• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyaluran Pinjaman Dengan Cara Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) UPC. Plaza Sukaramai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyaluran Pinjaman Dengan Cara Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) UPC. Plaza Sukaramai"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)PENYALURAN PINJAMAN DENGAN CARA GADAI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) UPC PLAZA SUKARAMAI. SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.). OLEH :. RISSA FAJRIANI NPM : 151010221. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2019. i.

(2) ii.

(3) ABSTRAK Untuk memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat sering melakukan suatu perbuatan hukum, yaitu melaksanakan suatu perjanjian, seperti pelaksanaan penyaluran pinjaman dengan system gadai. Dari perumusan pasal 1150 KUH Perdata dapat diketahui, gadai merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas kebendaan bergerak tertentu milik debitur atau seorang atas nama lain atas nama debitur untuk dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu. Di Indonesia lembaga yang ditunjuk untuk menerima dan menyalurkan Pinjaman berdasarkan Sistem Gadai adalah PT. Pegadaian (Persero). Banyak produk Gadai yang di tawarkan oleh PT. Pegadaian (Persero), maka fokus penulis pada penelitian ini adalah produk Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA), yakni produk yang ditawarkan oleh PT. Pegadaian (Persero) yang menyalurkan pinjaman berdasarkan hukum Gadai yang mana membayar pinjaman dengan cdara angsuran setiap bulan dalam jangka waktu yang telah disepakati dalam perjanjian. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana Pelaksanaan Penyaluran Pinjaman dengan Cara Gadai pada PT. Pegadaian (persero), dan Bagaimanakah Proses penyelesaian atas terjadinya wanprestasi pada pelaksanaan Penyaluran Pinjaman dengan cara Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) Metode penelitian yang digunakan adalah Observasional Research yaitu dengan cara survey, yaitu penelitian secaara langsung kelapangan untuk mengumpulkan data berupa kuesioner dan wawancara yang dihubungkan langsung dengan undang-undang dan pendapat para ahli serta dasar perjanjian yang ada. Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitupenelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menyajikan fakta dilapangan yakni engenai pelaksanaan penyaluran pinjaman dengan cara Gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukaramai. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan pertama, dalam pelaksanaan penyaluran pinjaman dengan cara Gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukaramai ini erat kaitannya bagaimana pengaturan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Sebagaimana diatur dalam perjanjian bahwa masingmasing pihak memiliki hak dan kewajibannya. Hak debitur ialah menerima pinjaman dari Kreditur (persero) sedangkan kewajibannya ialah membayar angsuran dari pinjaman terhadap pihak Kreditur sesuai dengan jangka waktu dari perjanjian kredit tersebut. Kedua, bentuk dari penyelesaian atas terjadinya wanprestasi yang dilakukan oleh debitur dalam pelaksanaan penyaluran pinjaman dengan cara Gadai pada PT. Pegadaian (Persero) ialah pihak PT. Pegadaian (Persero) memberikan surat peringatan sampai dengan tiga kali, apabila tidak ditanggapi juga maka pihak PT. Pegadaian (persero) akan melakukan eksekusi atas barang yang debitur agunkan dalam perjanjian kredit dan wanprestasi yang dilakukan oleh Kreditur atas kelalaian yang dilakukannya terhadap barang jaminan adalah mengganti kerugian terhadap barang Debitur sesuai dengan ketentuan yang diterapkan oleh PT. Pegadaian(Persero) Kata Kunci : Perjanjian, Gadai, Wanprestasi. xi.

(4) ABSTRACT To make ends meet, people often do a legal act, namely implementing an agreement, such as the implementation of lending with a mortgage system. From the formulation of article 1150 of the Civil Code, it can be seen, mortgage is a material guarantee of rights to certain movable property of the debtor or an individual on behalf of the debtor to be used as collateral for certain debt repayments. In Indonesia, the institution appointed to receive and channel loans based on the Pawn System is PT. Pegadaian (Persero). Many Pawn products offered by PT. Pegadaian (Persero), the author's focus on this research is the mortgage loan installment product (KRASIDA), which is the product offered by PT. Pegadaian (Persero) which distributes loans based on Pawn laws which pay the loan in installments every month within the agreed period of the agreement. The main problem in this study is how the Implementation of Loan Distribution by Pawn at PT. Pegadaian (Persero), and What is the process of settlement of defaults on the implementation of Loan Distribution by means of Pawn At PT. Pegadaian (Persero) The research method used is Observational Research, namely by means of a survey, namely research directly in the field to collect data in the form of questionnaires and interviews that are directly related to the law and the opinions of experts and the basis of existing agreements. The nature of this research is descriptive research that aims to provide or present facts in the field, namely the implementation of loan disbursement by way of mortgage at PT. Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukaramai. From the results of this study, it can be concluded first, in the implementation of loan disbursement by means of Pawn at PT. Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukaramai is closely related to the regulation of the rights and obligations of each party. As stipulated in the agreement that each party has its rights and obligations. The debtor's right is to receive a loan from the creditor (Persero) while the obligation is to pay installments from the loan to the creditor in accordance with the term of the credit agreement. Second, the form of settlement of defaults carried out by debtors in the implementation of loan disbursement by way of pawn at PT. Pegadaian (Persero) is the PT. Pegadaian (Persero) provides a warning letter up to three times, if it is not responded to, PT. Pegadaian (Persero) will carry out the execution of goods which the debtor collects in the credit agreement and defaults carried out by the creditor for the negligence he does on the collateral goods is to compensate the debtor for goods in accordance with the provisions applied by PT. Pegadaian (Persero). Keywords: Agreement, Pawn, Default. xii.

(5) KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahu wabarakatuh Puji dan syukur saya hantarkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunianya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Shallallahu alaihi Wa Sallam sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PENYALURAN PINJAMAN DENGAN CARA GADAI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) UPC PLAZA SUKARAMAI” Penulisan ini adalah bertujuan untuk memenuhi tugas akhir dan melengkapi syarat guna menyelesaikan Strata Satu (S1) Fakultas Hukum, Universitas Islam Riau Pekanbaru. Dasar hukum bisnis gadai di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perum Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pegadaian adalah BUMN di Indonesia yang usaha intinya adalah bidang jasa penyaluran kredit/ pinjaman kepada mayarakat khususnya kepada masyarakat menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, atas dasar hukum gadai. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari akan pentingnya orangorang yang telah memberikan pemikiran dan dukungan secara moril dan spiritual, sehingga skripsi ini dapat di selesaikan sesuai yang diharapkan, karena adanya mereka segala. xiii.

(6) Macam halangan dan hambatan yang menghambat penulisan skripsi ini menjadi mudah dan terarah. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan Terimakasih kepada : 1.. Bapak Prof. Dr. H. Syafrinaldi, S.H., M.C.L, selaku Rektor Universitas Islam Riau;. 2.. Bapak Dr. Admiral, S.H., M.H, selaku DekanFakultas Hukum Universitas Islam Riau;. 3.. Bapak Dr. Surizki Febrianto, S.H.,M.H selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Islam Riau dan selaku Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi penulis serta telah memberikan bimbingan, arahan, serta waktu kepada penulis dengan penuh rasa tanggung Jawab dalam menyelesaikan skripsi.. 4.. Bapak Dr. Rosyidi Hamzah, S.H.,M.H selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Islam Riau dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi penulis serta telah memberikan bimbingan, arahan, serta waktu kepada penulis dengan penuh rasa tanggung Jawab dalam menyelesaikan skripsi ini;. 5.. Bapak S. Parman S.H.,M.H selaku Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan dan Alumni;. 6.. Bapak Roni Sahindra S.H., M.H yang telah membantu penulis dalam bidang penasihat akademis;. 7.. Ibu Desi Apriani S.H.,M.H selaku ketua Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Islam Riau. xiv.

(7) 8.. Bapak/ibu dosen pada Fakultas Hukum Universitas Islam Riau yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan berlangsung.. 9.. Bapak dan ibu Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Islam Riau yang telah membantu penulis dalam pengurusan administrasi mulai dari awal penulis kuliah sampai dengan proses skripsi ini;. 10. Bapak dan ibu Staf dari perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Riau dan perpustakaan Universitas Islam Riau yang telah banyak membantu penulis dalam mencari dan mengumpulkan buku-buku referensi yang penulis perlakukan dalam penulisan skripsi ini 11. Kepada Bapak Yusuf selaku Legal Officer Kantor Wilayah II PT. Pegadaian (persero), yang telah memberikan keterangan yang mendukung bagi penelitian penulis. 12. Kepada Mama, Papa dan adik- adik Ku Muhammad Syarif Hidayat dan Muhammad Syafwan Hidayat yang selalu memberikan Do‟a, dukungan, dan semangat, serta perhatian yang tak henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 13. Sahabat-sahabat terbaik Penulis Annisa Rizka Khaira, Sri Nielhan Yuningsih, Winda Okinanda Praja, Yosita Candra Bella, Yori Zachriondika yang sabar selalu memberikan semangat dan mendengarkan keluhan-keluhan penulis dalam proses pembuatan skripsi ini dan juga teman seangkatan seperjuangan Kelas L angkatan 2015 yang sudah ada sejak hari pertama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Islam Riau;. xv.

(8) 14. Dan seluruh pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan semangat, dukungan dan bantuan kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga akhirnya penulis menyeleaikan pendidikan ini Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu baik sebagai pengetahuan umum khususnya Hukum Perdata dan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.. Pekanbaru, 18 Maret 2019 Penulis. Rissa Fajriani. DAFTAR ISI. xvi.

(9) HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..............................................................ii SERTIFIKAT ORIGINALITAS PENELITIAN ................................................................. iii BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ......................................................................... iv BERITA ACARA PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................................... vi SURAT KEPUTUSAN PENUNJUKAN PEMBIMBING I................................................vii SURAT KEPUTUSAN PENUNJUKAN PEMBIMBING II ............................................ viii SURAT KEPUTUSAN PENETAPAN TIM PENGUJI SKRIPSI ....................................... ix ABSTRAK ............................................................................................................................. x KATA PENGANTAR .......................................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................ 9 D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 10 E. Konsep Operasional ........................................................................................... 20 F. Metode Penelitian............................................................................................... 21 BAB II TINJAUAN UMUM ............................................................................................ 30 A. Tinjauan Umum Perjanjian dan Perjajian Pimjam Meminjam .......................... 27 B. Tinjauan Umum PT. Pegadaian (persero) .......................................................... 37. xvii.

(10) BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 51 A. Pelaksanaan penyaluran pinjaman dengan cara gadai pada PT.Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukaramai.................................................. 51 B. Proses Penyelesaian atas terjadinya Wanprestasi pada Pelaksanaan Penyaluran Pinjaman dengan cara Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero)........... 67 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 79 B. SARAN ................................................................................................................... 80. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. xviii.

(11) BAB I PENDAHULUAN A.. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap perekonomian yang sangat tinggi dan. sangat maju, membuat manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier, untuk itu manusia harus menjadi makhluk sosial yakni saling membutuhkan satu sama lain Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dalam hidup bermasyarakat. Bentuk dari interaksi dapat berupa suatu perbuatan hukum. Perbuatan hukum merupakan hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum (Admiral, 2008, hal. 118), dimana terdapat hak dan kewajiban yang melekat dalam hubungan tersebut dan jika tidak terpenuhinya hak dan kewajiban tersebut maka dapat dikenakan sanksi menurut aturan yang berlaku. Sanksi dapat berupa denda yaitu dengan membayar sejumlah uang akibat tidak terpenuhinya hak dan kewajiban atau pidana yaitu dengan berkaitan dengan pengadilan dan penjara. Masyarakat dalam kehidupannya tidak pernah lepas dari perbuatan hukum, seperti dengan melakukan perikatan. Perikatan adalah salah satu perbuatan hukum, yang artinya hubungan yang diatur oleh hukum. Menurut Hoffman: “perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara subyek-subyek hukum (debitur atau para debitur) mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara cara yang telah ditentukan kepada pihak yang lain, yang memiliki hak atas sikap yang demikian itu” (Admiral, 2008, hal. 20). Sumber Hukum Perikatan Menurut pasal. 1.

(12) 1233 KUHPerdata, yaitu perikatan yang bersumber dari undang-undang dan perikatan yang bersumber dari perjanjian (Rahdiansyah, 2018) Perikatan yang dilakukan masyarakat sangat berfungsi untuk meningkatkan perekonomian di kalangan masyarakat, terutama masyarakat yang mempunyai usaha agar usahanya terus berjalan dan terus berkembang dengan baik. Seperti dengan cara membuat suatu kontrak ataupun perjanjian yang mana kontrak / perjanjian tersebut dapat dipertanggung jawabkan kepada semua pihak. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana satu pihak berjanji kepada pihak yang lain atau dimana dua pihak itu saling berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang terdapat dalam persetujuan itu (Hermansyah, 2011, hal. 71). Dalam era perdagangan bebas dan meningkatnya kebutuhan masyarakat, masalah daya saing dan keunggulan saing merupakan isu kunci dan sekaligus tantangan yang berat. Banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya yang semakin hari semakin meningkat. Namun adakalanya penghasilan yang diperoleh dari bekerja masih kurang dan tidak dapat menutupi kebutuhan akan sejumlah uang terutama di saat – saat mendesak atau tidak terduga yang harus segera dipenuhi dalam waktu yang singkat. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan melalui hutang – piutang di lembaga pembiayaan baik bank maupun non bank. Jika seorang memerlukan dana, pada hakikatnya. dapat di ajukan ke. berbagai sumber dana, misalnya seperti meminjam uang ke Bank dan lembaga. 2.

(13) Keuangan Lainnya. Namun, karena persyaratannya yang rumit dan memakan waktu yang cukup lama. Kemudian persyaratan yang lebih sulit untuk dipenuhi seperti dokumen yang harus lengkap, maka jasa gadai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan dana. Gadai adalah salah satu dari kategori perjanjian utang piutang untuk suatu kepercayaan dari kreditur, maka debitur menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap hutangnya. Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan tetapi dikuasai oleh penerima gadai . Pengertian gadai ada pada buku ke dua Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150 yang menyebutkan bahwa : “Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu benda bergerak, yang diserahkankepadanya dari seorang berutang atau oleh pihak lain atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara di dahulukan daripada orangorang berpiutang lainnya; dengan demikian kecuali biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah keluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 297) Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui, gadai merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas kebendaan bergerak tertentu milik debitur atau seorang atas nama lain atas nama debitur untuk dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu (Rachmadi, 2008, hal. 105). Gadai Berbeda dengan Hipotek Jika Gadai merupakan hak Jaminan Kebendaan untuk Benda Bergerak maka Hipotek yang merupakan suatu hak kebendaan atas benda tak bergerak, bertujuan mengambil pergantian dari pdanya bagi pelunasan suatu perikatan. 3.

(14) Lembaga yang ditunjuk untuk menerima dan menyalurkan kredit berdasarkan hukum gadai Di Indonesia adalah PT. Pegadaian (Persero) . Dasar hukum bisnis gadai di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perum Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Maksud dan tujuan perusahaan didirikannya Perseroan (Persero) adalah untuk melakukan usaha dibidang gadai dan fidusia baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya dibidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah kebawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan dengan menerapkan prinsip perseroan terbatas Selain dasar hukum yang ada pada Ketentuan peraturan pemerintah Nomor.51 tahun 2011, Gadai Juga Diatur Pada Pasal 1150 hingga 1160 Buku Ke II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pegadaian menjadi pilihan bagi masyarakat untuk melakukan pinjaman dengan dasar hukum gadai melalui proses pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Pegadaian merupakan BUMN yang usaha intinya adalah bidang jasa penyaluran kredit/ pinjaman kepada mayarakat terutama untuk masyarakat menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, atas dasar hukum gadai. Sebagaimana tertera dalam misi Pegadaian, salah satunya adalah menolong pemerintah untuk meningkatkankemakmuran masyarakat golongan menengah ke bawah. Dengan kata lain Pegadaian mempunyai misi membantu masyarakat dalam pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi (Andayani, 2016, hal. 14).. 4.

(15) Perum Pegadaian yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun1990 tentang Pengalihan Bentuk Perjan Menjadi Perum Pegadaian, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum Pegadaian, kemudian pada tanggal 1 April 2012 bentuk badan Hukum berubah dari Perum ke Persero berdasarkan peratturan Pemerintah No. 51 Tahun 2011 Pegadaian selaku BUMN melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang diamanatkan pasal 33 ayat (1) dan (2) UUD 1945 dan UU No 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara khususnya pasal 2 angka 1 mengenai maksud dan tujuan didirikan BUMN adalah : a. Memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya b. Mengejar keuntungan c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak d. Menjadi yang membangun kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi e. Turut aktif memberi bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (persero) menganut perjanjian accessoir, yang mana perjanjian ini menganut 2 perjanjian sekaligus yakni perjanjian pokok yang berisi utang-piutang dengan perjanjian tambahan yakni perjanjian gadai,yang mana objek nya adalah benda bergerak yang menjadi jaminan terhadap suatu perjanjian utang-pitang sebagaimana dimaksud dengan perjanjian pokok. Tujuannya adalah untuk memperoleh kepastian hukum terhadap kreditur dengan menjamin pelunasan piutangnya dari benda yang digadaikan jika si berutang wanprestasi 5.

(16) Keberadaan perjanjian jaminan letaknya berada dibelakang perjanjian pokok, yaitu perjanjian utang-piutang. perjanjian pokok harus ada terlebih dahulu baru ada perjanjian jaminan, karena perjanjian jaminan. bersifat accesoir. menggantung kepada perjanjian utang-pitang (Supramono, 2014, hal. 62). Dengan adanya jaminan tersebut, kreditur mempunyai hak atas benda jaminan untuk pelunasan piutangnya apabila debitur tidak membayar hutangnya. Sebelum barang jaminan diserahkan pada pihak kreditur, maka benda tersebut harus ditaksir terlebih dahulu oleh juru taksir untuk menentukan berapa nilai dari barang jaminan itu. Besar kecilnya pinjaman yang diberikan tergantung dari nilai barang yang dijaminkan. Semakin besar nilai barang jaminan, semakin besar pula pinjaman yang diberikan oleh pegadaian. Perjanjian Gadai yang ditanda tangani oleh debitur merupakan bentuk perjanjian baku yang dibuatsepihak oleh PT. Pegadaian (Persero). Perjanjian Baku tersebut berupa Formulir Permintaan Kredit (FPK) yang dibuat secara Baku oleh Pegadaian, lahir dari azas kebebasan berkontrak dalam azas ini memberikan Kebebasan para pihak Untuk mencantumkan sendiri isi, bentuk, dan dengan siapa membuat perjanjian. Perjanjian Baku adalah Perjanjian yang sudah ditentukan dan sudah dituangkan dalam bentuk formulir secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap ekonomi lemah (Erlies, 2014, hal. 99). Setiap nasabah atau pemberi Gadai yang ingin mendapatkan pinjaman uang dari PT. Pegadaian (Persero), nasabah tersebut harus menyampaikan keinginannya kepada penerima Gadai (Kreditur) dengan menyerahkan objek Gadai Kepada. 6.

(17) Penaksir Gadai, lalu Penaksir menetapkan besarnya nilai taksiran dan uang pinjamannya Berikut adalah urutan-urutan proses pengikatan Gadai secara Hukum adalah sebagai berikut: 1. Penyerahan barang kepada juru taksir PT.Pegadaian (Persero) 2. Perbuatan perjanjian pokok, yakni perjanjian yang menerbitkan utangpiutang 3. Pembuatan Perjanjian Gadai (Pengikatan Gadai) 4. Penyerahan Barang Kedalam Kekuasaan Pihak Kreditur Penjelasan diatas merupakan uraian singkat mengenai prosedur atau langkah yang digunakan Pegadaian mulai dari tahap pengajuan pinjaman sampai penyerahan objek gadai hingga pencairan. Dalam proses pelunasan apabila sudah tenggang waktu yang telah di tetapkan lampau tetapi debitur tidak memenuhi Prestasinya melakukan pelunasan terhadap hutangnya, maka Pegadaian memberi kesempatan kepada si nasabah untuk memperpanjang pinjamannya. Begitupun seterusnya Pegadaian memberikan kemudahan kepada para nasabah dalam menebus barang atau memperpanjang jangka waktu gadai. Untuk menjaga agar tidak sampai dilelang, Pegadaian selalu mengingatkan kepada si nasabah baik melalui surat maupun telepon agar segera membayar sebelum jatuh tempo. Apabila nasabah bersangkutan tetap tidak melakukan kewajiban pembayaran, maka barang gadainya terpaksa dilelang. Pegadaian menjadi perhatian masyarakat karena keberadaannya sangat diperlukan sebagai tempat untuk mendapatkan pendanaan secara cepat dan. 7.

(18) mudah. Bisnis utama Pegadaian adalah KCA (Kredit Cepat Aman) dan Krasida (Kredit Angsuran Sistem Gadai). pada prakteknya produk KCA dan Krasida merupakan Produk dari Pegadaian yang menyalurkan Pinjaman Berdasarkan hukum gadai tetapi perbedaanya terletak pada konsep pembayarannya. KCA (Kredit Cepat Aman), jangka waktu pinjamannya adalah 4 bulan dan dapat diperpanjang dengan membayar sewa modal atau mengangsur sebagian utang pinjaman. sedangkan Krasida (Kredit Angsuran Sistem Gadai), jangka waktu pinjamannya adalah 6, 12, 24, 36 bulan, konsep pembayarannya adalah dengan angsuran tiap bulan dengan jangka waktu yang telah di perjanjikan, perbedaan lainnya terletak pada objek barang yang digadaikan produk KCA objek yang di gadaikan meliputi emas dan permata, kendaraan bermotor, elektronik, barang gudang, kendaraan bermotor, elektronik, sedangkan produk Krasida objeknya hanya emas dan kendaraan bermotor saja. Usaha pokok yang dimiliki oleh pegadaian adalah KCA (kredit cepat dan aman) dan Krasida (Kredit /angsuran Sistem Gadai). pada penelitan ini fokus permasalahan yang dibahas adalah terbatas pada produk KRASIDA (kredit Angsuran Sistem Gadai). Banyaknya produk-produk gadai yang ditawarkan berupa melakukan perikatan yang lahir dari sebuah perjanjian untuk menyalurkan pinjaman melalui produk KRASIDA (Kredit Angsuran Sistem Gadai), nasabah yang mengerti dengan isi perjanjian utang piutang berdasarkan hukum Gadai ini masih wanprestasi terhadap isi perjanjian tersebut. Yang mana berupa keterlambatan atau tidak membayar kewajiban nya sehingga menimbulkan masalah-masalah. 8.

(19) antara PT. Pegadaian (Persero) /kreditur dengan nasabah/Debitur. Dalam masalah pokok terhadap penelitian ini penulis mengemukakan mengapa disaat kedua belah pihak menyetujui dan mengerti terhadap isi perjanjian yang mana terbukti dengan ditanda tangani nya surat perjanjian tersebut, mengapa tetap masih terjadi wanprestasi? Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penyaluran Pinjaman dengan cara Gadai Pada PT.Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukaramai” B.. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah penulis raikan, maka rumusan masalah yang akan dibahas selanjutnya adalah : 1. Bagaimanakah pelaksanaan penyaluran pinjaman dengan cara gadai pada PT.Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukaramai ? 2. Bagaimanakah Proses penyelesaian atas terjadinya wanprestasi pada pelaksanaan Penyaluran Pinjaman dengan cara Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) ?. C.. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Berlandaskan pada rumusan Masalah diatas, maka Tujuan dari Penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyaluran pinjaman dengan cara gadai pada PT.Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukarami. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelelsaian atas terjadinya wanprestasi pada pelaksanaan Penyaluran Pinjaman dengan cara Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukaramai.. 9.

(20) Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut: a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis dibidang ilmu Hukum yang khususnya hukum Perdata terhadap Pelaksanaan Gadai b. Untuk menjadi referensi bagi peneliti berikutnya dan menambah manfaat ilmu pengetahuan dalam dunia akademik. c. Untuk memberi masukan kepada masyarakat terkait dalam pelaksanaan penyaluran pinjaman dengan cara Gadai pada PT. Pegadaian (Persero) d. Serta dijadikan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan Pendidikan Strata satu dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum, dan sumbangan pemikiran bagi almamater dimana tempat Penulis menuntut ilmu yaitu di Fakultas Hukum Univesitas Islam Riau. D.. Tinjauan Pustaka Pada Pelaksanaan penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai ini. timbulah suatu hubungan hukum antara si berutang (debitur) dan si berpiutang (kreditur) yang dibuat dalam suatu perjanjian. Perjanjian yang dibuat adalah Perjanjian Tertulis. Perjanjian ini dibuat bertujuan untuk menjamin hak dan kewajiban para pihak mengenai jumlah pinjaman, jangka waktu pembayaran, angsuran,jangka. waktu,. pemeliharaan barang jaminan,. wanprestasi. dan. seebagainya.. 10.

(21) Pada Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pasal 1313 menyatakan sebagai berikut : “Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih “ (Tjitrisudibio, 2001, hal. 338). Pengikatan maksudnya adalah hubungan hukum yang dilaksanakan dengan kata sepakat serta menimbulkan akibat hkum berupa hak dan kewajiban, yang wajib dipenuhi oleh para yang membuat dan melaksanakan perjanjian tersebut. (Admiral, 2018) Selanjutnya R.Subekti menjelaskan bahwa : “suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana satu pihak berjanji kepada pihak lain atau dimana dua pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”. (Subekti, 1992, hal. 1) Menurut I Ketut Oki Setiawan, Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanjia kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanjia untuk melakukan suatu hal. (Setiawan, 2016, hal. 42) perjanjian. atau. Verbintenis. merupakan. suatu. hubungan. hukum. kekayaan/harta benda antara dua pihak atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk mempeperoleh prestasi dan sekaligus hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk memberikan prestasi (Sukarni, 2008, hal. 26). Perjanjian adalah salah satu sumber dari perikatan. Perikatan merupakan salah satu. hubungan hukum, maksudnya adalah hubungan yang mempunyai. 11.

(22) kaidah dan diakui oleh hukum. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku Ke III, Perikatan terdiri dari : 1. Hukum perikatan yang berasal dari undang-undang (tanpa melalui perjanjian), yang juga diatur dalam buku ke-3 dari hukum KUHPerdata tersebut, baik yang bersumber langsung dari undang-undang (tanpa melalui perbuatan manusia), dan yang bersumber langsung dari undangundang tetapi melalui perbuatan manusia. (Fuady, 2014, hal. 165-166) 2. Hukum perikatan yang bersumber dari perjanjian/kontrak. Suatu perjanjian mengikat pihak-pihak yang membuatnya. Karena itu menurut hukum, perjanjian menjadi salah satu sumber perikatan. perjanjian berlaku seperti undang-undang yang membuatnya. Dalam hal ini pasal 1338 ayat (1) menyatakan : “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya” Syarat Sah dalam suatu Perjanjian terdapat Pada Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: 1. Sepakat Kata sepakat disini maksudya adalah bahwa kedua belah pihak yang membuat perjanjian setuju yang bersangkutan dengan hal-hal yang pokok dari perjanjian. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan kecakapan yang dimaksud adalah bahwa para pihak telah dinyatakan dewasa oleh hukum, yakni sesuai dengan ketentuan KUHPerdata, yang telah berusia 21 tahun, sudah atau pernah menikah. Cakap merupakan. 12.

(23) orang yang sudah dewasa, sehat akal dan pikiran, serta tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. 3. Suatu hal tertentu Maksudnya adalah apa yang telah di perjanjiakan dalam suatu perjanjian haruslah suatu hal atau suatu barang yang cukup jelas atau tertentu. 4. Suatu sebab yang halal. Maksudnya adalah objek dalam perjanjian tidak dilarang oleh kepatutan, kesusilaan dan ketertiban umum Kedua syarat yang pertama merupakan syarat subjektif, karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjian. Sedangkan kedua syarat berikut disebutkan syarat objektif karena mengenai objek dari perjanian. (Admiral, 2008, hal. 139) Asas-asas dalam perjanjian antara lain : 1. Asas kebebasan berkontrak, yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya yang di atur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata. Asas kebebasan berkontrak ialah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk: a. Melaksanakan atau tidak melaksanakan perjanjian b. Membuat perjanjian dengan siapapun c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan serta persyaratannya d. Menentukan bentuk perjanjian yaitu secara tertulis atau lisan (Salim, 2003, hal. 9) Asas ini merupakan asas yang penting pada suatu perjanjian karena pada asas ini tampak adanya ungkapan hak asasi manusia dalam. 13.

(24) membuat suatu perjanjian serta memberi peluang bagi perkembangan hukum perjanjian. 2. Asas konsesualisme, yaitu pada umumnya perjanjian tidak dibuat secara formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Sebagaimana terdapat dalam pasal 1320 BW (angka 1) –kesepakatandimana menurut asas ini perjanjian itu telah lahir cukup dengan adanya kata sepakat (Hemoko, 2010, hal. 121) 3. Asas kekuatan mengikat (pacta suntservanda) merupakan asas kepastian hukum, yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas ini berkaitan bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati isi dari perjanjian yang dibuat para pihak. Asas pacta sunt servanda ini diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata 4. Asas kepribadian, yaitu asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan perseorangan saja. dapat dilihat pada pasal 1315 berbunyi: “pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selama untuk diri sendiri” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 338). 5. Asas itikad baik yaitu pada pelaksanaan perikatan harus didasarkan pada kepercayaan atau keyakinan yang baik dari para pihak, yaitu terdapat pada pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata : “ suatu perjanjian Harus dilaksanakan dengan itikad baik” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 342). Pada pasal 1150 BW gadai adalah : “Gadai adalah suatu hak yang diterima seorang berpiutang atas suatu benda bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh orang lain. 14.

(25) atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara di dahulukan daripada orangorang berpiutang lainnya; dengan demikian kecuali biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 297). Berdasarkan pengertian diatas ternyata hak gadai adalah tambahan saja atau buntut (bersifat accesoir) dari perjanjian pokok yaitu perjanjian pinjaman uang. Maksudnya untuk mengantisipasi agar debitur. jangan sampai debitur lalai. membayar kembali uang pinjaman dan bunganya (Riduan, 2013, hal. 42). Gadai adalah salah satu lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang berupa barang bergerak (Bahsan, 2010, hal. 12). Jaminan yang diajukan oleh Debitur umumnya akan dinilai oleh Kreditur, dalam hal ini adalah PT.Pegadaian (Persero) akan menilai barang yang menjadi Objek Jaminan atas Pinjaman yang akan diberikan kepada Debitur Terdapatnya hak gadai dari suatu perjanjian antara si berutang (debitur) dan si berpiutang (kreditur). Untuk membuat perjanjian menggadaikan barang dibuat secara tertulis. menurut pasal 1151 KUHPerdata: “Persetujuan gadai dibuktikan dengan segala alat yang diperbolehkan bagi pembuktuian persetujuan pokoknya” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 297). maksudnya adalah bahwa perjanjian gadai dapat di buktikan dengan semua alat bukti yang diperbolehkan untuk membuktikan perjanjian pokok yaitu perjanjian utang piutang. Namun dengan adanya perjanjian gadai tidak berarti hak gadai telah terbentuk dengan sendirinya , tetapi wajib diikuti dengan penyerahan objek yang digadaikan oleh Debitur kepada Kreditur. Hal ini dapat dilihat pada pasal 1152 ayat (1) KUHPerdata : “Hak Gadai atas benda-benda bergerakdan atas piutang-. 15.

(26) piutang bawa diletakkan dengan membawa barang Gadainya dibawah kekuasaan si berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapatelah disetuji oleh kedua pihak” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 297). Yang menentukan bahwa benda yang digadaikan harus berada dalam kekuasaan kreditur selaku penerima gadai. Dalam hal ini yang akan dibicarakan adalah hubungan hutang piutang dengan jaminan benda. Dengan adanya jaminan ini, kreditur mempunyai hak atas benda jaminan untuk pelunasan piutangnya apabila debitur tidak membayar hutangnya. Keberadaan perjanjian atas jaminan gadai antara Pegadaian dengan Debitur bermanfaat sebagai hukum atau aturan dan mengikat para pihak agar tercipttanya kepastian hukum bagi para pihak. perjanjian tersebut bersifat accesoir. Keberadaan perjanjian jaminan letaknya berada di belakang perjanjian pokok harus ada terlebih dahulu, baru ada perjanjian jaminan, karena perjanjian jaminan bersifat accesoir menggantung kepada perjanjianutang putang Karena itu, urutan-urutan proses pengikatan Gadai secara Hukum adalah: 1. Pembuatan perjanjian pokok, yakni perjanjian yang menerbitkan utangpiutang 2. Pembuatan Perjanjian Gadai (Pengikatan Gadai) 3. Penyerahan Barang Kedalam Kekuasaan Pihak Kreditor (Fuady, 2014, hal. 132). Sifat accesoir dari hak jaminan dapat menimbulkan akibat hukum sebagai berikut :. 16.

(27) 1. Adanya dan hapusnya perjanjian tambahan tergantung pada perjanjian pokok 2. Apabila perjanjian pokok batal, maka perjanjian tambahan juga batal 3. Apabila perjanjian pokok beralih, maka perjanjian tambahan juga ikut beralih Perjanjian Gadai yang harus ditanda tangani nasabah adalah bentuk perjanjian baku yang dibuat secara sepihak oleh PT.Pegadaian (Persero). Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan Bahasa Inggris, yaitu standard contract merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir. Kontrak ini telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap pihak ekonomi lemah (salim, 2008, hal. 70). Menurut Sutan Remi Perjanjian Baku merupakan : “Perjanjian yang hampir seluruh klausul-klausul yang di bakukan oleh pemakainya dan pihak lainnya pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan. Yang belum dibakukan hanyalah beberapa hal saja, misalnya yang menyangkut jenis, harga jumlah, warna tempat, waktu, dan beberapa hal lainnya yang spesifik dari objek yang diperjanjikan. dengan kata lain yang dibakukan bukan formulir bukan formulir perjanjian tersebut tetapi klausul-klausulnya. Oleh karena itu suatru perjanjian yang dibuat dengan akta notaris, bila dibuat oleh notarisdengan klausul-klausul yang hanya mengambil alih saja klausul-klausul yang telah dibakukan oleh salah satu pihak, sedangkan pihak yang lain tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan atas klausul-klusul itu, maka perjanjian yang dibuat dengan akta notaris itu pun adalah juga perjanjian baku” (Erlies, 2014, hal. 100). pada umumnya perjanjian baku merupakan perjanjian yang bersifat ambil/tinggalkan (salim, 2008, hal. 72). Jika debitur menerima isi perjanjian tersebut, maka debitur akan menanda tanganinya, Namun jika ia menolak maka. 17.

(28) perjanjian itu dianggap tidak pernah ada, karena debitur tidak menanda tangani perjanjian tersebut. Unsur-unsur Perjanjian Baku yaitu : 1. Diatur oleh Kreditur atau pihak ekonomi kuat 2. Dalam bentuk Sebuah formulir 3. Adanya Klausul-klausul (salim, 2008, hal. 70). Sesuai dengan isi kesepakatan pada isi perjanjian pinjaman dengan system Gadai ini, masing-masing pihak, dalam hal ini adalah PT. Pegadaian (Persero) sebagai kreditur dan debitur ditetap kan hak dan kewajiban. “Hak” adalah milik kepunyaan, Kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh Undang-Undang atau hukum (Pendidikan, 2000, hal. 382). “kewajiban” adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan atau yang diwajibkan (Pendidikan, 2000, hal. 1266). Adapun hak dan Kewajiban Kreditur adalah : Hak Kreditur : 1. Memperoleh angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dama perjanjian (Salim, 2011, hal. 47). 2. Memegang Objek yang di Gadaikan (hak retentive) selama debitur belum melunasi kewajiban debitur berupa hutang pokok,Bungan dan biaya lainnya (Usman, 2011, hal. 277). 3. Pemegang Gadai memiliki hak untuk mendapatkan pengembalian biayabiaya untuk menyelamatkan barang gadainya (Natadimaja, 2013, hal. 79). Kewajiban Kreditur :. 18.

(29) 1. Menjaga Barang yang di Gadaikan sebaik-baiknya 2. Bertanggung jawab terhadap hasil penjualan barang Gadai (Pasal 1159 KUH Perdata) (Elsi&Advendi, 2008, hal. 18), 3. Berkewajiban untuk mengembalikan barang gadai debitur jika hutang pokok, bunga dan biaya lainnya sudah lunas (Riduan, 2013, hal. 148). 4. Pemegang Gadai dilarang untuk menikmati barang yang di gadaikan 5. Berkewajiban menyerahkan daftar perhitungan hasil penjualan barang Gadai dan sesudahnya kreditur pemegang Gadai dapat mengambil jumlah yang merupakan bagian dari pelunasan piutangnya (Usman, 2011, hal. 278).. Adapun hak dan Kewajiban Debitur adalah : Hak Debitur : 1. Menerima uang Gadai dari Kreditur 2. Mengambil kembali Objek Gadai, Jika hutang pokok, bunga dan biaya lainnya sudah dilunasi 3. Mendapatkan pemberitahuan terlebih dahulu dari Kreditu apabila objek gadai akan dijual. 4. Mempunyai hak untuk. mendapatkan kelebihan atas penjualan barang. gadai setelah dikurangi dengan pelunasan utangnya Kewajiban Debitur :. 19.

(30) 1. Menyerahkan barang yang di pertanggungkan hingga waktu hutang di lunasi, baik yang mengenai jumlah pokok maupun bunga (Usman, 2011, hal. 276). 2. Membayar hutang pokok serta sewa modal kepada penerima Gadai Didalam. suatu. perjanjian,. sering. dijumpai. hambatan. dalam. melaksanakannya. Begitu pula halnya dengan pelaksanaan pinjaman berdasarkan hukum Gadai ini. walaupun ketentuan-ketentuan sudah tertera pada surat perjanjian, namun para pihak tetap wanprestasi. Wanprestasi merupakan lalai atau tidak terpenuhinya dalam melaksanakan suatu kewajiban sebagaimana yang telah ditentukan dalam suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak (Salim H. , 2003, hal. 98) Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa wanprestasi merupakan suatu kelalaian atau ingkar janji. Berikut merupakan bentuk-bentuk dari wanprestasi, yakni : 1. Tidak Berprestasi sama sekali 2. Berprestasi tetapi terlambat 3. Berprestasi tetapi tidak secara keseluruhan 4. Berprestasi tetapi tidak sebagaimana mestinya (Abd.Thalib, 2005, hal. 99) Akibat hukum atas terjadinya wanprestasi dalam suatu perjanjian adalah : 1. Pihak yang dirugikan dapat mengajukan agar perikatan di akhiri 2. Pihak yang dirugikan dapat mengajukan agar perikatan diteruskan 3. Pihak yang dirugikan dapat mengajukan agar perikatan diteruskan, disertaui dengan ganti kerugian, bunga, biaya lainnya serta keuntungankeuntungan lain yang di harapkan 4. Pihak yan dirugikan dapat menuntut Kerugian (Abd.Thalib, 2005, hal. 113-114).. 20.

(31) Demikian yang dapat penulis sampaikan dalam tinjauan kepustakaan ini. Semoga apa yang diuraikan dalam tinjauan ini dapat memberikan gambaran mengenai pokok permasalahan yang akan diteliti. E.. Konsep Operasional Agar pembahasan penelitian ini dapat lebih tajam dan bermakna, sesuai. dengan apa yang diharapkan, penulis memberikan batasan penelitian yang berkenaan dengan arti dan maksud judul penelitian sebagai berikut: Pelaksanaan merupan tindakan yang telah di susun secara sistematis yang di lakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap (Usman N. , 2002, hal. 70). Penyaluran berarti Prosedur, cara, Perbuatan. Pinjaman merupakan sesuatu yang diserahkan kepada seseorang kemudian harus dikembalikan sesuai dengan kesepakatan para pihak, yang melibatkan terhadapsemua jenis benda Hukum merupakan peraturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis,yang dibuat dan disepakati. (Rahimsyah, 2009, hal. 190). Gadai merupakan pinjam-meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang bergerak sebagai jaminan, sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati . (Yandianto, 1996, hal. 117). PT. Pegadaian (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjalankan usaha di bidang Gadai, fidusia, aneka jasa serta usaha dibidang keuangan lainnya. F.. Metode Penelitian. 21.

(32) Untuk mendapatkan data yang relevan, diperlukan suatu metode sehingga hasil penelitian ini dapat menjawab semua masalah pokok yang telah di rumuskan: 1. Jenis dan sifat penelitian Penelitian ini termasuk kedalam metode observasional research dengan cara survey, dimana penulis turun langsung kelapangan untuk mengumpulkan data yang disajikan dalam penulisan penelitian ilmiah ini. Penelitian survey ini merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai alat pengumpul data yang pokok. Adapun sifat penelitian ini ialah deskriptif analitis yaitu suatu penelitian yang mempunyai tujuan untuk menjelaskan peraturan perundang-undangan, dikaitkan dengan teori serta praktek implementasi. hukum positif, yang. dikaitkan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini menganalisis sampai pada taraf deskripsi, yakni,. melakukan analisa dan menyajikan kenyataan di. lapangan dengan sistematis, sehingga mudah untuk dipahami dan disimpulkan. 2. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian dilakukan pada. PT.Pegadaian (Persero) UPC Plaza. Sukaramai yang beralamat di Jalan Hasyim Ashari No. 13 Kecamatan Plaza Sukaramai Kelurahan Pekanbaru Kota. Pengambilan lokasi ini berhubungan dengan Penelitian tentang Penyaluran Pinjaman dengan cara Gadai. Adapun alasan penulis memilih lokasi pada UPC Plaza Sukaramai adalah dikarenakan kemudahan dalam memperoleh data penelitian yang dibutuhkan.. 3. Populasi dan Sampel. 22.

(33) Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti yang memiliki karakteristik yang serupa, pada tahap ini peneliti harus mengelompokkan dan memilih apa dan mana yang dapat dijadikan populasi, dengan dasar pertimbangan keterkaitan hubungan dengan objek yang akan diteliti (Syafrinaldi, 2013, hal. 15-16). Populasi dan responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Responden didalam penelitian ini terdiri dari 1 orang yaitu Legal Oficer untuk kantor Wilayah II PT.Pegadaian (Persero) dan 21 orang yang menjadi nasabah (Debitur) PT.Pegadaian (Persero). No. Kriteria Populasi. 1.. Pihak. PT.. (persero). Populasi. Sampel. ket. Pegadaian. UPC. Plaza. Sukaramai diwakili oleh. 1. 1. Pengelola Unit Cabang. Sensus 100%. Purposive 2.. Pihak Debitur. 66. 20. sampel 30%. JUMLAH. 21. Sumber: Pra Survey, 5 april 2018 Dari tabel diatas penulis menggunakan pengambilan sampel terhadap populasi tersebut dilakukan dengan mengambil secara acak populasi sebagai responden, dan metode Purposive sampling yaitu cara penentuan sampel yang orang-orangnya ditentukan sendiri. Sampel yang dipilih berdasarkan pada. 23.

(34) pertimbangan/Penelitian subyektif dari penelitian, jadi dalam hal ini penelitian menentukan sendiri responden mana yang dianggap dapat mewakili populasi. Pada purposive sampling pemilihan sekelompok subjek atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dipandang memiliki hubungan yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang harus masuk didalam sampel yang dipilih (Asikin, 2012, hal. 106). 4. Data dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian pada umumnya yang dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka yang diperoleh dari masyarakat yang dinamakan data primer, sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pada lazimnya dinamakan data sekunder (Mamudji, 2010, hal. 12). Sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah : 1). Data Primer, merupakan data pokok yang didapatkan peneliti melalui responden atau sampel (Syafrinaldi, Buku Panduan Penulisan Skripsi, 2017, hal. 15). Dalam hal ini penelititi memeroleh data langsung dari lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari pihak nasabah (Debitur), dan Pimpinan PT. Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukaramai.. 2). Data sekunder, adalah bahan hukum yang berfungsi untuk memberikan penjelasan terhadap bahan Hukum Primer (Rahdiansyah, 2018). Data Sekunder dalam penilitian ini adalah buku literatur, data. 24.

(35) sekunder disamping buku literatur juga dapat berupa, undang-undang, internet, yang berkaitan dengan gadai dan Perjanjian Jaminan 5. Alat Pengumpul Data Untuk memperoleh data tersebut, penulis melakukan teknik pengumpulan data berupa: a. wawancara, merupakan metode untuk mendapatkan keterangan secara lisan guna mencapai tujuan (Ashshofa, 2010, hal. 25). Yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan langsung terhadap seorang informan atau autoritas (seorang ahli atau berwenang dalam suatu masalah). Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan disiapkan terlebih dahulu yang diarahkan kepada informasi-informasi atau topik yang akan digarap (Syafrinal, 2017, hal. 17). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada PT. Pegadaian (Persero) yang diwakili oleh Pengelola / Pimpinan UPC Plaza Sukaramai b. Kuesioner, adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembaran formulir yang berisikan daftar pertanyaan yang dibuat dan disusun secara sistematika (Syafrinal, 2017, hal. 17). Kuesioner pada penelitian ini diajukan kepada nasabah (Debitur) yang melakukan pinjaman dengan cara Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Plaza Sukaramai. c. Observasi, yaitu pengamatan yang penulis lakukan yang bertujuan untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati fenomena suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertuntu.. 25.

(36) 6. Analisa Data Setelah seluruh Data diperoleh dan dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder, lalu data-data tersebut dikelompokkan berdasarkan permasalahan pokok yang diteliti, Data yang diperoleh dari hasil wawancara disajikan dalam bentuk pembahasan dengan uraian kalimat. Sedangkan data yang berasal dari kuesioner disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya penulis melakukan analisis dengan memberikan penafsiran dan menghubungkan kepada pendapat para ahli, peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan teori yang bersangkutan dengan penelitian ini. 7. Metode penarikan kesimpulan Metode penarikan kesimpulan yang digunakan ialah metode deduktif. Metode deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum terhadap hal yang bersifat khusus.. BAB II TINJAUAN UMUM A.. Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian pada umumnya, perjanjian pinjammeminjam. 1. Perjanjian pada umumnya. 26.

(37) Perjanjian di atur. pada. Kitab Undang-Undang Hukum. (KUHPerdata) buku ke III mengenai. Perdata. perikatan. Menurut pasal 1313. KUHPerdata “Suatu Perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 338). Perjanjian dalam arti sempit merupakan suatu persetujuan dengan mana para pihak saling mengikatkan diri untuk melakukan suatu hal yang memiliki sifat kebendaan dibidang harta kekayaan (Muhammad, 2010, hal. 290). Menurut Subekti bahwa “Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal ” (Subekti, 1992, hal. 1). Hukum perjanjian merupaka bagian dari. hukum perikatan, sedangkan. hukum perikatan merupakan bagian dari pada hukum kekayaan, maka hubungan yang timbul antar pihak dalam suatu perjanjian merupakan hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan. maka dapat kita simpulkan bahwa perjanjian menimbulkan perikatan (Satrio, 2002, hal. 28). Dari beberapa definisi perjanjian diatas terlihat bahwa suatu perjanjian merupakan suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji atau kesanggupan baik secara lisan maupun tertulis. Dari hubungan ini timbul suatu perikatan antara dua pihak yang membuatnya. Umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, perjanjian dapat dibuat secara lisan atau tertulis. Untuk beberapa perjanjian tertentu, undang-undang menentukan suatu bentuk tertentu, sehingga apabila bentuk itu dituruti, maka perjanjian itu tidak sah. Contohnya pada perjanjian mendirikan. 27.

(38) Perseroan terbatas harus dengan akte Notaris (pasal 38 KUHD) (Admiral, 2008, hal. 135)maka dari itu, peerjanjian dalam bentuk tertulis menurut undangundangbukanlah satu satunya. merupakan alat pembuktian saja, tetapi. merupakan syarat untuk adanya suatu perjanjian (Badruldzaman, 2014, hal. 6566). Pihak dalam perjanjian merupakan subyek hukum. Subyek hukum terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Orang 2. Badan Hukum Perjanjian hanya mengikat pihak-pihak yang membuat perjanjian atau tidak mengikat pihak lain. Suatu perjanjian hanya meletakkan hak dan kewajiban para pihak yang membuatnya. Pihak yang berkewajiban untuk melaksanakan prestasi disebut debitur sedangkan pihak yang berhak atas pelaksanaan prestasi disebut kreditur. Sebagai pihak yang aktif, kreditur dapat melakukan tindakan-tindakan debitur yang pasif yang tidak mau memenuhi kewajibannya atau wanprestasi. Tindakan kreditur tersebut dapat berupa memberi peringatan-peringatan atau menuntut di muka pengadilan dan lain sebagainya (Parik, 1994, hal. 2). Syarat-syarat sah yang diperlukan dalam Perjanjian adalah sebagai berikut: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Dengan diperlukannya kata sepakat mengadakan perjanjian, maka berarti bahwa kedua pihak harus mempunyai kebebasan kehendak (Admiral, 2008, hal. 32). 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan Kecakapan yang dimaksud merupakan parapihak yang membuat perjanjian merupakan orang yang sudah dewasa yang sudah berumur 21. 28.

(39) tahun atau sudah menikah, sehat akal serta pikiran, dan tidak dilarang oleh undang-undang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. 3. Suatu hal tertentu Suatu hal tertentu yang dimaksudkan dalam persyaratan ketiga syarat sahnya suatu perjanjian ini adalah obyek dari pada perjanjian. Obyek perjanjian tersebut haruslah merupakan barang-barang yang dapat diperdagangkan.. Sesuai. dengan. ketentuan. dalam. pasal. 1332. KUHPerdata : “hanya barang-barang yang bisa diperjual belikan saja yang dapat menjadi pokok suatu perjanjian” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 341) 4. Suatu sebab yang halal (Hervia, 2017) Yang dimaksud dari suatu sebab yang halal ialah persetujuan tanpa suatu sebab atau yang dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang tidak mempunyai kekuatan (Hadikusuma, 2010, hal. 100), bertentangan dengan Hukum seperti Undang-undan, norma ,kesusilaan, serta ketertiban umum. Contoh : transaksi jual-beli senjata api yang tidak memiliki surat dalam hal kepemilikan senjata api, transaksi jual beli narkoba, maka dalam hal tidak terpenuhinya syarat tentang suatu sebab yang halal yaitu melanggar undang-undang tentang pemilikan senjata api ini maka perjanjian yang dilakukan para pihak batal. Pada pasal 1335 KUHPerdata “Suatu perjanjian tanpa sebab (casual), atau telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan”.. 29.

(40) Kedua syarat yang pertama merupakan syarat subjektif karena kedua syarat tersebut merupakan subjek dari suatu perjanjian sedangkan dua syarat terakhir merupakan syarat objektif karena mengenai objek dari perjanjian. Jika syarat subjektif tidak terpenuhi, maka salah satu pihak dapat meminta supaya perjanjian itu dibatalkan, namun, apabila parapihak tidak ada yang keberatan, maka perjanjian itu tetap dianggap sah. apabila syarat objektif tidak terpenuhi oleh para pihak, maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada perikatan. Sehingga tidak ada alasan untuk saling menuntut di muka hakim (pengadilan) (Prodjodikoro, 2004, hal. 213). Asas-asas Hukum Perjanjian dapat dilihat sebagai berikut : 1. Asas kebebasan berkontrak Asas kebebasan berkontrak, yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya yang di atur pada KUH Perdata pasal 1338 ayat 1. asas kebebasan berkontrak ialah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk: a. Melaksanakan atau tidak melaksanakan perjanjian b. Membuat perjanjian dengan siapapun c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya d. menentukan bentuk perjanjian baik dengan cara tertulis atau lisan (Salim H. , 2003, hal. 9).. 30.

(41) Asas ini adalah asas yang penting dalam suatu perjanjian, karena akan terlihat adanya ungkapan hak asasi manusia dalam melaksanakan perjanjian dan memberi peluang untuk kemajuan hukum perjanjian. 2. Asas konsesualisme, yaitu pada umum perjanjian cukup dengan adanya kesepakatan antar pihak. Berdasarkan pada pasal 1320 BW (angka 1) – kesepakatan- menurut asas ini perjanjian itu telah lahir cukup dengan adanya kata sepakat (Hemoko, 2010, hal. 121). 3. Asas kekuatan mengikat (pacta suntservanda) merupakan asas kepastian hukum, yang berkaitan dengan hasil perjanjian. Asas ini berkaitan bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati isi dari perjanjian yang di buat para pihak, sebagaimana undang-undang. Asas ini diatur pada pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata. 4. Asas kepribadian, adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan membuat perjanjian hanya untuk kepentingan perseorangan saja. dapat dilihat pada KUHPerdata pasal 1315 “pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selama untuk diri sendiri” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 338). 5. Asas itikad baik adalah melakukan perikatan harus berlandaskan pada suatu kepercayaan atau keyakinan yang baik dari pihak-pihak yang membuat perjanjian. terdapat pada pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata : “ suatu perjanjian Harus dilaksanakan dengan itikad baik” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 342). 31.

(42) Perjanjian dapat dibedakan menurut cara, perbedaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak Perjanjian timbal balik merupakan perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian, misalnya perjanjian jual beli pasal 1457 KUHPerdata pada perjanjian jual beli, hak dan kewajiban ada di kedua belah pihak. Pihak penjual mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang yang dijual dan memiliki memperoleh pembayaran dan pihak pembeli berkewajiban membayar dan berhak menerima barang yang dibelinya (Sutarno, 2003, hal. 82). Perjanjian sepihak, merupakan perjanjian yang mana satu pihak saja yang di bebani satu kewajiban misalnya hibah, maka dalam hal itu yang dibebani kewajiban hanya salah satu pihak, yaitu pihak yang memberi, dan pihak yang diberi tidak dibebani kewajiban untuk berprestasi kepada pihak yang memberi). 2. Perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama Perjanjian. bernama. merupakan. perjanjian. yang. diatur. didalam. KUHPerdata atau didalam KUHD, misalnya jual beli (pasal 1457 KUHPerdata), sewa menyewa ( 1548 KUHPerdata). Perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang tidak diatur didalam KUHPerdata atau KUHD, jumlah perjanjian yang tidak bernama ini adalahsangat banyak. Pada prakteknya perjanjian ini. lahir. berdasarkan akan kebebasan. melaksanakan perjanjian atau part otonomi yang berlaku didalalam hokum. 32.

(43) perikatan (Admiral, 2008, hal. 136). misalnya leaseing, license, franchise, dll. 3. Perjanjian Cuma-Cuma dan perjanjian atas beban Perjanjian yang memberikan keuntungan terhadap satu pihak. Contohnya seperti hibah (Admiral, 2008, hal. 135). Sedangkan perjanjian atas beban merupakan perjanjian yang mewajibkan pihak yang satu untuk melakukan prestasi berkaitan langsung dengan prestasi yang harus dilakukan oleh pihak lain. Contoh perjanjian atas beban adalah jual beli, sewa menyewa, dan meminjam dengan bunga (Budiono, 2010, hal. 54-55). 4. Perjanjian konsensuil dan perjanjian rill Perjanjian konsensuil merupakan perjanjian yang mengikat sejak adanya kesepakatan dari kedua belah pihak, seperti perjanjian jual beli, dan perjanjian sewa menyewa (Komariah, 2002, hal. 171). Perjanjian rill merupakan perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi penyerahan barang, misalnya perjanjian penitipan barang ( pasal 1694 KUHPerdata ), pinjam pakai ( pasal 1740 KUHPerdata ) (Admiral, 2008, hal. 137). 5. Perjanjian yang bersifat istimewa, meliputi:  Perjanjian liberatoir ,merupakan perjanjian yang mana para pihaknya membebaskan diri dari kewajibannya, misalnya pembebasan hutang (pasal 1338 KUH Perdata)  Perjanjian. pembuktian,. adalah. perjanjian. dimana. pihak-pihak. menentukan pembuktian apa saja yang berlaku diantara mereka (Admiral, 2008, hal. 138). 33.

(44)  Perjanjian untung-untungan, adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadianyang belum tentu (Pasal 1774 KUHPerdata). Contohnya pada perjanjian atau polis asuransi.  Perjanjian publik, merupakan perjanjian yang sebahagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum public, karena salah satu pihak adalah penguasa yang bertindak sebagai penguasa, contohnya pada perjanjian ikatan dinas, konsesi (Admiral, 2008, hal. 138). Pengantar buku ke III BAB IV pada Pasal 1381 KUH Perdata menyebutkan mengenai cara berakhirnya suatu perikatan, baik perikatan itu bersumber dari perjanjian maupun undang-undang ,yaitu : “Perikatan-perikatan hapus karena: . pembayaran;. . karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;. . karena pembaharuan hutang;. . karena perjumpaan hutang atau kompensasi;. . karena percampuran hutang;. . karena pembebasan hutangnyaa. . karena musnahnya barang yang terhutang;. . karena kebatalan atau pembatalan;. 34.

(45) . karena berlakunya suatu syarat batal, yang diatur dalam bab kesatu buku ini;. . karena lewatnya waktu, hal mana akan diatur dalam suatu bab tersendiri".. 2. Perjanjian Pinjam meminjam Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 memberi Pengertian pinjaman (kredit), merupakan penyediaan dana atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, dengan didasarkan oleh persetujuan dan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Pengaturan mengenai perjanjian pinjam meminjam terdapat dalam buku ke III Pasal 1754 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa “Pinjam meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula” (Tjitrisudibio, 2001, hal. 451). Jadi hutang piutang yaitu kegiatan antara Kreditur dengan Debitur, dimana para pihak memiliki kewajiban untuk melakukansuatu. prestasi sesuai dengan suatu. perjanjian atau melalui pengadilan dengan kata lain : merupakan hubungan yang menyangkut hukum atas dasar seseorang mengharapkan prestasi dari seorang yang lain jika perlu dengan perantara hukum. Berdasarkan pada pengertian perjanjian pinjam meminjam yang diatur pada Pasal 1754 KUHPerdata, maka yang paling pokok dapat di pahami apa utang dan. 35.

(46) piutang itu. Perjanjian utang piutang termasuk kedalam jenis perjanjian pinjam meminjam. Utang merupakan kewajiban yang dinyatakan atau tidak dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik yang secara langsung maupun yang akan timbul di masa yang akan datang, yang lahir. karena undang-undang atau. perjanjian dan harus dilaksanakan oleh debitur dan jika tidak dilaksanakan, maka hak kreditur untuk mendapat pemenuhan kewajibannya dari harta kekayaan milik debitur. Sedangkan Piutang merupakan tagihan (klaim) kreditur kepada debitur terhadap uang, barang atau jasa yang ditentukan dan jika debitur tidak sanggup memenuhi maka kreditur mempunyai hak untuk mendapat pelunasannya dari harta kekayaan debitur. Oleh karena itu, sangat jelas utang piutang termasuk perjanjian pinjam meminjam. Kemudian lebih jelas lagi secara yuridis pasal 1756 KUH Perdata mengatur tentang utang yang terjadi karena peminjaman uang, diatur pada Bab 13 KUHPerdata, yang merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari peraturan perjanjian pinjam-meminjam (Tantri, 2012, hal. 10). Para pihak yang terlibat dalam perjanjian pinjam meminjam adalah: 1. Kreditur Pihak kreditur (pihak yang berpiutang). Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, pada Pasal 1 angka 2 yang dimaksud dengan Kreditur adalah orang yang memiliki piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan 2. Debitur. 36.

(47) Pihak debitur (pihak yang berutang). Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, pada Pasal 1 angka 3 yang dimaksud dengan Debitur adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Pada setiap perjanjian pinjam meminjam, para pihak memilik hak dan kewajiban yang harus dilaksanakannya. Dalam perjanjian yang bertimbal balik seperti perjanjian utang piutang ini, hak dan kewajiban kreditur bertimbal balik dengan hak dan kewajiban debitur. Hak kreditur di satu pihak, merupakan kewajiban debitur di lain pihak.Begitu pula sebaliknya, kewajiban kreditur merupakan hak debitur. B.. Tinjauan Umum mengenai PT. Pegadaian Pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara yang menjalankan usaha pada. bidang keuangan yang bergerak pada bisnis seperti pembiayaan, emas, dan aneka jasa. Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan system gadai. awalnya berkembang di italia lalu praktikkan diwilayah –wilayah eropa lainnya, seperti inggris dan belanda. Sistemgadai tersebut memasuki Indonesia sekitar abad ke 19 dibawa dan dikembangkan oleh orang Belanda (VOC). Sejarah pegadaian dimulai pada saat pemerintah belanda (VOC) suatu maskapai perdagangan dari belanda, masuk keindonesia memiliki tujuan yaitu berdagang. Dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomiannya VOC mendirikan Bank Van Lening, yaitu merupakan lembaga keuangan yang. 37.

(48) memberikan kredit dengan sistem gadai, lembaga ini didirikan di Batavia pada tanggal 20 agustus Tahun 1746 (Bustari, 2016, hal. 272). Setelah VOC dibubarkan pada tahun 1800, Indonesia berada dibawah kekuasaan pemerintah belanda. Gubernur Jendral Daendels mengeluarkan peraturan yang terperincimengenai jenis barang yang bisa digadaikan seperti emas, perak, kain dan sebagian perabot rumah tangga, yang bisa disimpan untuk waktu yang relative singkat(Sutedi, 2011, hal. 80). Pada tahun 1118 inggris kembali mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan belanda, Bank Van Leening dibubarkan, serta memberikan keleluasaan kepada masyarakat untuk menjalankan usaha Pegadaian dengan mendapat lisensi dari pemerintah setempat. Metode ini dikenal dengan liecentie stelsel. Pada prakteknya metode Licentie Stelsel mengakkibatkan pengaruh yang buruk bagi masyarakat, Banyak Pemegang Lisensi yang melakukan praktek renteneir yang sangat membebani masyarakat dan juga tidak menguntungkan bagi pemerintah berkuasa.. Sehingga. akhirnya. metode liecentie. stelsel. diganti. menjadi. metode pacth stelsel, yaitu pendirian Pegadaian diberikan kepada umum yang mampu. membayarkan. pajak. yang. tinggi. kepada. pemerintah. (http://blogmateri.blogspot.co.id/2014/aspekhukum-dalam-hutang-piutang.html diakses pada tanggal 10 Desember 2018 jam 10.15). Lalu kembali terjadinya konflik yaitu perebutan kekuasaan hingga belanda kembali menjadi penguasa lagi. saat Pemerintahaan Belanda Kembali Berkuasa, metode pacth stelsel tetap dipertahankan. Tetapi tetap terjadi pemegang lisensi atau pemegang hak banyak melakukan penyelewengan dalam menjalankan. 38.

(49) bisnisnya. Karena hal tersebut maka diterapkanlah metode baru yaitu culture stelsel, yang mana kegiatannya dijalani sendiri oleh pemerintah dengan tujuan untuk. memberi. manfaat. serta. perlindungan. (http://eprints.undip.ac.id/58779/2/BAB_2.pdf. untuk. masyarakat. di akses Pada Tanggal 19. Desember 2018 Jam 17.33) Karena. hasil. penelitian. tersebut,maka. pemerintah. hindia. belanda. mengeluarkan Staatsblad No. 131 tanggal 12 maret 1901 yang pada prinsipnya mengatur bahwa pendirian Pegadaian merupakan monopoli dan karena itu hanya bisa dijalankan oleh Pemerintah.. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut,. maka praktek Gadai dilakukan oleh pemerintah Hindia belanda sebagaimana diatur dalam staatblad tahun 1901 Nomor 131 tersebut sebagai berikut “kedua sejak saat itu dibagian sukabumi kepada semua pihak tidak akan memberikan izin diperkenankan untuk memberi gadai atau dalam bentuk jual beli dengan hak membeli kembali, meminjam uang tidak melebihi seratus gulden, dengan hukuman tergantung kepada kebangsaan para pelanggar yang diancam dalam pasal 337 KUHP bagi orang-orang eropa dan pasal 339 KUHP bagi orang-orang Bumiputera”. Pada Staatblad 1901 No. 131 tersebut memperlihatkan bahwa Pada tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi (Jawa Barat). Maka setiap tanggal 1 april merupakan peringatan Hari Ulang Tahun Pegadaian Sesuai dengan staatblad tersebut, lalu pada tanggal 1 april 1901didirikan pegadaian Negara pertama di sukabumi (Jawa Barat). kemudian didirikan kembali pegadaian di cianjur pada tahun 1902, hingga pada tahun 1903 di buka di. 39.

(50) beberapa kota lainnya, yaitu di Purworejo, Tasikmalaya, Cikakak di Bandung. Kemudian, dengan Staatblad 1930 No.223 Rumah Gadai tersebut mendapat status Dinas Pegadaian sebagai perusahaan Negara dalam arti Undang-Undang perusahaan Hindia Belanda (Lembaran Negara Hindia Belanda 1927 No.419) (Sutedi, 2011, hal. 82). Kemudian kembali didirikan Pegadaian di Indramayu pada Tahun 1951, hingga bertambah di seluruh indionesia. Ketika masa pendudukan Jepang, gedung kantor pusat Jawatan Pegadaian yang terletak di jalan Kramat Raya 162, Jakarta dijadikan tempat tawanan perang dan kantor pusat Jawatan Pegadaian dipindahkan ke jalan Kramat Raya 132. Tidak banyak terjadinya perubahan pada masa pemerintahan ini baik dari struktur organisasi maupun kebijakan Jawatan Pegadaian. Dalam bahasa jepang Jawatan Pegadaian disebut „Sitji Eigeikyuku‟, Jawatan Pegagadaian di Pimpinan oleh orang Jepang bernama bernama Ohno-San serta. wakilnya. bernama. M. Saubari. yang merupakan orang pribumi. (https://id.wikipedia.org/wiki/Pegadaian_(perusahaan) di Akses pada tanggal 19 desember Jam 21.00) Kantor Jawatan Pegadaian sempat pindah Ke Karang Anyer ( Kebumen ) dikarenakan keadaan yang makin memanas pada awal masa Pemerintahan Republik Indonesia, Agresi Militer Belanda Yang Kedua Mengharuskan Pegadaian Pindah Lagi Ke Malang. Kemudian, setelah Perang Kemerdekaan Pegadaian Kembali Ke Jakarta dan Dikelola Kembali oleh Pemerintah Republik Indonesia.. 40.

(51) Pada masa ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, sejak 1 Januari 1961 sebagai Perusahaan Negara (PN), lalu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1969 tentang Perubahan Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN), pada saat Pegadaian masih berbentuk Perusahaan Jawatan, pegadaian memiliki misi social walaupun perusahaan tersebut mengalami kerugian. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM). semenjak statusnya berubah, keadaan tersebut tidak sepenuhnya dapat di pertahankan lagi. Tidak hanya memberikan atau menjalankan pnyediaan dana atas dasar hukum Gadai, Pegadaian Juga menjalankan berbagai usaha agar pengelolaan usaha ini sedapat mungkin tidak mengalami kerugian. Perum pegadaian diharapkan akan dapat mengalami keuntungan setidaknya penerimaan yang didapat mampu menutup seluruh biaya dan pengeluarannya sendiri. Pada Tanggal 13 Desember 2011 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2011, bentuk badan hukum Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Saat ini Usia Pegadaian lebih dari seratusan tahun, manfaat semakin dirasakan oleh masyarakat, meskipun perusahaan membawa misi public service obligation, ternyata perusahaan masih mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam bentuk pajak memberikan manfaat untuk pemerintah, disaat banyak. lembaga. keuangan. lainnya. berada. dalam. situasi. yang. tidak. 41.

(52) menguntungkan (Sutedi, 2011, hal. 83). Pegadaian diharapkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama pada golongan menengah kebawah melalui kegiatan utama berupa penyaluran kredit Gadai dan melakukan usaha lain yang menguntungkan. PT. Pegadaian (Persero) memiliki beberapa produk yang ditawarkan kepada masyaratkat. Produk yang ditawarkan adalah sebagai berikut : 1. Produk utama Produk Utama PT. Pegadaian (Persero) terdiri dari : A. Pegadaian Krasida (Kredit Angsuran Sistem Gadai) Kredit angsuran bulanan yang diberikan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk pengembangan usaha dengan sistem gadai. KRASIDA merupakan solusi terpercaya untuk mendapatkan fasilitas kredit yang cepat, mudah dan murah.. Jaminan berupa perhiasan emas dan. kendaraan bermotor. Pinjaman yang dapat diterima oleh nasabah mulai Rp.1000.000 hingga Rp. 250.000.000. Dana yang dapat diterima oleh nasabah mencapai 95% dari nilai taksiran agunan . jangka waktu pinjaman dapat ditentukan oleh nasabah, yaitu dengan memberikan pilihan 6,12,24,24,36 bulan. Dengan memberikan diskon untuk sewa modal jika nasabah melakukan pelunasan sebelum waktu yang ditetapkan dalam p erjanjian. Layanan Pegadaian Krasida ini ditemukan pada 4400 outlet pegadaian di Seluruh Indonesia B. Pegadaian KCA (Kredit Cepat Aman). 42.

(53) KCA (Kredit Cepat Aman) adalah kredit dengan sistem gadai yang diberikan kepada semua golongan nasabah, baik untuk kebutuhan konsumtif maupun kebutuhan produktif. KCA merupakan solusi terpercaya untuk mendapatkan pinjaman secara mudah, cepat dan aman.Untuk mendapatkan kredit nasabah hanya perlu membawa agunan berupa perhiasan emas, emas batangan, mobil, sepeda motor, laptop, handphone, dan barang elektronik lainnya. Pinjama yang diberikan mulai dari Rp. 50.000 sampai dengan Rp. 500.000.000 nasabah menerima pinjaman dapat diterima dalam bentuk tunai atau transfer ke rekening Nasabah, prosedur pengajuan pada pegadaian KCA ini sangat mudah, jangka waktu pinjaman maksimal 4 bulan dan dapat di perpanjang dengan membayar sewa modal atau mengangsur sebagian uang pinjaman, pelunasan dapat dilakukan setiap saat. C. Pegadaian Kreasi Kreasi adalah Kredit angsuran system fidusia yang bisa di dapatkan oleh Usaha Kecil dan usaha Menengah dengan tujuan pengembangan usaha . Sistem Fidusia berarti agunan untuk pinjaman cukup dengan BPKB sehingga kendaraan masih bisa digunakan untuk usahah. Pinjaman mulai dari Rp.1000.000 hingga Rp.200.000.000 . Pwmbayarannya dapat dilakukan melalui angsuran menurut kesepakatan dalam jangka waktu kredit 12, 18, 24 hingga 36 bulan. Proses untuk mendapatkan kredit hanya membutuhkan waktu 3 hari, dan dana dapat segera cair. Produk ini dapat ditemukan di seluruh Outlet PT. Pegadaian. 43.

(54) 2. Investasi Emas Investas emas yang ditawarkan oleh PT. Pegadaian (Persero) terdiri dari: A. Mulia Mulia merupakan penjualan emas batangan kepada masyarakat baik secara tunai maupun angsuran melalui proses yang tidak sulit dan jangka waktu yang dapat ditentukan. Dapat dimiliki dengan cara pembelian tunai dan dengan cara angsuran baik angsuran personal, angsuran kolektif, maupun arisan. Berikut penjelasannya: a. Mulia Angsuran Personal : Penjualan emas batangan secara angsuran perseorangan, tersedia pilihan emas batangan dengan berat mulai dari 5 gram sampai dengan 1 kilogram, pemberian pembayaranuang muka dimulai dari 20% dari nilai logam mulia, dengan pilihan jangka waktu 3 bulan hingga 36 bulan. pembayaran angsuran bisa di seluruh outlet pegadaian. b. Mulia Angsuran Kolektif : Penjualan emas secara angsuran untuk groub atau organisasi melalui cara cepat dan tidak sulit, tersedia pilihan emas batangan dengan berat mulai dari 1 gram sampai dengan 1 kilogram, pemberian pembayaran uang muka dimulai dari 10% dari nilai logam mulia, dengan. jangka waktu 3 bulanhingga 36 bulan. pembayaran. angsuran bisa di seluruh outlet pegadaian. c. Mulia Angsuran Arisan : Penjualan emas batangan secara angsuran untuk kelompok arisan dengan nilai yang pasti dan tidak dipengaruhi ketidak tetapan harga emas. Terdapat pilihan emas batangan dengan. 44.

Gambar

Tabel III.I
Tabel III.2
Tabel III.3
Tabel III.4
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait