• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH TIMUR,

Menimbang : a. bahwa malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kesakitan dan kematian, sesuai dengan situasi malaria di Kabupaten Aceh Timur yang mengalami kemajuan dalam kinerja program, telah memberikan dampak pada penurunan kasus malaria;

b. bahwa dalam rangka efektifitas dan keberhasilan target eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Timur menuju Aceh Timur bebas malaria Tahun 2014, perlu disusun pedoman eliminasi malaria;

c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 443.41/465/SJ/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Indonesia;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh Timur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092);

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);

9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

10.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3347);

12.Qanun Provinsi Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Nomor 30);

13.Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Aceh Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Timur Nomor 40);

(3)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Aceh adalah unsur penyelenggaraan Pemerintahan Aceh yang terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah Aceh.

2. Kabupaten adalah Kabupaten Aceh Timur.

3. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggara Pemerintah Kabupaten Aceh Timur yang terdiri atas Bupati dan perangkat daerah Kabupaten Aceh Timur. 4. Bupati adalah Bupati Aceh Timur.

5. Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UPT. PKM adalah fasilitas kesehatan masyarakat yang ada di kecamatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat.

6. Dunia Usaha adalah semua usaha termasuk Rumah Sakit Swasta, Klinik Pelayanan Kesehatan Swasta dan Praktek Pelayanan Kesehatan Swasta.

7. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium spesies yang selanjutnya disebut

Plasmodium sp, yang ditularkan oleh vector nyamuk

Anopheles spesies yang selanjutnya disebut Anopheles sp. 8. Eliminasi Malaria adalah suatu upaya untuk

menghentikan penularan malaria dalam satu wilayah geografis tertentu.

9. Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Aceh adalah suatu wadah koordinasi lintas program dan lintas sektor tingkat provinsi.

10.Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten adalah suatu wadah koordinasi lintas program dan lintas sektor tingkat Kabupaten.

11.Kelompok Kerja Eliminasi Malaria yang selanjutnya disingkat Pokja adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai tugas melaksanakan operasional kegiatan eliminasi malaria.

12.Sertifikasi Eliminasi Malaria adalah suatu kegiatan dalam penilaian untuk menyatakan suatu daerah telah mencapai eliminasi malaria yang dilakukan oleh Tim Internal dan Tim eksternal.

13.Indikator eliminasi malaria adalah ukuran untuk menyatakan suatu wilayah telah mencapai eliminasi malaria, dimana tidak ditemukan lagi penularan malaria setempat dalam suatu wilayah geografis tertentu selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dan dijamin adanya pelaksanaan surveilans yang baik.

(4)

14.Vector malariaadalah nyamuk anopheles betina.

15.Surveilans adalah suatu rangkaian proses pengamatan secara terus menerus, sistematik dan berkesinambungan melalui pengumpulan, analisa, interprestasi, dan diseminasi data malaria dalam upaya memantau peristiwa malaria agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan yang efektif dan efisien.

16.Mikroskopis adalah pemeriksaan darah menggunakan mikroskop.

17.Rapid Diagnostic Test yang selanjutnya disingkat RDT adalah suatu alat pemeriksaan/diagnosis penyakit secara cepat.

18.Annual Parasite Incidence yang selanjutnya disingkat API adalah angka kesakitan per seribu penduduk dalam 1 (satu) tahun yang diperoleh dari jumlah sediaan darah positif dibandingkan dengan jumlah penduduk dinyatakan dalam 0/00 (permil).

19.Slide Positivity Rate yang selanjutnya disingkat SPR adalah persentase dari specimen atau sediaan darah yang positif dari seluruh specimen atau sediaan darah yang diambil dan diperiksa secara laboratorium/mikroskopis.

20.Annual Blood Examination Rate yang selanjutnya

disingkat ABER adalah persentase dari specimen atau sediaan darah yang diambil dan diperiksa secara laboratorium/mikroskopis dari seluruh jumlah penduduk pada suatu daerah tertentu.

21.Indoor Residual Spraying yang selanjutnya disingkat IRS adalah penyemprotan dinding rumah menggunakan bahan insektisida yang aman bagi manusia untuk memutus rantai penularan nyamuk malaria.

22.Praeliminasi adalah mengurangi jumlah fokus aktif dan penularan setempat di suatu wilayah sehingga pada akhir tahap tersebut tercapai API <1 per 1000 penduduk berisiko

23.Pemberantasan malaria adalah mengurangi beban penyakit sampai pada tingkat dimana tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat

24.Masyarakat Akademis adalah seluruh civitas akademika baik tenaga pengajar maupun mahasiswa yang mengkonsentrasikan dirinya dalam pendalaman ilmu-ilmu kesehatan dan kedokteran.

BAB II

TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS ELIMINASI MALARIA

Pasal 2

Tujuan umum eliminasi malaria adalah:

a. terwujudnya masyarakat yang sehat dan terbebas dari malaria di Kabupaten pada Tahun 2014; dan

b. Pemerintah Kabupaten dan jajarannya dapat mewujudkan strategi operasional dalam rangka penyusunan program/kegiatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan cakupan dan kualitas pelaksanaan program eliminasi malaria.

(5)

Pasal 3

Tujuan khusus eliminasi malaria adalah:

a. Pemerintah Kabupaten melalui UPT. PKM dan RSUD Idi wajib melakukan pemeriksaan sediaan darah mikroskopis malaria dan memberikan pengobatan yang tepat sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan, terjangkau dan gratis;

b. Pemerintah Kabupaten wajib menekan angka kematian karena malaria;

c. pada Tahun 2013, menurunkan angka kesakitan malaria < 1/1.000 penduduk per tahun pada seluruh wilayah

kerja UPT. PKM;

d. pada Tahun 2014, menurunkan angka kesakitan malaria < 1/1.000 penduduk per tahun pada seluruh gampong;

dan

e. terwujudnya sistem pelayanan kesehatan dan jejaring kerja yang mampu mengeliminasi malaria di Kabupaten pada Tahun 2014.

BAB III

KEBIJAKAN DAN STRATEGI ELIMINASI MALARIA Bagian Kesatu

Kebijakan Pasal 4 Kebijakan eliminasi malaria adalah:

a. dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten serta mitra kerja lainnya (lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat) yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya setempat;

b. Pemerintah Kabupaten melakukan langkah proaktif dan responsif serta membangun jejaring kerja dan kemitraan dalam upaya eliminasi malaria di Kabupaten;

c. Pemerintah Kabupaten berkewajiban melakukan pembinaan dan peningkatan sumber daya dengan melakukan bimbingan teknis serta kendali mutu dan pelatihan di Kabupaten;

d. Pemerintah Kabupaten berkewajiban melaksanakan operasional kegiatan eliminasi malaria dan penguatan sistem dalam hal pendanaan dan sumber daya manusia di Kabupaten; dan

e. Pemerintah Kabupaten berkewajiban meningkatkan komitmen, koordinasi dan jejaring kerja dengan berbagai elemen.

(6)

Bagian Kedua Strategi

Pasal 5 Strategi eliminasi malaria adalah:

a. peningkatan sistem pengamatan kasus (surveilans)

malaria;

b. peningkatan upaya promosi kesehatan dalam eliminasi malaria;

c. penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian malaria;

d. peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan dan pengendalian malaria yang berkualitas dan terintegrasi; e. pengendalian faktor resiko lingkungan terhadap eliminasi

malaria;

f. peningkatan komitmen Pemerintah Kabupaten terhadap eliminasi malaria; dan

g. peningkatan pembiayaan dalam program eliminasi malaria.

BAB IV

TARGET, SASARAN DAN INDIKATOR Bagian Kesatu

Target Pasal 6

(1) Pada Tahun 2013, seluruh sarana pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kabupaten mampu melakukan pemeriksaan parasit malaria bagi semua penderita malaria klinis.

(2) Pada Tahun 2013, pelayanan kesehatan swasta berperan aktif dalam pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis dan setiap terdapat kasus wajib melaporkan 2 X 24 jam ke UPT. PKM wilayah kerjanya, untuk keperluan penyelidikan epidemiologi.

(3) Pada Tahun 2013, Rumah Sakit dalam Kabupaten wajib melaporkan setiap ada kasus malaria positif dalam waktu 2 X 24 jam ke Dinas Kesehatan Kabupaten, untuk keperluan penyelidikan epidemiologi.

(4) Pada Tahun 2013, seluruh UPT. PKM melakukan stratifikasi dan pentahapan eliminasi per gampong berdasarkan data hasil pemeriksaan laboratorium secara

mikroskopis atau RDT.

(5) Pada Tahun 2013, seluruh gampong di Kabupaten menjadi gampong endemis rendah (Low Case Incidence). (6) Pada tahun 2014, seluruh gampong sudah mencapai

(7)

Bagian Kedua Sasaran

Pasal 7

(1) Pada Tahun 2013, UPT. PKM sasaran eliminasi malaria adalah: a. Darul Aman b. Idi Rayeuk c. Idi Timur d. Peureulak Barat e. Idi Tunong f. Peudawa g. Darul Ikhsan h. Peureulak i. Peureulak Timur; j. Sungai Raya; k. Ranto Peureulak; l. Rantau Selamat; dan m. Keude Geurubak.

(2) Pada Tahun 2014, UPT. PKM sasaran eliminasi malaria adalah: a. Simpang Ulim; b. Madat; c. Pante Bidari; d. Nurussalam; e. Alue Ie Mirah; f. Perkebunan Inti; g. Lokop; h. Peunaron; i. Birem Bayeun; j. Simpang Jernih; k. Matang Pudeng; l. Darul Falah; dan m. Julok.

Bagian Ketiga Indikator

Pasal 8

Kabupaten dinyatakan sebagai daerah tereliminasi malaria bila tidak ditemukan lagi kasus penularan setempat di seluruh Kabupaten selama 3 (tiga) tahun berturut-turut serta dijamin dengan kemampuan pelaksanaan surveilans

(8)

BAB V

PENTAHAPAN TEKNIS KEGIATAN MALARIA MENUJU PENCAPAIAN ELIMINASI MALARIA KABUPATEN

TAHUN 2014 Pasal 9

(1) Hasil yang harus dicapai sampai akhir Tahun 2013 adalah:

a. untuk Kabupaten yaitu:

1) mempertahankan API Kabupaten < 1/1.000 penduduk;

2) mempertahankan SPR Kabupaten < 5/1.000 penduduk;

3) meningkatkan ABER Kabupaten sampai 10% (sepuluh persen) pada penduduk beresiko malaria; 4) mempertahankan tidak ada angka kematian karena

malaria;

5) cakupan konfirmasi laboratorium pada tersangka malaria harus 100% (seratus persen) pada UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta;

6) cakupan pengobatan kasus malaria positif dari UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta diobati 100% (seratus persen) sesuai standar;

7) lebih dari 90% (sembilan puluh persen) bangunan mendapat IRS/kelambu pada gampong fokus A; 8) menurunkan 50% (lima puluh persen) jumlah

gampong fokus A dan B dari data Tahun 2012; 9) 70% (tujuh puluh persen) tempat perindukan

potensial pada gampong fokus A dan B dipetakan dan ditanggulangi;

10)melakukan pertemuan tim koordinasi eliminasi malaria kabupaten tiap 3 (tiga) bulan sekali;

11)60% (enam puluh persen) dari jumlah UPT. PKM sudah masuk kategori eliminasi; dan

12)40% (empat puluh persen) dari jumlah UPT. PKM masuk kategori praeliminasi.

b. untuk UPT. PKM kelompok eliminasi yaitu: 1) API UPT. PKM < 1/1.000 penduduk;

2) seluruh gampong di wilayah kerja UPT. PKM API < 1/1.000 penduduk;

3) SPR UPT. PKM < 3% (tiga persen);

4) ABER UPT. PKM ≥ 10% (sepuluh persen);

5) cakupan konfirmasi laboratorium pada penderita

suspect malaria mencapai 100% (seratus persen) pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan malaria sesuai standar pada

UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta mencapai 100% (seratus persen);

7) seluruh kasus positif malaria terkonfirmasi laboratorium dilakukan penyelidikan epidemiologi;

(9)

8) 90% (sembilan puluh persen) kasus malaria positif yang diobati dilakukan pengawasan lanjutan sesuai dengan prosedur tetap;

9) 80% (delapan puluh persen) dari gampong fokus C dan D memiliki kader malaria yang terintegrasi dengan Posyandu; dan

10)90% (sembilan puluh persen) penderita demam yang datang dari luar wilayah kerja dilakukan penjaringan malaria dalam waktu 1 X 24 jam bekerjasama dengan Pemerintahan Gampong.

c. untuk UPT. PKM pra eliminasi yaitu: 1) API UPT. PKM > 1/1.000 penduduk;

2) 90% (sembilan puluh persen) gampong di wilayah kerja UPT. PKM API < 1/1.000 penduduk;

3) SPR UPT. PKM < 4% (empat persen); 4) ABER UPT. PKM ≥ 10% (sepuluh persen);

5) cakupan konfirmasi laboratorium pada penderita

suspect malaria mencapai 95% (sembilan puluh lima persen) pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta;

6) cakupan pengobatan malaria sesuai standar pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta mencapai 95% (sembilan puluh lima persen);

7) 80% (delapan puluh persen) kasus positif malaria terkonfirmasi laboratorium dilakukan penyelidikan

epidemiologi;

8) 80% (delapan puluh persen) kasus malaria positif yang diobati dilakukan pengawasan lanjutan sesuai dengan prosedur tetap;

9) 80% (delapan puluh persen) dari gampong fokus C dan D memiliki kader malaria yang terintegrasi dengan Posyandu; dan

10)80% (delapan puluh persen) dari penderita demam yang datang dari luar wilayah kerja dilakukan penjaringan malaria dalam waktu 1 X 24 jam bekerjasama dengan Pemerintahan Gampong.

(2) Hasil yang harus dicapai sampai akhir Tahun 2014 adalah:

a. untuk Kabupaten yaitu:

1) mempertahankan API Kabupaten < 1/1.000 penduduk;

2) mempertahankan SPR Kabupaten < 5/1.000 penduduk;

3) meningkatkan ABER Kabupaten sampai 15% (lima belas) pada penduduk beresiko malaria;

4) mempertahankan tidak ada angka kematian karena malaria;

5) cakupan konfirmasi laboratorium pada tersangka malaria harus 100% (seratus persen) pada UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta;

6) cakupan pengobatan kasus malaria positif dari UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta diobati 100% (seratus persen) sesuai standar;

(10)

7) tidak ada lagi gampong fokus A dan B;

8) seluruh UPT. PKM memiliki gampong stratifikasi; 9) 100% (seratus persen) tempat perindukan potensial

dipetakan dan ditanggulangi;

10)melakukan pertemuan tim koordinasi eliminasi malaria kabupaten tiap 6 (enam) bulan sekali; dan 11)100% (seratus persen) dari jumlah UPT. PKM sudah

masuk kategori eliminasi.

b. untuk UPT. PKM kelompok eliminasi yaitu: 1) API UPT. PKM < 1/1.000 penduduk;

2) seluruh gampong di wilayah kerja UPT. PKM API < 1/1.000 penduduk;

3) SPR UPT. PKM < 1% (satu persen);

4) ABER UPT. PKM ≥ 15% (lima belas persen);

5) cakupan konfirmasi laboratorium pada penderita

suspect malaria mencapai 100% (seratus persen) pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan malaria sesuai standar pada

UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta mencapai 100% (seratus persen);

7) seluruh kasus positif malaria terkonfirmasi laboratorium dilakukan penyelidikan epidemiologi; 8) seluruh kasus malaria positif diobati dan dilakukan

pengawasan lanjutan sesuai dengan prosedur tetap; 9) seluruh gampong memiliki kader malaria yang

terintegrasi dengan Posyandu; dan

10)seluruh penderita demam yang datang dari luar wilayah kerja dilakukan penjaringan malaria dalam waktu 1 X 24 jam bekerjasama dengan Pemerintahan Gampong.

BAB VI

PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN DAN ORGANISASI TIM KOORDINASI ELIMINASI MALARIA KABUPATEN

Bagian Kesatu Pembentukan

Pasal 10

Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Bagian Kedua Kedudukan

Pasal 11

Tim Koodinasi Eliminasi Malaria Kabupaten berkedudukan di Ibu kota Kabupaten.

(11)

Bagian Ketiga Organisasi

Pasal 12

(1) Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten terdiri dari Penanggung Jawab, Penasehat, Ketua Umum, Ketua Pelaksana, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Pokja.

(2) Pokja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Pokja I (Informasi, Data dan Pengamatan), Pokja II (Penggerakan Masyarakat dan Kemitraan), Pokja III (Pengobatan dan Pelayanan), Pokja IV (Pengendalian Lingkungan), dan Pokja V (Edukasi dan Sumber Daya Manusia).

(3) Anggota masing-masing Pokja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah paling banyak 8 (delapan) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan 7 (tujuh) orang anggota operasional.

(4) Sekretariat Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten berkedudukan di Bappeda Kabupaten berkoordinasi dengan Bagian Kesejahteraan Rakyat Setdakab. Aceh Timur.

BAB VII

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

TIM KOORDINASI ELIMINASI MALARIA KABUPATEN Pasal 13

(1) Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten bertugas dan bertanggung jawab:

a. melakukan koordinasi pencegahan dan penanggulangan malaria secara lintas sektoral dan menyeluruh dalam upaya mencapai eliminasi malaria Kabupaten pada Tahun 2014 sejalan dengan eliminasi malaria Aceh;

b. mengadakan rapat evaluasi minimal 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun mengenai perkembangan program

eliminasi malaria Kabupaten;

c. melakukan upaya program penyuluhan pencegahan dan penanggulangan malaria pada unit kerja masing-masing sektor (Bappeda Kabupaten, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Sejahtera Kabupaten, Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Kabupaten, Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten, Dinas Syari’at Islam Kabupaten dan Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten);

d. melakukan kerjasama dan mengadakan konsultasi dengan organisasi masyarakat yang terkait dengan pencegahan dan penanggulangan malaria;

(12)

e. melakukan pengawasan kebijakan eliminasi malaria Kabupaten;

f. menyusun strategi petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis tentang cara pencegahan dan penanggulangan malaria sesuai pentahapan teknis;

g. melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan malaria sesuai pentahapan teknis eliminasi malaria Kabupaten;

h. mengembangkan dan menerapkan sistem data dan informasi eliminasi malaria di Kabupaten;

i. membuat dan menyampaikan laporan tertulis 2 (dua) kali setahun yang disampaikan kepada Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten, yang diteruskan kepada Gubernur Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh setelah mendapat persetujuan Bupati; dan

j. membuat laporan tertulis 1 (satu) kali setahun yang disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri c.q. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah dan Menteri Kesehatan c.q. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan setelah mendapat persetujuan Bupati.

(2) Pokja bertugas dan bertanggung jawab:

a. melakukan upaya program pencegahan dan penanggulangan malaria pada unit kerja masing-masing sektor;

b. melakukan kerjasama dan mengadakan konsultasi dengan organisasi masyarakat yang terkait dengan pencegahan dan penanggulangan malaria;

c. menyusun strategi petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis cara pencegahan dan penanggulangan malaria sesuai pentahapan teknis;

d. mengembangkan dan menerapkan sistem data dan informasi eliminasi malaria; dan

e. membuat dan menyampaikan laporan tertulis 3 (tiga) kali setahun yang disampaikan kepada Ketua Umum Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten.

BAB VIII

PEMBENTUKAN, PERAN, TUGAS, PELAPORAN, DAN PEMBIAYAAN KADER GAMPONG KABUPATEN

Bagian Kesatu Pembentukan

Pasal 14

Kader malaria adalah Kader Posyandu yang bekerja sama dengan bidan di gampong yang sudah terlatih tentang eliminasi malaria Kabupaten.

(13)

Bagian Kedua Peran Kader

Pasal 15

(1) Melakukan pemetaan tempat perindukan nyamuk

(breeding place).

(2) Mengajak dan membantu masyarakat dalam pengendalian nyamuk (vector).

(3) Kader malaria gampong wajib menemukan kasus demam secara dini dilingkungannya dan melaporkan 1 X 24 jam kepada bidan di gampong atau pelayanan kesehatan terdekat.

(4) Melakukan pemantauan pemakaian kelambu dan melaporkan ke bidan di gampong.

Bagian Ketiga Tugas Pasal 16 Tugas bulanan kader gampong adalah:

a. membuat jadwal kunjungan rumah untuk 1 (satu) bulan sesuai dengan kriteria wilayah lingkungan binaannya; b. memberikan informasi secara aktif ke masyarakat

mengenai malaria, pencegahan, pengendalian nyamuk

(vector) dan peran kader di lingkungan masing-masing; c. bekerjasama dan membantu tokoh masyarakat untuk

pengendalian nyamuk, pembersihan tempat perindukan, pengaliran genangan air dan pengawasan jentik;

d. menghadiri pertemuan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh UPT. PKM minimal 1 (satu) tahun sekali; dan

e. membuat laporan bulanan dan menyerahkan laporan kepada bidan di gampong dan diteruskan kepada petugas malaria pada UPT. PKM.

Pasal 17 Tugas harian kader gampong adalah:

a. mengunjungi rumah penduduk sesuai dengan stratifikasi gampong fokus C dan D;

b. memberitahukan kepada bidan di gampong apabila terdapat penderita yang demam dan membantu bidan di gampong mengambil darah jari penderita demam;

c. membantu bidan di gampong mengambil darah ulang pada penderita malaria sesuai hari yang telah ditentukan; d. mencatat kasus malaria yang ditemukan berdasarkan

nama, umur, jenis kelamin, dan alamat lengkap; dan e. mencatat penduduk yang baru datang dari luar

lingkungannya yang menderita demam dalam waktu 1 X 24 jam.

(14)

Bagian Keempat Pelaporan

Pasal 18

Kader malaria gampong melaporkan hasil kerjanya per minggu ke bidan di gampong di masing-masing wilayah kerjanya.

Bagian Kelima Pembiayaan

Pasal 19

(1) Juru malaria gampong (kader gampong/Posyandu) dapat diberikan insentif berdasarkan kemampuan keuangan daerah.

(2) Pembiayaan pelatihan kader gampong dibebankan pada APBN, APBA, APBK Aceh Timur dan sumbangan pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat pada masing-masing instansi terkait.

BAB IX

PERAN, TUGAS, PELAPORAN BIDAN DI GAMPONG Bagian Kesatu

Peran Bidan di Gampong Pasal 20

(1) Memberikan informasi secara aktif ke masyarakat mengenai malaria, pencegahan, pengendalian nyamuk

(vector) dan peran kader dilingkungan masing-masing. (2) Bekerjasama dan membantu tokoh masyarakat untuk

pengendalian nyamuk, pembersihan tempat perindukan, pengaliran genangan air dan pengawasan jentik.

Bagian Kedua

Tugas Bidan di Gampong Pasal 21

(1) Melakukan pengawasan, pemantauan dan pembinaan terhadap kader malaria gampong.

(2) Menindaklanjuti tersangka malaria sesuai prosedur tetap. (3) Membuat peta siaga malaria gampong.

(4) Bila ditemukan peningkatan jumlah vector, bidan di gampong wajib berkoordinasi kepada Keuchik dan pengelola program malaria UPT. PKM.

(15)

Bagian Ketiga Pelaporan

Pasal 22

(1) Bidan di gampong menyampaikan laporan ke pengelola program malaria UPT. PKM sebulan sekali paling lambat tanggal 3 (tiga) setiap bulannya.

(2) Melaporkan tersangka malaria kepada pengelola program malaria UPT. PKM dalam waktu 1 X 24 jam.

BAB X

PERAN SERTA MASYARAKAT, DUNIA USAHA DALAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN

Pasal 23

(1) Pemerintah Kabupaten dan jajarannya, dunia usaha serta masyarakat perseorangan maupun kelompok bertanggung jawab dalam usaha pencegahan penularan malaria di daerahnya masing-masing.

(2) Pemerintah Kabupaten dan jajarannya, dunia usaha serta masyarakat bertanggung jawab dalam usaha pengendalian vector dan tempat-tempat perindukan nyamuk di daerahnya masing-masing.

(3) Pemerintah Kabupaten dan jajarannya dapat memberdayakan masyakarat dalam usaha surveilans

aktif dan migrasi pada kasus dan vector, seperti yang diatur dalam petunjuk teknis.

(4) Masyarakat, dunia usaha dan perkantoran berkewajiban menerima petugas berwenang untuk melakukan pengendalian dan pencegahan di sekitar tempat tinggalnya, sebagai upaya perlindungan terhadap penularan malaria di daerahnya.

(5) Apabila menderita demam, masyarakat berkewajiban memeriksakan diri kepada petugas berwenang untuk dipastikan secara laboratorium, apakah masyarakat menderita malaria atau tidak.

(6) Apabila pendatang menderita demam, maka pengelola dunia usaha atau sektor pariwisata dan masyarakat berkewajiban memberitahukan kepada penderita untuk memeriksakan diri kepada petugas berwenang, untuk dipastikan secara laboratorium apakah masyarakat menderita malaria atau tidak, sebagai pencegahan penyebab penularan malaria di Kabupaten yang berasal dari kasus luar (import).

(7) Masyarakat bersedia diperiksa darah jarinya oleh petugas berwenang apabila pada jarak 500 (lima ratus) meter dari tempat tinggalnya terdapat penderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium yang berstatus kasus lokal. (8) Masyarakat berhak mendapatkan pemeriksaan

laboratorium malaria dan pengobatan malaria secara gratis pada tempat pelayanan kesehatan pemerintah. (9) Perusahaan yang mempekerjakan pekerja yang berasal

(16)

dengan bekerja sama dengan UPT. PKM yang ada di wilayah kerja perusahaan tersebut, sebagai upaya pencegahan terhadap penularan malaria.

(10) Perusahaan wajib melakukan skrining test terhadap semua pekerjanya secara berkala dengan bekerja sama dengan UPT. PKM yang ada di wilayah kerja perusahaan tersebut.

(11) Apabila hasil skrining test sebagaimana dimaksud pada ayat 9 dan ayat10 menunjukkan positif terkena malaria, maka perusahaan tersebut segera melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten.

(12) Perusahaan bertanggung jawab terhadap kesehatan pekerjanya.

BAB XI

PERAN SERTA RUMAH SAKIT DAN MASYARAKAT AKADEMIS DALAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN

Pasal 24

(1) Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten, serta Rumah Sakit Swasta yang berada di Kabupaten berperan serta dalam upaya pelayanan diagnosis malaria, pengobatan, penanganan dan pencegahan di lingkungan Rumah Sakit sesuai dengan standar World Health Organizations dan Kementerian Kesehatan.

(2) Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten dan Rumah Sakit Swasta bertanggung jawab mencatat, menyimpan dan melaporkan upaya pelayanan malaria harian untuk kasus positif malaria bulanan dan tahunan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten dengan tembusan kepada Bupati. (3) Masyarakat akademis bertanggung jawab untuk

mengikuti kurikulum standar pelayanan diagnosis, pengobatan dan pencegahan malaria sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan.

(4) Masyarakat akademis terlibat secara aktif dalam eliminasi malaria dengan melakukan penelitian dan penilaian secara akademis.

BAB XII

PEREDARAN OBAT MALARIA Pasal 25

(1) Pemerintah Kabupaten menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat malaria sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan di pelayanan kesehatan pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten dan Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten. (2) Dinas Kesehatan Kabupaten berwenang untuk mengatur

dan mengawasi peredaran dan penjualan obat malaria di apotek, depot obat maupun kios berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(17)

BAB XIII

SISTEM DATA DAN INFORMASI ELIMINASI MALARIA Pasal 26

(1) Pemerintah Kabupaten berwenang mengelola sistem data dan informasi eliminasi malaria yang berkedudukan di Bappeda Kabupaten dan Dinas Kesehatan Kabupaten. (2) Pelaporan kegiatan yang berhubungan dengan eliminasi

malaria dan penderita malaria wajib disampaikan secara rutin oleh pelayanan kesehatan pemerintah, swasta, maupun instansi lainnya sesuai dengan petunjuk teknis.

BAB XIV

KERJASAMA ANTARDAERAH Pasal 27

(1) Mengingat keterbukaan pergerakan penduduk Kabupaten maupun luar Kabupaten yang keluar dan masuk Kabupaten, maka perlu adanya kerja sama antardaerah dalam hal pemberitahuan kasus malaria dan tindakan pencegahan penularan malaria.

(2) Apabila terdapat penduduk Kabupaten yang menderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium, yang ditularkan dari luar Kabupaten maupun sebaliknya, maka Dinas Kesehatan Kabupaten berkewajiban untuk mengirimkan surat pemberitahuan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten lain dengan tembusan kepada Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten, Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Aceh apabila dalam Provinsi Aceh, dan tembusan kepada Gubernur Aceh serta Kementerian Kesehatan apabila kasus malaria ditularkan diluar Provinsi Aceh.

BAB XV PEMBIAYAAN

Pasal 28

(1) Segala biaya yang timbul akibat dikeluarkannya Peraturan ini dibebankan pada APBN, APBA, APBK Aceh Timur dan sumbangan pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat pada masing-masing instansi terkait.

(2) Pemerintah Kabupaten wajib menyediakan pembiayaan operasional dan pemenuhan kebutuhan logistik obat dan nonobat program malaria bagi masyarakat di wilayah kerjanya.

(18)

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 29

Pelaksanaan eliminasi malaria di Kabupaten mengacu kepada Peraturan ini, Peraturan Gubernur Aceh tentang Eliminasi Malaria di Aceh dan pedoman pelaksanaan upaya pengendalian malaria di Indonesia.

Pasal 30

Petunjuk teknis eliminasi malaria Kabupaten sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 31

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Aceh Timur.

Ditetapkan di Idi

pada tanggal 12 November 2012 M 27 Zulhijjah 1433 H

BUPATI ACEH TIMUR, ttd

HASBALLAH BIN M. THAIB Diundangkan di Idi

pada tanggal 14 November 2012 M 29 Zulhijjah 1433 H

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR,

ttd SYAIFANNUR

BERITA DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2012 NOMOR 42 Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM SETDAKAB. ACEH TIMUR,

ISKANDAR, SH Pembina (IV/a)

(19)

PETUNJUK TEKNIS ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR BAB I

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Angka kejadian malaria dilaporkan sekitar 500 (lima ratus) juta orang dengan kematian 1 (satu) juta orang setiap tahun, terutama di Afrika. Di Indonesia terdapat 424 (empat ratus dua puluh empat) kabupaten endemis malaria dari 576 (lima ratus tujuh puluh enam) kabupaten yang ada, diperkirakan 45% (empat puluh lima persen) penduduk Indonesia beresiko tertular malaria. Terdapat 15 (lima belas) juta kasus malaria dengan 38.000 (tiga puluh delapan ribu) kematian setiap tahunnya.

Berkenaan dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor : 293/MENKES/SK/IV/2009 Tanggal 28 April 2009 dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 40 Tahun 2010 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia, menjadikan program eliminasi malaria sebagai program resmi Pemerintah Indonesia dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Indonesia. Dimana Kabupaten Aceh Timur ditargetkan dapat mencapai tahap eliminasi pada Tahun 2014.

2. Geografi dan Kependudukan

Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Aceh yang terdiri dari 24 (dua puluh empat) kecamatan dengan luas wilayah 6.040,6 (enam ribu empat puluh koma enam) km2 dari luas

wilayah Provinsi Aceh dan Kota Idi sebagai Ibukota kabupaten, Kabupaten Aceh Timur terletak pada posisi 0400921,08” lintang utara sampai dengan

0400602,16” lintang utara dan 9701522,07” bujur timur sampai dengan

9703443,22” bujur timur.

Batas wilayah Kabupaten Aceh Timur adalah sebelah utara dengan Kabupaten Aceh Utara dan selat malaka, sebelah timur dengan Selat Malaka dan Kota Langsa, sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Utara, dan sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Tengah.

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Timur Tahun 2009 sebesar 358.280 (tiga ratus lima puluh delapan ribu dua ratus delapan puluh) jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 164.174 (seratus enam puluh empat ribu seratus tujuh puluh empat) jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 167.926 (seratus enam puluh tujuh ribu sembilan ratus dua puluh enam) jiwa (sumber BPS Aceh Timur). Komponen penduduk dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, proporsi terbesar penduduk Kabupaten Aceh Timur adalah perempuan (sex ratio

100 : 97,77).

LAMPIRAN

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR

(20)

3. Sarana

NO. KECAMATAN GAMPONG GAMPONG SIAGA POSKESDES POLINDES POSYANDU

1. Birem Bayeun 27 27 8 - 44 2. Rantau Selamat 14 14 1 1 17 3. Sungai Raya 13 13 3 1 13 4. Ranto Peureulak 23 23 2 - 30 5. Serba Jadi 17 17 2 - 36 6. Peunaron 5 5 3 - 14 7. Simpang Jernih 8 8 3 - 8 8. Peureulak Timur 20 20 2 2 20 9. Peureulak 54 54 3 - 64 10. Peureulak Barat 17 17 7 1 19 11. Peudawa 25 25 2 - 25 12. Idi Tunong 48 48 4 - 58 13. Idi Rayeuk 16 16 5 - 16 14. Darul Ihsan 16 16 3 1 19 15. Idi Timur 45 45 - 2 45 16. Banda Alam 42 42 1 1 42 17. Darul Aman 37 37 2 - 37 18. Nurussalam 8 8 2 - 14 19. Darul Falah 5 5 - 1 14 20. Julok 10 10 6 1 18 21. Indra Makmu 13 13 2 - 20 22. Pante Bidari 23 23 4 2 23 23. Simpang Ulim 26 26 6 1 26 24. Madat - - 2 - - JUMLAH 512 512 73 14 622 4. Tujuan 4.1. Tujuan Umum

Terwujudnya masyarakat di Kabupaten Aceh Timur yang sehat dalam lingkungan dan terbebas dari malaria pada Tahun 2014 secara bertahap sesuai dengan prosedur, standar, norma dan mekanisme yang berlaku.

4.2. Tujuan Khusus

a. pada Tahun 2013 sebanyak 13 (tiga belas) UPT. PKM yang mencapai tahap eliminasi malaria;

b. pada Tahun 2014 seluruh gampong dalam Kabupaten Aceh Timur bebas penularan kasus malaria lokal/setempat; dan

d. pada Tahun 2014 semua UPT. PKM di Kabupaten Aceh Timur sudah tereliminasi penyakit malaria.

(Tabel 1) Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Kabupaten Aceh Timur Tahun 2009

(21)

5. Visi dan Misi 5.1. Visi

Masyarakat di Kabupaten Aceh Timur bebas dari penyakit malaria pada Tahun 2014.

5.2. Misi

a. masyarakat di Kabupaten Aceh Timur mandiri dan mampu mencegah penyakit malaria;

b. semua petugas kesehatan di Kabupaten Aceh Timur mampu menangani pengendalian malaria;

c. semua fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta memiliki sarana dan prasarana untuk penanganan malaria; dan

d. lintas sektor dan swasta berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit malaria.

(22)

BAB II

RUANG LINGKUP MALARIA 1. Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasit yang disebut Plasmodium dan ditularkan melalui nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria. Parasit tidak dapat hidup sendiri, akan tetapi harus mendapat makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang. Parasit malaria (Plasmodium) hidup di dalam sel darah merah manusia.

2. Jenis Parasit Plasmodium Penyebab Malaria

Ada banyak jenis Plasmodium, semuanya menyebabkan malaria pada manusia dan hewan. Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia terdiri dari 5 (lima) jenis, yaitu:

a. Plasmodium falciparum;

b. Plasmodium vivax; c. Plasmodium ovale;

d. Plasmodium malariae; dan

e. Plasmodium knowlesi.

Yang paling sering ditemukan di Kabupaten Aceh Timur yaitu

P.falciparum dan P.vivax. P.malariae pernah dilaporkan di Kabupaten Aceh Timur tetapi jumlahnya tidak banyak. Jenis P. falciparum, P. vivax dan P. knowlesi dapat menyebabkan malaria berat. Seorang penderita dapat terinfeksi lebih dari 1 (satu) jenis plasmodium yang disebut infeksi campuran.

3. Cara Penularan

Malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi parasit malaria (gametosit). Tidak semua nyamuk dapat menularkan malaria.

(Gambar 1) Anopheles minimus, nyamuk malaria di Indonesia

Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Cara penularan penyakit malaria dapat melalui:

(23)

a. gigitan nyamuk dari penderita malaria;

b. transfusi dari donor yang darahnya mengandung parasit malaria; dan c. plasenta (ari-ari) dari ibu yang darahnya mengandung parasit malaria. (Gambar 2) Siklus Hidup Parasit di Dalam Tubuh Nyamuk dan Manusia

(Gambar 3) Proses Penularan Malaria

Penjelasan gambar 2 dan gambar 3, yaitu:

a. nyamuk anopheles betina menggigit manusia yang sakit malaria disertai masuknya gametosit jantan dan betina parasit ke tubuh nyamuk anopheles;

b. di dalam usus nyamuk tersebut terjadi perkawinan antara gametosit

jantan dan betina, sehingga berubah menjadi zigot, ookinet dan ookista; c. kemudian ookista pecah dan masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk dan

(24)

d. nyamuk tersebut tidak sakit malaria, akan tetapi bisa menularkan malaria kepada manusia sehat sekitar penderita;

e. parasit berkembang biak di dalam tubuh nyamuk memerlukan waktu sekitar 14 (empat belas) hari, tergantung pada suhu dan spesies

parasit;

f. nyamuk anopheles betina yang mengandung sporozoit tadi menggigit manusia sehat lainnya;

g. sporozoit masuk ke dalam darah manusia sehat. Sporozoit berada dalam darah hanya 30 (tiga puluh) menit kemudian masuk ke dalam hati dan mengalami multiplikasi;

h. setelah lebih dari 1 (satu) minggu (7 sampai dengan 12 hari), pada manusia sehat tersebut mulai timbul gejala malaria antara lain demam, menggigil, berkeringat dan sakit kepala. Hal ini disebabkan pecahan sel hati yang terinfeksi parasit dan mengeluarkan bentuk merozoit;

i. selanjutnya merozoit masuk ke sel darah merah dan bentuknya menjadi bulat, yang dinamakan tropozoit;

j. tropozoit ini membelah intinya sehingga berubah menjadi skizon;

k. skizon bertambah besar dan berkembang, bagian inti menjadi jelas dan dikelilingi oleh plasma, akhirnya sel darah merah pecah dan parasit

keluar dalam bentuk merozoit;

l. karena sel darah merah banyak yang pecah, maka penderita malaria akan pucat (kurang darah/anemia);

m. merozoit ini akan menyerang sel darah merah lagi dan mengulangi fase

skizogoni.

n. pada infeksi P. Vivax dan P. ovale, parasit dapat bersembunyi dan bertahan hidup di hati manusia, selanjutnya dapat keluar dari hati menuju sel darah merah dalam beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Hal ini disebut kambuh/relaps;

o. P. falsiparum biasanya melepaskan gametosit beberapa hari setelah

onset demam, sementara P. vivax melepaskan gametosit ke aliran darah pada saat penderita mengalami demam;

p. Gametosit merupakan faktor penting dalam proses penularan malaria dari satu orang ke orang lainnya. Sehingga pemeriksaan segera terhadap darah penderita demam menjadi penting, untuk melihat apakah ada gametosit dalam darah penderita atau tidak dan untuk melihat apakah penderita sudah siap menularkan malaria ke orang lain atau belum; dan

q. P. vivax menjadi tantangan dalam mencapai eliminasi malaria, karena memiliki hipnozoit dan pelepasan gametosit bersamaan dengan demam. 3.1. Kebiasaan Menggigit Nyamuk Anopheles

Kebiasaan menggigit nyamuk anopheles adalah pada malam hari, dimulai pada senja hari sampai dengan fajar (jam 6 sore sampai dengan jam 6 pagi).

3.2. Faktor Penyebab Penularan Malaria di Masyarakat

Ada 5 (lima) faktor yang menyebabkan penularan penyakit malaria terjadi di masyarakat, yaitu:

a. vektor: nyamuk anopheles betina sebagai penyebab menularnya penyakit malaria hidup di lingkungan masyarakat;

b. tempat berkembang biak: nyamuk anopheles membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau air yang mengalir perlahan

(25)

sebagai tempat berkembang biak untuk meletakkan telur-telurnya. Beberapa tempat perindukan anopheles, misalnya:

1. kolam-kolam kecil, parit-parit, lubang-lubang dan kanal-kanal yang airnya tidak mengalir;

2. rawa-rawa, waduk dan sawah dengan air sepanjang tahun (sawah bertingkat);

3. lagun (terjadi dari percampuran air tawar dengan air laut); 4. arus air beraliran lambat di sepanjang tepi sungai;

5. genangan air yang terjadi akibat air sungai yang mengering (di musim kemarau);

6. tambak ikan/udang yang tidak terpelihara;

7. jejak kaki binatang, jejak ban traktor yang terisi air di pinggiran hutan;

8. mata air; dan

9. aliran air yang lambat.

c. parasit: parasit malaria dalam tubuh manusia sehingga nyamuk yang menggigit akan terinfeksi oleh parasit tersebut;

d. iklim: suhu rata-rata paling sedikit 18-20C dengan kelembaban diatas 60% (enam puluh persen) bagi nyamuk agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak parasit, sehingga parasit menjadi

infektif; dan

e. populasi manusia: nyamuk anopheles tidak dapat terbang lebih jauh dari 2 (dua) km. Penularan terjadi pada penduduk (manusia) yang bertempat tinggal dalam jarak tersebut, kecuali penderita

import (penderita yang mendapat penularan dari luar wilayah yang jauh).

3.3. Kelompok Beresiko Tertular Malaria

Semua orang dapat berisiko tertular penyakit malaria, akan tetapi ibu hamil dan anak usia dibawah 5 (lima) tahun (balita) merupakan kelompok yang paling beresiko jika tertular malaria.

3.4. Dampak Malaria Pada Ibu Hamil

Pada ibu hamil yang terkena malaria dapat beresiko mengalami: a. kekurangan darah (anemia);

b. demam;

c. keringat dingin; d. mual;

e. lemas;

f. tidak sadar atau pingsan; g. kejang-kejang;

h. keguguran (aborsi); i. kelahiran mati;

j. berat bayi lahir rendah; dan

(26)

4. Siklus Nyamuk Anopheles

(Gambar 4) Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

Nyamuk anopheles tidak butuh banyak air untuk berkembang biak. Mereka bisa meletakkan telur-telurnya di air yang dalamnya hanya 1 (satu) cm. Penjelasan gambar 4, yaitu:

a. nyamuk dewasa betina memerlukan darah untuk proses pematangan telur;

b. setelah menghisap darah, nyamuk dewasa betina akan meletakkan telurnya pada permukaan air;

c. setelah 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) hari telur menetas menjadi jentik nyamuk;

d. jentik membesar selama 7 (tujuh) sampai dengan 14 (empat belas) hari dengan memakan bahan-bahan makanan yang ada di permukaan air; e. setelah cukup besar, jentik menjadi pupa yang tidak makan, akan

tetapi hanya berubah bentuk menjadi dewasa;

f. setelah 1 (satu) atau 2 (dua) hari, nyamuk dewasa keluar dari pupa; g. nyamuk dewasa betina mulai mencari darah untuk telurnya, 1 (satu)

atau 2 (dua) hari setelah terlepas dari pupa; dan

h. nyamuk anopheles hidup selama 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) minggu dan mampu terbang sejauh 2 (dua) km.

5. Gejala, Tanda dan Cara Mendeteksi Malaria

Gejala-gejala malaria dibedakan menjadi malaria ringan dan malaria berat. Malaria berat jika tidak dirawat segera dapat menimbulkan kematian. Penderita malaria yang berasal dari daerah endemis rendah seperti Provinsi Aceh lebih banyak menunjukkan gejala malaria klasik atau dikenal dengan trias klasik, yaitu:

a. stadium dingin: merasa sangat dingin, nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari berwarna kebiruan, kulit kering dan pucat, bulu-bulu berdiri, kadang muntah. Pada anak-anak dapat terjadi kejang. Lama gejala ini 15 (lima belas) menit sampai dengan 1 (satu) jam;

b. stadium panas: muka memerah, kulit kering dan panas, sakit kepala menghebat, mual dan muntah, denyut nadi penuh dan cepat, rasa sangat haus, demam sampai 41ºC atau lebih. Lama gejala ini 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) jam; dan

Telur diletakkan di atas permukaan air Larva bernafas melalui permukaan air Pupa bernafas melalui permukaan air

(27)

c. stadium berkeringat: keringat berlebihan, suhu turun kembali sampai normal, biasanya penderita tertidur lelap dan bangun dengan rasa lemah, tetapi gejala lain tidak ada. Lama gejala ini 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) jam.

Lamanya gejala klasik ini adalah 8 (delapan) sampai dengan 12 (dua belas) jam. Diantara gejala klasik terdapat periode bebas demam yang lamanya tergantung dari spesies parasit, yaitu:

a. P. falciparum (12 jam); b. P. vivaks (36 jam);

c. P. malariae (72 jam); dan d. P. knowlesi (24 jam). 6. Eliminasi Malaria

Eliminasi malaria adalah suatu kegiatan menghentikan penularan setempat dalam satu wilayah geografis tertentu dan merupakan kelanjutan dari program pengendalian malaria yang berhasil dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan karena malaria. Hal ini berarti tidak ada kasus baru melalui penularan setempat (indeginous), akan tetapi kasus import dapat tetap ada, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan untuk mengatasinya.

Tujuan program eliminasi ini adalah untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dalam lingkungan yang terbebas dari penularan malaria. Sebagai bagian penting persyaratan program eliminasi, harus teridentifikasi dan terpetakan tempat-tempat penularan malaria dari tingkat gampong sampai dengan nasional.

Kabupaten Aceh Timur disebut eliminasi/bebas malaria apabila dalam 3 (tiga) tahun berturut-turut dan seterusnya tidak ditemukan kasus penularan setempat (lokal) di suatu gampong hingga tingkat kota, yang dibuktikan dengan sistem pencarian dan pelacakan kasus malaria yang baik.

7. Distribusi Malaria di Kabupaten Aceh Timur

Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktifitas kerja. Angka kesakitan Tahun 2005 sebanyak 1.127 (seribu seratus dua puluh tujuh) kesakitan klinis dengan AMI sebesar 7,41 (tujuh koma empat puluh satu) serta 133 (seratus tiga puluh tiga) orang positif falcifarum dan 2 (dua) orang positif

vivax. Pada Tahun 2006, angka kesakitan klinis sebanyak 798 (tujuh ratus sembilan puluh delapan) kasus dengan AMI 2,52 (dua koma lima puluh dua) dan dengan positif 197 (seratus sembilan puluh tujuh) kasus dengan AMI 0,62 (nol koma enam puluh dua). Pada Tahun 2007, angka kesakitan malaria pun meningkat, yaitu dari klinis 2.242 (dua ribu dua ratus empat puluh dua) terdapat kasus positif 634 (enam ratus tiga puluh empat) kasus. Sedangkan pada Tahun 2008, terjadi penurunan kasus baik yang klinis maupun yang positif. Jumlah kasus klinis sebanyak 194 (seratus sembilan puluh empat) kasus dan kasus positif sebanyak 63 (enam puluh tiga) kasus. Pada Tahun 2009 terdapat 3.470 (tiga ribu empat ratus tujuh puluh) kasus klinis dan 98 (sembilan puluh delapan) kasus positif malaria. Sedangkan pada Tahun 2010 terdapat 58 (lima puluh delapan) kasus positif.

(28)

(Gambar 5) Trend Angka Kesakitan Malaria Tahun 2006-2010

Dari Grafik diatas terlihat tidak terbentuk suatu pola tertentu, dimana kasus menjadi naik atau turun. Hal ini disebabkan karena jika terdapat kegiatan pencarian kasus secara aktif seperti MBS atau MFS maka kasus akan naik dan sebaliknya jika petugas hanya menunggu saja penderita malaria secara pasif di UPT. PKM, maka kecenderungan kasus akan turun.

(Gambar 6) Kasus Malaria Positif dan API Tahun 2010

Dari grafik terlihat UPT. PKM yang memiliki API diatas 1 (satu) yaitu UPT. PKM Alue Ie Mirah 1,54 (satu koma lima puluh empat) dan Lokop 1,71 (satu koma tujuh puluh satu).

(29)

(Gambar 7) SPR Tahun 2010 di Kabupaten Aceh Timur

Dari grafik diatas terlihat angka SPR yang paling besar terdapat pada UPT. PKM Lokop yaitu 34,9% (tiga puluh empat koma sembilan persen) artinya dari 100 (seratus) sediaan darah diperiksa, maka terdapat sekitar 35 (tiga puluh lima) orang yang menderita malaria.

(Gambar 8) Penurunan indikator insidensi Malaria Tahun 2006-2010

Dari grafik terlihat angka AMI makin meningkat dari tahun ke tahun. Ini artinya petugas kesehatan di UPT. PKM mulai aktif dalam menjaring penderita demam, sehingga hampir semua penderita demam diperiksa darahnya. Dengan demikian diharapkan tidak ada penderita malaria yang tidak terdeteksi, sehingga semua penderita malaria bisa diobati dengan benar, sebagai salah satu upaya memutus rantai penularan.

(30)

BAB III

TATALAKSANA MALARIA

1. Surveilans Dalam Eliminasi

Surveilans malaria adalah kegiatan yang terus menerus, teratur dan sistematis dalam pengumpulan data yang diperoleh dari deteksi pasif dan aktif, pengolahan, analisis dan interpretasi data malaria, termasuk dari pelacakan kasus (investigasi kasus) untuk menghasilkan informasi yang akurat, dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi setempat, termasuk terapi radikal dan penanggulangan fokus.

1.1. Surveilans Pasif

Surveilans pasif adalah salah satu upaya penemuan penderita malaria secara pasif oleh petugas kesehatan melalui pelayanan kesehatan di suatu unit pelayanan kesehatan dengan cara menunggu kunjungan penderita dengan gejala malaria klinis.

Dalam program eliminasi malaria, sistem surveilans pasif ini harus diperkuat untuk memastikan seluruh kasus malaria baru terlaporkan dengan cepat (dalam waktu 24 jam), sehingga data tersebut bisa diolah, dianalisis dan dilakukan respons segera untuk mencegah terjadi penularan malaria.

1.2. Surveilans Aktif

Surveilans aktif adalah pencarian tersangka penderita malaria secara aktif di suatu daerah fokus malaria tertentu melalui kunjungan dari rumah ke rumah sesuai dengan kriteria daerah fokus.

Surveilans aktif merupakan kegiatan surveilans yang diterapkan bagi daerah-daerah yang sudah baik melaksanakan program pengendalian malaria dan siap memasuki tahap pra-eliminasi dan eliminasi malaria.

(31)

(Gambar 9) Alur Penemuan Penderita Oleh Juru Malaria Lingkungan

JML mengunjungi rumah warga sesuai

jadwal

penderita dengan gejala akut demam menggigil secara berkala

dan sakit kepala

JML mengambil darah penderita dan membuat SD JML mengirimkan SD ke UPT. PKM JML bersama Petugas Kesehatan memberikan obat malaria JML mengawasi penderita minum obat

malaria Petugas UPT. PKM + Dinkes melaksanakan kontak survei JML membuat peta lingkungan JML mengunjungi penduduk yang datang dan kembali ke Kabupaten Aceh

Timur

JML menyarankan untuk memeriksakan diri ke

(32)

1.3. Surveilans Migrasi

Surveilans migrasi adalah pencarian kasus yang dilaksanakan oleh juru malaria lingkungan atau petugas kesehatan kepada penduduk yang menunjukkan gejala klinis malaria, yang baru datang dari daerah endemis malaria. Alur pencarian penderita terdapat pada gambar 9 diatas.

1.4. Surveilans Vektor

Surveilans vektor sangat penting dalam mencapai eliminasi malaria, terutama pada daerah fokus aktif. Kegiatan ini bertujuan untuk memandu cara pengendalian dan mengevaluasi dampak dari kegiatan pengendalian vektor.

Kegiatan ini terdiri dari:

a. pemetaan seluruh tempat perindukan nyamuk potensial di daerah fokus;

b. pengumpulan data kepadatan larva dan nyamuk dewasa setiap bulan;

c. pemantauan perubahan lingkungan yang menyebabkan peningkatan vektor; dan

d. pemantauan tingkat resistensi vektor malaria terhadap insektisida. 1.5. Sistem Surveilans Malaria di Kabupaten Aceh Timur

Prinsip surveilans eliminasi malaria terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu:

a. mengumpulkan data dari penemuan penderita pasif dan aktif; b. menganalisis dan menginterpretasikan data termasuk hasil

pelacakan kasus/penyelidikan epidemiologi; dan

c. memberikan respon cepat yang sesuai, termasuk terapi radikal dan penanggulangan fokus.

(Gambar 10) Alur Sistem Data dan Informasi Eliminasi Malaria Kabupaten Aceh Timur

(33)

Puskesmas

Dinkes A.Timur

Dinkes Prov NAD Juru Malaria Desa, Kader kesehatan

Melaporkan Feedback Manual report WEB Report Report Feedback Feedback

Surveilans Malaria di A.Timur?

Praktek Swasta

Apotik, toko obat (OTC)

Absen sekolah

Pelabuhan

Kendali mutu lab (Gambar 11) Alur surveilans malaria diKabupaten Aceh Timur

Keterangan gambar 10 dan 11, yaitu:

a. penderita demam datang ke UPT. PKM/Juru Malaria Lingkungan, kemudian akan dilakukan pemeriksaan laboratorium;

b. hasil diagnosis dicatat dan dilaporkan kepada petugas surveilans UPT. PKM;

c. apabila ditemukan kasus malaria positif, maka petugas surveilans UPT. PKM mencatat dan mengirimkan laporan kasus ke Dinas Kesehatan pada hari yang sama atau dalam waktu 1 x 24 jam;

d. data dari JML dan pelayanan rutin UPT. PKM dilaporkan ke UPT. PKM; e. laporan dari praktek swasta, apotek, toko obat, kesehatan pelabuhan,

rumah sakit dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur; dan

f. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur memilah data berdasarkan wilayah kerja UPT. PKM, apabila terdapat kasus malaria positif terkonfirmasi yang dilaporkan di luar UPT. PKM, maka tim penyelidikan

epidemiologi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur akan

memberikan umpan balik kepada UPT. PKM setempat untuk dilaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi, pelacakan kasus dan penanggulangan fokus.

Indikator surveilans dalam rangka eliminasi malaria, yaitu: a. kelengkapan;

b. ketepatan/akurasi; dan

c. kecepatan waktu, antara lain:

1) waktu antara kasus terdiagnosis malaria di UPT. PKM, praktek swasta dan rumah sakit dengan notifikasi kasus oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur;

2) waktu antara notifikasi kasus oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur dengan dimulainya kegiatan pelacakan kasus oleh Tim PE UPT. PKM dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur; dan 3) waktu antara hasil PE dan tindakan penanggulangan fokus.

(34)

2. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Fokus Oleh Petugas Kesehatan

2.1. Penyelidikan Epidemiologi

Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan rutin penyelidikan yang dilakukan pada semua kasus malaria positif dengan konfirmasi laboratorium berdasarkan laporan penemuan kasus secara pasif di unit pelayanan kesehatan maupun berdasarkan laporan penemuan kasus secara aktif (kunjungan rutin JML dari rumah ke rumah) atau berdasarkan hasil survey tertentu (Mass Fever Survey, Mass Blood Survey, dan lain-lain), untuk mengetahui asal penularan, waktu terjadinya penularan dan sejauh mana penularan kasus malaria terjadi serta kelompok yang terkena resiko.

Penyelidikan epidemiologi malaria dilakukan oleh tim dari UPT. PKM atau Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur, dimana kasus malaria positif berasal. Tim UPT. PKM/Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur terdiri atas petugas surveilans, penanggung jawab malaria atau petugas mikroskopis.

2.2. Metode Dalam Melakukan Penyelidikan Epidemiologi

Penyelidikan epidemiologi dilakukan setelah ditemukan penderita positif malaria terkonfirmasi hasil pemeriksaan mikroskopis. Data penderita positif dimasukkan ke dalam sistem data dan informasi eliminasi malaria. Tim dan petugas UPT. PKM ditemani oleh JML setempat akan melaksanakan wawancara dan pengambilan darah jari bagi seluruh anggota keluarga penderita malaria dan semua penduduk disekitar rumah penderita (berjarak ± 500 meter).

2.3. Tindak Lanjut Penemuan Kasus Malaria

Apabila ditemukan suatu kasus malaria positif terkonfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium, maka petugas kesehatan UPT. PKM melakukan penyelidikan epidemiologi dan pelacakan kasus sebagai berikut:

a. mewawancarai penderita dan keluarga, apakah ada riwayat bermalam ke daerah endemis, baik di dalam maupun di luar Kabupaten Aceh Timur;

b. perlu dilihat apakah keluarga penderita memiliki kelambu berinsektisida, apabila:

1) rumah penderita tidak memiliki kelambu berinsektisida, maka petugas UPT. PKM memberikan kelambu kepada keluarga tersebut beserta brosur cara pemakaian dan perawatan kelambu; dan

2) keluarga sudah memiliki kelambu berinsektisida tetapi tidak digunakan, maka anjurkan keluarga untuk menggunakan kelambu.

c. tanyakan apakah rumah penderita sudah mendapat penyemprotan IRS dalam 6 (enam) bulan terakhir. Apabila rumah penderita tidak mendapat penyemprotan IRS dalam 6 (enam) bulan terakhir, maka petugas UPT. PKM melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur;

(35)

d. tanyakan kebiasaan penderita dan anggota keluarga dalam perlindungan diri dari gigitan nyamuk, seperti penggunaan repelen, kawat kassa pada ventilasi, dan lain-lain;

e. apabila terdapat riwayat bermalam di daerah endemis malaria, maka kasus ini dikategorikan tingkat 1 (satu), penanganannya yaitu:

1) bekerjasama dengan JML untuk memastikan penderita malaria minum obat hingga tuntas dan pemeriksaan darah jari ulangan sesuai dengan jadwal yang ditentukan;

2) pemberian/pengaktifan penggunaan kelambu berinsektisida tahan lama kepada seluruh anggota keluarga;

3) penyuluhan/pemberian informasi mengenai perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk bila bepergian;

4) pemberitahuan silang kepada Dinas Kesehatan asal penularan penderita;

5) mengambil dan membuat sediaan darah pada anggota seluruh rumah dan tetangga penderita dalam jarak 500 (lima ratus) meter sekitar rumah penderita;

6) apabila ditemukan kasus positif malaria kedua, maka kasus kedua tersebut diwawancara untuk mengetahui apakah pada penderita kedua terdapat riwayat bermalam ke daeran endemis

dalam 14 (empat belas) hari terakhir tingkat 1;

7) apabila pada penderita kedua tidak terdapat riwayat bermalam ke daerah endemis tingkat 2;

8) setelah ditemukan penderita malaria terkonfirmasi laboratorium kedua, petugas melakukan pemeriksaan vektor dengan memeriksa tempat perindukan nyamuk, apakah ditemukan jentik/larva anopheles atau tidak;

9) mengambil titik koordinat pada tempat-tempat perindukan nyamuk positif jentik anopheles dan rumah penderita malaria positif dengan GPS; dan

10) melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur.

f. apabila tidak terdapat riwayat bermalam di daerah endemis

malaria, maka kasus ini dikategorikan tingkat 2, penanganannya yaitu:

1) memeriksa sediaan darah jari pada seluruh masyarakat yang tinggal sekitar 500 (lima ratus) meter dari rumah penderita; 2) terapi penderita malaria positif dengan ACT+Primakuin

bekerjasama dengan JML untuk pengawasan minum obat dan pemeriksaan darah jari ulangan sesuai dengan jadwal yang ditentukan;

3) memetakan vektor dan tempat perindukan nyamuk positif larva anopheles dengan GPS dalam jarak 500 (lima ratus) meter; 4) memetakan cakupan kelambu berinsektisida/IRS setiap rumah

dengan GPS;

5) bekerjasama dengan JML dan ketua lingkungan atau petugas kesehatan gampong setempat, memberikan penyuluhan atau pengetahuan kepada penderita, keluarga penderita dan masyarakat mengenai pentingnya pencegahan malaria dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk;

6) apabila terdapat tempat perindukan nyamuk yang mengandung jentik anopheles, lakukan kegiatan untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk dengan cara yang sesuai (lihat Bab VII pencegahan dan pengendalian vektor); dan

(36)

7) pemberian/pengaktifan penggunaan kelambu berinsektisida tahan lama pada rumah-rumah yang dilakukan skrining

pengambilan darah jari.

g. apabila terdapat kasus kedua, maka dalam hal ini perlu ditanyakan apakah terdapat riwayat bermalam di daerah endemis

malaria atau tidak, apabila terdapat riwayat bermalam di daerah

endemis, maka kasus ini dikategorikan tingkat 1, jika tidak terdapat riwayat bermalam di daerah endemis malaria, maka kasus kedua ini dikategorikan tingkat 2, penanganannya sama seperti diatas;

h. apabila terdapat kasus malaria positif lebih dari 3 yang terkonfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium, maka dikategorikan tingkat 3 (adanya penularan setempat), penanganannya yaitu: 1) IRS untuk seluruh gampong dengan cakupan > 90% (sembilan

puluh persen);

2) pemberian/pengaktifan penggunaan kelambu berinsektisida untuk seluruh gampong dengan cakupan penggunaan > 95% (sembilan puluh lima persen); dan

3) bekerjasama dengan JML dan ketua lingkungan atau petugas kesehatan gampong setempat, memberikan penyuluhan atau pengetahuan kepada penderita, keluarga penderita dan masyarakat mengenai pentingnya pencegahan malaria dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk.

(37)

(Gambar 12) Alur Penyelidikan Epidemiologi Oleh Tim UPT. PKM/Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur

Terdapat riwayat bermalam ke gampong endemis di Kabupaten Aceh Timur maupun di

luar Kabupaten Aceh Timur dalam waktu 14 hari terakhir Laporan JML/Mantri/Bidan/ Praktek Swasta Laporan UPT. PKM/RS Laporan dari skrining unit transfusi darah Terjadi penularan malaria setempat

Penderita malaria positif terkonfirmasi pemeriksaan

mikroskopis

wawancara penderita dan keluarga yang tinggal satu rumah

Mengambil dan membuat sediaan darah keluarga dan tetangga jarak 500 m

sekitar Belum terjadi penularan malaria setempat Periksa tempat perindukan nyamuk dalam jarak 500 m sekitar rumah penderita

Mengambil titik koordinat GPS rumah penderita

positif dan tempat perindukan positif

Tidak ada riwayat bermalam ke gampong endemis di Kabupaten Aceh Timur maupun di luar Kabupaten Aceh Timur dalam waktu 14 hari

terakhir Tidak ada kasus kedua Ada riwayat bermalam ke desa endemis Tidak ada riwayat bermalam ke desa endemis Ada kasus malaria positif > 3

(38)

Keterangan:

: Rumah tetangga

: Rumah penderita malaria (Skema 1) Kunci Klasifikasi Kasus Malaria

(Skema 2) Daerah Yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi

Bagaimana Cara Kasus Tertular

Kapan Tertular

Jenis Parasit Penyebab Dimana Kasus Tertular

Melalui Darah Melalui Nyamuk

Kasus Induksi

Di Luar Lingkungan

Tempat Tinggal Tempat Tinggal Di Lingkungan

Kasus Impor

P. Vivax/

P. Ovale P. Falsiparum/ P. Malarie

Kasus Kambuh Lama (6 Bulan-

3 Tahun Lalu) Kurang Dari 6 Bulan Dari Siapakah Kasus Tertular

Dari Kasus

Impor Dari Kasus Lokal

Gambar

Gambar 22. Cara pengeringan sediaan darah yang sudah dibuat
Tabel 7. Pengobatan malaria bagi penderita malaria pada ibu hamil
Tabel 8. Pengobatan malaria Lini II  bagi penderita umum   (bukan ibu hamil)
Gambar 28. Prosedur penanganan lanjutan penderita malaria
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan faktor peluang yang dimiliki lebih besar dari faktor ancaman, sehingga disimpulkan bahwa alternatif strategi yang digunakan untuk pengembangan Industri

Dari hasil wawancara serta observasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa pandangan mengenai Toleransi oleh Pemuda dalam Forum Komunikasi

Oleh karena itu hipotesis ini membuktikan bahwa pada kelompok siswa yang memiliki tingkat konsep diri tinggi yang diajar dengan gaya mengajar latihan terhadap keterampilan smash lebih

Sumber daya (waktu, tenaga, biaya) yang digunakan untuk menjalankan tanggung jawab tersebut di atas, tidak boleh menyebabkan tugas utama Internal Audit, yaitu

Jumlah buku yang dipinjam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: siswa dikatakan banyak meminjam buku jika buku yang dipinjam lebih dari 1, siswa

Sistem monitor frekuensi radio merupakan suatu jaringan monitor spektrum frekuensi radio yang terdiri dari stasiun monitor tetap dan stasiun monitor bergerak di

Sebaliknya, kematian gagal sirkulasi terjadi pada pasien yang tidak aktif atau koma, mempunyai insidensi asistole lebih tinggi dari pada VF, mempunyai kecenderungan menjadi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, edukasi terkait tempat perolehan, cara penggunaan dan penyimpanan antibiotik menjadi titik kritis yang penting