J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 15, No.2, Juli 2008: 59-69
KARAKTERISTIK
KONSORSIUM
BAKTERI PEROMBAK DIBENZOFURAN
DARI SEDIMEN MANGROVE.
{Dibenzofurun-degrading
Bacterial Consortium
Chsracteristicsfrom
Mongrove
Sediments)
Yanis'tvor"*'.',11;;f
i*"lT#f,
ffff
ilIilI,i,?ii:,y.1;'#f ;##.1;"""*bada'..
E-mail: yanis@yahoo.cgnr
*
Penulis untuk korespondensi '*Fakultas Perlanian, UGM, YogyakartaDiterima:
ll
Desember 2007 Disetujui: 8 Februari 2008Abstrak
Dibenzofuran merupakan salah satu senyawa hidrokarbon aromatis polisiklik yang terdiri
atas dua cincin benzene yang dihubungkan melalui satu atom oksigen dan satu atom karbon.
Dibenzofuran yang mengalami khlorinasi bersifat lebih meracun dari pada senyawa asalnya,
di-benzofuran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsorsium bakteri perombak dibenzofu-ran dari sediment mangrove serta menyelidiki sifat mikrobiologisnya. Konsorsium dikembangkan dari sediment mangrove menggunakan medir"rm mineral cair yang diperkaya dengan 1000 mg
l-' dibenzofuran sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa konsorsium yang diperoleh mempunyai kemampuan merombak dibenzofuran yang
relatif tinggi. Kecepatan perombakan konsorsium terpilih adalah 211,5 mg l-'hari''. Dari konsorsium terpilih diperoleh lima isolat bakteri. Pertumbuhan konsorsium lebih tinggi dari pada masing-masing isolat atau kombinasinya. Jumlah bakteri dalam konsorsium terpilih mencapai 3,9x10'2 CFU ml-r sedangkan pada masing-masing isolat dan kombinasinya berkisar dari 1,0x108 sampai 7,9xl0ro CFU ml-r.
Kata kunci: Perombak-dibenzofuran, konsorsium, mangrove.
Abstruct
Dibenzofuran is o one oJ'polycyclic aromatic hydrocarbon compounds that consists oJ' two benzene rings that are inter connected by one oxygen atom and one carbon. Chlorinated
di-benzofuran can be ntore toxic chentical than lhe original compound, dibenzoJilran. The present study was conducted to obtain the dibenzofuran-degrading bacterial consortium from mangrove sediments and to investigate their microbiologicol choracteristics. The bacterieil consortiuttt were developed
from
mengrove sediments by enrichmentliquid
minerals medium with 1000 ppm dibenzofuran as the sole source oJ-carbon and energy. The results showed that the consortium had relative high ability to degrude dibenzofuran. The degradation rates of diben-zofuran b),the consortium wos 211.5 mgl''
duy'.
There were.five bacterial isolatesin
the consortium. The growth oJ the consortium was higher than thot oJ'the individual isolates or their combinations. The number oJ'bucteria in the consortium wqs 3.9x10 l0t2 CFU ml-t where as the number oJ'the individual isolate or their c:ombinations ranging./romL0rlU
to
7.9xl0t') CFU ml t.60 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 15, No.2 Penggunaan konsorsium, yang terdiri
atas campuran beberapa strain bakteri, untuk merombak HAP telah dilakukan (Bouches el al.,1995; Bouches e/ a|.,1999;Cawalho et al., 2001;Draz et o1.,2000; Fortnagel et a|.,1990; Siciliano et a|.,20}3;Murygina et a|.,2000; Ou dan Thomas, 1994). Biakan campuran mern-punyai kemampuan perombakan yang lebih sempurna sertamempunyai toleransi yang lebih tinggi terhadap metabolit yang bersifat toksik (Trzesicka-mlynarz danWard 199 5 ; Bouchez e/
al., 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perombakan senyawa HAP oleh konsorsium bakteri berlangsung lebih cepat dan sempurna dari pada oleh bakteri tunggal. Penggunaan
konsorsium bakteri untuk merombak
dibenzo-furan belum pernah dilaporkan. Pada umumnya HAP dapat dirombak oleh konsorsoium bakteri,
dan dibenzofuran berpotensi mudah dirombak oleh konsorsium bakteri.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapat-kan konsorsium bakteri yang mampu merom-bak dibenzofuran dengan cepat serta menge-tahui karakter mikrobiologis perombakannya. Konsorsium berasal dari sedimen mangrove.
Sebagai lahan basah sedimen mangrove mem-punyai aktivitas dan keragaman mikroorgan-isme yang lebih tinggi daripada ekosistem yang lain. Perakaran tanaman mangrove membentuk rhizosfer yang teroksigenasi dan mengandung bermacam-macam substrat sehingga meru-pakan zone kaya yang sangat baik bagi aktivitas mikroorganisme (Macek et a|.,2000). Dalam sedimen mangrove terdapat bakteri indigine-oils perombak HAP yang beragam (Daane et al., 2001; Diaz et a|.,2000; Guo et al., 2005; Ramsay et a|.,2000), sehingga dimungkinkan untuk mendapatkan konsorsiurn bakteri yang
dapat merombak dibenzofuran dengan baik. Dilakukan pula penelitian terhadap ke-mampuan perombakan dibenzofuran oleh Sphingomonos Wittichii strain
RWI
sebagai pembanding. Strainini
dikenal sebagai bak-teri perombak dibenzofuran yang handal dan sudah dikarakterisasi secara biokimia maupun molekular (Wittich et al., |99Z;Armengaud et al., 1998; Yabuuci e/ a1.,2001).PENDAHULUAN
Dibenzofuran merupakan salah satu se-nyawa hidrokarbon aromatis polisiklik (HAP) yang mengandung oksigen. Dibenzofuran ter-cliri atas dua cincin benzen yang dihubungkan dengan satu atom oksigen dan satu karbon. Seperti scnyawa HAP pada umumnya diben-zol-uran bersifat
hidrofobik. Hal
ini
meng-alcibatkan dibenzofuran semakin bersifat persisten. Senyawa dibenzofuran maupun dibenzofuran berkhlor semakin banyakdi-jumpai
di
alam sebagai hasil samping pem-buatan pestisida, pembakaran senyawa yang mengandung khlor, Iimbah industri seperti pe-mutihan pulp, dan lain-lain. Senyawa dibenzoberkhlor dikenal
sangattoksik,
terutama pada kulit dan hati, dapat menimbulkan keru-sakan pada sistem indokrin, mampumeng-induksi kerja
beberapakelompok
enzim, dan dapat memacu timbulnya tumor (Poland dan Knutson, 1982; Safe, 1986).Dibenzofu-ran dapat dijadikan senyawa model karena beberapa
bakteri
perombak dibenzofuranjuga diketahui
mempunyai
kemampuanuntuk merombak senyawa
lain
yang miripseperti dibenzodioksin, fluorene, fluoranthene, dibenzofu ran terkhlorinasi, serta phenanthrene dan anthrasene melalui kometabolisme (Habe et a1.,2004; lida et a|,2002; Yamazoe et al., 2004)
Beberapa mikroorganisme perombak dibenzofuran telah berhasil diisolasi dari ber-bagai sumber: lingkungan air (sungai), tanah,
maupun lumpur aktif. Sphingomonas wittichii
starin RWl
,
Teruabacter sp. Strain DBF63, Rhodococcus sp., Janibacter sp, dan Pseudo-monos sp. Strain HH69 merupakan beberapa bakteri yang mempunyai kemampuan merom-bak dibenzofuran dengan baik (Me gharaj etal., 1997; Monna et al., 1993; Noumura et al., 2004). Perombakan dibenzofuran oleh biakan tunggal bakteri mengalami hambatan pada
beberapa tahap metabolik sehingga terjadi aku-mulasi senyawa trihidroksibifenil (De'Enza,
2002) maupun asam salisilat dan gentisat (Fortnagel et al., 1990).
Juli 2008
METODOLOGI
Pengernbangan konsorsium dan karakteri-sasi perombakan konsorsium
Surnber konsorsium adalah sedimen man-grove
di
daerah Indramayu yang dikulturkan rnenjadi empat biakan (biakanAl,
biakan A2, biakanRl,
dan biakan R2). BiakanAl
dan A.2 dibuat untuk sedimen di sistem perakarantanarnan Avicennia, sedangkan biakan
Rl
dan R2 dari sedimen di sistem perakaran Rhizop-hora. Lima gram sedimen dimasukkan ke da-lam 50 ml medium rnineral cair (MMC) yang ditambah dengan 1000 mg l-r dibenzofuran sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi (MMC- I 000mgl-r-dibenzofuran). KomposisiMMC (mg l-') adalah: Na.,HPOo.l2HzO-2200; NH4NO3-3000; KH2PO4-800; MgSO4.7H2O-100; FeClr.6HrO-10; CaClr.2HrO-50 dan
NaCl-500. Dibenzofuran disiapkan dengan konsentrasi 50.000 mg l-r dalam
etil
asetat,diambil
dengan volume tertentu sehingga memberikan konsentrasi yang diinginkan dandimasukkan ke dalam bejana steril. MMC
ste-ril
ditambahkan ke bejana tersebut setelah etil asetat habis menguap.Biakan diinkubasikan selama satu minggu
di
atas meja penggojog (150 rpm), selanjut-nya 5Yo dari biakan diambil, reinokulasikan pada MMC- l000mgl-r-dibenzofuran segar (disebutsubkultur 1),
dan diinkubasikankembali.
Reinokulasi pada medium segar dilakukantujuh
kali.
Pengamatan sisadi-benzofuran pada biakan dan
jumlah
sel di-lakukan pada subkultur1,3,5,
dan7 di akhir inkubasi. Biakan yang mempunyai kemam-puan perombakan dibenzofuran yang paling cepat ditentukan sebagai konsorsium terpilihdan
dianalisis
lebih lanjut
untuk
menge-tahui karakter mikrobiologis danperombakan-nya.
Penguj ian karakter perombakan dilakukan melalui percobaan pertumbuhan menggunakan MMC- I 000mgl-r -dibenzofuran. Inokulum
benrpa konsors iurn terpil ih ditambahkan hing ga jumlah sel awal mencapai 5.107 sel ml-r. Biakan diinkubasikan selama 3 hari dengan digojog
WIJAYARATIH, Y., DKK.: KARAKTERISTIK KONSORSIUM
6l
150 rpm. Pengamatan sisa dibenzofuran dilaku-kan setiap 24 jamdengan pengambilan sampel secara terbuang. Kemampuan perombakan di-benzofuran oleh Sphingomonas Wittichii strain RWl, sebagai pembanding, dilakukan dengan
cara yang sama.
Analisis sisa dibenzofuran:
Sisa dibenzofuran dalam biakan cair dia-nalisis dengan cara menambahkan
etil
asetatpada biakan cair
(l:l).
Phenantrene, sebagaiinternal
standart, ditambahkan sehingga kadarnya mencapai 200 ppm. Selanjutnya divortek selama satu menit. Fase bening etil asetat dilewatkan padakolom
yang berisi NarSOo untuk menghilangkan airnya. Selan-jutnya sebanyakI
pl
disuntikkan ke dalam GC dengan kondisi operasional sebagaiber-ikut:
kolom yang digunakan adalah KapilerHPl,
suhu kolom dan detektor adalah 250"Cdan 260'C, tekanan gas pembawa (Nr) sebbsar 150 kPa.
Isolasi bakteri yang terdapat dalam konsor-sium terpilih.
Bakteri yang terdapat dalam konsorsium terpi lih diisolasi menggunakan medi um Nutrien
Agar
(NA)
dengan metode surface plating. Koloni tunggal yang menunjukkan morfologi yang berbeda diambil sebagai isolat. Isolat yang diperoleh dimurnikan dan disimpan dalam medium NA.Pertumbuhan
individu
isolat
dan biakan campuran padaMMC-I000mgl-t-dibenzo-furan.
Masing-masing isolat murni dan biakan campuran yang berupa kornbinasi
dari
ma-sing-masing isolat diuji dengan menggunakan MMC- t 000rngl- I -dibenzofuran.Masing-ma-sing inokulum ditambahkan ke dalam medium hingga konsentrasi awal mencapai 5.107 sel
ml',
diinkubasikan selama tujuh haridi
atas meja penggojog (150 rym). Jumlah sel diten-tukan setelah tujuh hari inkubasi menggunakanmetode surface plating pada medium NA dalanl petridish.
62
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengembangan konsorsium dan karakteri-sasi perombakan dibenzofuran.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsorsium bakteri perombak dibenzofuran dapat dibentuk dari sedimen di bawah tegakan mangrove. Keempat biakan (biakan A1, biakan42,
biakanRl,
dan biakan R2) yang dibuat menunjukkan aktivitas perombakan dibenzo-furan yang beragam (Tabell).
Setelah inku-basi selama tujuh hari, pada subkultur tiga danseterusnya dari biakan
Al,
sisa dibenzofuran dalam medium tidak terdeteksi lagi, sedangkan dalam biakan A2,Rl,
dan R2 dibenzofuran ma-sih. dapat dijumpai. Kemampuan perombakan biakan ,A.2 secara nyata sama dengan biakanRl.
Sisa dibenzofuran pada subkultur 3 dari biakan A,2 danRl
tidak berbeda nyata, yaitu berturut-turut sebesar 44 dan69 mg l-t. Aktivi-tas perombakan biakanA2 maupunRl
menun-jukkan kestabilan pada subkultur berikutnya. Sisa dibenzofuran masing-masing biakan .A.2dan
Rl
pada subkultur 5 dan 7 tidak berbedaJ. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. l5,No.2
nyata dengan subkultur 3. Sisa dibenzofuran biakan R2 pada subkultur 3, 5 darr 7 juga tidak berbeda nyata, berturut-turut sebesar 159,162, dan 149 mg l-', secara nyata lebih tinggi dari
pada biakanAl,
Rl,
maupun R2. Berdasarkan analisis terhadap sisa dibenzofuran maka biak-an AI
mempunyai kemampuan merombak dibenzofuran paling baik dibandingkan dengan ke tiga biakan lainnya, kemampuan perom-bakan biakan A2 danRl lebih rendah daripadaAl,
namun lebih tinggi dari pada biakan R2. Jumlah sel maksimum yang dicapai oleh biakanAl,
A2,Rl
dan R2 hampir sama yaitu sekitar1012 CFU ml-r(Tabel2). BiakanAl mempunyai
kemampuan perombakan dibenzofuran yang paling baik dibandingkan dengan ketiga biakan lainnya, sehingga ditentukan sebagai konsor-sium terpilih untuk dianalisis lebih lanjut.
Dalam penelitian
ini
dibenzofuran digu-nakan sebagai satu satunya sumber karbon dan energi untuk aktivitas sel sehingga pertumbuh-an merupakan implikasi kemampuannya untuk merombak, memineralisasi dan mengasimilasi senyawa tersebut.Tabel
l.
Perombakan dibenzofuran oleh biakan A1, biakan A2, biakanRl,
dan biakan R2. Sisa dibenzofuran (mg l-') dalam medium pada subkultur0 67 97
162
l.
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurutuji
DMRT pada taraf uji 5%.2.
Jumlah dibenzofuran awal adalah 1000 mg l-'.Inkubasi dilakukan selama tujuh hari. Tabel2.
Kepadatan sel dalam biakanAl,
A2,Rl,
dan R2 setelahtujuh
hari inkubasi.Jumlah sel (ml-1)dalam subkultur Biakan
0f
86
de105
d149
cf
de d c0f
44e
69
de159
c83
de699
a704
a549
b A1 A2 R1 R2 A1M
R1 R2 5,0.10? 2,3.10' 1,0.107 1,7.107 10,0.10, 0,8.10s 8,3.10e 7,9.10e 2,5.1012 0,2.1012 1,2.1012 0,3.1012 4,0.1012 3,0.1012 4,0.101i 1 ,0.1012Juli 2008
L.ahan basah seperti sedimen mangrove rnengandung mikroorganisme yang mempu-nyai ken-rampual] untuk merombak senyawa hiclrokarbon (Daane et al., 2001; Draz et al., 2000; Guo e/ a\.,2005; Ramsay et a\.,2000). Ileberapa konsorsiurn bakteri perombak hi-drokarbon telah dikernbangkan dari sedimen mangrove. Kernampuannya dalam merombak HAP beragam. Perbedaan kemampuan kon-sorsium yang dihasilkan tergantung dari jenis
HAP yang ditambahkan ke dalam medium pengembangan, sifat fisik dan kimiawi sedimen mangrove, serta struktur kornunitas mikroor-ganisme indigenioars. Guo et a|.,2005 dan Tam et a|.,2003, membuktikan bahwa kontaminasi, tipe polutan, sifat sedimen terutama kadar
ba-han organik dan tekstur tanah mempengaruhi struktur komunitas mikroorganisme dalam sedimen mangrove.
Hasil penelitian
ini
menunjukkan bahwa konsorsium yang berhasil dikembangkandari sedimen mangrove
di
Indramayu mem-punyai aktivitas perombakan dibenzofuranWIJAYARATIH, Y., DKK,: KARAKT.ERISTIK KONSORSIUM 63
yang bcragam. Berdasarkan analisis pada sisa dibenzofuran, rnaka biakan A
I
secara nyata melnpunyai kemampuan perombakan yang paling baik dibandingkan ke tiga biakan lain-nya. Kemampuan perombakan dibenzofuran biakan A.2 sama denganRl,
lebih rendah dari pada biakanAl,
namun lebih tinggi daripadaR2. Guo et al. (2005), melaporkan bahwa tujuh konsorsium yang dikembangkannya dari sedi-men mangrove di Hongkong, dua diantaranya mempunyai kemampuan perombakan terhadap
phenanthrene dan fluoranthene dengan cepat, sedangkan satu diantaranya lambat. Konsorsia yang dibentuk dari sedimen mangrove
di
Sai Keng dan Ho Chung mempunyai kemampuan merombak 9A% phenanthrene dan fluoran-thene (masing-masingl0
mg
l-r) selama 7 hari. Sebaliknya konsorsium dari Kei Ling Ha Lo Wai mampu merombak kurang dari 4e0o/o phenanthrene dan fluoranthcne. Keragaman kemampuan perombakan konsorsium yang dikembangkan dari sedirnen mangrove juga dilaporkan oleh Tam et al,, (2003).00 N €,) (g 6 (t) I 400 l 200 l 000 800 600 400 200 0
Waktu inkubasi (hari)
Gambar
l.
Perombakan dibenzol'uran oleh konsorsium-Al (n), Sphingomonas wittichiiRWI
64 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 15, No.2 terombak oleh konsorsium A
I
atau Sphin-gomonaswittichii RWI
berturut-turut dalam waktu 4,3 atau 4,7 hari. Hasil uji homogenitasterhadap koefisien regresi menunjukkan bahwa kecepatan perombakan dibenzofuran oleh konsorsium
Al
tidak berbeda nyata dengan Sphingomonoswittichii
RWl.Konsorsium
Al
mempunyai kemampuan perombakan yangrelatif tinggi.
Guo et al.(2005), dalam penelitiannya mendapatkan bahwa konsorsium yang diperolehnya dari sedimen mangrove Sai Keng
di
Hongkongmempunyai kemampuan meromb
ak
90o/ophenanthrene-lOmg
l-r
dan fluoranthene-l0mg 1-r,serta
100% pyrene- l0mg l-r dalam waktu tujuh hari. Konsorsium yangdikembang-kan
dari
sedimen mangrove
oleh Diaz
et
ol.,
2000, mempunyai kemampuan me-rombak 80% minyak mentah- lo/, dalam waktu 20 hari.Kecepatan perombakan dibenzofuran oleh konsorsiumAl sama dengan kecepatan perom-bakan oleh Sphingomonas wittichii RW l, yang
sudah dikenal sebagai bakteri yang mempunyai kemampuan merombak dibenzofuran yang handal. Namun demikian penggunaan biakan campuran atau konsorsium dalam merombak senyawa HAP biasanya mempunyai keung-gulan dibandingkan dengan biakan tunggal. Pada biakan campuran terjadinya akumulasi metabolit dapat dihindari karena biakan cam-puran mempunyai kapasitas perombakan yang lebih komplit.
Meskipun biakan
Al
secara nyata mem-punyai kemampuan perombakan yang palingbaik
dibandingkanke tiga
biakan lainnya namunjumlah
sel maksimum yang dicapai setelahtujuh hari
inkubasi pada ke empat biakan hampir sama, sekitar lxl0r2 CFU ml-r. Karena pengamatan jurnlah sel dan sisa di-benzofuran hanya dilakukan pada akhir inku-basi, maka kecepatan perombakan dibenzo-furan dan kecepatan pertumbuhan sel tidak dapat ditenhlkan. Halini
mengakibatkanse-o lah-olah antar a pertumbuhan sel dan aktivitas perombakan dibenzofuran
tidak
berkaitan. Data yang diperoleh akanlebih informatif
apabila perubahan parameter
diikuti
dengan frekuensi pengamatan yang lebih tinggi, se-hingga kecepatan pertumbuhan dan kecepatan perombakan dibenzofuran dapat ditentukan dan dibandingkan.Karakteristik perombakan dibenzofuran oleh konsorsium A
I
maupun Sphingomonaswittichii
RWI
dapatdilihat
pada gambar I dan tabel3.
Perombakan dibenzofuran dari kedua biakanterjadi
secara eksponensial.Penurunan
dibenzofuran
terjadi
karena aktivitas sel mengingat selama inkubasi tidak menunjukkan pengurangan kadar senyawapada kontrol.
Dapat ditentukan bahwa kecepatan perom-bakan dibenzofuran oleh konsorsium
Al
dan Sphingomonaswittichii
RWI
berturut-turut sebesar 211,5 dan 232,4 mg l-' hari-r. Dengan demikian 100% dibenzofuran-1000 mg l-' akanTabel 3. Kecepatan perombakan (k) konsorsium
Al
dan Sphingomonss wittichiiRWf
dalam MMC-1000mg l-t-dibenzofuran berdasarkan persamaan regresi antara waktu inkubasi dan sisa dibenzofuran.Biakan Persamaan regresi
12
k (mg l'1hari-l)Konsorsium A1 S. wittichii RW1 lny
-
- 1,6807x + 7,95 lny = - 1,8589x + 8,00 0,8759 0,9309 211,5 232,4 Keterangan:Uji hornogenitas terhadap koefisien persalnaan regresi (taraf nyata 504) rnenunjukkan bahwa
tn,u,n*:0,4857 ( t,,b.r :2,776 dengan dernikian kedua persamaan bersifat tidak beda nyata atau homogerr
Juli 2008
Dalarn suatu konsorsium, bakteri dari genera yang berbeda dapat saling bekerjasama dan bcrtahan hidup melalui interaksi metabolit.
Mikroorganisme tertentu mungkin
tidak mampu menggunakan suatu senyawa sebagai satu-satunya sumber karbon, namun dapat rnenggunakan metabolitnya, sehingga terjadi sinergisme selama perombakan berlangsung (Trzesicka-mlynarz dan Ward 1995; Bouchez et al., 1999). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis metabolit yang dihasil-kan oleh konsorsoium AI
untuk mendukung pernyataan di atas.Isolasi bakteri yang terdapat dalam
biakan-Al
dan karakterisasi pertumbuhan.Pengujian mikrobiologis terhadap kon-sorsium menunjukkan bahwa melalui metode
pengayaan biakan dan isolasi dapat diperoleh lima strain bakteri dari konsorsium A1. Kelima isolat diberi notasi:
GMYI,
GMY2, GMY3, GMY4, dan GMY5. Semua isolat bersifat Gram negatip, berbentuk batang. Masing-masing isolat dan kombinasinya menunjukkan pertum-buhan pada MMC- 1000 mgl- I -dibenzofguransehingga secara nyata mengalami peningkatan
jumlah
sel, kecuali isolatGMY5
(Gambar 2, balok 5) yang tidak berbeda nyata dengan jumlah sel awal (balok 27). Namun demikian kemampuan pertumbuhan masing-masing isolat dan kornbinasinya lebih rendah diban-dingkan dengan konsorsiurnAl
(balok 26)Selama
tujuh hari
inkubasi kepadatan biakanGMYI,
GMY2, GMY3, GMY4, dan GMY5 berturut-turut sebesar 6,3x10e; 25xl0e; l,3x10e; 4,0xl0e dan 1,0x108 CFUml-r(Gam-bar 2,
balok
1,2,
3,4,
dan5),
sedangkanjumlah
sel pada konsorsium A 1 mencapai 3,9x10r2 CFU ml-r. Pertumbuhan sel merupakan representasi dari pemanfaatan dibenzofuran sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi, dengan demikian perombakan dibenzofuran oleh masing-masing isolat kurang efisien diban-dingkan dengan komunitasnya dalam bentuk konsorsium.Guo er al. Q0A5), menelititiga strain isolat yang masing-masing diisolasi dari konsorsium
WIJAYARATIH, Y., DKK.: KARAKTERISTIK KONSORSIUM 65
yang diperoleh dari 3 sedimen mangrove yang berbeda
di
Hongkong. Isolat Sphingomonos sp. yang diperoleh dari Ma Wan mempunyaikemampuan merombak HAP yang lebih rendah daripada kemampuan konsorsiumnya. Dua iso-lat lain yaitu Paracoccrls sp. dan Rhodococcus
sp., masing-masing diperoleh dari Sheung Ma Wan dan Ho Chung, mempunyai kemampuan merombak HAP yang lebih cepat dari pada konsorsiumnya. Diduga bahwa ke dua isolat tersebut merupakan bakteri kunci pada perom-bakan HAP.
Jumlah sel biakan campuran yang dicapai berkisar antara 3x10e CFU ml-rpada
GMY3-GMY4-GMY5 (balok
2l)
sampai dengan 79xl0e CFU ml-r pada GMY4-GMY5 (balokl5).
Jumlah sel biakan yang terdiri atas lima isolat,GMYI,
GMY2, GMY3, GMY4, dan GMY5 mencapai 50xl0e CFU ml-r (balok 25), lebih rendah dibandingkan dengan kepada-tan sel pada konsorsium AI
yang mencapai 3,9x10r2 CFU ml-r. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam konsorsiumAl
terdapat bakteri lain yang tidak terisolasi yang berperan penting dalam perombakan dibenzofuran. Peran bak-teri tersebut memungkinkan terjadinya prosessinergisme sehingga perombakan dibenzofuran dan pertumbuhan sel dalam konsorsium A I lebih cepat.
Tampaknya untuk mendapatkan isolat yang lebih baik perlu dipelajari lebih dalam tentang metode pengayaan dan isolasi yang sesuai. Teknik mikrobiologi secara konvensio-nal hanya mampu membiakkan 0, I % sampai dengan lo/o dari keseluruhan populasi yang ada (Amann et a\.,1995). Pada dasarnya keragaman bakteri dapat dipelajari secara konvensional dengan metode pengayaan biasa. Pengayaan
secara konvensional dilakukan dengan
me-nambahkan senyawa teftentu ke dalam medium
sebagai satu-satnnya sumber karbon dan
ener-gi
sehingga akan terjadi seleksi. Jasad yang tumbuh adalah yang mampu menggunakan senyawa tersebut, sedangkan jasad lain akantersingkirkan. Keragaman yang terungkap sangat tergantung dari metode pengayaan yang digunakan dan modifikasi yang dilakukan.
66 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. l5,No.2
a J 6 1 t I lO u It l! la u 16 It ll t9l0 ll
Masing-masing isolat dan kombinasinya
Gambar 2. kepadatan sel masing-masing isolat dan kombinasinya pada MMC-l00Omgl-l-dibenzofuran setelah
tujuh
hari
inkubasi. Balok denganhuruf
yangtidak
sama adalahberbeda nyata. g &.
g
c) 6{
t[ E :t F! Balok no. 1. GMYl 2. GMYZ 3. GMY3 4. GMY4 5. GMY5 6. GMY1-GMY2 7. GMYI-GMY3 8. GMYI-GMY4 9. GMYI-GMY5 IO. GMY2-GMY3 I I. GMY2-GMY4 I2. GMY2-GMY5 I3. GMY3-GMY4 I4. GMY3-GMY5 I5. GMY4-GMY5 16. GMY1-GMY2-GMY3 I7. GMYl-GMY2-GMY4 I8. GMYI-GMY2-GMY5Suryawan (2005),
dari
sumber isolat yang sama dengan yang digunakan dalam penelitianini,
dengan cara pengayaan yang sama namun waktu inkubasi diperpanjang dari7
menjadi 15 hari, berhasil mendapat-kan beberapa isolat bakteri yang mempunyai kemampuan perombakan dibenzofuran yang lebih tinggi. Nampaknya terjadi suksesi mi-kroorganisme selama perombakan dibenzo-furan oleh komunitas mikroorganisme dalam sedimen mangrove. Greene et al. (2000), juga menunjukkan terjadinya suksesi antara Pseu-domonas dan Rhodococc'us ke Alcoligenes selama perombakan HAP di dalam tanah.Dua prosedur yang berbeda dibandingkan
untuk mengisolasi bakteri perombak HAP
19. GMY2-GMY3-GMY4 20. GMY2-GMY3-GMY5 2I. GMY3-GMY4-GMY5
22. GMY I -GMY2-GMY3-GMY4
23. GMY I -GMY2-GMY3-GMY5
24. GMY 2-GMY3 -GMY4-GMY5
25. GMY I -GMY2-GMY3-GMY4- GMY5
26. Konsorsium
Al
27. Jumlah sel awaldari tanah dan lumpur yang tercemar senyawa
tersebut. Prosedur pertama dilakukan dengan
metode pengayaan menggunakan HAP dalam bentuk kristal disertai dengan penggojokan.
Cara yang kedua, senyawa HAP ditambahkan dalam bentuk terjerap pada
teflon.
Keduateknik berhasil mengisolasi bakteri namun
isolat yang dihasilkan berbeda.
Dari
cara pertama bakteri utarna yang terseleksi adalahSphingomonos spp, sedangkan dari cara kedua berupa Mycobacterium spp. (Bastiaens et al., 2000).
Hasil
yangrnirip
ditunjukkan padasaat Vacca et
al.
(2005), mengisolasi bakteri perombak Phenanthrene terjerap pada asamhurnat. Tiga strain yang diperoleh.
Burkhold-eria
spp.,Deffiu
sp, dan Sphingomonas sp.Juli 2008
lnampu merombak HAP yang terjerap pada
asam humat, sedangkan 25 strain lain yang diisolasi dengan cara konvensional tidak dapat menggunakan phenantrhene bentuk terjerap. Stach dan Burns (2002), dengan membuat biakan biofilm, berdasarkan analisis terhadap
l6s dan l8s rDNA-single strain polimorfism conformation (SSCP) mendapatkan 36 strain bakteri dari tanah pasiran yang dikontaminasi dengan creosote, sedangkan dengan metode pengayaan konvensional hanya diperoleh 12 strain bakteri.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kon-sorsium bakteri perombak dibenzofuran dapat
diperoleh dari sedimen mangrove. Kemampuan perombakan konsorsium
terpilih
tidak ber-beda nyata dengan kemampu an Sphingomonos Wittichii strain RW1. Diperoleh lima isolat bakteri dari konsorsium terpilih. Aktivitas per-tumbuhan masing-masing isolat maupun kom-binasinya lebih rendah dibandingkan denganpertumbuhannya dalam bentuk konsorsium. Ucapan terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Timmis Kennet,
Divisi
Mycrobiology GBF, National Research Centre for Biotechno-logy, Germany, yang telah rnemberi Sphin-gomonos Wittichii strain RWI.Penelitian
ini
dibiayai DitjenDikti
Dep-diknas berdasarkan surat perjanjian NomorI s9 / 5P LHIPP/DP 2 M tilr I 2008 .
DAFTAR PUSTAKA
Amann, R. I., Ludwig, W. and Schleifer, K. H. 1995. Phyllogenetic identification and in-situ detection of individual microbial cells without cultivation. Microbiologi-cal Reviews. 59: 143- 169.
Armengaud, J., Happe, B. and Timmis, K. N.
1998. Genetic analysis of dioxin
dioxy-67
genase of Sphingotnonos sp. Strain RW I :
Catabolic genes dispersed on the genom.
J. Bacterio logy. 3954-3906.
Bastiaens, L., Springael, D., Wattiau, P.,Harms,
H.,
de Wachter, R., Veractert,H.
andDiels,
L.
2000. Isolationaf
adherent polycyclic aromatic hydrocalbon (PAH)-degrading bacteria using PAH-sorbing carries. Appl. Environmental Microbio-lugy. 66: 1834- I 841 .Bouchez, M., Blanchet, D., and Vandecasteele, J.P., 1995. Degradation
of
polycyclic aromatic hydrocarbonby
pure culture and by defined strain association:Inhibi-tation phenomena and cometabolism.
Appl. Microbiol. Biotechnol. 43 156-164.
Bouchez, M., Blanchet, D., Bardio, V., Haesel-ler, F., and Vandecasteele, J.P. 1999.
Efficiency
of
defined strainsof
soilconsortia
in
the
biodegradationof
polycyclic
aromatic
hydrocarbon (PAH) mixture. Biodegradation. 10429-43s.Carvalho, M. F., Alves, C.T.T., Ferreira, M.l.M,
'
De Marco, P., and Castro, P..M.L. 2001 .Isolation and characterization of a
bac-terial
consortium ableto
mineralizefluoroben zene. App l. Environ. Microb iol. 68:102-105.
Daane,
L.
L.,
Harjono,L,
Zylstra, G. J. andHaggbloffi,
M.
M.
2001. Isolation
and
charactenzation
of
polycyclic
aromatic hydrocarbon-degrading bac-teria associated with rhizosphere of salt
march plants. Appl. Environ. Microbiol. 67:2683-2691.
D'Enza, von Marina. 2A02. Genetic and bio-chemichal characterization of two new extradiol dioxigenases of $pft i ngo mo nas sp. Strain RWI and construction of two gene cassettes
for
biodegradationof
dibenzofuran and dioxin. Dissertation Von der Gernein samen Naturwissen-scaftlichen Fakultat der Technischen Universitat Carolo-Wilhelmina, Braun-scweig.
68 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 15, No.2 Megharaj,
M., Wittich, R.
M.,
Blasco, R., Pieper, D. H. and Timmis, K.N.
1997. Superior survival and degradationof
dibenzo-p-dioxin and dibenzofuran in soil by soil-adapted Sphingomonus sp. Strain RWI . Appl. Microbiol. Biotech-nol. 48'.109- I 14.
Monna, L., Omori, T. and Kodama, T. 1993. Microbial degradation of dibenzofuran, fluorene and dibenzo-p-dioxin by
Staph-ylococuts
auriculans DBF63. Appl. E nviron. MicrobiologS,. 59 :285 -289 .Murygin&, V., Arinbasarov, M., and Kalyuzh-nyi, S. 2000. Bioremediation of oil pol-luted aquatic system and soil with novel preparaton "Rhoder". Biodegradation.
1l:385-389.
Noumura , T., Hab€, H., Widada, J., Chung, J., Yoshida, T.,
Nojiri,
H., and Omori, T.2004. Genetic characterization of the dibenzofuran-degrading actinobacteria carrying the dbfAlA2 gene homologues isolated from activated sludge. FEMS Microbio logy Letters . 239 :l 47 -l 55 .Ou, L.T and Thomas, J.E. 1994.Influence
of
soil
organic matter andsoil
surfaceson bacterial
consortiumthat
mine-raltze fenamiphos. ,Soil Sci. Soc. Am. J. 58:1148-1153.Poland,
A.
and Knutson, J.C. 1982. 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin and re-lated halogenated aromatic hydrocarbon: Examination of the mechanisms oftox-icity. Ann. Rev. Pharmachol. Toxicol. 22:511-554.
Ramsay, M.A., Swannel, R.P.J., Shipton, W.A., Duke, N.C., and
Hill,
R.T. 2000. Effect ofbioremediation on the microbial com-rnunityin
oiled mangrove sediments. Marine Pollution Bul letin. 4l :413-419. Safe,S.
1986. Comparative toxicology and rnechanism of action of polychlorinated dibenzo-p-dioxin and dibenz ofliran. An n.Rev. Pharmachol. Toxicol. 26;37 | -399. Siciliano, S.D., Germida, J.J., Banks,
K.
andGreer, C.W. 2003. Changes in microbial
colnmllnity cornposition and function
Diaz, M.P., Grigson, S.J.W., Peppatt, C.J., and Burgess, J.G. 2000. Isolation and characterization of novel hydrocarbon-degrading Euryhaline consortia from crude oil and mangrove sediments. Mar.
B io t e c hno l, 2:522-532.
Fortnagel, P., Harm, H., Wittich, R. M., Krohn, S., Meyer, H., Sinnwell, V., Wilkes, H. and Francke, W. 1990. Metabolism
of
dibenzofuran by Pseudomonas sp. Strain HH69 and the mixed culture HH27 . Appl.
Environ.
Miuobiol.
56 1 148- I I56.Gomez, K. A. dan Gom ez, A. A. I 995. Prosedur statistik untuk penelitian peftani an. 2"d.
Ed. Diterjemahkan oleh: Syamsudin, E. dan Baharsyah, J. S. Universitas Indo-nesia. Jakarta.
Greens, E. A., Kay, J. G., Jaker, K., Stehmeier,
L.
G., and Voordouw, G. 2000. Com-position of soil microbial communities enriched on a mixtureof
aromatic hy-drocarbons. Appl. Environ. Microbiol. 66:5282-5289.Guo, C. L., Zhou,H. W., Wong, Y. S. and Tam, N. F. Y. 2005. Isolation of PAH-degrad-ing bacteria from mangrove sediments
and their biodegradation potential . Ma-rine Pollution Buletin. 5l : 1054- l06l .
Habe, H., Ching, J. S., Kato, H., Ayab€, Y., Kasuga,
K.,
Yoshida, T.,Nojiri,
H., Yamane, H. and Omori, T. 2004. Char-acterization of the upper pathway genes for fluorene metabolism tn Terrabactersp. Strain DBF 63. Journal of Bacterio-logy. 186:5938-5944.
Iida, T., Mukouzaka, Y., Nakamuro, K., Yama-guchi,
I.
and Kudo, T. 2002. Isolation and characterizationof
dibenzofuran-degrading actinomycetes: Analysisof
multiple extradiol dioygenase genes in dibenzofuran-degrading Rhodoc o ccus
species. Bioscience Biotechnologv and
B io tec hno I o g1,,. 66: I 462- | 47 2.
Macek,, T., Mackova,
M.,
and Kas, J. 2000. Exploitationof
plantsfor
the removal of organic in environmental remediation.Juli 2008
during a polyaromatic hydrocarbon
phy-toremediation field trial. Appl. Environ. Microbiol. 69 :483 -489 .
Stach, J. M., and Burns, R. G. 2002. Enrich-ment versus
biofilm
culture: a funda-mental and phylogenetic, comparison of polyaromatic hydrocarbon-degrading microbial communities. Environmental Microbiology. 4: | 69 -182.Suryawan, D. 2005. Keanekaragaman genetik bakteri pendegradasi dibenzofuran yang diisolasi dari tanah hutan bakau dengan dan tanpa melalui proses pengayaan. Tesis Sarjana-S2. Program Studi Biote-knologi, UGM.
Tam, N.F.Y., Guo, C.L., Yau, W.Y., Ke, L., and Wong, Y.S. 2003. Biodegradation
of
polycyclic
aromatic hydrocarbons (PAHs) by microbial consortia enriched from mangrove sediments. Water Sci.&
Technol. 48:177 -183.Trzesicka-mlynarz, D. and Ward , O. P. 1995.
Degradation of polycyclic aromatic hy-drocarbons (PAHs) by a mixed culture and its component pure cultures obtain from PAH-contaminated soll. C anadian
WIJAYARATIH, Y., DKK.: KARAKTERISTIK KONSORSIUM 69 Journal of Microb. 4l:470-476. Vacca, D.J., Bleam, W.F., and Hickey, W.J.
2005, Isolation
of
bacteria adapted to humic acid-sorp phenanthrene. ApplEnvironmental Microbiology. 7 l :3797 -3855.
Wittich, R.
M.,
Wilkes,
H.,
Sinnwell, V., Francke,W.
and Fortnagel, P. 1992.Metabolism
of
dibenzo-p-dioxin
by
Sphingomonassp. Strain
RWl.
Appl. Environ.
Microbiology
1005-1010.
Yabuuchi, E., Terakubo, S., Okamura, N., Naka, T., Kobayashi, K., Kosaka, Y., and Hiraishi,
A.
2001. Proposalof
Sphin-gomonaswittichii
sp. Nov.for
strainRWI (T), known as a dibenzo-p-dioxin metabolizer. International Journal oJ' Systematic and Evolutionary Microbiol-ogy. 5l :281 -292.
Yamazoe, A., Yogi, O., and Oyaizu, H. 2004.
Degradation
of
polycyclic
aromatichydrocarbons
by a newly
isolated dibenzofuran-utilizing Janibacter
spstrain YY- I . Applied Microbiology and Biotechnol. 65:21 l -21 8.