• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Grafik 2.1

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

2. Perkembangan Makroekonomi

Terkini

Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2006 masih belum tumbuh sesuai dengan yang diharapkan. Percepatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat berjalan dengan baik ternyata banyak mengalami kendala berupa masih rendahnya permintaan domestik, iklim investasi yang belum membaik, serta masih belum optimalnya pengeluaran Pemerintah. Sumber utama pertumbuhan ekonomi dalam triwulan ini adalah membaiknya kinerja ekspor. Peningkatan ekspor ditengah impor yang menurun menyebabkan neraca berjalan mencatat surplus. Sementara itu, di sisi neraca modal dan finansial juga mencatat surplus walaupun terjadi aliran modal keluar (portfolio investment) sejak pertengahan Mei 2006. Kinerja neraca pembayaran tersebut mengakibatkan nilai tukar secara fundamental menguat, meskipun pada pertengahan Mei sedikit mengalami tekanan akibat faktor eksternal berupa kenaikan suku bunga Fed. Penguatan nilai tukar tersebut memberikan kontribusi yang positif pada inflasi pada triwulan laporan. Inflasi selama triwulan II tetap terjaga dan cenderung menurun. Pada posisi akhir triwulan, inflasi IHK tercatat sebesar 15,53% atau terus menurun dibandingkan dengan akhir tahun 2005 sebesar 17,11%.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2006 diperkirakan berada pada kisaran Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2006 diperkirakan berada pada kisaranPertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2006 diperkirakan berada pada kisaran Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2006 diperkirakan berada pada kisaran Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2006 diperkirakan berada pada kisaran 4,6 √ 5,1% (y-o-y)

4,6 √ 5,1% (y-o-y)4,6 √ 5,1% (y-o-y) 4,6 √ 5,1% (y-o-y)

4,6 √ 5,1% (y-o-y). Meskipun meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini masih lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi permintaan, lebih rendahnya pertumbuhan tersebut sebagai akibat relatif rendahnya permintaan agregat terkait dengan konsumsi masyarakat yang masih rendah, investasi yang belum meningkat karena iklim investasi yang masih belum kondusif, serta pengeluaran Pemerintah yang belum optimal dalam memberikan stimulus bagi perekonomian. Sementara itu, ekspor neto meningkat cukup besar yang disebabkan oleh peningkatan kinerja ekspor dan penurunan impor. Di sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan terutama terjadi di sektor industri pengolahan yang berorientasi pasar domestik; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor bangunan; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi perlambatan, yaitu daya beli masyarakat yang masih lemah, kenaikan biaya produksi, dan suku bunga kredit yang relatif masih tinggi.

-20,00 -15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00

Persen (y-o-y)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

PDB 1993 PDB 2000

(2)

Permintaan Agregat

Konsumsi rumah tangga pada Konsumsi rumah tangga padaKonsumsi rumah tangga pada Konsumsi rumah tangga padaKonsumsi rumah tangga pada triwulan II-2006 diperkirakan triwulan II-2006 diperkirakantriwulan II-2006 diperkirakan triwulan II-2006 diperkirakantriwulan II-2006 diperkirakan masih akan melambat, masih akan melambat,masih akan melambat, masih akan melambat,masih akan melambat, tumbuh sekitar 3.0-3.5 % (y-tumbuh sekitar 3.0-3.5 % (y-tumbuh sekitar 3.0-3.5 % (y-tumbuh sekitar 3.0-3.5 % (y-tumbuh sekitar 3.0-3.5 % (y-o-y)

o-y)o-y)

o-y)o-y), sedikit lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya atau relatif sama dengan triwulan I-2006. Pada triwulan II-2006, penyebab perlambatan laju pertumbuhan konsumsi masih berasal dari belum pulihnya daya beli masyarakat untuk mengimbangi kenaikan harga-harga akibat dampak kenaikan BBM pada triwulan IV-2005, meskipun pada triwulan II-2006 tekanan harga tersebut mulai berkurang.

Perlambatan pertumbuhan konsumsi dikonfirmasi oleh beberapa Perlambatan pertumbuhan konsumsi dikonfirmasi oleh beberapa Perlambatan pertumbuhan konsumsi dikonfirmasi oleh beberapa Perlambatan pertumbuhan konsumsi dikonfirmasi oleh beberapa Perlambatan pertumbuhan konsumsi dikonfirmasi oleh beberapa indikator dan survei.

indikator dan survei. indikator dan survei. indikator dan survei.

indikator dan survei. Beberapa indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga menunjukkan penurunan, diantaranya pembelian mobil, kendaraan bermotor, penjualan barang elektronik, impor barang konsumsi, dan konsumsi listrik rumah tangga (Grafik 2.2). Sementara itu, indikator moneter dan perbankan yang terkait dengan konsumsi rumah tangga juga masih menunjukkan kecenderungan yang menurun, antara lain pertumbuhan uang kartal riil dan pertumbuhan kredit.

Pertumbuhan investasi dalam triwulan II-2006 diperkirakan masih Pertumbuhan investasi dalam triwulan II-2006 diperkirakan masih Pertumbuhan investasi dalam triwulan II-2006 diperkirakan masih Pertumbuhan investasi dalam triwulan II-2006 diperkirakan masih Pertumbuhan investasi dalam triwulan II-2006 diperkirakan masih melambat, hanya sebesar 1.4-1.9% (y-o-y)

melambat, hanya sebesar 1.4-1.9% (y-o-y) melambat, hanya sebesar 1.4-1.9% (y-o-y) melambat, hanya sebesar 1.4-1.9% (y-o-y)

melambat, hanya sebesar 1.4-1.9% (y-o-y), lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan investasi terutama bersumber dari investasi nonbangunan yang terus menurun sejak pertengahan 2005. Faktor yang mempengaruhi yaitu permintaan/konsumsi yang masih lemah sebagai dampak dari daya beli yang masih rendah serta faktor-faktor pendukung yang kurang kondusif, seperti iklim investasi yang belum membaik dan lambatnya realisasi peningkatan perbaikan infrastruktur.

Ekspor barang dan jasa pada triwulan II-2006 diperkirakan Ekspor barang dan jasa pada triwulan II-2006 diperkirakan Ekspor barang dan jasa pada triwulan II-2006 diperkirakan Ekspor barang dan jasa pada triwulan II-2006 diperkirakan Ekspor barang dan jasa pada triwulan II-2006 diperkirakan tumbuh sekitar 11.8-12.3%,

tumbuh sekitar 11.8-12.3%, tumbuh sekitar 11.8-12.3%, tumbuh sekitar 11.8-12.3%,

tumbuh sekitar 11.8-12.3%, terutama di dorong oleh peningkatan kinerja ekspor nonmigas. Pada triwulan II-2006, beberapa komponen ekspor nonmigas khususnya mineral dan industri pengolahan diperkirakan masih akan mengalami peningkatan. Untuk kelompok mineral, peningkatan terutama

% (y-o-y)

2004* 2005* 2006 **

I II III IV I II III IV I Total

% (y-o-y)

Tabel 2.1

Pertumbuhan PDB Sisi Permintaan

Sektor

3. Pemerintah 12,48 6,82 -1,81 0,39 -9,60 -6,67 14,69 29,98 50,9 - 51,4 27,0 - 28,0

4. Investasi 4. Investasi 4. Investasi 4. Investasi

4. Investasi 11,4311,4311,4311,4311,43 28,8328,8328,8328,8328,83 11,0211,0211,0211,0211,02 27,8927,8927,8927,8927,89 25,8625,8625,8625,8625,86 21,1221,1221,1221,1221,12 14,2814,2814,2814,2814,28 -9,44-9,44-9,44-9,44-9,44

5. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 10,46 14,12 17,36 16,08 14,11 15,58 9,37 1,78 4,0 - 4,5 7,7 - 8,7

6. Perubahan stok -45,16 -31,58 -81,55 552,88 131,38 -107,06 -40,60 -156,87

Diskrepansi statistik 1) 56,97 178,77 126,50 -36,05 88,12 230,83 174,14 20,95

Permintaan Domestik ( 1 + 4 )

Ekspor Neto ( 7 - 8 ) -25,96-25,96-25,96-25,96-25,96 -36,89-36,89-36,89-36,89-36,89 -7,72-7,72-7,72-7,72-7,72 -5,75-5,75-5,75-5,75-5,75 -17,44-17,44-17,44-17,44-17,44 -14,98-14,98-14,98-14,98-14,98 -16,92-16,92-16,92-16,92-16,92 23,2923,2923,2923,2923,29

7. Ekspor barang dan jasa 4,97 5,17 21,96 22,18 11,80 11,19 4,76 7,41 7,7 - 8,2 9,0 - 10,0

8. Dikurangi impor barang dan jasa 16,72 26,68 33,46 31,16 18,84 17,86 10,56 3,74 2,0 - 2,5 7,9 - 8,9

9. PRODUK DOMESTIK BRUTO 9. PRODUK DOMESTIK BRUTO 9. PRODUK DOMESTIK BRUTO 9. PRODUK DOMESTIK BRUTO

9. PRODUK DOMESTIK BRUTO 4,104,104,104,104,10 4,364,364,364,364,36 4,634,634,634,634,63 7,137,137,137,137,13 6,256,256,256,256,25 5,635,635,635,635,63 5,635,635,635,635,63 4,904,904,904,904,90 4,3 - 4,84,3 - 4,84,3 - 4,84,3 - 4,84,3 - 4,8 5,0 - 5,75,0 - 5,75,0 - 5,75,0 - 5,75,0 - 5,7 * Angka Sementara

* * Proyeksi

Sumber : BPS (diolah)1) Selisih antara PDB menurut sektoral dan penggunaan

Grafik 2.2

Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga dan Penjualan Mobil

2002 2003 2004 2005 2006

gMobil gKonsRT (rhs)

Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Jun Indeks Keyakinan konsumen

(3)

berasal dari ekspor batubara, tembaga dan aluminium sebagai akibat dari permintaan dunia yang meningkat yang masih dapat diikuti oleh peningkatan produksi dalam negeri. Sementara itu untuk produk manufaktur, peningkatan ekspor terutama terjadi pada produk minyak kelapa sawit, karet dan kertas. Peningkatan ekspor nonmigas dikonfirmasi oleh indikator ekspor seperti peningkatan laju pertumbuhan nilai ekspor Indonesia ke Cina pada bulan Mei, sementara itu laju pertumbuhan nilai ekspor Indonesia ke Jepang hingga bulan Mei mengalami penurunan.

Pada triwulan II-2006 pertumbuhan impor barang dan jasa Pada triwulan II-2006 pertumbuhan impor barang dan jasa Pada triwulan II-2006 pertumbuhan impor barang dan jasa Pada triwulan II-2006 pertumbuhan impor barang dan jasa Pada triwulan II-2006 pertumbuhan impor barang dan jasa diperkirakan masih akan melambat dibandingkan triwulan yang diperkirakan masih akan melambat dibandingkan triwulan yang diperkirakan masih akan melambat dibandingkan triwulan yang diperkirakan masih akan melambat dibandingkan triwulan yang diperkirakan masih akan melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 2.8 √ 3.3% sama tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 2.8 √ 3.3% sama tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 2.8 √ 3.3% sama tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 2.8 √ 3.3% sama tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 2.8 √ 3.3% (y-o-y)

y) y) y)

y). Di sisi permintaan, perlambatan laju pertumbuhan impor sejalan dengan perlambatan pertumbuhan permintaan domestik terutama investasi. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan sisi penawaran terutama terlihat di industri pengolahan yang tumbuh melambat sebagai akibat dari menurunnya permintaan domestik

Selama triwulan II-2006 (s.d. Mei), operasi keuangan pemerintah memberikan dampak Selama triwulan II-2006 (s.d. Mei), operasi keuangan pemerintah memberikan dampakSelama triwulan II-2006 (s.d. Mei), operasi keuangan pemerintah memberikan dampak Selama triwulan II-2006 (s.d. Mei), operasi keuangan pemerintah memberikan dampak Selama triwulan II-2006 (s.d. Mei), operasi keuangan pemerintah memberikan dampak stimulus kepada sektor riil yang lebih besar dari tahun sebelumnya, namun masih stimulus kepada sektor riil yang lebih besar dari tahun sebelumnya, namun masihstimulus kepada sektor riil yang lebih besar dari tahun sebelumnya, namun masih stimulus kepada sektor riil yang lebih besar dari tahun sebelumnya, namun masih stimulus kepada sektor riil yang lebih besar dari tahun sebelumnya, namun masih lebih rendah dari perkiraan sebelumnya

lebih rendah dari perkiraan sebelumnyalebih rendah dari perkiraan sebelumnya lebih rendah dari perkiraan sebelumnya

lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Peningkatan dampak stimulus tersebut terkait dengan meningkatnya pengeluaran Pemerintah baik untuk konsumsi dan investasi. Konsumsi Pemerintah meningkat 110% (secara nominal) didorong oleh penyaluran dana bagi hasil (DBH) ke pemerintah daerah dan belanja barang. Sementara itu, investasi Pemerintah meningkat lebih tinggi lagi, mencapai 200% (secara nominal) didorong oleh Belanja Modal dan DBH. Peningkatan kontribusi Pemerintah pada sektor riil juga terjadi melalui pengeluaran transfer, khususnya berupa Subsidi Langsung Tunai(SLT) dan Bantuan Sosial. Transfer Pemerintah ke sektor riil pada periode laporan lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya karena menurunnya pembayaran subsidi. Sementara itu, transfer yang langsung berdampak ke masyarakat dan bantuan sosial dalam bentuk asuransi kesehatan dan asuransi pendidikan yang dalam tahun sebelumnya tidak ada, dalam periode laporan direalisasikan sebesar Rp6 triliun pada bulan Grafik 2.4

2002 2003 2004 2005 2006

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

A. Pendapatan Negara dan HibahPendapatan Negara dan HibahPendapatan Negara dan HibahPendapatan Negara dan HibahPendapatan Negara dan Hibah 103,9103,9103,9103,9103,9 40,540,540,540,540,5 55,555,555,555,555,5 199,9199,9199,9199,9199,9 6,66,66,66,66,6 32,032,032,032,032,0 I.I.I.I.I. Penerimaan Dalam NegeriPenerimaan Dalam NegeriPenerimaan Dalam NegeriPenerimaan Dalam NegeriPenerimaan Dalam Negeri 103,7103,7103,7103,7103,7 40,240,240,240,240,2 55,455,455,455,455,4 199,3199,3199,3199,3199,3 6,66,66,66,66,6 32,132,132,132,132,1

1. Penerimaan Perpajakan 88,6 31,5 34,1 154,1 5,1 37,0

2. Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) 15,1 8,8 21,4 45,2 1,5 22,0

II.

B. Belanja NegaraBelanja NegaraBelanja NegaraBelanja NegaraBelanja Negara 99,399,399,399,399,3 37,837,837,837,837,8 56,556,556,556,556,5 193,6193,6193,6193,6193,6 6,46,46,46,46,4 29,929,929,929,929,9 I.I.I.I.I. Belanja Pemerintah PusatBelanja Pemerintah PusatBelanja Pemerintah PusatBelanja Pemerintah PusatBelanja Pemerintah Pusat 50,150,150,150,150,1 24,324,324,324,324,3 30,330,330,330,330,3 104,6104,6104,6104,6104,6 3,43,43,43,43,4 24,524,524,524,524,5

1. Belanja Pegawai dan Barang 19,6 7,7 10,2 37,5 1,2 27,7

2. Belanja Modal 3,5 2,9 3,7 10,1 0,3 16,1

3. Pembayaran Bunga Utang 16,7 6,1 4,8 27,6 0,9 36,1

4. Subsidi 0,4 2,6 3,4 6,4 0,2 8,0

5. Bantuan Sosial (termasuk hibah) 4,3 3,0 1,6 8,9 0,3 24,1

6. Belanja lain 5,6 1,9 6,6 14,1 0,5 38,7

II. Anggaran Belanja Untuk Daerah II. Anggaran Belanja Untuk Daerah II. Anggaran Belanja Untuk Daerah II. Anggaran Belanja Untuk Daerah

II. Anggaran Belanja Untuk Daerah 49,349,349,349,349,3 13,513,513,513,513,5 26,226,226,226,226,2 89,089,089,089,089,0 2,92,92,92,92,9 40,440,440,440,440,4

1. Dana Perimbangan 48,8 13,5 26,2 88,4 2,9 40,8

a. Dana Bagi Hasil 0,7 1,1 13,7 15,4 0,5 26,0

b. Dana Alokasi Umum 48,1 12,1 12,0 72,3 2,4 49,6

c. Dana Alokasi Khusus 0,0 0,3 0,5 0,7 0,0 6,5

2. Dana Otnm Khs & Penyesuaian 0,5 0,0 0,0 0,6 0,0 16,7

C. C.C. C.

C. Keseimbangan PrimerKeseimbangan PrimerKeseimbangan PrimerKeseimbangan PrimerKeseimbangan Primer 21,321,321,321,321,3 8,88,88,88,88,8 3,93,93,93,93,9 33,933,933,933,933,9 1,11,11,11,11,1 D.

D.D. D.

D. Surplus/(Defisit) (Overall Balance)Surplus/(Defisit) (Overall Balance)Surplus/(Defisit) (Overall Balance)Surplus/(Defisit) (Overall Balance)Surplus/(Defisit) (Overall Balance) 4,64,64,64,64,6 2,72,72,72,72,7 (1,0)(1,0)(1,0)(1,0)(1,0) 6,36,36,36,36,3 0,20,20,20,20,2

Perbedaan Statistik 20,3 4,7 (14,7) 10,3

(4)

Mei. Realisasi Belanja Modal pada lima bulan pertama ini baru mencapai 10% dari APBN (bila dimasukkan Rp3,7 triliun carry-over dari tahun 2005 maka menjadi 16,1% dari APBN), lebih rendah dari pola historis, yaitu sekitar 17% dari APBN. Belanja Lainnya juga masih rendah, yakni baru terealisir sekitar 4% dari anggarannya (bila dimasukkan carry over sebesar Rp2,3 triliun dan Subsidi Langsung Tunai sebesar Rp11 triliun maka akan menjadi 38,7% dari APBN), lebih rendah dari pola historis sekitar 30% dari APBN (Tabel 2.2).

Penawaran Agregat

Searah dengan perlambatan laju pertumbuhan di sisi permintaan, di sisi penawaran Searah dengan perlambatan laju pertumbuhan di sisi permintaan, di sisi penawaran Searah dengan perlambatan laju pertumbuhan di sisi permintaan, di sisi penawaran Searah dengan perlambatan laju pertumbuhan di sisi permintaan, di sisi penawaran Searah dengan perlambatan laju pertumbuhan di sisi permintaan, di sisi penawaran PDB sektoral diperkirakan juga mengalami perlambatan

PDB sektoral diperkirakan juga mengalami perlambatan PDB sektoral diperkirakan juga mengalami perlambatan PDB sektoral diperkirakan juga mengalami perlambatan

PDB sektoral diperkirakan juga mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi pada hampir seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor pertanian dan sektor pertambangan (Tabel 2.3). Faktor yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi tersebut masih dipengaruhi oleh lemahnya permintaan domestik sebagai akibat dari daya beli masyarakat yang masih lemah dan biaya produksi meningkat. Kondisi ini mendorong produsen melakukan upaya meningkatkan efisiensi, menyesuaikan harga, sebagian produsen juga menurunkan penggunaan kapasitas, dan sebagian produsen mengalihkan sebagian produknya ke pasar ekspor. Di sektor pertanian, peningkatan pertumbuhan di sektor ini, terutama di sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor perkebunan, lebih dipengaruhi oleh musim yang mendukung dan bertambahnya luas areal panen. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan di sektor pertambangan terjadi searah dengan tingginya permintaan beberapa produk tambang nonmigas di pasar dalam dan luar negeri.

Sampai dengan triwulan II-2006, pembentukan PDB Indonesia secara sektoral masih Sampai dengan triwulan II-2006, pembentukan PDB Indonesia secara sektoral masih Sampai dengan triwulan II-2006, pembentukan PDB Indonesia secara sektoral masih Sampai dengan triwulan II-2006, pembentukan PDB Indonesia secara sektoral masih Sampai dengan triwulan II-2006, pembentukan PDB Indonesia secara sektoral masih didominasi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian

didominasi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian didominasi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian didominasi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian

didominasi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian. Namun, pertumbuhan sektor industri pengolahan dan industri perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan melambat pada triwulan II-2006 akibat masih lemahnya daya beli masyarakat. Jika dilihat dari kontribusinya, sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2006, seperti terlihat dari meningkatnya produksi batu bara, tembaga, dan aluminium, yang merupakan respon dari tingginya permintaan di pasar dalam dan luar negeri.

Sektor industri pengolahan Sektor industri pengolahanSektor industri pengolahan Sektor industri pengolahanSektor industri pengolahan pada triwulan II-2006 pada triwulan II-2006pada triwulan II-2006 pada triwulan II-2006pada triwulan II-2006 diperkirakan mengalami diperkirakan mengalamidiperkirakan mengalami diperkirakan mengalamidiperkirakan mengalami tekanan yang cukup berat tekanan yang cukup berattekanan yang cukup berat tekanan yang cukup berattekanan yang cukup berat sehingga diperkirakan sehingga diperkirakansehingga diperkirakan sehingga diperkirakansehingga diperkirakan tumbuh melambat dari tumbuh melambat daritumbuh melambat dari tumbuh melambat daritumbuh melambat dari 4,94% pada triwulan II-2005 4,94% pada triwulan II-20054,94% pada triwulan II-2005 4,94% pada triwulan II-20054,94% pada triwulan II-2005 menjadi 1,7-2,7% pada menjadi 1,7-2,7% padamenjadi 1,7-2,7% pada menjadi 1,7-2,7% padamenjadi 1,7-2,7% pada (persen)

2004* 2005** 2006***

I II III IV Total I II III IV Total I II 1)

Tabel 2.3

Pertumbuhan dan Kontribusi PDB Sektoral

Sektor

1. Pertanian 5,32 3,39 2,84 1,27 3,26 1,10 0,92 2,95 5,46 2,49 3,92 3,4-4,4

2. Pertambangan & Penggalian -9,65 -8,63 -5,67 6,93 -4,48 4,06 -0,53 1,01 1,92 1,59 7,02 8,8-9,8

3. Industri Pengolahan 5,93 7,19 4,99 7,43 6,38 6,31 4,94 4,46 2,91 4,63 2,01 1,7-2,7

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,78 6,17 3,20 6,81 5,22 6,36 6,86 6,60 6,13 6,49 5,21 5,4-6,4

5. Bangunan 7,75 7,16 7,46 7,59 7,49 7,42 8,23 6,91 6,86 7,34 7,18 6,5-7,5

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,80 4,02 6,61 9,23 5,69 9,88 10,01 8,65 6,01 8,59 4,19 3,5-4,5

7. Pengangkutan dan Komunikasi 13,37 13,82 14,06 12,37 13,38 14,27 14,10 12,99 10,78 12,97 10,99 11,1-12,1

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa 6,70 5,85 8,43 9,77 7,70 6,66 8,86 7,86 5,21 7,12 5,11 3,5-4,5

9. Jasa-jasa 4,93 5,05 4,43 4,98 4,85 4,64 4,43 5,58 5,97 5,16 5,44 5,3-6,3

PDB PDBPDB

(5)

triwulan II-2006 triwulan II-2006triwulan II-2006 triwulan II-2006

triwulan II-2006. Perlambatan pertumbuhan di sektor ini terjadi pada hampir semua sub sektor industri pengolahan, terutama yang berorientasi pada pasar domestik. Perlambatan pertumbuhan dipacu oleh turunnya permintaan domestik sebagai akibat dari masih lemahnya daya beli yang tercermin dari penurunan konsumsi barang-barang durabel, dan di sisi lain, biaya produksi yang meningkat. Kondisi ini memaksa sebagian produsen memangkas sebagian produksinya. Faktor lain adalah suku bunga kredit/pembiayaan yang masih tinggi yang menjadi disinsentif bagi konsumen untuk membeli hasil produksi sektor industri dalam bentuk barang durabel. Penurunan di sektor industri pengolahan juga berdampak pada perlambatan pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh melambat, yakni Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh melambat, yakniSektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh melambat, yakni Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh melambat, yakni Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh melambat, yakni dari 10,01% pada triwulan II-2005 menjadi 3,5-4,5% pada triwulan II-2006 dari 10,01% pada triwulan II-2005 menjadi 3,5-4,5% pada triwulan II-2006dari 10,01% pada triwulan II-2005 menjadi 3,5-4,5% pada triwulan II-2006 dari 10,01% pada triwulan II-2005 menjadi 3,5-4,5% pada triwulan II-2006 dari 10,01% pada triwulan II-2005 menjadi 3,5-4,5% pada triwulan II-2006. Faktor penyebab perlambatan masih terkait dengan lemahnya daya beli masyarakat. Indikasi perlambatan antara lain tercermin pada masih rendahnya indeks ketepatan waktu membeli barang durabel hasil Survei Konsumen, penurunan Indeks Riil Penjualan Eceran, penurunan penjualan mobil, motor, dan elektronik, penurunan jumlah kunjungan turis, serta penurunan tingkat hunian hotel.

Sektor pertanian diperkirakan tumbuh meningkat, dari 0,92% pada triwulan II-Sektor pertanian diperkirakan tumbuh meningkat, dari 0,92% pada triwulan II-Sektor pertanian diperkirakan tumbuh meningkat, dari 0,92% pada triwulan Sektor pertanian diperkirakan tumbuh meningkat, dari 0,92% pada triwulan Sektor pertanian diperkirakan tumbuh meningkat, dari 0,92% pada triwulan II-2005 menjadi 3,4-4,4% pada triwulan II-2006.

2005 menjadi 3,4-4,4% pada triwulan II-2006. 2005 menjadi 3,4-4,4% pada triwulan II-2006. 2005 menjadi 3,4-4,4% pada triwulan II-2006.

2005 menjadi 3,4-4,4% pada triwulan II-2006. Peningkatan produksi di sektor ini antara lain terjadi pada sub sektor tanaman bahan makanan (terutama padi) dan perkebunan. Faktor yang mempengaruhi kenaikan produksi di sub sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan antara lain adalah bertambahnya luas areal panen dan musim yang relatif mendukung.

Sektor pertambangan diperkirakan tumbuh meningkat, dari -0,53% pada triwulan Sektor pertambangan diperkirakan tumbuh meningkat, dari -0,53% pada triwulanSektor pertambangan diperkirakan tumbuh meningkat, dari -0,53% pada triwulan Sektor pertambangan diperkirakan tumbuh meningkat, dari -0,53% pada triwulan Sektor pertambangan diperkirakan tumbuh meningkat, dari -0,53% pada triwulan II-2005 menjadi 8,8-9,8% pada triwulan II-2006

II-2005 menjadi 8,8-9,8% pada triwulan II-2006II-2005 menjadi 8,8-9,8% pada triwulan II-2006 II-2005 menjadi 8,8-9,8% pada triwulan II-2006

II-2005 menjadi 8,8-9,8% pada triwulan II-2006. Sub sektor pertambangan nonmigas menjadi pendorong utama pertumbuhan di sektor ini, sebagaimana terlihat dari tingginya produksi batu bara, tembaga, dan aluminium yang tercermin dari tren perkembangan ekspor produk tersebut. Peningkatan produksi tersebut merupakan respon dari tingginya permintaan di pasar dalam dan luar negeri. Sementara itu, di sub sektor tambang migas, peningkatan pertumbuhan diperkirakan terjadi terutama berasal dari tingginya produksi gas yang dipacu oleh peningkatan konsumsi gas di dalam dan luar negeri.

Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh melambat, dari 14,10% Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh melambat, dari 14,10%Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh melambat, dari 14,10% Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh melambat, dari 14,10% Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh melambat, dari 14,10% pada triwulan II-2005 menjadi 11,1-12,1% pada triwulan II-2006

pada triwulan II-2005 menjadi 11,1-12,1% pada triwulan II-2006pada triwulan II-2005 menjadi 11,1-12,1% pada triwulan II-2006 pada triwulan II-2005 menjadi 11,1-12,1% pada triwulan II-2006

(6)

yang sama tahun lalu. Hal ini diindikasikan oleh pertumbuhan jumlah pelanggan telepon seluler dan fixed line yang melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada posisi triwulan II-2005.

Sektor bangunan tumbuh melambat, dari 8,23% pada triwulan II-2005 menjadi Sektor bangunan tumbuh melambat, dari 8,23% pada triwulan II-2005 menjadi Sektor bangunan tumbuh melambat, dari 8,23% pada triwulan II-2005 menjadi Sektor bangunan tumbuh melambat, dari 8,23% pada triwulan II-2005 menjadi Sektor bangunan tumbuh melambat, dari 8,23% pada triwulan II-2005 menjadi 6,5-7,5% pada triwulan II-2006.

6,5-7,5% pada triwulan II-2006. 6,5-7,5% pada triwulan II-2006. 6,5-7,5% pada triwulan II-2006.

6,5-7,5% pada triwulan II-2006. Faktor fundamental yang mempengaruhi perlambatan adalah lemahnya daya beli masyarakat, yang diindikasikan oleh penurunan konsumsi semen di pasar domestik dan ekspor, sehingga mengakibatkan turunnya produksi semen. Perlambatan ini juga terlihat pada penurunan laju pertumbuhan kredit properti dan kredit sektor konstruksi.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa tumbuh melambat, dari 8,86% pada triwulan Sektor keuangan, persewaan, dan jasa tumbuh melambat, dari 8,86% pada triwulan Sektor keuangan, persewaan, dan jasa tumbuh melambat, dari 8,86% pada triwulan Sektor keuangan, persewaan, dan jasa tumbuh melambat, dari 8,86% pada triwulan Sektor keuangan, persewaan, dan jasa tumbuh melambat, dari 8,86% pada triwulan II-2005 menjadi 3,5-4,5% pada triwulan II-2006

II-2005 menjadi 3,5-4,5% pada triwulan II-2006 II-2005 menjadi 3,5-4,5% pada triwulan II-2006 II-2005 menjadi 3,5-4,5% pada triwulan II-2006

II-2005 menjadi 3,5-4,5% pada triwulan II-2006. Perlambatan ini dapat terlihat dari menurunnya pertumbuhan Nilai Tambah Bruto Perbankan1Ω, yang bahkan sejak triwulan IV-2005 mengalami pertumbuhan yang negatif. Dari sisi pembiayaan, dukungan terhadap sub sektor jasa dunia usaha dan jasa sosial/masyarakat melalui pemberian kredit perbankan juga menunjukkan tren penurunan. Hal ini terlihat dari semakin rendahnya pertumbuhan kredit pada kedua sub sektor tersebut, baik secara nominal maupun secara riil.

Kesenjangan Output (Output Gap)

Pada triwulan II-2006 perekonomian Indonesia diperkirakan masih berada di bawah Pada triwulan II-2006 perekonomian Indonesia diperkirakan masih berada di bawah Pada triwulan II-2006 perekonomian Indonesia diperkirakan masih berada di bawah Pada triwulan II-2006 perekonomian Indonesia diperkirakan masih berada di bawah Pada triwulan II-2006 perekonomian Indonesia diperkirakan masih berada di bawah tingkat potensialnya

tingkat potensialnya tingkat potensialnya tingkat potensialnya

tingkat potensialnya dengan besaran output gap yang masih tetap dan relatif masih dekat ke titik nol (Grafik 2.5). Faktor penyebab angka output gap yang masih negatif dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi yang masih menunjukkan perkembangan yang melambat, terutama pada komponen permintaan domestik sebagai akibat dari masih belum pulihnya daya beli. Seiring dengan masih melemahnya sisi permintaan direspon oleh perlambatan di sisi penawaran dimana beberapa sektor produksi melakukan penyesuaian penggunaan kapasitas produksi di bawah kapasitas optimalnya, dan bahkan di bawah kapasitas normal.

NERACA PEMBAYARAN

Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2006 Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2006 Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2006 Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2006 Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2006 secara keseluruhan membaik dan mencatat surplus.

secara keseluruhan membaik dan mencatat surplus. secara keseluruhan membaik dan mencatat surplus. secara keseluruhan membaik dan mencatat surplus.

secara keseluruhan membaik dan mencatat surplus. Surplus NPI sebesar USD 3,3 miliar tersebut merupakan akumulasi dari surplus yang terjadi pada transaksi berjalan dan lalu lintas modal dan finansial. Surplus transaksi berjalan utamanya disebabkan oleh masih kondusifnya perkembangan perekonomian global sehingga permintaan ekspor Indonesia tetap meningkat ditengah

Ω1 Nilai Tambah Bruto Perbankan (NTB) ini merupakan penjumlahan dari NTB Bank Indonesia dan NTB bank komersial. NTB dihitung berdasarkan cara IBSC (Imputed Bank Service Charge), yaitu selisih antara total pendapatan bunga dan biaya bunga ditambah dengan provisi dan komisi yang diterima perbankan

Grafik 2.5

Estimasi dan Akselerasi Perubahan Output Gap

-0,3 -0,25 -0,2 -0,15 -0,1 -0,05 0 0,05 0,1

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 2 3 4

Output Gap Accelerated Output Gap

2005 2006

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Akselerasi output gap menuju titik nol melambat

(7)

melambatnya kebutuhan impor. Sementara itu, neraca lalu lintas modal diperkirakan tetap mengalami surplus meskipun pada pertengahan bulan Mei sedikit terganggu oleh adanya pembalikan arus modal portofolio asing. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir triwulan laporan diperkirakan mencapai USD43,7 miliar atau setara dengan 4,8 bulan impor dan Utang Luar Negeri (ULN) Pemerintah. Namun dengan adanya rencana percepatan pembayaran utang terhadap IMF sebesar 50% dari sisa utang menyebabkan cadangan devisa turun menjadi sekitar USD40 miliar. Dengan jumlah tersebut, cadangan devisa diperkirakan tetap dalam posisi yang aman, yaitu cukup membiayai impor dan pembayaran ULN Pemerintah selama 4,5 bulan.

Beberapa faktor risiko perlu memperoleh perhatian karena dapat menurunkan Beberapa faktor risiko perlu memperoleh perhatian karena dapat menurunkanBeberapa faktor risiko perlu memperoleh perhatian karena dapat menurunkan Beberapa faktor risiko perlu memperoleh perhatian karena dapat menurunkan Beberapa faktor risiko perlu memperoleh perhatian karena dapat menurunkan kinerja NPI ke depan

kinerja NPI ke depankinerja NPI ke depan kinerja NPI ke depan

kinerja NPI ke depan. Pertama, kecenderungan impor nonmigas khususnya impor bahan baku yang terus melambat dapat memperlambat pertumbuhan ekspor nonmigas kedepan. Kedua, semakin besarnya ketergantungan ekspor nonmigas pada komoditas berbasis sumber daya alam yang peka terhadap kendala produksi. Ketiga, mengingat komposisi aliran modal masuk masih didominasi oleh portofolio modal, maka perubahan stance kebijakan moneter dunia, khususnya di AS, dan stance kebijakan moneter Bank Indonesia akan dapat mempengaruhi lalu lintas portofolio modal internasional di pasar keuangan Indonesia.

Transaksi Berjalan

Perkembangan transaksi berjalan di triwulan II-2006 diperkirakan masih mengalami Perkembangan transaksi berjalan di triwulan II-2006 diperkirakan masih mengalamiPerkembangan transaksi berjalan di triwulan II-2006 diperkirakan masih mengalami Perkembangan transaksi berjalan di triwulan II-2006 diperkirakan masih mengalami Perkembangan transaksi berjalan di triwulan II-2006 diperkirakan masih mengalami surplus, terutama akibat meningkatnya ekspor ditengah melambatnya impor. surplus, terutama akibat meningkatnya ekspor ditengah melambatnya impor.surplus, terutama akibat meningkatnya ekspor ditengah melambatnya impor. surplus, terutama akibat meningkatnya ekspor ditengah melambatnya impor. surplus, terutama akibat meningkatnya ekspor ditengah melambatnya impor. Berdasarkan asesmen terhadap angka ekspor dan impor sampai dengan bulan April 2006, surplus transaksi berjalan pada periode laporan diperkirakan akan mencapai USD1 miliar.

Ekspor nonmigas pada awal triwulan II-2006 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari Ekspor nonmigas pada awal triwulan II-2006 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dariEkspor nonmigas pada awal triwulan II-2006 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari Ekspor nonmigas pada awal triwulan II-2006 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari Ekspor nonmigas pada awal triwulan II-2006 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan awal

perkiraan awalperkiraan awal perkiraan awal

perkiraan awal. Optimisme akan tingginya ekspor nonmigas tersebut ditandai oleh tingginya realisasi ekspor nonmigas pada bulan Mei 2006 dan perkiraan tingginya ekspor yang terjadi pada sisa bulan triwulan II-2006. Pada bulan Mei 2006, perkembangan ekspor nonmigas mencatat nilai yang cukup tinggi, yaitu mencapai USD6,3 miliar atau tumbuh 7,4% (y-o-y). Sementara itu, ekspor nonmigas di sisa triwulan II-2006 (rata-rata bulanan) diperkirakan dapat mencapai rata-rata target bulanannya (USD5,9 miliar), meningat kondisi global yang tetap kondusif bagi permintaan ekspor Indonesia dimana harga dan permintaan diperkirakan akan tetap tinggi. Apabila skenario tersebut terealisir, pada triwulan II-2006, ekspor nonmigas dapat tumbuh sebesar 9,9% atau lebih tinggi dari perkiraan awal.

Dilihat dari sumbernya, peningkatan ekspor nonmigas masih didorong oleh Dilihat dari sumbernya, peningkatan ekspor nonmigas masih didorong olehDilihat dari sumbernya, peningkatan ekspor nonmigas masih didorong oleh Dilihat dari sumbernya, peningkatan ekspor nonmigas masih didorong oleh Dilihat dari sumbernya, peningkatan ekspor nonmigas masih didorong oleh meningkatnya harga, sejalan dengan kenaikan harga komoditas di pasar meningkatnya harga, sejalan dengan kenaikan harga komoditas di pasarmeningkatnya harga, sejalan dengan kenaikan harga komoditas di pasar meningkatnya harga, sejalan dengan kenaikan harga komoditas di pasar meningkatnya harga, sejalan dengan kenaikan harga komoditas di pasar internasional

internasionalinternasional internasional

(8)

komoditas utama ekspor Indonesia, yaitu peralatan listrik dan TPT, cenderung bergerak turun. Dilihat dari volumenya, kenaikan volume ekspor relatif terbatas, dimana volume ekspor untuk komoditas pertanian, tambang dan industri masing-masing hanya meningkat sebesar 1.45%, 10.98% dan 8.06% (y-t-d).

Sementara itu, dilihat dari komoditas unggulan ekspor, pertumbuhan volume Sementara itu, dilihat dari komoditas unggulan ekspor, pertumbuhan volume Sementara itu, dilihat dari komoditas unggulan ekspor, pertumbuhan volume Sementara itu, dilihat dari komoditas unggulan ekspor, pertumbuhan volume Sementara itu, dilihat dari komoditas unggulan ekspor, pertumbuhan volume22222Ω ekspor komoditas unggulan relatif masih rendah ƒ dibawah 10%ƒ , sementara ekspor komoditas unggulan relatif masih rendah ƒ dibawah 10%ƒ , sementara ekspor komoditas unggulan relatif masih rendah ƒ dibawah 10%ƒ , sementara ekspor komoditas unggulan relatif masih rendah ƒ dibawah 10%ƒ , sementara ekspor komoditas unggulan relatif masih rendah ƒ dibawah 10%ƒ , sementara nilai ekspor naik cukup signifikan

nilai ekspor naik cukup signifikan nilai ekspor naik cukup signifikan nilai ekspor naik cukup signifikan

nilai ekspor naik cukup signifikan. Perkembangan ini menunjukkan faktor harga masih menjadi pendorong meningkatnya ekspor komoditas unggulan. Cukup kuatnya permintaan eksternal seharusnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja ekspor nonmigas. Apabila permasalahan ekspor ini tidak diperbaiki, dikhawatirkan dapat mengancam kelangsungan ekspor nonmigas ke depan.

Pertumbuhan ekspor migas pada triwulan II-2006 diperkirakan lebih tinggi dari Pertumbuhan ekspor migas pada triwulan II-2006 diperkirakan lebih tinggi dari Pertumbuhan ekspor migas pada triwulan II-2006 diperkirakan lebih tinggi dari Pertumbuhan ekspor migas pada triwulan II-2006 diperkirakan lebih tinggi dari Pertumbuhan ekspor migas pada triwulan II-2006 diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan awal utamanya disebabkan oleh tetap tingginya harga minyak dunia perkiraan awal utamanya disebabkan oleh tetap tingginya harga minyak dunia perkiraan awal utamanya disebabkan oleh tetap tingginya harga minyak dunia perkiraan awal utamanya disebabkan oleh tetap tingginya harga minyak dunia perkiraan awal utamanya disebabkan oleh tetap tingginya harga minyak dunia. Rata-rata harga minyak per barel dalam triwulan II-2006 mencapai USD67, meningkat 31.14% dibandingkan triwulan II-2005 yang hanya mencapai USD51.07 per barel. Dengan kondisi tingginya harga minyak tersebut, nilai ekspor migas selama triwulan II-2006 diperkirakan akan meningkat sekitar 50%. Kenaikan harga minyak tersebut juga meningkatkan penerimaan ekspor gas yang secara umum kontraknya dikaitkan dengan harga minyak dunia.

Di sisi impor, sejalan dengan melemahnya kegiatan investasi dan produksi dalam Di sisi impor, sejalan dengan melemahnya kegiatan investasi dan produksi dalam Di sisi impor, sejalan dengan melemahnya kegiatan investasi dan produksi dalam Di sisi impor, sejalan dengan melemahnya kegiatan investasi dan produksi dalam Di sisi impor, sejalan dengan melemahnya kegiatan investasi dan produksi dalam negeri, pertumbuhan impor nonmigas selama triwulan II-2006 mengalami negeri, pertumbuhan impor nonmigas selama triwulan II-2006 mengalami negeri, pertumbuhan impor nonmigas selama triwulan II-2006 mengalami negeri, pertumbuhan impor nonmigas selama triwulan II-2006 mengalami negeri, pertumbuhan impor nonmigas selama triwulan II-2006 mengalami penurunan sebesar 1,8%

penurunan sebesar 1,8% penurunan sebesar 1,8% penurunan sebesar 1,8%

penurunan sebesar 1,8%. Sementara itu, nilai impor migas di diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 26.2% (y-o-y). Meskipun volume konsumsi BBM domestik masih menunjukkan kecenderungan yang menurun sampai dengan bulan April 2006, namun demikian masih tingginya harga minyak dunia mengakibatkan nilai impor migas masih tinggi.

Di sisi jasa, jumlah turis yang mengunjungi Indonesia di triwulan II-2006 diperkirakan Di sisi jasa, jumlah turis yang mengunjungi Indonesia di triwulan II-2006 diperkirakan Di sisi jasa, jumlah turis yang mengunjungi Indonesia di triwulan II-2006 diperkirakan Di sisi jasa, jumlah turis yang mengunjungi Indonesia di triwulan II-2006 diperkirakan Di sisi jasa, jumlah turis yang mengunjungi Indonesia di triwulan II-2006 diperkirakan akan meningkat seiring dengan dimulainya musim liburan

akan meningkat seiring dengan dimulainya musim liburan akan meningkat seiring dengan dimulainya musim liburan akan meningkat seiring dengan dimulainya musim liburan

akan meningkat seiring dengan dimulainya musim liburan. Hal ini akan mendorong pemasukan di sisi jasa sebesar USD790 juta. Di lain pihak, meningkatnya aktivitas impor pada periode laporan menyebabkan biaya pengangkutan (freight) juga meningkat. Secara net, sektor jasa diperkirakan mengalami defisit sebesar USD2,6 miliar.

Neraca Modal dan Finansial

Di sisi neraca modal dan finansial masih mencatat surplus Di sisi neraca modal dan finansial masih mencatat surplus Di sisi neraca modal dan finansial masih mencatat surplus Di sisi neraca modal dan finansial masih mencatat surplus Di sisi neraca modal dan finansial masih mencatat surplus walaupun terjadi aliran modal keluar sejak pertengahan Mei walaupun terjadi aliran modal keluar sejak pertengahan Mei walaupun terjadi aliran modal keluar sejak pertengahan Mei walaupun terjadi aliran modal keluar sejak pertengahan Mei walaupun terjadi aliran modal keluar sejak pertengahan Mei 2006.

2006. 2006. 2006.

2006. Memasuki triwulan II-2006, kecenderungan surplus lalu lintas modal dan finansial masih terus berlanjut sejalan dengan

2 Pertumbuhan volume dibobot dengan pangsa masing-masing komoditas terhadap total ekspor nonmigas

Grafik 2.6

Pertumbuhan volume ekspor non-migas

-0,20

2001 2002 2003 2004 2005 2006

gX-vol total (ytd) gPertanian gTambang gManufaktur

(9)

masih masuknya arus masuk modal asing dalam bentuk portofolio investasi, yang terus mengalir ke pasar keuangan Indonesia sejak akhir tahun 2005. Hal tersebut ditengarai sebagai akibat cukup tingginya imbal hasil dari penempatan pada saham, SBI dan SUN menjadi daya tarik investor asing untuk menanamkan dananya di Indonesia, selain dari persepsi pasar yang positif atas kebijakan moneter dan fiskal.

Namun dalam perkembangannya, perubahan ekspektasi Namun dalam perkembangannya, perubahan ekspektasi Namun dalam perkembangannya, perubahan ekspektasi Namun dalam perkembangannya, perubahan ekspektasi Namun dalam perkembangannya, perubahan ekspektasi terhadap siklus pengetatan AS pada paro kedua Mei 2006 telah terhadap siklus pengetatan AS pada paro kedua Mei 2006 telah terhadap siklus pengetatan AS pada paro kedua Mei 2006 telah terhadap siklus pengetatan AS pada paro kedua Mei 2006 telah terhadap siklus pengetatan AS pada paro kedua Mei 2006 telah menyebabkan proses penyesuaian yang cukup besar pada aset menyebabkan proses penyesuaian yang cukup besar pada aset menyebabkan proses penyesuaian yang cukup besar pada aset menyebabkan proses penyesuaian yang cukup besar pada aset menyebabkan proses penyesuaian yang cukup besar pada aset rupiah yang dimiliki asing

rupiah yang dimiliki asing rupiah yang dimiliki asing rupiah yang dimiliki asing

rupiah yang dimiliki asing. Akibatnya, terjadi arus modal keluar asing yang cukup signifikan sejak pertengahan Mei 2006 dari penempatan pada saham, SBI dan SUN. Namun defisit yang terjadi pada portofolio tersebut tidak banyak mempengaruhi keinerja neraca modal dan finansial mengingat pos investasi lain (others investment) mengalami surplus yang cukup besar sehingga secara keseluruhan neraca modal dan finansial mengalami surplus yang cukup besar .

Cadangan Devisa

Perkembangan surplus pada transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal menyebabkan posisi cadangan devisa pada triwulan II-2006 diperkirakan naik mencapai USD3.3 miliar sehingga cadangan devisa mencapai USD43,7 miliar atau setara dengan 4,8 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah. Kondisi tersebut mencerminkan cukup terjaganya keseimbangan eskternal yang tercermin dari rata-rata nilai tukar rupiah yang lebih apresiatif dibandingkan triwulan sebelumnya.

Apabila memperhitungkan rencana percepatan pembayaran IMF (50% dari sisa pinjaman IMF) sebesar USD3,6 miliar, diperkirakan cadangan devisa pada akhir triwulan II-2006 mencapai sebesar USD40 miliar atau setara dengan 4.5 bulan pembayaran impor dan ULN pemerintah, suatu jumlah yang masih sangat aman bagi perekonomian Indonesia.

KEBIJAKAN MAKROEKONOMI

Di paruh pertama tahun 2006 pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan antara Di paruh pertama tahun 2006 pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan antaraDi paruh pertama tahun 2006 pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan antara Di paruh pertama tahun 2006 pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan antara Di paruh pertama tahun 2006 pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan antara lain di bidang industri dan perdagangan, infrastruktur, iklim investasi, dan Pertanian lain di bidang industri dan perdagangan, infrastruktur, iklim investasi, dan Pertanianlain di bidang industri dan perdagangan, infrastruktur, iklim investasi, dan Pertanian lain di bidang industri dan perdagangan, infrastruktur, iklim investasi, dan Pertanian lain di bidang industri dan perdagangan, infrastruktur, iklim investasi, dan Pertanian. Langkah yang diambil pemerintah di bidang industri dan perdagangan terutama terkait dengan harmonisasi tarif untuk mengurangi distorsi tata niaga. Beberapa kebijakan di bidang infrastruktur lebih menyentuh aspek legal, sementara kebijakan di bidang pertanian mencakup penyesuaian HPP beras dan pengalihan subsidi pupuk. Di bidang iklim investasi, kebijakan yang telah direalisasikan masih di bawah 10 dari 44 yang direncanakan, antara lain bidang umum, bidang perpajakan, bidan kepabeanan dan bidang ketenaga kerjaan. Perbaikan kondisi perekonomian jangka Grafik 2.7

Perkembangan CA /GDP (Annualized)

-3,6

5,1

0,9 1,4

-4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0

I

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

CA/GDP CA/GDP (new version)

% (ratio)

(10)

pendek dan jangka panjang yang diharapkan secara bertahap akan dapat menjadi landasan kuat dan dapat mendorong daya saing serta kinerja di sektor mikro masih belum terasa signifikan.

Di bidang industri dan perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijakan Di bidang industri dan perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijakan Di bidang industri dan perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijakan Di bidang industri dan perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijakan Di bidang industri dan perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijakan harmonisasi tarif tahap II

harmonisasi tarif tahap II harmonisasi tarif tahap II harmonisasi tarif tahap II

harmonisasi tarif tahap II. Sebagaimana dikemukakan dalam triwulan yang lalu, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan harmonisasi tarif (9.209) yang berlaku efektif per 1 Februari 2006, dengan tujuan untuk mengurangi distorsi antar komoditas dan industri serta mengurangi insentif penyelundupan. Sehubungan itu, untuk mempercepat arus barang, tindakan yang telah dan masih berlanjut dilaksanakan adalah pengembangan EDI di dirjen Bea Cukai, mempercepat penanganan kargo dan pengurangan biaya di pelabuhan. Di bidang industri pemerintah juga berencana untuk mengeluarkan insentif fiskal kepada empat industri (TPT, sepatu dan alas kaki, produk elektronika dan produk makanan-minuman). Jenis insentif yang dibeikan adalah penghapusan PPN impor bahan baku 10%, penangguhan PPH 10% atas revaluasi aset, penangguhan PPnBM, dan penghapusan BM.

Di bidang infrastruktur, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan infrastruktur Di bidang infrastruktur, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan infrastruktur Di bidang infrastruktur, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan infrastruktur Di bidang infrastruktur, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan infrastruktur Di bidang infrastruktur, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan infrastruktur tahun 2006

tahun 2006 tahun 2006 tahun 2006

tahun 2006. Sebagaimana kondisi triwulan yang lalu, pemerintah tetap melanjutkan penguatan aspek hukum kebijakan di bidang pengembangan infrastruktur untuk mengatasi permasalahan krusial pengembangan infrastruktur. Selama periode Januari sampai dengan Mei 2006 telah diselesaikan 20 dari 42 kegiatan (48%). Berapa regulasi yang sudah selesai antara lain adalah road map infrastruktur untuk kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), keputusan Menkeu tentang kerangka kerja pengelolaan resiko atas penyediaan infrastruktur (n039/PMK.01/2006), standar operasi dan prosedur badan pengatur jalan tol, SK Menko tentang penyusunan prosedur dan mekanisme bagi proyek KPS yang membutuhkan dukungan pemerintah, revisi cetak biru transportasi laut. Terkait dengan proyek infrastruktur tersebut dalam jangka pendek ini pemerintah juga berencana untuk melakukan revisi Perpres No 36/2005 tentang pengadaan tanah.

Di sektor pertanian, Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan dan juga Di sektor pertanian, Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan dan juga Di sektor pertanian, Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan dan juga Di sektor pertanian, Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan dan juga Di sektor pertanian, Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan dan juga berencana untuk mengeluarkan beberapa kebijakan

berencana untuk mengeluarkan beberapa kebijakan berencana untuk mengeluarkan beberapa kebijakan berencana untuk mengeluarkan beberapa kebijakan

berencana untuk mengeluarkan beberapa kebijakan. Salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam triwulan II ini antara lain adalah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) pupuk (17 Mei 2006). Kenaikan ini harus diambil karena biaya produksi mengalami kenaikan, baik baya produksi, ongkos bongkar muat, dan ongkos transportasi. Searah dengan kenaikan HET pupuk tersebut, maka pemerintah dalam waktu dekat akan menaikkan harga pokok pembelian (HPP) beras dan gabah. Kebijakan lain yang akan diambil oleh pemerintah (Deptan) adalah mengalihkan subsidi pupuk sebesar Rp 3 triliun menjadi subsidi bunga untuk kredit bagi para petani.

Sementara itu untuk memperbaiki iklim investasi, pemerintah mengeluarkan Inpres Sementara itu untuk memperbaiki iklim investasi, pemerintah mengeluarkan Inpres Sementara itu untuk memperbaiki iklim investasi, pemerintah mengeluarkan Inpres Sementara itu untuk memperbaiki iklim investasi, pemerintah mengeluarkan Inpres Sementara itu untuk memperbaiki iklim investasi, pemerintah mengeluarkan Inpres No. 3 tahun 2006

No. 3 tahun 2006 No. 3 tahun 2006 No. 3 tahun 2006

(11)

kondusifnya iklim investasi di Indonesia. Sampai dengan Mei 2006, dari 44 rencana tindak yang sudah direalisasikan pemerintah di bawah 10. Di bidang umumDi bidang umumDi bidang umumDi bidang umumDi bidang umum upaya memperkuat kelembagaan pelayanan investasi antara lain telah dilakukan tindakan peninjauan terhadap sejumlah ketentuan-ketentuan perizinan di bidang perdagangan dan menyederhanakan proses pembentukan perusahaan dan izin usaha. Di bidang PerpajakanDi bidang PerpajakanDi bidang PerpajakanDi bidang PerpajakanDi bidang Perpajakan tindakan yang telah dilakukan pemerintah antara lain adalah menetapkan bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu yang dapat diberikan fasilitas perpajakan sesuai dengan pasal 31A UU Pajak Penghasilan. Tindakan lainnya adalah menurunkan tarif pajak kendaraan bermotor untuk jenis kendaraan angkutan umum. Di bidang ketenagakerjaanDi bidang ketenagakerjaanDi bidang ketenagakerjaanDi bidang ketenagakerjaan tindakan yang telahDi bidang ketenagakerjaan dilakukan oleh pemerintah adalah menyederhanakan prosedur untuk mempercepat pemberian visa dan ijin tinggal bagi investor/TKA (Per Menaker No. PER-07/MEN/ 111/2006). Di Bidang KepabeananDi Bidang KepabeananDi Bidang KepabeananDi Bidang KepabeananDi Bidang Kepabeanan pemerintah telah mengeluarkan SK Menko Perekonomian No. 22/M.EKON/03/2006 tentang tim persiapan NSW.

Terkait dengan kebijakan di bidang perbaikan iklim investasi tersebut, sebagian Terkait dengan kebijakan di bidang perbaikan iklim investasi tersebut, sebagianTerkait dengan kebijakan di bidang perbaikan iklim investasi tersebut, sebagian Terkait dengan kebijakan di bidang perbaikan iklim investasi tersebut, sebagian Terkait dengan kebijakan di bidang perbaikan iklim investasi tersebut, sebagian pelaku usaha berpendapat bahwa dampak paket kebijakan tersebut dirasakan masih pelaku usaha berpendapat bahwa dampak paket kebijakan tersebut dirasakan masihpelaku usaha berpendapat bahwa dampak paket kebijakan tersebut dirasakan masih pelaku usaha berpendapat bahwa dampak paket kebijakan tersebut dirasakan masih pelaku usaha berpendapat bahwa dampak paket kebijakan tersebut dirasakan masih minim

minimminim minim

minim. Beberapa hal yang dirasakan oleh pelaku usaha antara lain adalah informasi tentang tindakan-tindakan yang telah keluarkan oleh pemerintah sosialisasinya dirasakan masih kurang; implementasi kebijakan di tingkat pelaksana kurang optimal sehingga muncul anggapan adanya ketidakkonsistenan; praktek-praktek yang menyebakan biaya tinggi masih cukup besar, khususnya di pelabuhan; tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dinilai masih lamban. Hal lain yang dikeluahkan pelaku usaha adalah persepse bahwa Inpres 3/2006 hanya ditujukan untuk mendorong investasi asing, kurang memberikan insentif dorongan kepada UKM. Dari sisi pemerintah, terdapat pengakuan bahwa permasalahan kurang smooth-nya penyelesaian tindakan dan pengaplikasikan kebijakan perbaikan iklim investasi salah satunya ditengarai adalah masalah koordinasi. Sementara itu, secara regional, permasalahan iklim investasi di daerah berdasarkan hasil survei dan dari contoh beberapa daerah tingkat dua yang ada, maka kepemimpinan kepala daerah akan sangat mewarnai iklim investasi di suatu daerah. Kepala daerah yang memiliki visi pro bisnis cenderung menjadikan daerahnya memiliki iklim investasi yang lebih baik sehingga mampu menarik investor. Hasil survei KPPOD menunjukkan hasil antara lain sebagai berikut :

1. Faktor kelembagaan tidak lagi menjadi pertimbangan utama investor memilih daerah (masih dipertanyakan penyebabnya, apakah karena aspek kelembagaan sudah membaik atau pelaku usaha sudah bosan/terkondisi dengan kelembagaan yang ada).

2. Kondisi sosial, politik, keamanan, dan budaya daerah harus menjadi perhatian kebanyakan daerah di Indonesia.

3. Faktor tenaga kerja dan infrastruktur lokal mulai menjadi perhatian investor.

4. Kepemimpinan likal sangat penting dalam penciptaan iklim investasi.

Gambar

Grafik 2.1perlambatan, yaitu daya beli masyarakat yang masih lemah,
Tabel 2.1% (y-o-y)Konsumsi rumah tangga padaKonsumsi rumah tangga padaKonsumsi rumah tangga padaKonsumsi rumah tangga padaKonsumsi rumah tangga padaPertumbuhan PDB Sisi Permintaantriwulan II-2006 diperkirakantriwulan II-2006 diperkirakantriwulan II-2006 diperkirakantriwulan II-2006 diperkirakantriwulan II-2006 diperkirakan
Tabel 2.2pengeluaran transfer,khususnya berupa SubsidiOperasi Keuangan Pemerintah
Tabel 2.3permintaan di pasar dalamPertumbuhan dan Kontribusi PDB Sektoraldan luar negeri.
+3

Referensi

Dokumen terkait

dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota yang dalam pembagiannya untuk setiap desa dibagikan secara proporsional yaitu paling sedikit

Jadi dalam pelaksanaannya, asas praduga bersalah tidaklah dijalankan secara murni yang mengharuskan si terdakwa yang diwajibkan untuk melakukan pembuktian bahwa ia tidak

Yang Mulia, saya ingin menguatkan apa yang disampaikan atau disaksikan oleh Saudara Bithsael Maraou tentang keabsahan dari Ketua KPU Sarmi, yaitu Saudara Helimansi, S.E …

 Bahwa akan tetapi disisi lain judex factie (Pengadilan Negeri Medan) telah pula mempermasalahkan tentang hasil temuan sidang pemeriksaan setempat yang dilakukan

Pemberian ampas tahu tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi susu sapi perah diduga salah satu penyebabnya karena ampas tahu merupakan pakan tambahan yang

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang kehadiran genus Eutropis di Hutan Wanagama I dan data mengenai pengaruh faktor jarak dari sumber air

Berdasarkan uraian permasalah di atas maka dibutuhkan suatu alat bantu yang bisa menyelesaikan masalah, yaitu, timbangan digital menggunakan mikrokontroller ATMega 2560

Hasil dari penelitian yang dilakukan Rosita (2009) menunjukkan bahwa variabel Nilai Utilitarian secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian