• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

Penulisan pengantar tugas akhir ini pada bab II akan memaparkan mengenai landasan teori yang berisi mengenai pemaparan judul karya, keadaan sosial budaya masyarakat dan juga mengenai seniman yang menjadi referensi saya dalam berkarya.

2.1 Pemaparan Judul

“HAPPY LITTLE THINGS OF LIFE” adalah judul karya tugas akhir yang saya pilih. Berdasarkan literatur yang saya peroleh, dapat dijelaskan bahwa kata happy memiliki arti:

1. feeling pleasure: feeling or showing pleasure, contentment, joy, marked by pleasure, satisfaction, or joy.

2. causing pleasure: causing or characterized by pleasure, contentment, or joy 3. satisfied: feeling satisfied that something is right or has been done right 4. willing: willing to do something, cheerful;

5. fortunate: resulting unexpectedly in something pleasant or welcome , characterized by good luck;

6. a. Characterized by a spontaneous or obsessive inclination to use something. Often used in combination: trigger-happy.

b. Enthusiastic about or involved with to a disproportionate degree. Often used in combination: money-happy; clothes-happy.1

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti ingin merasakan kebahagiaan, kesenangan, kepuasan dan perasaan nyaman dalam menjalani hidupnya. Kebahagiaan menjadi sebuah tujuan besar yang ingin dicapai oleh setiap manusia yang hidup di dunia ini. Perasaan bahagia, senang dan nyaman tersebut bukan berarti sekedar merasakan rasa atau halusinasi tanpa melakukan sesuatu tetapi keadaan bahagia yang muncul setelah sesuatu

1

(2)

dilakukan. Keadaan ini dapat dipahami lebih lanjut sesuai dengan pemikiran Aristoteles yang menyatakan bahwa kebahagiaan tidak hanya dinilai dari keadaan psikologis dari seorang manusia, melainkan melalui tindakan-tindakan yang membentuk kehidupan (yang baik). Hidup yang baik bukanlah sekedar perasaan nyaman, melainkan juga melakukan tindakan-tindakan yang baik sesuai dengan keutamaan-keutamaan manusiawi. Manusia dapat menjadi bahagia atau merasa bahagia karena telah melakukan sesuatu atau melakukan suatu tindakan tertentu yang baik sesuai dengan keutamaan manusiawi, bukan hanya membayangkan mengenai sebuah imajinasi.

Sementara itu, kata “little things of life” sebagai kata kedua dan ketiga pada judul karya ini digunakan sebagai sebuah penegasan bahwa rasa senang, bahagia, nyaman, fun, dan puas bisa diperoleh oleh setiap manusia melalui hal-hal kecil yang sering dianggap remeh-temeh (oleh sebagian masyarakat) yang kita miliki, dan yang kita alami dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya bermain dengan hewan peliharaan, mengobrol dengan tetangga, mengunjungi galeri atau museum, berjalan-jalan di pagi hari atau sekedar menyapa teman yang berpapasan di jalan.

Berdasarkan hal yang telah disebutkan di atas, dalam karya tugas akhir ini, saya menampilkan image-image (sesuatu yang dapat ditangkap secara perseptual akan tetapi tidak memiliki eksistensi substansial2) yang mendukung rasa senang, fun, bahagia pada karya tugas akhir saya.

2.2 Budaya Konsumerisme

Hampir semua manusia di berbagai belahan dunia saat ini mengalami perubahan besar sebagai akibat dari terjadinya perkembangan pesat masyarakat industri. Berbagai perkembangan, kemajuan teknologi memicu perubahan keadaan budaya dalam kehidupan manusia. Kondisi ini sarat akan berbagai pergerakan, pergantian dan kemajuan besar dalam tempo dan percepatan yang semakin tinggi. Setiap periode tertentu muncul barang

2

Yasraf Amir Piliang, Dunia Yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan, Jalasutra, 2004, hlm.16.

(3)

elektronik terbaru dengan teknologi yang lebih canggih, pakaian dengan model terbaru yang sesuai dengan musim, pembangunan pusat perbelanjaan baru yang lebih besar, lebih luas, lebih lengkap dengan konsep lifestyle yang menawarkan berbagaimacam produk-produk atau barang-barang produk-produksi terbaru yang sesuai dengan trend masa kini, beraneka ragam iklan muncul di berbagaimacam media informasi, menawarkan segala sesuatu yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.

Kegairahan, keterpesonaan, keasyikan dan hasrat berpacu semakin cepat yang kemudian menggiring masyarakat menuju ke dalam sebuah kondisi dimana masyarakat terbuai akan segala hal yang ditawarkan dalam iklan, terbuai akan hasrat ingin memiliki sesuatu yang lebih, lebih dan lebih dari sesuatu yang telah dimiliki sebelumnya. Keadaan ini membuat masyarakat terus mengonsumsi berbagaimacam perubahan dan kemajuan yang ditawarkan dengan dalih untuk merasakan kebahagiaan dalam hidup.

Yasraf Amir Piliang menjelaskan dalam salah satu buku yang ditulisnya bahwa masyarakat kapitalis (capitalist society) adalah masyarakat yang pola kehidupan dan budayanya dilandasi oleh pondasi ideologi kapitalisme. Masyarakat kapitalis percaya bahwa dorongan-dorongan hasrat dapat disalurkan melalui pengkonsumsian barang-barang komoditi (segala sesuatu yang diproduksi dan dipertukarkan dengan sesuatu yang lain, biasanya uang, dalam rangka memperoleh nilai lebih atau keuntungan3). Ketika dorongan-dorongan hasrat tersebut terpenuhi, maka kepuasan akan dirasakan.

Pemenuhan dorongan-dorongan hasrat pada masyarakat kapitalis memicu terbentuknya sebuah masyarakat konsumer, dimana masyarakat tersebut menciptakan nilai-nilai yang berlimpah ruah melalui barang-barang konsumer, serta menjadikan konsumsi sebagai pusat aktivitas kehidupan. Iklan membudaki masyarakat dengan mengejar masyarakat dan membuat mereka membeli pakaian dengan model terbaru, telepon genggam dengan styling terbaru, mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak disukai agar kita dapat membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita perlukan. Kesenangan yang diperoleh

3

Yasraf Amir Piliang, Dunia Yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan, Jalasutra, 2004, hlm.21

(4)

oleh masyarakat konsumer atau masyarakat kapitalis adalah kesenangan semu yang bersifat sesaat melalui pengkonsumsian barang-barang konsumer atau barang-barang komoditi. Kesenangan tersebut akan muncul ketika hasrat telah terpenuhi tetapi kemudian akan menghilang ketika muncul produk baru yang belum dimiliki. Misalnya sepatu, tas, barang-barang elektronik keluaran terbaru.

Setiap manusia memiliki dorongan dasar psikis dalam diri mereka, dimana dorongan tersebut dapat digunakan untuk sesuatu yang sifatnya profan, maupun yang sifatnya spiritual. Sangat lazim jika manusia senantiasa terdorong untuk menilai atau mencari sesuatu yang lebih dari apa yang telah dimilikinya, misalnya pekerjaan dengan uang yang lebih banyak, rumah yang lebih luas, barang elektronik yang lebih canggih, ataupun pakaian dengan merek bergengsi. Wajar jika tiap manusia dalam menjalani hidupnya di dunia selalu dipenuhi oleh berbagai hal yang mereka inginkan atas segala sesuatu yang lebih atau melampaui. Tetapi yang terjadi kemudian adalah ketika manusia mendewakan materi.

Dorongan hasrar pada diri setiap manusia di dunia terbentuk dari rasa kurang (lack), namun hasrat terbentuk dari dua bentuk dorongan dasar yang membuat manusia jadi mengingankan sesuatu, yaitu karnal (carnal) dan libidinal. Karnal adalah hasrat tubuh kepada sesuatu yang sifatnya material, seperti lawan jenis, harta benda, makanan, atau segala hal material lainnya. Pembentukan karnal ini sangat bergantung pada sifat dasar (nature) dari objek itu sendiri (yaitu objek-objek material) yang “bersentuhan” dengan tubuhnya. Dorongan hasrat pada diri setiap manusia yang selalu menuntut kebaruan akibat ketidakpuasan terhadap hal yang sama ini dapat dipuaskan dalam bentuk hasrat akan komoditi-komoditi baru ataupun melalui jalan spiritual yang mementingkan ketenangan jiwa dengan mensyukuri segala sesuatu yang telah dimiliki. Namun yang terjadi saat ini, masyarakat kapitalis atau masyarakat konsumer memusatkan perhatian mereka pada kesenangan yang diperoleh melalui pengkonsumsian barang atau materi

Keadaan ini membuat masyarakat merasa senang sesaat setelah mengkonsumsi suatu produk tertentu, kemudian berkembang menjadi hiperkonsumsi dimana masyarakat

(5)

melakukan konsumsi berlebihan yang melampaui nilai guna benda, dan kemudian memusatkan diri pada makna-makna personal dan sosialnya. Rutinitas ini berjalan terus menerus dalam sebuah tempo yang sangat tinggi sehingga memerangkap menusia dalam percepatannya, mempersempit ruang dan waktu bagi kehidupan yang bermakna dan bernilai luhur, menganggap remeh segala sesuatu yang telah dimiliki dalam hidup, membuat manusia lupa untuk mensyukuri segala sesuatu yang telah mereka miliki, telah mereka peroleh.

Fenomena masyarakat kapitalis dan budaya konsumerisme yang telah disebutkan di atas menginspirasi saya untuk menciptakan karya tugas akhir seni keramik ini.

2.3 Image

Image merupakan peran yang sangat penting dalam karya yang saya hasilkan ini. Image

pada karya saya berfungsi sebagai sumber informasi bagi para audience untuk dapat merasakan sensasi menyenangkan, fun, manis dan ceria. Telah disebutkan di atas bahwa

image atau citra adalah sesuatu yang dapat ditangkap secara perseptual akan tetapi tidak memiliki eksistensi substansial, dimana image memegang peranan penting dalam menciptakan karya seni. Pada hakikatnya proses belajar, proses berpikir dan proses kreasi adalah nama yang berbeda bagi proses yang sama, yaitu proses imajinasi. Pada semua proses tersebut, media bagi proses komunikasi - dalam – nya adalah image.

Dilihat dari sumbernya, manusia memiliki tiga jenis image, yaitu image sensasi-persepsi,

image memori dan image imajinasi. Setiap sistem indera memiliki ketiga image tersebut sendiri-sendiri. Image sensasi-persepsi adalah image yang kita peroleh dari luar diri kita (stimuli luar) yang digerakkan oleh tenaga luar. Sensasi terjadi bila stimuli-luar melanda indera kita. Persepsi terjadi bila stimuli luar tersebut sampai ke pusat indera. Sensasi yang melanda semua indera diiringi dengan perasaan yang bersifat fisik (sakit, panas, dingin, dll), sedangkan persepsi akan memunculkan image sensasi-persepsi. Image sensasi-persepsi dari satu sistem indera tidak terlalu jelas hasilnya, agak kabur. Image sensasi

(6)

persepsi dapat menjadi sebuah image yang jelas (image konkret) bila merupakan hasil kerjasama berbagai sistem indera. Berikut ini adalah skema bentuk dan sumber image.

Gambar 2.1 Bentuk dan Sumber Image

Sumber: Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar: 2

Bila sensasi-persepsi berlangsung dari luar ke dalam, maka proses imajinasi dari dalam (stimuli-dalam melalui pusat indera dengan memorinya) digerakkan oleh tenaga dalam dan bergerak ke luar (indera). Pada manusia, proses sensasi persepsi selalu berjalan serempak dengan proses imajinasi. Image yang pada akhirnya kita hayati pada hakikatnya adalah hasil integrasi antara image sensasi-persepsi (stimuli luar) dan image memori (stimuli dalam). Sebagai peningkatan dari perasaan fisik yang mengiringi proses imajinasi tersebut, muncul perasaan pra-mental yang disebut afek, yaitu rasa yang mengarah kepada perasaan senang, suka, benci, indah, buruk dan sebagainya. Berikut ini adalah skema proses imajinasi yang telah dijelaskan di atas:

(7)

Gambar 2.2 Bentuk dan Sumber Image

Sumber: Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar: 3

Berdasarkan landasan teori di atas, dalam menciptakan karya tugas akhir ini saya menggunakan material keramik dan juga aromaterapi sebagai sebuah media yang berfungsi sebagai stimuli luar yang bersentuhan dengan indera penglihatan dan indera penciuman. Kedua hal ini digunakan agar para audience dapat merasakan sensasi-persepsi atas image yang saya bangun melalui karya tugas akhir ini.

(8)

2.4 Referensi Seniman

Dalam menciptakan karya tugas akhir ini, terdapat beberapa orang seniman yang menjadi sumber inspirasi dan referensi saya, beberapa seniman tersebut antara lain adalah Yayoi Kusama. Karya-karya yang diciptakan oleh Yayoi Kusama banyak sekali yang menampilkan polkadot-polkadot pada permukaan karyanya, dengan warna-warna yang beranekaragam dan cerah. Karya-karya Yayoi Kusama membangun image-image ceria, menyenangkan dan sangat bermain dengan warna, bentuk dan unsur-unsur seni seperti garis dan mengolah ruang yang ada.

Begitu pula dengan karya yang dihasilkan oleh Martin Creed yang menggunakan ratusan balon-balon berwarna-warni yang memenuhi lorong dan jalanan di depan ruangan tersebut. Martin Creed membuat karya ini untuk mengisi ruang dengan hal-hal yang menstimulasi para audience untuk merasakan sensasi dan persepsi tertentu. Karya-karya kedua seniman ini membuat para audience merasakan sensasi menyenangkan yang ditawarkan oleh kedua seniman ini. Material yang digunakan pun sangat sesuai untuk mencapai tujuan dari karya ini sehingga tujuan penciptaan karya ini dapat tercapai..

Sebagai contoh karya seniman yang lain adalah Olafur Eliasson, dalam salah satu karyanya menggunakan uap air untuk mengisi sebuah ruangan, menciptakan sebuah kondisi seolah-olah para audience sedang berada di luar ruangan. Olafur Eliasson banyak menggunakan material air, cahaya, uap air, es, yang berperan sebagai stimuli luar dalam karyanya yang sangat mendukung image outdoor yang ingin ia tampilkan. Ia banyak menggunakan material-material alami pada karyanya karena latar belakangnya sebagai seorang Scandinavian sangat berbeda keadaannya dengan New Tork, kota dimana ia tinggal.

(9)

Gambar 2.3 Yayoi Kusama

Sumber: Instalation Arts In The New Millenium: 64

Gambar 2.4 Martin Creed Gambar 2.5 Olafur Eliasson

(10)

Berbeda dari Yayoi Kusama dan Martin Creed, Candace King membuat sebuah karya yang menggunakan textile/ mix media yang disusun dan dikomposisikan sehingga membentuk sebuah visualisasi karya yang menyerupai sekotak coklat. Karya Candace King ini berjudul “Eat Tout de Suite” yang dihasilkan pada tahun 1999 dan berjudul

“Night at The Apolo” yang dibuat 3 tahun kemudian yaitu tahun 2002. Karya ini berbeda dengan kedua seniman yang telah saya sebutkan di atas. Candace memiliki konsep untuk menciptakan sensasi-persepsi mengenai cokelat dengan menciptakan karya menggunakan

textile/ mix media. Candace ingin menunjukkan bahwa melalui karya ini, para apresiator seni juga dapat merasakan sensasi yang sama seperti ketika melihat cokelat yang sesungguhnya. Merasakan sensasi manisnya cokelat, bentuknya yang beranekaragam dan hasrat untuk memakan cokelat itu sendiri.

Selain menciptakan karya “Eat Tout de Suite” dan “Night at The Apolo”, ia juga membuat sebuah karya monumental yang diletakkan di sebuah taman kota yang berjudul

“Lollypop Tree”. Karya ini mengeksplorasi bentuk dan image Lollypop sehingga visualisasinya seperti sebuah pohon yang cabang-cabangnya merupakan lollypop yang berwarna-warni.

Karya ini menggunakan material kaca dan stainless steel yang ditanam ke dalam semen untuk menjadi penyangganya. Material kaca berbentuk bulat pipih yang digunakan adalah kaca dengan berbagaimacam warna, yaitu warna biru tua, biru muda, pink, merah, orange, putih dan hijau. Konsep karya ini sama dengan konsep karya Candace King sebelumnya, yaitu menciptakan sensasi pada audience sama seperti ketika audience melihat sebuah permen lollypop. Peletakannya di sebuah taman kota dilakukan karena karya tersebut berbentuk seperti layaknya sebuah pohon dan dengan tujuan untuk “bermain” dengan para apresiator yang banyak diantara mereka masyarakat umum.

(11)

Gambar 2.6 Candace King 1 Sumber: Google Search: 17 April

Gambar 2.7 Candace King 2 Sumber: Google Search: 17 April

Gambar

Gambar 2.1 Bentuk dan Sumber Image
Gambar 2.3 Yayoi Kusama
Gambar 2.7 Candace King 2

Referensi

Dokumen terkait

2 Dimensi yang diperoleh setelah direduksi dengan PCA 10 3 Akurasi organisme dikenal menggunakan k=3 pada KNN (dalam %) 11 4 Akurasi organisme dikenal menggunakan k=5 pada KNN

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Kendala dalam proses ratifikasi perjanjian internasional di Indonesia, diantaranya sulitnya mengharmoniskan standar internasional itu dengan hukum dan peraturan

Laporan tugas akhir ini berkaitan dengan salah satu protocol routing dalam Mobile ad hoc network (MANET) yaitu protocol routing Ad hoc on demand multipath distance

Dalam pengisian discharge planning itu dari awal dari pasien masuk sudah dikerjakan dari depan nanti kami yang di maintenance ini melanjutkan apa yang sudah dikerjakan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan, informasi dari hasil wawancara yang dilakukan bersama dengan narasumber serta hasil dokemntasi yang berupa puisi yang

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian yang terkait dengan judul “ Pengaruh Gaya Hidup

Dashboard adalah sebuah tampilan visual dari informasi terpenting yang dibutuhkan untuk mencapai satu atau lebih tujuan, digabungkan dan diatur pada sebuah layar,