• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).agen diberi wewenang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).agen diberi wewenang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).Agen diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik.Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information.Baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Menurut Januarti (2009), Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen, dalam hal ini adalah akuntan publik.Tugas dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir adalah opini audit.

2.1.2 Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut IAI (2009: 1) ialah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam

(2)

berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Menurut IAI (SAK: 2012), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Accounting Principle Board Statement No. 4 yang berjudul Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statements Business Enterprises memuat tujuan kualitatif dari laporan keuangan sebagai berikut :

(3)

a. Relevance, artinya memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan. b. Understandability, artinya informasi yang dipilih tidak hanya informasi

tersebut jelas, tetapi para pengguna juga harus dapat memahaminya. c. Verifiability, artinya hasil akuntansi dapat diperiksa oleh pihak lain yang

akan menghasilkan pendapat yang sama.

d. Neutrality, artinya informasi akuntansi ditujukan kepada kebutuhan umum dari pengguna, bukannya kebutuhan-kebutuhan tertentu dari pengguna-pengguna yang spesifik.

e. Timeliness, artinya laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.

f. Comparability, artinya informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan.

g. Completeness, artinya informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan-kebutuhan yang layak dari para pemakai.

2.1.3 Audit

Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002). Tujuan umum audit atas laporan keuangan

(4)

adalah untuk menyatakan pendapatatas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Terdapat tiga standar audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Ketiga standar audit tersebut berisi hal-hal sebagai berikut:

1. Standar umum

a. Keahlian dan kompetensi teknis b. Sikap independensi

c. Kemahiran professional 2. Standar pekerjaan lapangan

a. Perencanaan dan supervisi

b. Pemahaman pengendalian internal c. Bukti audit kompeten

3. Standar pelaporan a. Laporan auditor

b. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi c. Pengungkapan informatif

d. Laporan berisi pendapat

2.1.4 Opini Audit

Opini audit merupakan laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan.Dalam perkembangannya, peran opini audit menjadi penting dalam kaitannya dengan citra perusahaan di mata para pengguna laporan keuangan.Dalam Standar Profesional Akuntan Publik dijelaskan bahwa “tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untukmenyatakan pendapat tentang kewajaran mengenai semua hal yang

(5)

material,posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai denganakuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.

Terdapat lima tipe pendapat audit (IAI, 2001: SA Seksi 508) yaitu: 1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Opini ini diberikan apabilaterpehuni keadaan-keadaan berikut:

a. Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapat memastikan kerja lapangan telah ditaati.

b. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja. c. Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang ditetapkan pula secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya. Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan.

d. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainty) mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan. 2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan

(Unqualified with Explanatory Language)

Opini ini diberikan ketika suatu keadaan tertentu yang tidak berpengaruh langsung terhadap pendapat wajar. Keadaan tertentu tersebut dapat terjadi apabila:

(6)

a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas pendapat auditor independen lain.

b. Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat menyimpang dari SAK.

c. Laporan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit.

d. Terdapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

e. Diantara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material dalam penerapan prinsip akuntansi.

f. Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tidak disajikan.

3. Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Qualified opinion adalah pendapat yang diberikan ketika laporan keuangan dikatan wajar dalam hal yang material, tetapi terdapat sesuatu penyimpangan/kurang lengkap pada pos tertentu, sehingga harus dikecualikan.Pengecualian tersebut dapat terjadi apabila:

a. Bukti kurang cukup.

b. Adanya pembatasan ruang lingkup.

c. Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).

(7)

4. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor,laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajarsesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia.

5. Menolak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

Menolak memberikan pendapat diterbitkan apabila auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar. Kebutuhan untuk menolak memberikan pendapat akan timbul jika terdapat pembatasan ruang lingkup audit atau hubungan yang tidak independen antara auditor dengan kliennya.

Auditor akan mengeluarkan salah satu dari kelima opini tersebut setelah melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan yang diaudit sesuai dengan standar dan prosedur audit yang berlaku. Perusahaan biasanya mengharapkan auditor mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Dengan mendapatkan unqualified opinion menandakan bahwa laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar-standar akuntansi yang berlaku. Perusahaan yang mendapatkan opini selain unqualified cenderung akan mengganti auditor mereka dengan harapan akan mendapat opini unqualified agar laporan keuangan perusahaan dipandang baik oleh para pengguna informasi laporan keuangan tersebut.

(8)

2.1.5 Going Concern

Menurut Belkaoui (2006:271), going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas-aktivitasnya yang tiada henti. Kesinambungan operasi entitas akan menghasilkan laporan keuangan yang bersifat sementara sesuai periode aktivitas dan akan saling berhubungan satu dengan yang lainnya secara berkelanjutan (Grace, 2014). Going concern merupakan salah satu konsep penting akuntansi konvensional.Inti going concern terdapat pada balance sheet perusahaan yang harus merefleksikan nilai perusahaan untuk menentukan eksistensi dan masa depannya. Menurut Siregar (2015), Kegagalan mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh manajemen yang paling buruk, kecurangan ekonomis, dan perubahan kondisi ekonomi makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam akibat tingginya tingkat suku bunga.

Arens et al (2012:52-53) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan badan usaha tersebut untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya :

a. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.

b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.

(9)

c. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.

d. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.

2.1.6 Opini Audit Going Concern

Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2001: SA Seksi 341 paragraf 2). IAI (2001) memaparkan langkah-langkah yang akan ditempuh auditor dalam mengevaluasi kemampuan going concern perusahaan dengan cara berikut ini.

1) Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur yang dilaksanakannya menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pas. Mungkin diperlukan informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.

(10)

2) Jika auditor yakin terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: a. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, b. mengevaluasi apakah rencana tersebut efektif dilaksanakan.

3) Setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor mengambil kesimpulan apakah masih terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.

Pernyataan Standar Auditing (PSA) 29 paragraf 11 huruf d (IAI, 2001: SA Seksi 508, paragraf 11) menyatakan bahwa keraguan yang besar tentangkemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragrafpenjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor. SA Seksi 341 paragraf 06 menjelaskan bahwa auditordapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yangmenunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalammempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebihdari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit).

(11)

IAI (2001) mencontohkan kondisi atau peristiwa yang berkaitan adalah sebagai berikut.

1) Tren negatif, misalnya kerugian operasi yang terjadi berulang,kurangnya modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, jeleknya rasio keuangan yang penting.

2) Kemungkinan adanya financial distress, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok atas pengajuan permintaan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan besar sebagian aktiva.

3) Masalah intern, misalnya pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atau sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.

4) Masalah luar yang telah terjadi, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besarseperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang

(12)

tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.

2.1.7 Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Pada umumnya opini going concern lebih mudah diterbitkan oleh auditor independen, apabila terdapat opini going concern pada laporan audit tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO) (Panjaitan, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009), Panjaitan (2014), Widyantari (2011), Siregar (2015), Puspitasari dan Cahyono (2012), menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern.

2.1.8 Kualitas Audit

Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh pihak ketiga, yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas

(13)

audit yang terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan auditee. Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada (Panjaitan, 2014). Hasil dari penelitian Widyantari (2011), menunjukkan bahwa KAP yang besar (Big four accounting firms) akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. KAP skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Kategori KAP the big four di Indonesia:

1. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan.

2. KAP Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantoro, Sarwoko dan Sandjaja.

3. KAP Price Waterhouse, yang bekerja sama dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan.

4. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja.

2.1.9 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Pengertian

(14)

Penelitian Terdahulu

yang sama disampaikan oleh (Kasmir, 2008: 196), profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin besar profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas. Profitabilias dalam penelitian ini diukur melalui Return On Asset (ROA). Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern diringkas dalam tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Variabel

Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian 1 Hermin Grace (2015) Dependen: Opini Audit going Concern; Independen:Audit Quality, Audit Tenure, Audit Report Lag, Profitabilitas Deskriptif Kuantitatif dengan menggunakan regresi logistic untuk pengujian hipotesis

Audit Quality dan Audit Report Lag memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan Audit Tenure dan Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini going concern 2 Bobby R P Dependen: Metode analisis Profitabilitas

(15)

Audit Going Concern; Independen: Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage menggunakan analisis Regresi Logistik. Pengujiaan model penelitian dengan uji statistik -2Log Likelihood, Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit test, Nagelkerke R Square dan Matriks klasifikasi tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern; Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern; Leverage berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern; dan Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern 3 Wywyk Puspa (2015) Dependen: Kualitas Pelaporan Keuangan; Independen: Komite Audit; Moderating: Kualitas Audit Analisis regresi linier berganda

Jumlah rapat Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan, sedangkan jumlah anggota Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan, namun jumlah keanggotaan komite dan jumlah frekuensi rapat Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan, serta Kualitas Audit tidak memoderasi hubungan antara seluruh variabel independen terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI

(16)

Penelitian Terdahulu Margaretsa (2014) Penerimaan Opini Audit going Concern; Independen: Mekanisme Coorporate Governance, Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya deskriptif dan Analisis statistik inferensial dengan metode regresi logistik Kepemilikan Terpusat, Kualitas Audit memiliki pengaruh yang negatif, sedangkan Kepemilikan

Manajerial dan Opini Audit Tahun

Sebelumnya memiliki pengaruh yang positif terhadap penerimaan opini audit going concern

5 Kris Friska Julita Lubis (2014) Dependen: Manajemen Laba; Independen: Kepemilikan Instutisional, Komite Audit; Moderating: Kualitas Audit Analisis statistik deskriptif dan Analisis regresi linier berganda Kepemilikan Instutisional, Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba; Kualitas Audit tidak berpengaruh

signifikan dan bukan variabel moderating. Untuk variabel kontrol, peneliti menemukan bahwa Ukuran Perusahaan, Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba 6 A.A.Ayu Putri Widyantari (2011) Dependen:Opini Audit going Concern; Independen: Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Arus Kas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Kualitas Audit, Audit Lag, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Auditor Client Tenure. Analisis regresi logistik

Leverage dan Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh positf pada Opini Audit going Concern; Profitabilitas, Arus Kas, Ukuran Perusahaan,

berpengaruh negatif pada Opini Audit going Concern, sedangkan Likuiditas, Pertumbuhan

Perusahaan, Kualitas Audit, Audit Lag, Auditor Client Tenure tidak berpengaruh pada Opini Audit

(17)

Penelitian Terdahulu 7 Jeff L, Payne (2002) Dependen: Akuntansi Berbasis Akrual; Independen: Opini Audit Going Concern, Kualitas Audit Analisis Multivariat, Penelitian memperluas penelitian sebelumnya dengan memeriksa pengaruh dari auditor berkualitas tinggi pada tingkat yang dilaporkan dan nilai absolut dari total dan diskresioner akrual saldo laporan keuangan dilaporkan dikeluarkan dengan kelangsungan opini audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat total atau diskresioner akrual untuk keuangan Laporan disajikan dengan opini going concern tidak

signifikan dipengaruhi oleh kehadiran Big 6 auditor.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah. Hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) akan dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas dan opini audit tahun sebelumnya, sedangkan variabel dependennya adalah opini audit going concern dengan kualitas audit sebagai variabel moderating. Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(18)

Opini Audit Tahun Sebelumnya (X2)

Kualitas Audit (Z)

Opini Audit Going Concern (Y) H1 H2 H3 H5 H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin besar profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas. Profitabilias dalam penelitian ini diukur melalui Return On Asset (ROA). Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya.

Pada umumnya opini going concern lebih mudah diterbitkan oleh auditor independen, apabila terdapat opini going concern pada laporan audit tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO) (Panjaitan, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009), Panjaitan (2014), Widyantari (2011), Siregar (2015), Puspitasari dan Cahyono

Profitabilitas (X1)

(19)

(2012), menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern.

Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas.Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor dan pemakai laporan keuangan lainnya memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang dituangkan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, KAP yang besar dan terkenal cenderung akan melakukan prosedur audit yang lengkap dalam rangka pengumpulan bukti audit sehingga status going concern perusahaan dapat ditetapkan.

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Opini Audit Going concern

Profitabilitas menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan, profitabilitas diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Return on Assets (ROA) dalam analisis laporan keuangan, mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Menurut Doris (2010), perusahaan yang memiliki nilai

(20)

ROA yang negatif dalam periode waktu yang berurutan akan memicu masalah going concern karena ROA yang negatif artinya bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian dan ini akan mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Maka, dapat disimpulkan variabel profitabilitas/ROA brpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis untuk profitabilitas adalah:

H1: Profitabilitas Berpengaruh Terhadap Opini Audit Going

concern

2.4.2 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit

Going concern

Auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Menurut Januarti (2009) berdasarkan hasil penelitiannya, untuk memperbaiki kinerja perusahaan dibutuhkan waktu yang relatif lama dan juga menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan, hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang tahun sebelumnya menerima opini going concern kemungkinan besar akan menerima opini yang sama pada tahun berikutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2015), Panjaitan (2014), Widyantari

(21)

(2011), Margaretsa (2014), menemukan bukti bahwa opini audit tahun sebelumnya signifikan mempengaruhi penerimaan opini audit going concern.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis untuk opini audit tahun sebelumnya adalah:

H2: Opini Audit Tahun Sebelumnya Berpengaruh Terhadap Opini

Audit Going concern

2.4.3 Pengaruh Profitabilitas dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern

Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin besar profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas. Profitabilias dalam penelitian ini diukur melalui Return On Asset (ROA). Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya.

Pada umumnya opini going concern lebih mudah diterbitkan oleh auditor independen, apabila terdapat opini going concern pada laporan audit tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO) (Panjaitan, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009), Panjaitan (2014), Widyantari (2011), Siregar (2015), Puspitasari dan

(22)

Cahyono (2012), menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern.

H3: Profitabilitas dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Berpengaruh

Simultan Terhadap Opini Audit Going Concern

2.4.4 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Opini Audit Going concern dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating

Profitabilitas sebagai salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba memiliki pengaruh dalam publikasi laporan keuangan perusahaan. Jika kondisi ekonomi dan hasil operasi perusahaan dalam keadaan baik, maka perusahaan akan menggunakan tenaga audit yang berkompeten karena kualitas audit akan berpengaruh terhadap kepuasan auditee, antara lain pengalaman melakukan audit, memahami indrutri auditee, responsif atas kebutuhan auditee, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas audit dan keterlibatan komite audit.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4: Kualitas Audit Memoderasi Hubungan Antara Profitabilitas

(23)

2.4.5 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit

Going concern dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating Opini audit going concern tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan. Untuk mempertahankan opini audit going concern, perusahaan akan meningkatkan hasil operasi dan kondisi keuangannya. Informasi yang tersaji dalam laporan keuangan harus bersifat andal, akurat, dan terpercaya karena, informasi tersebut akan digunakan dalam pengembilan keputusan dan akan dipublikasikan agar dapat dilihat dan dipelajari oleh pihak–pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.

Untuk mencapai hal tersebut maka dibutuhkan pihak ketiga yang akan menjembatani pihak–pihak yang berkepentingan. Pihak ketiga tersebut harus bersifat independen dan biasanya orang yang dipakai sebagai pihak ketiga adalah auditor. Kualitas audit adalah kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya dimana dalam melakukan audit auditor dapat menemukan kesalahan klien dan melaporkannya serta memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai beikut:

H5: Kualitas Audit Memoderasi Hubungan Antara Opini Audit

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  No  Nama Peneliti dan Tahun  Penelitian  Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Komite audit menjadi bagian penunjang dari dewan komisaris yang bertugas untuk membantu memastikan bahwa (i) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip

Semakin lama masa penugasan antara KAP dengan perusahaan klien yang memberikan penugasan, maka memungkinkan auditor untuk mengenali industri klien dan penugasan

Menurut Mardiasmo (2009:121) sistem pengukuran kinerja sektor publik merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi

Komite audit mempunyai tugas membantu Dewan Komisaris/Dewan pengawas dalam hal menilai pelaksanaan kegiatan dan hasil audit yang dilakukan oleh auditor eksternal sehingga

Menurut Sawyers(2009) definisi audit internal adalah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dankontrol yang

Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam SPAI (2004;26) menyatakan : “Apabila manajemen senior telah memutuskan untuk menanggung risiko residual yang

Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam SPAI (2004;19) menyatakan : Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara

Perusahaan juga memiliki pengendalian internal yang lebih baik yang akan membantu auditor dalam melakukan proses audit, sehingga proses audit yang dilakukan dapat