1 1
KEYNOTE SPEECH
Dr. BOEDIARSO TEGUH WIDODO
DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG PERCEPATAN
PEMBANGUNAN DAERAH
MUSRENBANG RKPD
PROVINSI JAWA TIMUR
18 APRIL 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
2 2
PENDAHULUAN
KEBIJAKAN FISKAL DAN PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA
MASALAH, TANTANGAN PEMBANGUNAN,
DAN STRATEGI APBN 2018 DAN 2019
OUTLINE
1
2
3
PROFIL DAERAH PROVINSI DAN
KAB/KOTA SE-MALUKU UTARA
4
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL
TAHUN 2019
KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN
PROVINSI JAWA TIMUR
TANTANGAN PEMBANGUNAN GLOBAL,
NASIONAL, DAN REGIONAL
STRATEGI PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
2
PENUTUP:
TINDAK LANJUT
STRATEGI PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
3
ALOKASI
DISTRIBUSI
STABILISASI
FUNGSI
KEBIJAKAN
FISKAL
Instrumen meningkatkan efisiensi, efektivitas,
dan produktivitas penggunaan dan alokasi
sumber daya antarbidang/program/ kegiatan
dan sektor.
• Instrumen memelihara dan
mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
• Instrumen meredam krisis,
menstabilkan fluktuasi
perekonomian, dan menjaga
stabilitas harga.
Instrumen mewujudkan
pemerataan dan keadilan
antarkelompok penghasilan
masyarakat dan antarwilayah.
PENDAHULUAN (1): PERAN STRATEGIS KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal melalui ketiga fungsi strategis, yaitu
alokasi, distribusi,
dan
stabilisasi
memiliki peran sentral
dalam pengelolaan
ekonomi makro yang kuat, sehat, dan inklusif
untuk mendukung pembangunan daerah dan
4
Upaya mendorong percepatan pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan
otonomi daerah yaitu
peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
melalui kebijakan fiskal yang dilakukan
melalui instrumen desentralisasi fiskal.
Pembangunan nasional adalah
fungsi dan agregasi dari hasil
pembangunan di daerah.
Daya saing nasional
merupakan agregasi dari daya
saing daerah.
Rantai produksi nasional
bersumber dari rantai fungsi
produksi antardaerah.
Subyek dan obyek
pembangunan nasional berada
di daerah.
Perekonomian nasional ditopang
dengan karakteristik khusus &
keberagaman ekonomi, sosial,
geografis daerah.
Statistik ekonomi nasional
merupakan total pencapaian
pembangunan di daerah.
Wujud dari implementasi
Nawacita
Ketiga
“Membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah
dan desa dalam kerangka NKRI”
1.
Instrumen perekat
semua daerah
dalam rangka menjaga dan
mempertahankan keutuhan NKRI
2.
1
2
3
4
5
6
ARTI PENTING DAN STRATEGIS
PEMBANGUNAN DAERAH
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH SEBAGAI UJUNG
TOMBAK PEMBANGUNAN
NASIONAL
PENDAHULUAN (2): ARTI PENTING DAN STRATEGIS KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL
5
TANTANGAN PEMBANGUNAN (1): TANTANGAN DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL
Perekonomian global diproyeksikan terus membaik (tumbuh 3,9% di 2019), antara lain sebagai dampak dari
perubahan kebijakan perpajakan A.S. Namun masih terdapat tantangan dan risiko yang harus dihadapi
perekonomian domestik pada 2019.
3,1 3,5
3,9 3,9
2016 2017 2018 2019
PERTUMBUHAN
EKONOMI GLOBAL (%)
2,5
4,0
3,8 3,8
2016 2017 2018 2019
PERTUMBUHAN VOLUME
PERDAGANGAN (%)
ASEAN
Amerika Serikat
India
Tiongkok
Uni Eropa
Kanada
2,2 2,3 1,9
6,7 7,4 7,8
5,1 5,1 5,2
6,8 6,5 6,3
2,3 2,1 1,8
3,0 2,1 1,7
2017 2018 2019
6,4 6,2 6 5,6 5 4,9 5 5,2 5,3 5,5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018p 2019pPERTUMBUHAN EKONOMI
DUNIA (%)
Indonesia
World
Advanced Economies
Emerging Market and
developing economies
• Kebijakan Ekonomi dan Politik
AS: Perpajakan &
Perdagangan
• Pasar Komoditas: Harga &
Volume
• Kebijakan Moneter:
AS, Uni Eropa, Tiongkok dan
Jepang
• Demografi: Penuaan & Migrasi
• Keamanan Geopolitik
• Kebijakan Proteksionisme
• Rebalancing Perekonomian
Tiongkok
• Perubahan Iklim
TANTANGAN GLOBAL
Pengelolaan kebijakan fiskal nasional (APBN) dan fiskal daerah (APBD) tentu tidak terlepas dari pengaruh perekonomian
domestik dan global. Di tahun 2018 dan tahun 2019 mendatang, perekonomian global diproyeksikan
tumbuh terus membaik
mencapai 3,9%.
Meskipun demikian, masih terdapat beberapa
tantangan dan risiko
yang harus dihadapi, yakni reformasi
perpajakan di Amerika Serikat yang belum memberikan efek yang signifikan, masih adanya kerentanan pasar keuangan,
meningkatnya hambatan perdagangan, dan beberapa faktor non-ekonomi lainnya (geopolitik, perubahan iklim, dan demografi)
.
5,0%
6
“
Pembangunan nasional masih menghadapi
berbagai permasalahan dan tantangan ekonomi,
pelayanan publik, dan kesejahteraan”
70,81
(2017)
Rank 62 of 72
(2015)
11,22% (2015)
10,12% (2017)
0,391
(2017)
20,1%
(2017)
Kota Pangkal Pinang (97%) vs. Kab.
Asmat (6,37%)
(2016)
Ketimpangan layanan
publik antardaerah, a.l
akses sanitasi
Penurunan tingkat
kemiskinan yang
melambat
IPM yang
masih perlu
ditingkatkan
Program for International Student
Assessment (PISA) Score Indonesia
termasuk rendah
Ketimpangan antar
kelompok masyarakat
dan wilayah
Malnutrisi
menjadi
masalah serius
TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL
TANTANGAN EKONOMI DALAM NEGERI
Tingkat
Inovasi
Rendah
Kapasitas
Produksi
Terbatas
Technology,
Infrastructure,
skill gap
Pasar
Keuangan
Dangkal
1. Produktivitas Rendah
2. Daya Saing Rendah
3. Ketimpangan & Kemiskinan
1
2
3
4
5
6
A
B
7
update
2001
41,21T (44,18%)
2017
405,03 T (36,87%)
2001
30,06 (32,23%)
2017
221,69 (20,18%)
2001
76,6
2017
71,3
2001
1,9
2017
3,7
Kinerja Pengelolaan Keuangan
Daerah
Kinerja Ekonomi
2001
3,6
2017
5,19
2001
7,85
2017
51,89
2001
12,55
2017
3,61
2001
8,10
2017
5,50
Pertumbuhan Ekonomi(%)
GDP Per capita (Million IDR)
Inflation (%)
Unemployment (%)
Kinerja Kesejahteraan
2016
18,41
2017
10,64
2016
0.344
2017
0,391
2015
60,9
2016
70,79
Tingkat Kemiskinan (%)
Rasio Gini
Kinerja Layanan Publik
2016
2017 72,04
2001
2017 67,89
2001
2017
2001
2017
Akses Air Minum Layak (%)
Akses Sanitasi Layak (%)
Harapan Lama Sekolah
Ketergantungan terhadap TKDD
Rasio Belanja Pegawai
Rasio Belanja Modal
Indeks Pembangunan Manusia
Imunisasi Balita
Indikator Kinerja
Layanan Publik
Sanitasi Layak
(%)
Air Minum Layak
(%)
Harapan Lama Sekolah
(Tahun)
Imunisasi Balita
(%)
2016
2017
2016
2017
2015
2016
2015
2016
Nasional
67.80
67.89
71.14
72.04
12.55
12.72
57.59
59.99
Prov. Jawa Timur
68.15
68.83
75.83
75.54
12.66
12.98
63.28
65.94
Kab/Kota diatas
rata-rata Prov. Jatim
23
daerah
24
daerah
18
daerah
20
daerah
21
daerah
18
daerah
23
daerah
26
Daerah
Kab/Kota dibawah
rata-rata Prov. Jatim
15
daerah
14
daerah
20
daerah
18
daerah
17
daerah
20
daerah
15
daerah
12
daerah
Indikator Kinerja
Keuangan Daerah
Rasio Belanja
Pegawai (%)
Rasio Belanja Modal
(%)
Ketergantungan TKDD
(%)
2017
2018
2017
2018
2017
2018
Nasional
36,9
35.9
20,2
19.5
70.58
66.75
Se-Prov. Jawa Timur
37,8
37,1
17,4
16,1
65,4
65,2
Kab/Kota diatas
rata-rata Prov. Jatim
34
33
30
23
35
34
< Rata-rata Prov. Jatim
5
6
9
16
4
5
Indikator Kinerja
Kesejahteraan
Tingkat Kemiskinan
(%)
Rasio Gini (%)
Indeks Pembangunan
Manusia
2016
2017
2016
2017
2015
2016
Nasional
10.70
10.12
0.394
0.391
69.55
70.18
Prov. Jawa Timur
11.85
11.20
0.402
0.415
68.95
69.74
Kab/Kota diatas
rata-rata Prov. Jatim
17
daerah
17
daerah
1
daerah
1
daerah
18
daerah
18
daerah
Kab/Kota dibawah
rata-rata Prov. Jatim
21
daerah
21
daerah
37
daerah
37
daerah
20
daerah
20
daerah
Indikator Kinerja
Ekonomi
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
PDRB Perkapita
(Rp juta)
Inflasi
(%)
2016
2017
2016
2017
2016
2017
Nasional
5,02
5,07
47,96
51,89
3.02
3.61
Prov. Jawa Timur
5,55
5,45
47,47
51,39
2.74
4.04
Kab/Kota diatas
rata-rata Prov. Jatim
15
daerah
10
daerah
9
daerah
9
daerah
31
daerah
32
daerah
Kab/Kota dibawah
rata-rata Prov. Jatim
25
daerah
28
daerah
29
daerah
29
daerah
7
daerah
6
daerah
Provinsi Jawa Timur mempunyai kinerja ekonomi yang baik (PDRB perkapita Rp51,39 juta) , namun masih perlu perbaikan
pada aspek pemerataan kesejahteraan (Gini ratio 0,415) agar pembangunan daerah menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan.
*data kinerja keuangan daerah 2018 per 15 April 2018, 528 Daerah
KINERJA PEREKONOMIAN DAERAH
KINERJA PELAYANAN PUBLIK
KINERJA KESEJAHTERAAN
8
8
APBN 2018
Outlook
Growth
5,4
5,4
Inflasi
3,5
3,5
Kurs
13.400
13.500
SPN 3 bln
5,2
5,0
ICP
48
58
Lifting minyak
800
800
Lifting gas
1.200
1.200
Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sehat dan stabil, pada tahun
2017 YoY mencapai 5,07% dan pada Q4 tetap tumbuh 5,19%
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh sisi pengeluaran (permintaan/konsumsi
domestik yang masih menjadi motornya) dan sisi produksi, serta perbaikan
ekspor komoditas yang lebih tinggi dibanding dengan impor
Kontribusi PDB baik dari sisi primer, sekunder, dan tersier tumbuh positif
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Domestik 2018
APBN 2018 & Outlook
Pelaksanaan APBN 2018 masih sesuai dengan target dalam APBN
Penerimaan Perpajakan tumbuh 20,8% dari 1.339,8 T
(2017) menjadi 1.618,1 T (2018)
Belanja Negara:
Efisiensi belanja K/L.
subsidi & pembayaran bunga utang meningkat akibat
kenaikan ICP & depresiasi nilai tukar Rupiah.
penyesuaian thd TKDD
Defisit sedikit melebar, namun terkendali dalam batas aman
Negatif keseimbangan primer berpotensi meningkat tipis
Target inflasi sebesar 3,5 persen (laju inflasi terus menurun dlm
3 thn terakhir)
PNBP dari SDA tumbuh 8,5% dari 95,6 T (2017) menjadi
103,7 T (2018)
Pertumbuhan
2016 (%)
2017 (%)
2018 (%)
Outlook
Konsumsi RT & LNPRT
5,04
4,98
5,06
•
Konsumsi RT
5,01
4,95
5,01
•
Konsumsi LNPRT
6,64
6,91
7,74
Konsumsi Pemerintah
-0,14
2,14
3,07
PMTB
4,47
6,15
6,90
Ekspor
-1,57
9,09
8,14
Impor
-2,45
8,06
7,87
PDB
5,03
5,07
5,40
5,03
5,07
5,40
2016
2017
2018
2019
PERKIRAAN PERTUMBUHAN PDB 2018 (%)
Indikator
2016
2017
2018
Realisasi
Realisasi
APBN
Outlook
a.
Growth (%, yoy)
5,02
5,07
5,4
5,4
b. Inflasi (%, yoy)
3,02
3,61
3,5
3,5
c. SPN-3 bulan (%)
5,7
4,98
5,2
5,0
d. Nilai Tukar(Rp/US$)
13.307
13.384
13.400
13.500
e. ICP (US$/barel)
40,2
51,2
48
58
f. Lifting Minyak (ribu barel/hari)
829
803,91
800
800
g. Lifting Gas (ribu barel setara
minyak/hari)
1.180
1.142,33
1.200
1.200
Pelaksanaan APBN 2018 masih sesuai dengan target dalam APBN
Penerimaan Perpajakan tumbuh 20,8% dari Rp1.339,8 T (2017) menjadi Rp1.618,1 T (2018)
Belanja Negara:
Efisiensi belanja K/L
subsidi & pembayaran bunga utang meningkat akibat kenaikan ICP & depresiasi
nilai tukar Rp
penyesuaian thd TKDD
Defisit sedikit melebar, namun terkendali dalam batas aman
Negatif keseimbangan primer berpotensi meningkat tipis
Target inflasi sebesar 3,5 persen (laju inflasi terus menurun dlm 3 thn terakhir)
PNBP dari SDA tumbuh 8,5% dari Rp95,6 T (2017) menjadi Rp103,7 T (2018)
2016
2017
2018
5,40
5,07
5,03
OUTLOOK PEREKONOMIAN DOMESTIK
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (1):
PERKEMBANGAN EKONOMI DAN PELAKSANAAN APBN 2018
PELAKSANAAN APBN
• Konsumsi diharapkan tumbuh diatas 5,0%.
• Investasi meningkat seiring perbaikan daya saing.
• Ekspor-impor meningkat dengan membaiknya perekonomian
negara mitra dagang utama.
TEMA RKP 2019
Pemerataan Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas
Menjaga
Kesehatan
Fiskal
Kebijakan Fiskal Mendorong Iklim Investasi.
APBN menjadi instrumen fiskal untuk membantu, melayani dan
mendukung kemudahan berusaha antara lain melalui perbaikan
infrastruktur, kemudahan perizinan, dan insentif perpajakan.
APBN untuk mendorong investasi dan daya saing
TEMA KEBIJAKAN FISKAL 2019
To help: Simplifikasi Kemudahan Investasi
To serve: Peningkatan Layanan Publik
To support: Pemberian Insentif Untuk Daya Saing
Produktif
Daya Tahan
Efisien
Suistanable
PUSAT
9
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (2): STRATEGI KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2019
Pelaksanaan
PEMILU
SERENTAK 2019:
• Pemilihan Legislatif
(Pileg) Anggota DPR
Pusat/Provinsi/Kabu
paten/Kota
• Pemilihan Presiden
(Pilpres).
2.
Tahun 2019 merupakan
tahun terakhir
PELAKSANAAN RPJMN
2015-2019, sebagai:
• Penjabaran dari visi
dan misi Presiden.
• Rencana pembangunan
jangka menengah
ketiga dari RPJPN
2005-2025.
• Pelaksanaan konsistensi
arah pembangunan
nasional.
1.
Tahun 2019 memiliki arti penting dan sangat strategis, karena
merupakan pelaksanaan tahun terakhir Nawa Cita Kabinet
Kerja dan tahun politik, sehingga berimplikasi pada arah
kebijakan dan penentuan program, kegiatan, dan anggaran
10
POKOK-POKOK KEBIJAKAN BELANJA NEGARA
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA
Optimalisasi penerimaan pajak, cukai, dan PNBP dan
menjaga iklim yang kondusif bagi kegiatan ekonomi
Insentif perpajakan untuk peningkatan daya saing dan
investasi
Transparansi informasi di bidang perpajakan
“Optimalisasi pendapatan dengan tetap
menjaga iklim investasi”
“Penguatan
untuk akselerasi pertumbuhan dan kesejahteraan”
value for money:
efisiensi dan efektivitas
Fokus pada infrastruktur
Meningkatkan efektivitas Bantuan Sosial, Subsidi dan TKDD
Meningkatkan kualitas SDM
Mendorong birokrasi yang efektif dan efisien
Dukungan fiskal untuk sektor unggulan
Mengantisipasi ketidakpastian (menjaga stabilitas keamanan dan politik)
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
Menjaga rasio dan komposisi utang dalam batas aman dan terkendali
Meningkatkan efisiensi biaya utang dan produktivitas pemanfaatan utang
“Kebijakan ekspansif yang terarah dan terukur”
Menjaga defisit lebih rendah dari tahun 2017
“Optimalisasi pendapatan
dengan tetap
menjaga iklim investasi”
“Penguatan
value for money:
efisiensi dan efektivitas
untuk akselerasi pertumbuhan
dan kesejahteraan”
“Kebijakan ekspansif yang
terarah dan terukur”
01
02
03
• Fokus pada pembangunan infrastruktur
• Meningkatkan efektivitas Bansos,
Subsidi dan TKDD
• Meningkatkan Kualitas SDM
• Mendorong Birokrasi yang efektif dan
efisien
• Dukungan fiskal untuk sektor unggulan
• Mengantisipasi ketidakpastian
(menjaga stabilitas keamanan dan
politik)
• Optimalisasi perpajakan dan PNBP
dan menjaga iklim yang kondusif
bagi kegiatan ekonomi
• Insentif perpajakan untuk
peningkatan daya saing dan
investasi
• Transparansi informasi di bidang
perpajakan
• Menjaga defisit lebih rendah dari
tahun 2018
• Menjaga rasio dan kompsisi utang
dalam batas aman dan terkendali
• Meningkatkan efisiensi biaya
utang dan produktivitas
pemanfaatan utang
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (3): POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2019
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
PENDAPATAN NEGARA
POKOK-POKOK KEBIJAKAN BELANJA
NEGARA
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN
DBH SDA
Pusat
Provinsi
Kab./Kota
Penghasil
Kab./Kota Lainnya
di Provinsi yg Sama
Semua
Kab./Kota
Kehutanan PSDH
20
16
64
Kehutanan IIUPH
20
16
32
32
Kehutanan DR
60
40
Perikanan
20
80
Minerba Iuran Tetap
20
16
64
Minerba Royalti
20
16
32
32
Gas Bumi
*)69.5
6.1
12.2
12.2
Minyak Bumi
*)84.5
3.1
6.2
6.2
Panas Bumi
20
16
32
32
Menyempurnakan
formulasi DAU dengan
mengevaluasi bobot
Alokasi Dasar (gaji PNSD)
dan Celah Fiskal.
Mempertahankan afirmasi
kepada daerah kepulauan
(bobot luas wilayah laut
menjadi 100%).
Pagu DAU tidak bersifat
final (berbasis realisasi
PDN).
Minimal 25% dari DTU
untuk belanja infrastruktur
layanan publik dan
ekonomi.
DBH
Pajak
Pusat
Provinsi
Kab./Kota
Bea
Pungut
PBB
Dibagi rata ke Kab./kota (6,5%) 1016,2
64,8
9
PPh
808
12
CHT
98
0,6
0,8 Daerah Penghasil 0,6 Non-Daerah PenghasilDAU
Komitmen penyelesaian kurang
bayar dan lebih bayar DBH.
Pengaturan minimal 50% dari
alokasi DBH CHT untuk mendukung
program JKN melalui peningkatan
kuantitas dan kualitas layanan
kesehatan;
Pengaturan penggunaan sisa DBH
DR di kab/kota dan alokasi DBH DR
provinsi dengan prioritas untuk:
1. penanggulangan kebakaran hutan
dan lahan;
2. mengatasi dampak climate
change;
3. mendukung program perhutanan
sosial; serta
4. rehabilitasi hutan dan lahan;
Penggunaan minimal 25% dari DBH
untuk belanja infrastruktur yang
produktif.
• Mempertajam sinkronisasi antara
kegiatan yang didanai DAK Fisik
dengan Belanja KL.
• Pengintegrasian aplikasi
perencanaan DAK Fisik kedalam
aplikasi KRISNA (Kolabrasi
Perencanaan dan Informasi Kinerja
Anggaran);
• Perencanaan dan pengalokasian
DAK Fisik dengan berbasis usulan
daerah (Proposal Based);
• Mempertajam menu kegiatan DAK
Fisik untuk mendukung pencapaian
prioritas nasional;
• Pengintegrasian beberapa bidang
terkait dengan pendekatan
program (programmatic approach),
contoh penanggulangan stunting.
• Penambahan menu kegiatan DAK
baru yaitu GOR dan Perpusda.
Fokus pada upaya perbaikan kualitas
kinerja untuk seluruh bidang DAK Non Fisik,
melalui:
1. Pengalokasian berbasis kinerja
2. Penyaluran berbasis kinerja dan
peningkatan efektivitas pemantauan.
Pengalokasian sesuai kebutuhan riil di
daerah, dalam rangka pencapaian SPM.
Integrasi program based DAK untuk Stunting.
Penyempurnaan pengalokasian melalui
pemutakhiran data sasaran penerima dan
unit cost.
Mendorong pemanfaatan teknologi
informasi untuk peningkatan output dan
efisiensi biaya layanan.
Mengakomodasi jenis DAK Nonfisik baru
(saat ini dalam proses pembahasan):
1. PLTsa;
2. BOP Museum dan Taman Budaya; dan
3. Dana Pelayanan Kepariwisataan.
4. BOP Kesetaraan
DAK FISIK
DBH
DAK NONFISIK
Pengalokasian dan pengaturan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang mendorong penggunaan belanja
Daerah secara efektif dan efisien, berlandaskan value for money, serta sinergi antara belanja pusat dan daerah
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (4): POKOK-POKOK KEBIJAKAN DANA PERIMBANGAN
12
DAK Reguler
DAK Afirmasi
DAK Penugasan
Pendidikan
Perumahan
Permukiman
Kelautan
Perikanan
Pendidikan
Perumahan
Permukiman
Irigasi
Pendidikan
Kesehatan
KB
Pariwisata
Air Minum
IKM
Jalan
Sanitasi
Pertanian
Kesehatan
Transportasi
Air Minum
Sanitasi
Air Minum
Sanitasi
Energi Skala
Kecil
Kesehata
n
Pasar
Lingkungan
Hidup
Kehutanan
Jalan
Meningkatkan kualitas kesejahteraan
masyarakat melalui pemenuhan
pelayanan dasar dan pemerataan
ekonomi.
Mempercepat pembangunan
infrastruktur dan pelayanan dasar
pada lokasi prioritas yang termasuk
kategori daerah perbatasan,
kepulauan, tertinggal, dan
transmigrasi (Area/Spatial Based).
Mendukung pencapaian Prioritas
Nasional Tahun 2019 yang menjadi
kewenangan daerah dengan lingkup
kegiatan spesifik dan lokasi prioritas
tertentu
Pariwisata
GOR
Perpustakaan
Daerah
Penambahan Sub
Bidang GOR dan
Perpusda
Dibawah bidang
Pendidikan
9
Bidang
6
Bidang
11
Bidang
• Bidang DAK Tahun
2019 sama dengan
tahun sebelumnya,
hanya dilakukan
relokasi untuk beberapa
bidang dengan
pertimbangan
kesesuaian dengan
Arah Kebijakan RKP
2019 mengingat
sekarang merupakan
periode akhir RPJMN
2015-2019.
• Difokuskan pada
penajaman dan
perbaikan proses
perencanaan DAK
melalui sistem yang
terintegrasi.
KRITERIA UTAMA:
Opini BPK atas LKPD
Waktu penetapan APBD
Penerapan E-Procurement
Kriteria Kinerja:
(1)
Pengelolaan
Keuangan
(2)
Pelayanan Umum
(3)
Basic services
(4)
Kesejahte-raan Sosial
Investasi
Tata Kelola
Perencanaan
Inovasi
SAKIPPendidikan
Kesehatan
InfrastrukturTarget
Kualitas baik dari
pengelolaan
keuangan daerah
Kemudahan
investasi & Izin
Otonomi
berdasarkan tata
kelola yang baik
Perencanaan yang terintegrasi, komprehensif, dan terukur
Inovasi
pelayanan
publik
Efektivitas
anggaran
berbasis kinerja
Pengembang
-an kualitas
SDM
Perbaikan
kualitas nutrisi
dan kesehatan
bayi
Kualitas
penyediaan
layanan
dasar
Pengentasan
kemiskinan dan
kualitas hidup
• Porsi perpajakan daerah • Kualitas belanja • Kualitas perencanaan anggaran • Ruang fiskal • Realisasi SILPA/total belanja • Rata-rata lama sekolah u/ umur 15/25 dan diatasnya • Angka partisipasi SMP • HLS • Stunting • Imunisasi lengkap u/ bayi • Persalinan ditolong tenakes • Akses air minum • Akses sanitasi layak • Kualitas jalan • Pengentasan kemiskinan • Perbaikan IPM Pelayanan investasi terpadu • LPPD • EKPPD • Penerimaan Satyalancana Karyabhakti Praja Nugraha Perencanaan terbaik, progresif, dan inovatif Kinerja inisiasi pelayanan publik Perencanaan dan kinerja1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
13
STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (6): KEBIJAKAN DANA INSENTIF DAERAH
Kriteria Utama P ro v. Jawa T im ur Kot a Sur ab ay a Kot a P ro bo ling go Kot a P as ur ua n Kot a M o jo ke rt o Kot a M al an g Kot a M ad iun Kot a Ke di ri Kot a B lit ar Kot a B at u Kab . T ul un gag un g Kab. Tub an Kab . T re ng gal ek Kab. Sum ene p Kab. Si tub o nd o Kab . S ido ar jo Kab. Sam pa ng Kab. P ro bo ling go Kab. P o no ro go Kab . P as ur ua n Kab. P am ek as an Kab. P ac it an Kab . N gawi Kab. N gan juk Kab. M o jo ke rt o Kab. M al an g Kab . M ag et an Kab. M ad iun Kab. Lu m ajan g Kab . La m o ng an Kab. Ke di ri Kab . J o m ba ng Kab. Je m be r Kab. G re si k Kab . B o nd o wo so Kab . B o jo ne go ro Kab. B lit ar Kab . B an yuwan gi Kab . B an gk al an Opini BPK atas LKTD 2016 (WTP) APBD 2016 Tepat Waktu E-Procurem ent Eligibilitas Alokasi 2018 (Miliar) 77.5 48.75 0 8 66.75 25.5 0 18.25 26 54.75 0 26.5 17 0 26.75 45 0 16.25 27.25 25.75 25.75 37 17.25 0 9 26.25 33.25 18 35 43.75 34.75 18.5 0 34.25 24.5 17.25 36.25 74.5 0 Potential Loss (Miliar) 8 16.5 33 26.25 33.5 18.25 17.75 25.25
14
Alokasi DID se-Jawa Timur
Th. 2017: Rp681,98 miliar (31 daerah) | Th. 2018: Rp995,25 miliar (31 daerah)
update
Daerah Opini BPK atas LKTD 2016 (WTP) APBD 2016Tepat Waktu E-Procurement Eligibilitas Alokasi
2018
Potential Loss Prov. Jawa Timur WTP TEPAT Sudah LAYAK 77.5 Kota Surabaya WTP TEPAT Sudah LAYAK 48.75 Kota Probolinggo WDP TEPAT Sudah
TIDAK
LAYAK 0 8
Kota Pasuruan WTP TEPAT Sudah LAYAK 8 Kota Mojokerto WTP TEPAT Sudah LAYAK 66.75 Kota Malang WTP TEPAT Sudah LAYAK 25.5 Kota Madiun WDP TEPAT Sudah
TIDAK
LAYAK 0 16.5 Kota Kediri WTP TEPAT Sudah LAYAK 18.25 Kota Blitar WTP TEPAT Sudah LAYAK 26 Kota Batu WTP TEPAT Sudah LAYAK 54.75 Kab. Tulungagung WDP TEPAT Sudah
TIDAK
LAYAK 0 33 Kab. Tuban WTP TEPAT Sudah LAYAK 26.5 Kab. Trenggalek WTP TEPAT Sudah LAYAK 17 Kab. Sumenep WDP TIDAK TEPAT Sudah
TIDAK
LAYAK 0 26.25 Kab. Situbondo WTP TEPAT Sudah LAYAK 26.75 Kab. Sidoarjo WTP TEPAT Sudah LAYAK 45 Kab. Sampang WDP TEPAT Sudah
TIDAK
LAYAK 0 33.5 Kab. Probolinggo WTP TEPAT Sudah LAYAK 16.25 Kab. Ponorogo WTP TEPAT Sudah LAYAK 27.25 Kab. Pasuruan WTP TEPAT Sudah LAYAK 25.75 Kab. Pamekasan WTP TEPAT Sudah LAYAK 25.75 Kab. Pacitan WTP TEPAT Sudah LAYAK 37 Kab. Ngawi WTP TEPAT Sudah LAYAK 17.25 Kab. Nganjuk WDP TEPAT Sudah
TIDAK
LAYAK 0 18.25 Kab. Mojokerto WTP TEPAT Sudah LAYAK 9 Kab. Malang WTP TEPAT Sudah LAYAK 26.25 Kab. Magetan WTP TEPAT Sudah LAYAK 33.25 Kab. Madiun WTP TEPAT Sudah LAYAK 18 Kab. Lumajang WTP TEPAT Sudah LAYAK 35 Kab. Lamongan WTP TEPAT Sudah LAYAK 43.75 Kab. Kediri WTP TEPAT Sudah LAYAK 34.75 Kab. Jombang WTP TEPAT Sudah LAYAK 18.5 Kab. Jember WDP TIDAK TEPAT Sudah
TIDAK
LAYAK 0 17.75 Kab. Gresik WTP TEPAT Sudah LAYAK 34.25 Kab. Bondowoso WTP TEPAT Sudah LAYAK 24.5 Kab. Bojonegoro WTP TEPAT Sudah LAYAK 17.25 Kab. Blitar WTP TEPAT Sudah LAYAK 36.25 Kab. Banyuwangi WTP TEPAT Sudah LAYAK 74.5 Kab. Bangkalan WDP TIDAK TEPAT Sudah
TIDAK
LAYAK 0 25.25
“
Opini BPK dan ketepatan penetapan APBD masih menjadi kriteria yang belum bisa dipenuhi oleh beberapa
daerah di Jawa Timur, sehingga 8 daerah belum memperoleh DID”
15
1. Meningkatkan besaran Dana Desa untuk percepatan penurunan kemiskinan, kesenjangan, dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat desa dengan tetap memperhatikan kemampuan keuangan negara.
2. Menyempurnakan formulasi pengalokasian Dana Desa dengan memperhatikan pemerataan dan berkeadilan, serta fokus pada
upaya:
a. Mendukung upaya pencapaian sasaran nasional pembangunan desa;
b. Mempercepat pengentasan kemiskinan;
c.
Mempercepat penyediaan sarana dan prasarana pelayanan dasar publik di desa; dan
d. Memberikan afirmasi pada desa tertinggal dan desa sangat tertinggal yang mempunyai jumlah penduduk miskin tinggi.
3. Memprioritaskan pemanfaatan dana desa untuk bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa, yaitu:
a. Bidang pembangunan desa, untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat desa yang miskin, menganggur, setengah
menganggur, dan kepala keluarga yang memiliki balita atau bayi stunting dan mengentaskan kemiskinan melalui skema padat
karya tunai.
b. Bidang pemberdayaan masyarakat desa melalui pengembangan potensi ekonomi lokal desa melalui kegiatan ekonomi kreatif
desa dan pemberdayaan BUM Desa, serta mengembangkan potensi kerjasama antar desa dan kerjasama desa dengan pihak
ketiga.
4. Kebijakan penyaluran berdasarkan pada kinerja pelaksanaan, yaitu kinerja penyerapan dan capaian output.
5. Meningkakan upaya pemerintah dalam Perencanaan Partisipatif desa dan Swakelola desa.
6. Memperkuat supervisi, pemantauan dan evaluasi, serta pengawasan Dana Desa.
7. Meningkatkan kesiapan kelembagaan pengelola Dana Desa, kapasitas perangkat desa, serta tenaga pendamping.
Pinjaman Daerah
Pembiayaan pembangunan infrastruktur
layanan publik;
Bersumber dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah Lain, Lembaga
Keuangan Bank, Lembaga Keuangan
Bukan Bank
Persetujuan DPRD untuk pinjaman
jangka menengah dan jangka panjang.
Obligasi Daerah
Pinjaman Jangka Panjang yang berasal dari
masyarakat untuk membiayai proyek
infrastruktur publik yang:
menghasilkan penerimaan bagi APBD;
dan/atau
memberikan manfaat bagi masyarakat.
KPBU
Kerjasama untuk pembangunan
infrastruktur ekonomi dan sosial,
Dukungan Pemerintah:
o Project Development Facility (PDF);
o Vialibiliy Gap Fund (VGF);
o Penjaminan Infrastruktur.
PINA ( Pembiayaan Investasi Non Anggaran)
Pembiayaan proyek-proyek
infrastruktur strategis nasional yang
mempunyai nilai komersial.
Prioritas proyek;
o Memiliki manfaat ekonomi dan
sosial;
o Memiliki kelayakan komersial dan
memenuhi kriteria kesiapan
16
Pemerintah daerah dapat menggunakan instrumen pembiayaan kreatif untuk akselerasi pembangunan daerah, melalui
mekanisme pinjaman dapat dari bank atau nonbank, termasuk Regional Infrastructure Development Fund (RIDF) dari PT. SMI,
penerbitan obligasi daerah, pengembangan KPBU, dan pemanfaatan Pembiayaan Investasi Non-Anggaran (PINA).
Perhitungan Bunga 8% dengan Tenor 5 Tahun dan opini
BPK atas LKPD 3 tahun terakhir minimal WDP
17
No Nama Maksimal Pinjaman Opini BPK 2014-2016 Eligibl/ Non Eligible 20 Kab. Ponorogo 269.14 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 21 Kab. Probolinggo 482.27 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 22 Kab. Sampang 441.79 M WDP,WDP,WDP Eligible 23 Kab. Sidoarjo 1,382.10 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 24 Kab. Situbondo 346.12 M WTP DPP, WDP,WTP Eligible 25 Kab. Sumenep 488.29 M WDP,WDP,WDP Eligible 26 Kab. Trenggalek 286.24 M WDP,WDP,WTP Eligible 27 Kab. Tuban 548.39 M WDP,WTP,WTP Eligible 28 Kab. Tulungagung 381.96 M WTP DPP, WTP,WDP Eligible 29 Kota Blitar 293.37 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 29 Kota Kediri 435.10 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 30 Kota Madiun 285.58 M WTP DPP, WTP,WDP Eligible 31 Kota Malang 532.02 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 32 Kota Mojokerto 315.57 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 33 Kota Pasuruan 257.79 M WDP,WDP,WTP Eligible 34 Kota Probolinggo 273.30 M WDP,WDP,WDP Eligible 35 Kota Batu 340.37 M WDP,WTP,WTP Eligible 36 Kab. Magetan 240.99M WTP DPP, WTP, WTP Eligible 38 Kota Surabaya 3.398,57M WTP DPP, WTP, WTP Eligible No Nama Maksimal Pinjaman Opini BPK 2014-2016 Eligibl/ Non Eligible1 Kab. Bangkalan 248.62 M WDP,WDP,WDP Eligible 2 Kab.
Banyuwangi 570.99 M
WTP DPP,
WTP,WTP Eligible 3 Kab. Blitar 363.39 M WDP,WDP,WTP Eligible 4 Kab. Bojonegoro 1,167.13 M WTP DPP,WTP,WTP Eligible 5 Kab. Bondowoso 365.73 M WTP DPP,WTP,WTP Eligible 6 Kab. Gresik 989.14 M WDP,WTP,WTP Eligible 7 Kab. Jember 826.70 M WDP,WTP,WDP Eligible 8 Kab. Jombang 543.89 M WTP DPP,
WTP,WTP Eligible 9 Kab. Kediri 535.06 M WDP,WDP,WTP Eligible 10 Kab. Lamongan 545.16 M WDP,WDP,WTP Eligible 11 Kab. Lumajang 426.27 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 12 Kab. Madiun 272.64 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 13 Kab. Malang 744.89 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 14 Kab. Mojokerto 539.08 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 15 Kab. Nganjuk 398.12 M WTP DPP, WTP,WDP Eligible 16 Kab. Ngawi 335.66 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 17 Kab. Pacitan 261.64 M WTP,WTP,WTP Eligible 18 Kab. Pamekasan 394.89 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible 19. Kab. Pasuruan 871.56 M WTP DPP, WTP,WTP Eligible
27
4
16
37
20
17
26
28
3
29
30
31
33
38
36
32
34
35
10
6
23
19
14
8
15
12
13
11
7
2
5
21
24
1
22 18
25
9
Potensi Pinjaman Daerah
1. Seluruh daerah di Jawa Timur eligible untuk melakukan pinjaman
daerah.
2. Khusus Prov. Jawa Timur berpotensi melakukan pinjaman maksimal
Rp16.346,97M (asumsi bunga 8% dan tenor 5 tahun)
Selama 2014 hingga sekarang, hanya Pemkab. Bangkalan yang
telah mengajukan izin pelampauan defisit sebesar Rp87,5 M
yang digunakan untuk pembangunan RSUD, Dana Pinjaman
berasal dari Pusat Investasi Pemerintah.
18
KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Porsi Belanja Modal se-Jawa Timur
Tertinggi di Kota Surabaya (29,7%)
Terendah di Prov. Jawa Timur (9,3%)
Porsi Belanja Pegawai se-Jawa Timur
Tertinggi di Kab. Trenggalek (51,0%)
Terendah di Prov. Jawa Timur (24,1%)
Kontribusi PAD se-Jawa Timur
Tertinggi di Kota Surabaya (58,6%)
Terendah di Kab. Sampang (8,2%)
Ketergantungan APBD se-Jawa Timur terhadap
TKDD
Tertinggi di Kab. Bojonegoro (89,7%)
Terendah di Kota Surabaya (27,6%)
65,2%
28,6%
16,1%
37,1%
E-Budgeting
Sebanyak 4 Daerah sudah menerapkan, yaitu Kab. Kediri, Kab.
Gresik, Kota Surabaya dan Kab. Banyuwangi
E-Procurement
Seluruh daerah di Jawa Timur telah menerapkan.
E-Planning
Sebanyak 26 Daerah sudah menerapkan.
PENERAPAN
E-GOVERMENT
MANDATORY SPENDING
1 daerah belum memenuhi (2,56 % dr total pemda)
Kota Mojokerto
Semua daerah telah memenuhi
16 daerah belum memenuhi (41,03% dari total pemda)
1 daerah belum memenuhi (2,56 % dr total pemda)
Kota Batu
PENDIDIKAN
20%
KESEHATAN
10%
INFRASTRUKTUR25%
ALOKASI DANA DESA10%
Kota Mojokerto
Kota Kediri
Kota Blitar
Kota Batu
Kab. Tulungagung
Kab. Situbondo
Kab. Probolinggo
Kab. Pamekasan
Kab. Ngawi
Kab. Nganjuk
Kab. Magetan
Kab. Madiun
Kab. Lumajang
Kab. Jombang
Kab. Bangkalan
Kab. Sumenep
update
Pemda Proporsi PAD terhadap Pendapatan Proporsi TKDD terhadap Pendapatn Proporsi B. Pegawai terhadap Belanja Proporsi B. Modal terhadap BelanjaProv. Jawa Timur 54.01 45.99 24.11 9.25
Kota Surabaya 58.58 27.63 29.14 29.69 Kota Probolinggo 18.33 72.04 41.67 19.09 Kota Pasuruan 15.86 74.61 41.57 25.99 Kota Mojokerto 22.49 69.25 36.82 20.60 Kota Malang 24.76 61.63 48.88 15.22 Kota Madiun 21.66 73.03 45.73 22.49 Kota Kediri 19.98 78.31 47.54 10.38 Kota Blitar 16.06 74.58 35.76 22.90 Kota Batu 15.34 76.30 41.73 12.59 Kab. Tulungagung 14.51 77.53 45.85 14.60 Kab. Tuban 16.59 76.40 41.76 19.73 Kab. Trenggalek 11.31 80.36 51.03 15.42 Kab. Sumenep 10.15 85.83 46.13 13.88 Kab. Situbondo 11.90 88.10 49.29 16.40 Kab. Sidoarjo 35.37 52.69 36.93 19.34 Kab. Sampang 8.22 82.75 36.92 18.61 Kab. Probolinggo 10.24 80.26 41.49 11.39 Kab. Ponorogo 10.46 80.09 44.75 18.89 Kab. Pasuruan 18.08 69.38 36.70 12.52 Kab. Pamekasan 9.49 83.51 42.54 20.01 Kab. Pacitan 9.82 83.14 45.29 16.59 Kab. Ngawi 8.73 84.60 44.82 15.99 Kab. Nganjuk 15.51 83.08 48.16 12.12 Kab. Mojokerto 20.49 71.44 43.17 19.15 Kab. Malang 13.16 74.27 43.59 19.85 Kab. Magetan 9.55 84.54 48.34 12.05 Kab. Madiun 10.37 80.35 42.75 16.40 Kab. Lumajang 12.89 77.51 34.43 15.84 Kab. Lamongan 16.85 73.86 36.42 18.25 Kab. Kediri 16.83 76.95 43.82 19.17 Kab. Jombang 16.38 74.04 46.18 10.48 Kab. Jember 17.31 77.15 43.70 19.12 Kab. Gresik 34.80 65.20 44.58 23.44 Kab. Bondowoso 10.02 83.39 44.08 11.62 Kab. Bojonegoro 10.28 89.72 38.95 21.86 Kab. Blitar 9.79 78.58 44.91 20.01 Kab. Banyuwangi 17.69 72.63 42.63 18.58 Kab. Bangkalan 10.03 80.49 50.36 15.41 Rata-Rata Se-Jatim 28.55 65.24 37.10 16.10
Kota Batu
44,47 20,46 5,71
Kota Blitar
59,05 75,71 10,89
Kab. Pamekasan
32,61 27,63 12,93
Kab. Jombang
70,18 72,90 13,09
Kab. Tulungagung 28,88 21,40 13,17
Kota Mojokerto
17,89 38,38 14,36
Kab. Madiun
32,16 24,25 14,80
Kab. Magetan
34,12 28,73 15,72
Kab. Situbondo
68,35 64,81 18,36
Kab. Bangkalan
58,64 63,84 18,64
Kab. Ngawi
24,98 - 19,31
Kab. Sumenep
56,78 58,45 20,05
Kab. Lumajang
23,55 43,80 20,20
Kab. Nganjuk
74,65 73,85 20,97
Kab. Probolinggo
58,32 54,25 22,20
Kota Kediri
20,35 31,26 22,53
PENDIDIKAN 20%
KESEHATAN 10%
INFRASTRUKTUR 25%
DTU
ALOKASI DANA DESA
10% DTU
1 daerah belum memenuhi (Kota Mojokerto)
16 daerah belum memenuhi
(Kab. Gresik Sudah
Memenuhi)
1 daerah belum memenuhi (Kota Batu)
1 daerah belum memenuhi (Kob. Ngawi)
PEMENUHAN MANDATORY SPENDING TERKAIT LAYANAN PUBLIK
BELUM MAKSIMAL
PENERAPAN E-GOVERNMENT SE-PROV. JATIM
E-Planning diterapkan 26 daerah (Kab. Gresik belum)
E-Budgeting diterapkan 4 daerah (Kab. Gresik belum)
Semua daerah sudah menerapkan E-Procurement
Aplikasi Penatausahaan berbasis Desktop diterapkan 20 daerah, berbasis Web
Kab. Halmahera Selatan
19
STRATEGI BELANJA DAERAH PRO RAKYAT
Pemenuhan Belanja Wajib :
• Pendidikan 20%
• Kesehatan 10%
• Infrastruktur 25% DAU & DBH
• Alokasi Dana Desa 10% DAU &
DBH
Optimalisasi dana idle melalui PERKADA SBM, SBK, dan Satuan Harga
Refocusing perencanaan belanja APBD pada program prioritas dan
ketepatan waktu penetapan APBD yang didukung percepatan pelaksanaan
serta penyerapan agar berdampak ekonomi dan sosial
Perencanaan dan pengawasan keuangan daerah melalui Government:
E-Planning, E-Budgeting, dan E-Procurement, serta peran masyarakat.
FOKUS BELANJA:
• Perluasan kesempatan kerja
• Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat
• Pengentasan kemiskinan
• Pengurangan ketimpangan antar kelompok masyarakat
• Perbaikan dan peningkatan kualitas layanan publik
Stream Lining Belanja Pegawai & Operasional dan memperbesar porsi belanja
produktif, belanja modal untuk infrastruktur publik dibandingkan dengan belanja
pegawai
Penetapan Perda APBD secara tepat waktu
TRANSPARANSI
PARTISIPASI
TERTIB & DISIPLIN
AKUNTABILITAS
VALUE FOR MONEY
utilitas yang diperoleh dari setiap rupiah uang yang
dibelanjakan, baik dengan meminimalkan dana APBD dan
menarik sebanyak mungkin investasi swasta maupun
mengoptimalkan dana APBD secara efektif dan efisien untuk
peningkatan layanan publik, pengentasan kemiskinan, dan
perbaikan kesejahteraan
PRINSIP-PRINSIP APBD BERASASKAN GOOD GOVERNANCE
Pengelolaan keuangan daerah perlu berpedoman pada prinsip-prinsip
good governance
dan
value for money
yang merupakan necessary condition terwujudnya pemerintahan yang bersih (clean government) dan pro rakyat
remake
+
STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
VALUE FOR MONEY: utilitas yang diperoleh dari setiap rupiah uang yang dibelanjakan, baik dengan
meminimalkan
dana APBD dan
menarik sebanyak mungkin investasi swasta
maupun
mengoptimalkan dana APBD secara efektif dan efisien untuk peningkatan layanan
PENUTUP: TINDAK LANJUT
20
Memperbaiki proses perencanaan anggaran dengan melakukan sinkronisasi dan
harmonisasi antar kegiatan, program dan sumber pendanaan secara ketersinambungan.
Melakukan Refocusing anggaran dengan:
Mengurangi anggaran untuk belanja yang tidak produktif dan fokus terhadap belanja
yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik.
Fokus hanya pada 1 atau 2 program prioritas untuk menuntaskan suatu program tertentu
pada suatu tahun anggaran, dan beralih pada prioritas lain pada tahun-tahun berikutnya.
Implementasi e-Government di pemerintah daerah, meliputi E-Planning, E-Budgeting, dan
E-Procurement.
Mempercepat pelaksanaan kegiatan belanja APBD dan penyerapan.
Melakukan standarisasi program dan kegiatan.
Menyusun APBD mengacu pada standar akuntansi pemerintahan.
Memasukkan ketentuan untuk penyusunan perkada tentang standar biaya masukan,
standar biaya keluaran dan standar satuan harga dalam perda APBD.
21 21