• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KEPERAWATAN.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN KEPERAWATAN.docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Pengantar Manajemen Keperawatan

2.1.1 Pengertian Manajemen

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. (P. Siagian, 2000) Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya

staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989)

Jadi manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.

2.1.2 Fungsi Manajemen

1. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan : a. Gambaran apa yang akan dicapai b. Persiapan pencapaian tujuan

c. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai d. Persiapan tindakan – tindakan

e. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja a. f. Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan

2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.

3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval

4. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.

5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.

6. Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material, methode, machine, minute dan market.

2.1.3 Prinsip Manajemen

Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah a. Division of work (pembagian pekerjaan)

b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab) c. Dicipline (disiplin)

d. Unity of command (kesatuan komando) e. Unity of direction (kesatuan arah)

f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum)

g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai) h. Centralization (sentralisasi)

i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki) j. Order (ketertiban)

k. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai) l. Equity (keadilan)

m. Inisiative (prakarsa)

n. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps) 2.1.4 Proses Manajemen Keperawatan

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas.

Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,

(2)

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.

Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

2.1.5 Prinsip – prinsip yang mendasari Manajemen Keperawatan

a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.

b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.

d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.

e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.

g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik. h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan

mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.

i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan. j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan

rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.

Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2 Metode Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengertian

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:

a. Sesuai dengan visi dan misi institusi

b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. c. Efisien dan efektif penggunaan biaya.

d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat. e. Kepuasan kinerja perawat.

2.2.2 Tujuan

a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.

c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan. d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.

e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.

(3)

2.2.3 Macam-macam metode Asuhan Keperawatan

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan:

1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional

Model ini diterapkan pada saat perang dunia ke 2. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). 2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).

3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse)

4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode tim menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu ( Douglas, 1984). 2.3 Interdisciplinary Rounds or Case Conference

2.3.1 Pengertian KonferensI

Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal yang telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik.

1. Konferensi klinik

Merupakan kegiatan berdiskusi antara berbagai antar profesi kesehatan seperti dokter, perawat dan ahli gizi yang membahas tentang perkembangan pasien, ilmu-ilmu terbaru yang bertujuan dalam perkembangan pelayanan kesehatan dan untuk kesehatan pasien.

2. Konferensi pra-klinik

Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan dilakukan keesokan hari. Tujuan, cara pencapaian tujuan, dan rencana tindakan (mulai dari fokus pengkajian, sampai kepada rencana evaluasi), serta tambahan didiskusikan bersama.

2.3.2 Interdisciplinary Rounds Or Case Conference

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.

Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu : 1. Pre Conference

Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006)

2. Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006) Tujuan Pre dan Post Conference : Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah-masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).

(4)

3. Peer review

Peer Review adalah proses evaluasi diantara teman sekerja dan seprofesi dengan kemampuan yang sama praktek. Mereka secara kritis mereview praktek sejawatnya dengan menggunakan standar kinerja yang baku. Ini adalah self-regulation dan mendukung prinsip autonomi. Peer review terdiri dari sejawat yang memeriksa tujuan asuhan langsung dari sejawatnya dengan standar yang khusus, indicator kritis dari asuhan yang ditulis oleh sejawat. Tujuan peer review adalah untuk mengukur akontabilitas, evaluasi dan meningkatkan pemberian asuhan, identifikasi kekuatan dan kelemahan, mengembangkan policy yang baru atau diubah.

2.4 Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan pasien dari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan pasien seperti jatuh, kebakaran, dll.

a. Pasien Safety

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.(Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)

b. Universal precation

Tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat, pelayanan dalam rangka pengurangi resiko penyebaran infeksi (Nursalam dan Ninuk, 2007).

Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi rumah Sakit. Standar Keselamatan Pasien menurut (PMK No. 1691 tentang keselamatan pasien Rumah Sakit) terdiri dari 7 standar yaitu :

Target 1 syarat 1

Identifikasi pasien secara tepat : tujuan dari sasaran ini adalah untuk mendapatkan identifikasi yang setepatnya dari individu yang menerima perawatan tersebut

Target 2 syarat 2

Meningkatkan komunikasi yang efektif : komunikasi yang tidak efektif adalah hal yang paling sering disebutkan sebagai penyebab dari kasus-kasus sentinel. Komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu, dan di mengerti sang penerima.

Target 3 syarat 3

Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan perhatian : manajemen obat-obatan yang tepat merupakan faktor penting dalam menjamin keselamatan pasien

Target 4 syarat 4, 5 dan 6

Mengurangi salah lokasi, salah pasien dan salah tindakan operasi : tujuan dari target ini adalah untuk selalu mengenali tepat lokasi, tepat pasien dan tepat tindakan.

Target 5 syarat 7

Mengurangi risiko infeksi : penelitian telah membuktikan bahwa melakukan petunjuk cuci tangan akan mengurangi transmisi infeksi dari staff ke pasien. Hal ini akan mengurangi insiden kesehatan yang berhubungan dengan infeksi.

Target 6 syarat 8

Mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh : jatuh menjadi salah satu bagian besar dari penyebab cederanya pasien yang sedang dirawat dirumah sakit.

TAMBAHAN

LINGKUP MANAJEMEN KEPERAWATAN

Menurut Korn ( 1987 ), yang termasuk lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan.

1. Manajemen Operasional

Pada manajemen operasional, pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak, manajemen menengah, dan manajemen bawah. Faktor-faktor yang perlu dimiliki oleh manajer agar dapat berhasil dalam penatalaksanaan kegiatannya: 1. Kemampuan menerapkan pengetahuan

2. Keterampilan kepemimpinan

3. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen 2. Manajemen Asuhan Keperawatan

(5)

Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh sumber daya tenaga keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dalam menyediakan perawat pasien yang berkualitas adalah perawat pelaksana.Sebagai kunci keterampilan dalam keperawatan pasien adalah komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan dan pendelegasian. ( Loveridge & Cumming, 1996 ).

D. PRINSIP – PRINSIP MANAJEMEN KEPERAWATAN

Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu organisasi keperawatan dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan yaitu :

1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan

2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif 3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien 5. Manajemen keperawatan harus terorganisir

6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan 7. Divisi keperawatan yang baik

8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif 9. Pengembangan staf

10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

E. SISTEM PENGORGANISASIAN ASUHAN KEPERAWATAN ( MODALITAS PRAKTIK KEPERAWATAN )

1. Metode Fungsional adalah setiap perawat mendapat tugas yang berbeda dalam merawat setiap pasien.

2. Metode Tim adalah perawat degan latar belakang pendidiksn yang berbeda bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien.

3. Metode Primer adalah seorang perawat profesional bertanggung jawab memberi perawatan secara menyeluruh selama 24 jam pada 4-6 pasien dalam satu unit sejak pasien masuk sampai pulang.

4. Metode Kasus adalah satu perawat merawat satu pasien ( total patient care ) F. SISTEM KLAFISIFIKASI PASIEN

1. Berdasarkan keputusan Askep: a. Perawat intensif

b. Modifikasi perawatan intensif c. Intermediate

d. Perawatan minimal

2. Berdasarkan kondisi pasien:

Minimal, moderate, aktif, intensive, kritis 3. Berdasarkan Askep skore:

a. Observasi dan monitoring b. Perawatan diri

c. Makan dan minum d. Terapi somatik

(6)

e. Terapi modalitas dan Penkes

4. Klasifikasi klien berdasarkan derajat ketegantungan a. Perawatan minimal

b. Perawatan intermediet c. Perawatan maksimal/total

G. FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN a. Perencanaan

Adalah suatu proses menetapkan sasaran dan memilih cara untuk sasaran tersebut b. Pengorganisasian

Adalah seluruh proses pengelompokan tugas-tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab, penetapan orang dan alat-alat.

c. Pengarahan

Adalah pengeluaran, penugasan, pesanan dan instruksi. d. Pengawasan dan Pengendalian

Suatu proses kegiatan seorang pemimpin untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan organisasi sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan (Wijono, 1997).

H. KERANGKA KONSEP, FILOSOFI, TUJUAN DAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN 1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan adalah manajemen partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu manusia, perawat, kesehatan dan lingkungan dengan merumuskan kerangka konsep menjadi kerangka kerja untuk menunjang praktek keperawatan dan merupakan keyakinan dasar dari tim perawatan.

2. Filosofi Manajemen Keperawatan

Filosofi manajemen keperawatan adalah kerjasama yang dimiliki oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi dan evaluasi.

3. Tujuan Manajemen Pelayanan Keperawatan

Mengacu pada tujuan peningkatan metode kerja dalam meningkatkan asuhan keperawatan.

4. Standar Pelayanan KeperawatanStandar pelayanan keperawatan mencerminkan kualitas pelayanan keperawatan untuk menentukan tingkat kualitas pelayanan yang dicapai

Jenis Standar yaitu :

· Standar Normatif yang menggambarkan praktek yang dinilai baik/ideal oleh beberapa kelompok yang berwenang.

· Standar Empiris menggambarkan praktek yang sebenarnya diamati dari dalam sejumlah besar lingkungan perawat klien

Standar Normatif dan Standar Empiris diaplikasikan dalam penerapan beberapa standar yaitu : a. Standar Praktek Keperawatan yang terdiri dari :

1. Standar Praktek Profesional terdiri dari beberapa standar : · Standar I, pengkajian keperawatan

· Standar II, diagnosa keperawatan · Standar III, perencanaan

(7)

· Standar IV, pelaksanaan · Standar V, evaluasi 2. Standar Kinerja Profesional · Standar I, jaminan mutu · Standar II, pendidikan

· Standar III, penilaian kinerja · Standar IV, kesejawatan · Standar V, etik

· Standar VI, kolaborasi · Standar VII, penelitian

· Standar VIII, pemanfaatan sumber-sumber b. Standar Fasilitas Kesehatan

c. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan mempunyai tiga tujuan yaitu, meningkatkan mutu asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan dan memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawat

II. KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN A. PENDAHULUAN

Dalam menjalankan fungsi manajerial pimpinan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga, menjalin hubungan yang efektif dan terapeutik dengan atasan, staf dan tim kesehatan lainnya dan mampu mempengaruhi orang lain agar mau bertindak melakukan kegiatan sesuai rencana sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja para karyawan.

B. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN

Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan orang lain untuk brtbuat sesuatu demi mencapai tujuan institusi. Sedangkan manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam mencapai tujuan. Jadi pada hakekatnya manajemen dan kepemimpinan dalam keperawatan dilakukan dengan cara bersamaan.

C. PERAN PEMIMIPIN DALAM KELOMPOK 1. Sebagai penghubung interpersonal 2. Sebagai penginformasi.

3. Sebagai pengambil keputusan. 4. Inovator/pembaharu.

D. FUNGSI DAN TUGAS PIMPINAN

1. Orientasi tugas, merencanakan dan mengorganisasi, menyediakan informasi, membuat penugasan, bertanggung jawab atas pekerjaannya, kooperatif dan mengevaluasi hasil.

2. Orientasi HAM, memberi dorongan dengan sikap bersahabat, mengungkapkan perasaan yang dialami, mendamaikan, memperlancar dan menentukan aturan main.

E. KETERAMPILAN DALAM KEPEMIMPINAN

1. Keterampilan teknis, kesanggupan untuk mengerti dan mengerjakan aktifitas teknis. 2. Keterampilan konseptual, kesanggupan untuk mengkonsep, melihat usaha dan menganalisa.

(8)

3. Keterampilan hubungan antar manusia, kesanggupan untuk bekerjasama dengan orang lain. F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMIPINAN

1. Karakteristik pribadi. 2. Kelompok yang dipimpin.

3. Situasi yang dihadapi baik manusia, fisik maupun waktu. G. GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku yang ditampilkan sebagai pimpinan, dapata diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, yaitu:

1. Perilaku

a. Kepemimpinan positif, mempunyai pandangan bahwa orang pada hakekatnya bersedia melakukan pekerjaan dengan baik bila diberi kesempatan dan dorongan yang cukup.

b. Kepemimpinan negatif, mempunyai pandangan bahwa orang harus dipaksa bekerja dengan menciptakan rasa takut.

2. Kekuasaan dan wewenang:

a. Otoritas, berorientasi pada tugas, menggunakan posisi dan power dalam memimpin. b. Demokrasi, menghargai sifat dan kemampuan setiap staf.

c. Partisipatif, gabungan antara otoritas dan demokratik.

d. Bebas tindak ( Laissez-Faire ), pimpinan hanya offisial karyawan menentukan kegiatan sendiri tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi.

3. Situasi yang dihadapi

Dalam melaksanakan tugasnya pimpinan memberikan pengarahan atau perintah dan memberi dukungan dalam menjalin hubungan antara atasan dan bawahan, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Adapun perilaku pimpinan terhadap perilaku bawahan :

a. Proses pemerintah dimana perilaku pimpinan yang sangat mengarahkan dan kurang memberikan dorongan ( S1 ).

b. Proses mengajak dimana perilaku pimpinan yang sangat mengarahkan dan sangat memberikan dorongan ( S2 ). c. Proses melibatkan dimana perilaku pimpinan yang kurang mengarahkan dan banyak memberikan dorongan ( S3

).

d. Proses menlimpahkan dimana perilaku pimpinan yang kurang mengarahkan dan kurang memberikan dorongan ( S4 ).

Tahap perkembangan digambarkan sebagai suatu gariskontinum dan dibagi dalam 4 tingkatan : 1. Tingkat rendah ( D1 ) : tidak mampu dan tidak mau

2. Tingkat rendah ke sedang ( D2 ) : tidak mampu tapi mau 3. Tingkat sedang ke tinggi ( D3 ) : mampu tapi tidak mau 4. Tingkat tinggi ( D4 ) : mampu dan mau

Hubungan antara gaya kepemimpinan dengan tahap perkembangan : 1. Bila bawahan D1, maka gaya kepemimipinan S1

2. Bila bawahan D2, maka gaya kepemimipinan S2 3. Bila bawahan D3, maka gaya kepemimipinan S3 4. Bila bawahan D4, maka gaya kepemimipinan

(9)

III. KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN

A. PENDAHULUAN

Komunikasi dalam keperawatan merupakan pendekatan terencana dan dipakai secara sadar untuk

mempengaruhi orang lain seperti staf perawatan, pasien dan keluarganya, tim kesehatan lainnya. Keterampilan berkomunikasi yang baik merupakan keterampilan utama dan sangat penting bagi seorang pimpinan

keperawatan. Keberhasilan seseorang pimpinan sebagian besar tergantung pada kemampuan berkomunikasi termasuk bertukar pikiran dan akan lebih efektif apabila dilakukan secara langsung, tatap muka, komunikasi dua arah dengan sikap yang baik.

B. PROSES KOMUNIKASI

Ada lima komponen yang harus diperhatikan oleh pimpinan keperawatan yaitu :

1. Pengirim berita (komunikator), pihak yang menyampaikan berita, laporan dan saran-saran. 2. Penerima berita (komunikan), orang yang dituju.

3. Berita (pesan), yang disampaikan seperti perintah dan saran-saran.

4. Sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan berita seperti tulisan, telepon, radio, televisi, dll. 5. Umpan balik atau tanggapan dari penerima berita.

C. PESAN YANG DISAMPAIKAN BISA VERBAL MAUPUN NON VERBAL

1. Komunikasi verbal, merupakan usaha yang disadari untuk memilih kata-kata yang akan dipakainya.Komunikasi dapat dilakukan secara lisan, tulisan dan kombinasi antara keduanya.

2. Komunikasi non verbal

· Vokal, nada suara, kualitas, kecepatan yang semuanya menggambarkan suasana emosi. · Gerakan dan ekspresi wajah dapat diartikan suasana hati.

· Komunikasi yang intim lebih atau sama dengan 45,4 cm ; komunikasi personal 45,5-120 cm.

· Sentuhan sangat penting untuk memberikan dorongan mental, tetapi perlu dipertimbangkan budaya dan kebiasaan.

D. CARA MEMBINA HUBUNGAN YANG EFEKTIF DAN TERAPEUTIK

Menurut Rogers hubungan yang sehat ditandai dengan komunikasi saling terbuka, menerima orang lain sebagai individu yang berharga dan empati yang mendalam.Konflik internal dan eksternal yang tidak terselesaikan dengan baik akan mengganggu kesehatan mental, akibat lebih lanjut kestabilan dan penyesuaian diri dapat tearganggu.

E. KEBIASAAN MEMPERSIAPKAN DIRI ATAU CARA MENINGKATKAN KESADARAN DIRI

Kebiasaan dan keterampilan dalam meningkatkan kesadaran diri tidak akan efektif apabila tidak ada keinginan secara terus menerus untuk mengerti dan memahami orang lain.

F. KOMUNIKASI ASERTIF 1. Pengertian

Adalah kemampuan menyampaikan secara tepat baik pikiran dan perasaan seseorang dengan tetap menghormati dan menghargai hak dan martabat orang lain.

(10)

Keterampilan untuk menyatakan diri secara nyata, tulus untuk mendapatkan sesuatu dengan tetap mendengar dan menghargai orang lain.Tingkah laku tidak terjadi secara otomatis tetapi melalui latihan dan belajar yang lambat laun akan menjadi kebiasaan.

3. Gaya pimpinan yang asertif

Ditandai dengan memperhatikan karyawan dengan menghargai orang lain, membimbing karyawan, berpikir secara analitis, berpenampilan ekspresif dan mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya.

4. Faktor yang mempengaruhi sikap asertif

Konsep diri dari pimpinan untuk dapat menggunakan dirinya secara efektif,, memahami dan membuka diri. IV.SUPERVISI KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN SUPERVISI

Supervisi merupakan proses berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan dan memperbaiki penampilan kerja tenaga keperawatan dalam membearikan asuhan keperawatan melalui perencanaan, pengarahan,

bimbingan dan evaluasi. B. TUJUAN SUPERVISI

1. Untuk inspeksi, mengavaluasi dan meningkatkan hasil kerja/prestasi kerja 2. Untuk membimbing/membina tenaga perawat secara individu

3. Untuk memfasilitasi penggunaan sumber-sumber dalam pelaksanaan tugas 4. Untuk melatih tenaga kerja yang kurang disiplin

5. Untuk memberikan bantuan kepada bawahan C. UNSUR POKOK SUPERVISI

1. Pelaksana 2. Sasaran 3. Frekuensi 4. Tujuan 5. Teknik D. PENYELIA KEPERAWATAN

Yang termasuk penyelia keperawatan/supervisor adalah : 1. Kepala ruangan

2. Pengawas keperawatan

3. Kepala seksi bidang keperawatan 4. Kepala bidang keperawatan

E. KOMPETENSI SESEORANG SUPERVISOR Supervisor harus memiliki kemampuan dalam hal : 1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas

2. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf/pelaksana keperawatan

3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf/pelaksana keperawatan 4. Proses dinamika kelompok

5. Memberikan bimbingan dan latihan

6. Memberikan penilaian terhadap hasil kerja perawat

(11)

F. TEKNIK/CARA SUPERVISI

1. Langsung, dimana supervisi dilakukan saat kegiatan sedang berlangsung agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai petunjuk. Umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan dengan langsung pada saat supervisi.

2. Tidak langsung, dimana suprvisi dilakukan melalui tertulis maupun lisan, supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan.

3. Kolaboratif, dimana supervisi dilakukan dengan memadukan supervisi langsung dengan tidak langsung. Supervisor dan yang disupervisi secara bersama-sama dalam memecahkan masalah yang dihadapai staf/perawat pelaksana.

G. FREKUENSI SUPERVISI KEPALA RUANGAN

Tugas rutin supervisor yang harus dilakukan setiap harinya adalah: 1. Sebelum pertukaran shift (15-30 menit)

2. Pada waktu mulai shift ( 15-30 menit) 3. Sepanjang hari dinas (6-7 jam) 4. Sekali dalam sehari (15-30 menit) 5. Sebelum pulang ke rumah (15 menit) H. PERAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN

Peran suprvisi kepala ruangan adalah tingkah laku kepala ruangan yang diharapkan oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan supervisi.

1. Peran supervisi kepala ruangan sebagai perencana

Mampu membuat perencanaan sebelum melaksanakan supervisi. Agar dapat memproses pelaksanaan supervisi meliputi siapa yang disupervisi, apa tugasnya, kapan waktu supervisi, kenapa, bagaimana masalah tersebut sering terjadi.

2. Peran supervisi kepala ruangan sebagai pengarah

Memberikan arahan kepada perawat pelaksana agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan serta kebijakan rumah sakit.

3. Peran supervisi kepala ruangan sebagai pelatih

Harus terampil dalam mentransformasikan temuan atau tindakan pelayanan keperawatan yang baru sehingga melalui proses belajar kemungkinan akan mengubah pemikiran, gagasan, sikap, dan cara mengerjakan sesuatu. 4. Peran supervisi kepala ruangan sebagai penilai

Melakukan pengukuran terhadap akibat yang timbul dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga penilaian dapat dilakukan secara efektif jika tujuannya spesifik terdapat standar penampilan kerja dan observasinya akurat.

Referensi

Dokumen terkait

3) Hubungan antara konseli dengan terapis atau konselor terjalin dengan baik. Hubungan ini bertujuan agar konseling dapat berjalan dengan baik. Konselor meyakini bahwa

a. Peletakan penzoningan pada site yang disesuaikan dengan kebutuhan dari kegiatan Sekolah Mode dengan kondisi lingkungan sekitar, yang menghasilkan pola tatanan

Adanya masalah keagenan yakni moral hazard langsung oleh bank sebagai agen dimana fungsi agensi sebagai kemampuan bank dalam hal sumber dana, memberikan peluang atas

Data tersebut merupakan factor yang dapat mempengaruhi dan akan menjadi variable input yang diolah menggunakan metode Tsukamoto guna menjadi keluaran (output) berupa penentuan

penjas di kelas I SD”. Hasil belajar siswa berupa produk dan proses pembelajaran diperoleh berdasarkan 1) reka-pitulasi persentase hasil pengisian kuesioner evaluasi validasi

Dharmapala Usaha Sukses mempunyai kapasitas produksi terpasang sebanyak 300 ribu ton/tahun akan tetapi yang dilakukan kali ini dilakukan untuk mencari KPT yang dibutuhkan apabila

Kesimpulannya adalah bahwa PT TELKOM, Tbk terdapat pengaruh yang signifikan antara CSR terhadap Citra Perusahaan, artinya bahwa kegiatan CSR yang dilakukan