• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasna Dewi Tanjung, SPD. SMA Negeri 1 Padangsidimpuan. Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kasna Dewi Tanjung, SPD. SMA Negeri 1 Padangsidimpuan. Abstract"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Teknik Pembelajaran Cooperative Script dalam Pembelajaran Trigonometri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Bidang Studi Matematika di Kelas X-2 SMA Negeri 1

Padangsidimpuan 2014 Kasna Dewi Tanjung, SPD. SMA Negeri 1 Padangsidimpuan

Abstract

The problem of the research was that the result of teaching Trigonometri in math at X-2 of SMA 1 Padangsidimpuan is poor. This study aims to improve students’ achievement on teaching Trigonometri in math through implementation of technique Cooperative Script. This study was categorized a Class Room Action Research. This research was done and adopt Kemmis and Taggart, that consist of two cycle, and every cycle involve: Plan stage, Action stage, observation stage, Revise/Reflection stage. The findings of the study showed that: The impelementation of Cooperative Technique, this technique is effective in improving students achievement of the students on Math at X-2 grade at SMA Negeri 1 Padangsidimpuan.

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada materi Trigonometri dalam mata pelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk: Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Trigonometri melalui teknik pembelajaran Coopersative Script di kelas X-2 SMA negeri 1Padangsidimpuan. Penelitian ini dikategorikan sebagai “ Penelitian Tindakan Kelas. sebagaimana yang dipeopori oleh Kemmis dan Taggart(1988). Penelitian ini terdiri dua siklus, dan tiap siklus mencakup 4 fase, yaitu: Perencanaan, Tindakan Pengamatan, perbaikan berdasarkan refleksi, selanjutnya masuk ke siklus 2. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Teknik pembelajaran Cooperative Script efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada`materi Trigonometri dalam matta pelajaran matematika siswa kelas X-2 SMA negeri 1 Padangsidimpuan.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidang studi matematika adalah salah satu mata pelajaran kurikulum 2006. Materi Trigonomteri adalah merupakan bagian dari materi ajar dan kompetensi dasar dari pembelajaran Bidang studi matematika. Menurut pengalaman penulis sebagai guru bidang studi matematika, peserta didik mengalami berbagai kendala dalam memahami pelajaran khusus pada materi trigonometri, sehingga pencapaian nilai dalam ujian formatif slalu rendah dan lebih banyak dibawah nilai KKM. Nilai KKM yang ditetapkan oleh MGMP bidang studi matematika untuk siswa kelas X-2 SMA negeri 1 adalah 80, sedangkan yang dicapai oleh siswa kelas X- 2 di bawah nilai 80, dalam hal ini 60 % siswa hanya mampu mencapai skor 75, dan 25 % siswa mencapai score 78, dan hanya sekitar 10 % yang mencapai nilai ketuntasan minimal, dan 5% diatas score nilai KKM. Hal ini tentu menjadi masalah yang harus diperhatikan atau diatasi oleh guru, agar siswa mampu mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan, walaupun tidak 100% tuntas semuanya.

Berdasarkan pengamatan peneliti hal ini disebabkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas rendah. Masalah ini ditimbulkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor dari siswa sendiri, misalnya latarbelakang pengetahuan siswa tentang Trigonometri kurang, siswa tidak tertarik untuk belajar Trigonometri, dan motivasi belajar yang siswa miliki rendah. Disamping itu faktor tersebut di atas didukung oleh teknik mengajar yang digunakan selama ini kurang menarik dan membosankan, dan proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah konvensional, belum menggunakan media komputer,

(2)

teknik tersebut berorientasi pada teacher centre, dan hanya mengandalkan penjelasan oleh guru dimana siswa passif mendengarkan penjelasan guru. Keadaan atau kondisi ini saling terkait satu sama liannya, sehingga saling mempengaruhi sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah dan kurang memuaskan.

Keadaan di atas akan semakit berat apabila kesiapan guru, kelengkapan perangkat pembelajaran kurang, serta pendekatan,strategi, metode dan tehnik guru dalam mengajar, kelengkapan sumber belajar, situasi pembelajaran kurang menark dan kurang menantang dll. Kedua paktor ini bersinergi dalam menumbuh kembangkan minat belajar peserta didik dan tingkat pemahaman siswa sebagai hasil belajar, akhirnya bermuara pada pencapaian nilai siswa ketika ujian formatif bahkan sumatif.

Pada dasarnya masalah diatas telah dicoba guru untuk mengatasinya melalui pengguaan media gambar yang manual, misalnya gambar bidnag segitiga pada karton manila, atau bangun yang menggambarkan sisi yang ada kaitannya dengan pengukuran besaran sudut, sebagaimana yang dibahas pada materi Trigonometri. Dimana dalam pembelajaran Trigonometri siswa dibelajarkan untuk menghitung besaran sudut bebas, namun nampaknya tehnik tersebut belum memberikan hasil yang memadai, karena gambar yang yang dapat disediakan terbatas, dan tidak representative sesuai yang diharapkan. Dan berdasarkan pengalaman tersebut penulis sebagai guru menyadari hal tersebut, dan bermaksud untuk melakukan penelitian dengan penerapan teknik pembelajaran Cooperative Script dan menggunakan media gambar melalui audiopisual, karena penulis yakin dengan penerapan teknik pembelajaranCooperative Scriptpemahaman siswa lebih baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, pada kesempatan ini peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dari faktor strategi pembelajaran yang digunakan guru dikelas. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti tentang penerapan teknik pembelajaran Cooperative Script dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Trigonometri di kelas X-2 SMA negeri 1 Padangsidimpuan. Penulis yakin dengan penerapan teknik pembelajaran Cooperative Script dapat memberi solusi terhadap masalah peserta didik dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi trigonometri di kelas X-2 SMA negeri 1 Padangsidimpuan. Adapun judul penelitian ini adalah” Penerapan Teknik Pembelajaran Cooperative Script dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Trigonometri Dalam Bidang Studi Matematika di kelas X-2 SMA Negeri 1 Padangsidimpuan”. B. Identifikasi masalah

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang di atas, penhulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah berkenaan dengan pemahaman siswa tentang letak Indonesia yaitu:

8. Latar belakang pengetahuan siwa tentang Trifonometri kurang. 9. Siwa kurang paham tentang Trigonometri. .

10. Minat dan motivasi siswa untuk belajar tentang Trigonometri rendah 11. Kelengkapan media pembelajaran yang dimiliki guru kurang.

12. Guru kurang paham dalam memilih dan menetapkan teknik pembelajaran yang sesuai untuk materi Trigonometri

13. Ketersediaan bangun atau bidang yang memiliki berbagai bentuk sudut sulit diperoleh atau dicapai. 14. Penyajian materi ajar melalui penggunaan media pembelajaran Trigonometri sulit bagi guru. C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan dalam mengarahkan pelaksanaan penelitian ini,dan berdasarkan pertimbangan pada banyaknya masalah yang saling terkait dengan judul penelitian yang dilaksanakan, penulis merasa perlu membuat batasan masalah yang akan dibahas secara mendalam pada penelitian ini. Adapun batasan masalah yang dimaksud adalah: fokus atau terbatas pada masalah hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Padangsidimpuan khususnya pada materi Trigonometri dalam bidang studi Matematika melalui penerapan tehnik pembelajaranCooperative Script.

(3)

D. Perumusan Masalah

Selanjutnya untuk lebih fokusnya penulis dalam melaksanakan penelitian ini, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah implementasi teknik pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Trigonometri dalam bidang study Matematika di kelas X- 2 SMA negeri 1 Padangsidimpuan?

2. Faktor - faktor apa yang berpengaruh pada implementasi teknik pembeljaran Cooperative Script yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Trigionometri dalam bidang studi Matematika untuk siswa kelas X- 2 SMA negeri 4 Padangsidimpuan ?

E. Tujuan Penelitian

Sebagaimana telah di uraikan pada poin rumusan masalah penelitian diatas, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Trigonometri dalam bidang studi Matematika

melalui penerapan teknik pembelajaran Cooperative di kelas X- 2 SMA negeri 1 Padangsidimpuan. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa dari implementasi teknik pembelajaran Cooperative Script yang

berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi trigionometrii dalam bidang studi Matematika di kelas X-2 SMA negeri 1 Padangsidimpuan.

F. Defenisi Istilah Yang digunakan:

1. Teknikpembelajaran Cooperaative Script adalah bagian teknik pembelajaran yang melibat kan peserta didik ecara optimal, dalm belajar mandiri dan berkelompok.

2. Trigonometri adalah salah satu materi ajar yang harus dibelajarkan bagi siswa kelas X pada semester genap untuk siswa SMA.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya proses belajar mengajar telah berlangsung secara berkesinambungan. Melalui belajar manusia dapat mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. Aktualisasi dari potensi tersebut sangat bermanfaat bagi manusia untuk dapat menyesuaikan diri dengan pemenuhan kebutuhannya. Keunggulan seseorang terletak pada semangat, kemauan dan keuletannya dalam belajar.

Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang belajar. Menurut Fontana dalam Suherman (2003:8) belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Selanjutnya menurut W.S. Winkel dalam Max Darsono (2000:4) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap.

Selain pendapat di atas Yamin (2003: 99) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Selanjutnya Sukardi (1983: 15) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang intraktif atau kontemporer. Kemudian Hamalik (1982:28) mengatakan bahwa

(4)

belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses yang berlangsung pada diri seseorang sehingga terjadinya perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penalaran, kecapakan sikap dan kebiasaan.

Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar,. Darsono (2000:30-31) menyatakan beberapa ciri-ciri belajar : 1)Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan, 2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, 3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan, 4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar

Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi merupakan hasil atau akibat dari usaha atau latihan yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dan memiliki tujuan yang jelas. Suryabrata (1998:233-237) menyatakan bahwa tingkah laku yang terjadi merupakan hasil dari proses belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1) Faktor-faktor yang berasal dari luar individu siswa, 2) Faktor-faktor non sosial, 3) Faktor-faktor non sosial meliputi keadaan lingkungan, sarana dan prasarana dalam belajar.

a. Faktor-faktor sosial

Faktor-faktor sosial meliputi faktor manusia dalam proses belajar mengajar, misalnya : kehadiran orang yang membuat gaduh pada waktu seseorang sedang belajar akan mengganggu konsentrasi dalam belajar.

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam individu siswa i. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah keadaan fisik siswa, dalam keadaan sehat siswa dapat belajar dengan baik, sebaliknya bila dalam keadaan sakit atau cacat siswa tidak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan sempurna sehingga proses belajar terganggu yang pada akhirnya prestasi belajarpun kurang optimal.

ii. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah intelegensia (kecerdasan), bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif.

Pembelajaran dapat diidentikkan dengan kata mengajar yang berasal dari kata dasar ajar. Mengajar adalah kemampuan mengkondisikan situasi yang dapat dijadikan proses belajar bagi siswa. Zainal Aqib (2013:67-68) mengatakan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah bagian dari belajar, tetapi mengajar lebih pada upaya untuk menyediakan berbagai fasilitas baik yang bersifat software (perangkat lunak) maupun hardware (perangkat keras).

Selanjutnya Eveline Siregar (2011:12) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna, maksudnya untuk menghasilkan belajar situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

Menurut Oemar Hamalik (2008:12) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalamna belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

Selanjutnya Sugandi (2004:9) mengatakan pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merupakan stimulus dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Selain itu Suyitno (2004:2) memberikan definisi lain dari pembelajaran yaitu upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta

(5)

didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran itu adalah proses interaksi antara siswa dengan guru yang dilakukansedemikan agar tercapai kondisi belajar yang optimal sehingga memberikan hasil belajar yang optimal. Lebih lanjt Gagne dalam Dahar, R.W (2011: 118-126), menyatakan “ proses belajar dapat dibagi dua yaitu proses belajar yang terjadi pada diri siswa sendiri dan pembeljaran instruksional ( oleh guru, maetri ajar dan siswa sendiri.

a. Proses Belajar Pada Diri Peserta Didik

Berdasarkan bebrpa pendapat para pakar dan kenyataan yang terjadi pada kenyataan dapat diketahui dalam proses belajar ada dua unsure belajar, yaitu unsure pengajar dan unsure siswa. seterusnya proses belajar yang terjadi dapat dibagi dua yakni proses belajar oleh guru dan proses belajar oleh siswa sendiri.

Menurut Gagne (19859) dalam R.W (2011: 118-126) menyatakan “Proses belajar oleh meliputi kegiatan, aktifitas atau tindakan belajar, yang terjadi pada diri siswa into sendiri dan terdiri dari 8 fase, yaitu :

1) Fase motivasi: pada tahapan ini siswa harus mampu memotivasi bagi dirinya didik agar senantiasa mau belajar dengan baik, dan jika mereka belajar dengan baik, mereka akan berhasil serta hasil belajar tersebut adalah untuk mereka.

2) Fase`pengenalan: pada tahap ini peserta didik memberi perhatian pada bagian essesial suatu kejadian istruksional, aspek-aspek atau gagasan utama dari materi yang dipelajari. Sehingaa dinya dapat terfokus pada tujuan pembelajaran materi tersebut.

3) Fase perolehan: Jika siswa fae 1 dan fase 2 diikuti siswa dengan baik, maka fase selanjuntya siswa telah memperoleh pengetahuan, sesuai dengan materi yang dipelajarinya., berupa informasi baru baginya. Informasi tersebut tidak langsung disimpan di memory, tetapi masih mengalami proses dan perubahan sebagaimana pendapat yang dinyatakan Ausebel (1963) “ informasi yang diperoleh melalui belajar diubah menjadi bentuk bermakna dihubungkan dengan informasi yang diketashui sebelumnya dalam memori siswa, dan siswa membentuk gambaran mental informasi atau asosiasi antara informasi baru dan informasi lama, dan guru berperan dalam mempercepat proses ini dengan penggunaan pengaturan awal, dengan membiarkan siswa melihat atau memanipulasi benda-benda dan menunjukkan hubungan antar informasi tersebut.”

4) Fase Retenisii: Pada fase Retenisi imformasi yang beru diperoleh dpindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, melalui pengulangan yang berulang kali, peraktek, elaborasi latihan dan sebgainya.

5) Fase pemanggilan: Sebagaimana proses belajar pada fase retenisi, yakni adanya informasi pada jagka panjang, yang bisa saja ada kehilangan bagian informasi atau hubungan informasi dan informasi baru,. Sedangkan bagian penting dari peroses belajar adalah adalah memperoleh hubungan dengan apa yang telah dipelajari untuk menghubungkannya dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. hubungan. Hubungan dengan informasi ditolong pengorganisasian materi yang diatur dengan baik dengan mengelompokkan menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep, lebih mudah dipanggil darpada`materi yang disajikan tidak teratur.

6) Fase Generalisasi: Pada fase generalisasi terjadi transfer informasi pada siatuasi-situasi baru, dan menjadi fase krisis dalam belajar. Transfer dapat didukung dengan meminta para pesrta didik menggunakan informasi sebaik-baiknya, misalnya dengan berlatih berhitung dalam memecahkan masalah, padamateri pemuaian zat, peserta didik harus dapat menjelaskan mengapa botol yangberisi penuh dengan air dan tertutup dapat retak dalam kulkas?

(6)

8) Fase Penampilan: Dalam fase ini para siswa diharapkan mampu memperlihatkan hasil proses belajar pada performsnce mereka, misalnya dalam menggopersaikan sesuatu, contoh mengoperasikan computer, mikroskop, hand tracktor, dan sebagainya atau dalam bahasa Inggris mereka mampu mengucapakan dengan baik dan benar sesuai promouncing dan intonasinya dalam kalimat.

9) Fase umpan balik: Dalam proses belajar, tentu siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang di jarkan. Umpan balik dapat memberikan renforcement pada diri peserta didik.

b. Proses belajar ( Instruksional)

Berdasarkan analisa tentang proses belajar, pada dasarnya sumber utama belajar adalah guru, namun sesuai dengan apa yang diharapkan pada proses oleh siswa sendiri sumber utama ini harus didukung didukung oleh unsure lain, misalnya sarana belajar, lingkungan belajar, kondisi siswa, pasilitas, sarana dan prasarana, dengan demikian proses belajar harus melibatkan semua unsur–unsur tersebut agar proses belajar dapat berhasil baik. prose belajar oleh guru dan melibatkan seluruh unsure-unsur belajar disebut dengan proses Instruksional.

Gagne (1985) dalam Dahar .R.W (2001:127) menyatakan” proses instruksional terdiri dari 8 fase,yaitu: 1) mengaktifkan motivasi, 2) member tahu tujuan pembelajaran 3) mengarahkan perhatian, 4) merangsangan ingatan, 5) melakukan bimbingan belajar 6) menngkatkan retenisi, 7) melancarkan transfer belajar, 8) memberikan umpan balik.

1) Mengaktifkan motivasi: Mengangktifkan motivsi siswa adalah merupakan lagkah pertama yang harus diperhatikan guru. Hali ni diharapkan untuk membangkitkan perhatian siswa pada isi dan materi pelajaran yang lewat serta agar mereka lebih mudah mengkaitkan pada informasi yang akan mereka terima.

2) Memberi tahu tujuan Belajar:Memberi tahu tujuan belajar, dapat memperkuat motivasi belajar siswa. dengan mengetahui tujuan belajar, meraka tahu mengapa merka belajar tentang materi tersebut, dan untuk apa merak mempelajari materi tersebut.

3) Mengarahkan perhatian:Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian, dimana yang satu berfungsi untuk membuat siswa siap menerima stimulus-stimulus. Mengajar perubahan stimulus secara tiba-tiba dapat mencapai maksut tersebut. Bentuk perhatian kedua disebut persepsi selektif. Dengan cara ini siswa memilih informasi yang akan diteruskan ke memori jangka pendek. Dalam mengajar, seleksi stimulus-stimulus relevant yang akan dipelajari dapat dibantu dengan penegasan guru pada bagian materi yang dipelajari.

4) Merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau: Menurut Gagne,” member kode pada informasi yang berasal dari memori jangka pendek yang disimpan dalam memori jangka panjang merupakan bagian yang paling kritis selam proses belajar. Guru harus berusaha menolong siswa dalam mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang tersebut.

5) Menyediakan bimbingan belajar: Untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka panjang, siperlukan bimbingan langsung dalam pemberian kode dalam informasi. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan tersebut dapat deberikan dengan cara mengaitkan informasi tersebut pada pengalaman siswa. misalnya; Dalam belajar konsep dapat diberikan contoh dan noncontoh.

6) Melancarkan Retenisi: Retenisi atau bertahannya ingatan siswa akan suatu materi,harus menjadi perhatian guru. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan berbagai pendekatan atau teknik yang sesuaai dengan materi dan menyenangakn atau menantang bagi peserta didik.

7) Membantu taranfer Belajar: Tujuan teransfer belajara adalh menerpkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi baru. Melalui tugas dan diskusi kelompok, guru dapat

(7)

membantu untuk memyansfer belajar, namun siswa diharapkan unutuk menguasai fakta, konsep dan keterampilan yang dibutuhkan.

8) Memperlihatkan penampilan serta memberikan umpanbalik: Hasil belajar perlu diperlihatkan agar guru maupun siswa megetashui apakah hasil belajar telah dicapai. Oleh sebab itu guru harus memberikan kesempatan sedini mungkin bagi siswa untuk memperlihatkan hasl belajar yang mereka capai, dan guru dapat member umpan balik atas hasil belajar tersebut. hal ini dapat dilakukan guru melalui pemberian test dan mengamsti perubahan perilaku siswa terebut.

2. Pengertian Hasil Belajar

Kata hasil belajar dapat diidentifikasikan dengan kata prestasi belajar, yakni hasil yang diperoleh setelah belajar. Sebagai gambaran, berikut ini adalah beberapa pendapat tentang hasil belajar.

Mursell dalam Simanjutak (1975:82) berpendapat bahwa “Hasil belajar merupakan penguasaan bahan pelajaran yang ditimbulkan oleh pemahaman atau pengertian, atau oleh respon yang masuk akal”. Selanjutnya Sujana (1989:5) berpendapat bahwa “Perubahan sebagai hasil dari proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, dan perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”.

Selanjutnya Daryanto (1998;456) mengatakan bahwa :”Prestasi adalah hasil karya yang dicapai”. Sejalan dengan definisi di atas, Sastromiharjo (1980:15) mengatakan bahwa :”Prestasi belajar adalah perubahan yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang berifat aktual dan potensial dan berlaku dalam waktu yang cukup lama”.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil belajar individu secara maksimal yang bertujuan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dari mata pelajaran yang bersifat aktual dan potensial.

Howard Kingsley dalam Sudjana (2001:22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu :1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Dalam istilah mengajar tidak terlepas dari kata” tujuan yang harus dicapai,serta pokok bahasan, atau bahan ajar dan materi ajar”. Bloom ( 1956) dalam Dahar, R.W (2011: 118-126), menyatakan “ tujuan belajar adalah adanya perubahan perilaku yang meliputi tiga domain yakni: kognitif, afaktif, dan psikomotorik”. Sedangkan Gagne dalam dalam sumber yang sama mengemukakan “ ada lima macam hasil belajar, dan tiga diantaranya bersifat kognitif, afaktif, dan psikomotorik. Hasil belajar dimaksud dapat berwujud berupa kemampuan, dimana kemapuan itu dibedakan sesuai dengan kondisi dalam meperolehnya adapun kemampuan tersebut meliputi: keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan motorik.”

Dalam pembelajaran Sains, mempunyai tujuan belajar untuk memperoleh hasil belajar berupa kemapuan dalam : 1) memecahkan masalah-masalah kecepatan, 2) menyusun eksperiment, 3) memberikan nilai-nilai pada kegaitan Sains. Kemapuan pertama termasuk dalam kategori keterampilan intelektual, karena keterampilan itu merupakan perwujudan sikap dan penampilan siswa dalam operasi intelektual kesehariannya. Kemapuan kedua termasuk kategoru strategi kognitif, karena siswa perlu menunjukkan sikap penampilan yang kompleks dalam situasi baru, dalam hal ini guru harus mengarahkan dan membimbing siswa dalam memilih dan menerapkan aturan dan konsep yang baru diperolehnya. Dan kemampuan yang ketiga termasuk dalam kategori sikap, karena siswa harus`memiliki perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains.

(8)

1) Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dengan penggunaan simbol-simbol atau gagasan –gagasan. Kegiatan ataupun aktivitas dalam memproleh keterampilan intelektual adalah sama dengan kegiatan belajar yang didikuti di sekolah, tiap pelaksanaan pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan, maka kegiatan untuk mencapai keterampilan intelektual secara oto matis telah terlaksana.

Dengan memiliki keterampilan intelektual dapat memungkinkan seseorang ubtuk berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan symbol-simbol atasu gagasan-gasan yang telah dikuasai dan dipahaminya yang tercakup dalam keterampilan intelektual tersebut. Keterampilan intelektual digolongkan pada tingkat kompleksitasnya dan perbedaan antara masing-masing keterampilan intelektual untuk tujuan pengajaran adalah:

(a) Pemecahan masalah: melibatkan pembentukan

(b) Aturan tingkat tinggi: membutuhkan berbagai prasyarat, untuk memecahkan permasalahan yang kompleks dan meibatkan perilaku berpikir.

(c) Aturan: bila sikap dan penampilan sisa telah memiliki dan mengacu pada suatu aturan tetentu.

(d) Konsep terdepenisi: memerulukanbeberapa prasyarat: siswa dapat mendemostrasikan tentang objek tetentu, kejadian, atau hubungan antar masing-masing objek

(e) Konsep konkret: memerlukan beberapa prasyarat: sifat objek, atribut objek, objek yang konkret.

(f) Diskriminasi : kemapuan untuk mengadakan respons yang berbeda terhadap stimulus-stimulus yang berbeda dalam beberapa dimensi.

2) Strategi Kognitif

Gagne (1985) dalam R.W (2011: 118-126), menyatakan “Strategi kogntif adalah sejenis keterampilan intelektual yang khusus untuk berpikir dan belajar. Dalam teori belajar modern strategi kognitif adlah menjadi proses control ,dan internal yang digunakan peserta didik untuk memilih dan mengubah cara-cara perhatian, belajar, mengingat dan bepikir”.

Lebih lanjut Weistein dan Mayer dalam R.W (2011: 118-126), strategi kognitif dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Stratregi menghapal: Para siswa melakukan latihan, berupa mengulangi menebutkan defenisi, arti kata, istilah atau nama sesuatu benda, dan sebagainya,

b) Strategi elaborasi; sisa mmengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia, missal nya: pembuatan catatan ringkas, perumusan pertanyaa, atau menjawab peetanyaan tentang yang dipelajari

c) Strategi pengaturan; menyusun materi pelajran kedalm suatu kerangka yang teratur, misalnya sekumpulan istilah dan kana yang harus diingat diatur kedlam katgori tertentu, misalnya table.

d) Strategi metakognitif; Menurut Brown (1978) dalam R.W (2011: 118-126), berpendapat “ strategi metakognitif meliputi kemampuan siswa untuk menentukan tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan dan memilih alternative untuk mencapai tujuan tersebut.

e) Strategi Afektif; teknik ini digunakan para pelajar untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian dalam mengendalikan diri dan mengaturwaktu.

3) Informasi Verbal

Informasi Verbal disebut juga pengetahuan verbal. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar disekolah, masyarakat, lingkungan, mediamassa. Gagne (1985) dalam R.W (2011: 118-126) menyatakan “ informasi verbal tersimpan dalam jaringan proposisi pengetahuan berupa deklaratif.”

(9)

4) Sikap

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup lannya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap diri pribadi pada orang lain leh sebab itu pendidik harus menperhatikan bagaimana agar siswa tau peserta didik dapat memperoleh sisikap sosial yang baik dan benar selain ilmupengetahuan dan keterampilannya.

5) Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik adalah perpaduan keterampilan fisik dan motorik menjadi keterampilan intelektual, mialnya: menulis, membaca, memainkan alat tertentu, mis: muik, mikroskop, dan sebagainya.

3. Model Pembelajaran Cooperative Script a. Pengerian Model Pembelajaran Script

Metode Cooperative Script berasal dari “methodos, cooperative dan script” yang masing-masing bermakna “ metode” adalah metodos, yaitu cara jalan yang ditempuh”. Sehunubungan dengan upaya ilmiah, makametode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang relevan.

Cooperative berasal dari kata cooperate yang bermakna bekerjasama, bantu membantu, gotong-royong. Sedangkan Script bermakna uang kertas darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara, selanjutnya dari Cooperative Skripsi adalah bermakna “ naskah tulisan tangan, surat saham sementara. Metode Cooperative Script menurut Departemen Nasional adalah “ proses belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagaian-bagian materi yang dipelajari.

Miftahul A’la (2011: 97) menyatakan “ model pembelajaran Cooperative Script disebut juga skrip Kooperative, yaitu metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagia-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam kelas. Slavin 91994:175) menytakan “ Cooperative Script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa.”

Menurut Danserau dalam Slavin (1994) menyatakan “ scenario pembelajaran cooperative adalah pembelajaran dimana setiap siswa mempunyai peran dalam melakukan diskusi dan selama diskusi bertlangsung”. Sedangkan Schank dan Abelson dalam Hadi (2007: 16) berpendapan pembelajaran Cooperative Script adalah pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa xengan lingkungannya sbagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat,dan masyarakat yang lebih luas.

b. Prinsip Model Pembelajaran Cooperative Script

Model pembelajaran Cooperative adalah merupakan bagian penerapan konsep aclerated learning, active learning, dan cooperative leaqrning. Oleh sebab itu prinsip model pembelajaran cooperative script adalah hamper sama dengan yang ada pada cooperative learning, yaitu meluputi:

1) Siswa hrus merasa senasib sepenanggungan dalam menyelesaikan tugas

2) Masing-masing siswa`memiliki tanggung jawab atas ke suksesan kelompok dan keberhasilan diri sendiri.

3) Siswa harus berpandangan bahwa tujuan mereka adalah sama

4) Siswa harus berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara tiap anggota.

5) Siswa diberi evaluasi atau penghargaan yang berpengaruh pada eveluasi seluruh anggota kelompok.

6) Setiap siswa dimintak pertanggung jawaban atas kesuksesan pemahaman materi yang dipelajari

(10)

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script

Riyanto (2009: 280) menyatakan langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Script adalah sebagai beikutr:

1) Guru membagi siswa berkelompok dan berpasangan (jumalh genap). 2) Guru membagiakan tugas

3) Guru dan siswa mentapkan pemeran pertama sebgai pembicara, dan pendengar

4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar ;

a) Menyimak, mengoreksi, melengkapi, ide-ide pokok yang kurang lengkap

b) Membanu mengingat, menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atu dengan materi lain

5) Bertukar peran, jika semula sebagai pembicara mak berganti menjadi pendengar dan sebaliknya pendengar menjadi pembicara.

6) Merumuskan kesimpulan secara bersama siswa dan guru. 7) Penutup.

4. Trigonometri

a. Arti dan Sejarah Trigonometri

Trigonometri berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua (2) kata, yaitu dimana trigono memiliki ari “tiga sudut” dan “metro” artinya mengukur, dengan demikian Trigonometri adalah cabang dari Matematika yang mempelajari dan membahas tentang bagaimana mengukur sudut segitiga.

Lebih lanjut pembahasan atau pembelajaran Trigonometri adalah pembahasan tentang segitiga, meliputi pembahasan tentang: sinus, kosinus dan tangent. Trigonometri telah dikenal sejak zaman mesir kuno, Babilonia, dan peradapan Lembah Indus. Sejak lebih kurang 3000 tahun yang lalu para Matematikawan india tealh berperan sebagai perintis perhitungan Variabel Aljabar dan telah digunakan dalam menghitung Astronomi dan trigonometri sendiri.

Pada kesempatan lain matematikan pada zaman kejayaan Islam bernama Abul Wafa Muhammad Ibnu Yahya ibnu Ismail Al Buzni juga telah memberikan kontribusi significan bagi pemecahan soal-soal dibidang gemotri dan trigonometri. Konstryuksi bangunan Trigonometri versi Abdul Wafa sampai sekarang masih diakui dan banyak dipergunakan masyarakat dunia. Disamping itu Abdul Wafa telah menemukan teori relative Parabola. Beliau juga berhasil mengembangkan perbaikan nilai sinus 30, dengan memakai 8 desimal. Abdul Wafa juga sukses mengembangkan hubungan sinus dengan formula.

Berdasarkan penemuan dan kers uksesannya Abdul Wafa memiliki sumbangsih yang baik dalam Trigonometri.khususnya dalam pengembangan rumus tangent, dan memnpromotori penemuan rumus secan dalam cosecant, teori tangent dan table perhitungan table, serta memperkenalkansecan dan cosecant, dan menemukan relasi antar garis-garis Trigonometri.

Pakar atau Matematikawan lain yang berkontribusi pada Trigonometri adalah Nashiruddin At-Tusi ( 1201-12740 telah sukses memperlihatkan enam perbandingan Trigonometri melalui sebuah segitiga siku-siku dalam model Trigonometri Sferis yang dimuat dalam sebuah buju berjudul “ treatise on Qudrilateral”.

Kemudian matematikawan bernama Lagadha telah sukses menggunakan Trigonometri dan geometri untuk perhitungan astronomi dan dimuat dalam bukunya berjudul “ Vedanga, Jyotisha. Sedangkan A-Khawarizi dalam bukunya berjudul “Al-Jabr Wa-al-Muqabilah, suses mengembangkan table perincian Trigonometri memuat fungsi sinus, kosinus, dan kotangen serta konsep diferensiasi.

(11)

Lebih lanjut Prof. Rahayu Kariadinata ( 2014: 17) menyatakan “aplikasi Trigonometri telah banyak digunakan untuk menghitung jarak antar bintang-bintang, dalam geografi untuk menghitung antara titik tertentu, dan juga banyak digunakan dalam system Navigasi satelit dan Trigonometri berkembang pesat di arab, karena Muslim dalam melaksanakan ibadah sholat harus menghadap kiblat (Kabbah), dan table untuk kebutuhan tersebut digunakan perhitungan trigonometi .”1

b. Ukuran Sudut

Sudut dapat dibentuk oleh dua buah sinar garis yang memiliki titik pangkal yang sama (berimpit), dan dapat dilihat pada gambar berikut:

1. Perbandingan trigonometri suatu sudut segitiga siku-siku

sin α= =

cos α= =

tan α= =

2. Nilai perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa

Tabel nilai perbandingan sudut-sudut istimewa

0o 30o 37o 45o 53o 60o 90o sin 0 1 2 ≈ √2 ≈ √3 1 cos 1 √3 √2 1 2 0 tan 0 √3 1 √3

3. Hubungan perbandingan trigonometri suatu sudut (rumus-rumus identitas)tan =  sec =  cosec = 50o 5 3 37o 4 60o 2 1 30o √3 45o √2 1 45o 1 c a α b  Keterangan : ≈= nilai pendekatan ∞= tak terdefenisi

Sin2 + cos2 = 1 sin = 1 – cos

cos = 1 – sin  tan2 + 1 = sec2

(12)

cotan =

B. Kerangka Konseptual Penelitian

Keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran dipengaruhi oleh factor internal dan factor external siswa sendiri. namun berdasarkan penjelasan beberap teori di atas, dapat diketahui baha pemahaman siswa terhadap materi Trigonometri adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada pembelajaran bidang studi matematika.

Pemahaman siswa yang baik dapat di capai bila mana trategi, metode atau teknik pembelajaran yang sesuai, menarik, menantang dan melibatkan seluruh siswa sela proses pembelajaran, karena hasil belajar baik jika proses pembelajaran nya dapat dilaksanakan dengan baik, dan proses pembelajaran yang baik dan berhasil jika metode atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan materi yang dibelajarkan.

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitia

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, sebagai mana yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, penelitian ini membahas masalah pennigkatan hasil balajar siswa pada materi Trigonometri dalam bidangstudi Matematika melalui penerapan teknik pembelajaran Cooperative Script di kelas X -2 SMA negeri 1 Padangsidimpuan.

Kennis and Mc. Taggart (1998:6) menyatakan penelitian tindakan adalah”action research is as attempt to try out ideas in practice as a means of improvement and as means of increasing knowledge about curriculum, teaching and learning. it is done if only if it is collaboratively since the action research involves groups of participants such as teachers, principals, parents and other community members”. Berdasarkan penjelasan ini maka penelitian tindakan adalah yang sebenaarnya penelitian, dan dilakukan hanya untuk peningkatan pengetahuan dan pengembangan kurikulum, dalam melaksanakannya dengan bekerja sama antara guru, kepala sekolah, orang tua peserta didik beserta anggota msyarakat pendidik lainnya.

Wallace (1998: 41) menjelaskan “ by having collaborators in action research, the whole data collection and analysis can be made more motivation and save time by the allocation of different task” lebih lanjut pakar ini menyatakan bahwa penelitian tindakan yang dilakukan dengan collaborator akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan dengan penelitian tindakan yang dilkukan perseorangan(individual).

Mills (2000:6 ) menjelaskan penelitian tindakan kelass adalah “a systematic inquiry conducted by teachers or other individual in teaching or learning environment to gather information about and thae particular school operate , how they teach, and how well the students learn” . Penjelasan pakar ini mengimformasikan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan penemuan system pembelajaran oleh seorang guru secara individual atau berkelompok dalam meningkatkan atmosper atau suasana pembelajaran, pelaksaaan pembelajaran dan hasil pembelajaran, dan bagai mana motivasi peserta didik meningkat untuk belajar. Sehubungan dengan pemaparan diatas, penelitian ini dilakukan secara collaborative, dengan berkolaborasi dengan kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya.

B. Prosedur penelitian

Selanjutnya pelaksanaan penelitian akan lakukan dalam da (2) siklus penelitian, sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Kemmis and Mc. Taggart(1998:11) bahwa penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan melalui beberapa siklus, dan tiap siklus terdiri empat tahapan(stage) yakni: Plan, Action, Observation, and reflection, selanjutnya tiap siklus pada pelaksaan penelitian

(13)

ini terdir dari 2 kali pertemuan, yaitu 2x 2x 45 menit, dan tiap tahapan siklus dilakukan tindakan yang berbeda berdasarkan hasil refleksi peneliti. Adapun rincian tindakan yang dailakukan untuk tiap siklus adalah sebagai berikut:

4. Siklus pertama(1) e. Perencanaan (plan).

Dalam tahapan ini peneliti melakukan tindakan atau persiapan agar penelitian dapat dilaksanakan dengan benar, yakni:

8) Mempersiapkan instrument penelitian 9) Menyusun jadwal penelitian

10) Menentukan kelas yang akan diteliti

11) Memilih collahborator serta menjelaskan tujuan penelitian.

12) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi peserta didik dalam pembelajan. 13) Mempersiapkan observation sheet

14) Mempersiapka test f. Tindakan atauaction

Tindakan adalah perlakuan sebagai tindak lanjut dari tahapan plan, yaitu dengan pengimplementasian teknik pembelajaran Cooperative Script, yang dibagi pada kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir (Action). Tindakan sebagai kegiatan awal pembelajaran dimaksud adalah kegiatan Pembelajaran seutuhnya meliputi:

(1) Pendahuluan (5 menit):

(a) Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan, Guru membagi siswa dalam kelompok kecil, maksimum 5 orang siswa

(b) Guru menyampaikan inti jtujuan pembelajaran. (2) Pembelajaran inti (55 menit):

(a) Bekerja kelompok 20 menit (b) Presentasi 10 menit

(3) Pembelajaran kooperatif:

(a) Guru membimbing tiap kelompok siswa belajar dengan memperhatikan dan mengamati gambar yang tersaji melalui Audio Visual.

(b) Siswa memperhatikan gambar sembari mendiskusikan tugas-tugas yang diberikan guru, berdasarkan indikator pembelajaran dengan menggunakan sajian gambar pada Audio Visual

(c) Guru melakukan evaluasi proses , authentic asessment atas kegiatan kelompok (d) Dalam melakukan evaluasi guru tetap, bertitik tolak dari informasi tersaji dari

gambar melalui Audio Visual.

(e) Tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dengan perwakilan kelompok.

(4) Penutup atau Kegiatan akhir(10 menit):

(a) Guru membimbing siswa untuk merangkum hasil pembelajaran dan memberikan refleksi.

(b) Guru memberi tugas lain, dan dikerjakan di rumah. g. Observasi

(14)

Obesrvasi dilakukan selama pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas, collaborator mengobservasi guru dan interaksi peserta didik sesama mereka dan antara guru dan peserta didik, Observasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan dan dengan mengisiobservation sheet.

h. Refleksi

Dalam tahapan ini peneliti merefleksi diri atas hasil penelitian dan hasil pengamatan colaborator, baik kelemahan dan kelabihan yang terjadi pada peserta didik selama pelaksanaan peroses pembelajaran pada siklus siklus pertama. Hasil diskusi antara peneliti dan collaborator selanjutnya kelemahan atau masalah yang ditemukan pada siklus pertama menjadi “bagian Plan” akan ditindak lanjuti pada siklus ke dua.

5. Siklus 2.

Pelaksanaan siklus kedua adalah sama dengan pelaksanaan siklus pertama, hanya saja pelaksanaan tindakan ditekankan pada hasil refelksi siklus pertama seterus nya hasil refleksi siklus kedua akan ditindak lanjuti pada siklus ketiga, juga dengan tahapan yang sama.

6. Siklus 3.

Pelaksanaan siklus ketiga ini adalah sama dengan pelaksanaan siklus pertama dan kedua, pertama, hanya saja pada siklus ketiga ini adalah tindak lanjut revisi tindakan pada siklus kedua. Dan pelaksanaan penelitian berakhir pada siklus ketiga ini.

C. Setting Penelitian dan Sumber Data

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X-2 SMA negeri Padangsidimpuan. Sekolah ini berlokasi jalan Sudirman kelurahan Samora, kec. Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan. Sekolah ini berjumlah 26 kelas, terdiri dari kelas X, kelas XI, kelas XII dan untuk kelas XI dan Kelas XII dibagi atas dua jurusan yakni jurusan IPA dan jurusan IPS. Sekolah ini dipinpin oleh Bapak kepala sekolah yang Drs. Muhammad Irsyad hasibuan, dan salah seorang guru Matematika adalah penulis.

D. Instrument Penelitian

Peneliti dalam hal ini adalah berperan sebagai kunci instrument dalam penelitian ini, yaitu orang yang terlibat secara langsung dalam tiap siklus penelitian. Begitu juga dengan collaborator juga terlibat langsung sebagai observer guru dan observer peserta didik. Dan instrument yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu observasi, interview dan test untuk pemahaman Trigonometri dalam bentuk essay terstrukturobjective.

1. Lembar Observasi:Lembar Observasi digunakan untuk memndu dalam merekam dan mengumpul data yang authentic berupa informasi tentang proses pembelajaran selama pelaksanaan penelitian. Peneliti dan collaborator secara bersama-sama melengkapi atau mencheklist lembaran observasi yang telah dibuat sebelumnya dalam melihat peningkatan proses pembelajaran.

2. Interview:Interview atau wawancara dilakukan untuk menngetahui lebih mendalam, tentang implementasi teknik pembelajaran menggunakan Audio visual, dan untuk memperoleh informasi masalah apa saja yang dihadapi oleh peserta didik perindividu menurut pendapat para peserta didik itu sendiri. Interview dilakukan setelah selesai pembelajaran dengan

(15)

menggunakan Audio visual. Interview dalam hal ini juga berfungsi untuk menindak lanjuti dalam pengumpulan data yang tidak diperoleh melalui test dan lembar observasi.

3. Test Hasil Belajar Trigonometri

Test tertulis dilaksanakan untuk mengetahui keefektifan teknik Pembelajaran Cooperative Script dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Trigonometri di kelas X-2 SMA negeri 1 Padangsidimpuan. Test yang diberikan adalah pre-test dan post-test; pre-test (1diberikan sebelum pelaksanaan penelitian dan post –test diberikan pada tiap akhir siklus, dan penskoran dibuat berdasarkan pendapat Huges (1999:91). Kedua instrument ini dibuat berdasarkan indikator dari masing-masing variable.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian, tehnik pengumpulan data dalam hal ini, penulis menggunakan pendekatan qualitative dan pendekatan kuantitative, penggunaan test essay adalah pendekatan quantitaive dan observasi adalah bagian dari pendekatan kualitative. Test pemahaman ini dilakukan sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan penelitian. Hasil test ini ditunjukkan melalui grapik. Oberservasi dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi pada diri peserta didik, atau situasi pembelajaran, atau kepada guru atau peneliti sendiri, selama pengimplementasian teknik PembelajaranCooperative.

F. Tehnik Analysis Data 1. Quantitative Analisis

Sebagaimana tersebut pada tehnik pengumpulan data, maka dalam menganalisis data, juga dilakukan dengan dua cara; data yang diperoleh melalui pendekatan quantitative akan dianalisis dengan metode inferencial statistic, sebagaimana yang dinyatakan Sudjana dengan

menggunakan rumus: P=f/ Nx 100

P= presentasi keberhasilan peserta didik F= jumlah frekuensi yang sukses menulis

N= jumlah total keseluruhan dari peserta didik yang mampu mencapai skortertinggi. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaaan pencapaian peserta didik sebelum dan sesudah pengimplementasian teknik pembelajaran Cooperative Script, penulis menganalis data pre-test dan post test dengan menggunakan t-test,

2. Qualitative analysis

Data yang diperolh melalui pendekatan qualitative akan dianalisis dengan menggunakan 6 langkah sebagaimana yang dinyatakan oleh Gay dan Airasian (2000:239).

f. Data managing; yaitu peneliti membuat data dalam mentuk observasi checklist, dan field not

g. Reading atau memoing; peneliti membaca data yang telah diperoleh dan sekaligus menggaris bawahi data yang terpenting sesuai dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti sendri.

h. Description: data yang telah diperoleh selama pelaksanaan penelitian, kemudian

didescripsikan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Perolehan data ini bertujuan untuk menghasilkan gambaran setting, selama pelaksanaan penelitian.

i. Classifying; yaitu menngelompokkan dsata yang umum kepada yang lebih khusus, j. Interpreting; setelah data yang diperoleh diklassifing, maka data tersebut diiinterpretasi

(16)

Dalam hal penelitian kualitative, tahapan terakhir adalah penulisan laporan, tentang temuan dan pembahasan. Data terakhir diperoleh dari test yang dianalisis untuk mengetahui hasil tiap siklus sebagai penjelasan hasil analisis.

Selanjutnya hasil analisis kedua data diinterpretasi dengan tujuan agar pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan baik. Berdasarkan data kualitative ditemukan dengan menggunakan teknik pembelajaran Cooperative Script hasil belajar siswa pada materi Trigonometri di kelas X-2 meningkat. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil perbanding pre- test dan post test yang dilaksanakan, Jika hasil perbandingan menunjukkan hasil yang signifikan, dapat diasumsikan bahwa implementasi teknik pembelajaran Cooperative Script pada materi Trigonometri adalah efektif unutk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X-2 SMA negeri 1 Padangsidimpuan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANAN A. Hasil temuan

Sebagaimana dijelaskan pada bab-bab terdahulu, penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus dan empat pertemuan. Tiap siklus terdiri dari empat pase sebagaimana yang dipelopori oleh Kemis & Taggart : Perencanaan( planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting). Alokasi waktu tiap pertemuan adalah 3 X 45 minit. Penelitian ini bertujuan untuk menangani masalah dalam pembelajaran Trigonometri dengan penerapan teknik pembelajaran Cooperative Script.

Pada tiap akhir siklus, peneliti dan kolaborator melakukan test untuk peserta didik. Test dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peningkatan dan bagian mana dari indicator pembelajaran Trigonometri siswa tersebut yang masih bermasalah. Procedurr penelitian ini terdiri dari:Planning(perencanaan), Tindakan (action), Observasi (observation), dan Revisi..

Sebelum melakusaakan tahapan penelitian (siklus penelitian), peneliti melakukan persiapan- persiapan meliputi:

5) Persiapan RPP, draf Interview, draf observasi dan angket.

6) Mengurus izin persetujuan pelaksanaan penelitian dari kp.sek. dan Dinas pendidikan. 7) Mencari dan menetapkan kolaborator.

8) Menyiapkan media dan materi yang digunakan selama penelitian. Penerapan procedur dalam peneitian ini dapat di rinci sebagai berikut:

1. Sejauh mana teknik pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang studi Matematika pada materi Trigonometri siswa kelas X-2 SMA negeri 1Padangsidimpuan?

Siklus 1.

Penulis menerapkan empat fase dalam siklus 1 yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan evalasi. Selanjutnya hasil evaluasi direfleksi oleh peneliti. Siklus1. Dilaksanakan untuk empat pertemuan, tiap pertemuan memakan waktu 2x 45 menit. Pertemuan pertama adalah hari pertengahan agustus 2015, dan pertemuan kedua adalah awal September 2015, pertemuan ketiga awal September dan petemuan keempat akhir October 2015.

Siklus pertama ini meliputi kegiatan penjelasan peneliti dan kolaborator kepada peserta didik tentang tujuan peneliti, dan membari pengarahan agar peserta didik dapat bekerjasama dengan peneliti. Sedangkan kegiatan lain yang dilakukan pada fase ini adalah:

(17)

1) Peneliti melakukan pre-test.

2) Peneliti melakukan wawancara dengan peserta didik tentang kesulitan mereka dalam belajar.

3) Memeriksa hasil pre test

4) Peneliti mengamati siswa selama melakukan pre test, begitu juga selama melakukan wawancara.

5) Data diperoleh dengan menggunakan observasi cheklis selanjutnya diolah dan dianalisis sedemikian rupa berdasarkan huberman teknik sebagaimana telah disebutkan pada baba terdahulu. Sehingga pertayaan penelitian dapat dijawab dengan benar dan terukur.

a. Fase Perencanaan (Planning Phase)

Setelah melakukan pengamatan dan penemuan masalah, peneliti merencanakan beberapa tindakan sebagaimana yang tertuang dalam RPP, begitu juga dengan materi dan media nya. Dalam menyeleksi dan perencanaan materi, dan media peneliti memilih gambar bangun dan bidang yang disajikan melalui Audio Visual, media belajar yang digunakan adalah media yang berhubungan dengan Trigonometri

Selama penerapan siklus satu, peneliti melakukan tindakan, menggunakan materi, media, dan melakukan evaluasi sessuai dengan yang tertulis dalam RPP yang telah ditetapkan. Pelaksanaan siklus ini dilakukan dua kali pertemuan dalam satu seminggu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sekolah. Pada pertemuan terakhir dari siklus 1. Penulis melakukan test berdasarkan indikator pencapaian pembeljaran Trigonometri sebagaimana yang tertera pada bab sebelumnya.

Dari hasil test dapat diketahui bahwa skor pemerolehan peserta didik sebelum pelaksanaan penelitian adalah 64 Yakni jauh di bawah nilai KKM yaitu 80. Berdasar data di atas dapat diartikan bahwa skor pemerolehan siswa masih jauh dari KKM: dan hanya 8 orang yang berhasil memperoleh atau mencapai nilai KKM , berarti hanya 12 % dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas, dan ada 88% siswa yang tidak tuntas.

i. Tindakan (action phase).

Pada pertemuan kedua siklus satu ini meliputi pengenalan teknik dan mngiplementasikan teknik tersebut dikelas secara nyata, sesuai dengan RPP yang telah dibuat, begitu juga dengan materi, media dan evaluasi yang digunakan. Pelaksanaan teknik menggunakan Audio visual sesuai dengan prosedur sebagai mana yang telah tertera pada bab II. Yaitu dengan pengenalan berbagai jenis sudut pada bidang atau bangun sebagai indicator Trigonometri. Pada pase ini guru mengajak peserta didik untuk menemukan dan mencari tahu besar sudut suatu bidang atau bangun, dan mengidentifikasi jenis sudut yang terdapat pada suatu bidang yang disajikan melalui Audio Visual.

Pada kesempatan ini peneliti sengaja mengarahkan pada bangun yang familiar bagi siswa agar pemahaman siswa pada sudut bidang dimaksud lebih baik, sehingga konstruk sudut pada bidang dan bangun betul- betul dipahami peserta didik. kemudian dari pada itu, pada pase ini guru berusaha agar seluruh siswa berpatisipasi aktif, dengan memberikan pertanyaan-pertanyan pada peserta didik sesuai dengan hal diatas. Contohnya” apakah kamu pernah dengar atau melihat atau mengukur besar sudut yang ada didalam bidang yang tersaji pada gambar tersebut? Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang bidang, dan jenis sudut serta pengukuran sudut yang terdapat pada suatu bidang, dan membantu kolaborator dalam mengamati sikap dan keaktifan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Semua

(18)

jawaban siswa di tulis, kemdudian dilanjutkan prosedur kedua yakni pengklasifikasian jawaban atau ide yang diberikan siswa.

Selanjutnya peneliti menyuruh siswa untuk memperhatikan dan memahami gambar bidang atau bangun, dalam 15 menit, dan tsiswa tetap diawasi oleh peneliti dengan berbagai pendekan perindividu, kemudian siswa di minta untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan bidang tersebut. Pelaksanaan tugas atau penyelesaian soal ini dikerjakan perkelompok sebagaimana prosedur diatas, dan hasil kerja kelompok dipresentasikan di depan kelas, tetapi semua kegiatan ini dikerjakan peserta didik perkelompok atau perindividu.

Kolaborator mengamati bagaimana sikap dan antusias peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

ii. Obervasi

Observasi meliputi kegiatan pengamatan pelaksanaan latihan siswa ketika pelaksanakan peruses pembelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru untuk mengetahui sejauh mana teknik pembelajaran Cooperative Script dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa pada materi Trigonometri. Kegiatan atau tindakan akhir dalam siklus satu ini adalah pelaksanaan tugas mandiri terstruktur oleh siswa. Guru memberi tugas bagi siswa per individu untuk meneyelesaikan beberapa buah soal tentang Trigonometri. Setelah pelaksanaan tugas ini selesai, hasil kerja dibacakan oleh siswa kedepan kelas, kemudian dikumpulkan untuk penilaian. Penilaian dilakukan perindikator dan diberi skor.

Pada pase ini memang hanya beberapa siswa yang tampil mau membacakan jawaban sebagian enggan, malu, tidak percaya didir, takut salah. Walaupun petunjuk sudah diberikan namun namanya belajar, butuh pengulangan tindakan, pada siklus satu ini belum memperlihatkan hasil yang nyata yang memuaskan bagi peningkatan hasil belajar siswa, dan pada pertemuan berikut kegiatan ini dilaksanakan kembali, sebagaimana tertulis pada RPP.

Untuk memulai pertemuan ketiga ini peneliti melakukan pengaktipan schemata siswa tentang teknik pembelajaran Cooperative Script, dan indikatornya adalah tentang cosinus . Selama pertemuan ketiga ini dapat dilihat sikap dan antusias siswa meningkat, dari hasil pengamatan hal ini disebabkan, pemahaman peserta didik semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tugas yang diberikan peneliti pada peserta didik lebih baik dari pertemuan sebelumnya.

iii. Refleksi

Pertemuan ketiga telah menunjukkan hasil yang lebih nyata dari pada hasil pada pertemuan sebelumnya, pada akhir pertemuan ketiga ini peneliti memberikan evaluasi, untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi Trigonometri. Sehubungan dengan hal ini peneliti memberikan test non objective dengan indicator terbatas; besar sudut suatu bidang berdasar cosinus” . seterusnya hasil test menunjukkan bahwa skore rata - rata siswa pada siklus satu ini adalah 80.1,dan jika dibanding pada hasil test sebelumnya adalah 69,9 . begitu juga hasil test diatas, diketahui ada 25 siswa yang memperoleh skore KKM Ke atas. Ini berarti Lebih 50 % siswa dari 33 orang yang lulus KKM, dan hanya 8 orang yang gagal atau memperoleh nilai dibawah KKM.

Setelah melaksanakan tes pada siklus 1. Penelitti melakukan analysis data yang diperoleh selama ujian; data hasil observasi oleh kolaborator, untuk mengetahui aktivitas dan sikap siwa selama peroses pembelajaran Trigonometri berlangsung dengan menggunakan teknik menggunakan Audiovisual.

(19)

Berdasarkan hasil test, dapat diketahui bahwa keadaan kegiatan siswa didalam kelas tidak begitu aktif, dan hasil perolehan siswa belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dan latihan yang diberikan tidak dapat diselesaikannya. Kesulitan yang dialami siswa berkisar pada identifikasi sudut-sudut istimewa, disebabkan karena kurangnya pemahamn siswa terhadap pengukuran sudut, pemahan tentang sinus, kosinus atau penggunaan rumus-rumus trigonometri rendah. Para siswa kurang mampu menggunakan rumus trigonometri, dan kurang mampu mengkaitkan rumus-rumus tersebut, sehingga hanya sedikit siswa yang dapat melakukan pengukuran sudut dalam menghitung luas segitiga.. Data ini didukung oleh hasil wawancara guru dengan siswa setelah melakukan ujian latihan, peneliti melakukan wawan cara dengan siswa sehubungan dengan kesulian yang dialami mereka( yang tidak mampu menyelesaikan latihan.

Dari hasil pengamatan juga diperoleh data, bahwa siswa yang aktif ketika belajar dapat mencapai nilai KKM, dan siswa yang tidak dapat mencapai nilai KKM adalah siswa yang kurang aktif ketika belajar berlangsung.

Dari analisis hasil wawancara diatas, dapat diketahui para siswa yang lebih aktif memperhatikan penjelasan guru, arahan guru, pokus pada gambar yang diberikan guru, dapat memperoleh nilai diatas KKM, dan tugas yang diberikan dapat diselesaikannya. Disamping itu pemahaman rumus-rumus trigonometri dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas latihan.

Namun berdasar refleksi guru (peneliti), peneliti yakin problem diatas apat diatasi jika guru lebih memperhatikannya. Adapun hasil refleksi peneliti, masalah siswa yang ditemukan pada siklus ini secara rinci adalah sbb:

(4) Siswa berkesulitan dalam mengunakan rumus-rumus trigonometri

(5) Rendahnya pemahamn siswa tentang penggunaan rumus-rumus trigonometri. (6) Kurangnya kemampuan siswa untuk mengidentifikasi sudut-sudut istimewa. (7) Penguasaan rumus-rumus meliputi sinus, cosines dan tangent masih kurang.. Selanjutnya masalah siswa yang ditemukan pada siklus ini, akan ditangani pada siklus berikut, yakni siklus 2.

Siklus dua (2) e. Perencanaan

Berdasarkan hasil dan permasalahan yang ditemukan pada siklus pada siklus 1, pada siklus 2 ini peneliti melakukan revisi dan peningkatan tindakan, agar permasalahan tersebut dapat diatasi. Adapun tindakan dimaksud direncanakan sbb:

(8) Menggunakan media yang lebih menarik dalam memerkenalkan atau memberikan topic yang dibahas.

(9) Memberikan waktu yang cukup (lebih banyak) bagi siswa untuk mengaktifkan pengetahuan sebelumnya, melalui tindakan brainstorming yang lebih lama, dan focus.

(10) Memberikan pertanyaan yang lebih focus dan lebih menarik dalah mengarahkan dan mengembangkan penggunaan rumus-rumus Trigonometri, dalam penyelesaian latihan dalam menhitung besar sudut.

(11) Pengelompokan siswa yang lebih kecil ketika penerapan prosedur penyelesaian tugas atau latihan.

(12) Menggambarkan isudut-sudt istimewa yang lebih menarik, misalnya dengan pemberian warna peta yang lebih cerah dan unik.

(20)

(13) Menambah dan memperbanyak contoh, sehubungan dengan penggunaan rumus-rumus Trigonometri.

(14) Memotivasi siswa dan lebih memperhatikan yang berkesulitan.

(15) Motivasi siswa dengan memberikan rewards, tepuk tangan, atau acungan jempolbagi yang menyelesaikan tugas lebih dulu dan benar.

f. Tindakan (action).

Tindakan atau pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 ini tidak jauh beda dengan apa yang dilakukan pada siklus satu. Pertemuan pertama pada siklus 2 ini dimulai dengan pengumuman hasil tes yang telah dilakukan pada akhir pertemuan pada siklus 1, penyampaian topic baru dan penyampaian harapan agar pada pelaksanaan berkut agar lebih konsentrasi atau lebih focus sehingga hasil yang diperolrh nantinya lebih baik.

Pada pertemuan ini topik yang dibahas adalah “ pengukuran luas segitiga berdasarkan penggunaan table sinus, tangent dan kcosinus, dengan menunjukkankan gambar segitiga atau sudut. Pada pertemuan ini guru memberikan waktu yang lebih longgar dari waktu yang digunakan pada pertemuan sebelumnya. Ini dimaksudkan agar masalah waktu sebagaimana diatas dapat ditangani dan perhatian siswa pada topic lebih focus dengan dibarengi gambar yang menark dan relepan.kemudian guru melakukan brainstorming yang lebih baik, durasinya lebih baik, sehingga siswa memperoleh kesempatan yang cukup dalam mengemangkan rumus berdasarkan soal yang diberikan, dan kesempatan berinteraktif dengan guru dan sesama temannya. g. Observasi

Berdasar hasil observasi pada peetemuan ini jumlah siswa yang aktif dalam belajar semakin banyak, dan keaktifan tersebut semakin focus dan makin konsentrasi. Apalagi topic yang diberikan agak familiar, maka keantusiasan siswa tercermin pada situasi pembelajaran. Interaktif antar guru dan siswa semakin bagus, antusias siswa dalam menjawab pertanyaan juga semakin meningkat. Siswa Nampak antusian mengerjakan tugas yang diberikan guru, tiap individu kelihatan asyik dan aktif menyelesaikan latihan dan tugas, dan dalam pada itu kelas sempat hening seketika, karena masing-masing individu asyik menulis menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Pada pertemuan kedua diberikan topic yang baru yakni “penggunaan tabel sinus, tangent dan cosinus, dan tindakan yang sama pada pertemuan pertama pada siklus 2 ini. Dari hasil observasi situasi yang nampak adalah semakin meningkatnya minat belajar siswa dan partisi serta interaktif yang makin baik. Peserta didik semakin antusias, dan peningkatannya mereka melakukan dengan keadaan senang dan gembira berlomba siapa duluan siap, agar dapat memperoleh reward, yaitu dapat duluan istirahat pemenang pertama menyelesaikan tugas .

Pertemuan ketiga menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ketiga ini dapat dilihat kesadaran siswa akan perhatian yang baik pada topic berpengaruh pada kemampuan untuk pengembangan penggunaan rumus-rumus selanjutnya untuk pengukuran besar sudut, dan luas segitiga.

(21)

Pada akhir pertemuan pada siklus 2 ini, kemampuan siswa untuk melakukan dan meneyelesaikan tugas makin jelas kelihatan serta jumlah siswanya semakin meningkat. Pada akhir pertemuan ketiga ini guru memberikan evaluasi yaitu dengan memberkan latihan tugas mandiri, dari hasil evaluasi yang dilakukan dapat diketahui beberapa masalah yang ada pada siklus dua hasil refleksi siklus 1, telah tertangani. Kemudian dari hasil test dapat digambarkan hasil pemerolehan rerata skor siswa dalam siklus 2 adalah dan mengalami peningkatan sekitar 12 poin jika disbandingkan pada hasil pretest. Pada pelaksanaan test pada siklus 2 ini, hampir semua siswa telah tuntas atau mampu memperoleh skor diatas KKM, dan hanya satu orang yang tidak tuntas.

Hasil diatas mendukung hasil obsrvasi tentang sikap para peserta didik, dan aktipitas mereka ketika sedang belajar; dimana hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. seterusnya dari hasil test dilihat bahwa aktipitas siswa semakin aktif melalui penerapan teknik pembelajaran Cooperative Scriptn dan hasil belajar mereka telah meningkat, dan hampir seluruh siswa memperhatikan topik dengan baik, dan mampu mengidentifikasi besar sudut dan sudut istimewa. Hampir seluruh siswa aktif dan berfartisipasi selama belajar, dan pada saat mengidentifikasi segitiga dan jenis sudut, mereka dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru baik dan antusias.

Berdasarkan data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa hasil dan proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 2 ini peningkatannya signifikan, dan seluruh siswa sudah berhasil mencapai nilai KKM, sehingga penulis bermaksud untuk tidak melanjutkan pada siklus tiga lagi, dengan kata lain melaksanakan penelitian ini hanya pada siklus 2 ini saja.

Berdasarkan data tersebut diatas dapat diketahui bahwa dengan penerapan teknik pembelajaran Cooperative Script dalam pembelajaran Matematika khususnya pada materi Trigonometri adalah efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Penerapan teknik pembelajaran Cooperative Script menjadi efektif digunakan dalam pengajaran Trigonometri jika meliputi beberapa faktor antara lain: 6. Jika teks soal yang digunakan adalah baru dan menarik serta dapat dihubungkan

dengan kehidupan nyata (dalam kehidupan sehari-hari siswa). 7. Menggunakan media yang menarik.

8. Guru memiliki kreatifitas yang baik. 9. Didukung oleh pasilitas yang memadai.

10. Dilaksanakan oleh guru yang berdedikasi tinggi demi peningkatan kualitas pembelajaran.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, serta dengan berdasarkan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menemukan bahwa penerapan tehnik pembelajaran Cooperative Script dalam pembelajaran Matematika khususnya pada materi Trigonometri adalah effektif, dan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar matematika siswa, dimana peningkatan tersebut mencakup indikator pembelajaran Trigonometri yang baik sesuai dengan teori yang disampaikan oleh para pakar yang dirujuk pada pelaksanaan penelitian ini, dan tercantum pada bab II.

Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan penelitian” sejauh mana teknik pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang studi matematika khususnya pada materi Trigonometri?” adalah melalui hasil perhitungan mean score dari tiap

(22)

Untuk menjawab pertanyaan kedua yakni “ faktor- faktor apa yang membuat teknik pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang studi matematika khususnya materi Trigonometri? “ adalah dari analisis data yang diperoleh melalui pengamatan atau obervasi dan interview yang dilakukan kolaborator selama penelitian berlangsung. Dari hasil tersebut dapat diketahui faktor utama adalah faktor kreatifitas guru dalam mengimplementasikan atau menerapkan tiap langkah- langkah teknik pembelajaran Cooperative Script, dengan dukungan faktor lain sebagaimana tersebut terdahulu, yakni : pemilihan materi, media yang digunakan serta fasilitas yang memadai.

V. KESIMPULAN, DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasar hasil temuan pada bab IV,dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan teknik pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang studi Matematika khususnya pada materi Trigonometri untuk siswa kelas X-2 di SMA negeri 1Padangsidimpuan.

2. Faktor –faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan tersebut adalah: materi dan media yang digunakan, dan kemampuan guru dalam penerapan teknik Pembelajaran Cooperative Script .

B. Saran

Dengan berdasarkan hasil temuan diatas , penulis mmenyarankan agar guru yang mengajar Matematika khususnya Trigonometri, agar meningkatkan kreatifitasnya dalam memilih teknik, materi dan media yang digunakan, dan salah satu teknik tersebut adalah tknik pembelajaran Cooperative Script

Daftar Pustaka

Arsyad Azhar 2006. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung. Yrama Widya.

Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran Cet. 1. Surabaya. Insan Cendikia

Kemmis, Stephen and McTaggar, Robin. 1988.The Action Research Planner. Victoria: Deakin University.

\Rosihan Ari Y. Indriyastuti. 2008. Perspektif Matematika 1untuk kelas X SMA dan MA.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang. IKIP Semarang Press. Daryanto. 1998. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Apollo.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta. Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 1982. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung. Tarsito. Hamalik, Oemar. 1985. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.

Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. UNESA-University Press.

Isdianto, Budi. 2003. Model Pembelajaran Kooperatif. Makalah disajikan pada LKGI Matematika Propinsi Jawa Tengah di BPG Srondol.

Purwadarminto. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung. Balai Pustaka. Sastromiharjo. 1980. Evaluasi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional

Simanjuntak, Muersell. 1975. Pengajaran Berhasil. Jakarta. Bina Aksara.

Siregar, Eveline dan Hartinara. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor. Ghalia Indonesia. Sudjana, Nana. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Stainar Baru.

(23)

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, Ahmad. 2011. Model Pembelajaran Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional, http://akhmadsudrajat.wordpress.com [25 Mei 2011]

Sugandi, Ahmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang. UNNES.

Suherman, dkk. 20003. Strattegi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. JICA FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Sukardi. 1983. Strategi Belajar yang Efektif. Bandung. Atrsito.

Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajawali Press.

Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang:UNNES.

Widarwati. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Malang. Pusat Pengembangan Penataran Guru.

Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta. PT Gramedia.

Gambar

Tabel nilai perbandingan sudut-sudut istimewa

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu peneliti mencoba untuk mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) menggunakan metode simulasi. Rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1) bagaimana proses pengembangan

Ilmu Pragmatik membantu untuk menemukan cara pengajaran bahasa asing yang menghasilkan pembelajar bahasa asing yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa rasio Modal Kerja dibandingkan dengan Total Akiva bahwa rata-rata perusahaan yang diteliti mempunyai rasio yang rendah

Saran pada penelitian ini ialah: (1) media job sheet trainer otomasi instalasi tenaga listrik menggunakan PLC OMRON CP1E E20SDRA dapat diterapkan sebagai

Berkaitan dengan itu, maka dari penelitian dalam bab tiga, dapat disimpulkan bahwa, pemahaman para bandar dan pengedar narkoba dalam memberi persembahan adalah

Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan atas rahmat serta hidayahNya, sehingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pelestarian Budaya Piil

Melakukan berbagai bentuk latihan kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan (daya tahan, kekuatan).. Melakukan pengukuran berbagai bentuk latihan kebugaran jasmani

Kondisi psikologis jamaah juga menjadi salah satu faktor yang dapat menggangu proses transfer pesan dari khotib kepada jamaah, tidak sedikit pula jamaah yang