• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAP SERO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAP SERO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

SEROLOGI DAN IMUNOLOGI

PERCOBAAN I PEMISAHAN ANTISERA DAN ANTIGEN PERCOBAAN II PEMERIKSAAN SPESIFISITAS ANTISERA PERCOBAAN III PEMERIKSAAN AVIDITAS DAN TITER ANTISERA

D I S U S U N OLEH:

NAMA : DINY ASYIFAH

NIM : 08111006048

DOSEN : MARDIYANTO

LABORATORIUM SEROLOGI DAN IMUNOLOGI PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

PERCOBAAN I

PEMISAHAN ANTISERA DAN ANTIGEN

I. Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui cara pemisahan antisera dan antigen. II. Tinjauan Pustaka

Dalam transfusi darah, penetapan golongan darah merupakan persyaratan yang mutlak di samping persyaratan lainnya. Ketidaksesuaian golongan darah donor dengan golongan darah resipien akan mengakibatkan reaksi-reaksi alergi dan yang paling fatal adalah syok anafilaktik.

Ada beberapa sistim penggolongan darah, namun yang terpenting untuk tujuanklinis adalah sistim penggolongan darah ABO dan Rhesus. Menurut sistim penggolongan darah ABO, darah dibagi 4 golongan, yakni golongan A, B, AB dan O; untuk penetapan golongan darah tersebut digunakan reagen yang disebut antisera.

Antisera untuk reagen penentuan golongan darah umumnya dibuat dari serum darah manusia yang memiliki titer tinggi, walaupun dewasa ini telah diketahui bahwa antisera tersebut juga dapat diisolasi dari jenis tumbuh-tumbuhan tertentu, seperti dari biji Dolichos biflorus dan dari hewan yang diimunisasi. (Yovita, 1993)

Antibodi dalam antiserum mengikat agen menular atau antigen. Sistem kekebalan tubuh kemudian mengakui agen-agen asing terikat antibodi dan memicu respon imun yang lebih kuat. Penggunaan antiserum sangat efektif melawan patogen yang mampu menghindari sistem kekebalan tubuh dalam keadaan tidak distimulasi, tetapi yang tidak cukup kuat untuk menghindari sistem kekebalan tubuh dirangsang.Keberadaan antibodi kepada agen karena itu tergantung pada “korban beruntung” awal yang sistem kekebalan tubuh secara kebetulan menemukan counteragent ke patogen, atau “spesies inang” yang membawa virus tetapi tidak menderita dari efek nya. Saham lebih lanjut dari antiserum kemudian dapat dihasilkan dari donor awal atau dari organisme donor yang diinokulasi dengan patogen dan disembuhkan oleh beberapa saham yang sudah ada sebelumnya antiserum.

(3)

Antisera / Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dankarbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.

Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah dibubuhi zat anti-koagulanyang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025 kg/l.Serum darah adalah plasma tanpafibrinogen, sel dan faktor koagulasi

lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah.

III. CARA KERJA : ALAT DAN BAHAN: Alat :

 Tabung reaksi  Tabung sentrifus

 Sentrifus dan pipet tetes  Tabung reaksi 10 ml Bahan :

 Darah golongan A, B ,AB, dan O  Lar. NaCL fisiologis

 Kalsium klorida  Ammonium oksalat  Natrium azida

PROSEDUR :

1. Pemisahan plasma (antisera) dan eritrosit (antigen)

1. Ambil darah 5 ml, masukkan dalam tabung sentrifus. 2. Sentrifugasi 2000 rpm selama 10 menit.

(4)

3. Ambil plasma dan masukkan dalam tabung reaksi (antisera golongan darah O) 4. Pemurnian eritrosit (antigen)

1. Eritrosit pada tabung sentrifus di tambah dengan larutan NaCL fisiologis sama banyak, aduk dengan cara memutar mutarkan tabung sentrifus pada kedua telapak tangan.

2. Sentrifugasi 200 rpm selama 10 menit.

3. Buang supernatanya, lalu tambah lagi dengan larutan NaCL sama banyak, aduk dengan cara memutar-mutarkan tabung sentrifus pada kedua telapak tangan.

4. Sentrifugasi 200 rpm lagi selama 10 menit.

5. Lakukan prosedur ini sampai 3 kali, sehingga diperoleh eritrosit bersih( eritrosit ini dianggap 100 %).

6. Pemurnian plasma (antisera)

1. Cairan plasma ditambahkan kristal kalsium klorida sebanyak 1 mg untuk 1 ml ,aduk, biarkan 10 menit.

2. Saring dengan kapas, lalu ditambahkan lagi kalsium klorida sebanyak 1 mg untuk 1 ml darah, aduk, biarkan 10 menit.

3. Lakukan sebanyak 3 kali

4. Kemudian ditambahkan dengan kristal ammonium oksalat sebanyak 1 mg untuk 1 ml darah, aduk, biarkan 10 menit, kemudian saring.

5. Ditambahkan natrium azida sebanyak 1 mg untuk 1 ml darah 6. Antisera siap digunakan.

IV. HASIL

Pemisahan Antisera dan Antigen Cairan plasma :

Sentrifus 1 bagian atas : 1,5 cm (warna bening kemerahan) bagian bawah : 2,5 cm (warna merah gelap)

(5)

V. PEMBAHASAN :

Dalam praktikum pemisahan antisera dan antigen ini didapatkan cair bening kekuningan (bagian atas) yaitu antisera. Dan yang merah (bagian bawah) antigen. Pemurnian antigen dengan dilakukan sentrifugasi 3 kali, dengan cairan pembersih berupa NaCl fisiologis. Pemurnian antisera, menggunakan Kristal CaCl2 untuk mengikat senyawa murni antisera, lalu diberi Kristal ammonium oksalat yang mengendapkan, dan terakhir diberi natrium azida sebagai pengawet.

VI. KESIMPULAN :

Dari hasil percobaan pemenisahan antisera dan antigen didapat dua lapisan, lapisan bening berwarna kekuningan yaitu antisera dan yang berwarna merah yaitu eritrosit atau antigen.

(6)

PERCOBAAN II

PEMERIKSAAN SPESIFISITAS ANTISERA

I. TUJUAN PRAKTIKUM :

Untuk mengetahui cara pemeriksaan spesifisitas antisera

II. TINJAUAN PUSTAKA :

Dalam transfusi darah, penetapan golongan persyaratan yang mutlak di samping persyaratan lainnya. Ketidaksesuaian golongan darah donor dengan golongan darah resipien akan mengakibatkan reaksi-reaksi alergi dan yang paling fatal adalah syok anafilaktik.

Ada beberapa sistim penggolongan darah, namun yang terpenting untuk tujuanklinis adalah sistim penggolongan darah ABO dan Rhesus. Menurut sistim penggolongan darah ABO, darah dibagi 4 golongan, yakni golongan A, B, AB dan O; untuk penetapan golongan darah tersebut digunakan reagen yang disebut antisera.

Antisera / Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dankarbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi. Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah dibubuhi zat anti-koagulanyang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025 kg/l.Serum darah adalah plasma tanpafibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah.

Antibodi dalam antiserum mengikat agen menular atau antigen. Sistem kekebalan tubuh kemudian mengakui agen-agen asing terikat antibodi dan memicu respon imun yang lebih kuat. Penggunaan antiserum sangat efektif melawan patogen yang mampu

(7)

menghindari sistem kekebalan tubuh dalam keadaan tidak distimulasi, tetapi yang tidak cukup kuat untuk menghindari sistem kekebalan tubuh dirangsang. Keberadaan antibodi kepada agen karena itu tergantung pada “korban beruntung” awal yang sistem kekebalan tubuh secara kebetulan menemukan counteragent ke patogen, atau “spesies inang” yang membawa virus tetapi tidak menderita dari efek nya. Saham lebih lanjut dari antiserum kemudian dapat dihasilkan dari donor awal atau dari organisme donor yang diinokulasi dengan patogen dan disembuhkan oleh beberapa saham yang sudah ada sebelumnya antiserum.

Komponen Penyusun antiserum (Plasma Darah)

Senyawa atau zat-zat kimia yang larut dalam cairan darah antara lain sebagai berikut: 1. Sari makanan dan mineral yang terlarut dalam darah, misalnya monosakarida,

asam lemak, gliserin, kolesterol, asam amino, dan garam-garam mineral. 2. Enzim, hormon, dan antibodi, sebagai zat-zat hasil produksi sel-sel.

3. Protein yang terlarut dalam darah, molekul-molekul ini berukuran cukup besar sehingga tidak dapat menembus dinding kapiler. Contoh:

a. Albumin, berguna untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik darah. b. Globulin, berperan dalam pembentukan g-globulin, merupakan komponen

pembentuk zat antibodi.

c. Fibrinogen, berperan penting dalam pembekuan darah. 4. Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme. 5. O2, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma.

Fungsi antiserum (Plasma Darah)

Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan cara memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk ke dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen.

(8)

Alat dan bahan Alat :  Pipet tetes  Objek glass  Tabung reaksi  Tusuk gigi Bahan :

 Eritrosit murni gol A, B, AB, O  Larutan NaCL fisiologis

Cara kerja :

a. Pembuatan eritrosit 5%

 Masukkan ke dalam tabung reaksi larutan NaCl fisiologis sebanyak 19 tetes

 Dengan menggunakan pipet tetes yang sama, masukkan ke dalam tabung reaksi di atas 1 tetes eritrosit golongan A

 Aduk hingga homogen dengan cara memutar-mutar menggunakan kedua telapak tangan sehingga diperoleh larutan 5%

 Hal yang sama dilakukan terhadap eritrosit murni golongan B, AB, dan O, sehingga diperoleh masing-masing larutan eritrosit 50%.

 Tandai ke empat larutan tersebut. b. Uji spesifitas antisera

 Teteskan di atas 4 buah objek glass bersih larutan antisera (plasma golongan darah A yang telah dimurnikan) masing-masing sebanyak 1 tetes  Pada objek gelas pertama ditambahkan 1 tetes eritrosit 5% golongan A,

lalu amati reaksi aglutinasi yang terjadi

 Pada objek gelas kedua ditambahkan 1 tetes eritrosit 5% golongan B, lalu amati reaksi yang terjadi

 Pada objek gelas ketiga ditambahkan 1 tetes eritrosit 5% golongan AB, lalu amati reaksi aglutinasi yang terjadi

 Pada objek gelas keempat ditambahkan 1 tetes eritrosit 5% golongan O, lalu amati reaksi aglutinasi yang terjadi

(9)

 Pengerjaan yang sama juga dilakukan terhadap plasma golongan darah lainnya A, B, AB dan O

 Tabelkan hasil reaksi yang terjadi, bila terjadi aglutinasi dinyatakan dengan tanda positi [+] dan bila reaksi negatif dengan tanda [-].

IV. HASIL :

Plasma A Plasma B Plasma AB Plasma O

Eritrosit 5 % A - + + -

Eritrosit 5 % B + - + -

Eritrosit 5 % AB + + + -

Eritrosit 5 % O - - + -

V. PEMBAHASAN :

Pada percobaan ini plasma AB menunjukkan penggumpalan ketika diberikan eritrosit A, B, AB, dan O. Padahal jika plasma AB ketika diberikan eritrosit A, B, AB, dan O seharusnya tidak menggumpal. Golongan darah AB yang tidak memiliki aglutinin A dan aglutinin B, dapat bersifat recipient universal, dimana golongan ini hanya mampu menerima darah yang ditransfusikan dari berbagai golongan darah termasuk golongan darah AB itu sendiri. Karena golongan ini mempunyai dua macam aglutinogen (A&B), maka ketika darah dari golongan lain (A,B, dan O) ditransfusikan ke golongan ini, pada saat itu golongan AB akan mempertemukan satu macam aglutinogen (misalnya B) yang terdapat di dalam sel darah merah tertentu dengan aglutinogen yang bersangkutan (B) yang terdapat di dalam sel darah merah dari golongan di luar AB (A, B, dan O). ini berarti bila aglutinin tidak terdapat di dalam plasma darah, maka aglutinogen yang bersangkutan harus ada di dalam sel darah merah. Golongan darah AB hanya dapat mentransfusikan darah ke sesama golongannya. Begitupun dengan plasma A yang seharusnya menggumpal dengan eritrosit A dan AB, dan plasma B seharusnya menggumpal dengan eritrosit B dan AB

Kesalahan ini bisa dikeranakan banyak factor, seperti penggunaan reagen inaktif yang terkontaminasi, sampel sentrifugasi yang tidak lengkap, inkubasi yang kurang baik, atau masalah pada darah pasien.

(10)

VI. KESIMPULAN :

Pemeriksaan spesifisitas antisera dilakukan dengan mereaksikan antisera (serum) dengan sel darah merah.

Hasil yang di dapat dari percobaan pemeriksaan spesifisitas antisera ini plasma AB tidak memberi gumpalan setelah diberi eritrosit.

PERCOBAAN III

PEMERIKSAAN AVIDITAS DAN TITER ANTISERA

I. TUJUAN PRAKTIKUM :

Untuk mengetahui cara pemeriksaan aviditas dan titer antisera. Untuk menghitung waktu ternya penggumpalan

II. TINJAUAN PUSTAKA :

Antiserum (jamak: antiserum) adalah serum darah yang mengandung poliklonal antibodi. Antiserum digunakan untuk menyampaikan pasif kekebalan banyak penyakit. Transfusi antibodi pasif dari korban manusia sebelumnya adalah pengobatan yang efektif hanya dikenal untuk Ebola infeksi (tetapi dengan tingkat keberhasilan kecil).

Reaksi antigen-antibodi yang digunakan pada serologi diagnostic: 1. Uji Presipitasi

Presipitasi terjadi antara molekul Ab dan Ag pada bentuk solubel. Pada pengujian ini antigen berbentuk koloidal. Laju presipitasi sangat tergantung pada proporsi antigen dan antibodi pada campuran. Terdapat beberapa cara pengujian pada metode presipitasi, yakni: 2. Uji tabung

Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau antibodi dengan jumlah tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi (tabung pertama) sampai konsentrasi terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul pada tabung yang mengandung Ag dan Ab secara proporsional.

(11)

3. Presipitasi Cincin

Antigen dilapiskan pada serum (antibodi), terjadi difusi setelah mencapai ikatan proporsional dengan antibodi akan menghasilkan presipitasi berbentuk cincin.

4. Difusi Gel

Pada pengujian ini memungkinkan antigen dan antubodi berdifusi perlahan dari arah tertentu melalui gel. Pada cara ini homogenitas dan derajat kemurnian dari berbagai antigen dapat diuji. Pita presipitasi terbentuk pada setiap antigen dapat saling bertemu, atau bersilangan menunjukkan:

bersambungan, antigen identik secara imunologik (terhadap serum uji) bercabang, antigen berhubungan sebagian

bersilangan, menunjukkan antigen tidak berhubungan

 Metode difusi tunggal

Di sini anti serum dalam agar semi solid, zona buffer dari agar dan antigen terpisah secara vertikal dalam tabung. Garis presipitasi terbentuk dalam zona buffer.

 Metode difusi ganda

Agar dituang pada plat. Di bagian tengah diisi antigen atau antiserum sedangkan sera atau ekstrak di bagian tepi. Pita presipitasi terbentuk dalam gel pada posisi Ag dan Ab mencapai proporsi optimal setelah berdifusi. Dapat dimodifikasi dengan uji mikrodilusi menggunakan obyek gelas

 Immunoelektroforesis

Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti serum, sulit memisahkan pita presipitasi yang timbul pada setiap reaksi Ab-Ag, bila hanya menggunakan cara difusi di atas. Komponen serum dipisahkan dengan elektroforesis dalam agar gel dan antiserum dibiarkan berdifusi melalui komponen yang dihasilkan pada pita-pita yang terbentuk.

 Elektroforesis “roket”

Merupakan metode kuantitatif, dilakukan elektroforesis antigen ke dalam gel yang telah mengandung antibodi. Presipitasi yang terjadi berbentuk roket, panjang masing-masing roket menunjukkan konsentrasi antigen.

(12)

Antiserum monospesifik ditambahkan ke dalam gel, kemudian dituang pada slide petridisk atau lempeng plastik. Dibuat lubang gel, larutan antigen dimasukkan pada lubang. Terjadi difusi sehingga terbentuk zona sirkuler yang menunjukkan jarak proporsional dengan jumlah antigen yang ditambahkan pada setiap lubang. Kuantitasi antigen yang diperiksa diketahui dari perbandingan cincin presipitasi dibandingkan dengan cincin presipitasi kontrol.

1. Uji aglutinasi

Digunakan untuk antigen berukuran besar, pada reaksi ini antibodi dikontakkan dengan antigen yang merupakan bagian permukaan suatu material misalnya eritrosit, mikroorganisme atau partikel anorganik (polystyrenelatex) yang telah dicoated dengan Ag. Reaksi Ab-Ag membentuk agregat yang dapat diamati atau aglutinasi.

1. Uji Litik

Uji ini tergantung pada proses lisis dari darah atau bakteri dari suatu sistem yang mengandung antigen, direaksikan dengan antibodi dan komplemen. Antigen yang digunakan berupa :

1. Sel (uji litik langsung)

2. Bahan yang diadsorbsikan pada eritrosit atau lekosit (uji litik tidak langsung)

III. CARAKERJA:

ALAT DAN BAHAN: Alat :  Pipet tetes  Objek glass  Tabung reaksi 5 ml  Tusuk gigi  Stopwatch Bahan :

 Larutan eritrosit 5% Gol A, B, AB, O  Larytan NaCL

(13)

a. Uji aviditas antisera

 Pengujian aviditas dilakukan terhadap antisera yang memberikan reaksi aglutinasi terhadap antigen eritrosit reaksi positif pada uji spesifitas

 Pengerjaan pengujian sama dengan uji spesifitas, tapi disini yang dihitung berapa lama waktu yang diperlukan mulai ditetesi larutan eritrosit 5% sampai terbentuk aglutinasi(detik).

 Tabelkan waktu yang diperoleh untuk terjadinya aglutinasi tersebut b. Uji titer antisera

 Pada rak, letakkan secara berurutan 10 buah tabung reaksi kecil yang masing-masingnya telah ditandai dengan ½. ¼ sampai dengan 1/512 dan K (kontrol).

 Pada tabung reaksi ke-1 (1/2) sampai dengan ke-9 (1/512) dimasukkan NaCl fisiologis sebanyak 0,2 ml (4 tetes) dan pada tabung K 8 ml

 Pada tabung reaksi ke-1(1/2) ditambahkan antisera (cairan plasma golongan A) sebanyak 0,2 ml (4 tetes), lalu aduk

 Ambil 0,2 ml (4 tetes) larutan tabung reaksi ke-1 dan masukkan ke tabung reaksi ke-2 (1/4), aduk dan begitu seterusnya sampai pada tabung reaksi ke-9 dan pada tabung reaksi ke-9 ini dibuang 0,2 ml (4 tetes).

 Pada masing-masing tabung reaksi (termasuk tabung kontrol) ditambahkan suspensi eritrosit 5% golongan B sebanyak 0,05 ml (1 tetes)  Biarkan selama 10 menit, lalu disentrifusi dengan kecepatan 1000 rpm

selama 5 menit

 Amati pengenceran yang tertinggi yang masih mengalami aglutinasi. Untuk memudahkan pengamatan gunakan tabung reaksi ke-10 (K)

Catatan :

Cairan plasma golongan A dilakukan terhadap eritrosit golongan B &AB Cairan plasma golongan B dilakukan terhadap eritrosit golongan A & AB Cairan plasma golongan O dilakukan terhadap eritrosit golongan A, B & AB Bandingkan hasil yang diperoleh

IV. HASIL :

(14)

Plasma O Plasma B Plasma A

Eritrosit A - Aglutinasi setelah 15

menit

Aglutinasi setelah 15 menit

Eritrosit B - - -

Eritrosit O Aglutinasi setelah 20

menit

- -

Eritrosit AB - Aglutinasi 11 menit Aglutinasi stlh 16 menit

V. PEMBAHASAN

Aviditas (avidity) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekuatan gabungan dari interaksi ikatan ganda (sebagai kontras dari afinitas, yang menggambarkan kekuatan ikatan tunggal). Aviditas menggambarkan interaksi antigen-antibodi, di mana ikatan lemah terbentuk antara antigen dan antibodi. Secara individual mungkin lemah, namun ketika hadir pada saat yang sama, efek keseluruhan mengikat kuat antigen dan antibody. Pengujian ini termasuk uji kualitatif dengan menghitung waktu terbentuknya reaksi aglutinasi. Pada plasma B + eritrosit 5% A mengalami aglutinasi pada waktu pengamatan 15 menit, hal ini terjadi karena ikatan antibodi B dengan antigen A. Sedangkan pada pengamatan plasma B + eritrosit 5% AB waktu untuk terjadi aglutinasi 11 menit, kemungkinan yang dapat kami jelaskan bahwa eritrosit AB memiliki antigen A dan antigen B, sehingga ikatan yang terjadi pada antibodi-antigen memiliki afinitas lebih lemah dibandingkan pada ikatan antibodi B dengan antigen A. pada plasma O + eritrosit O waktu terjadi aglutinasi sekitar 20 menit. Pada plasma O terjadi ikatan dengan eritrosit O pula. Pada plasma A+eritrosit A waktu terjadi aglutinasi 15 menit. Pada plasma A + eritrosit AB waktu terjadi aglutinasi 16 menit. Aglutinasi terjadi karena plasma A terjadi ikatan dengan plasma A dan plasma AB.

Pada uji titer, konsentrasi plasma B diturunkan dari . sampai 1/512. Pengamatan ini bertujuan sampai batas mana pengenceran plasma B (antibodi B) efektif terhadap ikatan antibodi-antigen. Dari hasil pengamatan, dari tabung 1 hingga 9 masih menunjukkan aktivitas ikatan antibodi-antigen (reaksi aglutinasi), hal ini menunjukkan bahwa sampai dengan pengenceran 1/512 plasma B masih efektif dalam menjalankan perannannya sebagai antibodi.

(15)

VI. KESIMPULAN

1. Sel darah merah pekat setelah pencucian dengan NaCl fisiologis 0,9% merupakan sel darah merah pekat yang bebas protein/globulin

2. Pembuatan suspensi sel darah bertujuan untuk membuat kepekatan sel darah menjadi enceran tertentu (dalam praktikum ini hanya konsentrasi 5% saja) guna mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah (eritrosit) terhadap antibodi. 3. Pengenceran plasma pada uji titer menunjukkan sampai sejauh mana kemampuan

konsentrasi antibodi masih dapat mengikat antigen. Hasil dari praktikum kali ini bahwa plasma A, B, O pada pengenceran 1/512 masih mengalami reaksi aglutinasi setelah dicampurkan dengan eritrosit 5% A, O, dan AB.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Nanny, K H. et all. 1990. Isolasi imunogamaglobulin anti-T4 dari antisera.

Seminar Pendayagunaan Reaktor Nuklir untuk Kesejahteraan Masyarakat, PPTN- BATAN. Bandung.

Pearce C, Evelyn.1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :Gramedia

Sinnott, E.W. 1958. Principles Of Genetics. 5th edition. McGraw-Hill Book Company Inc. New York.

Referensi

Dokumen terkait

Dempul (Putty) adalah lapisan dasar (under coat) yang digunakan untuk mengisi bagian yang penyok dalam dan besar atau cacat-cacat pada  permukaan panel/bodi

mempunyai bentang yang relatif besar. Struktur setipis ini menggunakan material yang relatif baru dikembangkan, misalnya beton-bertulang yang didesain khusus untuk membuat

Semula Alois Senefelder menggunakan mesin yang terdiri dari silinder yang berukuran besar dan pada bagian permukaan silinder digunakan untuk menempatkan plat yang

Sehingga pada bagian pendingin diberi cold sink berukuran × cm dengan tebal 1 cm untuk memperluas permukaan pendingin, selain itu cold sink juga digunakan

Bentuk permukaan spektakular ini terdapat di Mauritania, pada bagian barat laut gurun Sahar dan berukuran sangat besar dengan diameter 30 mil yang terlihat mencolok dari

lama, gas hasil reaksi keluar melalui pori dengan kecepatan lebih besar diikuti pembesaran pori permukaan dan penyusutan pori bagian, sehingga terjadi sedikit kenaikan luas

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,