MEMBANGKITKAN RUH GERAKAN
Oleh Haedar Nashir
Menurut tokoh Muhammadiyah Drs. H. Djazman Alkindi, bahwa Kyai Ahmad Dahlan pernah menggunakan istilah “gerombolan” untuk gerakan Muhammadiyah yang dibidaninya. Gerombolan maknanya kelompok atau kawanan yang suka beroperasi tanpa bentuk. Tapi bukan gerombolan pengacau tentu saja. Semangat yang terkandung dari makna Muhammadiyah sebagai “gerombolan” ialah gerak kelompok yang progresif, yang dinamik. Gerakan yang selalu aktif mengajak orang untuk kemajuan. Suatu gerombolan mesti bergerak lincah dan leluasa. Sebuah gerakan yang tidak kaku dan baku, tapi terus bergerak mencapai tujuan dengan tak kenal cuaca.
Istilah yang baku dan kemudian menjadi ikon Muhammadiyah ialah “gerakan” yaitu Gerakan Islam, bukan “gerombolan. Tapi esensinya sama dengan “gerombolan”. Dalam bahasa Arab dikenal “harakah”, yang kini telahmenjadi ikon khusus bagi gerakan-gerakan Islam yang mengusung ideologi Islam. Gerakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung dua makna, yakni perbuatan atau keadaan bergerak, dan pergerakan yaitu usaha atau kegiatan di lapangan social. Esensi yang dikandung dari gerakan ialah bergerak, lawan katanya diam atau pasif. Jadi sesuatu yang melekatkan diri pada gerakan maka haruslah selalu bergerak, tidak boleh diam apalagi mati, yang arahnya tentu saja menuju pada keadaan yang lebih baik, lebih maju. Lebih-lebih jika gerakan itu mengusung nama Islam menjadi Gerakan Islam, dengan dua huruf kapital sebagai perlambang sesungguhnya. Sebuah organisasi yang menamakan dirinya Gerakan Islam haruslah sungguh-sungguh bergerak dinamis atau progresif menuju pada kemajuan sesuai dengan pesan atau risalah ajaran Islam.
Maka sungguh tepat dan sangat mendasar jika Muhammadiyah sejak awal menisbahkan etos atau ruh gerakannya pada semangat Al-Quran Surat Ali Imran 104, yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, mengajak pada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Warga Muhammadiyah sangat akrab dengan ayat Al-Quran tersebut, hingga sering disebut sebagai “ayat Muhammadiyah”. Ayat ke-104 Surat Ali Imran itulah yang kemudian dimasukkan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, yang menggambarkan jiwa dari keberadaan gerakan Muhammadiyah untuk mewujudkan baldhatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Ayat tersebut memang mengandung pesan pergerakan, yang memerintahkan untuk bergerak.mendakwahkan Islam dalam makna yang seluas-luasnya yaitu mengajak orang ber-Islam, menjalankan serba kebajikan, dan menjauhkan serba keburukan. Itulah etos atau jatidiri bahkan ruh atau jiwa dari gerakan Muhammadiyah yang harus dihayati, dipahami, dan menjadi pedoman bagi seluruh warga persyarikatan dalam menjalankan gerakan Muhammadiyah.
Karena itu bagi segenap anggota, lebih-lebih kader dan pimpinan Muhammadiyah sudah semestinya menjadikan etos dan ruh gerakan Muhammadiyah tersebut sebagai rujukan sekaligus pedoman melangkah, yang esensinya menjalankan dakwah Islam. Orang Muhammadiyah harus selalu terpanggil untuk bergerak mendakwahkan Islam, tidak boleh pasif apalagi beridam diri. Mari bangkitkan seluruh persendian gerakan
Muhammadiyah dengan segenap kemampuan melalui bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, penyantunan kaum dhu’afa, pembinaan umat, dan berbagai lapangan gerak Muhammadiyah. Semua bidang gerak tersebut harus menjadi bagian utuh dari gerakan dakwah Islam, bukan semata-mata amal usaha. Seluruh pihak yang berada di dalamnya juga harus menjadi pelaku dakwah, bukan orang-orang yang sibuk mencari mata pencaharian sebagaimana selama ini menjadi kelaziman. Jadikan seluruh keterlibatan diri kita dalam Muhammadiyah sebagai bagian dari berdakwah dan berjihad di Jalan Allah. Itulah etos dan ruh gerakan Muhammadiyah yang sesungguhnya.
Agar ruh gerakan Muhammadiyah tetap hidup dan bahkan mekar maka diperlukan berbagai wahana untuk membangkitkannya. Pertama dalam setiap kegiatan Muhammadiyah, termasuk rapat dan aktivitas organisasi, selalu ditanamkan misi dan tujuan ber-Muhammadiyah, termasuk melalui kuliah tujuh menit atau pengajian pimpinan. Kedua, perluas silaturahim sambil menumbuhkan semangat beramal secara kolektif, sehingga luas kekuatan untuk bergerak. Ketiga, tingkatkan kegiatan-kegiatan pembinaan anggota termasuk melalui Baitul Arqam dan Darul Arqam dalam berbagai model sebagai media menamkan ideologi gerakan, sebab dengan ideologi gerakan maka ruh gerakan akan tertanam kental. Keenpat, bersegeralah mengambil peran-peran melayani kepentingan umat, termasuk dalam melakukan kepedulian sosial, sebagai wujud berdakwah secara langsung, hal itu akan menanamkan ruh berjihad di jalan Allah. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah memang harus gesit dan responsif terhadap keadaan yang berkembang di lingkungannya.
Sumber:
Suara Muhammadiyah Edisi 21-04