuran Beton Aspal Daur Ulang. Jurnal Universitas Tadulako. Palu.

Kementerian Pekerjaan Umum, 1992. Tata Cara Pelapisan Ulang Dengan Aspal Emulsi. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.

Kementerian Pekerjaan Umum, 2010. Spesifikasi Umum 2010. Direktorat Jenderal Bina Marga Revisi 3. Jakarta.

Kusharto. H, 2007. Pengaruh Gradasi Agregat Terhadap Perilaku Campuran Beton Aspal. Jurnal Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Mujiyono, 2011. Analisis Kekuatan Tarik Material Campuran HRS-B (Hot Rolled Sheet) Meggunakan Sistem Pengujian Indirect Tensile Strength. Tugas Akhir. UMS. Surakarta. Pradani. N., Subagio. B.S., Rahman. H, 2011. Analisis Kelelahan Campuran Beton Aspal

(15)

–Styrene, Jurnal Transportasi, Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi No.3/Vo.11 Edisi Desember 2011. Forum Studi Transportasi antar Perguuan Tinggi (FSTPT). Bandung. Indonesia.

Raharjo. N, 2010. Tinjauan Marshall Properties, Kuat Tarik Tidak Langsung, Kuat Tekan Bebas. Dan Permeabilitas Campuran Dingin Aspal Beton Dengan Rapid Curing Cutback Asphalt Sebagai Binder. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Rondonuwu. F. O.H., Kaseke. A.L.E., Rumayar. M.R.E. Manoppo, 2013. Pengaruh Sifat Fisik

Agregat Terhadap Rongga Dalam Campuran Beraspal Panas. Jurnal. Universitas Sam

Ratulangi. Manado.

Sukirman. S, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova. Bandung. Sukirman. S, 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Penerbit Granit. Jakarta.

Sunanto. A, 2015. Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Dingi Tanpa Dan Dengan Penundaan Pemadatan. Jurnal. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Sunarjono. S, 2009. Evaluasi Engineering Bahan Perkerasan Jalan Menggunakan RAP dan Foamed Bitumen. Jurnal. UMS. Surakarta.

Syarwan. dkk, 2010. Kajian Gradasi Agregat Beton Aspal Lapis Aus (AC WC) Terhadap Nilai Parameter Marshall Berdasarkan Spesifikasi Bina Marga. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Terapan. Politeknik Negeri Lhokseumawe. Aceh.

Taherkhani. H., et. al, 2016. Evaluation of the Mechanical Properties of the cement treated Cold

in Place Recycled Asphalt Mixtures. International Journal of Transportation Engineering. Vol.3/No.4/Spring 2016.

Thanaya. INA, 2003. Improving the Performance of Cold Bitumious Emultion Mixture (CBEMs) Incorporating Waste Material. PhD Thesis School of Civil Engineering. The University of Leeds.

Wicaksono. A. P, 2016. Analisis Pergerakan Agregat Saat Pemadatan Dan Distribusi Void

Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Cooper. Tugas Akhir. UMS. Surakarta.

Widajat. D, 2010. Hubungan Parameter Kuat Tarik Tak Langsung Terhadap Modulus Resilien Campuran Beraspal Dingin Dengan Aspal Busa. Pusat Litbang Jalan Dan Jembatan. Bandung.

Zachraini. M. R, 2012. Pengaruh Perendaman Terhadap Karakteristik Aspal Porus Yang Menggunakan Liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat. Tugas Akhir. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi hasil pemeriksaan agregat Jenis pengujian RAP Spesifikasi *)
Tabel 3. Hasil analisis saringan agregat Ukuran Ayakan (mm) Batas Bawah (%) Batas Tengah(%) BatasAtas(%) SpesifikasiAC WC(%) 19 100.00 100.00 100.00 100.00 12.5 91.00 95.09 99.90 90.00 100.00 9.5 77.85 83.90 88.90 77.00 90.00 4.75 53.50 57.90 67.80 53.00 6
Gambar 2. Diagram Hubungan Nilai ITS dengan Variasi Gradasi

Referensi

Dokumen terkait

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT-S memberikan prestasi belajar sama dengan model pembelajaran NHT-S dan model pembelajaran PBL- S, sedangkan

238 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Penelitian mengenai kombinasi dua ekstrak pernah dilakukan oleh Yuniarti mendapatkan hasil bahwa kombinasi infus daun sirih dan daun

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan terhadap seluruh data yang diperoleh menggunakan uji statistik (model regresi linear berganda) disertai uji asumsi klasik

Oleh karena media yang akan dikembangkan pada penelitian ini adalah media yang akan digunakan sebagai sarana latihan soal Persamaan Garis Lurus dalam kelompok besar,

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh data bahwa pada siklus II tindakan kedua kemampuan motorik halus anak pada kegiatan membatik jumputan mengalami peningkatan menjadi lebih

Penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar mempunyai manfaat praktis sebagai beriku: (1) media pembelajaran dapat menjelaskan penyajian pesan dan

Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran yang ditetapkan oleh FKIP UMSurabaya dimaksudkan untuk memberikan arah dan dasar pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh semua komponen

Sinamo (2015) Respon Produksi Lateks Dalam Berbagai Waktu Aplikasi Pada Beberapa Klon Tanaman Karet Terhadap Pemberian Berbagai Sumber Hormon Etilen Terletak pada penggunaan