• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebutkan Cara Kerja Obat Aminofilin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sebutkan Cara Kerja Obat Aminofilin"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

1.

1. SebSebutkutkan caan cara kera kerja orja obat abat aminminofiofilinlin Ami

Aminofnofiliilin n mermerupaupakan kan benbentuk tuk gargaram am dardari i teoteofilfilin. in. MekMekanianismesme kerjanya yaitu dengan menghambat enzim fosfodiesterase (PDE) sehingga kerjanya yaitu dengan menghambat enzim fosfodiesterase (PDE) sehingga mence

mencegah pemgah pemecahan cecahan cAMPAMP dan cGMP masing-masindan cGMP masing-masing g menjamenjadi di 5’-AM5’-AMPP dan 5’-GMP.

dan 5’-GMP. PenghPenghambataambatan n PDE menyebabkPDE menyebabkan an akumakumulasi ulasi cAMP dancAMP dan cGMP dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi otot polos termasuk otot cGMP dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi otot polos termasuk otot  polos bronkus.

 polos bronkus. (F

(Fararmamakokolologi gi dadan n TeTerarapi pi EdEdisisi i 5, 5, DeDepapartrtememen en FaFarmrmakakolologogi i dadann Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007) 2.

2. SebuSebutkan dotkan dosis pemsis pemberiberian aminoan aminofilinfilin, mainta, maintanancnance dose, lee dose, lethal dothal dosese dan pemberiannya pada kasus-kasus yang memerlukan

dan pemberiannya pada kasus-kasus yang memerlukan pemberianpemberian aminofilin

aminofilin Dosis : Dosis :

• Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapatDewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 250-500mg (5 mg/kg) terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 250-500mg (5 mg/kg) (d

(diiiinjnjekeksisikakan n lelebibih h dadari ri 20 20 memeninit) t) dedengngan an momoninitotorinring g keketatat,t, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat.

selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat. •

• Dewasa : Asma akut berat : IV infus 500 mcg/kg/jam (denganDewasa : Asma akut berat : IV infus 500 mcg/kg/jam (dengan monitoring ketat) disesuaikan dengan konsentrasi plasma Teofilin. monitoring ketat) disesuaikan dengan konsentrasi plasma Teofilin. •

• AnAnakak-a-ananak k : : AsAsma ma akakut ut beberarat t yayang ng memembmbururuk uk dadan n bebelulumm me

mendndapapat at teteraprapi i dedengngan an TeTeofofiliilin. n. InInjejeksksi i IV IV pepelalan n : : 5 5 mgmg/k/kgg (di

(diinjinjekseksikaikan n leblebih ih dardari i 20 20 menmenit) it) dendengan monitgan monitorioring ng ketketat,at, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat.

selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat. •

• Anak-anak : Asma akut berat: IV infus: anak usia 6 bulan - 9 tahunAnak-anak : Asma akut berat: IV infus: anak usia 6 bulan - 9 tahun 1mg/kg/jam anak usia 10 - 16 tahun 800 mcg/kg/jam disesuaikan 1mg/kg/jam anak usia 10 - 16 tahun 800 mcg/kg/jam disesuaikan dengan konsentrasi teofilin dalam plasma.

dengan konsentrasi teofilin dalam plasma. •

• Rentang terapeutik teofilin adalah 10 sampai 20 mcg/mL,Rentang terapeutik teofilin adalah 10 sampai 20 mcg/mL, •

•  Lethal  Lethal dosedose mulmulai ai menmenunjunjukaukan n efeefek k toktoksik sik padpada a renrentantang g 15-15-2020 mcg/ml

mcg/ml •

• Untuk dosis pemeliharaanUntuk dosis pemeliharaan (maintanance dose)(maintanance dose), efek yang optimal, efek yang optimal da

dapapat t didipepertartahahanknkan an dedengngan an pepembmberierian an ininfufus s amamininofofililin in 0,0,55 mg/kgBB/jam untuk dewasa normal dan bukan perokok. Anak di mg/kgBB/jam untuk dewasa normal dan bukan perokok. Anak di  bawah 12 tahun dan orang

 bawah 12 tahun dan orang dewasa perokok memerlukan dosis yangdewasa perokok memerlukan dosis yang lebih tinggi yaitu 0,8-0,9 mg/kgBB/jam. Dosis ini diturunkan pada lebih tinggi yaitu 0,8-0,9 mg/kgBB/jam. Dosis ini diturunkan pada  pasien

(2)
(3)

mengetahui besarnya kadar obat dalam plasma, pemberian infus mengetahui besarnya kadar obat dalam plasma, pemberian infus tidak boleh melebihi 6 jam.

tidak boleh melebihi 6 jam. (F

(Farmarmakakolologogi i dadan n TeTerarapi pi EdEdisi isi 5, 5, DeDepapartrtememen en FaFarmrmakakolologogi i dadann Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

(http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/208-aminofilin.html)

aminofilin.html) 3.

3. TulTuliskiskan san semuemua sea sediadiaan aan aminminofofiliilinn Di

Di InIndodonenesisia, a, amamininofofililin in tetersersedidia a dadalalam m bebentntuk uk amampupul l 10 10 ml ml yayangng mengandung 24 mg aminofilin setiap mililiternya untuk penggunaan IV. mengandung 24 mg aminofilin setiap mililiternya untuk penggunaan IV. Terdapat juga sediaan dalam

Terdapat juga sediaan dalam bentuk tablet 100 mg dan 200 mg dengan naabentuk tablet 100 mg dan 200 mg dengan naa dagang aminophilin.

dagang aminophilin. (F

(Fararmamakokolologi gi dadan n TeTerarapi pi EdEdisisi i 5, 5, DeDepapartrtememen en FaFarmrmakakolologogi i dadann Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007) (Daftar Obat Standar

(Daftar Obat Standar Edisi vii, PT. JAMSOSTEK, 2005)Edisi vii, PT. JAMSOSTEK, 2005) 4.

4. JelaJelaskan skan perbperbedaaedaan an aminofminofilin ilin dan dan teofteofilinilin Ami

Aminofnofiliilin n mermerupaupakan kan benbentuk tuk gargaram am dardari i teoteofilfilin. in. AmiAminofnofiliilinn  berbentuk

 berbentuk serbuk serbuk berwarna berwarna putih putih atau atau sedikit sedikit kekuningan. kekuningan. BersifatBersifat anhydrous atau tidak mengandung lebih dari 2 molekul air. Aminofilin anhydrous atau tidak mengandung lebih dari 2 molekul air. Aminofilin meng

mengandunandung g tidak kurang dari 84.0% dan tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih dari tidak lebih dari 87.487.4%% teofilinteofilin anhydrous

anhydrous, , sseerrtta a mmeennggaanndduunng g 1133..55% % ssaammppaai i 1155%% anhydrousanhydrous ethylenediamine

ethylenediamine. Larut dalam air (larutan menjadi keruh akibat pengaruh. Larut dalam air (larutan menjadi keruh akibat pengaruh ka

karbrbon on didiokoksidsida), a), titidadak k lalarurut t dadalalamm dehyddehydrated rated alkohalkohol.ol. SedangkanSedangkan teofilin merupakan obat golongan derivat xantin yang memilik gugus metil teofilin merupakan obat golongan derivat xantin yang memilik gugus metil 1,

1,3-3-didimemetitilxlxantantin in yayang ng mememimililiki ki efefek ek didiururesiesis, s, memeranrangsgsanang g SSSSP,P, meran

merangsang otot gsang otot jantujantung ng dan merelaksasikdan merelaksasikan an oto polos oto polos terutaterutama ma bronbronkuskus sehin

sehingga gga dapat berfungsi dapat berfungsi sebagasebagai i bronkbronkodilaodilator. tor. PerbedPerbedaannyaannya a adalahadalah kelarutan aminofilin lebih besar daripada teofilin, tetapi temyata derajat kelarutan aminofilin lebih besar daripada teofilin, tetapi temyata derajat ab

absosorprpsisinynya a titidadak k babanynyak ak beberbrbededa. a. SeSebabagagai i pepedodomaman, n, 1,1,27 27 grgramam aminofilin setara dengan 1 gram teofilin. Dalam tubuh aminofilin terurai aminofilin setara dengan 1 gram teofilin. Dalam tubuh aminofilin terurai menjadi teofilin sehingga dalam hal ini setiap pemberian teofilin dalam menjadi teofilin sehingga dalam hal ini setiap pemberian teofilin dalam  bentuk

 bentuk aminofilin, aminofilin, dosis dosis harus harus dinaikkan dinaikkan sebanyak sebanyak 20% 20% untuk untuk  memperoleh kekuatan yang sama

memperoleh kekuatan yang sama (F

(Fararmamakokolologi gi dadan n TeTerarapi pi EdEdisisi i 5, 5, DeDepapartrtememen en FaFarmrmakakolologogi i dadann Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

((http://mimin-mien.blogspot.com/2010/03/uji-bioekuivalensiaminofilinhttp://mimin-mien.blogspot.com/2010/03/uji-bioekuivalensiaminofilin html)

(4)

5.

5. PePembambagiagian pnen pneumoumonia mnia menenuruurut MTt MTBSBS

Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah secara sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnose medis dan hanya bertujuan untuk membantu para merupakan diagnose medis dan hanya bertujuan untuk membantu para  petugas

 petugas kesehatan kesehatan yang yang berada berada di di lapangan lapangan untuk untuk menentukan menentukan tindakantindakan ya

yang ng peperlrlu u didiamambibil, l, sesehihingngga ga ananak ak titidadak k teterlrlamambabat t memendndapapatatkakann  penanganan. Klasifikasi tersebut adalah:

 penanganan. Klasifikasi tersebut adalah: a.

a. Pneumonia Pneumonia berat berat atau atau penyakit penyakit sangat sangat berat, berat, apabila apabila terdapat terdapat gejala:gejala: 1)

1) Ada Ada tanda tanda bahaya bahaya umum, umum, seperti seperti anak anak tidak tidak bisa bisa minum minum atauatau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargi / menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargi / tidak sadar.

tidak sadar. 2)

2) Terdapat Terdapat tarikan tarikan dinding dinding dada dada dalamdalam 3)

3) TeTerdrdapapat stat striridodor (sur (suarara napa napas buas bunynyi ‘gri ‘grokok-g-grorok’ sak’ saatat inspirasi)

inspirasi)  b.

 b. Pneumonia, apabila terdapat gejala Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat. napas cepat. Batasan napas Batasan napas cepatcepat adalah:

adalah: 1)

1) Anak Anak usia usia 2-12 2-12 bulan bulan apabila apabila frekuensi frekuensi napas napas 50x/menit 50x/menit atauatau lebih

lebih 2)

2) AnAnak usak usia 12 bulia 12 bulanan-5-5tatahuhun n apapababilila a frfrekekueuensnsi napi napasas 40x/menit atau lebih

40x/menit atau lebih c.

c. Batuk Batuk bukan bukan pneumpneumonia, onia, apabilapabila a tidak tidak ada ada tandatanda-tanda -tanda pneumpneumoniaonia atau penyakit sangat berat.

atau penyakit sangat berat.

(http://dusept.blogspot.com/2012/01/proposal-penelitian-pneumonia.html) (http://dusept.blogspot.com/2012/01/proposal-penelitian-pneumonia.html)

(5)

6. Sebutkan sefalosporin generasi 1-4, indikasi dan kontraindikasi

Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi  pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif 

maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.

Penggolongan Sefalosporin

Hingga tahun 2006 golongan Sefalosporin sudah menjadi 4 generasi, pembedaan generasi dari Sefalosporin berdasarkan aktivitas mikrobanya dan yang secara tidak langsung sesuai dengan urutan masa  pembuatannya.

Tabel 1. Penggolongan Sefalosporin

 No. Nama Generasi Cara Pemberian Aktivitas Antimikroba

1. Cefadroxil 1 Oral Aktif terhadap kuman gram

 positif dengan keunggulan

dari Penisilin aktivitas nya

terhadap bakteri penghasil

Penisilinase

2. Cefalexin 1 Oral

3. Cefazolin 1 IV dan IM

4. Cephalotin 1 IV dan IM

5. Cephradin 1 Oral IV dan IM

6. Cefaclor 2 Oral Kurang aktif terhadap

 bakteri gram postif 

dibandingkan dengan

generasi pertama, tetapi

lebih aktif terhadap kuman

gram negatif; misalnyaH.influenza, Pr. 7. Cefamandol 2 IV dan IM 8. Cefmetazol 2 IV dan IM 9. Cefoperazon 2 IV dan IM 10. Cefprozil 2 Oral 11. Cefuroxim 2 IV dan IM

(6)

Mirabilis, E.coli, dan Klebsiella

12. Cefditoren 3 Oral Golongan ini umumnya

kurang efektif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap kuman gram  positif, tetapi jauh lebih efektif terhadap Enterobacteriaceae,

termasuk strain penghasil Penisilinase. 13. Cefixim 3 Oral 14. Cefotaxim 3 IV dan IM 15. Cefotiam 2 IV dan IM 16. Cefpodoxim 3 Oral 17. Ceftazidim 3 IV dan IM 18. Ceftizoxim 3 IV dan IM 19. Ceftriaxon 3 IV dan IM

20. Cefepim 4 Oral IV dan IM Hampir sama dengan generasi ketiga

21. Cefpirom 4 Oral IV dan IM

Indikasi Klinik :

Sediaan Sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi  berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan spektrum antibakterinya. Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal,  potensi antibakterinya yang tinggi Adapun indikasi dari masing Sefalosporin

sebagai berikut :

Adapun indikasi dari masing-masing obat golongan sefalosporin yaitu : 1. Cefadroxil dan Cefalexin

Obat golongan Cefalosporin ini yang digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri pada kulit, tenggorokan, dan infeksi kandung kemih. Antibiotik ini tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi lain yang disebabkan virus.

(7)

2. Cefazolin

Cefazolin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan penyakit pada infeksi  pada kandung empedu dan kandung kemih, organ pernafasan, genito urinaria (infeksi pada organ seksual dan saluran kencing), pencegahan infeksi  pada proses operasi dan infeksi kulit atau luka.

3. Cephalotin

Obat golongan Sefalosporin ini yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan penyakit pada infeksi kulit dan jaringan lunak, saluran nafas, genito-urinaria,  pasca operasi, otitis media dan septikemia.

4. Cefaclor dan Cefixim

Cefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam  penyakit seperti pneumonia dan infeksi pada telinga, paru-paru, tenggorokan,

saluran kemih dan kulit.

5. Cefamandol, Ceftizoxim dan Ceftriaxon

Cefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam  penyakit pada paru-paru, kulit, tulang, sendi, perut, darah dan saluran kencing.

6. Cefmetazol

Cefmetazol lebih aktif daripada Sefalosporin golongan pertama terhadap gram  positif Proteus, Serritia, kuman anaerobik gram negatif (termasuk B. fragilis) dan  beberapaE.coli, Klebsiella dan P. mirabilis, tetapi kurang efektif dibandingkan

Cefoxitin atau Cefotetan melawan kuman gram negatif. 7. Cefoperazon dan Ceftazidim

Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi termasuk paru-paru, kulit, sendi, perut, darah, kandungan, dan saluran kemih.

(8)

Obat Sefalosporin ini mengobati infeksi seperti Otitis Media, infeksi jaringan lunak dan saluran nafas.

9. Cefuroxim

Cefuroxim digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh  bakteri seperti; bronkitis, gonore, penyakit limfa, dan infeksi pada organ telinga,

tenggorokan, sinus, saluran kemih, dan kulit. 10. Cefotaxim

Cefotaxime digunakan untuk mengobati Gonore, infeksi pada ginjal (pyelonephritis), organ pernafasan, saluran kemih, meningitis, pencegahan infeksi  pada proses operasi dan infeksi kulit dan jaringan lunak.

11. Cefotiam

Memiliki aktivitas spetrum luas terhadap kuman gram negatif dan positif, tetapi tidak memiliki aktivitas terhadapPseudomonas aeruginosa.

12. Cefpodoxim

Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi seperti Pneumonia, Bronkitis, Gonore dan infeksi pada telinga, kulit, tenggorokan dan saluran kemih.

13. Cefepim

Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi seperti Pneumonia, kulit, dan saluran kemih.

14. Cefpirom

Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi pada darah atau jaringan, paru-paru dan saluran nafas bagian bawah, serta saluran kemih

(9)

Obat golongan sefalosporin umumnya bersifat nefrotoksik sehingga  penggunaannya harus lebih diperhatikan pada pasien dengan gangguan ginjal.

(http://tama3143pharmacyarea.blogspot.com/2011/04/sefalosporin.html)

(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

7. Mengapa cefotaxim dapat melewati sawar darah otak ?

Cefotaxim merupakan salah satu obat yang dapat menembus swar darah otak dikarenakan memiliki kelarutan yang baik dalam lemak yang dapat melintasi sawar darah otak.

(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

8. Jelaskan cara kerja, indikasi dan tujuan pemberian kalmethason

Mekanisme kerja : kalmethasone adalah obat yang berisi dexamethasone yang merupakan kelompok kortikosteroid dan bekerja mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini  bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma dan membentuk kelompok steroid. Kompelks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukelus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimuasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi ini akan menghasilkan efek psikologis steroid.

(10)

(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

9. Farmakologi kalmethason

Kortisol merupakan bentuk alami dari glukokortikoid yang disintesis dari kolesterol di dalam korteks adrenal. Dalam keadaan normal, di dalam sirkulasi terdapat kurang dari 5% kortisol bebas yang merupakan  bentuk aktif dalam terapi. Sedangkan sisanya dalam bentuk inaktif karena terikat dengan cortisol-binding globulin (CBG, atau yang dikenal sebagai transcortin) (95%) atau berikatan dengan albumin (5%). Sekresi cortisol setiap harinya berkisar antara 10-20 mg, dengan puncak diurnal sekitar   pukul 8 pagi. Kortisol memiliki waktu paruh 90 menit. Metabolismenya

terutama berlangsung di dalam hepar dan metabolit yang dihasilkan diekskresikan oleh ginjal dan hepar. Mekanisme kerja glukokortikoid melalui difusi pasif melalui membran sel, diikuti dengan ikatan dengan  protein reseptor di dalam sitoplasma. Kompleks reseptor hormon

kemudian masuk ke dalam nukleus mempengaruhi transkripsi sejumlah gen-gen target yang menyebabkan penurunan sintesis molekul-molekul  proinflamasi termasuk sitokin, interleukin, molekul adhesi dan protease.

Glukokortikoid mempengaruhi replikasi dan pergerakan sel serta menimbulkan keadaan monositopenia, eosinopenia dan lymphocytopenia. Efeknya terhadap sel T lebih besar dibandingkan dengan sel B. Lymphocytopenia timbul sebagai akibat redistribusi sel-sel yang  bermigrasi dari sirkulasi menuju jaringan lymphoid lainnya, dan diyakini  bahwa glukokortikoid menyebabkan apoptosis. Glukokortikoid juga  berperan dalam aktivasi, proliferasi dan diferensiasi sel. Fungsi makrofag  berkurang oleh kortisol dan penurunan ini memperngaruhi reaksi hipersensitivitas sedang dan lambat. Fungsi monosit dan lymphosit juga turut terpengaruh. Penggunaan glukokortikoid juga menyebabkan produksi antibodi berkurang.

(http://sikkahoder.blogspot.com/2012/07/kortikosteroid-mekanisme-kerjaefek.html#.UbSl79hrGN8)

10. Efek samping kalmethasone pada gizi buruk 

Penggunaan obat-obatan golongan kortikosteroid dalam waktu lama dapat menghambat pertumbuhan karena efek antagonisnya terhadap kerja hormon pertumbuhan di perifer. Efek ini berhubungan dengan

(11)

besarnya dosis yang dipakai. Pada beberapa jaringan, terutama otot dan tulang, obat ini menghambat sintesis dan menambah degradasi protein dan RNA. Hal inilah yang mungkin sering menyebabkan kegagalan hormon pertumbuhan bila digunakan bersamaan dengan kortikosteroid. Obat ini juga menghambat maturasi tulang dengan berbagai faktor yaitu menghambat somatomedin oleh hormon pertumbuhan dan hambatan aktivitas osteoblas di tulang. Obat ini  juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan limfosit, monosit dan eosinofil pada darah. Oleh sebab itu, anak dengan gizi buruk  sebaiknay memperhatikan hal ini berkaitan dengan hambatan pertumbuhan dan fungsi imun yang menurun.

(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

11. Sebutkan nilai normal analisa gas darah

Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan daya serap / interaksi darah dengan gas yang dihirup lewat pernafasan. sampel darah diambil langsung dari arteri.

(12)

PH 7,34 -7,44 PCO2 35 – 45 PO2 89 – 116 HCO3 22 – 26  TCO2 22 – 29 BASSE EXCESS - 2 – ( +3 ) SATURASI O2 95 -98 (http://staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/AGD.pdf)

12. Jelaskan mengenai asidosis metabolik, respiratorik, alkalosis metabolik dan respiratorik 

a. Asidosis Respiratorik (pH turun pCO2 naik)

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena  penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur   pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

Penyebab :

Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan

karbondioksida secara adekuat.

Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:

(13)

- Emfisema

- Pneumonia berat - Edema pulmo.

Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf  atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

 b. Asidosis Metabolik (pH turun HCO3 turun)

Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonatdalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.

Penyebab :

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:

1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.

2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari  beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I.

Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak  dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga

(14)

ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.

3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.

c. Alkalosis Respiratorik (PH naik PCO2 turun)

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

Penyebab :

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah

-rasa nyeri - sirosis hati

- kadar oksigen darah yang rendah - demam

- overdosis aspirin. Pengobatan :

Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat  pernafasan.

Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan  penyakit ini.

Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa

(15)

membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar  karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik 

d. Alkalosis Metabolik (pH naik HCO3 naik)

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan  basa karena tingginya kadar bikarbonat.

Penyebab :

Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah  pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada

seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda  bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium

atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik:

1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat) 2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung

3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).

(http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/gangguan-keseimbangan-asam-dan- basa1.pdf )

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/731/1/08E00129.pdf )

(16)

Isi

Vaksin BCG berisi bakteri hidup yang dilemahkan berasal dari strain  Mycobacterium bovis

Kontraindikasi

Karena berisi bakteri hidup, pemberian vaksin ini tidak dapat dilakukan  pada pasien yang memiliki ganggun imunitas tubuh atau pada pasien yang

sedang mwngkonsumsi obat-obatan imunosupresan. Dosis

• Umur ≤ 1 tahun : 0,05 cc • Umur > 1 tahun : 0,1 cc Lokasi penyuntikan BCG

Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio M.deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak ditempat lain (misalnya  bokong, paha). Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik membuka

lengan atas dari pundak ke siku. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara akromion dan insersi pada tengah humerus. Bila bagian bawah deltoid yang disuntik, ada risiko trauma saraf  radialis karena saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep. Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan meningkatkan resiko penetrasi saraf.

Cara penyuntikan BCG

Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikan di daerah deltoid ialah duduk di atas pangkuan ibu atau pengasuhnya. Lengan yang akan disuntik dipegang dan menempel pada tubuh bayi, sementara lengan lainnya diletakkan di belakang tubuh orang tua atau pengasuh. Lokasi deltoid yang benar merupakan hal yang penting supaya vaksinasi  berlangsung aman dan berhasil. Jarum suntik ditusukkan membuat sudut

(17)

(Rahajoe, N.N. et al. Tuberkulosis (Vaksin BCG) dalam Buku Imunisasi di  Indonesia. Edisi kedua. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.  Jakarta, 2005.)

14. Sebutkan cara penyuntikan,indikasi,kontraindikasi dari semua

imunisasi dasar 

1. BCG ( Bacillus Calmette Guerin ) Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa). Cara Pemberian dan Dosis :

Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan jarum

 panjang. Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.

Kontra indikasi :

Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.

Efek samping :

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat

suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda  parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan /

atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan

sendirinya.

2. DPT – Hepatitis B  Indikasi 

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.

Cara pemberian dan dosis :

Pemberian dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis.

Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka

(18)

dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :

• vaksin belum kadaluarsa

• vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius

• tidak pernah terendam air  • sterilitasnya terjaga

• VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B  Efek samping 

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar  tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

3. Polio  Indikasi 

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis. Cara pemberian dan dosis

Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis)  pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.

Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan :

• vaksin belum kadaluarsa

• vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius

• tidak pernah terendam air • sterilitasnya terjaga

• VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B

Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

 Efek samping 

(19)

Kontraindikasi 

Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang  berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit.  Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis

ulangan dapat diberikan setelah sembuh. 4. Imunisasi Hepatitis B

 Indikasi 

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.

Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau yang diketahui dapat menginfeksi hati.

Cara pemberian dan dosis

Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.

Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID,  pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral  paha.

Pemberian sebanyak 3 dosis.

Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).

5. Campak  Indikasi 

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak. Cara pemberian dan dosis

Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign Campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6. Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6  jam.

Efek samping 

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

 Kontraindikasi 

Individu yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.

(20)

15. Kenapa pemberian imunisasi campak dilakukan pada anak  usia 9 bulan ?

Anjuran pemerintah program imunisasi dasar dan WHO. Menurut WHO (1973) imunisasi campak cukup dilakukan dengan 1 kali suntikan setelah  bayi berumur 9 bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur lebih dari 1 tahun. Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung seumur hidup, maka tidak diperlukan revaksinasi lagi.

Pada umumnya vaksinasi pada bayi berumur kurang dari 9 bulan tidak  dapat menghasilkan kekebalan yang baik, karena terganggu oleh antibodi yang dibawa sejak lahir dari ibunya.

(Garnadi, Yudi. Imunisasi. Edisi 1. MediaDIKA. 2000)

16. Jelaskan mengenai terapi oksigen

Teknik Pemberian Oksigen

Cara pemberian oksigen dibagi dua jenis, yaitu sistem arus rendah dan sistem arus tinggi, keduanya masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian.

Alat oksigen arus rendah diantaranya kanul nasal, topeng oksigen, reservoir  mask,kateter transtrakheal, dan simple mask.

Alat oksigen arus tinggi diantaranya venturi mask, danreservoir nebulizer  blenders.

1. Alat pemberian oksigen dengan arus rendah

Kateter nasal dan kanul nasal merupakan alat dengan sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Kanul nasal terdiri dari sepasang tube dengan

(21)

 panjang ± 2 cm, dipasangkan pada lubang hidung pasien dan tube dihubungkan secara langsung keoxygen flow meter. Alat ini dapat menjadi alternatif bila tidak  terdapat masker, terutama bagi pasien yang membutuhkan suplemen oksigen rendah. Kanul nasal arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring dengan aliran 1-6 L/m, dengan FiO2antara 24-40%. Aliran yang lebih tinggi tidak 

Gambar 1. Kanul nasal

Meningkatkan FiO2secara bermakna diatas 44% dan akan menyebabkan mukosa membran menjadi kering. Kanul nasal merupakan pilihan bagi pasien yang mendapatkan terapi oksigen jangka panjang.

Simple oxygen mask dapat menyediakan 40-60% FiO2, dengan aliran 5-10L/m. aliran dapat dipertahankan 5L/m atau lebih dengan tujuan mencegah CO2 yang telah dikeluarkan dan tertahan di masker terhirup kembali. Penggunaan alat ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan iritasi kulit dan pressure sores.

(22)

Gambar 2. Simple oxygen mask 

 Partial rebreathing mask merupakan simple mask yang disertai dengan kantung reservoir. Aliran oksigen harus selalu tersuplai untuk mempertahankan kantung reservoir minimal sepertiga sampai setengah penuh pada inspirasi. Sistem ini mengalirkan oksigen 6-10L/m dan dapat menyediakan 40-70% oksigen. Sedangkannon-rebreathing mask hampir sama dengan parsial rebreathing  mask kecuali alat ini memiliki serangkai katup ‘one-way’. Satu katup diletakkan diantara kantung dan masker untuk mencegah udara ekspirasi kembali kedalam kantung. Untuk itu perlu aliran minimal 10L/m. Sistem ini mengalirkan FiO2sebesar 60-80%.

(23)

Gambar 3. Partial rebreathing mask 

Gambar 4. Non-rebreathing mask 

Transtracheal oxygen . Mengalirkan oksigen secara langsung melalui kateter ke dalam trakea. Oksigen transtrakea dapat meningkatkan kesetiaan pasien menggunakan oksigen secara kontinyu selama 24 jam, dan sering berhasil bagi  pasien hipoksemia yang refrakter. Dari hasil studi, dengan oksigen transtrakea ini

(24)

dapat menghemat penggunaan oksigen 30-60%. Keuntungan dari pemberian oksigen transtrakea yaitu tidak menyolok mata, tidak ada bunyi gaduh, dan tidak  ada iritasi muka/hidung. Rata-rata oksigen yang diterima mencapai 80-96%. Kerugian dari penggunaan oksigen transtrakea adalah biaya tinggi dan resiko infeksi lokal. Komplikasi yang biasa terjadi pada pemberian oksigen transtrakea ini adalah emfisema subkutan, bronkospasme, dan batuk paroksismal. Komplikasi lain diantaranya infeksi stoma, dan mucus ball yang dapat mengakibatkan fatal.

Gambar 5. Transtrakheal oksigen

2. Alat pemberian oksigen dengan arus tinggi

Alat oksigen arus tinggi diantaranya venture mask dan reservoir nebulizer  blenders.

Alat venturi mask menggunakan prinsip jet mixing (efek Bernoulli). Jet mixing  mask,mask dengan arus tinggi, bermanfaat untuk mengirimkan secara akurat konsentrasi oksigen rendah (24-35%). Pada pasien dengan PPOK dan gagal nafas

(25)

tipe II, bernafas dengan mask ini mengurangi resiko retensi CO2, dan memperbaiki hipoksemia. Alat tersebut terasa lebih nyaman dipakai, dan masalah rebreathing diatasi melalui proses pendorongan dengan arus tinggi tersebut.

Sistem arus tinggi ini dapat mengirimkan sampai 40L/menit oksigen melalui mask, yang umumnya cukup untuk total kebutuhan respirasi.

Dua indikasi klinis untuk penggunaan oksigen dengan arus tinggi adalah  pasien dengan hipoksia yang memerlukan pengendalian FiO2, dan pasien hipoksia

dengan ventilasi abnormal.

Gambar 6. Venturi mask 

(26)

ASI (Air Susu Ibu)

Komposisi

ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.

Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif  stabil.

(27)

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari  protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein

whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak  mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah  protein Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi.

Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah.

ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,

(28)

merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan  besi dan daya tahan tubuh.

Lemak 

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai  panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA)

yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.

Susu sapi tidak mengandung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir  terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang tinggi.

ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk  kesehatan jantung dan pembuluh darah.

(29)

Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar  karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

Vitamin K 

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor   pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu

formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir   perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.

Vitamin D

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak   perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga  pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar 

matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan

vitamin D.

Vitamin E

Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah

(30)

(anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.

Vitamin A

Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk  mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan  bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi

yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang  baik.

Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar  vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.

Mineral

Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah

(31)

diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk   pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi tingkat  penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak  diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar  kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.

Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula. Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat diatasi.

Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak  membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar  zincASI menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi kandungan mineral zink ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat

(32)

 penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu formula berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat.

Susu formula

Susu formula untuk bayi di bawah 6 bulan secara umum digolongkan menjadi dua:

1. Formula adaptasi

Susu formula jenis ini mempunyai kandungan sebagai berikut: * Lemak 

Disarankan mempunyai kadar lemak antara 2,7-41 g setiap 100 ml atau setara 8,5%. Dari jumlah ini, 3-6% kandungan energinya harus terdiri dari asam linoleik. * Protein

Kadarnya harus berkisar antara 1,2 sampai 1,9 g/100 ml, dengan rasio lakalbumin/kasein kurang lebih 60/40. Karena itu komposisi asam aminonya harus identik dengan protein yang terdapat dalam ASI. Alasannya, hanya protein itulah yang bisa dimanfaatkan bayi.

* Karbohidrat

Disarankan kandunganya antara 5,4 sampai 8,2 g bagi tiap 100 ml. Karbohidratnya dianjurkan terdiri atas laktosa dan selebihnya glukosa atau dekstrin-maltosa. Dalam hal ini tidak dibenarkan menggunakan sumber  karbohidrat dari tepung, madu, atau susu yang diasamkan.

(33)

* Mineral

Sebagian besar mineral dalam susu sapi adalah natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium dan klorida. Karena itu komposisinya harus diturunkan sekitar 0,25 sampai 0,34 g tiap 100 ml. Ini dimaksudkan untuk menghindari gangguan keseimbangan air dan dehidrasi hipertonik, selain timbulnya gangguan hipertensi di kemudian hari.

* Vitamin

Harus ditambahkan pada pembuatan susu formula. * Energi

Harus disesuaikan dengan ASI yang jumlahnya sekitar 72 Kkal. 2. Formula awal lengkap

Sesuai namanya, susu ini memiliki susunan gizi yang lengkap untuk bayi  baru lahir. Sekalipun demikian, susu ini sedikit berbeda dari formula adaptasi.

Susu formula ini mempunyai kadar protein tinggi karena rasio proteinnya tidak  disesuaikan dengan rasio protein yang terkandung dalam ASI. Begitu juga dengan mineral yang lebih tinggi dari susu formula adaptasi. Keuntungan susu formula  jenis ini adalah harganya yang jauh lebih murah daripada susu formula adaptasi.

Susu formula untuk bayi 6 bulan ke atas mengandung protein yang lebih tinggi dari susu adaptasi maupun susu awal lengkap. Rasio proteinnya pun tidak  mengikuti rasio yang terdapat dalam ASI. Sedangkan kadar beberapa mineral, karbohidrat, lemak dan energinya lebih tinggi. Ini dimaksudkan untuk  mengimbangi kebutuhan anak yang sudah semakin aktif dan sedemikian cepat tumbuh kembangnya.

(34)

Perbedaan paling nyata dalam kebutuhan zat gizi bayi 6 bulan ke bawah dan 6 bulan ke atas adalah kalorinya. Kalori yang dibutuhkan bayi usia 6 bulan ke  bawah per hari hanya sebesar 560 kkl atau lebih, sedangkan bayi usia 6 bulan ke

atas adalah 800 kkl per hari atau lebih. * Kandungan Zat Tambahan

Kemajuan teknologi memungkinkan susu formula yang sudah ada ditingkatkan kualitasnya, yakni dengan diformulasikan sedemikian rupa sehingga makin mirip dengan ASI. Salah satunya adalah penambahan DHA. Penambahan ini dibolehkan karena zat tambahan tersebut merupakan zat-zat mikro. Hanya saja  penambahannya pun harus mengikuti standar yang berlaku. Yang tak kalah  penting, orang tua harus segera memastikan cocok atau tidaknya si bayi mendapat susu tersebut. Bila ternyata tidak cocok, ya jangan dipaksakan. Asal tahu saja, DHA yang berasal dari ikan berpotensi menyebabkan alergi. Belakangan beberapa  produsen susu menggunakan DHA/AA yang bersumber dari bahan nonikan.

18. Pembagian diare menurut MTBS

Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :

• Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan

• Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/ lebih. Terbagi atas diare  persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi

• Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah

 Pedoman MTBS tentang klasifikasi diare

(35)

Terdapat 2 atau lebih tanda dan gejala  berikut :

- Letargi/ tdk sadar  - Mata cekung

- Tdk bisa minum/malas minum

- Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat

diare dengan dehidrasi berat

Terdapat 2 atau lebih tanda dan gejala  berikut :

- Gelisah, rewel atau mudah marah - Mata cekung

- Haus, minum dengan lahap

- Cubitan kulit perut kembalinya lambat

dehidrasi dengan dehidrasi ringan/ sedang

Tdk cukup tanda2 untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/ sedang

diare tanpa dehidrasi Diare selama 14 hari atau lebih disertai

dengan dehidrasi

diare persiten berat Diare selama 14 hari atau lebih tanpa

disertai dengan dehidrasi

diare persiten Terdapat darah dalam tinja (berak campur 

darah)

disentri

(http://melatikalimantan.blogspot.com/2011/08/askep-diare.html)

19.1 takar susu formula untuk berapa cc ?

1 sendok takar susu formula biasanya untuk 30 cc air 

(http://www.dunia-bayi.com/menyiapkan-susu-formula/)

20. Jelaskan patomekanisme diare

21.Jelaskan pemeriksaan clinitest

(36)

Clinitest adalah suatu pemeriksaan dengan menggunakan tablet clinitest yang digunakan untuk mendeteksi adanya zat-zat dalam feses yang mereduksi tembaga yang terdapat dalam tablet clinitest  tersebut. Zat-zat tersebut adalah monosakarida seperti glukosa, laktosa, fruktosa, galaktosa, dan pentosa. Clinitest ini dapat digunakan untuk membedakan diare yang disebabkan oleh karena ekskresi abnormal gula (monosakarida) dan diare yang disebabkan oleh karena kuman.

Prinsip Clinitest

Gula (monosakarida) akan mereduksi tembaga. Warna larutan yang dihasilkan dibandingkan dengan warna baku pada color chart .

Bahan Pemeriksaan

Feses (feses padat dan cairannya dicampur terlebih dahulu sebelum diperiksa)

Bahan pemeriksaan ini harus segera diperiksa dalam waktu 1  jam atau dapat disimpan dalam lemari es paling lama 4 jam.

Alat : Sentrifus  Aquadest  Pipet  Tabung reaksi Color chart  Faeces container 

Gambar

Tabel 1. Penggolongan Sefalosporin
Gambar 1. Kanul nasal
Gambar  2. Simple  oxygen mask 
Gambar 3. Partial rebreathing mask 
+3

Referensi

Dokumen terkait

sebelum bayi berusia 6 bulan, karena bayi yang diberikan susu formula berat. badannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi yang diberikan

Perbedaan Frekuensi Diare Antara Bayi Yang Di Beri ASI Ekslusif Dengan Bayi Yang Di Beri Susu Formula Pada Rentang Usia 2 – 4 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Klaten Jawa

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan diperoleh bahwa ibu yang memiliki pendidikan rendah

oleh usus bayi, sedangkan protein casein lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Komposisi protein casein pada ASI hanya 30% dibandingkan susu sapi yg.. mengandung protein casein

Hasil Penelitian : Ada hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang di beri susu formula di wilayah kerja Puskesmas

Tujuan penelitian ini untuk mencari perbedaan episode diare pada bayi usia 3-12 bulan dengan pemberian ASI eksklusif, pemberian susu formula serta pemberian ASI dan susu formula

Berdasarkan Sikap Ibu tentang Susu Formula dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0 – 6 Bulan Di Desa Simanguntong Tahun 2016 diperoleh kesimpulan bahwa dari 33 ibu,

Buang susu yang dibuat jika tidak habis dalam 2 jam TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR Setelah bayi selesai menyusu segera sendawakan bayi dengan mengikuti beberapa cara seperti dibawah :