• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK ABSTRACT. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah P3TM-BATAN, Yogyakarta 14-15Ju/i 1999 Buku II 147. Tunjung Indrati, dkk ,.0(.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK ABSTRACT. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah P3TM-BATAN, Yogyakarta 14-15Ju/i 1999 Buku II 147. Tunjung Indrati, dkk ,.0(."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah

P3TM-BATAN, Yogyakarta 14-15Ju/i 1999 Buku II 147

,.0(.,

ANALISIS MEKANISME SINTER PELE T (Th, U)O2

Tundjung lndrati Y, Pristi Hartati

P3TM-Batan, Jl. Babarsari KotakPos 1008, Yogyakarta 55010

Ari Handayani

PPSM-BATAN, Serpong.

Aslina br. Ginting

peneliti PEBN -BATAN, Serpong

ABSTRAK

ANAL/SIS MEKANISMJ= SINTER PELET (Th, U) 02. Mekanisme sinter pelet (Th, U)O2 telah dipelajari menggunakan dilatometer dan scanning electron microscope (SEM). Pelet (Th,U)02 dibuat dengan cara mencampurkan serbuk Th02 90 % berat dan serbuk UO2+x 10% berat. Campuran serbuk tersebut digranulasi secara mekanik dua tahap karena serbuk berukuran halus «150.urn) dan bentuknj/a berbeda. Serbuk ThO2 berbentuk serpihan (flake) sedangkan UO2+x berbentuk butiran (spher-e). Setiap tahap granulasi mekanik terdiri dari kompaksi, penghancuran dan penggilingan. Tahap pertama kompaksi (penekanan tunggal) 20 KN untuk setiap 5 gram

serbuk campuran dan w'aktu giling 30 menit untuk setiap 100 gram pelet-pelet hasil kompaksi pertama untuk setiap 15 bola penggiling yang diametemya 10 rom. Tahap kedua serbuk dikompaksi 30 KN dan waktu 60 menit dengan kondisi seperti tahap pertama. Serb uk hasil granulasi bertahap kemtJ'dian dibuat pelet seberat :t 5 gram dengan penekanan tunggal 30 KN. Dilatometer yang berkemampuan operasi sampai temperatur 1200 °c digunakan untuk menyinter pelet mentah dari temperatur 30 °c sampai dengan temperatur puncak dalam atmosfir argon 2 liter /jam dan laju pemanasan bervariasi 11 °C/menit, 12 °C/menit dan 13,75 °C/menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperaturdan laju pemanasan sangat berpengaruh terhadap proses densifikasi pelet (Th,U)O2. Laju pemanasan yang paling baik adalah 11 °C/menit . Penyusutan drastis teljadi mulai temperatur 950 °c sehingga didapat kesimpulan bahwa difusi volumik merupakan mekanisme yang dominan pada suhu 950 °c sampai 1200 °c dengan energi aktivasi 4492 kal/mol da" konstanta n = -3,5. Sedangkan difusi batas butir mulai dominan pada temperatur 1200 °c ,ini dibuktikan dengan gambar strutur mikro pelet (Th,U)02 hasil sinter temperatur 1200 °c dengan penahanan suhu puncak selama 3 jam.

ABSTRACT

ANAL YSIS OF THE SINJ"ERING MECHANISM OF (Th,U)Oz PELLET. The sintering mechanism of (Th,U)O2 pellet has bE!en studied by dillatometer and Scanning Electron Microscope (SEM). The (Th,U)O2 pellets were made by mixing of 90 %-wt ThO2 and 10 %-wt UO2+x powder. The mixed powders were grarlulated by two steps of mechanic granulation because the powder were fine particles « 150 pm) and the powders have difference shape. The powders of ThO2 are flake and the powders of UO2'.x were sphere. The each step of granulation has three processes ie: compaction, chruser and milling. The first step of granulation was done by 20 KN single action compaction for:l:5 grams and 30 minute milling time for the ratio of 100 grams pellets and g= 10 mm with 15 balls. The second step was done by 30 KN compaction and 60 minute milling time with the same condition of first step. The green pellets were made by 30 KN singgle action compaction for:l: 5 grams each pellet. The dillatometer; which limited operation of 1200 °c, was used for sintering of pellets from 30 °c until 1200 °C. The heating rate of sintering were varied 11 °C/minute, 12 °C/minute, ,3nd 13,75 °C/minute. Based on this research, the temperature and the heating rate were very inlluenced on the densification of (Th, U)O2 pellets. The best of the heating rate is 11°C/minute. Drastically pellets shrinkage at 950 °C. The volumic diffusion was very dominan at 950 °c until ~'200 °c with the activation energy 4492 call mole and n = -3,5. The grain boundary diffusion vvas dominant started at 1200 °c, it was suported with the pellet micro structure. There are grain growth at the 3 hours soaking time of 1200 °C.

ISSN 0216-3128 Teknologi Proses

(2)

Prosiding Perlemuan dan Presentasi /lmiah P3TM-BA TAN, Yogyakarla 14 -15 Juti 1999

148 Buku II

PENDAHULUA.N

volumik sedangkan

pacta pertumbuhan butir difusi

batas butir. Pengkajian pembahan dirnensi (L\L/L)

dengan adanya temperatur

dan waktu dapat untuk

menganalisis

parameter

kinetik proses

sinter.

d(AUL)

dt = {K/(AUL)n}

1)

Nilai n dan K adalah konstanta (tetapan)

yang tergantung

dari mekanisme

perpindahan

massa

dan geometri. Bila difusi volumik yang dominan

maka nilai n ~ 1, sedangkan

bila difusi batas butir

yang dominan maka n ? 2,1. Harga K dapat

ditetapkan dengan persamaan Arhenius seperti

tertulis pada persamaan

2.

K = Ko.{

exp)Q/RT)

2)

Harga Q pada persamaan 2 merupakan

harga energi aktivasi, T adalah temperatur

sedangkan

R adalah konstanta

gas. Harga n dan Q

dapat

ditentukan

berdasarkan

teknik yang digunakan

yaitu non isotermal

atau isotermal.

Jika teknik yang digunakan non-isotermal, nilai Q

dapat ditentukan

dengan

persamaan

sebagai

berikut.

_~ .TI.T2 ~X )

Q -V 3)

(TI-T2) 2

Nilai n ditentukan dari nilai slope

hubungan linier antara nilai (AL/L) dengan Iff.

Berdasarkan

persamaan

(I) clan (2) diperoleh nilai

slope dari kurva linier tersebut, yaitu (_Q/R<n+l).

Persamaan I, 2 dan 3 merupakan persamaan

matematik yang menunjukkan adanya perubahan

dimensi clan sekaligus mekanisme proses sinter.

Untuk memastikan terjadinya mekanisme proses

sinter dibuktikan dengan cara mengkaji struktur

mikro pelet tersebut.

B ahan bakar campuran Th02 dan u02+x banyak digunakan pada reaktor daya jenis reaktor

temperatur tinggi (RTT), Canadian Deuterium

-Uranium Reactor (CANDU) dan reaktor bertekanan

-Presurized High Water Reactor (PHWR) (I).

Bentuk bahan bakar campuran Th02 daD

U02+x dapat berupa kernel atau pelet. Kedua bentuk

tersebut pembuatannya melalui salah satu proses

yang disebut sinter (sintering). Pada proses sinter

pelet campuran Th02 daD U02+x terjadi fenomena

larut padat sehingga terbentuk rasa (Th,U)02- Pelet

basil sinter ini sering disebut pelet (Th,U)02' Tujuan

dilakukan proses sinter adalah untuk mendapatkan

pelet (Th, U)02 yang memenuhi persyaratan

desain

elemen bahan bakar suatu reak1or

daya. Dalam hal

ini perlu adanya pen~asaan daD pemahaman

teknologi proses sinter (I, ).

Salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap

kualitas pelet adalah kondisi operasi

proses

sinter yang sering disebut modus sinter_Modus

sinter terdiri dari beberapa parameter operasi yaitu

temperatur sinter, laju pemanasan, lamanya

penahanan temperatur puncak (soaking time) daD

laju pendinginan. Berdasarkan

dua parameter

yang

dipelajari yaitu temperatur sinter daD laju

pemanasan

maka mekanisme sinter pelet (Th,U)02

dapat dikaji dari ha..,il pengamatan perubahan

dimensi pelet yaitu penyusutan daD perubahan

struktur mikro.

Jadi tujuan penelitian analisis mekanisme

sinter pelet (Th, U)02 adalall menentukan laju

pemanasan proses sinter yang dapat digunakan

untuk memeilih modus sinter pada proses sinter

pelet berkapasitas fabrikasi. Tujuan lain adalah

menentukan mekanisme proses sinter sekaligus

menentukan energi ak1ivasi dan tetapan dalam

persamaan

kinetika. Besamya

tetapan tersebut dapat

untuk menentukan

jenis difusi yang dominan pada

rentang temperatur tertentu. Hasil penelitian ini

dapat bermanfaat dalam mendesain tungku sinter

yang berskala produksi baik YaJlg

berkapasitas

besar

maupun kapasitas

kecil.

TATA KERJA

Tahapan penelitian analisis mekanisme

sinter pelet (Th,U)Oz dengan penekanan tunggal

dapat dicermati

pada blok diagram gambar 1.

Sembilan puluh gram serbuk ThOz

dicampur dengan 10 gram serbuk UOz+x dalam

mesin pencampur

selama 15 menit. Setiap:!::

5 gram

serbuk campuran dikompaksi dengan sistem

penekanan

tunggal 20 KN. Dipilihnya penekanan

tunggal untuk setiap :!:: 5 gram serbuk diperkirakan

akan memberikan beret jenis yang merata disetiap

pelet basil kompaksi seperti

halnya hila pelet dibuat

dengan 10 gram serbuk campuran dengan metoda

penekanan

ganda untuk tekanan yang sarna. Pelet

basil kompaksi kemudian ditumbuk, selanjutnya

digiling selama 30 menit untuk perbandingan 100

TEORI

Dalam proses sinter bahan keramik, fenomena yang terjadi adalah adanya perpindahan massa yang menghasil1:an densifIkasi dan pertumbuhan butir (coarsening:l. Perpindahan massa dalam bahan tersebut diakibatkan oleh adanyadifusi volumik, difusi permukaan dan difusi barns butir

(3,6,7)

Menurut KINGERY<~')

mekanisme yang

dominan pada proses densitikasi adalah difusi

Tunjung Indrati, dkk

(3)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah

P3TM-BATAN, Yogyakarta 14-15Juli 1999 Buku II 149

gram serbuk 15 bola dengan diameter bola 10 mm. Serbuk granulasi tahap pertama tersebut dikompaksi kembali setelai! diketahui distribusi ukuran serbuknya. Kompaksi yang dilakukan sebesar 30 KN untuk setiap :t: 5 gram serbuk. Pelet ditumbuk dan digiling lagi selama 60 menit dengan kondisi yang sama dengan penggilingan tahap I.

HASIL

DAN BAHASAN

ThO.. 90% ~ UO2, 10% berat

L ~

~

EM STRUKTUR MIKRO

.

PERU BAHAN DIMENSI

Gambar 1 ..Blok diagram tahapan penelitian Setelah diketahui distribusi ukuran serbuknya. serbuk hasil granulasi tahap kedua dikompaksi lagi dengan tekanaIl 30 KN untuk setiap :t 5 gram serbuk campuran. Pelet mentah dipanaskan menggunakan dilatometer dengan atmosflf argon mengalir 2 liter/jam. Pemanasan dilakukan daTi suhu 30 °c sampai 1200 °c dengan laju pemanasan yang bervariasi 11°C, 12 °c dan 13,75 °C/menit. Dari pemanasan pelet dalam dilatometer akan diperoleh data penyusutan (AL/L) untuk setiap perubahan suhu dan waktu. ,Pelet hasil sinter dipotong, dibingkai, dipoles dan dietsa untuk diidentiflkasi struktur mikronya dengan mengguna1r.an SEM (Scanning Electron Microscope). Larutan etsa yang digunakan adalah larutan asam sulfat 90 % dan larutan hidrogen peroksida 10 %-volume. Gambar struktur mikro pelet (Th, U)Oz hasil sinter pada suhu rendah akan dapat untuk menentlJkan adanya pertumbuhan butir atau tidak.

Pengaruh laju pemanasan

Pada penelitian ini dicoba laju pemanasan yang bervariasi yaitu II °C/menit, 12 ° C/menit dan 13,7 °C/menit. Pengarnbilan harga laju pemanasan yang relatif cukup tinggi bertujuan mengurangi pemakaian energi listrik yang terlalu besar.

Pengaruh laju pemanasan terhadap perubahan dimensi pelet yang disinter terlihat jelas pada garnbar 2. Perubahan dimensi ini terutama pada awal pemanasan yaitu sekitar suhu karnar sampai dengan 850 °C.

Garnbar 2b dan 2c menunjukkan adanya perubahan dimensi yang tidak menentu yaitu adanya penyusutan dan ekspansi yang berulang. Hal ini diduga karena bentuk serbuk ThOz berbeda dengan VOz walaupun telah digranulasi tetapi bentuk awalnya tetap berpengaruh pada awal proses sinter. Morfologi serbuk ThOz, VOz+x dan sebuk carnpuran yang telah digranulasi dapat dicermati pada garnbar 3. Kemungkinan lain adalah karena akibat proses granulasi mekanik tersebut dimana serbuk yang berbeda bentuk dipaksakan untuk menjadi bentuk yang sarna dalam satu saWall carnpuran serbuk. Narnun demikian disini perlu diingat bahwa proses granulasi mekanik dua tahap lebih banyak efek yang menguntungkan dibandingkan efek negatifnya. Efek positif tersebut diantaranya menghindari marnpu alir serbuk yang rendah, efek bridging, berat jenis pelet mentah rendah dan kekuatan pelet mentah kurang baik. Berdasarkan alasan tersebut maka pencermatan laju pemanasan pada proses sinter sangat beralasan. Adanya pemaksaan bentuk menjadi satu bentuk tertentu yaitu bulatan (sphere) maka kemungkinan ada udara yang terjebak. Adanya udara yang terjebak dan bentuk serbuk yang berbeda tersebut maka perubahan dimensi yang tidak menentu pada awal proses sinter terjadi. Kemungkinan yang lebih parah lagi hila laju pemanasan dipercepat menjadi 13,7 °C/menit maka pelet dapat retak. Hal ini terlihat pada kurva penyusutan yang tidak mulus pada garnbar 2c.

Vntuk mengantisipasi dua hal yang berlawanan tersebut maka laju pemanasan dibuat relatif rendah dibandingkan 12 °C/menit dan 13,7 °C/menit. Garnbar 2a menunjukkan adanya perubahan dimensi yang baik, yaitu tidak acta peristiwa penyusutan dan ekspansi yang berulang pada awal proses sinter. relet yang disinter dengan

laju pemanasan II °C/menit tidak ada perubahan dimensi pacta awal sinter dan baru pada temperatur 950 °c terjadi penyusutan. Hal ini dapat diperkirakan bahwa adanya laju pemanasan lebih rendah 12 °C/menit maka pergerakan atom antar butir baik ThOz dan ThOz atau VOz+x dan VOz+x atau ThOz dan VOz+x akibat pemanasan terjadi tidak

ISSN 0216-3128 Tunjung Indrati, dkk Teknologi Proses

(4)

terlalu cepat. Pergerakan

atom antarbutir yang tidak

terlalu cepat berakibat densifIkasi pelet berjalan

dengan relatif pelan sehingga udara yang mungkin

terjebak dalam pelet tidak secara drastis

mengakibatkan perubahan dimensi yang tidak

menentu. Seperti yang terjadi pacta pelet yang

disinter dengan laju pemanaSall

12 °C/menit dan

13,7 °C/menit.

volumetris. Sedangkan

energi aktivasi yang yang

didapat sebesar

4492 kallmole .Sedangkan diatas

suhu 1200 °C diduga mekanisme

yang terjadi adalah

difusi batas butir. Karena keterbatasan

kemampuan

dilatometer maka dugaan tersebut dapat dikaji

dengan cara menyinter pelet pada suhu 1200 °C

dengan

waktu penahanan

2 -3 jam.

mll:I."'" ~\I

..,"11-11-'11'

-

,

,I'

0 '0 , L'8-'J' " Ir ", , 0 , I I . I!~' Ii \ t.1i .i .\\' ,~, !' \: 1M ..: \, 'M' I, '.! r~ ...", '... i

iM.

"'" -\,8;1

'-,., ~ ;I'. ..'-',' .;O! .i """..i

j,'- II IfA ..., III ~r I'J ..,of ,'. .-.:N.

-", .~;..~ ~ 1"11 H!!-~ " ~j,. D,II,II. ..-'\ m!,11 l' -II-lf.tl1ltJ II.. 11180 ~),:: '."-"j,""-"- '-, i I .. J" " ,. (81- \ .,~ , " , " ' Ir

:: c;"il!i,i;

'o.i ';

IF '

",,", '-

'I ' ,~

",~".,

':.:!.'"~.:

I\I!~ ;\111151 Ii )Ii 4!1

",.i,

C. laju pemanasan 13,7 °C/menit

11~.."--uf1TI;I1rr'...~~

~!

1!1e,-.".~_..\~I-JH1I181J.1. v V \ ~I I , --' I liB!. 1\' " . ; ~ ..\ \ --wI~ Iii-

-.

I' , ! .\. .111 ill. ..i \ .!', , , \. .",~ III- f ". "., 'ji .f --"..,'" ._,

/Rj ;'

.",'

-J.

'-'" " 1 '.--ii.iII,It.~"'.)\I-JjI I ) 'I'

a. laju pemanasan II °C/menit b. laju pemanasan 12 °C/menit

Gambar 2: Pengaruh laju pel'11anasan terhadap perubahan dimensi pelet

-Th6;d~u6;:hasil

Gambar 3 ..Morfologi serb uk ThO], UO]+x dan serb uk campuran hasil granulasi

.2

Penentuan mekanisme

~;inter

Berdasarkan

kurva penyusutan

dari gambar

2a maka dapat dipelajari bahwa pada suhu 850 °c

sampai

dengan temperatur

950 °C perubahan

dimen-si sangat perlahan. Pada temperatur 950 °C sampai

1200 °c, perubahan

dimensi atau penyusutan

sangat

cepat. Penyusutan

yang digunakan untuk

mengana-lisis mekanisme sinter pada suhu 950 °c sampai

dengan 1200 °c hanya sampai titik C karena

peristiwa penyusutan setelah titik C merupakan

penyusutan isotermal yaitu pada saat soaking time

berlangsung. Penyusutan pelet merupakan fungsi

temperatur sinter sehingga

tampilan grafiknya dapat

dinyatakan sebagai

In(dVl) vs Iff. Ini sesuai

dengan

persamaan

1 daD

digambarkan

p3da gambar

4;

Berdasarkan

gambar 4 diperoleh intersep

sebesar

-3,5 .Ini berarti bahwa konstanta

harga n =

-3,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada suhu

sampai 1200 °c proses sinternya didukung difusi

~: ~ -4 ~ ;e ;a-8.8 7,027 7,~ 7.85 8.17 8..5 1.'~

Gambar

4. Grafik hubungan perubahan dimensi.

In(dlll) don temperatur (liT)

Tunjung Indrati, dkk

(5)

-" 2jam d.-j -,

-.-;-Gambar 5 : Struktur mikro pe/et (Th, U)O2 hasi/ sinter.

puncak yang hanya berbeda perubahan barns butir . c

jam hampir tidak ada

KESIMPULAN

Penelitian mekanisme sinter pelet (Th, U)O2 temperatur 1200 DC menggunakan dilatometer dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Laju pemanasan sinter yang paling baik adalah 11 DC/menit

2. Mekanisme sinter pelet (Th, U)O2 pada temperatur 950 DC sampai dengan 1200 DC adalah difusi volumetris dengan konstanta n =-3,5 dan energi aktivasi 4492 kalorilmole.

3. Mekanisme yang terjadi mulai suhu 1200 DC diduga difusi batas butir terbukti adanya peristiwa pertumbuhan butir dengan cara observasi gambar struktur mikro pelet basil sinter suhu 1200 DC dengan lama penahanan suhu puncak 2 -3 jam.

Pengaruh temperatur sinter

Menurut BANNISTER 8) difusi barns butir dapat ditunjukkan hila grafik penyusutan yang dinyatakan dengan In(dl/L) dengan (Iff) mempunyai harga slope yang dinyatakan dengan konstanta n ~ 2,1. Oleh karena kemampuan operasional dilatometer yang tersedia terbatas yaitu hanya dapat dioperasikan sampai dengan temperatur 1200 °c maka perlu dikaji adanya pertumbuhan butir dengan metoda lain. Menurut VAN FLACK7) difusi barns butir menyebabkan terjadinya pertumbuhan butir baik dalam kondisi isotermal atau nonisotermal. Gambar 5 merupakan struktur mikro pelet (Th, U)02 hasil sinter menggunakan dilatometer pada suhu 850 °c, 1100 °c dan 1200 °c dengan lama penahanan temperatur puncak (soaking

time) 2 jam -3jam.

Pada pelet hasil sinter 850 °c dan 1100 °c (gambar 5a dan 5b) belum terjadi pertumbuhan butir. lni terbukti adanya ukuran butir yang tampak dalam gambar struktur mikro ukurannya sarna.

Gambar 5c dan 5d merupakan struktur mikro pelet (Th,U)02 hasil sinter 1200 °C. Ukuran butir pelet hasil sinter 1200°C lebih ",esar dibandingkan dengan ukuran butir pelet hasil sinter 1100°C .Dengan adanya bukti struktur mikro gambar 5 maka dapat dikatakan bahwa pelet (Th,U)02 mengalami difusi barns butir mulai temperatur 1200 DC. Sedangkan penahanan suhu

UCAPAN

TERIMAKASIH

Atas terselesainya penelitian ini penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak

Maryoto dan bapak Budi Kusyanto

(6)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah P3TM-BATAN, Yogyakarta 14 -15Juli 1999

152

Buku II

DAFTAR

PUS'TAKJ\.

2

4.

5.

6.

7.

8.

BENJAMIN.

M.MA,

Nuclear

Reactor

Materials and Applications, Van Nostrad

Reinhold Co, New York, 1983,297 -353.

A YBERS, M. T, The Study Apparent Activation

Energy of (Uo,s, Tho,z)Oz in reducing the

oxidizing atmosphere, Journal of Nuclear

Materials, 1994.

BELLE.J, Uranium Dioxide: Property and

Nucl~ar

Application,

atomic

Energy

Commission,

Washington

DC, 1961,234 -343.

GOETZEL.C.G.,

Treatise

on

Powder

Metallurgy, vol I, New York, Interscience

Publishers

LTD, 1949.

SANDS. RL and SHEAKSPHEARE. CR.,

Powder Metallurgy, London, 1966,20 -99.

KINGERY.WD., BOWEN HK., UHLMAN

DR., Introduction to ceramic, Jon Wiley and

Sons, New York, 1980,469 -490.

VAN FLACK. LH., Elements of Materials

Science and engineering,

2nd ed, Mc Graw Hill

Book Co, Singapore,

1960,337 -343.

BANISTER M.J., Shape Sensitivity of Initial

Sintering Equations, Joournal Amer. Ceram.

Soc, 51(10), 1968, p 548 -553.

ORLANDER. DR., Fundamental flSpects of

nuclear reactor fuel elements, Technical

Information Center, Office Public Affairs, IRD

Administration, 1976, 124 -338.

9.

TANYA

JAWAB

~ Dengan diketahui 1200 °C sebagai batas untuk

difusi volumik dan difusi batas butir, secara

praktis pengetahuan

itu digunakan

untuk apa?

Tundjung lndrati

-<0>- Tidak pada laju 11 'C/menit. Ini harus dilakukan penelitian prediksi pro:,'es modus sinter dengan delatometer yang dilengkapi kurva penyusutan, biasanya untuk spesimen yang berupa pelet atau batangan. Untuk kernel UO] yang dibentuk pelet hal ini dapat dilakukan dengan dilatometer, sedangkan untuk kernel tanpa dibentuk pelet hal ini dapat dipelajari secara metalografi yaitu setiap proses sinter kernel dengan laju tertentu kernelnya dikarakterisasi sifat fisisnya, sifat kimia don dipelajari struktur

mikronya dengan metoda metalografinya. -<0>- Pengatahuan ini untuk menetapkan tetapan

kinetikanya don energi aktivasi, Adanya energi aktivasi yang diketahui maka kilo dapat menentukan kapasitas pelet untuk tungku sinter yang tersedia.

Sahat Simbolon

~ Laju pemanasan

yang paling baik adalah II

°C/menit,

bagaimana

hal ini ditentukan?

~ Bagaimana

dengan reaksi ini, 11102

+ 3002 ~

111

+ 0308 apakah

tidak mungkin terjadi?

Tundjung lndrati

-<0>- Pada laju pemanasan 11 'C/menit tidak ado keretakan pelet saat disinter. Ini dapat dilihat dari kurva penyusutan yang "smooth" (halus). Jadi hila laju pemanasan < 11 'C/menit dipastikan keretakan pelet tidak ado. Sedangkan pada laju pemanasan > 11 'C/menit terlihat adanya indikasi keretakan, terlihat pada kurva gambar 2b don 2c.

-<0>- Oleh karena atmosfir penyinteran pelet dalam kondisi inert, maka UO] tidak akan teroksidasi menjadi U3Os.

Sukarsono

)- Bagaimana

prediksi proses

sintering untuk bahan

yang lain, misalnya kernel UOz apakah

juga baik

dengan laju 11 °C/menit.

Tunjung Indrati, dkl<

Gambar

Gambar 1 ..Blok  diagram tahapan penelitian Setelah  diketahui  distribusi  ukuran serbuknya
Gambar 3 ..Morfologi  serb uk  ThO], UO]+x dan serb uk campuran hasil granulasi
Gambar 5 :  Struktur  mikro pe/et  (Th, U)O2 hasi/ sinter.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) daerah sektor basis komoditas mangga di Kabupaten Situbondo berada di sebelas kecamatan dari 17 kecamatan atau 64,7% dari total

Komunikasi verbal yang terlihat pada fans fanatik yang bergabung dalam komunitas NCTZEN Bandung adalah dari penggunaan bahasa yang mereka gunakan sebagai bentuk

Metoda yang digunakan adalah mengembangkan burner berbahan bakar limbah oli bekas hasil penelitian sebelumnya sehingga cocok dengan karakteristik pembakaran kalsinasi

Sebelum otonomi daerah tahun 2001 Rumah Sakit Jiwa Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan Rumah Sakit khusus milik pemerintah pusat dan sejak otonomi daerah

Berdasarkan hasil pengujian variabel indepedensi dewan komisaris terhadap praktik konservatisme akuntansi dengan ukuran akrual, menunjukkan nilai variabel komisaris

Pendekatan kuantitatif ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X yang akan diteliti yaitu peran komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap variabel Y yang

Imam Thabari mengatakan dalam menafsirkan ayat ini bahwa maksud ayat tersebut adalah, “Zakatkanlah sebagian yang baik yang kalian peroleh dengan usaha kalian, baik

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah mampu mengetahui penyebaran mangrove di wilayah Estuari Perancak, mengetahui hidrologi Estuari Perancak yang