• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi - ROBIYAN NUR ADI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi - ROBIYAN NUR ADI BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

(2)

2.1.2 Pengertian Audit

Proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan penyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan ASOBAC (A Statement of Basic Concepts). Auditor digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Auditor independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut umumnya ditujukan untuk memenuhikebutuhan para pemakani informasi keuangan.

b. Auditor pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja diinstansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

c. Auditor intern

(3)

2.1.3 Opini Audit

Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan.Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (dalam SPAP, 2001). Dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan saja tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan. Inilah yang menjadi alasan kenapa auditor

(4)

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang mengandung arti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas suatu satuan usaha sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan audit menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian yang mengandung arti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas satuan usaha tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

4. Pendapat tidak wajar yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas satuan usaha tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.

5. Menolak memberi pendapat yang menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan.

2.1.4 Going Concern

(5)

kedua masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus menerus prospek yang meragukan, kemampuan operasi yang terancam dan pengendalian yang lemah atas operasi Kristiana (2012).

2.1.5 Opini Audit Going concern

Opini audit going concern merupakan pendapat yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan yang diyakininya (dalam SPAP, 2001). Hasil audit laporan keuangan auditor merupakan hal yang penting bagi auditor pemakai laporan keuangan guna mengambil langkah dalam berinvestasi. Tanggung jawab auditor dalam PSA 32 (SA 316) adalah mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan keyakinan investor dan pengguna laporan keuangan lainnya memadai atas pendeteksian salah penyajian yang material dalam laporan keuangan perusahaan.

Auditor juga memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup suatu perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Pernyataan ini mengacu pada Statement On Auditing Standar No. 59 (AICPA, 1998), auditor harus memutuskan apakah perusahaan klien akan bisa bertahan di masa yang akan datang.

(6)

Ekonomi Indonesia terhadap Kelangsungan Hidup Entitas”. IPSA tersebut

menganggap auditor mempertimbangkan tiga hal (Warnida 2011) yaitu:

a. Kewajiban auditor untuk memberikan saran bagi kliennya dalam mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada) terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

b. Penguungkapan peristiwa kemudian yang mungkin timbul sebagai akibat kondisi ekonomi tersebut.

c. Modifikasi laporan audit bentuk baku jika memburuknya kondisi ekonomi tersebut berdampak terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2.1.6 Opinion Shopping

Opinon Shopping didefinisikan oleh Securities and Exchange Commission

(7)

Jika seorang auditor diganti karena peraturan, didalam penelitian ini tidak masuk dalam opinion shopping.

Tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan (Kartika, 2012).Negara-negara Eropa menetapkan peraturan kepada perusahaan untuk mempertahankan auditor selama beberapa tahun agar tidak terjadi strategi pergantian auditor (Lennox, 2002). Di Inggris, auditee tidak dapat mengganti auditor tanpa alasan yang tepat dan hanya dapat dilakukan saat Rapat Umum Pemegang Saham.Variabel ini menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan melakukan peragantian kantor akuntan publik, diberi kode 1 dan jika tidak, diberi kode 0.

2.1.7 Kepemilikan Manajerial

(8)

2.1.8 Likiuditas

Likuiditas secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo. Dalam pengertian lebih sering digunakan, likuiditas adalah sebagai kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban–kewajiban keuangan dalam jangka pendek atau yang harus dibayar. Hasil penelitian dari Sudarno (2012) serta Kuswardi (2012), menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap going concern. Likuiditas dihitung dengan menggunakan current ratio. Begitu juga dengan penelitian Yogi (2010) serta Susanto (2009), yang menyatakan bahwa rasio likuiditas diukur berdasar current ratio dan quick ratio, keduanya tidak mempengaruhi auditor untuk

memberikan opini audit going concern.

Namun berbeda dengan hasil yang diteliti menurut Kristiana (2012), yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern. Begitu juga dengan penelitian dari Warnida (2011), yang menyatakan

bahwa likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Untuk mengukur kemampuan ini, biasanya digunakan angka ratio

sebagai berikut:

(9)

b. Current ratio

Membandingkan antara total aktiva lancar dan utang lancar. Current ratio berguna mengukur likuiditas perusahaan, akan tetapi dapat menjebak sebab current ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih

atau persedian yang tidak terjual. Rumus yang digunakan adalah:

c. Acid-Test Ratio atau Quick Ratio

Untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung persediaannya.

d. Perputaran piutang ( Accaount Rcveivable Turnover)

(10)

e. Perputaran persediaan ( Inventory Turnover )

Mengukur berapa kali persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu

2.1.9 Solvabilitas

(11)

a) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Debt Ratio merupakan ratio utang yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi dapat diartikan pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Namun jika terbalik, apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang.Standar untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industri yang sejenis.

Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut :

b) Debt-to-equity Ratio

Memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.

(12)

c) Time Interest Earned

Mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan proteksi kepada kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar bunga.

2.1.10 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Jika semakin besar total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan (Kristiana, 2012). Ukuran perusahaan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu perusahan besar dan perusahaan kecil. Menurut Keown dalam Warnida (2011) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. empat faktor yang mendasari menentukan besarnya fee audit, yaitu:

1. Karakteristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva modal, dan lain-lain.

2. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-lain.

3. Karakteristik operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan, jumlah

lini produk, dan lain-lain.

(13)

2.2 Kerangka Pemikiran

Going concern adalah kemampuan suatu perusahaan untuk dapat

mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, going concern merupakan faktor yang penting bagi investor dalam mempertimbangkan keputusan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Going concern sendiri dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang

tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan. Menurut Pernyataan Standar Audit No. 30, Informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain (Zulaikha, 2013).

(14)

2.2.1 Pengaruh opinion shopping terhadap opini audit Going concern

Opinion shopping didefinisikan oleh Securities and Exchange Commission

(SEC), sebagai aktivitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan. Menurut Lennox (2000), menggunakan model pelaporan audit untuk memprediksi opini yang tidak diteliti dan menguji dampaknya pada pergantian auditor. Penelitian yang dilakukan diIndonesia oleh (Januarti dalam Susanto, 2009) menyatakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan auditor independen yang sama, apapun opini audit yang diberikan, karena perusahaan enggan untuk mengganti auditor independen. Dari hasil penelitian yang dilakukan Sudarno (2012), yang menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh Negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sejalan dengan hasil penelitian menurutJanuarti (2009), yang

menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh Negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel ini menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan melakukan peragantian kantor akuntan publik, diberi kode 1 dan jika tidak, diberi kode 0.

H1 : Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur sektor industri barang

(15)

2.2.2 Pengaruh Kepemilikan manajerial terhadap penerimaan opini audit going

concern

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham oleh manajemen. Kepemilikan manajerial meliputi pemegang saham yang memiliki kedudukan dalam perusahaan sebagai kreditur maupun sebagai Dewan Komisaris, atau bisa juga dikatakan kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki manajer dan direktur perusahaan (Irfana2012). Dari hasil penilitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Chandra (2013), menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi.

2.2.3 Pengaruh Likuiditas terhadap penerimaan opini audit going concern

(16)

ditunjukkan dengan rasio kas (kas terhadap kewajiban lancar). Menurut Kristiana (2012), yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh Negatif terhadap opini audit going concern. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arma (2013) serta Juandini (2010), yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh Negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.

H3 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi.

2.2.4 Pengaruh solvabilitas tehadap penerimaan opini audit going concern

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya.Hal ini sesungguhnya jarang terjadi kecuali perusahaan mengalami ke pailitan. Menurut Warnida (2011), yang menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sejalan dengan hasil penelitian menurut Kuswardi (2012), yang menyatakan bahwa solvabilitas perusahaan memiliki arah positif dan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

(17)

2.2.5 Pengaruh ukuran perusuhaan terhadap penerimaan opini audit going

concern

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar.Jika semakin besar total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Dari ketiga variabel di atas,nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan, sehingga penelitian ini menggunakan besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan sebagai proxy dari ukuran perusahaan.

Berdasarkan penelitian Santosa (2007), ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern. Sedangkan menurut Kristiana (2012) ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh opinion shopping,

kepemilikan manajerial, likuiditas, solvabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern. Kerangka pemikiran yang peniliti ajukan sebagai berikut:

H5 : Ukuran peusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur sektor industri barang

(18)

Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh Opinion shopping, Kepemilikan Manajerial, Likuiditas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Terhadap penerimaan opini audit going concern. Kerangka pemikiran yang peneliti diajukan adalah sebagai berikut :

H1-

H2-

H3-

H4+

H5- Opinion Shopping

Kepemilikan Manajerial

Likuiditas

Solvabilitas

Penerimaan Opini Audit Going concern

Referensi

Dokumen terkait

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan pada rasio keuangan ROI, ROE, NPM, GPM, ATR, TATO, PER dan EPS sebelum dan sesudah akusisi secara perhitungan

Undangan Mengikuti Seleksi Umum Pengadaan Jasa Konsultansi dapat diambil di sekretariat Kelompok Kerja Pengadaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi Unit Layanan Kab.. Bolaang

Berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) Anggaran Dasar Perseroan dan Pasal 27 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan

Menurut UU No. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas; Misalnya, antara anak perempuan/laki-laki dan bapak/ibu, antara cucu laki-laki/perempuan

M engingat populasi burung kakatua di Pulau Komodo banyak ditemukan di lembah-lembah maka penting untuk melakukan penelitian seleksi habitat burung kakatua dengan variasi

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sekjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006.. _______________, Pengantar Ilmu

Perbedaan perubahan kadar kolesterol total yang tidak bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol sesuai dengan penelitian Trully Kusumawardhani yang menyatakan