Analisis Pola Konsumsi Penduduk Kota Bandar Lampung (Studi Komparatif Masyarakat Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera)
Oleh Genio Takinanda
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga di Kelurahan Kebon Jeruk dan Kelurahan Perumnas Way Kandis, dalam proses mendapatkan sampel penelitian dilakukan penyebaran kuisioner sebanyak 109 kuisioner untuk masing-masing kelurahan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan pola konsumsi
masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera yang diukur dari konsumsi pangan dan non pangan, yaitu terdiri dari konsumsi makanan, konsumsi pakaian, keperluan rumah tangga, kesehatan, kebersihan, pendidikan, perumahan, rekreasi dan tabungan.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa masyarakat pra sejahtera memiliki konsumsi yang lebih besar dari masyarakat sejahtera dalam hal konsumsi
makanan dan transportasi. Sedangkan untuk konsumsi pakaian, keperluan rumah tangga, kesehatan, kebersihan, pendidikan, perumahan, rekreasi dan tabungan, masyarakat sejahtera memiliki konsumsi yang lebih tinggi di bandingkan dengan masyarakat pra sejahtera. Berdasarkan dari hasil penelitian dengan menggunakan alat analisis uji beda terbukti bahwa terdapat perbedaan besarnya pengeluaran rata-rata per bulan untuk keluarga di masing-masing kelurahan meskipun mempunyai mata pencaharian yang sama.
▸ Baca selengkapnya: cerita masyarakat sejahtera
(2)Analysis of Consumption Pattern residents of Bandar Lampung (Comparative Study of prosperous Society and Welfare Society)
By
Genio Takinanda ABSTRACT
This study aimed to compare the consumption patterns of prosperous Society with a Welfare Society in Bandar Lampung. The population in this study was
households in the Kebon Jeruk Village and Perumnas Way Kandis Village, in the process of obtaining a sample study conducted questionnaires a total of 109 questionnaires for each village. The results showed that there were differences in the consumption of Alcoholic Beverages and Tobacco for Welfare Society do not have the expenses for Alcoholic Beverages and Tobacco, whereas for the
prosperous Society of 5.20% for alcoholic beverages and 12.6% for tobacco consumption.
The results showed that there were differences in the consumption of Alcoholic Beverages and Tobacco for Welfare Society do not have the expenses for Alcoholic Beverages and Tobacco, whereas for the prosperous Society of 5.20% for alcoholic beverages and 12.6% for tobacco consumption, this is different from a Welfare Society that have a portion of the savings that each have a goal to save, with the largest portion owned by Cost savings for Hajj. The result using the analysis of paired sample t-test showed that there was a significant difference from the pattern of consumption of Kebon Jeruk Village with consumption patterns Perumnas Way Kandis Village. So the hypothesis which says there are differences in consumption patterns with prosperous Society and Welfare Society in Bandar Lampung accepted.
ANALISIS POLA KONSUMSI PENDUDUK KOTA BANDAR LAMPUNG
(Studi Komparatif Masyarakat Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera)
Oleh:
GENIO TAKINANDA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sukarame, Kecamatan Way Halim, Bandar Lampung pada tanggal
11 Mei 1993, sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara buah hati pasangan Bapak Yadi Lustiadi dan Rusnilawaty.
Penulis memulai pendidikan pada Tahun 1998 di Taman Kanak-kanak (TK) Al-Kautsar, Rajabasa, Bandar Lampung, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SD Al-Kautsar Rajabasa, Bandar Lampung dan diselesaikan pada
Tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Rawa Laut diselesaikan pada Tahun 2008, penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2011.
Pada Tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis melalui jalur Mandiri dan menjalani aktivitas sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan. Penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, skripsi
ini ku persembahkan kepada :
Papi mami tercinta, Yadi Lustiadi dan Rusnilawaty terimakasih atas doa,
dukungan, dan semangat yang tak henti diberikan untuk kelancaran skripsi ini.
Kepada kakak perempuanku tercinta Novita Dini Asih (alm) yang selalu ku ingat semua nasihatnya dan adikku tersayang Vina Rahmalia Anjani, kalian merupakan
penyemangat hidupku.
Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan saran,
motivasi, dan juga doa yang menambahkan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
MOTO
“Sesungguhnya semua urusan (perintah) apabila Allah menghendaki segala sesuatunya, Allah hanya berkata : “Jadiah”, maka Jadilah”
(Q.S. Yaa Siin: 82)
“Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan” (Q.S. Al Maidah: 48)
“Sukses adalah suatu perjalanan yang dibentuk dari rasa semangat dan penuh tanggung jawab, karena masa depan adalah milik mereka yang menyiapkan hari
ini”
SANWACANA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam penulisan Skripsi penulis akan
menyampaikan hasil penelitian yang berjudul “ANALISIS POLA KONSUMSI PENDUDUK KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Komparatif Masyarakat Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera)” . adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.EP selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.
3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. 4. Bapak Dr. Toto Gunarto,S.E., M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah
memberikan ilmu, saran serta kritik dalam proses skripsi hingga akhir.
5. Ibu Emi Maimunah,S.E., M.Siselaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan kritik serta saran. Serta telah hadir pada seminar usul,
seminar hasil dan ujian komprehensif.
6. Bapak Imam Awaluddin, S.E.,M.E selaku dosen pembimbing akademik. 7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
8. Papi dan Mami tersayang, dan adik, terimakasih atas segalanya yang telah diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan studi ini.
9. Yang terkasih Fitriyana yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam bentuk apapun selama beberapa tahun ini.
10.Teman-teman sedari dulu : Ridho, Pram, Koko, Enny, Dinda, Dwi
11.Teman-teman seperjuangan dan Clan TD : Borju, Arga, Sofyan, Panji, Udin, Ikram, Edo, Nanang, Indret, DJ Thariq, Yoga, Ruhan, Ridel, Richard, Iduy,
Diono, Allan, Amri, Ayah, dan Devin.
12.Teman-teman satu bimbingan :Gita, Dewi Sartika, Anisa, Gondol, Aming, Yoga,
Indah, Ari, Windy, Nurul
13.Teman-teman EP11, EP 12, dan EP 13: Fadil, Nizon, AnggiWahyu, AnggieArif, Ade, Hamid, SultonHabib, Yessi, Agil, Devi, Irma, Ocha, Arnes, Indah F, Dian
Ayu, Lena, Ninut, Iin,Putri, Cella, Duwi, DewiKicik, Gella, Aming, Gondol, Windy, Zalalia, Ayu, Cahya, Indah,Rahma,Asty, Eny, Ayuni, Glady, Trimul,
Enci, Anton, Suci, Suci, Mega, EP Kemiling, Yaser, Adib, Oji, Acong, Gentri, Julian, Gio, Indra, Aufar, Mau, Mia, Deffa, Firdha, Selvi, Jepri, Ketut, Mute, Renica, Meri, Ulung, KiayHandiki, Boy, Yahya, Sekar, dan masih banyak lagi
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
14.Abang dan Mba 2010 dan 2009 : MbaNurul, MbaMeri, MbaAtin, Mba Lena,
15.Teman-teman Sohib SMA 9: Aga, Amad, Kepenk, Nawan, Jawa, Ableh, Andre, Rio burung, Rendy kumis, Fadli, Nick, Irul.
16.Untuk Ayuk dan Mba Mie yang telah sudi menyediakan segelas kopi hangat dan sebungkus nasi uduk. Dan untuk MangJum yang telah banyak memberikan
wejangan tentang cinta untuk saya.
17.Teman-teman pengurus HIMEPA periode 2012/2013 dan 2013/2014.
18.Teman-teman Kelompok 3 KKN Sendang Agung : Bang Riski, Diki, Imam, Bang
Ade, Harry, Hanny, Kemale, Muflika, Kikin, Nika, dan KakIntan..
Bandar Lampung, 10 Agustus 2015 Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
I . PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Kegunaan Penelitian... 12
E. Kerangka Pemikiran ... 12
F. Hipotesis ... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14
A. Pengertian Konsumsi ... 14
B. Teori Konsumsi ... 15
C. Fungsi Konsumsi ... 20
D. Pola Konsumsi ... 23
E. Masyarakat Pra Sejahtera dan Sejahtera ... 26
F. Penelitian Terdahulu ... 30
III. METODE PENELITIAN ... 33
A. Jenis dan Sumber Data ... 33
B. Definisi Operasional Variabel ... 34
C. Populasi dan Sampel ... 34
D. Metode Penentuan Besaran Sampel ... 35
i
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40 A. Deskripsi Objek Penelitian ... 40 B. Pola Konsumsi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera
di Kota Bandar Lampung ... 44 C. Perbedaan Pola Konsumsi dan Pendapatan Masyarakat
Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera Di Bandar Lampung .. 55
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 60 A. Simpulan ... 60 B. Saran ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan di Indonesia
Tahun 2000-2013 ... 2
2. Indikator Konsumsi Terpilih Indonesia Tahun 2011-2013 ... 4
3. Distribusi Pembagian Pengeluaran per Kapita dan Indeks Gini ... 7
4. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten dan Kota ... Provinsi Lampung ... 9
5. Jumlah Keluarga Sejahtera Dan Pra Sejahtera Menurut Kecamatan Di Kota Bandar Lampung ... 10
6. Jumlah Keluarga Sejahtera Dan Pra Sejahtera Menurut Kelurahan Di Kecamatan Tanjung Senang dan Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung ... 11
7. Daftar Penelitian Terdahulu ... 29
8. Nama Variabel, Simbol, Periode Waktu, Satuan Pengukuran Data ... 33
9. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga ... 34
10.Perhitungan Sampel ... 35
11.Usia Kepala Rumah Tangga Sampel Penelitian... 39
12.Jumlah Anggota Keluarga Kelurahan Sampel Penelitian ... 40
13.Pendidikan Kepala Rumah Tangga Sampel Penelitian ... 40
14.Pekerjaan Kepala Rumah Tangga Sampel Penelitian ... 41
15.Pengeluaran rata-rata per bulan Kepala Rumah Tangga ... 42
16.Konsumsi Makanan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 43
17.Konsumsi Makanan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 44
18.Konsumsi Pakaian Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 44
19.Konsumsi Pakaian Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 45
Tabel Halaman
21.Konsumsi Keperluan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 46
22.Konsumsi kebersihan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 47
23.Konsumsi Kebersihan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 47
24.Konsumsi Pendidikan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 48
25.Konsumsi Pendidikan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 48
26.Konsumsi Perumahan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 49
27.Konsumsi Perumahan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 49
28.Konsumsi Transportasi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 50
29.Konsumsi Transportasi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 50
30.Konsumsi Rekreasi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 51
31.Konsumsi Rekreasi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 51
32.Konsumsi Tabungan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 52
33.Konsumsi Tabungan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 52
34.Rangkuman Konsumsi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 53
35.Hasil Uji Normalitas ... 55
36.Hasil Uji Beda Pendapatan... 55
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1.Daftar Pertanyaan Responden 2.Rangkuman Jawaban Responden
a. Kelurahan Perumnas Way Kandis b. Kelurahan Kebon Jeruk
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 15
2. Kurva Ketimpangan Regional ... 34
3. Perkembangan Variabel Ekspor ... 51
4. Perkembangan Variabel Impor ... 52
5. Perkembangan PDB ... 53
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
I . PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Kegunaan Penelitian... 12
E. Kerangka Pemikiran ... 12
F. Hipotesis ... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14
A. Pengertian Konsumsi ... 14
B. Teori Konsumsi ... 15
C. Fungsi Konsumsi ... 20
D. Pola Konsumsi ... 23
E. Masyarakat Pra Sejahtera dan Sejahtera ... 26
F. Penelitian Terdahulu ... 30
III. METODE PENELITIAN ... 33
A. Jenis dan Sumber Data ... 33
B. Definisi Operasional Variabel ... 34
C. Populasi dan Sampel ... 34
D. Metode Penentuan Besaran Sampel ... 35
i
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40 A. Deskripsi Objek Penelitian ... 40 B. Pola Konsumsi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera
di Kota Bandar Lampung ... 44 C. Perbedaan Pola Konsumsi dan Pendapatan Masyarakat
Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera Di Bandar Lampung .. 55
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 60 A. Simpulan ... 60 B. Saran ... 61
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan ekonomi yang
menyebabkan barang dan jasa yang dalam masyarakat bertambah dari satu periode ke periode yang lain serta kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah dalam makroekonomi untuk jangka panjang. Selain itu, pertumbuhan ekonomipun dipengaruhi oleh bertambahnya investasi, teknologi yang berkembang, dan meningkatnya
kesempatan kerja. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk
Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. (www.bps.go.id.2013).
PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
2
struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (www.bps.go.id.2013). Berikut akan ditampilkan tabel yang memperlihatkan PDB Indonesia selama 14 tahun
(2000-2013):
Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan di Indonesia Tahun 2000-2013 (Milyar Rupiah)
Tahun PDB Pertumbuhan (%)
2000 1,389,769.9
2001 1,646,322.0 15.58
rata-rata 13.38
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015
Dijelaskan dalam Tabel 1 adalah bagaimana perkembangan PDB Indonesia
dalam kurun waktu 2000 sampai 2013. Dimana data ini menggambarkan bagaimana pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto Indonesia yang selalu
mengalami perubahan yang positif, walaupun terjadi fluktuasi yang tidak terlalu besar perubahannya. Selain pertumbuhan ekonomi, pola pengeluaran konsumsi juga dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan ekonomi
3
konsumsi hanya dimaksudkan sebagai hal yang berkaitan dengan makanan dan
minuman. Dalam ilmu ekonomi, semua barang dan jasa yang digunakan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya disebut pengeluaran konsumsi.
Dikonsumsi artinya digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial mempunyai kebutuhan yang tidak
terbatas, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Untuk memperoleh berbagai kebutuhan tersebut seseorang memerlukan pengeluaran untuk konsumsi, dari semua pengeluaran yang dilakukan tersebut sekurang-kurangnya dapat memenuhi
tingkat kebutuhan minimum yang diperlukan (Pusposari, 2012).
Berbagai jenis barang dan jasa diproduksi dan ditawarkan kepada masyarakat untuk digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Munculnya
kegiatan produksi disebabkan karena adanya kegiatan konsumsi. Sebaliknya, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi. Karenanya, keputusan rumah tangga dalam berkonsumsi sangat mempengaruhi keseluruhan perilaku
perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup ini disebut konsumsi rumah
tangga (Nababan, 2013).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi yang merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari
orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan.Konsumsi rumah tangga menurut BPS (2013) dibedakan menjadi
4
tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan
rumah tangga saja tidak termasuk konsumsi atau pengeluaran untuk keperluan usaha atau yang diberikan kepada pihak lain. Pengeluaran untuk konsumsi
makanan dihitung selama seminggu yang lalu sedangkan konsumsi non makanan dihitung sebulan yang lalu (BPS, 2013 : 26). Perkembangan konsumsi
masyarakat Indonesia tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Indikator Konsumsi Terpilih, Indonesia Tahun 2011-2013 Indikator Terpilih
2011 2012 2013
Maret September Maret September Maret September
Rata-rata Pendapatan per Kapita
- Persentase untuk makanan 49,45 48,46 51,08 47,71 50,66 47,19 - Persentase untuk bukan
makanan 50,55 51,54 48,92 52,29 49,34 52,81
Rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari
- Tanpa makanan jadi 1647,67 1586,82 1587,09 1599,63 1550,85 1540,04
- Dengan makanan jadi 1952,01 1852,84 1852,64 1865,30 1842,75 1 828,41
Rata-rata konsumsi Protein per kapita sehari
- Tanpa makanan jadi 47,25 45,41 45,21 46,15 44,33 43,82
- Dengan makanan jadi 56,25 53,12 53,14 54,14 53,08 52,44 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005. 2015
* Dihitung dengan menggunakan data individu bukan data kelompok pengeluaran seperti pada tahun sebelumnya.
Terlihat pada Tabel 2, bahwa pengeluaran untuk bukan makanan dan makanan setiap tahunnya selalu berfluktuatif, bahkan untuk Tahun 2013 terjadi kenaikan
5
akan makan, pakaian, hiburan atau untuk kebutuhan yang lain. Pengeluaran
masyarakat untuk makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya tersebut dinamakan dengan pembelanjaan atau konsumsi. Pengeluaran konsumsi melekat pada setiap
orang mulai dari lahir sampai dengan akhir hidupnya, artinya setiap orang sepanjang hidupnya melakukan kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan
konsumsi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan antara negara maju dan negara berkembang bukan hanya terletak dalam atau
dicerminkan oleh perbandingan relatif besar kecilnya pendapatan, akan tetapi juga
dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola konsumsi masyarakat yang belum mapan biasanya lebih didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok atau
primer. Sedangkan pengeluaran konsumsi masyarakat yang sudah mapan
cenderung lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau bahkan tersier (Pusposari, 2012).
Pola konsumsi sering digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat pula
dikatakan membaik apabila pendapatan meningkat dan sebagian pendapatan tersebut digunakan untuk mengkonsumsi non makanan, begitupun sebaliknya (Siregar, 2009).
Pergeseran pola pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dari makanan ke non
makanan dapat dijadikan indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan anggapan bahwa setelah kebutuhan makanan telah terpenuhi, kelebihan
6
motif konsumsi atau pola konsumsi suatu kelompok masyarakat sangat ditentukan
pada pendapatan. Atau secara umum dapat dikatakan tingkat pendapatan yang berbeda-beda menyebabkan keanekaragaman taraf konsumsi suatu masyarakat
atau individu (Pusposari, 2012).
Kebutuhan hidup manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhaan hayatinya saja akan tetapi menyangkut
kebutuhan lainya seperti kebutuhan pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Adanya pertumbuhan ekonomi yang tidak disertai dengan proses pemerataan akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan antar keluarga. Di satu
pihak kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja,
melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti
dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup (BKKBN, 1994).
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antaramasyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (2006), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern,
betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat
gradual. Masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya
karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda,
7
Perkembangan Distribusi Pengeluaran perkotaan dan perdesaan Tahun 2011
sampai dengan Tahun 2013.
Tabel 3. Distribusi Pengeluaran per Kapita dan Indeks Gini, perkotaan dan perdesaan Indonesia Tahun 2010-2013
Daerah Tahun
Sumber: Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Triwulan I, BPS, 2015
Tabel 3, memperlihatkan bahwa setiap tahunnya terdapat perbedaan pengeluaran
baik didesa maupun di kota, 40% masyarakat berpengeluaran rendah di perdesaan mempunyai pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan di perkotaan, begitu juga dengan 40% masyarakat berpengeluaran sedang, tetapi untuk 20% berpengeluaran
tinggi distribusi pengeluaran perkapita di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, dan setiap tahunnya indeks gini semakin meningkat di perkotaan,
tetapi di perdesaan setiap tahunnya indeks gini di perdesaan semakin menurun, hal ini menunjukan bahwa kemerataan didesa semakin merata dan sebaliknya di perkotaan kemerataan pendapatan semakin timpang.
Seperti dilansir detikfinance.com, (1/7/2013), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengeluaran per kapita per bulan masyarakat miskin mengalami
kenaikan dari Rp 259.520 pada bulan September 2012 menjadi Rp 271.626 pada
8
Rp 190.758 pada bulan September 2012 menjadi Rp 199.691 di bulan Maret
2013.Terdapat komoditas terbesar yang dikeluarkan para masyarakat miskin. Pertama, beras di mana masyarakat kota mengeluarkan 25,86% penghasilannya
untuk memberli pangan pokok ini, sementara masyarakat desa mengeluarkan 33,97%. Kedua, rokok kretek filter. (http://finance.detik.com)
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan pola konsumsi keluarga
sejahtera dengan keluarga pra sejahtera di Kota Bandar Lampung, dipilihnya Kota Bandar Lampung sebagai objek penelitian ini karena selain penulis berdomisili di Bandar Lampung, juga karena menurut Berita Resmi Statistik No. 09/01/Th.
XVII, 2 Januari 2014 kota Bandar Lampung menempati posisi 43 dari 82 kota di Indonesia dalam masalah nilai konsumsi rumah tangga, selain hal tersebut
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung tahun 2009-2029
menetapkan daerah-daerah yang dijadikan kawasan kerjasama antar daerah kabupaten
atau kota sebagai pengembangan kawasan. Kawasan kerjasama yang dilihat dari
potensi dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi upaya
pemerataan pembangunan dalam suatu daerah. Berdasarkan RTRW tersebut, Bandar
Lampung ditetapkan sebagai daerah pusat pertumbuhan. Indikator PDRB per kapita
digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah.
9
Tabel 4. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 (Rp)
No Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011 2012
1 Lampung Barat 1,253,282 1,427,754 1,509,472 1,578,014 1,682,894 2 Tanggamus 1,947,707 2,218,851 2,345,519 2,493,930 2,667,036 3 Lampung Selatan 3,612,129 4,114,980 4,350,044 4,612,550 4,906,268 4 Lampung Timur 3,616,348 4,119,786 4,328,221 4,195,197 4,811,393 5 Lampung Tengah 4,874,432 5,553,010 5,883,047 6,587,165 7,006,637 6 Lampung Utara 2,816,427 3,208,506 3,368,213 3,557,987 3,781,781 7 Way Kanan 1,176,454 1,340,230 1,409,576 1,487,011 1,570,458 8 Tulang Bawang 1,869,365 2,129,602 2,261,365 2,385,679 2,548,776 9 Pesawaran 1,383,250 1,575,815 1,668,928 1,775,910 1,887,427 10 Bandar Lampung 5,399,408 6,151,069 6,540,521 6,967,851 7,423,369
11 Metro 466,289 531,202 562,509 598,519 634,245
12
Tulang Bawang
Barat 934,535 1,064,633 1,127,310 1,199,022 1,277,649
13 Mesuji 1,036,542 1,180,841 1,250,762 1,327,385 1,405,713
14 Pringsewu 1,108,613 1,262,945 1,350,744 1,446,602 1,538,923
LAMPUNG 4,817,185 5,028,805 5,281,731 5,555,227 5,814,771
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015
Berdasarkan tabel 4 diatas terlihat bahwa Kota Bandar Lampung dari Tahun 2008
sampai dengan 2012 mempunyai PDRB per Kapita paling tinggi dibandingkan daerah
tingkat II lainnya di Provinsi Lampung, semakin besar PDRB per kapita bisa
dikatakan semakin tinggi tingkat kesejahteraan penduduk pada wilayah tersebut,
sebaliknya semakin rendah PDRB perkapita berarti kesejahteraan penduduk semakin
rendah.
Berdasarkan uraian pada latar belakang, nampak terdapat perbedaan distribusi pengeluaran masyarakat perdesaan dan perkotaan, juga terdapat berita yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan pemilihan kebutuhan untuk dikonsumsi masyarakat miskin dan sejahtera. Berikut jumlah keluarga sejahtera dan Pra
10
Tabel 5. Jumlah Keluarga Sejahtera Dan Pra Sejahtera Menurut Kecamatan Di Kota Bandar Lampung
No Kecamatan
Jumlah Keluarga Pra
Sejahtera Persentase
Jumlah Keluarga
Sejahtera Persentase
Jumlah
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015
Berdasarkan Tabel 5 terlihat persentase jumlah keluarga sejahtera terbesar dimiliki oleh Kecamatan Tanjung Senang dengan persentase sebesar 88,32%
atau 8734 keluarga dari 9899 keluarga yang ada, sedangkan jumlah keluarga pra sejahtera terbesar dimiliki oleh Kecamatan Tanjung Karang Timur dengan persentase keluarga pra sejahtera sebesar 39,16% atau sebesar 4273 keluarga
11
Sejahtera Persentase
Jumlah Keluarga
Sejahtera Persentase
Jumlah
Sejahtera Persentase
Jumlah Keluarga
Sejahtera Persentase
Jumlah
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015
Berdasarkan data tersebut penulis memilih kelurahan Perumnas Way Kandis Kecamatan Tanjung Senang mewakili keluarga sejahtera dan Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Tanjung Karang Timur di Kota Bandar Lampung sebagai
objek penelitian yang mewakili keluarga pra sejahtera. Atas dasar inilah penulis tertarik untuk membandingkan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera
(Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Tanjung Karang Timur) dengan
masyarakat sejahtera (Kelurahan Perumnas Way Kandis Kecamatan Tanjung Senang) di Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
12
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dijelaskan
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dijelaskan tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intellectual exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin yang digeluti.
2. Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
kemajuan dan pengembangannya ilmu khususnya tentang pengetahuan pendapatan dan konsumsi.
3. Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bandar Lampung.
E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian dari latar belakang penulisan, maka kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut:
Pola Konsumsi Masyarakat Sejahtera Pola Konsumsi
Masyarakat Pra Sejahtera
13
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual. Masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing
punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda,
bahkan kadang-kadang dikatakan berlawanan. Pola konsumsi sering digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat pula dikatakan membaik apabila
pendapatan meningkat dan sebagian pendapatan tersebut digunakan untuk mengkonsumsi non makanan, begitupun sebaliknya. Atas dasar inilah penulis
tertarik untuk membandingkan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung.
F. Hipotesis
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsumsi
Konsumsi merupakan sebuah kata yang berasal dari BahasaInggris yaitu ”Consumption”. Konsumsi artinya pemenuhan akanmakanan dan minuman.
Konsumsi mempunyai pengertian yang lebihluas yaitu seluruh pembelian barang dan jasa akhir yang sudah siapdikonsumsi oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan. Menurut T Gilarso (2003:89), konsumsimerupakan titikpangkal dan
tujuan akhir seluruh kegiatan ekonomi masyarakat.
Kata konsumsi dalam Kamus Besar Ekonomi diartikan sebagaitindakan manusia baik secara langsung atau tak langsung untukmenghabiskan atau mengurangi
kegunaan (utility) suatu benda padapemuasan terakhir dari kebutuhannya (Sigit dan Sujana, 2007:115).
Mankiw (2007:11), mendefiniskan konsumsi sebagaipembelanjaan barang dan
jasa oleh rumah tangga.Barang mencakuppembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama, kendaraandan perlengkapan dan barang tidak tahan lama seperti makanan danpakaian. Jasa mencakup barang yang tidak berwujud konkrit,
15
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumsi dapatdidefinisikan sebagai
kegiatan pembelian barang dan jasa untukmemenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman rumah tanggakonsumen.
B. Teori Konsumsi
1. Teori Konsumsi dari John Maynard Keynes
Keynes mengedepankan variabel utama dalam analisinyayaitu konsumsi
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan C= f(Y).Keynes mengajukan 3 asumsi pokok
secara makro dalam teorinya yaitu:
- Kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) ialah jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.
- Keynes menyatakan bahwa kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik.
- Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. (Mankiw,
2007:425-426)
Fungsi konsumsi Keynes secara makro menunjukkanhubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluarankonsumsi pada tingkat harga
konstan.Pendapatanyang adamerupakan pendapatan nasional yang terjadi atau current nationalincome.Variabel pendapatan nasional dalam fungsi
16
dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dansebagainya(Soediyono,
2000).
Sehingga secara garis besar terori konsumsi Keynesmenyatakan bahwa, (besar-kecil) konsumsi masyarakat sangatdipengaruhi oleh besarnya
pendapatan.Sedangkan unsur tabungantidak terlalu berdampak terhadap perubahan jumlah barang dan jasayang dikonsumsi masyarakat.
2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (MiltonFriedman)
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksihasil
tenaga kerja serta sumber daya ekonomi.Dalam hal ini Adam Smith
sependapatdengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapaidari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensidengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yangmelakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu negara akan
mengekspor barangtertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secaramutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlakdalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan
mutlak menurut Adam Smithmerupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa perunit dengan menggunakan sumber daya
yang lebih sedikit dibanding kemampuannegara-negara lain.
17
(permanent income) dan pendapatansementara (transitory income) dengan definisi sebagai berikut:
- Pendapatan permanen ialah pendapatan yang orang harapkan untuk terus bertahan di masa depan (Mankiw, 2003:443).
- Pendapatan sementara ialah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno dan Algifari, 1998: 72).
Selain itu, Friedman juga membagi pengeluaran konsumsimenjadi 2 yaitu:
Pengeluaran konsumsi permanen (konsumsi yangdirencanakan) Pengeluaran konsumsi sementara (konsumsi yang tidakdirencanakan)
Friedman beranggapan bahwa tidak terdapat korelasi antarapendapatan/konsumsi
sementara dengan pendapatan/konsumsipermanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatansementara. Kecenderungan mengkonsumsi dari pendapatan sementara sama dengan nol, artinya jika konsumen menerimapendapatan
sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhikonsumsi. Jika konsumen menerima pendapatan sementara yangnegatif maka tidak akan mengurangi
konsumsi (Goeritno danAlgifari, 1998:72).
Mankiw (2003:444) menyatakan, jika pendapatan sekarangsecara temporer naik di atas pendapatan permanen, kecenderunganuntuk mengkonsumsi rata-rata secara
18
Kesimpulannya, teori konsumsi dari Milton Friedmanberpikiran
bahwapendapatan permanen akan mempengaruhibesarnya jumlah
kecenderunganmengkonsumsi rata-ratamasyarakat. Kecederungan mengkonsumsi tersebut bisa sajamengarah pada jenis makanan atau non makanan bergantung
padabesar-kecilnya jumlah pendapatan yang diterima oleh masyarakat.
3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Daur/Siklus Hidup
Teori konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidupdisampaikan dikemukaan oleh
Franco Modigliani. Modiglianimenyatakan bahwa faktor sosial ekonomi seseorang sangatmempengaruhi pola konsumsi seseorang tersebut (Guritno dan
Algifari, 1998:66).
Teori ini membagi pola konsumsi seseorang menjadi 3bagian berdasarkan umur seseorang:
- Orang cenderung menerima pendapatan yang rendah pada usia muda, rasio tabungan berfluktuasi seiring dengan perkembangan umur mereka yaitu
orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving)
- Pada usia menengah pendapatan seseorang cenderung tinggi, menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka dan rendah
pada usia tua.
- Pada kategori usia tua, orang cenderung akan mengambil tabungan yang
19
Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi dantabungan secara
sistematis yang terjadi selama kehidupanseseorang menjadikan konsumen mampu menggerakkanpendapatannya ketika dalam kondisi tinggi ke kondisi yang
rendah(Mankiw, 2003:439).
Sehingga teori konsumsi dengan Hipotesis Daur Hidup dariFranco Modigliani berkesimpulann bahwa, konsumsi seseorangsangat dipengaruhi oleh kekayaan atau besarnya pendapatan yangdiperoleh. Kecenderungan mengkonsumsi nilainya
berdasarkanpada umur, selera dan tingkat bunga yang dimiliki oleh konsumen itu sendiri.
4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif
Teori konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan relative disampaikan oleh James Dusenberry.Ia menyatakan bahwapengeluaran konsumsi masyarakat ditentukan oleh tingginyapendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Jika pendapatan
bertambah maka konsumsi akan bertambah, dengan proporsitertentu. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi,dengan mengurangi besarnya
tabungan.
Jika pendapatan berkurang, konsumen akan mengurangipengeluaran konsumsinya, dengan proprosi penurunan yang lebihrendah dibandingkan
20
bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkanpertambahan tabungan
tidak terlalu besar (Soediyono, 2000).
Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsiyaitu:
- Konsumsi seseorang akan tergantung dari penghasilan saat ini dan penghasilan tertinggi tahun sebelumnya. (Ratchet Effect)
- Perilaku konsumsi seseorang akan tergantung pula dengan perilaku
konsumsi lingkungannya. (Demonstration Effect) (Guritno dan Algifari, 1998:72)
Sehingga berdasarkan uraian mengenai teori konsumsiberdasarkan hipotesis
relatif, dapat disimpulkan bahwa terdapatkaitan erat antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsimasyarakat. Konsumsi masyarakat akan meningkat selaras
denganpeningkatan pendapatan, dimana besarnya peningkatan konsumsidalam proprosi tertentu.
C. Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi ialah besarnya jumlah konsumsi yangdilakukan oleh masyarakat
sehubungan dengan tingkatpendapatannya.Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antaratingkat konsumsi dengan pendapatan (Ahmad
21
Fungsi konsumsi merupakan suatu kurva yangmenggambarkan sifat hubungan
antara tingkat konsumsi rumahtangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatandisposabel) perekonomian tersebut
(Wardayadi.http://wardayadi.wordpress.com/materi-ajar/kelas-x/konsumsi-dantabungan-dan-investasi/, Tabungan dan Investasi).
Konsep konsumsi Keynes, didasarkan pada hipotesis bahwaterdapat hubungan
empiris yang stabil antara konsumsi denganpendapatan. Bila jumlah pendapatan meningkat, maka konsumsisecara relatif akan meningkat, tapi dengan proporsi yang lebih kecildaripada kenaikan pendapatan itu sendiri. Hal ini dikarenakan
hasratkonsumsi yaitu kecenderungan konsumsi marginal atau konsumsitambahan akan menurun, jika pendapatan meningkat.
Keynes beranggapan bahwa tidak seorangpun yang akanmengkonsumsikan seluruh kenaikan pendapatannya, tapi ia jugamenganggap bahwa semakin kaya seseorang tersebut maka akansemakin berkurang konsumsinya. Anggapan
mengenai berkurangnyakecenderungan mengkonsumsi secara marginal ialah bagian pentingdalam teori keynes.Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam
persamaan:
C = a+bY
Dimana:
a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0 b = Kecenderungan konsumsi marginal
C = Tingkat konsumsi
22
Terdapat dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antarapendapatan
disposibel dengan konsumsi dan pendapatan diposibeldengan tabungan yaitu kosep kecondongan mengkonsumsi dankecondongan menabung.Hubungan tersebut dideskripsikan menjadikecenderungan mengkonsumsi, dimana
kecenderunganmengkonsumsi dibedakan menjadi kecenderungan mengkonsumsimarginal dan kencenderungan mengkonsumsi rata-rata.
Kecenderungan mengkonsumsi marginal dinyatakan sebagaiMPC (Marginal propensity to Consume) yang artinya perbandinganantara pertambahan konsumsi
(C) yang dilakukan denganpertambahan pendapatan disposibel (Yd) yang
diperoleh. Nilai MPCdihitung dengan menggunakan rumus:
MPC = �
�� (Sadono Sukirno, 2007: 94-101)
Selanjutnya kecenderungan konsumsi rata-rata dinyatakandengan APC (Average Propensity to Consume), yaitu perbandingandiantara tingkat pengeluaran
konsumsi (C) dengan tingkat pendapatandisposibel pada kegiatan konsumsi terseut dilakukan (Yd). BesarnyaAPC dihitung dengan menggunakan formula:
APC = �
�� (Sadono Sukirno, 2007: 94-101)
Di sisi yang lain, kecondongan menabung dapat dibedakanmenjadi dua yaitu kencondongan menabung marginal dankecondongan menabung rata-rata.
23
pertambahan tabungan(ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposabel (ΔYd).
Nilai MPSdapat dihitung dengan menggunakan formula:
MPS = �
�� (Sadono Sukirno, 2007: 94-101)
Kemudian kecondongan menabung rata-rata dinyatakandengan APS (Average Propensity to Save), yang mana menunjukanperbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel(Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan
menggunakan formula:(Sadono Sukirno, 2007: 94-101)
APS = � ��
D. Pola Konsumsi
1. Pengertian Pola Konsumsi
Pola konsumsi ialah kebutuhan manusia baik dalambentuk benda maupun jasa
yang dialokasikan selain untuk kepentingan pribadi juga keluarga yang didasarkan pada tata hubungan dan tanggung jawab yang dimiliki yang sifatnya terrelisasi
sebagai kebutuhan primer dan sekunder. (Singarimbun, 1978: 3)
Pola konsumsi merupakan susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi/dimakan
penduduk dalam jangka waktu tertentu.Sedangkan menurut Lie Goan Hong (2004) dalam Yulia (2010:23), dijelaskan bahwa pola konsumsi ialah berbagai
24
yang dimakan setiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas suatu
kelompok masyarakat.
Pola konsumsi juga dapat diartikan sebagai tanggapan aktif manusia terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosial yang berkaitan erat dengan kehidupan
kebudayaan masyarakat, dimana tanggapan aktif yang ada bisa dalam bentuk
pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder (Moehadi,dkk, 1981, dalam Siregar
(2009:19)).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka pola konsumsi dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi sifat kecenderungan pengeluaran keluarga
yang dipergunakan untuk kebutuhan primer maupun sekunder, pangan dan non pangan, yang merupakan tanggapan manusia terhadap lingkungan dan berkaitan
dengan kehidupan kebudayan masyarakat yang menjadi ciri khas dari kelompok masyarakat tersebut.
2. Standar Pola Konsumsi
Standar hidup ialah pedoman mengenai apa yang dipandang sebagai taraf hidup yang layak, wajar atau pantas, dan karena itu dikejar oleh perorangan atau
keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Gilarso, 2003:112). Taraf hidup yang harus dipenuhi atau dicapai oleh masyarakat mengarah pada jumlah barang
dan jasa yang dikonsumsi.Berdasarkan laporan UNDP tahun 2010, Indeks
Pembangunan Manusia di Indonesia dilihat dari dimensi standar hidup layak yang menggunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat Indonesia,
25
yakni mencapai Rp. 624,4 ribu. Data konsumsi pangan penduduk Indonesia
menurut BPS tahun 2010 dan 2011 menyebutkan, di kalangan masyarakat miskin makanan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan bukan makanan lainnya), yaitu
masing-masing sebesar 73,50 persen pada Maret 2010 dan sebesar 73,52
persen pada Maret 2011. Jenis bahan makanan yang memiliki persentase besar
dalam kebutuhan masyarakat miskin adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, bawang merah, daging ayam ras ,dan tahu. Untuk komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan, dan
angkutan.
Kegiatan masyarakat dalam mengkonsumsi bahan-bahan makanan tentunya harus
memenuhi standar protein yang diberlakukan oleh pemerintah. Makanan yang dikonsumsi harus memiliki kadar gizi yang memadai dan mampu menunjang kesehatan masyarakat. BPS pada tahun 2011 melaporkan, bahwa Rata-rata
Konsumsi Protein (gram) per Kapita per Hari Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2011 menunjukkan bahwa, rata-rata konsumsi protein masyarakat di wilayah
perkotaan 57,22% dan diwilayah pedesaaan 55,28%. Meskipun data
menunjukkan bahwa hanya kecil perbedaan rata-rata konsumsi protein antara
masyarakat diperkotaan dan pedesaan, namun tetap saja ada kecenderungan mengkonsumsi masyarakat perkotaan memiliki persentase yang lebih unggul dibandingkan masyarakat di daerah pedesaan.
26
pedesaan yang masih rendah menjadikan standar hidup masyarakat bisa saja
dikategorikan masih lemah. Pola konsumsi masyarakat berbeda antara lapisan yang satu dengan lapisan yang lainnya. Ada kecenderungan umum, bila semakin rendah kelas pengeluaran masyarakat maka alokasi pengeluarannya akan semakin
didominasi oleh konsumsi pangan.
Semakin tinggi kelas pengeluaran, maka makin besar proporsi belanja untuk konsumsi bukan makanan.
E. Masyarakat Pra Sejahtera dan Sejahtera
Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas, 2001:1011). Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan. (BKKBN,1994:5)
Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhikebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada
tuhan yang maha esa,memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.Kesejahteraan keluarga
27
nasional memberikan petujuk bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan
pada terwujudnya keluarga sebagai wahana persmian nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga serta membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan.UU No.10/1992 pasal 3
ayat 2 menyebutkan bahwa pembangunan keluarga ,kemandirian keluarga.
Indikator Keluarga Sejahterapada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang
terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator
yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan
untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup
sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga
sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.Melaksanakan ibadah menurut agama oleh
masing-masinganggota keluarga. Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali
28
rumah, bekerja, sekolah atau berpergian.Bagian yang terluas dari lantai bukan dari
tanah.Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan
sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
2. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun
4. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah 5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat
6. Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
29
9. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
3. Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik
dan sosial psikologis telah terpenuhi namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
2. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga. 3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini
dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga. 4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
5. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
6. Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah. 7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi
daerah.
4. Keluarga Sejahtera III
30
sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
F. Penelitian Terdahulu
Tabel 7. Daftar Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Alat Analisis serta Inflasi sebagai SukuBunga Deposito, dan Inflasi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
Konsumsi Masyarakat di Indonesia, sedangkan variabel Uang Kuasi memiliki
multikolinearitas yang tinggi dengan variabel Pendapatan Nasional sehingga tidak
31 keluarga, pola konsumsi
regresi linear berganda
tingkat pendapatan dan jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pola konsumsi pns di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT
3 Fitria
Pola permintaan sumber karbohidrat di Provinsi Maluku secara
umumdipengaruhi oleh pendapatan dan harga komoditas baik harga sendiri maupunharga silang dan secara spesifik untuk masing-masing komoditas
dipengaruhifaktor sosial demografi yang berbeda-beda. Komoditas yang bersifat substitusiterhadap beras dalam penelitian ini adalah komoditas sagu dan pangan lokal lain. 4 Masriyant
pendidikan kepala rumah tangga, jumlah
tanggungan, tingkat pendapatan rumah tangga dan tingkat pengeluaran cukup berarti
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung.
Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Berikut adalah metode
pengumpulan data dalam penelitian ini:
a. Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menyebarkan angket/ kuisioner yang berisi daftar pertanyaan dengan opsi jawaban semi tertutup.
b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya
jawab langsung terhadap informan untuk melengkapi data primer. Dalam penelitian ini informan yang di wawancarai antara lain :
- Kepala Keluarga yang menjadi responden - Camat
34
c. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap objek, peristiwa, gejala, proses kegiatan yang berlangsung di objek penelitian.
d. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mempelajaridan mengutip dokumen tertulis yang terdapat di kantor kecamatan, kantor desa, maupun sumber-sumber lainnya.
B. Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiyono, 2009). Variabel-variabel yang dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yang berbeda kelompok.
Tabel 7. Nama Variabel, Simbol Variabel, Ukuran, dan Sumber Data No. Nama Variabel Simbol
Variabel
Satuan Pengukuran
Sumber Data
1 Pola Konsumsi Masyarakat Desa
KMD Nominal / Interval Primer
2 Pola Konsumsi Masyarakat Kota
KMK Nominal / Interval Primer
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pra sejahtera Kelurahan
35
Sampel yang diambil adalah keluarga pra sejahtera Kelurahan Kebon Jeruk
Kecamatan Tanjung Karang Timur dan keluarga sejahtera kelurahan Perumnas Way Kandis Kecamatan Tanjung Senang di Kota Bandar Lampung. Berikut adalah tabel yang menunjukan jumlah penduduk dan rumah tangga Kelurahan
Kedaung dan Kelurahan Durian Payung.
Tabel 8. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Kelurahan
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2015
Tabel 7. menunjukan jumlah rumah tangga yang terdapat pada Kelurahan Kebon
Jeruk berjumlah 1202 dan Kelurahan Perumnas Way Kandis berjumlah 1709 rumah tangga, dengan jumlah Populasi 2911 Rumah Tangga.
D. Metode Penentuan Besaran Sampel
Penentuan jumlah sample dilakukan dengan mengestimasikan proporsi (Nazir,
2005) dengan rumus berikut:
36
Dalam penelitian ini, Bound of error yang digunakan adalah 0,1 pada tingkat kepercayaan 90%. Dalam survey ini peneliti tidak mengetahui p, biasanya p ini
diketahui dari hasil survey sebelumnya. Jika ini juga tidak ada maka p dianggap 0,0 5 (Nazir, 2005:344).
Tabel 9. Perhitungan Sampel
Daerah Sampel N P N.P
Kebon Jeruk 1202 0.05 60.1
Perumnas Way Kandis 1709 0.05 85.45
2911 145.55
Sumber: Hasil Perhitungan, 2015
Berdasarkan rumus tersebut maka besarnya sampel adalah :
n = 2911.145.55 0,5 2911.0,025 +(14.55.0,5)
n = 21184 .8 80.05
n = 264,63
Besarnya sampel masing-masing daerah adalah:
n1 = 1202
2911x246,43 = 109,27
Kelurahan Kebon Jeruk mempunyai sampel 109 Rumah Tangga
n2 = 1709
2911x246,43 = 155,36
Kelurahan Perumnas Way Kandis mempunyai sampel 155 Rumah Tangga
37
mengambil 109 rumah tangga untuk setiap kelurahan yang dijadikan objek
penelitian.
E. Metode Pengolahan Data
1. Editing adalah proses pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data yang diantaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan
kelengkapan isian kuesioner, sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti.
2. Entry data yaitu memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas dengan menggunakan sistem atau program SPSS for Windows versi 17.0.
F. Metode Analisis
Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode analisis deskriptif-kuantitatif dengan menggunakan teori-teori dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Model analisis yang digunakan untuk meneliti perbedaan pola
konsumsi masyarakat perdesaan dengan masyarakat perkotaan di Bandar
Lampung adalah analisis uji beda atau yang lebih dikenal dengan paired sample t-test.
Penggunaan paired sample t-test untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi masyarakat perdesaan dengan masyarakat perkotaan di Bandar Lampung, dengan
38
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model penelitian variabel
terdistribusi secara normal normal atau tidak. Model yang baik adalah model yang
memiliki distribusi nilai residual normal atau mendekati normal (Ghozali, 2009). Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan pengujian One-Sample Kolmogorov Smirnov test.
2. Paired Sample T-test
Paired-Samples T Test merupakan prosedur yang digunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Artinya pula analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan. Paired-Sample T Test adalah analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh, maka perbedaan
rata-rata adalah nol. Sampel berpasangan merupakan subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda. Rumus perhitungannya adalah (Nachrowi, 2006):
dimana :
x1 = Rata-rata sampel 1
x2 = Rata-rata sampel 2
S1 = Simpangan baku sampel 1
S2 = Simpangan baku sampel 2
S11 = Varians sampel 2
39
r = korelasi antar dua sampel
Analisis Uji Beda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara 2 objek yang dibandingkan pada 1 variabel yang sama, Untuk memudahkan perhitungan, maka seluruh perhitungan dilakukan dengan bantuan
komputer program SPSS 18.0 for windows sehingga tidak diperlukan melakukan perbandingan antara hasil penelitian dengan tabel statistik karena dari out put komputer dapat diketahui besarnya nilai P diakhir semua teknik statistik yang diuji, dengan uji signifikansi sebagai berikut:
- Jika signifikansi (2 tailed) pada tabel paired sample test > 0.05 maka tidak terdapat perbedaan antar variabel
- Jika signifikansi (2 tailed) pada tabel paired sample test < 0.05 maka
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola
konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga di Kelurahan Kebon Jeruk dan Kelurahan Perumnas Way Kandis, dalam proses mendapatkan sampel
penelitian dilakukan penyebaran kuesioner sebanyak 109 kuesioner untuk masing-masing kelurahan, berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
Nilai signifikan uji beda pendapatan dan pola konsumsi Kelurahan Kebon Keruk dengan pendapatan dan pola konsumsi Kelurahan Perumnas Way Kandis yang
berada di bawah 0,05 > 0,000, sehingga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari pola konsumsi Kelurahan Kebon Jeruk dengan pola konsumsi Kelurahan Perumnas Way Kandis, sehingga hipotesis yang berbunyi terdapat
perbedaan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung diterima.
Dapat terlihat dari tabel 34 bahwa terdapat perbedaan pola konsumsi mulai dari konsumsi makanan, konsumsi masyarkat Kelurahan Kebon Jeruk lebih besar dari Kelurahan Perumnas Way Kandis yaitu sebesar 34,55% dengan 64,58%.
60
Way Kandis lebih besar yaitu sebesar 5,59 %, sedangkan Kelurahan Kebon Jeruk
hanya sebesar 0.52%. Setelah itu dapat dilihat dari konsumsi keperluan rumah tangga Kelurahan Perumnas Way Kandis lebih besar dibandingkan dengan
Kelurahan Kebon Jeruk yaitu antara 12,03% dan 5,84%. Terlihat perbedaan juga dari konsumsi kesehatan/kebersihan yang memiliki perbandingan antara
Kelurahan Perumnas Way Kandis dan Kelurahan Kebon Jeruk yaitu sebesar 4,80 % dan 2,02%, lalu diihat dari konsumsi masyarakat dalam dunia pendidikan yang memiliki perbandingan yang tidak jauh antara dua Kelurahan tersebut yaitu
sebesar 6,96% dan 7,76%. Konsumsi selanjutnya adalah perumahan, Kelurahan Kelurahan Kebon Jeruk lebih besar dibandingkan dengan Kelurahan Kebon Jeruk
yaitu antara 1,49% dan 0,00%, lanjut dilihat dari konsumsi transportasi disini masyarakat Kelurahan Kebon Jeruk memiliki pengeluaran yang lebih besar dibanding Kelurahan Perumnas Way Kandis yaitu sebesar 5,62% dan 19,04%,
lanjut kembali dapat dilihat konsmumsi utuuk keperluan rekreasi perbandingan yang terjadi adalah 7,19% untuk Kelurahan Perumnas Way Kandis sedangkan Kelurahan Kebon Jeruk hanya sebesar 0,24%. Terakhir dapat dilihat dari
konsumsi Tabungan untuk masyarakat Kelurahan Perumnas Way Kandis menduduki konsumsi yang lebih besar dibanding Kelurahan Kebon Jeruk yaitu
perbandingan antara 21,73% dan 0,00%.
Berdasarkan dari hasil penelitian terbukti bahwa terdapat perbedaan besarnya pengeluaran rata-rata per bulan untuk keuarga masing-masing Kelurahan
61
B. Saran
1. Pemerintah pusat hendaknya tidak menarik subsidi untuk Bahan bakar minyak karena dari hasil penelitian, masyarakat pra sesejahtera
mengeluarkan 5,62% dari total konsumsi untuk konsumsi transportasi,
meskipun terlihat besar, tetapi pengeluaran ini lebih kecil dibandingkan konsumsi transportasi masyarakat pra sejahtera yang mengeluarkan
19,04% dari total konsumsi. Sehingga dalam hal ini dapat diketahui bahwa masyarakat pra sejahtera masih sangat sulit untuk mengatur pengeluaran
konsumsi nya khususnya dalam hal bahan bakar minyak mereka masih mengeluarkan 20% pendapatan nya hanya untuk BBM saja, oleh karena itu penulis berharap pemerintah dapat memberikan subsidi yang lebih
besar yang diberikan hanya untuk masyarakat Pra Sejahtera.
2. Pemerintah kota Bandar Lampung diharapkan dapat memberikan
penyuluhan tentang pentingnya menabung bagi masa depan keluarga, karena dengan menabung terpenuhinya hidup sederhana dengan cara
membeli barang-barang yang dibutuhkan bukan hanya menghamburkan uang dengan percuma.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menambahkan variabel lain yang diduga menjadi pembeda masyarakat pra sejahtera dan sejahtera seperti
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Pembangunan, Graha Ilmu,Yogyakarta.
Arsyad, Lincolin, 2010. Ekonomi Pembangunan, Ed. 5, Yogyakarta : STIE YKPN BPFE.
Baiquni, M. 2004. Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran-Otonomi di Wilayah Kepulauan. Yogyakarta : Ide As dan PKPEK.
BKKBN, 1994. Pendataan Keluarga
(http://www.bkkbn.go.id/privince/yogya/MENU 04.htm).
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE-UGM
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi IV. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gilarso, T. SJ ; 2003. Pengantar ilmu Ekonomi Mikro. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometric, (Fourth edition), USA, Mc Graw-Hill Internatonal.
Gujarati, Damodar. 2006. Basic Econometrics. McGraw-Hill
Hanantijo, GM Djoko.2013. Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Paper. Universitas Surakarta
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.
Koutsoyiannis, A.1985. Theory of Econometrics, Five Edition, MacMillan Publishers Ltd., Hongkong.
Laporan Perekonomian Indonesia Tahunan. berbagai edisi, BPS, Jakarta.
Mankiw, N. Gregory.2007.Makroekonomi”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Masriyanti. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kondisi kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan. Skrispi.Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
Nababan. Septia S.M. 2013. Pendapatan Dan Jumlah Tanggungan Pengaruhnya Terhadap Pola Konsumsi Pns Dosen Dan Tenaga Kependididkan Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 2130-2141.
Nazir. Moh. 2005, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Purba, Viktor, 2002 “Kontrak Jual Beli Barang Internasional (Konvensi Vienna 1980).” Tesis. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Pusposari. Fitria.2012. Analisis Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Provinsi Maluku. Tesis. Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik. Universitas Indonesia
Rahardja, Prathama.2004.Teori ekonomi makro: suatu pengantar”, Edisi kedua, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.
Sigit Winarno, Sujana Ismaya. (2007). Kamus Besar Ekonomi . Bandung: Pustaka Grafika.
Siregar, Khairani. 2009. Analisis determinan konsumsi masyarakat Di Indonesia.
Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan
Soedjono, D. (2000). Sosiologi Untuk Ilmu Hukum Bandung: Tarsito.
Soediyono. 2000. Ekonomi Makro; Analisa IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregatif. Yogyakarta : LIBERTY
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sudibyo, Bambang dkk, 1995, Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Yogyakarta : Bagian Penerbitan Aditya Media.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Sukirno, Sadono, 2001. Ekonomi Pembangunan, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia, Bima Grafika.
Sukirno, Sadono, 2005. Mikroekonomi Teori Pengatar. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suparmoko, 2002, Pengantar Ekonomi Makro. UGM, Yogyakarta.
Umar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Teknik Menganilisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Yulia Fatma.2010. Pola Konsumsi dan Gaya Hidup Sebagai Faktor resiko Terjadinya Hipertensi Pada Nelayan Di Kabupaten Bintan, Provinsi kepualauan Riau Tahun 2009. Tesis. Yogyakarta: UGM
www.bps.go.id.2013
http://finance.detik.com
Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005. 2015 www.fiskal.depkeu.go.id
http://www. Philstar.com
http://www.oecd.org/site/seao/Pocket%20Edition%20SAEO2014.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Enhanced_oil_recovery
http://bisnis.liputan6.com/read/681010/