Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pergudangan Transit 2.1.1 Pengertian Pergudangan
Pergudangan adalah segala upaya pengelolaan gudang yang meliputi penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian dan pemusnahan, serta pelaporan material dan peralatan agar kualitas dan kuantitas terjamin (Pranoto, Sugimin, dkk. 2009).
2.1.2 Manfaat Pergudangan Manfaat pergudangan adalah untuk:
1) Terjaganya kualitas dan kuantitas barang. 2) Tertatanya perbekalan barang.
3) Peningkatan pelayanan pendistribusian.
4) Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, aktual, dan dapat dipertanggungjawabkan.
5) Kemudahan akses dalam pengendalian dan pengawasan. 6) Tertib administrasi.
2.1.3 Pengertian Transit
Beberapa pengertian transit menurut http://www.thefreedictionary.com adalah: 1) Transit berarti berhenti sejenak setelah berpindah tempat.
2) Berhenti untuk sementara waktu dan melanjutkan perjalanan kembali. 3) Fasilitas yang terdiri dari sarana dan peralatan yang diperlukan untuk
pergerakan barang atau barang.
2.2 Pengangkutan
Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan (Purwosutjipto H. M. N. 1988). Istilah pengangkutan dengan mengatakan bahwa pengangkutan meliputi tiga dimensi pokok yaitu:
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 7
”pengangkutan sebagai usaha (business); pengangkutan sebagai perjanjian (agreement); dan pengangkutan sebagai proses (process)” (Muhammad, Abdulkadir. 1980).
Sedangkan pengangkutan sebagai perjanjian (agreement), pada umumnya bersifat lisan (tidak tertulis) tetapi selalu didukung oleh dokumen angkutan. Perjanjian pengangkutan dapat juga dibuat tertulis yang disebut carter (charterparty). Jadi perjanjian pengangkutan pada umumnya diadakan secara lisan, yang didukung oleh dokumen yang membuktikan bahwa perjanjian itu sudah terjadi. Jadi pengangkutan itu berupa suatu wujud kegiatan dengan maksud memindahkan barang-barang atau barang (orang) dari tempat asal ke suatu tempat tujuan tertentu.
2.2.1 Pihak-Pihak yang Terkait dalam Pengangkutan
Yang dimaksud dengan pihak-pihak dalam pengangkutan adalah para subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan. Subjek hukum pengangkutan adalah ”pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan” (Muhammad, Abdulkadir. 1980). Mereka itu adalah pengangkut, pengirim, barang, penerima, ekspeditur, agen perjalanan, pengusaha muat bongkar, dan pengusaha pergudangan. Subjek hukum pengangkutan dapat berstatus badan hukum, persekutuan bukan badan hukum, dan perseorangan. a. Pengangkut (Carrier) / Co-Partner
Dalam perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan. Dalam perjanjian pengangkutan, pihak pengangkut yakni pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan barang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.
b. Pengirim ( Consigner) / Sub-Agen
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia tidak mengatur definisi pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 8
pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut.
c. Pengguna Jasa (User)
Pengguna jasa adalah pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan barang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang ditetapkan. Menurut perjanjian pengangkutan, pengguna mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian dan sebagai objek karena dia memiliki muatan barang yang diangkut.
d. Penerima (Consignee) / Pengguna Jasa Tujuan
Pihak penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal pihak pengirim dan penerima adalah merupakan subjek yang berbeda. Namun adakalanya pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima barang yang diangkut di tempat tujuan. Dalam perjanjian pengangkutan, penerima mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan. Dalam hal penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan sebagai pihak ketiga yang berkepentingan atas barang kiriman, tetapi tergolong juga sebagai subjek hukum pengangkutan. Adapun kriteria penerima menurut perjanjian, yaitu :
1) Perusahaan atau perorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang. 2) Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan.
3) Membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan. e. Ekspeditur
Ekspeditur dijumpai dalam perjanjian pengangkutan barang, dalam bahasa Inggris disebut cargo forwarder. Ekspeditur adalah seorang yang pekerjaanya menyelenggarakan pengangkutan barang-barang dagang dan barang-barang lain di darat atau di perairan. Ia wajib membuat catatan-catatan dalam sebuah registrasi harian berturut-turut tentang macam dan jumlah barang-barang dagangan yang harus diangkut. Ekspeditur digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengirim
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 9
atau pengangkut atau penerima barang. Ekspeditur berfungsi sebagai pengantara dalam perjanjian pengangkutan yang bertindak atas nama pengirim.
f. Agen Perjalanan ( Travel Agent)
Agen perjalanan (Travel Agent) dikenal dalam perjanjian pengangkutan barang. Agen perjalanan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengangkut, yaitu perusahaan pengangkutan barang. Agen perjalanan berfungsi sebagai agen (wakil) dalam perjanjian keagenan (Agency Agreement) yang bertindak untuk dan atas nama pengangkut. Agen perjalanan adalah perusahaan yang kegiatan usahanya mencarikan pengguna jasa bagi perusahaan pengangkutan kereta api, kendaraan umum, kapal, atau pesawat udara. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditentukan kriteria agen perjalanan menurut undang-undang, yaitu :
1) Pihak dalam perjanjian keagenan perjalanan. 2) Bertindak untuk dan atas nama pengguna. 3) Menerima provisi (imbalan jasa) dari pengguna.
4) Menjamin barang tiba di tempat tujuan dengan selamat. g. Pengusaha Muat Bongkar (Stevedoring) / Pengelola Gudang
Untuk mendukung kelancaran kegiatan angkutan barang dari dan ke suatu tempat, maka kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kereta mempunyai kedudukan yang penting. Di samping itu keselamatan dan keamanan barang yang dibongkar muat dari dan ke kereta sangat erat kaitannya dengan kegiatan bongkar muat tersebut. Perusahaan ini memiliki tenaga ahli yang pandai menempatkan barang di dalam ruang kereta yang terbatas itu sesuai dengan sifat barang, ventilasi yang diperlukan, dan tidak mudah bergerak/bergeser. Demikian juga ketika membongkar barang dari kareta diperlukan keahlian sehingga barang yang dapat dibongkar dengan mudah, efisien, dan tidak menimbulkan kerusakan. 2.2.2 Objek Hukum Pengangkutan
Yang diartikan dengan objek adalah segala sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sasaran tersebut pada pokoknya meliputi barang muatan, alat pengangkut, dan biaya angkutan. Jadi objek hukum pegangkutan adalah barang muatan, alat pengangkut, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 10
hukum pengangkutan niaga, yaitu terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak secara benar, adil, dan bermanfaat.
a. Barang Muatan (Cargo)
Barang muatan yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi oleh Undang-Undang. Dalam pengertian barang yang sah termasuk juga hewan, tetapi hewan tidak diperkenankan untuk dimuat dalam kereta api. Secara fisik barang muatan dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu :
1) Barang berbahaya (bahan-bahan peledak). 2) Barang tidak berbahaya.
3) Barang berharga.
4) Barang curah (beras, semen,minyak mentah). 5) Barang khusus.
Secara alami barang muatan dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : 1) Barang padat.
2) Barang cair. 3) Barang gas.
4) Barang rongga (barang-barang elektronik).
Dari jenisnya, barang muatan dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
1) General cargo, adalah jenis barang yang dimuat dengan cara membungkus
dan mengepaknya dalam bentuk unit-unit kecil.
2) Bulk cargo, adalah jenis barang yang dimuat dengan cara mencurahkannya ke dalam kontainer.
3) Homogeneous cargo, adalah barang dalam jumlah besar yang dimuat
dengan cara membungkus dan mengepaknya. b. Alat pengangkut (Carrier)
Pengangkut adalah pengusaha yang menjalankan perusahaan pengangkutan, memiliki alat pengangkut sendiri, atau menggunakan alat pengangkut milik orang lain dengan perjanjian sewa. Alat pengangkut di atas atas rel disebut kereta api yang dijalankan oleh masinis. Masinis bukan pengangkut, melainkan karyawan perusahaan pengangkutan berdasarkan perjanjian kerja yang bertindak untuk kepentingan dan atas nama pengangkut.
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 11
c. Biaya pengangkutan (Charge/Expense)
Pemerintah menerapkan tarif yang berorientasi kepada kepentingan dan kemampuan masyarakat luas. Dengan berpedoman pada struktur dan golongan tarif tersebut, perusahaan umum, kereta api, perusahaan angkutan umum, perusahaan laut niaga, dan perusahaan udara niaga menetapkan tarif berorientasi kepada kelangsungan dan pengembangan usaha badan penyelenggara dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan serta perluasan jaringan angkutan.
2.3 Pengertian Proses Bisnis 2.3.1 Proses
Proses merupakan kumpulan dari aktivitas yang bertujuan mengolah masukan menjadi suatu keluaran yang dibutuhkan. Hasil atau output dari suatu proses terkadang dibutuhkan oleh proses-proses yang lain untuk menghasilkan output yang berbeda dan selanjutnya secara keseluruhan proses-proses tersebut menghasilkan output yang melayani pihak eksternal yaitu pelanggan. Output inilah yang disebut dengan produk atau jasa.
2.3.2 Bisnis
Bisnis sebagai aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen. Para pelaku bisnis ini biasanya disebut entrepreneur. Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dana dengan menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan ada di dalam industri (Afuah, Allan. 2004).
Bisnis adalah suatu aktivitas yang memenuhi kebutuhan dan keinginan ekonomis masyarakat, perusahaan yang diorganisasikan untuk terlibat dalam aktivitas tersebut (Vernon, A. Musselman, John Harold Jackson. 1992). Bisnis dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan yang memilki badan hukum, perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak memilki badan hukum maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima, warung yang tidak memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Tempat Usaha (SIUP) serta usaha informal lainnya (Griffin, Ricky W., & Ebert, Ronald J. 2006).
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 12
Berikut ini merupakan beberapa ciri bisnis: 1) Kegiatan individu atau kelompok. 2) Terorganisasi (adanya manajemen). 3) Memproduksi barang atau jasa. 4) Menciptakan nilai.
5) Produksi dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 6) Melakukan transaksi pertukaran.
7) Mendapatkan laba (keuntungan) dari kegiatannya. 2.3.3 Proses Bisnis
Proses bisnis adalah suatu kumpulan pekerjaan yang saling terkait untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu (Weskw, Mathias. 2007). Suatu proses bisnis dapat dipecah menjadi beberapa subproses yang masing-masing memiliki atribut sendiri tapi juga berkontribusi untuk mencapai tujuan dari superprosesnya. Analisis proses bisnis umumnya melibatkan pemetaan proses dan subproses di dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan.
Proses bisnis berisi kumpulan aktivitas (tasks) yang saling berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu keluaran yang mendukung pada tujuan dan sasaran strategis dari organisasi. Setiap perusahaan atau organisasi selalu memiliki proses bisnis yang dilakukan untuk menghasilkan dan mengelola produk atau jasa yang ditawarkan kepada pelanggan (Burlton, Roger T. 2011). Sering kali pemilik proses, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap kinerja dan pengembangan berkesinambungan dari proses, juga dianggap sebagai suatu karakteristik proses bisnis.
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 13
Gambar 2.1 Ilustrasi Proses Bisnis
(Sumber: http://www.pipiew.wordpress.com/2007/11/29/proses-bisnis) Proses Bisnis sangat membantu dalam pencatatan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi. Dengan adanya proses bisnis maka perusahaan akan menentukan bagianmana yang penting dan menentukan bagian yang tidak penting sehingga dengan minimasi proses bisnis, maka dapat meminimasi cost serta waktu yang dikeluarkan dengan tujuan peningkatan profit bagi perusahaan (Chang, James F. 2005). Banyak keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan proses bisnis salah satunya adalah memberikan pelayanan yang baik bagi customer serta melakukan respon cepat terhadap permintaan customer.
Beberapa karakteristik umum yang dianggap harus dimiliki suatu proses bisnis (Davenport, Thomas. 1993) adalah:
1) Definitif: Suatu proses bisnis harus memiliki batasan, masukan, serta keluaran yang jelas.
2) Urutan: Suatu proses bisnis harus terdiri dari aktivitas yang berurut sesuai waktu dan ruang.
3) Pelanggan: Suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses. 4) Nilai tambah: Transformasi yang terjadi dalam proses harus memberikan
nilai tambah pada penerima.
5) Keterkaitan: Suatu proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus terkait dalam suatu struktur organisasi.
6) Fungsi silang: Suatu proses umumnya, walaupun tidak harus, mencakup beberapa fungsi.
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 14
2.4 Proses Bisnis dan Dokumen Bisnis
Pada tingkat paling dasar proses bisnis berarti satu atau lebih kegiatan yang terjadi dalam memandu kegiatan bisnis. Dalam proses bisnis dapat terjadi satu atau lebih kolaborasi dan didalamnya terdapat satu lebih transaksi, seperti contoh gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Proses Bisnis
(Sumber: Jacobson, Ivar, M. Ericsson, & A. Jakobson. 1994)
Dokumen bisnis didefinisikan sebagai sebuah spesifikasi dari skema dokumen bisnis dan komponen informasi yang mengkomposisikan dokumen bisnis dan mengandung komponen informasi. Berikut ini adalah ilustrasi dokumen bisnis:
Gambar 2.3 Dokumen Bisnis
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 15
2.5 Model Proses Bisnis
Model proses bisnis mendefinisikan bagaimana proses bisnis dipaparkan. Proses bisnis menyatakan kata kerja dari bisnis dan dapat dinyatakan menggunakan tools pemodelan (Osterwalden, A., Yves Pigneur, & Alan Smith. 2009). Spesifikasi untuk definisi bisnis proses memungkinkan sebuah institusi menyatakan proses bisnisnya agar lebih mudah dipahami oleh institusi lainnya. Hal tersebut memungkinkan integrasi proses bisnis didalam institusi ataupun antar institusi. Model proses bisnis ini juga menspesikasikan bagaimana rekanan dalam bisnis melakukan kolaborasi.
2.6 Analisis Proses Bisnis dan Informasi
Aktivitas tingkat atas dalam proses analisis proses bisnis dan informasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Analisis Proses Bisnis dan Informasi (Sumber: Jacobson, Ivar, M. Ericsson, & A. Jakobson. 1994)
Aktivitas Proses Bisnis secara logika dapat dipisahkan dalam dua bagian terpisah tetapi saling terhubung yaitu analisis proses bisnis dan analisis informasi bisnis.
Gambar 2.5 Aktivitas Proses Bisnis
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 16
2.7 Lembar Kerja Proses Bisnis Electronic Business Extensible Markup
Language (ebXML)
ebXML (Electronic Business Extensible Markup Language) adalah paket spesifikasi disponsori oleh UMM (UN/CEFACT) yang memungkinkan perusahaan untuk mengkodekan dokumen umum perusahaan seperti faktur penjualan, pengiriman uang, dan pesanan pembelian (Bernauer, Martin, Gerti Kappel, & Gerhard Kramler. 2003). ebXML memiliki kekuatan dalam latar belakang konseptual yang kuat (Naujok, Klaus Dieter. 2008). Spesifikasi meliputi analisis proses bisnis dan dokumen bisnis, dokumentasi perusahaan, dan transfer dokumen untuk melakukan e-bisnis (Laguna, M. & Marklund, J. 2004).
Lembar kerja yang digunakan dalam ebXML mempunyai Form-ID. Penomoran ini dapat digunakan sebagai referensi satu lembar kerja ke lembar kerja lain (http://www.ebxml.org). Adapun jenis form lembar kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) BRM : Business Reference Model. 2) BA : Business Area.
3) PA : Process Area.
4) BPUC : Business Process Use Case.
Form lembar kerja Analisis proses bisnis dari ebXML dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 17
Tabel 2.1 Model Referensi Bisnis
(Sumber: http://www.ebxml.org, 2012) Penjelasan:
1) Form ID : Identitas Formulir, biasa digunakan
kombinasi penomoran dan nama model.
2) Business Reference Model Name : Adalah nama dari model referensi
yang akan dianalisis dan merupakan bagian paling atas dari model referensi bisnis.
3) Industry Segment : Segmen dari model referensi bisnis,
misalnya proses bisnis program studi, segment industri adalah pendidikan.
4) Scope Domain : Cakupan domain yang dibahas
dalam model referensi.
5) Business Area : Area bisnis yang dilaksanakan
dalam model referensi.
6) Business Justification : Justifikasi dari bisnis yang menjadi
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 18
Tabel 2.2 Area Bisnis
(Sumber: http://www.ebxml.org, 2012) Penjelasan:
1) Form ID : Identitas Formulir, biasa digunakan kombinasi
penomoran dan nama model.
2) Business Area Name : Adalah nama dari area bisnis yang mengacu pada
lembar kerja model referensi bisnis.
3) Description : Uraian tentang area bisnis.
4) Scope : Cakupan area bisnis.
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 19
6) Referensi : Referensi dari area bisnis yang dijalankan.
7) Constraints : Kendala/batasan atas area bisnis yang
dijalankan.
8) Stakeholders : Praktisi/partisipan yang terlibat dalam area
bisnis yang dijalankan.
9) Process Area : Area proses yang ada di dalam area bisnis
yang dijalankan.
10) Objective : Tujuan dari area bisnis.
11) Peluang Bisnis : Peluang bisnis dari area bisnis yang bisa diidentifikasi.
Tabel 2.3 Area Proses
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 20
Penjelasan:
1) Form ID : Identitas Formulir, biasa digunakan kombinasi
penomoran dan nama model.
2) Process Area Name : Adalah nama dari area proses yang mengacu pada
lembar kerja model area bisnis.
3) Objective : Tujuan dari area proses yang dijalankan.
4) Scope : Cakupan area proses.
5) Description : Uraian tentang area proses.
6) Reference : Referensi dari area bisnis yang dijalankan.
7) Boundary of Process Area: Ruang lingkup dari area proses yang
dijalankan.
8) Constraints : Kendala/batasan atas area proses yang dijalankan.
9) Stakeholders : Praktisi/partisipan yang terlibat dalam area proses
yang dijalankan.
10) Business Process : Proses bisnis yang ada di dalam area bisnis yang dijalankan.
11)Business Opportunity : Peluang bisnis dari proses bisnis yang bisa diidentifikasi.
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 21
Tabel 2.4 Use Case untuk Proses Bisnis
(Sumber: http://www.ebxml.org, 2012) Penjelasan:
1) Form ID : Identitas Formulir, biasa digunakan
kombinasi penomoran dan nama model.
2) Business Process Name : Adalah nama dari proses bisnis yang
mengacu pada lembar kerja area proses.
3) Identifier : Pengenal unik untuk menyatakan proses
bisnis.
4) Actor : Pelaku dari proses bisnis.
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 22
6) Preconditions : Kondisi awal saat proses bisnis dijalankan.
7) Begin When : Awal waktu proses bisnis dimulai.
8) Definitions : Definisi proses bisnis.
9) End When : Akhir waktu proses bisnis diakhiri.
10) Exceptions : Kekecualian dalam pelaksanaan proses bisnis.
11) Post Conditions : Kondisi akhir pasca proses bisnis.
2.8 Pemodelan Proses Bisnis Menggunakan BPMN
Bussiness Process Modelling Notation (BPMN) merupakan salah satu alat pemodelan proses bisnis yang dikembangkan oleh BPMI (www.bpmi.org). BPMN dikembangkan berbasiskan flowchart sehingga mudah dipahami. BPMN adalah bahasa pembuatan diagram alur secara grafis yang digunakan analis bisnis atau pengembang untuk menyatakan proses bisnis.
Untuk menerapkan BPMN maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan sudut pandang kajian masalah (point of view). Sudut pandang ini penting untuk membatasi ruang lingkup masalah dan menggambarkan proses bisnis pada ruang lingkup tersebut. Hal ini karena sebuah proses bisnis seringkali sangat rumit dan melibatkan banyak pihak, sehingga ketika dimodelkan, harus ditentukan dari sudut pandang pihak mana model tersebut dibangun.
b. Membuat abtraksi umum dan melakukan dekomposisi atas proses sehingga dapat dibuat model yang komprehensif pada setiap lapisan proses. Dalam hal ini abstraksi umum mengambil dari hasil ebXML.
c. Menggambarkan modelnya menggunakan BPMN.
1. Bussiness process Diagram dalam BPMN, terdiri atas:
a. Flow Objects, terdiri atas:
1. Events, Events mempengaruhi alur proses dan biasanya mempunyai penyebab (kausa/trigger) atau akibat (hasil). Terdapat tiga jenis events berdasarkan kapan mereka mempengaruhi alur, yaitu awal, pertengahan, dan akhir dari Events. Untuk setiap jenis events tersebut sendiri terbagi atas beberapa jenis, misalnya message start.
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 23
Gambar 2.6 Events
(Sumber: White, Stephen A. 2004)
2. Activities, merepresentasikan task yang harus diselesaikan. Activities dinyatakan sebuah persegi panjang yang ujungnya halus dan secara umum menyatakan pekerjaan dari sebuah lembaga.
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 24
Gambar 2.7 Activities
(Sumber: White, Stephen A. 2004)
3. Gateways, merepresentasikan pemecahan alur yang terdapat di dalam proses bisnis. Gateways dinyatakan dengan sebuah belah ketupat dan digunakan untuk mengontrol alur urutan yang menyebar (Divergen) atau memusat (konvergen). Gateways ini bisa bersifat dapat dikontrol (controllable) dan tidak dapat dikontrol (uncontrollable).
Gambar 2.8 Gateways (Sumber: White, Stephen A. 2004)
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 25
b. Connecting Objects, terdiri atas:
1) Sequence flows : Urutan alur kegiatan.
2) Message flows : Alur pesan.
3) Association : Menghubungkan elemen dengan artefacts.
Gambar 2.9 Asosiasi dalam BPMN (Sumber: White, Stephen A. 2004)
c. Swimlanes, digunakan untuk mengkategorikan secara visual seluruh elemen dengan diagram. Terdapat dua cara untuk memodelkan swimlanes:
1) Pools : Pengelompokan fungsi/objek dari proses bisnis.
2) Lanes : Sub kelompok dari fungsi/objek proses bisnis.
Gambar 2.10 Swinlanes
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 26
d. Artifacts, digunakan untuk memberi penjelasan pada diagram, terdiri atas:
1) Data Objects : Objek data seperti laporan dan data storage.
2) Group : Kelompok dalam proses bisnis.
3) Annotation : Catatan dalam proses bisnis.
Gambar 2.11 Artefacts
(Sumber: White, Stephen A. 2004) 2.9 Unified Modeling Language (UML)
Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa untuk mengspesifikasi, memvisualisasi, membangun dan mendokumentasikan artefacts (bagian dari informasi yang digunakan pada pemodelan bisnis dan sistem non perangkat lunak lainnya (Nugroho, Adi. 2004). UML merupakan suatu kumpulan teknik terbaik yang telah terbukti sukses dalam memodelkan sistem yang besar dan kompleks. UML tidak hanya digunakan dalam proses pemodelan perangkat lunak, namun hampir dalam semua bidang yang membutuhkan pemodelan (Eriksson, Hans & Penker, Magnus. 1998). UML dimulai secara resmi pada oktober 1994, ketika Rumbaugh bergabung dengan Booch pada Relational Software Corporation. Proyek ini memfokuskan pada penyatuan metode Booch dan OMT. Dalam waktu yang sama, Jacobson bergabung dengan Relational dan cakupan dari UML semakin luas sampai diluar perusahaan OOSE (Rambaugh, James, Booch, Grady, & Jacobson, Ivar. 1999). UML merupakan pengganti dari metode analisis berorientasi objek dan desain berorientasi objek (OOA&D) yang dimunculkan sekitar akhir tahun 80-an dan awal tahun 90-an (Rambaugh, James. 1991).
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 27
Salah satu diagram dalam UML adalah diagram use case. Use case adalah abstraksi dari interaksi antara sistem dan actor. Use case bekerja dengan cara mendeskripsikan tipe interaksi antara user sebuah sistem dengan sistemnya sendiri melalui sebuah cerita bagaimana sebuah sistem dipakai. Use case merupakan konstruksi untuk mendeskripsikan bagaimana sistem akan terlihat di mata user.
Gambar 2.12 Simbol Use Case (Sumber: Nugroho, Adi. 2004)
1) Actor adalah sebuah peran yang bisa dimainkan oleh pengguna dalam interaksinya dengan sistem.
2) Usecase yaitu abstraksi dari interaksi antara sistem dan actor.
3) Use yaitu untuk menghubungkan actor dan usecase atau actor dengan actor.
Metode UML memiliki kekurangan, yaitu:
1) Bahasa model ini sangat kompleks untuk dipahami.
2) Kurangnya notasi abstrak yang tepat yang akan menimbulkan kebingungan terhadap pengguna.
2.10 Structured Analysis and Design Techniques (SADT)
Structured Analysis and Design Techniques (SADT) adalah suatu metode yang dikembangkan oleh Douglas. T. Ross pada tahun 1969-1973. SADT merupakan serangkaian metode terstruktur, yang mewakili koleksi analisis, desain, dan teknik pemrograman yang dikembangkan untuk menanggapi masalah yang dihadapi dunia perangkat lunak dari tahun 1960 ke 1980-an. SADT memandang suatu sistem terdiri atas dua hal, yaitu objek dan kejadian. Yang termasuk objek suatu sistem adalah data atau dokumen dan yang termasuk kejadian adalah kegiatan yang dilakukan manusia, mesin, atau software. Untuk menggambarkan dua hal tersebut digunakan diagram yang berbeda, yaitu:
Universitas Widyatama Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka 28
1) Diagram data.
2) Diagram kegiatan SADT sebagai metode terstuktur juga mengatur konsep Dekomposisi dengan pendekatan top-down.
Metode SADT memiliki kekurangan, yaitu:
1) Membutuhkan waktu dan personil lebih banyak.
2) Metode ini baik untuk analisis dan desain secara umum, tetapi tidak untuk tahap desain secara rinci.
3) Proses dalam modul tidak digambarkan.
4) Efektivitas metode ini dipengaruhi oleh tingkat keahlian dan pengalaman analis.
2.11 Business Process Reengineering (BPR)
Business Process Reenginering (BPR) merupakan sebuah pemikiran dan perancangan ulang sebuah proses bisnis secara mendasar untuk mencapai peningkatan yang dramatis dan pengukuran performa biaya, kualitas, lead time, penghasilan, fleksibilitas, inovasi, servis, serta kecepatan yang kontemporer (Hammar, Michael. 1990). Konsep Re-Engineering berasal dari keinginan untuk memaksimalkan profit dari pengenalan IT dalam menciptakan integrasi terhadap bagian-bagian di perusahaan. Beberapa peranan BPR, yaitu:
1) Menvalidasi informasi dari proses bisnis.
2) Menyeleksi bagian fungsi atau proses bisnis yang mana yang membutuhkan analisis lebih lanjut.
3) Mengidentifikasi alur dokumen yang datang dan ketidekefisienan proses bisnis yang sedang berlangsung.
4) Mengidentifikasi fungsi dan proses mana yang mempunyai performansi bagus dan dipertahankan keeksistensiannya.
Metode BPR memiliki kekurangan, yaitu:
1) Pendekatan baru yang inovatif cenderung lebih sulit muncul dibandingkan dengan pendekatan kertas bersih.
2) Memiliki resiko yang lebih tinggi dan gangguan juga lebih besar.
3) Proses yang baru memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan proses yang sudah ada, sehingga para pekerja mendapat kesulitan besar.