ANALISIS UKURAN BUTIR PASIR (ANALISIS GRANULOMETRI)
Analisis granulometri
merupakan suatu analisis tentang ukuran butir sedimen.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat resistensi butiran sedimen terhadap
proses-proses eksogenik seperti pelapukan erosi dan abrasi dari
provenance,
serta
proses transportasi dan deposisinya. Hal-hal tersebut merupakan variabel penting
dalam melakukan suatu interpretasi.
Tingkat resistensi suatu batuan dapat dilihat dari ukuran butirnya. Proses-proses
eksogenik akan mengubah bentuk dan ukuran suatu partikel sedimen. Nah, yang
mungkin awalnya runcing-runcing, atau ukuran butirnya masih gede-gede, lama
kelamaan kan seiring waktu akan berubah karena proses eksogenik itu. Sedangkan
proses transportasi dan deposisi memperlihatkan proses bagaimana agen utama
seperti air menggerakkan dan mengendapkan butiran sedimen.
Menurut Boggs (1987), ada 3 faktor yang mempengaruhi ukuran butir batuan
sedimen, yaitu variasi ukuran butir sedimen asal, proses transportasi, dan energi
pengendapan. Data-data hasil analisis ukuran butir sedimen tersebut digunakan
untuk mengetahui 3 faktor tersebut secara jelas.
Material-material sedimen yang terdapat di permukaaan bumi memiliki ukuran yang
sangat bervariasi. Udden (1898) membuat skala ukuran butiran sedimen, yang
kemudian skala tersebut dimodifikasi oleh Wenworth pada tahun 1922 dan dikenal
dengan skala ukuran butir
Udden-Wenworth (1922).
Ukuran butiran sedimen
yang ditetapkan adalah mulai dari <1/256 hingga >256mm dan terbagi menjadi 4
kelompok besar, yaitu
clay, silt, sand,
dan
gravel.
Setelah skala Udden-Wenworth banyak digunakan, kemudian Krumbein (1934)
membuat suatu transformasi logaritmik dari skala tersebut yang kemudian dikenal
dengan skala phiΦ = – log
2d, dengan d adalah ukuran butir dalam mm. Skala phi
akan menghasilkan nilai positif dan nilai negatif. Semakin besar ukuran butir dalam
mm, maka nilai phi akan semakin negatif. Sebaliknya, semakin kecil ukuran butir
dalam mm, maka nilai phi akan semakin positif. Krumbein memilih logaritma
negatif dari ukuran butir (mm) karena ukuran pasir dan butiran halus lebih sering
dijumpai pada batuan sedimen.
Analisis distribusi ukuran sedimen dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran langsung terhadap material sedimen berukuran gravel, dan pengayakan
kering pada material sedimen berukuran pasir dan lempung. Untuk mendapatkan
sampel
yang
mampu
mewakili
semua
sampel
itu
sendiri,
maka
dilakukan
splitting.
Metode
splitting
yang
digunakan
dalam
praktikum
adalah
quartering. Quartering
dilakukan dengan cara menuangkan sampel melalui
suatu corong di atas karton yang disilangkan saling tegak lurus sehingga sampel
akan terbagi dalam 4 kuadran. Proses ini diulang-ulang hinggai diperoleh berat
sampel yang diinginkan.
Ada beberapa metode atau cara yang dilakukan untuk menganalisis distribusi
ukuran butir, yaitu cara grafis dan cara matematis. Analisis yang dilakukan
bertujuan untuk mendapatkan beberapa parameter. Parameter nilai pada
pengukuran butir sedimen antara lain ukuran butir rata-rata (mean), keseragaman
butir (sorting), skewness, dan kurtosis. Parameter tersebut dapat ditentukan nilainya
berdasarkan perhitungan secara grafis maupun secara matematis. Perhitungan
secara grafis menggunakan persamaan yang berdasarkan nilai phi pada sumbu
horizontal kurva prosentase frekuensi kumulatif. Sedangkan perhitungan matematis
menggunakan rumus umum momen pertama dengan asumsi bahwa kurva distribusi
frekuensinya bersifat normal (Gaussian).
Cara Grafis
Cara grafis dilakukan setelah melakukan pengayakan dan penimbangan
terhadap butiran sedimen. Butiran sedimen yang diayak dan ditimbang berukuran
pasir halus hingga pasir kasar. Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan,
data-data tersebut diplot dalam beberapa grafik dan histogram. Salah satunya adalah
kurva frekuensi kumulatif yang digunakan untuk menentukan nilai phi pada
persentil tertentu yang kemudian dimasukkan dalam rumus moment. Rumus-rumus
yang digunakan dalam cara grafis adalah:
Median
Median adalah ukuran butir partikel tepat pada tengah-tengah populasi, yang
berarti separuh dari berat keseluruhan partikel adalah lebih halus sedangkan
separuh lainnya lebih kasar dari ukuran butir tersebut. Median dapat dilihat secara
langsung dari kurva komulatif, yaitu nilai phi pada titik dimana kurva komulatif
memotong nilai 50%.
Mode
Mode merupakan ukuran butir yang frekuensi kemunculannya paling sering
(paling banyak). Nilai mode adalah nilai phi pada titik tertinggi kurva frekuensi.
Mean
Mean adalah nilai rata-rata ukuran butir. Pada umumnya ukuran butir ini
dinyatakan dalam phi ataupun dalam satuan mm.
Sortasi adalah nilai standar deviasi distribusi ukuran butir (sebaran nilai di
sekitar mean). Parameter ini menunjukkan tingkat keseragaman butir.
Nilai Standard Deviasi
Klasifikasi
< 0,35
Very well sorted
0,35 – 0,50
Well sorted
0,50 – 0,71
Moderately well sorted
0,71 – 1,00
Moderately sorted
1,00 – 2,00
Poorly sorted
2,00 – 4,00
Very poorly sorted
> 4,00
Extremely poorly sorted
Skewness (Sk)
Skewness
menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk berharga positif
maka sedimen yang bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak dari
jumlah butir yang halus dan sebaliknya jika berharga negatif maka sedimen tersebut
mempunyai jumlah butir halus lebih banyak dari jumlah butir yang kasar.
Nilai Skewness
Klasifikasi
+1.0 sd +0,3
Very fine skewness
+0,3 sd +0,1
Fine skewness
+0,1 sd -0,1
Near symmetrical
-0,1 sd -0,3
Coarse skewness
-0,3 sd -1,0
Very coarse skewness
Kurtosis
Kurtosis dapat menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah
terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan rumus
yang diajukan oleh Folk (1968)
Ads not by this site
Nilai Kurtosis
Klasifikasi
<0,67
Very platycurtic
0,67 – 0,90
Platycurtic
1,11 – 1,50
Leptokurtic
1,50 – 3,00
Very leptokurtic
>3,00
Extremely leptokurtic
Cara Matematis
Cara matematis menggunakan perhitungan rumus matematis dan sangat berbeda
dengan cara grafis. Cara ini lebih teliti karena tidak perlu melakukan pembacaan
kurva kumulatif yang kemungkinan besar dapat mengalami kesalahan dalam
pembacaannya. Rumus-rumus yang dipakai dalam perhitungan adalah
tidak ada
rumusnya, gak tau ini kenapa kok gak bisa uplaod gambarnya ya. Maaf ya, coba
cari sendiri
-_-”
Daftar Pustaka
(
a.k.a Buku-Buku Sakti)
Boggs, Sam.2006.
Principles of Sedimentary and Stratigraphy 4
thEdition
. New
Jersey Pearson Education, Inc
Husein, Salahuddin. 2011.
Proses Eksogenik: Erosi dan Sedimentasi
. Yogyakarta:
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Staff Asisten Geomorfologi. 2009.
Panduan Praktikum Geomorfologi.
Yoyakarta:
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Surjono, Sugeng S. – .
Buku Ajar Sedimentologi
. Yogyakarta: Jurusan Teknik
Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Surjono, Sugeng S., Amijaya, D. Hendra., Winardi, Sarju. 2010 .
Analisis
Sedimentologi
. Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada
Skala besar butir yang dipakai dalam analisa besar butir pada Lab. Sedimentologi LGPN – LIPI :
Mesh Bukaan (mm) Phi
4 4,670 -2,3 6 3,360 -1,7 8 2,380 -1,2 12 1,680 -0.7 16 1,190 -0,3 20 0,840 0,2 30 0,590 0,7 40 0,420 1,2 50 0,297 1,7 60 0,250 2,0 65 0,208 2,3 100 0,149 2,7 120 0,125 3,0 150 0,104 3,3 200 0,074 3,7 230 0,062 4,0 270 0,053 4,2 325 0,044 4,5 Sisa Tinjauan Pustaka
Pengertian sedimen ada beberapa macam. Krumbrein dan Sloss (1963) berpendapat bahwa sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material organic yang ditransportasikan dari berbagai sumber air, darat maupun laut dan didepositkan oleh udara, angin, es dan air. Sedangkan menurut Pipkin (1977) sedimen adalah deposit dari material padat di permukaan bumi di berbagai medium (udara, air, gas) di bawah kondisi normal permukaan. Selain itu ada juga yang dapat diendapkan dari material yang melayang dalam air (suspensi) atau dalam bentuk kimia pada suatu tempat (presipitasi kimia). Adapun partikel-partikel sedimen oleh Friedman dan Sanders (1978) dapat dibedakan menjadi 2 kelompok:
1.Hasil rombakan atau hancuran padat dari endapan tua.
2.material yang bukan merupakan hasil rombakan atau hancuran padat yang terdiri dari material yang dikeluarkan lewat semburan gunung berapi dan material terlarut di air yang
ditransportasikan dan diendapkan pada tempat akumulasi pengendapan oleh sekresi biologis atau proses pengendapan secara kimia.
Sumber sedimen dapat berasal dari berbagai tempat. Drake (1978) menerangkan bahwa terdapat 3 sumber dari material sedimen yang ditemukan pada permukaan dasar laut yaitu sumber dari daratan yang menyuplai material hancuran dan material terlarut sumber asli dari laut dan material angkasa luar. Setelah proses pelapukan terjadi selanjutnya sedimen asal
kondisi normal, erosi menghasilkan nilai (rate) yang sama dengan pelapukan batuan. Faktor yang mempengaruhinya adalah:
a.Kecepatan pengendapan b.Arus aliran fluida
c.Gelombang
Hasil sedimentasi yang telah berlangsung lama akan mengalami konsolidasi atau lithifikasi (pembatuan). Sedimen yang terlithifikasi disebut batuan sedimen. Faktor yang mempengaruhi terhadap proses lithifikasi antara lain proses fisika, proses kimiawi dan proses biologi. Ukuran butiran berpengaruh terhadap sifat-sifat dari butiran tersebut. Krumbreindan Sloss (1963) menyatakan bahwa pada butiran sedimen , ukuran sedimen berhubungan dengan dinamika transportasi dan deposisi. Ukuran butiran akan mencerminkan resistensi butiran terhadap proses pelapukan, erosi dan abrasi, Pada proses transportasi berpengaruh terhadap bentuk, ukuran butir, kebolaan maupun sifat-sifat dari kumpulan butiran seperti sortasi, kepencengan dan kepuncakan akibat dari gesekan antara butiran dengan butiran maupun dengan batuan dasar. Besar kecilnya partikel penyusun tanah tersebut akan menentukan kemampuan dalam hal menahan air, mengurung tanah, dan produksi bahan organic (Dwijoseputro,1987). Dalam klasifikasi sedimen berdasarkan ukuran dapat menggunakan skala wentworth
(Kusumadinata,1980).
Tabel I Ukuran butir berdasarkan skala Wentworth Ukuran butir Jenis sedimen > 256 Bongkah 64-256 Berangkal 4-64 Kerakal 2-4 Kerikil 1-2
Pasir sangat kasar ½-1 Pasir kasar ¼ - ½ Pasir sedang 1/8 - ¼ Pasir halus 1/16 - 1/8
Pasir sangat halus 1/32 - 1/16
Lanau kasar 1/64 - 1/32 Lanau sedang 1/256 - 1/64
Lanau sangat halus 1/512 - 1/256 Lempung kasar 1/1024 - 1/512 Lempung sedang < 1/1024 Lempung halus
Besar Butir Rata-rata
Besar butir rata-rata merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen (missal pasir kasar, pasir sedang, dan pasir halus). Besar butir rata-rata dapat juga menunjukkan kecepatan turbulen/ sedimentasi dari suatu populasi sedimen.
Penamaan sedimen
Folk (1980) memberikan batasan kelas sedimen berdasarkan tingkat prosentase pola tiap-tiap saringan yang dinamakan diagram segitiga penamaan sedimen.
S = Sand (pasir) sC = Liat berpasir C = Clay sM = Lumpur berpasir M = Lumpur Sz = Lanau berpasir Z = Lanau cS = Pasir berliat mS = Pasir berlumpur zS = Pasir berlanau Kurtosis
Menurut Kusumadinata (1985) kurtosis atau keruncingan merupakan salah satu bentuk butiran sedimen dimana merupakan kenampakan morfologi luar dari sedimen itu, sedangkan Folk (1974) menjelaskan bahwa kurtosis ini dapat dihitung melalui grafik kurtosis serta kurtosis ini dapat menggambarkan hubungan antara sortasi bagian tengah kurva dengan bagian bawah. Ditambahkan pula bahwa bila kurva keruncingan relatif (>1.00) disebut leptokurtic dan kurva tumpul (<1,00) adalah platikurtik.
Penilaian harga keruncingan Folk (1974) Tingkat kemiringan
Harga keruncingan Puncak sangat tumpul < 0,67 Puncak tumpul 0,67 – 0,90 Puncak cukupan 0,90 – 1,11 Puncak runcing 1,11 – 1,50
Puncak sangat runcing 1,50 – 3,00
Puncak sangat runcing sekali > 3,00
Analisa Granulometri
Analisa granulometri merupakan suatu metoda analisa yang menggunakan ukuran butir sebagai materi analisa. Analisa ini umum digunakan dalam bidang keilmuan yang berhubungan dengan tanah atau sedimen.
Dalam analisa ini tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti pengukuran rata-rata, pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan kurtosis. Masing-masing pengukuran tersebut mempunyai rumus-rumus yang berbeda dan mempunyai batasan-batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang diamati atau dianalisa. Batasan-batasan tersebut biasa disebut dengan verbal limit.
Analisa granulometri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode grafis dan metode statistik, dimana metode grafis memuat berbagai macam grafik yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik menghasilkan nilai rata-rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva. Pilahan atau sortasi
Pilihan dapat menunjukkan batas ukuran butir atau keanekaragaman ukuran butir, tipe dan karakteristik serta lamanya waktu sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Folk, 1968). Menurut Friedman dan Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Sebaliknya apabila sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata ukuran butir panjang disebut sortasi jelek. Harga sortasi
Kelas sortasi 0,35 – 0,50
Terpilah sangat baik 0,50 – 0,80
Terpilah cukup 0,80 – 1,40 Terpilah buruk > 1,40
Terpilah sangat buruk
Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen. Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus. Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran pasir sangat halus. ( Blatt,dkk dalam Kusumadinata, 1980).
Kepencengan (Skewness)
Kepencengan adalah penyimpangan distribusi ukuran butir terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalah suatudistribusi ukuran butir dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak. Butiran yang lebih kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama. Apabila dalam suatu distribusi ukuran butior berlebihan partikel kasar, maka kepencengannya bernilai negatif (Folk, 1974).
Klasifikasi ukuran butir sedimen Wentworth grade Ukuran butir (mm) Cobbles > 64 Pebbles 4 – 64 Granules 2 – 4
Very coarse sand 1 - 2
Coarse sand 0,5 - 1 Medium sand 0,25 - 0,5
Fine sand 0,125 - 0,25 Very fine sand 0,0625 - 0,125 Silt 0,0039 - 0,0625 Clay < 0,0039 Daftar Pustaka
Drake, C.L.1978. Oceanography, Halt Rinehart and Winston, New York. Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar Mikrobiologi. Edisi 7. Djembatan. Jakarta.
Friedman, G>M> and Sanders. 1978. Principle of Sedimentology. John Willey & Son. New York, Chichister, Brisbane,Toronto,Singapore.
Krumbrein .W.C. and Sloss.L.L, 1963, Statigraphy and Sedimentation W.H. Freeman and Company. San Fransisco.
Kusumadinata.K.R.P.1980. Prinsip Prinsip Sedimentasi. Dept Teknik ITB. Bandung. Pipkin, B.W.1977. Laboratory Exercise in Oceanography. W.H Freeman and Company. San Fransisco. Pembahasan Sedimen Skewness Keterangan Kurtosis Keterangan A 1 - 0, 244 Menceng kasar 2,958
Puncak sangat runcing A 2 0,03 Menceng simetris 0,98 Puncak cukupan A 3 -0,04 Menceng simetris 2,09
Puncak sangat runcing B 1
-0,46
Menceng sangat kasar 1,403 Puncak runcing B 2 -0,287 Menceng kasar 1,2404 Puncak runcing
B 3 -0,53
Menceng sangat kasar -0,41
Puncak sangat tumpul B 4
0,617
Menceng sangat halus 3,75
Puncak sangat runcing sekali B 5
-0,287
Menceng kasar 3,93
Puncak sangat runcing sekali B 6 -0,146 Menceng kasar 1,2978 Puncak runcing B 7 -0,62
Menceng sangat kasar 0,026
Puncak sangat tumpul B 8
3,34
Menceng sangat halus 2,76
Puncak sangat runcing B 9
-0,1
Menceng simetris 2,18
Puncak sangat runcing B 10
0,391
Menceng sangat halus 1,35 Puncak runcing B 11 0,155 Menceng halus 1,406 Puncak runcing B 12 -0,2115 Menceng kasar 1,97
Puncak sangat runcing B 13
Menceng sangat kasar -0,021
Puncak sangat tumpul B 14 -0,03 Menceng simetris 0,96 Puncak cukupan B 15 -0,05 Menceng simetris 1,25 Puncak runcing C 1 0,837
Menceng sangat halus 0,497
Puncak sangat tumpul C 2
0,5
Menceng sangat halus 4,46