• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Metode Analisis Swot Dan Deskriptif Kualitatif Dalam Mengembangkan Kawasan Wisata Spiritual Imogiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penggunaan Metode Analisis Swot Dan Deskriptif Kualitatif Dalam Mengembangkan Kawasan Wisata Spiritual Imogiri"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Deskriptif Kualitatif dan SWOT Dalam

Mengembangkan Kawasan Wisata Ziarah Makam

Ageng Imogiri

Oleh:

Rendi Redona 511100081

Ahmad Fathi Hamdan 511100087

Raymond Richard M 511100084

Olivia Olies Purnomo 511100118

PRODI HOSPITALITY

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMPTA YOGYAKARTA

(2)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Kelompok Lapangan dengan judul “Analisis SWOT Dan Deskriptif Kualitatif Dalam Mengembangkan Kawasan Wisata Ziarah Makam Ageng Imogiri”.

Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Drs. Santoso sebagai Dosen Mata Kuliah Penelitian Pariwisata Kualitatif. 2. Seluruh pedagang di Taman Wisata Ziarah Makam Ageng Imogiri yang

telah membantu selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa Tugas Kelompok ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Namun demikian penulis berharap semoga ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 14 Oktober 2013

Ketua Kelompok Rendi Redona

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sekarang ini salah satu obyek wisata ziarah yang cukup menarik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan di Bantul adalah Obyek Wisata Imogiri. Permakaman Imogiri, Pasarean Imogiri atau Pajimatan Giriloyo Imogiri merupakan kompleks permakaman yang berlokasi di Imogiri, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Permakaman ini dianggap suci dan kramat karena yang dimakamkan disini merupakan raja-raja dan keluarga raja dari Kesultanan Mataram. Permakaman Imogiri merupakan salah satu objek wisata di Bantul. Makam Imogiri dibangun pada tahun 1632 oleh Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo yang merupakan keturunan dari Panembahan Senopati Raja Mataram I. Makam ini terletak di atas perbukitan yang juga masih satu gugusan dengan Pegunungan Seribu.

Penelitian yang telah dilakukan adalah menganalisis SWOT Dan Deskriptif Kualitatif Dalam Mengembangkan Kawasan Wisata Spiritual Makam Ageng Imogiri. Adapun manfaat aplikatif yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, adalah meningkatkan nilai spiritual wisatawan yang tidak hanya sisi lahir tetapi juga batin sehingga wisatawan setelah berkunjung akan memperoleh kesadaran spiritual melihat sisi lain kehidupan yang kadang kurang mendapatkan perhatian yang cukup. Umumnya wisatawan memiliki jiwa yang sedang dahaga. Maka, sungguh bijak sang jiwa wisatawan menemukan makanannya, hingga mengalami transformasi berubahan orientasi baru, yang kemudian itu menjadi dasar bagi kehidupan yang lebih baik. Disamping mengingatkan kepada para khalayak umum wisatwan tentang jasa – jasa leluhur yang telah tiada. Dengan pernyataan tersebut, penyusun merasa tertarik dengan hal-hal tersebut. Dan pada akhirnya penyusun memilih wisata spiritual sebagai tema penelitian ini.

(4)

1.2. Perumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti ingin menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam Pengembangan wisata spiritual Makam Ageng Imogiri?

2. Bagaimana Analisis SWOT sehingga menjadi daya tarik yang unggul bagi wistawan?

3. Bagaimana rekomendasi untuk Unit Kerja Daerah Wisata Kawasan Imogiri untuk meningkatkan kawasan sebagai daya tarik yang unggul?

1.3. Tujuan

Tujuan Praktek Keterampilan Lapangan adalah mengetahui kelemahan dan kelebihan dari penggunaan metode analisis SWOT dan diskriptif kualitatif dalam membuat arahan terhadap pengelolaan.

1.4. Manfaat

Manfaat dari Praktek Keterampilan Lapangan adalah dapat mengetahui teknik penggunaan, kelemahan serta kelebihan dari metode analisis SWOT dan metode analisis deskriptif kualitatif dalam membuat arahan pengelolaan untuk mengembangkan kawasan wisata.

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata

Menurut peninjauan secara etimologis, istilah pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang atau berkali-kali (Musanef, 1996 : 8). Pariwisata tidak hanya bisa diartikan secara etimologis saja, tetapi terdapat pendapat dari para ahli diantaranya :

1. Hunziker dan Krapf (Bapak Ilmu Pariwisata)

Pariwisata adalah sejumlah hubungan dan gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh (Musanef, 1996 : 11).

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah

2.2. Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata (Suwantoro 1997). Menurut Sudarto 1999 dalam Siswanto 2006, daa tarik wisata didasarkan pada:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.

2. Adanya Aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya ciri khusus atau spesifik yang besifat langka.

(6)

4. Adanya sarana prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir

5. Daya tarik wisata alam mempunyai daya tarik yang tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, dan hutan.

6. Dayatarik wisata budaya mempunyai daya tarik yang tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara – upacara adat, nilai – nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyekbuah karya manusia pada masa lampau.

2.3. Wisata Spiritual

Istilah wisata spiritual, menurut berbagai bahasan, terbilang baru dibandingkan dengan wisata religi. Pada awalnya, wisata spiritual dan wisata religi dianggap sama meski tak serupa. Baru belakangan dua hal itu dibedakan. Wisata religi terkait dengan perintah agama, sedangkan wisata Spiritual adalah wisata mencari pengalaman spiritual yang tak pandang agama. Seorang pemeluk Islam yang pergi haji, ia bisa dikatakan berwisata religi sekaligus spiritual. Namun, kalau dia mengunjungi Borobudur, bisa jadi ia hanya berekreasi, atau mungkin juga mencari pengalaman spiritual– pengalaman batin yang tak langsung terkait dengan doktrin agama, melainkan pengalaman tentang hidup dan mati, tentang hubungan antara Yang Maha Pencipta dan ciptaannya. Jadi, wisata religi sudah pasti juga wisata spiritual, namun wisata spiritual belum tentu wisata religi.

I Gde Pitana wisatawan spiritual: “Mereka mencari peace and harmony, dan mereka yang tertarik wisata spiritual kebanyakan orang yang berpendidikan, peduli pada budaya, peduli pada alam dan lingkungan, dan tidak mengganggu siapa pun.”

Menurut Bagus Sudibya, Wakil Ketua GIPI, wisatawan spiritual biasanya berkelompok 10 sampai 15 turis. “Mereka kebanyakan orang Jepang, Australia, Amerika, dan beberapa dari Eropa. Kegiatan utama mereka adalah secara teratur melakukan yoga dan meditasi,”

(7)

Masyarakat tradisional imogiri adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak menjaga tradisi dan nilai oleh adat istiadat. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosialnya. Jadi, masyarakat tradisional di sana di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari adat keraton Yogyakarta. Mekipun kehidupan mereka sudah dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Karena peranan adat-istiadat Mataram Islam masih sangat kuat menguasai kehidupan mereka.

Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan, sekaligus akan memberikan layanan yang dapat diperlukan oleh para wisatawan. Disamping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam disekitar objek wisata juga perlu diperhatikan dengan seksama agar tidak rusak dan tercemar, oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek wisata. Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat, sehingga budaya lokal dapat terjaga dengan baik. (http://manadoinblog.wordpress.com/2012/04/17/).

2.5. Teknik Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2005), analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

(8)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

2. Weakness (kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

3. Opportunities (peluang)

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

4. Threats (ancaman)

Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

2.6. Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif

Menurut Agung (2005), teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis atau pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat atau kata - kata, kategori – kategori mengenai suatu variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data dapat berupa gejala - gejala, peristiwa, kejadian - kejadian dan kemudian dianalisis dalam bentuk kategori-kategori. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara holistik (utuh). Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta - fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

(9)

Pada penelitian ini, yang menjadi key informan adalah Bapak Sabdalangit Arham Efendi, MM selaku aktifis budaya dan ketua kadang kadeyan sabdalangit atau pimpinan CV. Lakutama bisa dikatakan perusahan jasa perjalanan spiritual, EO kegiatan budaya atau adat Jawa. Selain terdapat key informan, penelitian ini juga membutuhkan informan lain untuk penelitiannya. Menurut Meleog, informan adalah yang dimanfaatkan untuk memeberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Syarat menjadi informan adalah jujur, taat pada janji, patuh pada aturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah satu kelompok yang bertikai dalam latar penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu mengenai peristiwa yang terjadi. Moleong ( 2004 : 90)

Jadi, informan adalah orang orang yang bisa membantu memberikan informasi lain dalam mendukung dan melengkapi informasi yang sudah didapat dari key informan. Informan pada penelitian ini adalah masyarakat, pengunjung, penjaga parkir atau pihak UPT kawasan wisata.

Peneliti memilih key informan dan informan seperti yang disebut di atas, karena peneliti berpendapat bahwa mereka memiliki kompetensi dan kredibilitas untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diberikan selama proses penelitian berlangsung. Karena merekalah orang – orang yang menjadi kunci dari sumber data mengenai kegiatan wisatawan maupun segmen yang berpotensial.

Salah satu karakteristik dari penelitian kualitatif adalah peneliti sebagai instrument utama. Dalam melakukan kegiatan di lapangan, peneliti menggunakan catatan lapangan (field notes). pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, dan wawancara.

2.7. Pengertian Strategi

Fred R. David(2006) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Strategi memiliki konsekuensi yang

(10)

multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan.

2.8. Klasifikasi Strategi

Berikut ini beberapa tipe strategi menurut Fred R. David, 2006 :32

1. STRATEGI INTEGRASI VERTIKAL

Strategi integrasi vertikal memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, dan/atau pesaing.

a. Integrasi ke Depan

Strategi ini menghendaki agar mempunyai kemampuan yang besar terhadap para distributor atau pengecer.

b. Integrasi ke Belakang

Strategi ini merupakan strategi terhadap pengawasan bahan baku.

c. Integrasi Horizontal

Strategi ini mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan control atas pesaing perusahaan.

2. Strategi Intensif

Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan yang ada.

a. Penetrasi Pasar

Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup meningkatkan jumlah tenaga penjual meningkatkan jumlah belanja iklan, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha publisitas. b. Pengembangan Pasar

Strategi ini bertujuan untuk memperkenalkan produk atau jasa yang ada sekarang di daerah yang secara geografis merupakan daerah yang baru.

(11)

Strategi ini bertujuan untuk mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa saat ini.

3. Strategi Diversifikasi

Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk-produk baru. a. Diversifikasi Konsentrik

Strategi ini bertujuan untuk menambah produk atau jasa baru,tetapi masih saling berhubungan.

b. Diversifikasi Horizontal

Strategi ini bertujuan untuk menambah produk atau jasa baru, yang tidak saling berkaitan untuk ditawarkan pada para konsumen yang ada sekarang.

c. Diversifikasi Konglomerat

Strategi ini bertujuan untuk menambahkan produk atau jasa baru yang tidak berkaitan.

4. Strategi Defensif

Strategi bertahan ini bermaksud untuk melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang besar(kebangkrutan). a. Retrencment atau Strategi Turnaround.

Strategi ini bertujuan untuk menghemat biaya agar keuntungan dapat dipertahankan.

b. Divestasi

Strategi ini dilakukan dengan cara menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi dalam rangka penambahan modal dari suatu rencana investasi atau menindaklanjuti strategi akuisisi yang telah diputuskan proses selanjutnya.

c. Likuidasi

Strategi ini dilakukan dengan cara menjual seluruh asset perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotong-potong untuk nilai riilnya. Likuidasi adalah pengakuan atas kekalahan,

(12)

konsekuensinya dapat menjadi strategi yang sulit secara emosional.

2.9. Strategi Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar merupakan suatu aktifitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi homogen atau memeiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup. Sementara itu Kotler dalam Ali Hasan (2009), mengelompokkan pendekatan dalam melakukan segmentasi pasar menjadi tiga, yaitu:

1. Static attribute segmentation approach

Static attribute segmentation approach adalah memandang pasar berdasarkan atribut – atribut statis yang serupa, yang tidak secara langsung mempengaruhi keputusan pelanggan untuk membeli.

a. Segmentasi Geografis: populasi, jaringan transportasi, iklim, tipe komersial, pendirian ritel, media, persaingan, pola pertumbuhan, peraturan, biaya hidup.

b. Segmentasi Demografis: umur, jenis kelamin, mobilitas, penghasilan, pekerjaan, hidup keluarga, kelas sosial, status perkawinan, besarnya rumah tangga, agama, kasukuan, dan pendidikan.

2. Dinamic attribute segmentatiaon approach

Dinamic attribute segmentatiaon approach adalah memandang pasar berdasar atribut – atribut dinamis yang mencerminkan custumer characteristic – minat, kebiasaan, sikap, keyakinan, dll.

a. Segmentation psikografis, adalah membagi pasar menurut gaya hidup dan kepribadian, manfaat, persepsi, loyalitas merek, pengalaman menggunakan produk, struktur pembelian, inovativ, kepentingan membeli.

b. Segmentasi behavioral, adalah membagi pasar menurut sikap, penggunaan terhadap produk.

(13)

3. Unit attribute segmentation approach

Unit attribute segmentation approach adalah segmentasi dilakukan atas unit terkecil pasar individual, pendekatan ini banyak digunakan oleh perusahaan yang berbasis internet.

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Lokasi

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 di Obyek Wisata Imogiri (Permakaman Imogiri, Pasarean Imogiri atau Pajimatan Giriloyo) Imogiri, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 1. Alat dan Bahan

No. Alat dan Bahan Kegunaan

1. Alat tulis menulis Wawancara

2. Kamera digital Dokumentasi

3. Lembaran data Mencatat data

5. Kuisioner Pengambilan data

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam praktek ini berasal dari data primer yaitu dengan menggunakan metode observasi/pengamatan langsung, wawancara serta penyebaran kuisioner dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait (pemerintah desa).

3.4. Metode Analisis Data

3.4.1. Analisis SWOT

Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal (komponen SWOT) yang diperoleh dengan menggunakan metode observasi, dilakukan dengan cara mengamati secara langsung aktivitas dikawasan atau disekitar kawasan yang berhubungan dengan praktek ini serta metode wawancara dan penyebaran kuisioner yang berisikan pertanyaan – pertanyaan kunci untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat, persepsi masyarakat tentang daya tarik pantai, dan

(15)

aktivitasnya. Perumusan kedua faktor tersebut dapat digambarkan dalam bentuk matriks SWOT dan strategi yang diperoleh adalah SO, ST, WO dan WT (Tabel.2).

Tabel 2.

Matriks SWOT dan TOWS Faktor-faktor internal Faktor-faktor Eksternal Kekuatan (strengths) Kelemahan (weaknesses) Peluang (opportunities) Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang Ancaman (Threats) Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman 3.4.2. Analisis Deskriptif kualitatif

Menganalisis kondisi wisatawan dari masyarakat tentang persepsi tentang daya tarik serta aktivitasnya dengan menggunakan metode wawancara dan penyebaran kuisioner, kemudian data dianalisis sehingga memperoleh suatu arahan pengelolaan dalam mengembangkan kawasan wisata.

(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum

Makam Raja – raja Mataram di Imogiri atau dikenal juga dengan nama Pajimatan Girirejo Imogiri, adalah suatu kompleks khusus sebagai area pemakaman raja – raja keturunan Kesultanan Mataram Islam, termasuk raja – raja kasultanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kompleks pemakaman raja – raja Imogiri terletak di sebelah Selatan Kota Yogyakarta sejauh 17 Km. Dari Kota Surakarta, jarak ke Imogiri adalah sekitar 77 Km. Secara administratif, kompleks makam raja Mataram di Imogiri ini termasuk dalam wilayah dusun Payaman, Kelurahan Girirejo dan Dusun Kedung Buweng, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Makam Imogiri dibuka setiap:

1. Hari khusus Malam Jumat Legi buka dari sore. 2. Hari Jum'at, Mulai pukul 13.00 – 16.00

3. Hari Senin, mulai pukul 10.00 – 13.00

4. Tanggal 1 dan 8 bulan Syawal, mulai pukul 10.00. 5. Tanggal 10 bulan Besar, mulai pukul 10.00.

Sejarah Makam Imogiri

Ketika Sinuhun Hanyokrowati (Sinuhun Sedo Krapyak) meninggal, maka puteranya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom pada waktu sedo itu sedang pergi tirakat ke pegunungan Selatan. Sehingga sebagai wakil pemegang pemerintahan ialah Gusti Pangeran Martopuro. Sesudah setahun lamanya ia bertirakat, maka ia pulang dari pegunungan tersebut sebab sudah

(17)

sedikit lama dicari-cari oleh penghulu Katangan, tapi sebelum menjadi penghulu. Pada tahun 1627, ia masuk ke kerajaan dan pemegang kekuasaan Mataram saat itu ialah Prabu Hanyokrokusumo.

Sesudah itu Pangeran Martopuro pergi meninggalkan kerajaan menuju Ponorogo. Atas permintaan rakyat maka wakil dari Pangeran Adipati Anom, yaitu Pangeran Purboyo memerintahkan penghulu Ketegan untuk mencari Pangeran Adipati Anom. Akhirnya terdapatlah Pangeran Adipati Anom sedang bertapa di Gunung Kidul, kemudian ia dibawa pulang ke kerajaan. Sesudah itu, Pangeran Adipati Anom diangkat menjadi Raja Kerajaan Mataram. Ia adalah raja yang cerdik dan pandai sehingga rakyatnya maupun makhluk halus serta jin takluk dan tunduk atas kekuasaannya dan Negeri Mataram terkenal sebagai pelindung penyakit.

Karena bijaksananya, maka setiap hari Jum'at, ia dapat pergi sujud ke Mekkah dengan secepat kilat. Sesudah 5 tahun ia memerintah, kerajaannya dipindahkan ke Kerta-Plered dan selanjutnya Kanjeng Sultan ingin memulai membuat makam di Pegunungan Girilaya yang terletak di sebelah Timur Laut Imogiri yang dipergunakan sebagai makam raja. Tetapi sebelum makam itu selesai, pamannya yaitu Gusti Pangeran Juminah lebih dulu mengajukan permintaan. Kemudian Sinuhun merasa kecewa.

Tidak lama kemudian, pamannya meninggal seketika. Sesudah pamannya meninggal, Kanjeng Sultan Agung melemparkan pasir yang berasal dari Mekkah yang akhirnya pasir tersebut jatuh di Pegunungan Merak dan seterusnya Sinuhun segera membuat makam raja di pegunungan yang besar dan tinggi tersebut.

4.2. Hasil Analisis Deskriptif Kualitatif

4.2.1. Tradisi Nyekar/ Marak Sowan/ Ziarah Mendoakan Leluhur di Makam Imogiri

Berdasarkan wawancara pada nara sumber masyarakat sekitar dalam hal ini Juru Kunci Makam Imogiri. Ziarah bukan saja bertujuan

(18)

untuk mendoakan dan merawat makam para leluhur yang kita kunjungi. Lebih dari itu, kedatangan pengunjung atau wisatawan ke makam leluhur tak ubahnya menghadap kepada sesepuh yang di hormati untuk menghaturkan sembah bakti kepada beliau-beliau yang telah hidup di dalam kehidupan sejati. Serta untuk mendapatkan bimbingan, arahan dan doa restu -Nya. “Pergi berziarah seperti halnya kita menuju suatu tempat untuk menjemput anugrah. Bahkan anugrah yang besar, minimal anugrah doa restu dari orang-orang yang sudah pindah dalam kehidupan yang sejati.”

Tujuan ziarah sendiri selain untuk sadranan, atau mendoakan para leluhur di bulan Ruwah sebagaimana adat yang telah dilakukan sebelumnya, juga sebagai wujud napak tilas atas perjuangan, dan jasa-jasa yang telah dilakukan para leluhur dalam membangun dan mengembangkan dinasti Mataram.

(http://www.soloblitz.co.id/2013/06/16/keraton-surakarta-lakukan-sadranan-ke-makam-leluhur/)

Kearifan Lokal Tradisi Nyekar

Cerita rakyat yang kaitannya dengan tradisi nyekar. Kebiasaan di antara peziarah adalah mengambil bunga kanthil dan telasih di atas batu nisan (khususnya di pasarean Agung Kota Gede dan Imogiri). Bunga kanthil bermakna mengikat rasa selalu terhubung dengan para leluhur. Diharapkan dapat mencontoh perilaku baik para leluhur semasa hidupnya. Bunga kanthil berarti tansah kumanthil. Yang kumanthil adalah hatinya. Sukur-sukur berkahnya (safa’atnya) dapat “kanthil” (mengikuti) sumrambah mengalir ke dalam jiwa raga si peziarah. Bunga Telasih bermakna welas asih, dengan harapan dapat kawelasan atau belas kasih dari Gusti Allah. Belas kasih pula dari para leluhur yang akan njangkung dan njampangi setiap langkah kita agar tidak salah langkah menjalani proses kehidupan yang sangat pelik ini. Apabila kita beruntung, tidak mengambilpun akan mendapatkannya.

(19)

Biasanya ketahuan setelah sampai di rumah, di rambut, saku, atau lipatan baju ada sebuah bunga kanthil yang benar-benar kantil, menempel di badan. Bunga kanthil dan telasih sebaiknya disimpan di laci kantor, di lemari baju, atau di dalam tas dan dompet. Biarkan sampai kering dengan sendirinya. Banyak kejadian di makam keramat saat berziarah yang bisa menjadi perlambang dan merupakan jawaban bagi peziarah.

(http://sabdalangit.wordpress.com/2010/01/19/pantangan-dan-rintangan-dalam-menjalani-laku-prihatin/)

4.2.2. Aktivitas Wisatawan di Kawasan Makam Imogiri

Pengembangan kawasan wisata imogiri yang mulanya hanya sebagai tempat ziarah dan pengembangan desa wisata terlihat dari pengembangan yang sedang berlangsung di wilayah imogiri. Berdasarkan hasil wawancara, aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan. Aktivitas yang banyak dilakukan ketika jam buka makam imogiri adalah Nyekar. Kondisi yang terjadi terhadap kegiatan wisatawan dan peziarah khususnya yang dilakukan wisatawan belgia. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan prosesi Nyekar bersama penduduk setampat dengan di dampingi pemandu mereka melakukan prosesi seperti olah yoga dan ramah tamah dengan masyarakat yang sedang tirakat. Mereka juga wisatawan yang potensial karena dalam melakukan aktifitas adat mereka juga mencari sesuatu yang bernilai tradisional. Mereka menginap di homestay.

Hal ini sesuai dengan pendapat Bagus Sudibya, Wakil Ketua GIPI, wisatawan spiritual biasanya berkelompok 10 sampai 15 turis. “Mereka kebanyakan orang Jepang, Australia, Amerika, dan beberapa dari Eropa. Kegiatan utama mereka adalah secara teratur melakukan yoga dan meditasi,”

Wisatawan yang datang biasanya menggunakan bus Pariwisata atau dalam jumlah besar (Mass tourism). Mereka merupakan

(20)

wisatawan untuk melakukan ziarah makam dan mereka membawa identitas agama. Wisatawan jenis ini merupakan wisatawan religi yang mereka adalah wisatawan aktual. Berdasarkan wawancara mereka datang murni untuk beribadah dan mendoakan para pahlawan kemudian pulang.

Dari aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dan wisatawan lokal ketika ramai di kawasan daya tarik ini dapat menimbulkan dampak negatif yaitu masyarakat yang berekreasi biasanya membuang sampah di sekitar kawasan pantai.

4.2.3. Pengelolaan Kawasan Wisata Pantai Pasir Panjang

Kawasan makam Imogiri di kelola oleh 2 Juru Kunci Keraton yaitu Keraton Ngayogyakarta dan Surakarta. Tetapi Daya tarik kawasan makam Imogiri dikelola oleh UPT daya Tarik makam Imogiri.

4.2.4. Sarana dan Prasarana

Melalui data hasil wawancara diperoleh sarana yang terdapat pada kawasan wisata Makam Imogiri seperti kamar mandi/WC, kantin atau warung makan, tempat sampah dan homestay telah dikelola masyarakat. Namun dari sarana trasportasi wisatawan yang datang biasanya menggunakan bus Pariwisata.

4.2.5. Pendukung dan Penghambat Kegiatan Wisata Spiritual

Tolong tanyakan mengenai bagaimanakah para pelaku nyekar itu apakah merasa terusik dengan hadirnya wisatawan dari luar yang ikut melakukan prosesi Sembah bekti pada Raja/ Leluhur yang telah berjasa?

Dari latar belakang agama apa saja wisatawan yang nyekar?

Juru kunci apakah membebasakan wisatawan datang untuk nyekar sesuai dengan agamanya atau kepercayaannya masing2

(21)

4.3. Pola Dasar Preferensi Pasar

Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan Ki Sabdo Ae Banyusegoro, pola dasar preferensi pasar yaitu pola preferensi yang homogen. Preferensi yang homogen menunjukkan suatu pasar di mana semua konsumen atau wisatawan secara kasar memiliki preferensi yang sama, pasar tidak menunjukkan segmen alami. Pihak perusahaan Jasa tidak menentukan kepada siapa target segmen wiata spiritual ini ditujukan. Karena semua orang mereka anggap sebagai calon pelanggan mereka. Namun hal ini dapat berdampak pada target segman yang kurang terarah.

Dikarenakan pihak perusahaan jasa atau UPT kawasan wiata Imogiri menempatkan semua orang sebagai seperti yang telah dibahas sebelumnya, maka tidak ada tahapan kegiatan segmenting. Karena pihak UPT dan perusahaan hanya berdiam diri tanpa promosi yang terarah menunggu wisatawan.

Preferensi seperti ini dinilai kurang efektif mengingat jarangnya kunjungan wisatawan yang berpotensial datang seperti wisatawan asing yang suka yoga dan sebagainya .

Yang akan dihasilkan dari penelitian ini adalah tahapan kegiatan segmenting dengan menggunakan solusi yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya tentang preferensi menyebar dan mengelompok.

Kawasan wisata Imogiri menggunakan cara pendekatan yang stastis atau biasa di sebut Static Attribute Segmentation. Dengan pendekatan ini hasil yang diharapkan kurang maksimal. Maka cara pendekatan yang paling tepat adalah Dynamic Attribute Segmentation yaitu segmentasi yang berdasarkan pada kesamaan atribute – atribute yang bersifat dinamis,yaitu atribute yang mencerminkan karakteristik manusiawi dari pelanggan – minat, kebiasaan, sikap, kepercayaan, dan sebagainya yang akan membentuk buying/ using behavior dan secara langsung mempengaruhi pelanggan untuk membeli. Perlu digaris bawahi wisatawan spiritual merupakan memiliki karakteristik latar belakang kepercayaan.

(22)

4.4. Analisis Strategi Pengembangan SWOT

Analisis Strategi Pengembangan dengan Menguunakan Analisis SWOT Identifikasi faktor internal dan eksternal yang dirumuskan dalam upaya menganalisis strategi pengembangan kawasan wisata Makam Imogiri, dapat dilihat sebagai berikut :

4.4.1. Analisis Faktor Internal

Kekuatan (strengths)

Memiliki sumberdaya manusia yang menunjang 

Memiliki ekosistem yang masih alami Memiliki keindahan alam

Kelemahan (Weaknesses)

Kurangnya kerja sama antara pengelola, pemerintah daerah maupun desa, dengan masyarakat

Lemahnya sistem keamanan di sekitar kawasan belum dipublikasikan

(23)

Peluang

(Opportunities)

Sumber pendapatan dan usaha masyarakat

Memiliki sarana transportasi yang menunjang Adanya UU yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya wilayah yang berkelanjutan

Ancaman (Threats)

Aktifitas masyarakat dan wisatawan yang dapat merusak lingkungan kawasan

Terjadinya kompetisi antar desa tempat wisata yang tidak sehat seperti goa pindul

(24)

Tabel 5.

Matriks SWOT dan TOWS Strategi Pengembangan Pantai Pasir Panjang

Internal Eksternal Kekuatan (S) Kelemahan (W)  Memiliki sumberdaya manusia yang menunjang  Memiliki ekosistem yang masih alami  Memiliki keindahan alam yang indah  Cerita rakyat

 Kurangnya kerja sama antara pengelola dengan pemerintah, maupun masyarakat.

 Lemahnya sistem keamanan di sekitar kawasan

 Belum ada trand wisata spiritual kalangan masyarakat modern atau kota. Peluang (O) S + O W + O  Sumber pendapatan dan usaha masyarakat  Memiliki sarana transportasi yang menunjang 

 Membangun kerja sama antar seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan kawasan wisata

 Mengupayakan adanya penjaga keamanan di sekitar kawasan

 Mengupayakan publikasi kawasan wisata ke masyarakat luas

Ancaman (T) S + T W + T

 Aktifitas masyarakat dan wisatawan yang dapat merusak

 Terjadinya kompetisi antar tempat wisata

Mengupayakan pembangunan sarana dan prasarana yang memadai, seperti tempat sampah, kamar mandi, WC, tempat ibadah,dll

 Mengupayakan pengetahuan serta kesadaran masyarakat dan wisatawan dalam menjaga dan melestarikan sumberdaya alam yang ada dengan membuat poster tentang ancaman kerusakan ekosistem

(25)

4.5. Strategi Dan Arahan Pengembangan

Strategi 1 : Meningkatkan dan mengembangan usaha kecil sebagai basis

penghidupan bagi masyarakat, dengan arahan pengelolaan sebagai berikut : 1. Pemerintah dan pihak pengelola memberikan kesempatan berupa

wadah kepada masyarakat dalam membangun usaha kecil di sekitar kawasan

2. Adanya bantuan fasilitas usaha kecil dari pemerintah kabupaten Bantul kepada masyarakat di sekitar kawasan.

Strategi 2 : Mengupayakan pengawasan terhadap peraturan dan kondisi

alam pantai agar tetap terjaga dan dimanfaatkan secara berkelanjutan, dengan arahan pengelolaan sebagai berikut :

Pemerintah negeri dan pengelola membentuk tim khusus untuk pengawasan terhadap peraturan dan kondisi alam pegunungan sekitar kawasan.

Strategi 3 : Membangun kerja sama antara seluruh elemen masyarakat

Negeri untuk bersama-sama mengembangkan kawasan wisata dengan arahan pengelolaan sebagai berikut :

Bekerja sama untuk tetap menjaga keamanan, kebersihan serta kelestarian terhadap kawasan wisata.

Strategi 4 : Mengupayakan adanya penjaga keamanan di sekitar kawasan,

dengan arahan pengelolaan sebagai berikut : Mendirikan pos keamanan disekitar kawasan .

Strategi 5 : Mengupayakan publikasi kawasan wisata ke masyarakat luas,

dengan arahan pengelolaan sebagai berikut :

1. Pemasangan iklan pada berbagai media, baik elektronik maupun media cetak.

(26)

3. Mengusulkan kepada pemerintah Kabupaten maupun Provinsi untuk mendaftarkannya ke dalam kawasan objek wisata.

Strategi 6 : Mengupayakan pembangunan sarana dan prasarana yang

memadai, seperti tempat sampah, kamar mandi, WC, tempat ibadah, dll, dengan arahan pengelolaan sebagai berikut :

Mengajukan permohonan bantuan baik berupa fisik maupun finansial ke instansi terkait untuk membantu kelengkapan sarana.

Strategi 7 : Mengupayakan pengetahuan serta kesadaran masyarakat dan

wisatawan dalam menjaga dan melestarikan sumberdaya alam yang ada, dengan arahan pengelolaan sebagai berikut :

1. Membuat poster tentang ancaman kerusakan ekosistem di sekitar kawasan

2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menjaga dan melestarikan sumberdaya alam yang ada.

3. Melakukan penataan ruang kawasan menurut kaidah konservasi agar aktivitas – aktivitas yang dilakukan tidak mengganggu keseimbangan lingkungan.

4. Mengupayakan adanya peraturan negeri terhadap pelestarian kawasan.

4.9. Strategi Analisis Deskriptif

Adapun masalah – masalah yang terjadi dalam mengembangkan kawasan, dapat dilihat pada pohon masalah berikut :

4.9.1. Arahan pengelolaan :

1. Perlu adanya peraturan pemerintah Daerah, maupun pemerintah agar tetap menjaga keamanan, kebersihan dan kelestarian sehingga wistawan merasa nyaman.

2. Mengupayakan pembangunan sarana yang memadai, agar wisatawan merasa puas dengan sarana yang tersedia.

3. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat dan pihak-pihak lain yang terkait didalamnya dengan tujuan meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya mengembangkan kawasan

(27)

4. Pola Segmentasi yang dilakukan pihak UPT kawasan wisata Imogiri adalah dengan mass marketing, artinya bahwa semua masyarakat menjadi pasar atau calon wisatawan yang potensial bagi mereka. Atau semua masyarakat di anggap homogen. Sehingga proses pemasaran yang mereka lakukan kurang tepat sasaran. Semestinya kalau orang berziarah akan beda dengan motif wisata spiritual. Orang yang ingin beribadah tidak harus mendapatkan promosi tetapi wisatawan spiritual harus menjadi pemikiran pihak perusahaan dan UPT sebagai langkah pemasaran yang terarah. Karena mereka biasaynya akan membeli produk jauh lebih konsumtif ketimbang wisatawan ziarah.

4.9.2. Perbandingan metode analisis SWOT dengan metode deskriptif

kualitatif

Dengan menggunakan metode analisis SWOT maka dapat mengidentifikasi faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman secara jelas. Dengan merumuskan kedua faktor ini, maka dapat membuat strategi pengembangan dalam mengembangkan kawasan wisata pantai pasir panjang, namun kelemahan dalam penggunaan metode analisis SWOT adalah hasil dari strategi yang dibuat oleh seseorang berbeda dengan strategi yang dibuat oleh orang lain.

Dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu wawancara dan penyebaran kuisioner maka dapat mengidentifikasi kondisi sosial masyarakat yang terjadi secara jelas, sebagai contoh umur, tingkat pendidikan, peran masyarakat, dan jenis pekerjaan, selain itu dapat mengetahui persepsi masyarakat tentang daya tarik pantai pasir panjang, namun hasil dari wawancara yang merupakan pendapat dari masyarakat belum tentu sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, karena hasil wawancara tergantung pada keadaan masyarakat pada saat itu.

(28)

Dengan perbandingan kedua metode diatas, maka dapat dikatakan bahwa penggunaan metode analisis SWOT lebih efektif dibandingkan dengan metode deskriptif kualitatif, karena dengan metode analisis SWOT, dapat megindentifikasi faktor eksternal dan internal secara jelas, sedangkan metode deskriptif kualitatif hanya dapat menganalisis melalui data wawancara dan penyebaran kuisioner secara deskriptif saja.

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Kelebihan teknik analisis Swot adalah Dapat membuat suatu strategi pengembangan dan arahan pengelolaanya serta dapat menggambarkan situasi yang sedang terjadi.

Kelemahan teknik analisis SWOT adalah hasil dari strategi yang dibuat oleh seseorang berbeda dengan strategi yang dibuat oleh orang lain.

Kelebihan teknik analisis diskriptif Kualitatif adalah Dapat mengindetifikasi kondisi sosial masyarakat secara jelas.

Kelemahan teknik analisis diskriptif kualitatif adalah hasilnya tergantung pada keadaan responden pada saat itu.

5.2. Saran

Diharapkan adanya informasi tentang cara memporelah data dengan metode wawancara dan penyebaran kuisioner yang baik, dan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Ambo, Mahadir, 2011. Strategi Pengembangan Ekowisata Pantai Batu Kuda Negeri Tulehu Kabupaten Maluku Tengah. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Pattimura Ambon

Dahuri Rokhim, Jacub Rais, dan Sapta Putra Ginting. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta

Demartoto, Argyo, 2012. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Air Terjun Jumog desa Berjo.

(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=peranan+masyarakat+dalam+peng elolaan+wisata+pantai&source=web&cd ) diakses pada jumat 1 juni 2012

Moleong, J Lexy, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Nugraha, Wasistha. 2008. Analisis Supply Demand Atraksi Wisata Pantai Alam Indah Tegal. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro Semarang. Ralahalu, K, 2007. Pembangunan Daerah Kepulauan dan Visi Maluku 2003. PT.

(30)

Rangkuti, F, 2005. Analisis SWOT Teknik Membeda Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta

Supriharyono, M.S, 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

(http://venuemagz.com/component/content/article/129-september-2012/473-seminar-wisata-spiritual-go-to-bali-before-i-die-.html) (http://id.wikipedia.org). www.google.com.(http://manadoinblog.wordpress.com/2012/04/17/daya-tarik- marine-tourism-wisata bahari/) (http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/07/definisi- daya-tarik wisata.html) http://www.scribd.com/doc/64912090/23/Teknik-Analisis-Data http://www.antaranews.com/view/?i=1235451241&c=WBM&s

(31)

Gambar

Tabel 1. Alat dan Bahan

Referensi

Dokumen terkait

MQoteX cA^tttmtt MQabasiswt* - BAB III.. Dari hasil model kegiatan dasar pada mang di setiap asrama, terdapat persamaan dalam hirarki mang yaitu terdapat pada mang

Berdasarkan table 17 check point Ancol diatas, dapat disimpulkan bahwa kepadatan maksimal pengguna busway pada halte busway Ancol terjadi yaitu pada waktu siang hari

Hal ini menunjukkan bahwa cemaran getah kuning, seperti yang ditunjukkan oleh parameter persentase buah arilnya bergetah kuning, persentase juring bergetah kuning, dan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) identifikasi varietas beras japonica dan indica premium yang mempunyai palatabilitas tinggi; (2) menguji marka STS terpaut palatabilitas

“Bagaimana pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengalaman, lama jam kerja terhadap tingkat keberhasilan usaha baik secara parsial maupun simultan pada

Uraian latar Belakang ini penting untuk dikaji, maka dalam tulisan ini penulis akan mengangkat pembahasan mengenai “Salat dan Kesehatan” dalam gerakan salat untuk bisa

Sumber pendanaan yang memiliki present value cash outflow yang lebih kecil, maka alternatif pendanaan itulah yang akan digunakan oleh perusahaan dalam pengadaan