• Tidak ada hasil yang ditemukan

CYBER CRIME DAN CYBER LAW TUGAS UAS. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas UAS EPTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CYBER CRIME DAN CYBER LAW TUGAS UAS. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas UAS EPTIK"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

CYBER CRIME DAN CYBER LAW

TUGAS UAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas UAS EPTIK

ASTRI LESTARI (13150445)

SITI NUR KHASANAH (13150292)

ENDANG FITRI YANI (13150530)

MUHAMMAD ALDI SAHPUTRA (13150600)

Program Studi Teknik Komputer Jakarta

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji bagi Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta beserta makhluk ciptaan-Nya, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Yang telah membawa seluruh umat islam dari zaman yang penuh kesesatan menuju zaman yang penuh rahmat ini.

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dalam mata kuliah CYBER CRIME DAN CYBER LAW, dan untuk mengembangkan kemampuan dalam penyusunan makalah maka dengan segenap kemampuan yang penyusun miliki dengan didasari mengharap ridho dari Allah SWT maka tersusunlah makalah yang masih sederhana ini. Makalah yang berjudul “CYBER CRIME DAN CYBER LAW” ini adalah salah satu tugas mata kuliah EPTIK.

Penulis dan penyusun makalah ini sadar bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan baik itu dalam hal penulisan maupun dalam hal penyusunan atau yang lainnya, maka dari itu penulis mengaharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar penulis bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah terjadi. Dan penulis juga berharap agar penyusunan makalah ini bisa memberi manfaat bagi pembaca maupun bagi penulis secara pribadi. Aamiin ya robbal „alaamiin.

Jakarta, 13 November 2016

(3)

DAFTAR ISI

COVER ………..…... i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ………..…... iii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ...1

B. MAKSUD & TUJUAN...1

BAB II PEMBAHASAN A. CYBER CRIME...2

a. CONTOH KEJAHATAN DUNIA MAYA...2

b. JENIS-JENIS CYBER CRIME BERDASARKAN KARAKTERISTIK...2

c. JENIS-JENIS CYBER CRIME BERDASARKAN AKTIVITASNYA...3

B. PERKEMBANGAN CYBER CRIME...5

a. PERKEMBANGAN CYBER CRIME DI DUNIA...5

b. PERKEMBANGAN CYBER CRIME DI INDONESIA...5

c. PERKIRAAN PERKEMBANGAN CYBER CRIME DI MASA DEPAN...6

C. CYBER LAW...7

D. RUANG LINGKUP CYBER LAW...9

E. ASAS-ASAS CYBER LAW...11

BAB III CONTOH KASUS 1. CONTOH KASUS 1...12

2. CONTOH KASUS 2...12

3. CONTOH KASUS 3...13

4. CONTOH KASUS 4...13

BAB III PENUTUP KESIMPULAN...14

SARAN...14

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai teknologi informasi dan komunikasi, serta adanya sifat murni manusia yang selalu tidak pernah merasa puas, tentu saja hal ini lama kelamaan, membawa banyak dampak positif maupun negatif. Pada akhirnya, banyak manusia itu sendiri yang melakukan penyalahgunaan dalam penggunaan teknologi komputer, yang kemudian meningkat menjadi tindak kejahatan di dunia maya atau lebih dikenal sebagai cyber crime.

Kebutuhan akan teknologi jaringan komputer semakin meningkat. Selain sebagai media penyedia informasi, melalui intenet pula kegiatan komunitas komersial menjadi bagian terbesar dan pesat pertumbuhannya serta menembus berbagai batas Negara. Bahkan melalui jaringan ini kegiatan pasar di dunia bisa diketahui selama 24 jam. Melalui dunia internet atau disebut juga cyber space, apapun dapat dilakukan. Segi positif dari dunia maya ini tentu saja menambah trend perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk kreatifitas manusia. Namun dampak negaif pun tidak bisa dihindari. Tatkala pornografi marak dimedia internet, masyarakat pun tak bisa berbuat banyak. Seiring dengan perkembangan teknologi internet, menyebabkan munculnya kejahatan yang disebut dengan cyber crime atau kejahatan melalui jaringan internet. Munculnya beberapa kasus cyber crime di Indonesia, seperti pencurian kartu kredit, hacking beberapa situs, menyadap transmisi data orang lain, misalnya email dan memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak dikehendaki ke dalam programmer Komputer. Sehingga dalam kejahatan computer dimungkinkan adanya delik formil dan delik materil. Delik formil adalah perbuatan seseorang yang memasuki Komputer orang lain tanpa ijin, sedangkan delik materil adalah perbuatan yang menimbulkan akibat kerugian bagi orang lain. Adanya cyber crime telah menjadi ancaman stabilitas, sehingga pemerintah sulit mengimbangi teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknoligo computer, khususnya jaringan internet dan intranet.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

 Memenuhi salah satu tugas mata kuliah EPTIK

 Melatih mahasiswa untuk lebih aktif dalam pencarian bahan-bahan materi EPTIK

 Menambah wawasan tentang Cyber crime

 Sebagai masukan kepada mahasiswa agar menggunakan ilmu yang didapatnya untuk

kepentingan yang positif

 Untuk dapat di presentasikan sehingga mendapatkan nilai UAS , dikarenakan mata kuliah EPTIK (Etika Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi) adalah KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

 Memberikan informasi tentang cyber crime kepada kami sendiri pada khususnya dan

(5)

BAB II PEMBAHASAN A. CYBER CRIME

Cyber crime adalah istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke didalamnya antara lain adalah penipuan lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit (carding), confidence fraud, penipuan identitas, pornografi anak, dll. Cyber crime sebagai tindak kejahatan dimana dalam hal ini penggunaan komputer secara illegal (Andi Hamzah, 1989).

a. CONTOH KEJAHATAN DUNIA MAYA

 Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer sebagai alat adalah spamming dan kejahatan terhadap hak cipta dan kekayaan intelektual.  Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer sebagai sasarannya

adalah akses ilegal (mengelabui kontrol akses), malware dan serangan DoS.

 Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer sebagai tempatnya adalah penipuan identitas. Sedangkan contoh kejahatan tradisional dengan komputer sebagai alatnya adalahpornografi anak dan judi online.

b. JENIS – JENIS CYBER CRIME BERDASARKAN KARAKTERISTIK

 Cyberpiracy adalah Penggunaan teknologi komputer untuk mencetak ulang software atau informasi dan mendistribusikan informasi atau software tersebut melalui jaringan computer.

 Cybertrespass adalah Penggunaan teknologi komputer untuk

meningkatkan akses pada Sistem komputer sebuah organisasi atau individu dan Website yang di-protect dengan password.

 Cybervandalism adalah penggunaan teknologi untuk membuat

program yang mengganggu proses transmisi informasi elektronik dan menghancurkan data di Computer.

(6)

c. JENIS – JENIS CYBER CRIME BERDASARKAN AKTIVITASNYA  Illegal Contents (Konten Tidak Sah)

Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum.

 Data Forgery (Pemalsuan Data)

Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet. Contoh kejahatan ini pada dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi salah ketik yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku.

 Cyber Spionase (Mata-Mata)

Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan memata-matai pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer (computer network system) sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam suatu sistem yang bersifat komputerisasi.

 Data Theft (Mencuri Data)

Kegiatan memperoleh data komputer secara tidak sah, baik untuk digunakan sendiri ataupun untuk diberikan kepada orang lain. Identity theft merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini yang sering diikuti dengan kejahatan penipuan (fraud). Kejahatan ini juga sering diikuti dengan kejahatan data leakage.

 Misuse Of Devices (Menyalahgunakan Peralatan Komputer)

Dengan sengaja dan tanpa hak, memproduksi, menjual, berusaha memperoleh untuk digunakan, diimpor, diedarkan atau cara lain untuk kepentingan itu, peralatan, termasuk program komputer, password komputer, kode akses, atau data semacam itu, sehingga seluruh atau sebagian sistem komputer dapat diakses dengan tujuan digunakan untuk melakukan akses tidak sah, intersepsi tidak sah, mengganggu data atau sistem komputer, atau melakukan perbuatan-perbuatan melawan hukum lain.

 Hacking and Cracker

Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran.

(7)

 DoS (Denial of Services)

Dos attack merupakan serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang, crash) sehingga tidak dapat memberikan layanan.

 Cybersquatting and Typosquatting

Cybersquatting merupakan sebuah kejahatan yang di lakukan dengan cara mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan tersebut dengan harga lebih mahal. Adapun typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain plesetan yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain.

 Hijacking

Hijacking merupakan salah satu bentuk kejahatan yang melakukan pembajakan hasil karya orang lain. Yang paling sering terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat lunak).

 Cyber Terorism

Tindakan cyber crime termasuk cyber terorism jika mengancam pemerintah atau warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer.

 Unauthorized Access to Computer System and Services

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting.

 Illegal Access (Akses Tanpa Ijin ke Sistem Komputer)

Tanpa hak dan dengan sengaja mengakses secara tidak sah terhadap seluruh atau sebagian sistem komputer, dengan maksud untuk mendapatkan data komputer atau maksud-maksud tidak baik lainnya, atau berkaitan dengan sistem komputer yang dihubungkan dengan sistem komputer lain. Hackingmerupakan salah satu dari jenis kejahatan ini yang sangat sering terjadi.

(8)

B. PERKEMBANGAN CYBER CRIME

Kejahatan dunia maya pun kini makin luas pencapaiannya sehingga kita semua harus semakin waspada dalam menghadapi adanya kasus ini di kemudian hari saat ini perkembangan cyber crime di Indonesia dan di Dunia semakin menjadi saja.

a. PERKEMBANGAN CYBER CRIME DI DUNIA

Awal mula penyerangan didunia Cyber pada tahun 1988 yang lebih dikenal dengan istilah Cyber Attack. Pada saat itu ada seorang mahasiswa yang berhasil menciptakan sebuah worm atau virus yang menyerang program computer dan mematikan sekitar 10% dari seluruh jumlah komputer di dunia yang terhubung ke internet. Pada tahun 1994 seorang bocah sekolah musik yang berusia 16 tahun yang bernama Richard Pryce, atau yang lebih dikenal sebagai “the hacker” alias “Datastream Cowboy”, ditahan lantaran masuk secara ilegal ke dalam ratusan sistem komputer rahasia termasuk pusat data dari Griffits Air Force, NASA dan Korean Atomic Research Institute atau badan penelitian atom Korea. Dalam interogasinya dengan FBI, ia mengaku belajar hacking dan cracking dari seseorang yang dikenalnya lewat internet dan menjadikannya seorang mentor, yang memiliki julukan “Kuji“. Hebatnya, hingga saat ini sang mentor pun tidak pernah diketahui keberadaannya.

b. PERKEMBANGAN CYBER CRIME DI INDONESIA

Di Indonesia sendiri juga sebenarnya prestasi dalam bidang cyber crime ini patut diacungi dua jempol. Walau di dunia nyata kita dianggap sebagai salah satu negara terbelakang, namun prestasi yang sangat gemilang telah berhasil ditorehkan oleh para hacker, cracker dan carder lokal.

Virus komputer yang dulunya banyak diproduksi di US dan Eropa sepertinya juga mengalami “outsourcing” dan globalisasi. Di tahun 1986 – 2003, epicenter virus computer dideteksi kebanyakan berasal dari Eropa dan Amerika dan beberapa negara lainnya seperti Jepang, Australia, dan India. Namun hasil penelitian mengatakan di beberapa tahun mendatang Mexico, India dan Africa yang akan menjadi epicenter virus terbesar di dunia, dan juga bayangkan, Indonesia juga termasuk dalam 10 besar.

Seterusnya 5 tahun belakangan ini China , Eropa, dan Brazil yang meneruskan perkembangan virus-virus yang saat ini mengancam komputer kita semu dan tidak akan lama lagi Indonesia akan terkenal namun dengan nama yang kurang bagus, alasannya? mungkin pemerintah kurang ketat dalam pengontrolan dalam dunia cyber, terus terang para hacker di Amerika gak akan berani untuk bergerak karna pengaturan yang ketat dan system kontrol yang lebih high-tech lagi yang dipunyai pemerintah Amerika Serikat.

(9)

c.PERKIRAAN PERKEMBANGAN CYBER CRIME DI MASA DEPAN

Dapat diperkirakan perkembangan kejahatan cyber kedepan akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi atau globalisasi dibidang teknologi informasi dan komunikasi, sebagai berikut :

 DENIAL OF SERVICE ATTACK.

Serangan tujuan ini adalah untuk memacetkan system dengan mengganggu akses dari pengguna jasa internet yang sah. Taktik yang digunakan adalah dengan mengirim atau membanjiri situs web dengan data sampah yang tidak perlu bagi orang yang dituju. Pemilik situs web menderita kerugian, karena untuk mengendalikan atau mengontrol kembali situs web tersebut dapat memakan waktu tidak sedikit yang menguras tenaga dan energi.

 HATE SITES.

Situs ini sering digunakan oleh hackers untuk saling menyerang dan melontarkan komentar-komentar yang tidak sopan dan vulgar yang dikelola oleh para “ekstrimis” untuk menyerang pihak-pihak yang tidak disenanginya. Penyerangan terhadap lawan atau opponent ini sering mengangkat pada isu-isu rasial, perang program dan promosi kebijakan ataupun suatu pandangan (isme) yang dianut oleh seseorang / kelompok, bangsa dan negara untuk bisa dibaca serta dipahami orang atau pihak lain sebagai “pesan” yang disampaikan.

 CYBER STALKING.

adalah segala bentuk kiriman e-mail yang tidak dikehendaki oleh user atau junk e-mail yang sering memakai folder serta tidak jarang dengan pemaksaan. Walaupun e-mail “sampah” ini tidak dikehendaki oleh para user.

(10)

C. CYBER LAW

Cyber Law yaitu Hukum yang membatasi kejahatan cyber (kejahatan dunia maya melalui jaringan internet). Cyber Law diperlukan atas dasar dari hukum di berbagai negara yaitu "ruang dan

waktu". Sementara jaringan komputer dan internet telah mendobrak batas ruang dan waktu tersebut .Meskipun alat buktinya berbentuk virtual dan bersifat elektronik kegiatan cyber adalah kegiatan virtual yang berdampak nyata.

Cyber law bukanlah suatu keharusan, namun sudah merupakan kebutuhan untuk menghadapi kenyataan yang ada pada saat ini, yaitu adanya tindak kejahatan di internet atau yang di sebut dengan Cyber Crime.

Cyber law adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya), yang umumnya diasosiasikan dengan Internet. Cyber law dibutuhkan karena dasar atau fondasi dari hukum di banyak negara adalah "ruang dan waktu". Sementara itu, Internet dan jaringan komputer mendobrak batas ruang dan waktu ini.

Cyber Law juga didefinisikan sebagai kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang berbagai aktivitas manusia di cyberspace (dengan memanfaatkan teknologi informasi). Cyber Law sendiri merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace. Cyberspace berakar dari kata latin Kubernan yang artinya menguasai atau menjangkau. Karena ”cyberspace”-lah yang akan menjadi objek atau concern dari ”cyber law”.

Ruang lingkup dari Cyber Law meliputi hak cipta, merek dagang, fitnah/penistaan, hacking, virus, akses Ilegal, privasi, kewajiban pidana, isu prosedural (Yurisdiksi, Investigasi, Bukti, dll), kontrak elektronik, pornografi, perampokan, perlindungan konsumen dan lain-lain.

Perkembangan Cyber Law di Indonesia sendiri belum bisa dikatakan maju. Hal ini diakibatkan oleh belum meratanya pengguna internet di seluruh Indonesia. Berbeda dengan Amerika Serikat yang menggunakan telah internet untuk memfasilitasi seluruh aspek kehidupan mereka. Oleh karena itu, perkembangan hukum dunia maya di Amerika Serikat pun sudah sangat maju. Landasan fundamental di dalam aspek yuridis yang mengatur lalu lintas internet sebagai hukum khusus, di mana terdapat komponen utama yang meng-cover persoalan yang ada di dalam dunai maya tersebut, yaitu :

 Yurisdiksi hukum dan aspek-aspek terkait. Komponen ini menganalisa

dan menentukan keberlakuan hukum yang berlaku dan diterapkan di dalam dunia maya itu.

 Landasan penggunaan internet sebagai sarana untuk melakukan

kebebasan berpendapat yang berhubungan dengan tanggung jawab pihak yang menyampaikan, aspek accountability, tangung jawab dalam memberikan jasa online dan penyedia jasa internet (internet provider),

(11)

serta tanggung jawab hukum bagi penyedia jasa pendidikan melalui jaringan internet.

 Aspek hak milik intelektual di mana ada aspek tentang patent, merek dagang rahasia yang diterapkan, serta berlaku di dalam dunia cyber.  Aspek kerahasiaan yang dijamin oleh ketentuan hukum yang berlaku

di masing-masing yurisdiksi negara asal dari pihak yang mempergunakan atau memanfaatkan dunia maya sebagai bagian dari sistem atau mekanisme jasa yang mereka lakukan.

 Aspek hukum yang menjamin keamanan dari setiap pengguna dari internet.

 Ketentuan hukum yang memformulasikan aspek kepemilikan didalam

internet sebagai bagian dari pada nilai investasi yang dapat dihitung sesuai dengan prinisip-prinsip keuangan atau akuntansi.

 Aspek hukum yang memberikan legalisasi atas internet sebagai bagian dari perdagangan atau bisnis usaha.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka kita akan dapat melakukan penilaian untuk menjustifikasi sejauh mana perkembangan dari hukum yang mengatur sistem dan mekanisme internet di Indonesia. Walaupun belum dapat dikatakan merata, namun perkembangan internet di Indonesia mengalami percepatan yang sangat tinggi serta memiliki jumlah pelanggan atau pihak yang mempergunakan jaringan internet terus meningkat sejak paruh tahun 90'an.

Salah satu indikator untuk melihat bagaimana aplikasi hukum tentang internet diperlukan di Indonesia adalah dengan banyak perusahaan yang menjadi provider untuk pengguna jasa internet di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang memberikan jasa provider di Indonesian sadar atau tidak merupakan pihak yang berperanan sangat penting dalam memajukan perkembangan Cyber Law di Indonesia dimana fungsi-fungsi yang mereka lakukan seperti :

 Perjanjian aplikasi rekening pelanggan internet

 Perjanjian pembuatan desain home page komersial

 Perjanjian reseller penempatan data-data di internet server

 Penawaran-penawaran penjualan produk-produk komersial melalui

internet

 Pemberian informasi yang di-update setiap hari oleh home page komersial

 Pemberian pendapat atau polling online melalui internet.

Fungsi-fungsi di atas merupakan faktor dan tindakan yang dapat digolongkan sebagai tindakan yang berhubungan dengan aplikasi hukum tentang cyber di Indonesia. Oleh sebab itu ada baiknya di dalam perkembangan selanjutnya, setiap pemberi jasa atau pengguna internet dapat terjamin. Maka hukum tentang internet perlu dikembangkan serta dikaji sebagai sebuah hukum yang memiliki displin tersendiri di Indonesia.

(12)

D. RUANG LINGKUP CYBER LAW

Ruang lingkup cyber law cukup luas mulai dari yang bersifat kompleks hingga khususnya sesuai dengan berkembangnya teknologi. Dengan kemajuan teknologi masyarakat dapat memberi kemudahan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan dunia. Seiring dengan kemajuan inipun menimbulkan berbagai permasalahan, lahirnya kejahatan-kejahatan tipe baru, khususnya yang mengugunakan media internet, yang dikenal dengan nama cyber crime, sperti contoh di atas. Cyber crime ini telah masuk dalam daftar jenis kejahatan yang sifatnya internasional berdasarkan United Nation Convention Againts Transnational.

“Organized Crime (Palermo convention) Nopember 2000 dan berdasarkan Deklarasi ASEAN tanggal 20 Desember 1997 di Manila”. Jenis-jenis kejahatan yang termasuk dalam cyber crime diantaranya adalah :

 Cyber-terrorism : National Police Agency of Japan (NPA)

mendefinisikan cyber terrorism sebagai serangan terhadap infrastruktur jaringan komputer yang memiliki efek potensial pada kegiatan sosial dan ekonomi suatu bangsa.

 Cyber-pornography : penyebaran obscene materials termasuk

pornografi, indecent exposure, dan child pornography.

 Cyber Harrasment : pelecehan seksual melalui email, website atau chat programs.

 Cyber-stalking : crimes of stalking melalui penggunaan computer dan internet.

 Hacking : penggunaan programming abilities dengan maksud yang bertentangan dengan hukum.

 Carding (credit card fund), carding muncul ketika orang yang bukan pemilik kartu kredit menggunakan kartu credit tersebut secara melawan hukum.

Dari kejahatan-kejahatan akan memberi implikasi terhadap tatanan social masyarakat yang cukup signifikan khususnya di bidang ekonomi. Mengingat bergulirnya juga era e-commerce, yang sekarang telah banyak terjadi.

Sementara untuk Indonesia ada beberapa ruang lingkup cyberlaw yang memerlukan perhatian serius saat ini, yaitu :

 Kriminalisasi Cyber Crime atau kejahatan di dunia maya. Dampak negatif dari kejahatan di dunia maya ini telah banyak terjadi di Indonesia. Namun karena perangkat aturan yang ada saat ini masih belum cukup kuat menjerat pelaku dengan sanksi tegas, kejahatan ini semakin berkembang seiring perkembangan teknologi informasi. Kejahatan sebenarnya tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, tidak ada kejahatan tanpa masyarakat. Benar yang diucapankan Lacassagne bahwa masyarakat mempunyai penjahat sesuai dengan

(13)

jasanya . Betapapun kita mengetahui banyak tentang berbagai faktor kejahatan yang ada dalam masyarakat, namun yang pasti adalah bahwa kejahatan merupakan salah satu bentuk prilaku manusia yang terus mengalami perkembangan sejajar dengan perkembangan masyarakat itu sendiri.

 Aspek Pembuktian. Saat ini sistem pembuktian hukum di Indonesia (khusunya dalam pasal 184 KUHAP) belum mengenal istilah bukti elektronik/digital (digital evidence) sebagai bukti yang sah menurut undang-undang. Masih banyak perdebatan khususnya antara akademisi dan praktisi mengenai hal ini. Untuk aspek perdata, pada dasarnya hakim dapat bahkan dituntun untuk melakukan rechtsvinding (penemuan hukum). Tapi untuk aspek pidana tidak demikian. Asas legalitas menetapkan bahwa tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana jika tidak ada aturan hukum yang mengaturnya (nullum delictum nulla poena sine previe lege poenali) . Untuk itulah dibutuhkan adanya dalil yang cukup kuat sehingga perdebatan akademisi dan praktisi mengenai hal ini tidak perlu terjadi lagi.

 Aspek Hak Atas Kekayaan Intelektual di cyberspace, termasuk

didalamnya hak Cipta dan Hak Milik Industrial yang mencakup paten, merek, desain industri, rahasia dagang, sirkuit terpadu, dan lain-lain.  Standarisasi di bidang telematika. Penetapan standardisasi bidang

telematika akan membantu masyarakat untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan teknologi informasi.

 Aturan-aturan di bidang E-Bussiness termasuk didalamnya

perlindungan konsumen dan pelaku bisnis.

 Aturan-aturan di bidang E-Government. Apabila E-Government di Indonesia telah terintegrasi dengan baik, maka efeknya adalah pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih baik.

 Aturan tentang jaminan keamanan dan kerahasiaan Informasi dalam menggunakan teknologi informasi.#

 Yurisdiksi hukum, cyberlaw tidak akan berhasil jika aspek ini diabaikan. Karena pemetaan yang mengatur cybespace menyangkut juga hubungan antar kawasan, antar wilayah, dan antar negara. Sehingga penetapan yurisdiksi yang jelas mutlak diperlukan.

(14)

E. ASAS-ASAS CYBER LAW

Dalam kaitannya dengan penentuan hukum yang berlaku dikenal beberapa asas yang biasa digunakan, yaitu :

 Subjective territoriality, yang menekankan bahwa keberlakuan hukum ditentukan berdasarkan tempat perbuatan dilakukan dan penyelesaian tindak pidananya dilakukan di negara lain.

 Objective territoriality, yang menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah hukum dimana akibat utama perbuatan itu terjadi dan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi negara yang bersangkutan.

 Nationality yang menentukan bahwa negara mempunyai jurisdiksi untuk menentukan hukum berdasarkan kewarganegaraan pelaku.

 Passive Nationality yang menekankan yurisdiksi berdasarkan

kewarganegaraan korban.

 Protective Principle yang menyatakan berlakunya hukum didasarkan atas keinginan negara untuk melindungi kepentingan negara dari kejahatan yang dilakukan di luar wilayahnya, yang umumnya digunakan apabila korban adalah negara atau pemerintah.

 Universality, Asas ini selayaknya memperoleh perhatian khusus terkait dengan penanganan hukum kasus-kasus cyber. Asas ini disebut juga sebagai “universal interest jurisdiction”. Pada mulanya asas ini menentukan bahwa setiap negara berhak untuk menangkap dan menghukum para pelaku pembajakan. Asas ini kemudian diperluas sehingga mencakup pula kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity), misalnya penyiksaan, genosida, pembajakan udara dan lain-lain. Meskipun di masa mendatang asas jurisdiksi universal ini mungkin dikembangkan untuk internet piracy, seperti computer, cracking, carding, hacking and viruses, namun perlu dipertimbangkan bahwa penggunaan asas ini hanya diberlakukan untuk kejahatan sangat serius berdasarkan perkembangan dalam hukum internasional.

Oleh karena itu, untuk ruang cyber dibutuhkan suatu hukum baru yang menggunakan pendekatan yang berbeda dengan hukum yang dibuat berdasarkan batas-batas wilayah. Ruang cyber dapat diibaratkan sebagai suatu tempat yang hanya dibatasi oleh screens and passwords. Secara radikal, ruang cyber telah mengubah hubungan antara legally significant (online) phenomena and physical location.

(15)

BAB III

ANALIS CONTOH KASUS

1. CONTOH KASUS 1

Sebar Kebencian Di Facebook, Guru Les di Banten di Tangkap.

Penangkapan tersebut terkait dengan tulisan pada wall atau dinding akun Facebook FAB, yang memiliki muatan kebencian atau permusuhan kepada individu atau kelompok masyarakat tertentu, berdasarkan atas SARA dan ajakan provokatif. Penyidik menjerat FAB dengan pasal Pasal 16 UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan atau Pasal 45 (2) Pasal 28 (2) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Penjelasan :

Pasal 28 (2)

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Pasal 45 (2)

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal, 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

2. CONTOH KASUS 2

Pembajak Film Warkop DKI Reborn di Ancam Pasal Berlapis

Baru pertama tayang di bioskop Tanah Air pada Kamis (8/9/2016), film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 sudah langsung dibajak oleh oknum yang tak bertanggung jawab. Dua pelaku pembajakan tersebut akan dikenakan pasal 48 UU ITE dan pasal pelanggaran hak cipta. Keputusan Falcon Pictures untuk melapor, agar kemudian hari tak ada lagi aksi yang bisa merugikan para pelaku seni. "Ancaman hukuman sembilan tahun, dengan denda Rp 3 miliar. Kita lapis dengan UU Hak Cipta" Ujarnya. Dalam UU Hak Cipta, pelaku bahkan di ancam penjara 10 tahun dengan denda Rp 4 miliar.

Penjelasan :

Di ketahui pelaku di kenakan pasal 32 yang berbunyi

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa

pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,

menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak.

(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang. mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh public dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya.

(16)

3. CONTOH KASUS 3

Soal Mandi Kucing, Nikita Mirzani di Ancam 7 tahun Penjara

Laporan masyarakat karena video 'Mandi Kucing' yang di unggah di situs berbagi video, Nikita Mirzani terancam hukuman maksimal tujuh tahun penjara.

Ancaman tersebut berdasarkan beberapa pasal dalam UU ITE. 27 ayat 1 UU ITE tahun 2008, dan juga UU 44 2008 tentang pornografi, ada dipasal 4

Penjelasan :

Pasal 27 ayat 1

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.

Pasal 45

(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. CONTOH KASUS 4

Unggah Foto Jokowi-Nikita Mirzani, Ongen Yakin Bebas

Ongen ditetapkan sebagai tersangka oleh Subdirektorat Cyber Crime Bareskrim Polri atas tuduhan penyebaran konten berbau pornografi di media sosial pada Desember 2015. Melalui akun Twitternya @ypaonganan, Ongen mengunggah foto Presiden Joko Widodo dengan artis Nikita Mirzani dan menuliskan tagar yang diduga mengandung pornografi.

Atas perbuatannya, Ongen diduga melanggar Pasal 27 Ayat (1) jo Pasal 45 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE dengan ancaman pidana penjara paling lama 6 tahun dan atau denda paling banyak Rp 1 miliar. Ongen juga terancam melanggar Pasal 4 ayat (1) huruf a dan huruf e jo Pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dengan ancaman pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 12 tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 250 juta dan paling banyak Rp 6 miliar.

(17)

BAB IV PENUTUP KESIMPULAN

Cyber Crime adalah kejahatan dunia maya yang perlu dan wajib kita waspadai selain datangnya dari orang lain terkadang kita pun tanpa sengaja melakukan kejahatan ini maka dari itu mulai saat ini kita harus bisa memilah milah perbuatan baik. Pintar – pintar menggunakan dunia maya untuk hal yang positif saja dan Cyber law adalah hukum yang mengadili tindak para criminal dunia maya dengan hukum yang telah di buat pemerintah dan pula di sahkan.

SARAN

 hati-hati lah dalam megupload atau berbagi keseharian kita di dalam dunia maya salah salah bisa saja kita yang menjadi korban ataupun tersangka.  Jangan pula berbagi identitas pribadi karena itu sangat menguntungkan bagi si

pelalku kejahatan

 Sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan lagi keamanan dan penegakkan

hukum di dunia maya

 Tingkatkan keamanan pada akun yang sering kita akses agar tidak terjadi kejahatan

 Hati-hati dalam mendownload software tertentu

 Jangan tergiur akan hadiah-hadiah yang sering ada di Internet  Hati-hati dalam bertransaksi menggunakan Internet Banking

Referensi

Dokumen terkait

Some of them did not apply the appropriate strategies as Alderson and Wall (1992), and Brown (2002) suggested, [1] Studying and reviewing the lessons thoroughly, [2] doing

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus dengan meng-gunakan Mind Map dalam pembelajaran bahasa Indonesia mengenai keterampilan

Parameter utama dari efisiensi yang dihasilkan yaitu pengerjaan spray yang awalnya dilakukan dua kali yaitu pertama pembersihan bagian luar candle filter lalu kedua

Sampel dari 24 kelompok tani di Desa Raman Fajar yang dipilih yaitu kelompok tani Margo Rahayu dan Harapan Makmur dengan pertimbangan kelompok tani yang aktif dalam kegiatan..

kemampuan visual spasial terhadap hasil belajar matematika dengan. Berdasarkan harga F tersebut

Istilah seperti contoh, sifat dan sifat nilai yang dikembangkan oleh burner digunakan untuk mengurangi hakikat konsep dan proses perolehan konsep, fasilitor yang diinginkan

Kegiatan pengemasan, penyimpanan, dan penanganan selama transportasi menjadi aktivitas kunci dengan suhu dan waktu selama penanganan dan pemrosesan menjadi dua faktor kritis

Menghitung waktu penjalaran (travel time) gelombang P, yaitu waktu tiba – waktu kejadian pada tiga stasiun. Menentukan jarak episenter berdasar waktu penjalaran gelombang