• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Desain Fisik Spasial Hotel dalam Pembentukan Persepsi Peruntukan dan Preferensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Desain Fisik Spasial Hotel dalam Pembentukan Persepsi Peruntukan dan Preferensi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Desain Fisik Spasial Hotel dalam Pembentukan

Persepsi Peruntukan dan Preferensi

Ardina Susanti(1), Hanson E. Kusuma(2) (1)Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, ITB. (2)Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, ITB.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pembentukan citra lingkungan hotel melalui persepsi calon konsumen. Faktor-faktor yang dilihat keterkaitannya adalah faktor desain fisik spasial hotel, faktor persepsi terhadap peruntukan hotel, dan faktor preferensi terhadap keadaan desain fisik spasial tersebut. Pengumpulan data menggunakan metode eksperimen dengan simulasi dan dengan menyebarkan kuisioner secara online. Sambil melihat3 kategori gambar hotel hasil simulasi (etnik, semi etnik, dan modern), responden diminta mengevaluasi gambar tersebut dengan menjawab pertanyaan evaluasi tentang persepsi peruntukan dan preferensi terhadap model bangunan hotel yang ditampilkan. Analisis data dari 100 responden dewasa muda Indonesia menunjukkan hasil bahwa model bangunan kategori etnik yang memunculkan tingkat preferensi yang tertinggi.

Kata-kunci : Desain fisik spasial, Hotel, Persepsi peruntukan, Preferensi

Pengantar

Penelitian mengenai keilmuan perilaku-lingkung-an merupakperilaku-lingkung-an bagiperilaku-lingkung-an dari keilmuperilaku-lingkung-an arsitektur. Kedekatan keilmuan tersebut karena pada hakikatnya keilmuan arsitektur sendiri merupa-kan keilmuan pembentumerupa-kan ruang sebagai wadah aktivitas dari manusia. Oleh karena itu, ilmu arsitektur tidak bisa dilepaskan dari unsur perilaku manusia. Respon-respon manusia da-lam menanggapi lingkungannya dapat menjadi dimensi untuk mengevaluasi kualitas dan optimalisasi dalam perencanaan dan perancang-an lingkungperancang-an binaperancang-an.

Keilmuan perilaku-lingkungan merupakan bagian dari ranah keilmuan arsitektur dan ranah keilmuan hospitality. Beberapa penelitian yang telah ada banyak membahas mengenai respon akibat dari keadaan fasilitas hospitality archi-tecture (Bitner, 1992; Alcantara, 2012; Ver-hoeven; 2009; Lin, 2004; Stannegard & Stannegard, 2012). Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Rapoport (1982; dalam Bitner, 1992) bahwa lingkungan fisik sangat sarat akan tanda-tanda, sehingga persepsi yang timbul akibat dari

tanda-tanda tersebut akan membangun citra dari lingkungan fisik.

Menurut teori Gestalt (Schiffman, 2001; dalam Lin, 2004), terdapat 6 prinsip yang menjadi acuan manusia dalam mengelompokkan bentuk, yaitu berdasarkan kedekatan jarak (proximity), kemiripan fisik (similarity), kesamaan arah ( con-tinuity), kesamaan pergerakan (common fate), simetri (symmetry), kelengkapan figur (closure). Penanda visual dari lingkungan terdiri dari aspek warna, aspek cahaya, dan aspek ruang dan fungsi (Lin, 2004), yang akan menimbulkan persepsi pengguna mengenai citra lingkungan tersebut.

Menurut Bitner (1992) lingkungan yang disebut environmental dimension, akan mempengaruhi respon internal pengguna baik dari segi kognitif, emosional, dan fisiologis. Respon kognitif meru-pakan respon pengguna dalam memaknai dan mengkategorisasi lingkungan. Oleh karena itu, beberapa penelitian lain melihat kemampuan dari desain fisik spasial hotel mampu menjadi komunikator dalam menunjukkan segmentasi konsumen yang dituju. Seperti persepsi peruntukan hotel (Alcantara, 2012), di mana

(2)

persepsi peruntukan hotel tersebut terdiri dari persepsi bahwa hotel tersebut cocok didatangi bersama pasangan, teman & kerabat, untuk urusan bisnis, untuk para pensiunan, atau cocok untuk menginap sendiri.

Stannegard dan Stannegard (2012) juga menye-butkan bahwa perancangan hotel baik itu dari aspek fisik spasial maupun sosial dapat menjadi alat komunikasi mengenai segmentasi konsu-men yang dituju, dan memang terdapat perbe-daan persepsi akan pemaknaan perancangan antara profesi yang berbeda. Verhoeven (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa aspek fasad dapat menjadi citra restauran untuk mengungkapkan kesan harga yang ditawarkan dan perilaku yang harus dilakukan di dalamnya apakah fine dinning (formal) atau casual din-ning (non formal). Akan tetapi, kebanyakan pe-nelitian tersebut belum menyebutkan karakter-karakter fisik dari lingkungan bangunan hos-pitality yang menghadirkan respon positif atau negatif.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk dapat menggambarkan penanda visual dari desain fisik spasial hotel yang mampu mem-bangun citra atau persepsi peruntukan hotel, dan melihat hubungan dari persepsi tersebut terhadap tingkat preferensi. Responden pene-litian ini berjumlah 100 responden yang meru-pakan warga negara Indonesia yang berdomisili di Pulau Jawa, Bali, Sumatra, dan Sulawesi.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori (Groat, 2002) yaitu penelitian yang melihat hubungan antar faktor dan merupakan pe-nelitian kuantitatif (Creswell, 2003) yang mana data yang terkumpul akan dianalisis secara kuantitatif.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen-tal menggunakan simulasi. Penelitian ekspe-rimental ini mengarah pada jenis pre-experi-mental posttest-only (Creswell, 2003). Pada penelitian ini tidak ada kelompok kontrol,

sehingga semua responden akan mengevaluasi model bangunan yang sama.

Strategi pengumpulan data adalah berupa survei melalui kuisioner online. Kuisioner online ini terdiri dari gambar permodelan obyek hotel disertai pertanyaan untuk mengevaluasi obyek dan data diri responden.

Proses permodelan gambar obyek diawali oleh studi arsip dan observasi. Model bangunan hotel yang digunakan adalah model bangunan hotel yang ada di Bali, sehingga studi arsip dan observasi dipusatkan pada hotel-hotel yang ada di Bali. Studi arsip dan observasi dilengkapi dengan dua teori lainnya. Teori yang pertama adalah teori visual cues (Lin, 2004) tentang aspek ruang dan fungsi yaitu furnitur, bentuk, garis, warna, dan tekstur. Teori yang ke-dua tentang unsur pragmatik berupa unsur tantrik/ seni ornamen dan prinsip umum arsitektur Bali (Saliya, 2005). Dari studi arsip, observasi, dan pemahaman terhadap 2 teori tersebut di-rumuskan kriteria untuk obyek bangunan, seperti yang ada pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Karakteristik 3 Gaya Arsitektur

Acuan Etnik Semi

etnik Modern Seni ornamen Masih banyak Sudah berkurang Tidak ada Komposisi bangunan Masih diaplikasi-kan Kurang diaplikasi-kan Kurang diaplikasi-kan Furnitur Banyak detail Sedikit detail dan built-in Sedikit detail dan built-in Bentuk Ada variasi lingkaran Sedikit variasi lingkaran Sedikit variasi lingkaran Garis Dominasi garis lengkung Dominasi garis lurus Dominasi garis lurus Warna Warna alami Warna alami Warna solid & tidak alami Tekstur Material alam Material alam Material kaca dan metal

(3)

Oleh karena model bangunan ini akan ditampilkan dalam media foto, satu kategori gaya arsitektur akan ditampilkan dalam bebe-rapa foto. Fasilitas-fasilitas yang akan ditam-pilkan diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola hotel dan hasil analisis data review konsumen hotel di Bali versi situs tripadvisor. Berdasarkan metode tersebut, diper-oleh 3 jenis model bangunan hotel yang bergaya etnik, semi etnik, dan modern. Masing-masing model obyek disusun dalam 1 kesatuan formatyang tersusun dari bagian fasad, lobby, kamar tidur, kamar mandi, restauran, dan kolam renang (teori Gestalt; dalam Lin, 2004), seperti yang terlihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Model bangunan hotel dengan 3 kategori

gaya arsitektur, yaitu gaya etnik (atas, kiri); gaya semi etnik (atas, tengah); dan gaya modern (atas, kanan) Selain model bangunan hotel, kuisioner juga dilengkapi dengan pertanyaan evaluasi terhadap model bangunan. Pertanyaan tersebut merupa-kan pertanyaan yang menggambarmerupa-kan persepsi responden mengenai persepsi peruntukan hotel. Terdapat dua pertanyaan mengenai hal tersebut yaitu, pertanyaan tentang partner yang paling sesuai :

‘Hotel ini paling cocok saya datangi bersama…. (Pasangan/keluarga/teman/kolega/sendiri)’

Pertanyaan yang kedua adalah pertanyaan mengenai tujuan yang paling sesuai :

‘Hotel ini paling cocok untuk….

(untuk liburan/untuk pensiunan/untuk urusan bisnis)’ Jenis data dari jawaban tersebut berupa data karakter/nominal karena tidak berupa angka. Jawaban mengenai pertanyaan persepsi terse-but kemudian dilihat hubungannya dengan preferensi. Pada penelitian ini preferensi diukur berdasarkan keinginan menginap (willingness to

stay ). Pengukuran preferensi yang sejenis juga ada pada penelitian Alcantara (2012). Pengukuran preferensi tersebut tertuang dalam pertanyaan yang jawabannya berupa skala likert (1-5):

‘Saya ingin menginap di hotel ini’

Tidak setuju 1 2 3 4 5 Setuju Populasi dari penelitian ini adalah warga negara Indonesia yang berdomisili di Indonesia dengan rentang usia 18-40 tahun yang biasa disebut dengan segmentasi usia dewasa muda. Seg-mentasi dewasa muda dianggap sesuai sebagai populasi penelitian ini karena berdasarkan struk-tur kependudukan Indonesia, usia ini memiliki proporsi yang paling banyak. Menurut Levinson (dalam Berk, 2007) fase usia dewasa muda merupakan fase dengan energi terbesar se-hingga sangat besar kemungkinan untuk melakukan aktivitas wisata.

Menurut Carr (2005), terdapat perbedaan alasan yang menjadi motivasi berlibur antara kelompok remaja dan dewasa. Alasan utama yang menjadi motivasi dalam berlibur adalah untuk relaksasi dan melepaskan diri dari tanggung jawab, selebihnya alasan untuk berlibur adalah lebih untuk kepentingan diri sendiri yaitu untuk menambah pengetahuan dan pengalaman terhadap tempat dan hal-hal baru.

Sampel penelitian ini diambil berdasarkan me-tode purposive-snowball sampling dengan tuju-an mendapatktuju-an responden ytuju-ang sesuai dengtuju-an segmentasi usia yang dipilih dan dilakukan secara convenient-sampling untuk kepentingan efisiensi dalam pengambilan data.

Metode Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dari responden akan diolah secara kuantitatif. Metode analisis yang dilakukan adalah berupa analisis kores-pondensi dan analysis of variance (ANOVA). Analisis korespondensi digunakan untuk

menge-tahui coincidence antara dua data

nominal/karakter, yaitu antara variabel gaya arsitektur dengan variabel persepsi peruntukan hotel (partner dan tujuan). Analisis ANOVA digunakan untuk mengetahui hubungan antara

(4)

data nominal/karakter dengan data continuous/ numerik, yaitu antara data variabel persepsi dan variabel tingkat preferensi. Secara lebih jelas, analisis dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Variabel dan unit analisis penelitian, serta metode analisis data antar variabel

Analisis dan Interpretasi

Sosiodemografi Responden

Keadaan sosiodemografi responden akan digam-barkan dari aspek usia, pekerjaan, status pernikahan dan anak, serta aspek domisili dari responden. Pengelompokan usia responden di-bagi dalam 4 kelompok berdasarkan fase yang dipaparkan Levinson (dalam Berk, 2007). Res-ponden seluruhnya berjumlah 100 orang didominasi oleh kelompok usia 23-28 tahun, diikuti oleh usia 17-22 tahun, 29-33 tahun, dan 34-40 tahun (lihat gambar 3). Mereka sebagian besar berdomisili di Pulau Jawa (sejumlah 55 responden), dan sisanya berdomisili di Pulau Bali, Sulawesi dan Sumatra.

Responden sebagian besar sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, sedangkan sisanya masih berstatus mahasiswa dengan keadaan finansial yang masih disokong orang tua. Res-ponden yang menyatakan sedang tidak bekerja (2 responden) kemungkinan adalah responden yang baru saja menyelesaikan pendidikan dan masih dalam proses mencari pekerjaan.

Gambar 3. Gambaran keadaan sosiodemografi

responden

Sebagian besar responden menyatakan belum menikah dan punya anak, mungkin disebabkan karena responden yang didominasi oleh kelom-pok usia 23-28 tahun dan 17-22 tahun, respon-den sebagian masih menempuh pendidikan tinggi atau baru memulai karir.

Komposisi gender responden lebih banyak jum-lah responden perempuan dibandingkan res-ponden laki-laki. Ketidakberimbangan komposisi gender ini akan berpengaruh pada preferensi, yang mana kondisi preferensi yang terjadi lebih mengacu pada preferensi perempuan.

Preferensi terhadap Bangunan Hotel

Berdasarkan diagram analisis ANOVA (lihat gambar 4 di bawah), terlihat bahwa model ba-ngunan yang paling disukai oleh responden adalah bangunan bergaya etnik, diikuti oleh bangunan bergaya semi etnik. Sedangkan

preferensi responden terendah adalah

preferensi terhadap bangunan bergaya modern. 32 55 10 3 45 53 2 80 19 1 87 13 51 35 6 8 63 37 17-22 23-28 29-33 34-40 Pelajar/mahasiswa Bekerja Tidak bekerja Belum menikah Sudah menikah Cerai Belum punya anak Sudah punya anak Jawa Bali Sumatra Sulawesi Perempuan Laki-laki U SI A P EK ER JA A N P ER N IK A HA N A N A K D O M ISI LI G EN D ER

DESAIN FISIK SPASIAL : Bangunan etnik

Bangunan semi etnik Bangunan modern

PERSEPSI PERUNTUKAN : Partner yang paling sesuai Tujuan yang paling sesuai

PREFERENSI :

Tingkat keinginan menginap responden pada bangunan

ANOVA KORESPONDEN

(5)

Penjelasan untuk keadaan preferensi tersebut dapat dihubungkan dengan persepsi peruntukan hotel menurut responden untuk masing-masing model bangunan.

Gambar 4. Analisis ANOVA antara variabel gaya

arsitektur dengan variabel preferensi responden. Nilai significant value 0,03. Perbedaan antara etnik dan modern adalah signifikan.

Persepsi Peruntukan Bangunan Hotel

Hasil analisis korespondensi antara gaya arsitektur dan persepsi peruntukan masing-masing model bangunan, ditampilkan pada gambar 5 dan 6. Model bangunan bergaya

etnik dianggap paling sesuai untuk didatangi

bersama pasangan (gambar 5) dan paling cocok untuk tujuan menikmati masa pensiun

dan untuk berlibur (gambar 6). Model

bangunan bergaya semi etnik dianggap paling sesuai untuk didatangi bersama keluargadan paling cocok untuk tujuan berlibur. Sedangkan model bangunan bergaya modern dianggap paling sesuai untuk didatangi bersama teman,

kolega, dan untuk sendiri, serta paling cocok

untuk tujuan pekerjaan/bisnis.

Gambar 5. Analisis korespondensi antara variabel

gaya arsitektur dengan persepsi partner yang sesuai

Gambar 6. Analisis korespondensi antara variabel

gaya arsitektur dengan persepsi tujuan yang sesuai Persepsi Peruntukan dan Preferensi

Persepsi untuk tujuan berlibur dan

pen-siunan cenderung menghasilkan preferensi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan

persepsi untuk urusan bisnis/pekerjaan

(gambar 7). Namun, persepsi bahwa bangunan cocok untuk pensiunan muncul sangat sedikit sehingga tidak terlalu menjadi pertimbangan analisis.

Persepsi bahwa bangunan tersebut cocok didatangi bersama pasangan, teman, dan

ke-luarga cenderung menghasilkan preferensi

yang lebih tinggi dibandingkan persepsi

bah-wa bangunan cocok didatangi bersama kolega

atau sendiri (gambar 8). Namun, persepsi

bahwa bangunan cocok didatangi bersama teman dan untuk menginap sendiri muncul sangat sedikit sehingga tidak dipertimbangkan dalam analisis.

Gambar 7. Analisis ANOVA antara persepsi tujuandan

tingkat preferensi responden

1 2 3 4 5 Pre f

Etnik Modern Semi etnik

Gaya Arsitektur Each Pair Student's t 0.05 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 c1 Etnik Modern Semi etnik Keluarga Kolega Pasangan Sendiri Teman -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 c2 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 c1 Etnik Modern Semi etnik Untuk pensiunan Untuk rekreasi/berlibur Untuk urusan bisnis

-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 c2 1 2 3 4 5 Pre f

Untuk pensiunan Untuk rekreasi/berlibur Untuk urusan bisnis

(6)

Gambar 8. Analisis ANOVA antara persepsi partner dan tingkat preferensi responden

Diskusi

Model bangunan hotel yang bergaya etnik memiliki unsur seni ornamen yang lebih banyak sehingga mampu menghadirkan kesan berada pada tempat yang berbeda, sehingga bangunan ini lebih disukai oleh responden. Kesan berada pada tempat yang berbeda mungkin membuat responden merasa sedikit lepas dari tanggung jawab pekerjaan atau tugas-tugas kuliah dan juga menambah pengalaman tentang tem-pat/hal baru.

Bangunan hotel yang bergaya etnik juga didominasi oleh garis-garis lengkung pada pasangan ornamen dan furnitur. Garis-garis lengkung terkesan melembutkan sudut, sehing-ga bangunan tidak terlalu terkesan formal dan membuat responden merasa tenang/ dapat melakukan relaksasi.

Tekstur dan warna alami yang dihadirkan pada bangunan etnik dan semi etnik juga merupakan faktor yang memungkinkan model bangunan ini disukai oleh responden. Unsur-unsur alam dapat menjadi sarana kontemplasi atau relaksasi bagi responden.

Berbeda halnya dengan model bangunan yang bergaya modern, yang serba minimalis, identik dengan unsur garis lurus yang tegas membuat bangunan terkesan formal, dan mengurangi dampak relaksasi yang diberikan pada respon-den, sehingga preferensi responden pada model bangunan ini cenderung lebih rendah.

Kesimpulan

Bangunan dengan fungsi hotel identik dengan persepsi sebagai sarana rekreasi/liburan, pele-pas kepenatan, untuk didatangi bersama orang-orang yang dicintai seperti pasangan dan keluarga. Hal-hal yang mengingatkan akan pekerjaan dan formalitas tentunya dihindari dalam memilih sarana rekreasi.

Tekstur material dan warna alami dari model bangunan etnik dan semi etnik kemungkinan menjadi aspek utama yang membentuk citra rekreasi/liburan bagi responden, sehingga pre-ferensi responden cenderung lebih tinggi pada model ini. Sedangkan tekstur material dan warna alami tidak tampak pada bangunan bergaya modern, sehingga menjauhkan citra liburan pada model bangunan ini.

Daftar Pustaka

Alcántara, E.et.al (2012). Purpose of stay and willing-ness to stay as dimensions to identify and evaluate hotel experiences. International Journal of Hospitality Management.

Berk, L.E. (2007) Development trough the lifespan (4th

edition), chapter 14. Allyn and Bacon: Boston, MA. Bitner, M.J.(1992) Servicescapes : The impact of physical

surroundings on customer and employees. Journal of Marketing Vol. 56.

Carr, N. (2005) A comparison of adolescents’ and parents’ holiday motivations and desires. Tourism and Hospitality Research Vol.6.

Creswell, J.W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc.

Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc.

Lin, I.Y. (2004) Evaluating a servicescape: the effect of cognition and emotion. Hospitality Management Vol. 23. Saliya, Y. (2005) Pragmatik Estetiko-Religious dalam

Arsitektur Vernakular di Bali. Disertasi Institut Teknologi Bandung

Strannega°rd, L.& Strannega°rd , M. (2012) Works of Arts : Aesthetic Ambition in Design Hotel. Annals of Tourism Research, Vol. 39, No. 4.

Verhoeven, J. et al.(2009) The price facade: Symbolic and behavioral price cues in service environments. International Journal of Hospitality Management vol. 28.

Sumber Data Lain :

Hotel Terbaik di Indonesia Tahun 2014. URL:

www.tripadvisor.co.id. Diunduh pada April-Juni 2014 Narasumber : Bpk. I Wayan Suyatna. Resident Direktur

Kuta Paradiso Hotel. Wawancara tanggal 05/05/2014 1 2 3 4 5 Pre f

Keluarga Kolega Pasangan SendiriTeman Partner

Gambar

Tabel 1. Karakteristik 3 Gaya Arsitektur
Gambar  1. Model bangunan hotel dengan 3 kategori  gaya arsitektur, yaitu gaya etnik (atas, kiri); gaya semi  etnik (atas, tengah); dan gaya modern (atas, kanan)  Selain  model  bangunan  hotel,  kuisioner  juga  dilengkapi dengan pertanyaan evaluasi terha
Gambar  2. Variabel dan unit analisis penelitian, serta  metode analisis data antar variabel
Gambar  5.  Analisis  korespondensi  antara  variabel  gaya arsitektur dengan persepsi partner yang sesuai
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada LPP RRI Manado.Peningkatan atau

Sehingga auditor cenderung akan dirotasi apabila Kantor Akuntan Publik tidak memiliki reputasi yang baik. 4.4.4

penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian hipotesis yang sudah ada. berdasarkan teori-teori

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep fisika peserta didik yang diajar dan tidak diajar dengan

perlakuan lainnya, dimana pada penurunan salinitas media sebesar 2 ppt/jam ini ikan kerapu cantang masih bisa merespon perubahan salinitas media dengan baik dan

MenurutBudiman dan Riyanto yakni kurangnya pendidikan responden tentang minuman beralkohol dapat disebabkan karena responden jarang terpapar informasi tentang

Setelah didapat harga satuan batu mentah per- m³ dari masing-masing supplier, kemudian dapat dilakukan proses pemecahan batu mentah menjadi agregat dengan menambahkan biaya alat dan

Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya pada F2 didapatkan nilai heritabilitas pada beberapa karakter kuantitatif 4 populasi F2 tanaman cabai adalah nilai heritabilitas