• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isesreni *, Aida Minropa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Isesreni *, Aida Minropa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI RW II, RW XIV, DAN RW XXI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NANGGALO PADANG TAHUN 2011 Isesreni *, Aida Minropa

ABSTRAK

Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tingginya kejadian hipertensi lansia di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Penelitian ini menggunakan desain pretest – posttest design yang dilakukan dari tanggal 3 September – 1 Oktober 2012. Pengambilan sampel digunakan teknik total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel yang sudah memenuhi kriteria sampel dengan jumlah 30 responden. Analisis dilakukandengan menggunakan program komputer dengan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian ini tekanan darah lansia hipertensi sebelum dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa (46,7%) memiliki tekanan darah 150 mmHg, dan (3,3%) memiliki tekanan darah 170 mmHg karena disebabkan oleh faktor usia, semakin tua usia seseorang maka resiko terhadap penyakit semakin meningkat pula termasuk penyakit hipertensi. Setelah dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa paling banyak (36,7%) berada pada tekanan darah 140 mmHg, dan paling sedikit (3,3%) memiliki tekanan darah 160 mmHg. Hal ini disebabkan karena responden rutin 3 kali seminggu melakukan senam lansia, selain itu efek dari olahraga senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000 (P<0,05) sehingga Ha diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi setelah dilakukan senam lansia.

Lansia yang mengalami hipertensi diharapkan melakukan latihan senam lansia secara efektif dan teratur serta hal lain yang tercakup dalam penatalaksanaan senam lansia. Dan tidak cepat berpuas diri, walaupun telah terjadi penurunan tekanan darah, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan produktifitas dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci : tekanan darah, lansia, hipertensi

Alamat Korespondensi Isesreni, M.Kep Aida Minropa, SKM

Dosen STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang Telp. 0751 – 442295

(2)

PENDAHULUAN

Menua atau usia lanjut adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan mempertahankan fungsi normal tubuh sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Wahyudi, 2000:12). Menjadi tua adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh kita semua, namun tidak ada pengaruh terhadap penilaian ciri menjadi tua itu dengan kesehatan (Stenley & Beare, 2000:4).

Pertumbuhan penduduk lanjut usia meningkat secara cepat pada tahun 2000 yaitu sekitar 14,4 juta orang. Pada tahun 2005 kondisi komposisi penduduk Indonesia telah berubah yang menjadikan penduduk lansia mencapai 7%. Sedangkan ramalan pihak badan kesehatan dunia WHO penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebabkan jumlah penduduk terbesar di dunia (Subagio, 2008). Menurut Kantor Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (6,22 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Depsos, 2007).

Dengan meningkatnya usia harapan hidup ini maka berdampak terhadap penyakit degeneratif seperti hipertensi. Ini dapat dilihat dari perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia, pada perubahan fisik terjadi perubahan kardiovaskular, akibat perubahan kardiovaskular ini mengakibatkan tekanan darah meningkat atau hipertensi pada lansia (Maryam, 2008:55).

Penyakit darah tinggi atau hipertensi pada lansia adalah penyakit dimana tekanan darah batas atas (systole) lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah bawah (diastole) lebih dari 90 mmHg (Maryam, 2008:192). Banyak orang beranggapan bahwa terdapat banyak keluhan dan tanda-tanda hipertensi, padahal tidak demikian. Hipertensi tidak memiliki keluhan dan tanda yang khas, karena itulah disebut sebagai silent killer. Bahkan fakta membuktikan bahwa satu dari empat penderita tidak mengetahui jika mereka menderita hipertensi. Karena itu penyakit ini cukup mengancam jiwa. (Dewi & Familia, 2010:31).

Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Miruddin, 2006).

Agar aliran darah menjadi lancar, perlu dilakukannya olahraga atau latihan fisik. Salah satu olahraga yang bisa dilakukan lansia adalah senam lansia.

Senam lansia dibuat oleh Mentri Negara Pemuda dan Olahraga merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahya semakin bertambah, sehingga perlu kiranya diberdayakan dan dilaksanakan secara benar, teratur, dan terukur (Menpora, 2000). Pada usia lanjut kekuatan mesin pompa jantung berkurang. Berbagai pembuluh darah penting khusus di jantung dan otak mengalami kekakuan. Dengan latihan fisik atau senam dapat membantu kekuatan pompa jantung agar bertambah, sehingga aliran darah bisa kembali lancar. Jika dilakukan secara teratur akan memberikan dampak yang baik bagi lansia terhadap tekanan darahnya (Maryam, 2008:32).

(3)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang pada januari-oktober 2010, puskesmas Kuranji berada pada urutan pertama jumlah lansia yang mengalami hipertensi yaitu sebanyak 1610 lansia, urutan kedua puskesmas Air Dingin sebanyak 1379 lansia, urutan ketiga puskesmas Belimbing sebanyak 1265 lansia, sedangkan puskesmas Nanggalo berada pada urutan keempat sebanyak 356 lansia, namun pada tiga bulan terakhir (Agustus, September, Oktober), puskesmas Nanggalo ini mengalami peningkatan dibandingkan puskesmas Kuranji, puskesmas Air Dingin, dan puskesmas Belimbing. Pada puskesmas Kuranji bulan agustus sebanyak 146 lansia, September 127 lansia, dan oktober 133 lansia. Pada puskesmas Air Dingin bulan agustus sebanyak 157 lansia, September 143 lansia, oktober 147 lansia. Di puskesmas Belimbing bulan agustus sebanyak 124 lansia, September 124 lansia, oktober 92 lansia. Sedangkan di puskesmas Nanggalo pada bulan agustus sebanyak 70 lansia, September 123 lansia, oktober 163 lansia.

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Nanggalo Padang pada tanggal 19 November 2010, diperoleh jumlah lansia yang mengalami hipertensi pada Januari– Oktober 2010 yaitu wilayah Surau Gadang sebanyak 143 orang (14,3%), untuk wilayah Gurun Lawas sebanyak 80 orang (8%), sedangkan untuk wilyah Kurao Pagang sebanyak 133 orang (13,3%).

Jumlah lansia yang mengalami hipertensi pada Januari–Oktober 2010 banyak terjadi di RW II, RW XIV, dan RW XXI dengan jumlah 49 responden, dan sering dilakukan senam lansia yang dilakukan rutin 3 kali dalam seminggu yaitu pada hari rabu, sabtu, dan minggu.

Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik pada Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012.

METODE PENELITIAN

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 yang berjumlah 30 responden

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 sebanyak 49 responden namun hanya 30 responden yang telah memenuhi kriteria sebagai sampel, yaitu sebagai berikut :

Kriteria inklusi adalah sampel yang layak untuk diteliti, yaitu :

1) Bersedia menjadi responden.

2) Responden berada di tempat pada saat dilakukan penelitian

3) Responden sedang mengalami peningkatan tekanan darah

Teknik pengambilan sampel ini menggunakan Teknik total sampling, lansia hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan senam lansia dan sesudah dilakukan senam lansia.

Responden yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dijadikan sebagai kelompok responden penelitian setelah menyetujui lembar persetujuan (informed concent) yang diajukan peneliti dan dijelaskan maksud dan tujuan dilakukan penelitian tersebut kepada responden. a. Analisis univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia dengan menganalisis nilai-nilai tendensi kontrol (mean,

(4)

median) dan nilai-nilai varian (nilai minimum, maksimum, dan standar deviasi).

b. Analisis bivariat

Analisis yang dikumpulkan berupa nilai tes pertama dan kedua. Tujuan peneliti adalah membandingkan dua nilai dengan melihat apakah ada perbedaan antara kedua nilai tersebut secara signifikan, Analisa ini digunakan untuk membandingkan dua nilai dengan melihat apakah ada perbedaan antara kedua nilai tersebut secara signifikan dengan menggunakan uji t dependen. Sebelum dilakukan uji t dependen, terlebih dahulu harus dilakukan uji normalitas sebaran data. Setelah dilakukan uji normalitas data, didapatkan sebaran data yang tidak normal, hal ini disebabkan oleh terdapatnya data yang ekstrim sehingga sebaran data menjadi bervariasi. Ini terlihat dari nilai p untuk tekanan darah pretest sebesar 0,000 dan tekanan darah postest 0,011, sedangkan data dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Maka sesuai dengan ketentuanya jika sebaran data tidak normal maka data harus menggunakan uji Wilcoxon melalui program komputerisasi. Uji

statistik ini melihat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi pada derajat kemaknaan p=0,05. Apabila p-valeu<0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna atau Ha diterima dan Ho ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Sepember sampai dengan 1 Oktober 2012 pada lansia hipertensi yang berada di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jumlah sampel yaitu sebanyak 30 responden yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu dua orang teman yang telah disamakan persepsi tentang cara mengukur tekanan darah.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi tekanan darah sebelum dilakukan senam lansia dan sesudah dilakukan senam lansia. Sedangkan analisa bivariat untuk melihat pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi.

A. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia.

1. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam Lansia

Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan program

komputerisasi maka didapatkan hasil sebagai berikut :

(5)

Tabel 1 Distribusi Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam Lansia di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011

Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam lansia (mmHg)

F % 140 12 40 150 14 46,7 160 3 10 170 1 3,3 Jumlah 30 100

Dari analisa univariat pada tabel 1 dilihat bahwa dari 30 responden didapatkan responden yang paling banyak berada di tekanan darah 150 mmHg sebanyak 14 responden (46,7%), dan paling sedikit atau hanya ada satu responden (3,3%) yang mengalami takanan darah 170 mmHg sebelum dilakukan senam lansia.

Setelah didapatkan hasil penelitian diatas maka ditemukan nilai tendensi kontrol dari tekanan darah sistolik sebelum dilakukan senam lansia atau tekanan darah pretest yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2 Nilai Tendensi Kontrol dan Nilai Varian Tekanan Darah Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja

Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011 Sebelum Melakukan Senam Lansia

Mean Median Variance Std.deviasi Maximum Minimum

147,67 150 59,885 7,739 140 170

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai minimum yaitu 140 mmHg, nilai maximum 170 mmHg dengan nilai rata-rata 147,67 mmHg.

(6)

Tabel 3 Distribusi Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Setelah Melakukan Senam Lansia di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011

Tekanan Darah Lansia Hipertensi Setelah Melakukan Senam lansia (mmHg)

f % 120 2 6,7 130 7 23,3 140 11 36,7 150 9 30 160 1 3,3 Jumlah 30 100

Dari analisa univariat pada tabel 3 dilihat bahwa dari 30 responden didapatkan responden yang paling banyak berada di tekanan darah 140 mmHg sebanyak 11 responden (36,7%), dan paling sedikit atau hanya ada satu responden (3,3%) yang mengalami takanan darah 160 mmHg setelah dilakukan senam lansia.

Setelah didapatkan hasil penelitian diatas maka ditemukan nilai tendensi kontrol dari tekanan darah sistolik setelah dilakukan senam lansia atau tekanan darah post test yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4 Nilai Tendensi Kontrol dan Nilai Varian Tekanan Darah Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011 Setelah Melakukan Senam Lansia

Mean Median Variance Std.deviasi Maximum Minimum

140 140 95,552 9,826 120 160

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimum yaitu 120 mmHg, nilai maximum 160 mmHg dengan nilai rata-rata 140 mmHg

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dikumpulkan berupa data nilai tes pertama dan kedua. Analisa ini digunakan untuk membandingkan dua nilai dengan melihat apakah ada perbedaan antara kedua nilai tersebut secara signifikan dengan

menggunakan uji t dependen. Sebelum dilakukan uji t dependen, terlebih dahulu harus dilakukan uji normalitas sebaran data. Setelah dilakukan uji normalitas data, didapatkan sebaran data yang tidak normal, hal ini disebabkan terdapat data ekstrim sehingga sebaran data menjadi bervariasi yang terlihat dari nilai p untuk tekanan darah sistolik pretest sebesar 0,000 dan tekanan darah sistolik postest 0,011. Data dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Maka

(7)

sesuai dengan ketentuannya peneliti dalam menganalisa data menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian ini dapat dilihat dari tabel 5.3 yang tergambar dibawah ini :

Tabel 5 Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Setelah Melakukan Senam Lansia di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011

Tekanan Darah Lansia Hipertensi Pretest

Tekanan Darah Lansia Hipertensi Post test mmHg f % mmHg f % 140 12 40 120 2 6,7 150 14 46,7 130 7 23,3 160 3 10 140 11 36,7 170 1 3,3 150 9 30 160 1 3,3 Jumlah 30 100 Jumlah 30 100

Dari analisa bivariat pada tabel 5 dilihat bahwa dari uji Wilcoxon ini didapatkan hasil yaitu dari 30 responden terdapat 19 responden yang tekanan darahnya menurun setelah dilakukan senam lansia, 10 orang yang tidak mengalami perubahan tekanan darah atau tekanan darah setelah dilakukan senam lansia sama dengan tekanan darah sebelum dilakukan

senam lansia, dan terdapat 1 orang yang tekanan darahnya lebih tinggi atau meningkat dari pada sebelum melakukan senam lansia. Pada hasil penelitian ini juga didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah lansia setelah melakukan senam lansia.

PEMBAHASAN

Data yang telah ada diolah dan dilakukan analisis pada masing-masing variabel. Setelah dilakukan analisis univariat dan bivariat dari hasil penelitian maka berikut ini akan dilakukan pembahasan terhadap beberapa variabel penelitian. Adapun hasil pembahasannya adalah sebagai berikut:

A. Analisis Univariat

1. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam Lansia

Hasil penelitian yang dilakukan di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 dapat dilihat bahwa dari 30 responden didapatkan responden yang paling banyak berada di tekanan darah 150 mmHg sebanyak 14 responden (46,7%), dan paling sedikit atau hanya ada satu responden (3,3%) yang mengalami takanan darah 170 mmHg sebelum dilakukan senam lansia.

(8)

Dari nilai tendensi kontrol tekanan darah pretest didapatkan nilai minimum yaitu 140 mmHg, nilai maximum 170 mmHg, dengan nilai rata-rata 147,67 mmHg, dalam hal ini maka ditemukan nilai tertinggi dari tekanan darah yaitu 170 mmHg. Dimana tekanan darah 170 mmHg termasuk hipertensi dengan golongan sedang.

Menurut analisa peneliti tekanan darah 150 mmHg termasuk hipertensi ringan, dan tekanan darah 170 mmHg termasuk hipertensi sedang. Dan hipertensi ringan banyak terjadi karena hal ini disebabkan oleh faktor usia, memiliki riwayat hipertensi, keturunan, jenis kelamin, faktor lingkungan dan faktor kebudayaan. Hal ini disebabkan Semakin tua umur seseorang, maka pengaturan metabolisme zat kapurnya (kalsium) terganggu. Hal ini menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar bersama aliran darah, akibatnya darah menjadi padat dan tekanan darahpun meningkat. Sedangkan yang paling mempengaruhi kejadian hipertensi adalah tekanan darah sistolik karena tekanan darah sistolik merupakan penyebab kematian tertinggi dari pada tekanan darah diastolik. Selain itu pembuluh darah yang bermasalah pada lansia adalah pembuluh darah arteri, maka hanya tekanan darah sistolik yang meningkat tinggi.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Dewi dan Familia yang menjelaskan bahwa tekanan darah sistolik mempunyai angka kematian 2,5 kali lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik. Dimana tekanan darah sistolik adalah tekanan dalam arteri yang terjadi saat dipompanya darah dari jantung ke seluruh tubuh. Jadi, apabila tekanan sistolik tinggi maka akan terjadi gangguan pada aliran darah dan organ-organ vital tubuh. Hal ini menjelaskan bahwa mengapa angka kematian akibat tekanan darah sistolik lebih tinggi dibandingkan akibat dari tingginya tekanan darah diastolik.

Hipertensi selalu dikaitkan dengan tekanan darah. Agar tetap berfungsi, sel-sel tubuh memerlukan darah yang terdiri dari plasma darah (60%) dan sel-sel darah merah

atau eritrosit (40%). Plasma darah berfungsi membawa semua nutrisi dan zat pembangun yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat ini seperti mineral, gula, lemak, vitamin, dan hormon. Semantara itu, sel-sel darah merah mengandung hemoglobin (Hb) yang dapat mengikat oksigen dan merupakan saluran untuk oksigen dan karbondioksida (Dewi, 2010:12).

Setiap saat terjadi pertukaran antara sari makanan dan oksigen yang dibawa dari jantung oleh pembuluh darah arteri dengan karbondioksida dan sisa metabolisme yang dialirkan kembali menuju jantung oleh pembuluh darah vena. Sisa metabolism akan dibuang melalui ginjal saat darah melalui kedua organ ini.

Karbondioksida di dalam sel-sel darah merah akan diteruskan ke paru-paru untuk dilepaskan. Pada saat bersamaan, paru-paru menghirup oksigen baru. Sel-sel darah merah yang kosong setelah melepaskan karbondioksida membawa oksien tersebut ke jantung untuk seterusnya bersama-sama dengan plasma darah disalurkan ke seluruh tubuh oleh pembuluh darah arteri. Tenaga yang ada pada dinding pembuluh darah arteri saat darah dialirkan dinamakan takanan darah. Dengan tekanan darah inilah, darah yang dialirkan dapat berjalan dengan lancar (Dewi, 2010:12).

Pembuluh darah arteri bekerja tanpa henti. Tugasnya adalah memompakan darah ke seluruh tubuh. Jika tak ada gangguan maka porsi tekanan yang dibutuhkan oleh tubuh dengan sendirinya akan sesuai dengan mekanisme tubuh. Namun perlu diingat, tekanan akan meningkat dengan sendirinya bila dirasa ada hambatan. Inilah yang menyebabkan takanan darah menjadi tinggi. Semakin besar hambatan, semakin tinggi tekanan darah (Dewi, 2010:12).

Hipertensi dapat terjadi karena adanya perubahan pada katup mitra dan aorta, katup-katup tersebut mengalami sklerosis dan penebalan. Endokardium menebal dan terjadi sklerosis, miokard menjadi kaku dan lebih lambat dalam pemulihan kontraktilitas dan

(9)

kepekaan, sehingga stres mendadak/lama dan takikardi kurang diperhatikan. Peningkatan frekuensi jantung dalam berespon terhadap stres berkurang dan peningkatan frekuensi jantung lebih lama untuk pengembalian pada kondisi dasar. Untuk mengkompensasi adanya masalah dalam frekuensi jantung, maka isi sekuncup meningkat, sehingga meningkatkan curah jantung yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Seiring dengan terjadinya proses penuaan pada lansia maka terjadi kemunduran secara fisiologis pada lansia ini yang menyebabkan arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku, tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu, darah disetiap denyut jantung dipaksa melewati pembuluh yang sempit dari pada biasanya sehingga menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. 2. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Setelah

Melakukan Senam Lansia

Hasil penelitian yang peneliti lakukan di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011 dilihat bahwa dari 30 responden, didapatkan responden yang paling banyak berada di tekanan darah 140 mmHg sebanyak 11 responden (36,7%), dan paling sedikit atau hanya ada satu responden (3,3%) yang mengalami takanan darah 160 mmHg setelah dilakukan senam lansia.

Dari nilai tendensi kontrol tekanan darah post test didapatkan nilai minimum yaitu 120 mmHg, nilai maximum 160 mmHg, dengan nilai rata-rata 140 mmHg, dalam hal ini maka ditemukan penurunan tekanan darah nilai minimum dari 140 mmHgmenjadi 120 mmHg, nilai maximum dari 170 menjadi 160 mmHg, dan nilai rata-rata dari147,67 mmHg menjadi 140 mmHg. Artinya setelah melakukan senam lansia terjadi penurunan tekanan darah dari nilai tendensi kontrol.

Menurut analisa peneliti setelah melakukan senam lansia terjadi penurunan tekanan darah. Hal ini disebabkan karena responden rutin 3 kali seminggu melakukan senam lansia, selain itu efek dari olahraga seperti senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Setelah melakukan senam akan terjadi penurunan tekanan darah pada lansia. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan katup mitra dan aorta, katup-katup tersebut akan mengalami penipisan dan menjadi kendor dan akan menuju kepada arah normal. Apabila otot jantung relaks setelah dilakukan senam lansia maka stress akan berkurang dan frekuensi jantung akan cepat mengalami pengembalian pada kondisi dasar serta akan didapatkan isi sekuncup tidak lagi meningkat sehingga penurunan curah jantung akan mengakibatkan tekanan darah akan menurun atau kembali normal. Peningkatan Hb saat olahraga akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi oksigen yang akan ditransportasi oleh darah keseluruh tubuh menjadi meningkat dan kembali adekuat. Perubahan-perubahan abnormal pada jantung, pembuluh darah, dan kemampuan memompa dari jantung akan kembali bekerja normal sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

Bagi mereka yang berusia 60 tahun ke atas perlu melaksanakan olahraga secara rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan memelihara serta mempertahankan kesehatan di hari tua. Kurang gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan kualitas fisik yang berdampak seseorang akan lebih sering/mudah terserang penyakit. Untuk itu latihan fisik secara teratur perlu dilaksanakan.

Senam lansia merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat membakar kalori dan dengan mudah dilakukan oleh lansia. Menurut MENPORA senam lansia merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah, sehingga perlu kiranya diberdayakan dan diselenggarakan secara benar, teratur dan terukur.

(10)

Latihan-latihan fisik secara teratur akan cepat memperbaiki tekanan darah penderita hipertensi. Kebanyakan hasil itu akan tampak dalam beberapa minggu setelah latihan dimulai secara teratur. Penurunan tekanan darah akan berlanjut apabila latihan-latihan olahraga terus dilakukan secara teratur selama 3 bulan.

Agar aliran darah menjadi lancar dan angka kesakitan hipertensi lansia juga menurun maka perlu kiranya dilakukan olahraga atau latihan fisik, salah satunya adalah senam lansia. Jika dilihat dari manfaat senam lansia yaitu melancarkan peredaran darah, memberikan rangsangan bagi syaraf-syaraf yang lemah oleh karena itu perlu bagi lansia melakukan senam lansia.

Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian epidemiologi terbukti bahwa ada keterkaitan antara gaya hidup kurang aktif dengan hipertensi. Oleh karena itu, WHO, ACSM, The National Heart Foundation Joint National Committen On Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sangat menganjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik salah satunya dengan senam pada lansia sebagai intervensi pertama dalam upaya pencegahan dan pengobatan hipertensi. Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahrahraga teratur terbukti dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya. Selain itu, olahraga dinilai cukup murah dan efek sampingnya kecil bila dilakukan sesuai aturan.

ACSM pada tahun 2004 menyatakan hubungan antara olahraga atau senam lansia antara lain individu yang kurang aktif mempunyai resiko menderita hipertensi 30-50% lebih besar dari pada individu yang aktif bergerak, sesi olahraga rata-rata menurunkan

tekanan darah 5-7mmHg. Pengaruh penurunan tekanan darah ini dapat berlangsung sampai 22 jam setelah berolahraga. Pengaruh olahraga jangka panjang (4-6 bulan) menurunkan tekanan darah 7,4/5,8mmHg tanpa obat hipertensi (Dalimartha, 2008).

B. Analisis Bivariat

1. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi

Dari analisa data dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan dari 30 responden terdapat 19 responden yang mengalami penurunan tekanan darah setelah dilakukan senam lansia, 10 responden yang tidak mengalami perubahan tekanan darah dan terdapat 1 orang yang tekanan darahnya lebih tinggi dari pada sebelum melakukan senam Lansia. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa terjadi perubahan dari tekanan darah lansia setelah dilakukan senam lansia.

Dari hasil uji statistik didapatkan adanya pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi di RW II, RW XIV dan RW XXI kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang, dimana didapatkan nilai p=0,000 (P<0,05).

Menurut analisa peneliti adanya pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi disebabkan oleh karena senam lansia tersebut dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsi pada sistem organ. Bahkan senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, penyakit arteri koroner.

Menurut peneliti terdapat satu responden yang mengalami peningkatan tekanan darah setelah melakukan senam lansia disebabkan oleh faktor stres yang dialami oleh responden yang menerima telepon dari keluarganya setelah melakukan senam lansia yang mengakibatkan responden menjadi cemas. Hal ini mengakibatkan peningkatan hormon adrenalin yang akan meningkatkan denyut

(11)

jantung dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi.

Analisa ini sesuai dengan teori Dewi dan Familia yang menjelaskan bahwa hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Peningkatan saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu. Jika stes terjadi secara terus menerus, maka akan mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi. Ini disebabkan oleh peningkatan hormon adrenalin akan meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. Pengeluaran hormon ini diatur oleh saraf simpatis. Saraf simpatis ini bekerja keras pada orang yang berada pada kondisi stres. Karena itulah orang yang berada pada kondisi stres, jantungnya berdebar-debar.

Dengan adanya latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus menerus maka katup-katup jantung yang tadinya mengalami sklerosis dan penebalan berangsur kembali pada kondisi dasar atau normal, miokard tidak terjadi kekakuan lagi, adanya kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan curah jantung tidak lagi mengalami peningkatan. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah tidak lagi meningkat atau mengalami penurunan tekanan darah (Maryam, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Margiyati (2010) menunjukkan 91,67% responden mengalami penurunan rata-rata tekanan darah sistolik 10,69 mmHg dan diastolik 6,11 mmHg. Sebanyak 50% responden dengan hipertensi derajat 1 turun menjadi 41,67% sesudah perlakuan. Berdasarkan uji Paired Sampel T-test diperoleh hasil 0.000 untuk nilai sistolik dan 0.001 untuk nilai diastolik, keduanya lebih kecil dari p value 0.05 sehingga disimpulkan terdapat pengaruh pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang dapat ditarik kesimpulan :

1. Tekanan darah lansia hipertensi di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 sebelum dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa (46,7%) memiliki tekanan darah 150 mmHg, dan (3,3%) memiliki tekanan darah 170 mmHg karena disebabkan oleh faktor usia, semakin tua usia seseorang maka resiko terhadap penyakit semakin meningkat pula termasuk penyakit hipertensi.

2. Tekanan darah lansia hipertensi di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 setelah dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa paling banyak (36,7%) berada pada tekanan darah 140 mmHg, dan paling sedikit (3,3%) memiliki tekanan darah 160 mmHg karena Hal ini disebabkan karena responden rutin 3 kali seminggu melakukan senam lansia, selain itu efek dari olahraga senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

3. Ada Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 dengan nilai p=0,000, karena Dengan adanya latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus menerus maka katup-katup jantung yang tadinya mengalami sklerosis dan penebalan berangsur kembali pada kondisi dasar atau normal, miokard tidak terjadi kekakuan lagi, adanya kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan curah jantung tidak lagi mengalami peningkatan. Hal ini akan mengakibatkan

(12)

tekanan darah tidak lagi meningkat atau mengalami penurunan tekanan darah. Saran yang dapat diberikan adalah: 1. Bagi Lansia

Diharapkan lansia yang mengalami hipertensi melakukan latihan senam lansia secara efektif dan teratur serta hal lain yang tercakup dalam penatalaksanaan senam lansia. Selain itu juga diharapkan tidak cepat berpuas diri, walaupun telah terjadi penurunan tekanan darah, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan produktifitas dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan kepada Kepala Puskesmas Nanggalo Padang untuk dapat berkoordinasi dengan pemegang program lansia untuk dapat meningkatkan penyuluhan secara merata dan menyeluruh tentang pencegahan dan penanggulangan hipertensi pada lansia dan mengaktifkan kembali pelaksanaan senam lansia di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis banyak mendapatkan masukan, bantuan, dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagia pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penuh penghargaan penulis mengucapkan terima kasih banyak yang tak terhingga kepada:

1. DIPA DP2M Kemenrian Pendidikan dan KebudayaanTahun 2012 selaku pemberi dana dalam penelitian ini.

2. Drg. Darius selaku pimpinan Puskesmas Nanggalo Padang beserta staf.

3. Instruktur senam tempat peneliti melakukan Penelitian di Kelurahan Surau Gadang.

4. H. Muslim, SKM, selaku Ketua Yayasan STIKes MERCUBAKTI JAYA Padang. 5. Hj. Elmiyasna K,SKp.MM, selaku Ketua

STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. 6. Ns.Nova Fidalni, S.Kep. M. Biomed

selaku Ketua penelitian dan

pengembangan STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

7. Pihak – pihak lain yang turut membantu terujudnya penelisan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, dengan kesungguhan dan kerja keras penulis berupaya memberikan hasil yang semaksimal mungkin demi tercapainya kesempurnaan. Tanggapan, kritikan dan saran akan sangat berarti bagi penulis dan mencapai kesempurnaan skripsi ini. Dan dengan segala kerendahan hati, penulis harapkan semoga bermanfaat bagi semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Dalimartha, Setiawan dkk. 2008. Care Your Self

Hipertensi. Jakarta : Penebar plus.

Dewi dan Familia, 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi. Jogjakarta : A+ plus Books. Hidayat, aziz alimul. Uliyah,musrufatul. 2004.

Kebutuhan dasar manusia. Jakarta : EGC. Maryam, Siti R dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut

Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik

(13)

Stanley dan Baere. 2008. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.

Suroto. 2004. Pengertian Senam, Manfaat Senam, dan Urutan Gerakan.

Pedoman Penyusunan Skripsi Program Studi S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA. 2010. Padang.

Depsos. 2007. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya. Jakarta : http://www.depsos.go.id diakses 17 oktober 2010. 21.00.

Powel. 2000. Latihan Fisik Lansia. Jakarta.

http://Indonesia Nursing.com/p=19.diakses

17 Oktober 2010. 21.00

Sumsardjuno. 1998. Aktivitas Olahraga Pada Lansia. Jakarta : http://indonesia nursing.com/p=19. diakses 17 Oktober 2010. 21.00

Subagio. 2008. Melangit di Langit Perempuan.

Jakarta: http://langit

perempuan.com/2008/09/

antisipasi_ledakan_penduduk_lansia_di Indonesia/ diakses 14 Oktober 2010. 20.00 Margiyati. 2010. Pengaruh senam lansia terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di posyandu lansia ngudi waras, dusun kemloko, desa bergas kidul semarang:

http://eprints.undip.ac.id/16652/ diakses 9 agustus 2011.R11.00

Gambar

Tabel 1  Distribusi Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam Lansia di RW  II,  RW  XIV,  dan  RW  XXI  Kelurahan  Surau  Gadang  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Nanggalo  Padang Tahun 2011
Tabel 4   Nilai Tendensi Kontrol dan Nilai Varian Tekanan Darah Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV,  dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun  2011 Setelah Melakukan Senam Lansia
Tabel 5 Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia                 Hipertensi Setelah Melakukan Senam Lansia di RW II, RW XIV, dan RW                         XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3.11 Tabel Perbandingan Haqi Bag Collection dengan Para Pesaingnya Berdasarkan Teknologi yang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerja yang lebih baik antara komunikasi antar pribadi guru dan motivasi kerja guru di SMUK BPK PENABUR Jakarta,

Perencanaan Teknis Lanjutan Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri Klas IA Kupang Sesuai Prototype Tahap III (

1. Teori Pengondisian Klasik. Dikemukakan oleh Paplov. Hasil percobaanya terhadap anjing mengenai keterkaitan antara stimulus dan respon menunjukkan bahwa stimulus yang

Kajian Efetivitas Penggunaan Pirasetam dan Sitikolin Pada Pasien Stroke dengan Menggunakan The National Institue of Health Stroke Scale (NIHSS) di Bangsal Rawat Inap RS

361 Tahun 2016 tentang Juknis BOS pada Madrasah yang isinya antara lain; Satuan pendidikan harus memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah yang disusun 4 tahunan;

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir diatas, hipotesis tindakan kelas yang diajukan dalam penelitian ini yaitu jika pembelajaran menarasikan hasil

Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan dari kegiatan – kegiatan seperti menjangkau, merenggut, menggenggam, merangkak dan berjalan.berpindah. Pada usia 3 tahun