• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN VOL. XIV NO. 3, DESEMBER 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN VOL. XIV NO. 3, DESEMBER 2016"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

 PENGARUH PENGOBATAN ALTERNATIF SEBAGAI FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENANGANAN MEDIS PENDERITA KANKER PAYUDARA DI PUSKESMAS LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS

Mambodiyanto, Prima Maharani

 PENGARUH USIA MENARCHE TERHADAP TERJADINYA DISMINORE PRIMER PADA SISWI MTS MAARIF NU AL HIDAYAH BANYUMAS

Retno Soesilowati, Yunia Annisa

 PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP FREKUENSI TERJADINYA PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KEDUNG BANTENG BANYUMAS

Reni Riyanto, Anis Kusumawati

 PENGARUH OBESITAS TERHADAP DISFUNGSI SEKSUAL WANITA DI KECAMATAN PATIKRAJA BANYUMAS

Susiyadi, Siti Rokhayah

 IDENTIFIKASI KESALAHAN PENYAJIAN DATA PADA PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA

Ragil Setiyabudi, Yuliarti

 HUBUNGAN ANTARA BAYI BERAT LAHIR RENDAH TERHADAP TERJADIYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD CILACAP

Siti Rokhayah, Dwi Ratnasari

 PERBANDINGAN ANTARA PENDERITA TUBERKULOSIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK BERDASARKAN BASIL TAHAN ASAM (BTA) DI RSUD BANYUMAS

Ageng Brahmadhi, Yunia Annisa

 EFEKTIFITAS MINYAK JINTEN HITAM (NIGELLA SATIVA) DAN JELLY GAMAT EMAS (GOLDEN STICHOPUS VARIEGATUS) PADA PERAWATAN LUKA KANKER DI RSUD MARGONO PURWOKERTO

Mustiah Yulistiani, Dedy Purwito

Penerbit :

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN

VOL. XIV NO. 3, DESEMBER 2016

(2)

JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN

VOL. XIV NO. 3, DESEMBER 2016

Daftar Isi

ARTIKEL PENELITIAN

1. PENGARUH PENGOBATAN ALTERNATIF SEBAGAI FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENANGANAN MEDIS PENDERITA KANKER PAYUDARA DI PUSKESMAS LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS

1 – 7 Mambodiyanto, Prima Maharani

2. PENGARUH USIA MENARCHE TERHADAP TERJADINYA DISMINORE

PRIMER PADA SISWI MTS MAARIF NU AL HIDAYAH BANYUMAS 8 – 14 Retno Soesilowati, Yunia Annisa

3. PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP FREKUENSI TERJADINYA PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KEDUNG BANTENG BANYUMAS

15 – 23 Reni Riyanto, Anis Kusumawati

4. PENGARUH OBESITAS TERHADAP DISFUNGSI SEKSUAL WANITA DI

KECAMATAN PATIKRAJA BANYUMAS 24 – 29

Susiyadi, Siti Rokhayah

5. IDENTIFIKASI KESALAHAN PENYAJIAN DATA PADA PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA

30 – 36 Ragil Setiyabudi, Yuliarti

6. HUBUNGAN ANTARA BAYI BERAT LAHIR RENDAH TERHADAP

TERJADIYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD CILACAP 37 – 44

Siti Rokhayah, Dwi Ratnasari

7. PERBANDINGAN ANTARA PENDERITA TUBERKULOSIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK BERDASARKAN BASIL TAHAN ASAM (BTA) DI RSUD BANYUMAS

45 – 55 Ageng Brahmadhi, Yunia Annisa

8. EFEKTIFITAS MINYAK JINTEN HITAM (NIGELLA SATIVA) DAN JELLY GAMAT EMAS (GOLDEN STICHOPUS VARIEGATUS) PADA PERAWATAN LUKA KANKER DI RSUD MARGONO PURWOKERTO

56 – 64 Mustiah Yulistiani, Dedy Purwito

(3)

MEDISAINS

JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN ISSN : 1693-7309 Pelindung: Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Penasehat:

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Pemimpin Umum: Dedy Purwito Pemimpin Redaksi: Ragil Setiyabudi Redaktur Pelaksana:

Sodikin, Siti Nurjanah, Agus S, Jebul Suroso, Diyah YH,

Endiyono, Wilis DP.

Sekretariat:

Meida Laely Ramdani Inggar Ratna Kusuma

Keuangan:

Alfi Noviyana

Periklanan dan Promosi:

Bunyamin Muchtasjar

Distribusi dan Pemasaran:

Devita Elsanti Rr. Dewi Rahmawati AP

Alamat Redaksi:

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto

Jl. Let. Jend. Suparjo Rustam KM. 7 Sokaraja 53181 Telp. 0281-6844052, 6844053

Fax.(0281) 6844052

Web & E-mail:

http://jurnalnasional.ump.ac.id/ index.php/medisains medisainsfikesump@yahoo.com

Editorial

Alhamdulillah dengan mengucap syukur kepada Allah SWT Jurnal Medisains Vol 14, No 3, Desember 2016 dapat terbit. Pada terbitan ini kami mempublikasikan judul dan penulis sebagai berikut; Pengaruh Pengobatan Alternatif sebagai Faktor Penyebab Keterlambatan Penanganan Medis Penderita Kanker Payudara di Puskesmas Lumbir Kabupaten Banyumas (Mambodiyanto, Prima Maharani), Pengaruh Usia Menarche terhadap Terjadinya Disminore Primer pada Siswi MTS Maarif NU Al Hidayah Banyumas (Retno Soesilowati, Yunia Annisa), Pengaruh Asap Rokok Terhadap Frekuensi Terjadinya Penyakit ISPA pada Balita di Puskesmas Kedung Banteng Banyumas (Reni Riyanto, Anis Kusumawati), Pengaruh Obesitas terhadap Disfungsi Seksual Wanita di Kecamatan Patikraja Banyumas (Susiyadi, Siti Rokhayah), Identifikasi Kesalahan Penyajian Data pada Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia (Ragil Setiyabudi, Yuliarti), Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah Terhadap Terjadiya Sepsis Neonatorum di Rsud Cilacap (Siti Rokhayah, Dwi Ratnasari), Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas (Ageng Brahmadhi, Yunia Annisa), Efektifitas Minyak Jinten Hitam

(Nigella Sativa) dan Jelly Gamat Emas (Golden Stichopus Variegatus) pada Perawatan Luka Kanker Di Rsud

Margono Purwokerto (Mustiah Yulistiani, Dedy Purwito) Redaksi

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan diterbitkan tiga kali dalam setahun (April, Agustus dan Desember) oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jurnal ini merupakan sarana penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, riset dan pengabdian masyarakat serta pemikiran ilmiah dalam bidang kedokteran, keperawatan, kebidanan, analis kesehatan dan kesehatan masyarakat.

(4)

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016| Halaman 37

HUBUNGAN ANTARA BAYI BERAT LAHIR RENDAH TERHADAP TERJADIYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD CILACAP

Siti Rokhayah 1, Dwi Ratnasari, 1

1Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRAK

Latar Belakang: Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada neonatus yang terjadi selama bulan pertama kehidupan. World Health Organization (WHO) memperkirakan 1 juta kematian per tahun (10% dari jumlah kematian berusia dibawah lima tahun) karena sepsis neonatal. Di negara berkembang, kematian neonatus dari seluruh penyebab sepsis kira-kira 34/1000 kelahiran dan di negara maju, hanya sekitar 5/1000 kelahiran. Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan sepsis diantaranya adalah bayi berat lahir rendah (BBLR).

Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berat bayi lahir rendah dengan kejadian sepsis neonatorum di RSUD Cilacap.

Metode Penelitian: Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh bayi lahir di RSUD Cilacap. Di dapatkan 350 responden. Penelitian ini menggunakan design penelitian yang bersifat

observational analitik. Penelitian ini di lakukan di RSUD Cilacap dengan menggunakan data

rekam medik pasien. Penelitian ini di laksanakan dari bulan Januari 2015 – Mei 2015

Hasil Penelitian: Hasil penelitian dengan menggunakan Chi Square dengan derajat bebas =1 dan taraf signifikansi = 5% di peroleh nilai X2 = 5,089 lebih besar dari nilai X2 tabel = 3, 860. Dan

dari perhitungan uji korelasi dengan Koefisien Kontingensi didapatkan C = 0,01 yang berarti antara bayi berat lahir rendah dengan sepsis neonatorum mempunyai hubungan yang kurang erat. kejadian BBLR yang disertai dengan SEPSIS 7.14%. kejadian BBLR yang tidak disertai SEPSIS dibandingkan semua kelahiran adalah sebesar 28,86% kejadian. Menurut hasil tersebut BBLR yang tidak disertai SEPSIS 4 kali lebih besar daripada kejadian BBLR yang disertai SEPSIS.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang kurang bermakna antara berat bayi lahir rendah dengan sepsis neonatorum.

Kata Kunci: Berat bayi lahir rendah, sepsis neonatorum

PENDAHULUAN

Sepsis neonatorum merupakan sindrom klinis bakteremia yang ditandai dengan gejala dan tanda sistemik terutama pada bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatorum dibedakan menjadi dua jenis yaitu Sepsis Awitan Dini (SAD) timbul dalam 72 jam pertama kehidupan dan Sepsis

Awitan Lambat (SAL) yang timbul setelah 72

jam kehidupan(Jain, 2003).

Sepsis neonatorum sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang pelayanan dan perawatan neonatus. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta

kematian neonatus setiap tahun dengan

angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup.

Dalam laporan WHO yang dikutip dari

State of the world’s mother 2007 (data tahun

2000- 2003) dikemukakan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh penyakit infeksi, diantaranya: sepsis; pneumonia; tetanus; dan diare. Sedangkan 23% kasus disebabkan oleh asfiksia, 7% kasus disebabkan oleh kelainan bawaan, 27% kasus disebabkan oleh bayi kurang bulan

(5)

S Rokhayah│Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah Terhadap Terjadiya Sepsis Neonatorum di RSUD Cilacap

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016| Halaman 38

dan berat badan lahir rendah, serta 7% kasus oleh sebab lain (Depkes RI, 2007).

Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat < 1500 gram. Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan sepsis diantaranya adalah berat badan lahir (Pusponegoro, 2000).

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan Bayi Baru Lahir (BBL). Rata-rata berat badan normal (usia gestasi 37s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Secara umum, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) lebih besar resikonya untuk mengalami masalah atau komplikasi pada saat lahir (Damanik, 2010). BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir rendah adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.

WHO sejak tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat lahir rendah). Menurut WHO BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (WHO, 2015). Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Secara statistik, angka kesakitan dan kematian pada nenonatus di negara berkembang adalah tinggi, dengan penyebab utama adalah berkaitan dengan BBLR (Puspitasari, 2011).

METODE

Penelitian ini menggunakan design penelitian yang bersifat observational analitik. Pengambilan sampel dengan menggunakan simple random sampling yang di lakukan di RSUD Cilacap dengan menggunakan data rekam medik pasien. Penelitian ini di laksanakan dari bulan Januari 2015 – Mei 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bayi lahir di RSUD Cilacap. Di dapatkan 350 sampel dalam penelitian ini.

Populasi dalam penelitian ini di bagi 2 yaitu populasi mum yaitu seluruh bayi lahir di RSUD Cilacap dan populasi aktual yaitu semua bayi lahir di RSUD Cilacap yang masuk dalam kriteria inklusi (seluruh bayi lahir di RSUD Cilacap dengan berat lahir < 2.500 gram dan >2.500 gram) dan kriteria ekslusinya adalah kelahiran dengan riwayat ketuban pecah dini, penyakit imunologi pada ibu, penyakit-penyakit ibu yang mempengaruhi berat lahir bayi, kelahiran dengan riwayat Chorioamnionitis.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan : Data Rekam Medik Pasien RSUD Cilacap. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis menggunakan uji Chi Square dan uji

Koefisien Kontingensi yang diolah menggunakan program SPSS for Windows. Variabel dalam penelitian ini terdiri

dari variabel bebas: Berat bayi lahir rendah dan variabel tergantung : sepsis neonatorum.

HASIL

(6)

S Rokhayah│Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah Terhadap Terjadiya Sepsis Neonatorum di RSUD Cilacap

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016| Halaman 39

lahir rendah terhadap terjadinya sepsis neonatorium di RSUD Cilacap periode Januari 2015 sampai dengan Mei 2015 di

dapatkan sampel sejumlah 350 orang. Penjabaran hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Distribusi Berat Bayi lahir Rendah Tabel.1 Distribusi Bayi lahir Rendah

BBLR Kelahiran Prosentase (%)

BBLR (+) 45 12.85

BBLR (-) 305 87.14

Total 350 100

Berdasarkan tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa distribusi berat bayi lahir rendah BBLR (+) memiliki persentase 12.85% atau sebanyak 45 kelahiran,

sedangkan BBLR (-) memiliki persesntase 87.14% atau sebanyak 305 kelahiran.

Gambar 1. Diagram Batang Berdasarkan Distribusi Berat Bayi Lahir Rendah 2. Distribusi Hasil Berdasarkan Sepsis Neonatorum

Tabel.2 Distribusi Hasil Berdasarkan Sepsis Neonatorum

SEPSIS Kelahiran Prosentase (%)

SEPSIS (+) 60 17.14

SEPSIS (-) 290 82.86

TOTAL 350

100

Berdasarkan Tabel 2 di atas berdasarkan sebaran hasil Sepsis Neonatorum memiliki persentase 17.14% atau sebanyak 60 kelahiran untuk

SEPSIS (+), sedangkan 82.16% atau sebanyak 290 kelahiran untuk SEPSIS (-) BBLR (+) BBLR (-) TOTAL 45 305 350 12,85% 87,14% 100%

KELAHIRAN

Kelahiran Persentase (%)

(7)

S Rokhayah│Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah Terhadap Terjadiya Sepsis Neonatorum di RSUD Cilacap

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016| Halaman 40

Gambar 2. Diagram batang berdasarkan Sepsis Neonatorum 3. Distribusi Berdasarkan Usia Ibu

Tabel.3 Distribusi berdasarkan Usia Ibu

USIA IBU (Tahun) Jumlah Persentase (%)

< 20 20 5.71

20 – 30 270 77.15

>30 60 17.14

TOTAL 350 100

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa distribusi berdasarkan usia ibu < 20 tahun memiliki persentase 5.71% atau sebanyak 20 responden, pada usia 20-30 tahun

memiliki persentase 77,15% atau sebanyak 270 responden dan pada usia >30 tahun memiliki persentase 17.14% atau sebanyak 60 responden.

Gambar 1.3. Diagram Batang Distribusi Berdasarkan Usia ibu SEPSIS (+) SEPSIS (-) TOTAL

60 290 350 17,14% 82,86% 100%

KELAHIRAN

Kelahiran Persentase (%) < 20 20 – 30 > 30 TOTAL 20 270 60 350 5,71% 77,15% 17,14% 100

JUMLAH

Jumlah Persentase (%)

(8)

S Rokhayah│Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah Terhadap Terjadiya Sepsis Neonatorum di RSUD Cilacap

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016| Halaman 41

4. Distribusi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

Tabel 4. Distribusi Berdasarkan Tingkat pendidikan Ibu

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 37 10.57

SMP 145 41.43

SMA 111 31.71

Perguruan Tinggi 57 16.29

TOTAL 350 100

Berdasarkan Tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa distribusi berdasarkan tingkat pendidikan ibu paling banyak pada tingkat pendidikan SMP dengan persentase 41.43% atau sebanyak 145 responden, kemudian di ikuti oleh pendidikan SMA dengan persentase

31.71% atau sebanyak 111 responden, lalu tingkat pendidikan Perguruan Tinggi engan persentase 16.29% atau sebanyak 57 responden dan terakhir tingkat pendidikan SD dengan persentase 10.57% atau sebanyak 37 responden.

Gambar 4. Diagram batang Distribusi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ibu

5. Distribusi berdasarkan Berat Bayi Lahir Rendah Dengan Kejadian Sepsis Neonatorum Tabel 5. Distribusi berdasarkan Berat Bayi Lahir Rendah dengan Kejadian Sepsis Neonatorum

SEPSIS SEPSIS (+) SEPSIS (-) TOTAL Persentase (%) BBLR BBLR (+) 25 101 126 36% BBLR (-) 65 159 224 64% TOTAL 90 260 350 100% SD SMP SMA Perguruan Tinggi TOTAL 37 145 111 57 350 10,57% 41,43% 31,71% 16,29% 100%

JUMLAH

Jumlah Persentase (%)

(9)

S Rokhayah│Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah Terhadap Terjadiya Sepsis Neonatorum di RSUD Cilacap

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016| Halaman 42

Gambar 5. Diagram Batang Distribusi BBLR dengan SEPSIS

Dari hasil penelitian dengan menggunakan

Chi Square dengan derajat bebas =1 dan

taraf signifikansi = 5% di peroleh nilai X2 =

5,089 lebih besar dari nilai X2 tabel = 3, 860.

Dengan demikian Ho ditolak dan HI diterima, yang berarti ada hubungan antara bayi berat lahir rendah dengan sepsis neonatorum. Dan dari perhitungan uji korelasi dengan Koefisien Kontingensi didapatkan C = 0,01 yang berarti antara bayi berat lahir rendah dengan sepsis neonatorum mempunyai hubungan yang kurang erat.

PEMBAHASAN

Dari Tabel 1. dapat diketahui bahwa distribusi berat bayi lahir rendah BBLR (+) memiliki persentase 12.85% atau sebanyak 45 kelahiran, sedangkan BBLR (-) memiliki persesntase 87.14% atau sebanyak 305 kelahiran. Hasil ini menunjukkan bawa BBLR (-) memiliki resiko tinggi dengan berat <2.500gram di RSUD Cilacap. Angka yang cukup tinggi karena hamper seluruh dari total BBLR yang ada. BBLR dengan Berat <2.500 gram cenderung mudah mengalami komplikasi seperti hipotermi, pemberian

minum, gangguan nafas juga infeksi (Kemenkes RI, 2011). Hal ini juga sesuai dengan terori yang menyatakan bahwa semakin kecil berat bayi lahir rendah semakin tinggi kemungkinan memiliki komplikasi dan akan semakin buruk prognosisnya (Mochtar, 1989).

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa sebaran hasil Sepsis Neonatorum memiliki persentase 17.14% atau sebanyak 60 kelahiran untuk SEPSIS (+), sedangkan 82.16% atau sebanyak 290 kelahiran untuk SEPSIS (-). Hal ini menunjukkan bahwa SEPSIS (-) memiliki resiko tinggi karena hamper dari seluruh total responden. Tanda dan gejala dari sepsis neonatorum berupa tanda dan gejala umum seperti hipertermia atau hipotermi bahkan normal, aktivitas lemah atau tidak tampak sakit, berat badan menurun tiba-tiba, terdapatnya tanda dan gejala gangguan saluran pernapasan seperti dispnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot pernapasan, merintih, mengorok, dan pernapasan cuping hidung Neonatus memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria risiko mayor atau satu kriteria risiko 25 101 126 36% 65 159 224 64% 90 260 350 100% SEPSIS (+) SEPSIS (-) TOTAL Persentase (%)

BBLR DENGAN SEPSIS

BBLR BBLR (+) BBLR (-) TOTAL

(10)

S Rokhayah│Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah Terhadap Terjadiya Sepsis Neonatorum di RSUD Cilacap

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016| Halaman 43

mayor ditambah dua kriteria minor. Bayi didiagnosis sepsis berdasarkan adanya gejala klinik seperti letargi, reflek hisap menurun, merintih, iritabel, kejang, terdapat gangguan kardiovaskuler, gangguan hematolitik, gangguan gastrointestinal, gangguan respirasi waktu pengosongan lambung memanjang dan pemeriksaan laboratorium seperti CRP>10mg/L, IT ratio≥0,25, leukosit <5000/µL atau >30.000/ µL dengan atau tanpa biakan darah positip (Wilar, 2010).

Berdasarkan distribusi usia ibu < 20 tahun memiliki persentase 5.71% atau sebanyak 20 responden, pada usia 20-30 tahun memiliki persentase 77,15% atau sebanyak 270 responden dan pada usia >30 tahun memiliki persentase 17.14% atau sebanyak 60 responden. hasil ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa usia yang aman untuk hamil sebaiknya 20- 35 tahun karena mulai umur 20 tahun Rahim dan bagian tubuh lainnya sudah benar benar siap untuk menerima kehamilan.dan wanita tersebut biasnya sudah siap untuk menjadi ibu (Depkes RI, 2007). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang terdahulu yang menyatakan bahwa kehamilan <20 dan >30 tahun beresiko 2,91 kali melahirkan BBLR (Wiharjo, 2009).

Tabel 1.4. menunjukkan distribusi data responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu dimana yang paling banyak yaitu pada tingkat pendidikan SMP dengan persentase 41.43% atau sebanyak 145 responden, kemudian di ikuti oleh pendidikan SMA dengan persentase 31.71% atau sebanyak

111 responden, lalu tingkat pendidikan Perguruan Tinggi engan persentase 16.29% atau sebanyak 57 responden dan terakhir tingkat pendidikan SD dengan persentase 10.57% atau sebanyak 37 responden. hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu paling tinggi pada penelitian ini adalah SMP.

Berdasarkan distribusi berat bayi lahir rendah (BBLR) dengan sepsis neonatorum yaitu, kejadian BBLR yang disertai dengan SEPSIS dari semua kelahiran adalah 7.14% atau sebanyak 25. kejadian BBLR yang tidak disertai SEPSIS dibandingkan semua kelahiran adalah sebesar 28,86% atau sebanyak 101 kejadian. Menurut hasil tersebut BBLR yang tidak disertai SEPSIS 4 kali lebih besar daripada kejadian BBLR yang disertai SEPSIS. Dapat dijelaskan bawa pada bayi yang lahir dengan BBLR lebih rawan terkena infeksi pada masa neonatal, sedangkan infeksi sendiri merupakan salah satu penyebab dari sepsis neonatorum.

KESIMPULAN DAN SARAN

Terdapat hubungan yang kurang bermakna antara bayi berat lahir rendah dengan sepsis neonatorum. Yang berarti bahwa bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah belum tentu terjadi sepsis neonatorum.

DAFTAR PUSTAKA

Jain NK, Jain VM, Maheshwari S. 2003.

Clinical profile of neonatal sepsis.

Kathmandu Univ Med J.

(11)

S Rokhayah│Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah Terhadap Terjadiya Sepsis Neonatorum di RSUD Cilacap

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016| Halaman 44

RI. 2007. Penatalaksanaan Sepsis

Neonatorum.

Pusponegoro TS. 2000. Sepsis pada

neonatus. Sari Pediatri.

Damanik, S.M. 2010. Klasifikasi Bayi

Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi.

Dalam: Kosim MS, et al. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

World Health Organization. 2010. World

Health Statistic indicator. Geneva,

Switzerland:

http://www.who.int/whosis/indicators/ di unggah pada 10 April 2015.

Puspitasari. 2011. Hubungan antara Ibu

yang Hamil Dis Usia Muda dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta RISKESDAS. 2013. Badan penelitian dan

pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan RI;

SDKI. 2012. Laporan Pendahuluan SDKI

2012. Tersedia dalam http://sdki.go.id/

di unggah pada 15 April 2015.

Depkes RI. 2008. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan metode Kanguru. Jakarta: Depkes RI

Dinas Kesehatan Provinsi Jawah Tengah. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah. Semarang

Junara, P. 2015. Insiden dan Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Sepsis Neonatus di RSUP Sanglah Denpasar.

http://saripediatri.idai.or.id di unggah pada 20 Maret 2015.

Leal, A.Y., dkk. 2015. Risk Factor and

prognosis for neonatal sepsis in shoutheastern Mexico: analysis of a

four-year historic cohort follow-up. http://www.biomedcentral.com/ diunggah pada 15 Maret 2015.

Simbolon, D. 2008. “Risk Factors of sepsis

neonatorum at district hospital in curup rejang lebong Indonesia Journal of Troupical and Infectious Disease(tesis). Rejang Lebong: Universitas Sumatea Utara.

Kemenkes RI. 2011. Modul manajemen Bayi

Berat lahir Rendah (BBLR) untuk Bidan di Desa. Jakarta.

Mochtar, R. 1989. Sinopsis Obstetri:

Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi.

Jakarta: EGC.

Wilar R, Ellen K, Diana YS, dkk. 2010.

Faktor Resiko Sepsis Awitan Dini.

Dalam : Sari Pediatri. Manado : IKA FK Universitas Sam Ratulagi.

Deprtemen Kesehatan Republik Indonesia RI. 2007. Penatalaksanaan Sepsis

Neonatorum. DepKes RI

Wiharjo,S.H. 2010. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Bayi BBLR di RSUD Cibinong tahun 2009. Skripsi.

Gambar

Gambar 1. Diagram Batang Berdasarkan Distribusi Berat Bayi Lahir Rendah  2.  Distribusi Hasil Berdasarkan Sepsis Neonatorum
Gambar 1.3. Diagram Batang Distribusi Berdasarkan Usia ibu
Tabel 4. Distribusi Berdasarkan Tingkat pendidikan Ibu

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pasien (usia, jenis kelamin dan stadium serta persentase tingkat kejadian penyakit), dan profil penggunaan obat

Pasien hemodialisis merupakan pasien tetap sehingga diharapkan dalam rentang waktu satu minggu telah mencakup seluruh pasien PGK yang menjalani hemodialisis serta

Penelitian kuantitatif dengan judul Pengaruh Kepercayaan Pelanggan terhadap Keputusan Pelanggan di Yayasan Nurul Hayat Surabaya ini menggunakan bentuk jenis penelitian

Salah satu proses yang terdapat pada domain DSS adalah DSS05 (Manage Security Services), yang merupakan proses yang berfokus pada upaya melindungi informasi organisasi untuk

Setiap pengemudi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga), 4 (empat), 6 (enam) baik yang kendaraannya dipergunakan untuk menganggkut para peziarah Sendangsono,

Dari hasil perhitungan pengaruh antara suku bunga SBI dan kurs Dollar secara simultan terhadap harga saham dapat dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan karena

limited dan sebagian yang lain merupakan power limited. Kondisi paling baik adalah jika prosentase pemakaian power sama dengan prosentase pemakaian bandwidth. Dengan

yang diharapkan adalah ntuk baut yang akan digunakan. Untuk dapat menganalisa cost issue dapat.. 36 dilihat terlebih dahulu data perbandingan antara inhouse, outhouse, dan