• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan PT. Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan PT. Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN GAYA

KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus PT. Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang

Sidoarjo)

SKRIPSI

Oleh: Anita Puspitasari NIM: C34213070

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya

Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Syariah Bukopin

Kantor Cabang Sidoarjo” ini merupakan hasil penelitian kuantitatif yang

bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang apakah terdapat pengaruh signifikan budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara simultan terhadap kinerja karyawan PT. Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo. Dan apakah terdapat pengaruh signifikan antara budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara parsial terhadap kinerja karyawan PT. Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif. Subjek penelitian ini adalah karyawan PT. Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo yang berjumlah 50 orang. Variabel dalam penelitian ini yaitu : variabel bebas meliputi budaya organisasi dan gaya kepemimpinan. Sedangkan untuk variabel terikatnya adalah kinerja karyawan. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner dan wawancara kepada responden. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistic yaitu uji F simultan dan uji T parsial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja karyawan. Secara parsial budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Begitu juga dengan gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

(8)

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 27

C. Kerangka Konseptual ... 30

D. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Definisi Operasional... 36

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

G. Data dan Sumber Data ... 41

1. Jenis Data ... 41

2. Sumber Data ... 42

H. Teknik Pengumpulan Data ... 42

I. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 51

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 51

1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

2. Gambaran Umum Responden ... 60

B. Analisis Data ... 64

BAB V PEMBAHASAN ... 86

BAB VI PENUTUP ... 96

A. KESIMPULAN ... 96

B. SARAN ... 97

(9)

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini persaingan antar perusahaan semakin tajam, sehingga

sumber daya manusia (SDM) dituntut untuk terus-menerus mampu

mengembangkan diri secara proaktif. SDM harus menjadi manusia-manusia

pembelajar, yaitu pribadi-pribadi yang mau belajar dan bekerja keras dengan

penuh semangat, sehingga potensi insaninya berkembang maksimal.1 Dalam

rangka persaingan ini organisasi/perusahaan harus memiliki sumber daya

yang tangguh. Sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan

tidak dapat dilihat sebagai bagian yang berdiri sendiri, tetapi harus dilihat

sebagai satu kesatuan yang tangguh membentuk suatu sinergi. Dalam hal ini

peran sumber daya manusia sangat menentukan.2

Pada dasarnya, sumber daya manusia adalah suatu sumber daya yang

sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi. Dalam perannya, SDM penting

untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, sehingga orang lain

(11)

2

(konsumen eksternal maupun internal) inginkan dan tercapainya sebuah

tujuan.3

Menurut John M. Ivancevich, manajemen sumber daya manusia adalah

pengelolaan yang efektif dari manusia dalam pekerjaan mereka, manajemen

sumber daya manusia meneliti hal-hal yang dapat atau harus dilakukan untuk

menjadikan orang bekerja menjadi lebih produktivitas dan lebih puas.4 Bagi

organisasi, hasil dari kinerja para karyawan sangat penting arti dan

peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti

identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi,

program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai

aspek lain dari keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia secara

efektif.

Kinerja mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku, sebagai

tingkah laku, kinerja merupakan aktivitas manusia yang diarahkan pada

pelaksanaan tugas organisasi yang dibebankan kepadanya. Kinerja memiliki

posisi penting dalam manajemen dan organisasi, karena keberhasilan dalam

melakukan pekerjaan sangat ditentukan oleh kinerja.5

Dalam Islam, bekerja adalah kewajiban setiap muslim. Apabila

seseorang melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan benar, maka kinerja

3 Mangkuprawira, Sjafri, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, (Bogor: Ghalia Indonesia 2002),27.

4 Meldona,Manajemen Sumber Daya Manusia Perspektif Integratif, (Malang:UIN Malang Press 2009),20.

(12)

3

dan upaya mereka harus diakui, dan dimuliakan jika memang bekerja dengan

baik. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. al-Kahfi ayat 30 :

Artinya: “Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(Nya) dengan baik” (QS. Al-Kahfi:30)6

Upaya-upaya dalam meningkatkan kinerja karyawan selain

pengendalian internal, namun gaya kepemimpinan juga harus diperhatikan.

Gaya kepemimpinan adalah cara yang dilakukan seorang pemimpin dalam

memimpin seorang bawahannya yang bertujuan untuk mempengaruhianggota

atau bawahannya dalam mencapai suatu tujuan. Seorang pemimpin harus

memperhatikan gaya kepemimpinan dalam proses mempengaruhi,

mengarahkan kegiatan aggota serta mengordinasi tujuan anggota dan tujuan

organisasi agar keduanya dapat tercapai.7

Selain gaya kepemimpinan, keberhasilan suatu organisasi atau

perusahaan dalam mencapai tujuannya dapat dipengaruhi juga oleh budaya

organisasi. Dimana budaya organisasi adalah pola perilaku, pola pikir, semua

orang yang ada dalam suatu perusahaan tersebut. Budaya organisasi juga

dapat didefinisikan sebagai seperangkat nilai, norma, persepsi, dan pola

perilaku yang diciptakan atau dikembangkan dalam sebuah perusahaan untuk

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2008), 448.

(13)

4

mengatasi masalah-masalah, baik masalah mengenai adaptasi secara

eksternal, maupun masalah integrasi secara internal.8

Dalam perusahaan peran budaya organisasi sangat penting, menurut

Siagian peran budaya organisasi adalah :

a. Sebagai penentu batas-batas perilaku dalam arti menentukan apa yang

boleh dan tidak boleh dilakukan, apa yang dipandang baik atau tidak baik,

menentukan yang benar dan yang salah.

b. Menumbuhkan komitmen kepada kepentingan bersama di atas

kepentingan individual atau kelompok sendiri.

c. Menumbuhkan jati diri suatu organisasi dan para anggotanya.

d. Sebagai tali pengikat bagi seluruh anggota organisasi

e. Sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang

bersangkutan

Dalam hubungannya budaya organisasi dan gaya kepemimpinan

berpengaruh terhadap kinerja karyawan dengan menerapkan gaya

kepemimpinan yang berbeda di setiap situasi yang berbeda pula.

Kepemimpinan yang diperankan dengan baik oleh seorang pemimpin mampu

memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik, hal ini akan membuat

karyawan lebih hati-hati berusaha mencapai target yang diharapkan

perusahaan, sehingga hal tersebut berdampak pada kinerjanya. Selanjutnya

(14)

5

budaya organisasi mampu memordenisasi pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap kepuasan yang berdampak pada peningkatan kinerja karyawan.9

Karyawan yang telah memahami nilai-nilai dalam suatu organisasi

akan menjadikan nilai tersebut sebagai kepribadian organisasi. Nilai dan

keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka

dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individu dan masing-masing

kinerja individu yang baik akan menimbulkan kinerja organisasi atau

karyawan yang baik pula.10

Dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi

dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan

Administratif Universitas Semarang” yang ditulis oleh Sudarmadi mahasiswa

Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang disimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan lebih berpengaruh dengan tingkat kekuatan 0,26 dari pada

budaya organisasi dengan tingkat kekuatan 0,24 terhadap kinerja karyawan

Administratif Universitas Diponegoro Semarang.

Dalam penelitian lain yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan

dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT Dwimitra

Multiguna Sejahtera di Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi

Tenggara” yang ditulis oleh Hendriawan mahasiswa Universitas Hassanudin

Makasar disimpulkan bahwa secara parsial budaya organisasi lebih

berpengaruh dengan Thitung 4,107 dari pada gaya kepemimpinan dengan

9Hendriawan, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Dwimitra Multiguna Sejahtera Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi

(15)

6

Thitung 3,148 terhadap kinerja karyawan PT Dwimitra Multiguna Sejahtera di

Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Sedangkan secara

simultan (bersama-sama) gaya kepemimpinan dan budaya organisasi

berpengaruh secara positif Fhitung 64,967 terhadap kinerja karyawan PT

Dwimitra Multiguna Sejahtera di Kabupaten Konawe Utara Provinsi

Sulawesi Tenggara.

Sedangkan dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Gaya

Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja

Guru dan Karyawan pada Yayasan Tri Asih Jakarta” yang ditulis oleh

Bernadine Vita mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta disimpulkan

bahwa gaya kepemimpinan dan budaya organisasi secara parsial tidak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru dan karyawan

Yayasan Tri Asih Jakarta dikarenakan budaya organisasi dan gaya

kepemimpinan yang diterapkan belum sesuai dan belum berjalan dengan baik.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah ada, terdapat berbedaan

hasil penelitian. Ada dua penelitian yang menyimpulkan bahwa variable

budaya organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja

karyawan. Namun ada penelitian yang menunjukkan bahwa variable budaya

organisasi dan gaya kepemimpinan tidak berpengaruh.

Diantara banyaknya Bank Syariah di Indonesia, penelitian ini memilih

Bank Syariah Bukopin untuk dijadikan objek penelitian karena selain Bank

yang berbasis syariah, Bank Syariah Bukopin merupakan Kantor Cabang

(16)

7

perlu meningkatkan kinerja karyawan agar maksimal sehingga tujuan

perusahaan dapat tercapai. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang ada,

terdapat ketidaksamaan antara teori dengan penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa secara parsial gaya kepemimpinan lebih berpengaruh dari

pada budaya organisasi, penelitian lain menyatakan budaya organisasi lebih

berpengaruh dari pada gaya kepemimpinan, sedangkan penelitin lain ada juga

yang menyatakan bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan tidak

memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. Ini yang menjadi dasar bagi

peneliti untuk melakukan penelitian kembali dan menguji apakah budaya

organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mengambil

judul “Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap

Kinerja Karyawan PT. Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Syariah”

B. Rumusan Masalah

1. Apakah budaya organisasi mempunyai pengaruh secara parsial terhadap

kinerja karyawan di PT. Bank Syariah Bukopin Tbk. Kantor Cabang

Sidoarjo?

2. Apakah gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh secara parsial

terhadap kinerja karyawan di PT. Bank Syariah Bukopin Tbk. Kantor

(17)

8

3. Apakah budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama

(simultan) mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. Bank

Syariah Bukopin Tbk. Kantor Cabang Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka

penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja

karyawan di PT. Bank Syariah Bukopin Tbk. Kantor Cabang Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja

karyawan di PT. Bank Syariah Bukopin Tbk. Kantor Cabang Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui secara simultan pengaruh budaya organisasi dan gaya

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di PT. Bank Syariah Bukopin

Tbk. Kantor Cabang Sidoarjo.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat berguna

dan bermanfaat untuk hal-hal berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti dan

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang juga akan bermanfaat

(18)

9

peneliti berikutnya yang berkaitan dengan masalah budaya

organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan yang

ada di lembaga tersebut.

b. Sebagai sarana bagi penulis untuk mempraktikkan teori-teori yang

didapat selama perkuliahan dan sebagai syarat untuk memperoleh

gelar sarjana (S1) di program studi Ekonomi Syariah Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan bisa dijadikan suatu masukan bagi PT. Bank Syariah

Bukopin Tbk. Kantor Cabang Sidoarjo dalam meningkatkan kinerja

karyawan melalui budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demi

(19)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Sumber Daya Insani (SDI)

Sumber daya insani didefinisikan sebagai proses serta upaya untuk

merekrut, mengembangkan, memotivasi, serta mengevaluasi keseluruhan

sumber daya insani yang diperlukan perusahaaan dalam mencapai

tujuannya. Pengertian ini mencakup dari mulai memilih siapa saja yang

memiliki kualifikasi dan pantas untuk menempati posisi dala perusahaan

(the man on the right place) seperti yang disyaratkan perusahaan hingga

bagaimana agar kualifikasi ini dapat dipertahankan bahkan

ditingkatakan serta dikembangkan dari waktu ke waktu.1

Sumber daya insane adalah orang-orang yang ada dalam organisasi

yang memberikan sumbangan pemikiran dan melakukan berbagai jenis

pekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi.2

Veithzal mengemukakan bahwa manajemen sumber daya insani

merupakan salah satu bidang dari manajemen umum, dimana manajemen

umum sebagai proses meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengendalian.3

1 Ernie Tisnawati Sule, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), 194. 2 Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2011), 173.

(20)

11

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber daya insani diartikan

sebagai penataan dan pengelolaan tenaga kerja sebagai sumber daya

oragnisasi yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

Sumber daya insani diartikan sebagai seseorang yang siap, mau dan

mampu member sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan

organisasi.4 Secara umum sumber daya insani merupakan sumber daya

manusia. Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di

sebuah organisasi sebagai penggerak untuk mencapai tujuan organisasi

itu. Karyawan bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih

berupa modal atau asset bagi institusi atau organisasi. Di sini SDM

dilihat bukan sekedar sebagai asset utama, tetapi asset yang bernilai dan

dapat dilipatgandakan dan dikembangkan.

Sehingga dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

sumber daya manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas karena

memiliki daya fikir dan daya fisik. Peralatan yang canggih atau handal

tanpa peran aktif SDM, tidak akan berarti apa-apa. Unsur manajemen

sumber daya manusia adalah manusia. Manajemen sumber daya manusia

juga menyangkut desain dan implementasi system perencanaan,

penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karir,

evaluasi kerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenaga kerjaan

yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua

(21)

12

keputusan dan praktik manajemen yang mempengaruhi secara langsung

sumber daya manusianya.

2. Kinerja Karyawan

a) Pengertian Kinerja Karyawan

Kinerja berasal dari kata “job performance” atau “actual

performance” yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya

yang dicapai oleh seseorang.5 Pengertian kinerja (prestasi kerja)

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang karyawan dalam melaksanakan fungsi sesuai tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Menurut pendekatan perilaku

dalam manajemen kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu

yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang

melakukan pekerjaan.6

Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik

organinsasi tersebut bersifat profit oriented ataupun non profit

oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Menurut

Amstrong dan Baron7 kinerja merupakan hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi,

kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

5 Muchlis Riadi, (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja), dalam www.kajianpustaka.com,

diakses pada 6 September 2016.

6 Luthans F, Organizational Behavior, (New York: McGraw-hil, 2005), 165.

(22)

13

Sedangkan menurut Indra Bastian8 menyatakan bahwa kinerja

adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan / program / kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam skema strategis

(strategic palnning) suatu perusahaan. Sementara penilaian kinerja

merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi

kinerja pekerjaan seseorang.

Apabila hal itu dikerjakan dengan benar, maka para

karyawan, penyelia mereka, departemen SDM, dan akhirnya

perusahaan yang menguntungkan dengan jaminan bahwa upaya para

individu karyawan mampu mengkontribusi pada fokus strategi dari

perusahaan.

Menurut Gibson ada tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi kinerja dan perilaku karyawan :9

1. Variabel individu, yang meliputi kemampuan dan ketrampilan,

fisik maupun mental, latar belakang, pengalaman, demografi,

umur, jenis kelamin dan sebagainya.

2. Variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan,

imbalan, struktur, dan desain pekerjaan

3. Variabel psikologis, persepsi, sikap, kepribadian, belajar,

kepuasan kerja dan motivasi. Persepsi, kepribadian, sikap,

8 Ibid.

(23)

14

belajar merupakan hal yang komplek dan sulit diukur serta

kesempatan pengertiannya sukar dicapai, karena seorang

individu masuk dan bergabung dalam suatu organisasi kerja

pada usia, etnis, latar belakang, budaya, dan ketrampilan yang

berbeda satu sama lainnya.

b) Kinerja dalam pandangan Islam

Islam mendorong umatnya untuk memberikan semangat

dalam menjalankan tugas mereka. Kinerja dan upaya mereka harus

diakui, dan mereka harus dimuliakan jika memang bekerja dengan

baik. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. al-Kahfi : 30

 shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(Nya) dengan baik” (QS. a l-Kahfi : 30)10

Dalam ayat tersebut bahwasannya Allah pasti akan membalas

setiap amalan yang dikerjakan berdasarkan apa yang telah mereka

kerjakan. Dimana jika seseorang melaksanakan pekerjaan dengan

baik dan menunjukkan kinerja yang baik pula dari pekerjaannya dan

akan memberikan keuntungan bagi organisasinya.

(24)

15

c) Karakteristik Kinerja Karyawan

Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah

sebagai berikut:11

1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.

2. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.

3. Memiliki tujuan yang realitas.

4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk

merealisasi tujuannya.

5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam

seluruh kegiatan kerja yang dilakukan.

6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah

diprogramkan.

d) Indikator Kinerja

Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu

ada lima indikator, yaitu:12

1. Kualitas

Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas

pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap

ketrampilan dan kemampuan karyawan.

11 Anwar Prabu Mangkunegara, Managemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 68.

(25)

16

2. Kauantitas

Merupaksn jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah

seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

3. Ketepatan Waktu

Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang

dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output

serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

4. Efektivitas

Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,

uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud

menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber

daya.

5. Kemandirian

Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat

menjalankan fungsi kerjanya. Suatu tingkat dimana karyawan

mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung

jawab karyawan terhadap perusahaan.

3. Gaya Kepemimpinan

a) Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara yang dilakukan seorang

pemimpin dalam memimpin seorang bawahannya yang bertujuan

(26)

17

suatu tujuan.13 Seorang pemimpin menentukan keberhasilan suatu

perusahaan atau organisasinya. Sebab pemimpin yang sukses itu

mampu mengelola organisasinya; dia pasti mampu

mengantisipasikan perubahan yang tiba-tiba, dapat mengoreksi

kelemahan-kelemahan, sanggup membawa organisasi kepada

sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

b) Gaya Kepemimpinan menurut Islam

Menurut Hafidhuddin dan Tanjung14 ada beberapa istilah

yang merujuk pada kepemimpinan dan pengertiannya, kata umara

yang sering disebut juga dengan ulil amri terdapat dalam QS. an-taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. an-Nisa’ : 59) 15

13 Adi Utama, “Pengaruh Pengambil Keputusan, Perilaku Kepemimpinan dan Orientasi

Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan Grand Kopo Hotel”, Jurnal Bisnis dan Iptek, No. 1, Vol.9, April, 2016, 5.

14 Abu Fahmi, dkk, HRD Syariah Teori dan Implementasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), 209.

(27)

18

Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa ulil amri atau pejabat

adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan orang

lain. Dengan kata lain, pemimpin adalah orang yang mendapat

amanah untuk mengurus urusan rakyat. Jika ada pemimpin yang

tidak mengurus kepentingan rakyat, ia bukanlah seorang pemimpin.

Dalam suatu perusahaan, jika ada pemimpin yang tidak mengurus

kepentingan perusahaan dan karyawannya, maka ia bukanlah

seorang pemimpin.16

Selain itu pemimpin sering disebut khadimul ummah (pelayan

umat). Menurut istilah itu, seorang pemimpin harus menempatkan

diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat (pelayan perusahaan).

Seorang pemimpin perusahaan harus memikirkan cara-cara agar

perusahaan yan dipimpinnya maju, karyawannya sejahtera, serta

masyarakat atau lingkungannya menikmati kehadiran perusahaan

tersebut. Bagi pemimpin yang bersikap melayani, kekuasaan yang

dimilikinya bukan sekedar kekuasaan yang bersifat formalistic

karena jabatan, melainkan sebuah power (kekuatan) yang lahir dari

kesadaran.

Menurut Abu Sinn, kepemimpinan dalam Islam sebagai

berikut:17

16 Abu Fahmi, dkk, HRD Syariah Teori dan Implementasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), 210.

17Hendriawan, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Dwimitra Multiguna Sejahtera Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi

(28)

19

1. Kepemimpinan dalam Islam bersifat pertengahan, selalu

menjaga hak dan kewajiban individu serta masyarakat dengan

prinsip keadilan, persamaan, tidak condong terhadap kekrasan

atau kelembutan, tidak sewenang-wenang atau aberbuat aniaya.

Sebagaimana perkataan Umar ra., “Sesungguhnya persoalan ini

tidak patut dan layak, kecuali orang yang lembut tapi tidak

lemah, orang yang kuat tapi tidak korup (sewenang-wenang)”

2. Kepemimpinan yang peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan,

memperhatikan kemuliaannya, menyertakannya dalam setiap

persoalan krusial, dan memperlakukannya dengan sebaik

mungkin.

3. Kepemimpinan yang mementingkan kehidupan rakyatnya, dan

tidak membedakan mereka kecuali berdasarkan beban

tanggungjawab yang diberikan oleh seorang pemimpin.

Sebagaimana perkataan Umar ra. terhadap Abu Musa al-Asy’ari,

“Dan bahagiakanlah persoalan rakyat dengan kehadiranmu,

engkau adalah bagian dari mereka, tapi sesungguhnya Allah

memberikan beban yang lebih berat kepadamu”.

4. Kepemimpinan yang fokus terhadap tujuan dan upaya

memberikan kepuasan kepada bawahan dengan memberikan suri

tauladan yang baik, konsisten, dan tetap bersemangat serta rela

(29)

20

Dalam perusahaan hendaknya menerapkan kepemimpinan

yang berbasis syariah seperti18 (1) memiliki akidah yang lurus, (2)

memiliki akhlak yang baik, (3) giat beribadah, (4) jujur (shiddiq),

(5) bertanggungjawab (amanah), (6) komunikatif dan argumentatif

(tablig), (7) kompeten (fatanah), (8) konsisten (istiqomah).

c) Tipe Gaya Kepemimpinan

Menurut S.P. Siagian, dewasa ini diidentifikasikan lima gaya

kepemimpinan yaitu19:

1) Otokraktis; gaya kepemimpinan yang menganggap perusahaan

adalah milik pribadi, berdasarkan kepada kekuasaan dan paksaan

yang mutlak harus dipatuhi.

2) Paternalistis; gaya kepemimpinan yang kebapakan atau keibuan

yang penuh kasih sayang dan jarang memberikan kesempatan

bagi bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri

3) Militeristis; gaya kepemimpinan ini lebih banyak menggunakan

system perintah kepada bawahannya, system komando dari

atasan ke bawahan yang sifatnya keras dan sangat otoriter

4) Laisser-Faire; gaya kepemimpinan yang melepas tanggungjawab

dan membiarkan bawahannya berbuat semaunya sendiri serta

tanggungjawab dilakukan oleh bawahan

18 Abu Fahmi, dkk, HRD Syariah Teori dan Implementasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), 212.

19Sudarmadi, “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap

Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Administratif Universitas Semarang”, (Tesis—

(30)

21

5) Demokrasi; gaya kepemimpinan yang memberikan bimbingan

secara efisien kepada para pengikutnya, terdapat koordinassi

dari semua bawahan dengan penekanan rasa tanggungjawab

internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.

c) Indikator Gaya Kepemimpinan

Terdapat beberapa indikator dalam gaya kepemimpinan yang

dikemukakan oleh George R. Terry:20

1. Energi

Mempunyai kekuatan mental dan fisik

2. Stabilitas emosi

Seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek terhadap

bawahannya, ia tidak boleh cepat marah dan percaya pada diri

sendiri harus cukup besar

3. Human relationship

Mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia

4. Personal motivation

Keinginan untuk menjadi pemimpin harus besar, dan dapat

memotivasi diri sendiri

5. Communication skill

Mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi

(31)

22

6. Teaching skill

Mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, menjelaskan dan

mengembangkan bawahannya

7. Social skill

Mempunyai keahlian dibidan social, sudah terjamin

kepercayaan dan kesetiaan bawahannya. Ia harus suka

menolong, senang jika bawahannya maju, ramah serta luwes

dalam pergaulan.

8. Technical competent

Mempunyai kecakapan menganalisis, merencanakan,

mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil

keputusan dan mampu menyusun konsep.

4. Budaya Organisasi

a) Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah pola

berpikir dan bertindak perusahaan, khususnya pola pengambilan

keputusan termasuk di dalamnya pola komunikasi antara pimpinan

dan bawahan, antara manejemen puncak, madya, dan manajemen

lini dengan karyawan.21

Budaya perusahaan juga dapat didefinisikan sebagai

seperangkat nilai, norma, persepsi, dan pola perilaku yang

diciptakan atau dikembangkan dalam sebuah perusahaan untuk

(32)

23

mengatasi masalah-masalah, baik masalah mengenai adaptasi secara

eksternal, maupun masalah integrasi secara internal.22

Darsono menyatakan bahwa budaya perusahaan makin

berperan penting pada sekitar tahun 1990-an saat terjadi merger,

akuisisi secara besar-besaran. Hal itu dapat mengubah persepsi

pemegang saham, masyarakat, dan dapat merusak budaya

perusahaan yang diakuisisi. Dalam kondisi yang demikian, lahirlah

teori “Hubungan Budaya dan Kinerja Peruasahaan”. Walaupun

banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, salah satu

faktor yang sangat penting adalah budaya perusahaan itu sendiri.

Oleh sebab itu, budaya perusahaan harus dapat prioritas utama

dalam kehidupan suatu organisasi perusahaan. Sebab ia merupakan

“pelita” yang menerangi semua orang yang melibatkan diri dalam

perusahaan tersebut.23

b) Budaya Organisasi secara Islam

Menurut Hafidhuddin dan Tanjung, budaya perusahaan Islami

yang dapat dibangun terdapat dalam al-Quran surah al-Mu’minuun

ayat 1 hingga 11, sebagai berikut :



22 Abu Fahmi, dkk, HRD Syariah Teori dan Implementasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), 147.

23

Sudarmadi, “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Administratif Universitas Semarang”, (Tesis—

(33)

Artinya: “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang memelihara amanat-amanat dan janjinya. Serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya”. (QS. a l-Mu’minuun: 1-11).24

Ayat-ayat tersebut menceritakan sifat-sifat seorang mukmin

yang akan mendapatkan kebahagiaan. Penggalan surah

al-Mu’minuun itu juga bermakna bahwa seorang muslim harus

produktif dalam segala hal. Produktif dalam berbicara dan bekerja.

Selanjutnya ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa menjaga amanah

dan memenuhi janji adalah bagian dari budaya Islam. Jika sebuah

perusahaan benar-benar menepati janji atau karyawan yang bekerja

(34)

25

di perusahaan itu bekerja sesuai dengan janji mereka, merupakan

kekuatan yang luar biasa.25

Budaya yang berasal dari barat memang tidak selamanya

negatif, banyak juga yang harus dikembangkan. Dalam pemeo bisnis

disebutkan bahwa konsumen adalah raja. Meskipun dalam Islam

konsumen bukanlah raja, tetapi penghargaan kepada konsumen

tetap harus dilakukan. Selanjutnya Hafidhuddin dan Tanjung

menyatakan bahwa budaya perusahaan syariah juga harus

mencerminkan nilai-nilai Islam, misalnya:

1. Cara melayani nasabah

2. Cara berpakaian

3. Membiasakan shalat berjamaah

4. Berdoa sebelum dan setelah bekerja

Budaya perusahaan yang Islami akan sampai pada suatu

tingkat, yang memperlihatkan hubungan karyawan dengan

pemimpin, dan karyawan satu terhadap karyawan lain, seperti

hubungan saudara yang tidak memandang jabatan. Hadist Nabi

saw.:

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam sayang-menyayangi dan kasih-mengasihi adalah ibarat satu tubuh. Jika ada anggota tubuh yang mengalami rasa sakit, maka anggota tubuh yang lain akan siap untuk begadang dan merasakan panas”. (HR. Muslim)

(35)

26

“Seorang mukmin bagi mukmin yang lain adalah ibarat bangunan, masing-masing bagian saling menguatkan”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Komitmen seluruh karyawan yang dimulai dari pemimpin

puncak hingga karyawan lapisan terbawah merupakan persyaratan

mutlak bagi terpeliharanya budaya perushaan. Komitmen tidak

sekedar keterkaitan secara fisik, tetapi juga secara mental. Dengan

demikian, terbentuk suatu lingkaran kerja dengan ukhuwah yang

sangat tinggi. Komunikasi antar karyawan berjalan baik, hubungan

satu bagian dengan bagian lain berjalan baik, dengan sistem

prosedur yang standart dan terukur. Juga terbentuk tim kerja yang

solid, kompak, dan peduli satu sama lain.26

c) Indikator Budaya Organisasi

Menurut Stephen Robbins, budaya organisasi memiliki 10

indikator yang dapat dijadikan alat ukur yaitu:27

1. Perhatian pada detail

Seberapa dalam ketelitian, analisis, dan perhatian pada detail

yang dianut oleh organisasi dari para karyawannya

2. Orientasi hasil

Seberapa besar organisasi menekankan pada pencapaian

sasaran (hasil), ketimbang pada cara mencapai sasaran (proses)

26 Ricky W. Griffin, Manajemen, (Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 2004), 162.

(36)

27

3. Orientasi manusia

Seberapa jauh organisasi bersedia mempertimbangkan faktor

manusia (karyawan) di dalam pengambilan keputusan

manajemen

4. Orientasi tim

Seberapa besar organisasi menekankan para kerja kelompok

(tim), ketimbang kerja individu, dalam menyelesaikan

tugas-tugas

5. Agresivitas

Seberapa besar organisasi mendorong para karyawannya untuk

saling bersaing, ketimbang saling bekerjasama

6. Stabilitas

Seberapa besar organisasi menekankan pada pemeliharaan

status quo di dalam pengambilan berbagai keputusan dan

tindakan

7. Inovasi dan pengambilan risiko

Seberapa besar organisasi mendorong para karyawannya untuk

bersikap inovatif dan berani mengambil risiko

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Selain tinjauan teoritis mengenai variabel penelitian, pada penelitian

(37)

28

dilakukan disejumlah tempat. Beberapa hasil penelitian berupa skripsi, thesis,

ataupun jurnal yang dijadikan acuan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Judul Hasil Penelitian Perbedaan dan Persamaan 1. Penulis Jurnal : Thitung 2,098 berpengaruh secara positif terhadap kinerja karyawan. terletak pada lokasi dan variabel

Dalam penelitian ini diketahui bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Gaya kepemimpinan lebih berpengaruh dengan tingkat kekuatan 0,26 dari pada budaya terletak pada lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa secara parsial budaya organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan

(38)

berpengaruh Thitung 4,107 dari pada gaya kepemimpinan Thitung 3,148. Sedangkan secara simultan (bersama-sama) gaya kepemimpinan dan budaya organisasi juga berpengaruh secara terletak pada lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa budaya

organisasi dan gaya

kepemimpinan

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

kinerja karyawan. Gaya

kepemimpinan dengan

tingkat kekuatan 0,235 lebih berpengaruh dari pada budaya organisasi dengan tingkat kekuatan 0,212. terletak pada lokasi dan variable yang tersebut, secara parsial budaya organisasi dan gaya kepemimpinan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru dan karyawan Yayasan Tri Asih Jakarta. terletak pada lokasi dan variabel penelitian.

(39)

30

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, maka penulis ingin melakukan

penelitian pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap

kinerja karyawan PT. Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo yang

terdapat berbagai perbedaan dari penelitian terdahulu.

C. Kerangka Konseptual

Dalam kerangka konseptual ini menggambarkan budaya organisasi

(X1), gaya kepemimpinan (X2) berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y).

Model kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan Gambar : : hubungan antara budaya organisasi

atau gaya kepemimpinan yang Budaya Organisasi

Kinerja Karyawan

(40)

31

berpengaruh secara parsial terhadap

kinerja karyawan.

:hubungan antara budaya organisasi dan

gaya kepemimpinan secara simultan

terhadap kinerja karyawan.

Model hubungan antar variable dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Variabel bebas (variable independen) :

a. Budaya organisasi

b. Gaya kepemimpinan

2. Variabel terikat (variable dependen) :

Kinerja karyawan

D. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai kesimpulan sementara terhadap

permasalahan penelitian. Dengan hipotesis penelitian menjadi tidak

ngambang, karena dibimbing dengan hipotesis tersebut. Di samping

(41)

32

menguji hipotesis.28 Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. H0 : budaya organisasi secara parsial tidak berpengaruh positif

terhadap kinerja karyawan Bank Syariah Bukopin.

Hi : budaya organisasi secara parsial berpengaruh positif terhadap

kinerja karyawan Bank Syariah Bukopin.

2. H0 : gaya kepemimpinan secara parsial tidak berpengaruh positif

terhadap kinerja karyawan Bank Syariah Bukopin

Hi : gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh positif terhadap

kinerja karyawan Bank Syariah Bukopin

3. H0 : budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara simultan

(bersama-sama) tidak berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

Bank Syariah Bukopin

Hi : budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara simultan

(bersama-sama) berpengaruh positif terhadap kineja karyawan Bank

Syariah Bukopin.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif asosiatif yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua

variabel atau lebih. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survey, yaitu metode pengumpulan data dengan mengambil

sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen

pengumpula data utama yang disebarkan peneliti.1

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian yaitu pada bulan Oktober 2016

sampai selesei. Sedangkan tempat penelitian yaitu PT. Bank Syariah

Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo yang terletak di Ruko Gateway A5-6

Raya Waru Sidoarjo.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi berasal dari kata bahasa Inggris “population”, yang berarti

jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi,

(43)

34

orang kebanyakan menghubungkannya dengan masalah-masalah

kependudukan. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kata populasi

menjadi amat popular, dan digunakan diberbagai disiplin ilmu. Dalam

metodologi penelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan

serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.2

Berdasarkan definisi tersebut, maka jumlah populasi dalam penelitian ini

adalah semua karyawan baik tetap, kontrak, maupun outsourching Bank

Syariah Bukopin yang berjumlah 50 orang. Maka dalam penelitian ini

seluruh populasi digunakan sebagai sampel, jumlah keseluruhan yaitu 50

responden. Maka penelitian ini dinyatakan layak.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi.3 Cara sampel adalah pengambilan subjek penelitian dengan

cara menggunakan sebagian dari populasi yang ada.4

Berdasarkan keterangan di atas, maka sampel untuk penelitian ini

adalah sampel total, yaitu menggunakan semua populasi untuk sampel

penelitian yaitu 50 orang karyawan Bank Syariah Bukopin Kantor

Cabang Sidoarjo.

2 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),101.

3 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), 62.

(44)

35

D. Variabel Penelitian

Variabel berasal dari kata variable yang berarti faktor tak tetap

atau berubah-ubah. Dalam bahasa Indonesia variabel diartikan sebagai

lebih tepat disebut bervariasi berarti variabel adalah fenomena yang

bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standart dan

sebagainya.5

Secara sederhana, istilah variabel ini dimaknai sebagai sebuah

konsep atau objek yang sedang diteliti, yaitu memiliki variasi ukuran,

kualitas yang ditetapkan oleh peneliti berdasarkan pada ciri-ciri yang

dimiliki konsep (variabel) itu sendiri.6

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independent

variable) yaitu budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan (X2) dan

variabel terikat (dependent variable) yaitu kinerja karyawan (Y).

Variabel bebas atau independent variable (X) adalah variable yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat atau dependent variable.7Variable bebas dalam penelitian

ini adalah budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan (X2).

Variabel terikat atau dependent variable (Y) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.8

5 Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 76.

6

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), 77. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cet. Ke-11, (Bandung: Alfabeta, 2010), 61.

(45)

36

Variabel Y dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan PT Bank Syariah

Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berupa cara mengukur

variabel-variabel yang ada agar dapat dioperasionalkan di mana variable

independent (X) memiliki hubungan dengan variable dependen (Y).

1. Variabel independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

Budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan (X2)

a. Budaya organisasi atau budaya perusahaan merupakan pola

berpikir dan bertindak perusahaan, khususnya pola pengambilan

keputusan termasuk di dalamnya pola komunikasi antara pimpinan

dan bawahan, antara manajemen puncak, madya, dan manajemen

lini dengan karyawan.9 Budaya perusahaan juga diartikan sebagai

seperangkat nilai, norma, persepsi, dan pola perilaku yang

diciptakan atau dikembangkan dalam sebuah perusahaan untuk

mengatasi masalah, baik masalah eksternal maupun internal.

b. Gaya kepemimpinan merupakan cara yang dilakukan seorang

pemimpin dalam mempimpin seorang bawahannya yang bertujuan

untuk mempengaruhi anggota atau bawahannya dalam mencapai

(46)

37

suatu tujuan. Seorang pemimpin menentukan keberhasilan suatu

perusahaan atau organisasinya. Sebab pemimpin yang sukses itu

mampu mengelola organisasinya, dia pasti mampu mengantisipasi

perubahan yang tiba-tiba, dapat mengoreksi

kelemahan-kelemahan, sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam

jangka waktu yang sudah ditetapkan.

2. Variabel dependen (Y)

Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah kinerja

karyawan. Kinerja karyawan merupakan hasil kerja seorang karyawan

dalam melaksanakan pekerjaan yang diukur berdasarkan faktor-faktor

yang mempengaruhinya yaitu faktor finansial, faktor fisik, faktor

sosial, dan faktor psikologi. Indicator yang digunakan yaitu kualitas,

kuantitas, ketepatan waktu, efisien dan kemandirian.10

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Indikator Skala

Budaya Organisasi (X1) 1. Perhatian pada detail 2. Orientasi hasil 3. Orientasi manusia 4. Orientasi tim 5. Agresivitas 6. Stabilitas

7. Inovasi dan pengambilan risiko

Diukur dengan skala likert

Gaya Kepemimpinan (X2) 1. Energy Diukur dengan skala

(47)

38

2. Stabilitas emosi 3. Human relationship 4. Personal innovation 5. Communication skill 6. Teaching skill 7. Social skill

8. Technical competent

likert

Kinerja Karyawan (Y) 1. Kualitas 2. Kuantitas

3. Ketepatan waktu 4. Efektifitas 5. kemandirian

Diukur dengan skala likert

Sumber : diolah dari berbagai sumber

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Validitas atau

keahlian adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat diukur mampu

mengukur apa yang ingin diukur.11 Uji validitas dipakai untuk

mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner

dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Suatu kuesioner yang valid berarti memiliki validitas tinggi,

(48)

39

sebaliknya kuesioner yang tidak valid berarti memiliki validitas yang

rendah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

korelasi product moment antara skor item dengan skor total (skor

instrumen). Jika suatu item memiliki korelasi item total signifikansi

(rhitung rtabel), maka item pertanyaan tersebut valid.

Ada bebrapa hal yang harus dipenuhi apabila menggunakan

teknik korelasi product moment, yaitu:12

a. Data kedua variabel berbentuk data kuantitatif

b. Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Terdapat dua rumus yang digunakan untukmenghitung

koefisien korelasi, yaitu sebagai berikut:

rxy =

rxy = ( )( )

√{

}{ }

keterangan :

rxy = korelasi antara variabel x dan y

x = (xi-x)

y = (yi-y)

12 Abdul Muhid, Analisis Statistik (5 Langkah Praktis Analisis Statistik dengan SPSS for

(49)

40

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap kosisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat yang

sama pula.13

Pada umumnya teknik korelasi yang digunakan untuk menguji

reliabilitas instrument penelitian dengan test-retest menggunakan

Product Moment, akan tetapi dapat menggunakan teknik korelasi lain.

Pilihan teknik korelasi disesuaikan dengan jenis data yang

disimpulkan. Bila koefisien korelasi (rhitung) lebih besar dari (rtabel),

maka pengukuran pertama dan kedua konsisten, sehingga instrumen

tersebut sudah dinyatakan reliable , akan tetapi bila (rhitung) lebih kecil

dari (rtabel), maka hasil pengukuran pertama dan kedua tidak konsisten,

sehingga dapat disimpulkan instrumen yang digunakan tidak

reliable.14 Internal consistent reliability yaitu mengukur dua atau lebih

konsep yang sama pada waktu yang bersamaan. Selain itu, internal

consistent reliability juga dapat membandingan untuk melihat tingkat

kesetujuan responden. Ada dua jenis cara internal consistent

reliability, yaitu split-half dan cronbach’s alpha. Cronbach’s alpha

digunakan untuk dalam kuesioner penelitian.

(50)

41

Menurut Malhotra ada tiga alasan peneliti menggunakan uji

cronbach alpha.15 Pertama, karena teknik ini merupakan teknik ini

merupakan teknik pengujian keandalan kuesioner yang paling sering

digunakan. Kedua, dengan melakukan uji cronbach’s alpha maka akan

terdeteksi indikator-indikator yang tidak konsisten. Ketiga, uji

keandalan yang menggunakan cronbach alpha. Nilai tingkat keandalan

cronbach alpha dapat ditunjukan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2 Nilai Cronbach Alpha

Nilai Cronbach Alpha Tingkat Keandalan 0.0 – 0.20 Kurang Andal

 0.20 – 0.40 Agak Andal

 0.40 – 0.60 Cukup Andal

 0.60 – 0.80 Andal

 0.80 – 1.00 Sangat Andal

G. Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung

dari responden atau sampel untuk menjawab masalah dalam

penelitian dengan menggunakan metode berupa survey atau

observasi. Dalam penelitian ini data primer yang diberikan kepada

seluruh karyawan Bank Syariah Bukopin.

15

(51)

42

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung dari media perantara atau literatur yang berhubungan

dengan pokok pembahasan. Misalnya data sekunder ini berasal

dari buku literatur, laporan perusahaan, jurnal, skripsi, tesis, dan

sebagainya. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperoleh

berupa sejarah perusahaan, truktur organisasi perusahaan, visi dan

misi perusahaan.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh

peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek

penelitian dilakukan. Jadi sumber data primer diperoleh dari

kuesioner yang diberikan langsung kepada karyawan Bank Syariah

Bukopin dan meliputi bebrapa variabel budaya organisasi, gaya

kepemimpinan, dan kinerja karyawan.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

dokumen yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

(52)

43

1. Kuesioner (angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.16

Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas,

sehingga kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktutidak

terlalu lama. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan

responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga

responden dengan sukarela akan memberikan data objektif dan cepat.

Kuesioner untuk penelitian ini disebarkan kepada seluruh

karyawan Bank Syariah Bukopin yang berjumlah 50 orang dan untuk

menilai jawaban responden peneliti menggunakan skala Likert yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau kelompok tentang fenomena sosial.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan

pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap

kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan

(53)

44

penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi

objek penelitian tersebut.17

Observasi sebagai tingkat pengumpulan data mempunyai cirri

yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, penelitian

observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam

lainnya. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila

penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,

gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.18

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan dan mempelajari informasi

data-data yang diperoleh melalui kearsipa, buku, jurnal, artikel

maupun situs internet yang menjadi referensi pendukung penelitian.19

Dokumentasi diperlukan untuk mengetahui teori-teori dari

penelitian ini, struktur organisasi Bank Syariah Bukopin, dan sejarah

berdirinya Bank Syariah Bukopin.

I. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini

seringkali digunakan statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah

17 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), 19.

18 Ibid.,145.

(54)

45

menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi

informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami.

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi

gambaran dari karakteristik responden atau karyawan (jenis kelamin,

usia, pendidikan terakhir, dan masa kerja) serta variabel penelitian

yang mencakup variabel bebas yaitu budaya organisasi dan gaya

kepemimpinan terhadap variabel terikatnya yaitu kinerja karyawan.20

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan, maka

harus terlebih dahulu memenuhi uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik

dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji

multikolineritas, dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

yang diambil berasal dari populasi yang di distribusi normal atau

tidak. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji

normalitas data, antara lain dengan kertas peluang normal, uji

chi-kuadrat, uji liliefors, dan teknik kolmogorov-smirnov, dan

SPSS.21

20 Rasdihan Rasyad, Metode Statistik Deskriptif, (Jakarta: Grasindo, 2000), 8.

(55)

46

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah

dengan menggunakan uji statistik Non-Parametrik

Kolmogrov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan untuk mengetahui distribusi

residual terdistribusi secara normal atau tidak.22

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan P-P

Plot Test. Pengujian normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik distribusi

normal. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonalnya, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas ini merupakan bentuk pengujian untuk

asumsi dalam analisis regresi berganda. Asumsi multikolineritas

menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala

multikolineritas, gejala multikolineritas adalah gejala korelasi

antar variabel independen. Uji ini bertujuan untuk menguji

apakah model dengan menggunakan regresi ditemukan adanya

antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak

(56)

47

terdapat korelasi antar variabel bebasnya dan jika nilainya

tolerance  0.10 atau sama dengan nilai VIF  10 maka tidak

terjadi multikolineritas.23

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dan

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. 24

Dasar pengambilan keputusan dalam uji

heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot:

1) Jika terdapat pola tertentu pada grafik scatterplot SPSS,

maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi

heteroskedastisitas.

2) Sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik

menyebar maka indikasinya adalah tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi merupakan salah satu analisi yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh untuk variabel terhadap variabel lain.

23 Imam Ghazali, Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2007), 28.

(57)

48

Y = a + b1X1 + b2X2 + ………... + bnXn

Jika dalam persamaan regresi hanya terdapat satu variabel bebas dan

satu variabel terikat, maka disebut sebagai persamaan regresi

sederhana, sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari satu, maka

disebut sebagai persamaan regresi berganda.

Analisis regresi linier berganda dapat menghitung besarnya

pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat,

atau memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan dua atau

lebih variabel bebas.25

Persamaan regresinya adalah:26

Dimana :

Y = nilai yang diukur atau dihitung pada variabel tidak bebas

a = Y pintasan (nilai Y bila X = 0)

b = kemiringan dari garis regresi (kenaikan atau penurunan Y

untuk setiap perubahan satuan X) atau koefisien regresi

yang mengukur besarnya pengaruh X terhadap Y jika naik

1 unit

X = nilai tertentu dari variabel bebas

(58)

49

4. Uji Hipotesis

a. Uji T (parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui signifikansi dari

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara

individual dan menganggap dependen yang lain konstan.

Signifikansi pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan

membandingkan antara nilai Ttabel dengan nilai Thitung.27

Apabila nilai Thitung lebih besar dari Ttabel maka variabel

independen secara individual tidak mempengaruhi variabel

dependen. Thitung lebih besar dari Ttabel berarti H0 ditolak dan

menerima H1. Thitung lebih kecil dari Ttabel berarti H0 diterima dan

menolak H1.28

Persamaan untuk mencari nilai Ttabel :

Dimana :

α = tingkat kepercayaan

n = jumlah responden

k = jumlah variabel bebas

27 Nawari, Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010), 25.

28 Asep Saefudin, dkk, Statistik Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), 87.

(59)

50

[k ; n-k] b. Uji F (simultan)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pegaruh

bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Dimana Fhitung

lebih besar dari Ftabel maka H1 diterima atau secara bersama-sama

variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara

serentak. Sebaliknya apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka H0

diterima atau secara bersama-sama variabel bebas tidak memiliki

pengaruh terhadap variabel terikat.

Persamaan untuk mencari nilai Ftabel :

Dimana :

k = jumlah variabel bebas

n = jumlah responden atau sampel penelitian

Pengujian hipotesis secara parsial maupun simultan

dilakukan dengan menggunakan pengolahan data SPSS

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Objek Penelitian

a. Sejarah Singkat Berdirinya Bank Syariah Bukopin Cabang

Sidoarjo1

Bank Bukopin telah melayani masyarakat sebagai Bank

Umum Swasta Nasional selama lebih dari tiga dasawarsa. Cikal

bakal Bank Bukopin didirikan dalam bentuk Badan Hukum

Koperasi pada tanggal 10 Juli 1970 dengan nama Bank Umum

Koperasi Indonesia (BUKOPIN) yang disahkan sebagai Badan

Hukum berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jendral Koperasi

No.13/Dirjen//Kop/70 dan didaftar dalam Daftar Umum

Direktorat Jendral Koperasi dengan No. 8251 pada tanggal yang

sama bank mulai melakukan usaha sebagai Bank Umum Koperasi

di Indonesia sejak tanggal 16 Maret 1971 dengan izin Menteri

Keuangan dalam Surat Keputusan No.78/DDK/II/3/1971.

Berbekal perjalanan ini, pada tanggal 18 November 2002

telahdibuka Cabang Syariah kedua di kota Bukit Tinggi Padang,

Sumatera Barat tepatnya di Jalan Perintis Kemerdekaan No.16

1

(61)

52

Bukit Tinggi. Kemudian pada tanggal 26 Maret 2004 dibuka

cabang syariah di kota Surabaya yang berikutnya dibuka cabang

syariah di kota Bandung pada bulan Oktober 2004, pada tanaggal

09 Desember 2008 dibuka cabang syariah di Sidoarjo.

Bank Syariah Bukopin mulai beroperasi dengan

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah setelah

memperoleh izin operasi dari Bank Indonesia pada tanggal 27

Oktober 2008 dan pada tanggal 11 Desember 2008 telah

diresmikan oleh M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik

Indonesia (periode 2004-2009). Komitmen penuh dari Bank

Bukopin Tbk sebagai pemegang saham mayoritas diwujudkan

dengan menambah setoran modal dalam rangka untuk menjadikan

Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah dengan pelayanan

terbaik. Pada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat Persetujuan Bank

Indonesia, Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan

Kewajiban Usaha Syariahnya ke dalam Bank Syariah Bukopin.

Dalam bisnisnya, Bank Syariah Bukopin memposisikan sebagai

bank yang fokus pada pembiayaan usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM) dengan segmentasi usaha pendidikan,

kesehatan, konstruksi dan perdagangan. Selain itu, Bank Syariah

Bukopin juga melakukan penghimpunan dana dari masyarakat

(individu-individu) dan perusahaan-perusahaan yang ada di Tanah

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
 Gambar 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian materi teknologi pengolahan jamur tiram dan jamur kuping meliputi penanganan bahan, sanitasi higiene, pengemasan, pela- belan, sertifikasi pangan, penentuan

Subjek membandingkan dirinya dengan orang-orang yang keadaannya lebih buruk dari pada dirinya (social compare). Misalnya suatu hari subjek melihat orang tua yang

Metode konvensional yang awalnya digunakan untuk melakukan alokasi biaya overhead menyebabkan adanya distorsi, di mana biaya yang dialokasikan tidak sesuai dengan

Dapat dilihat pada gambar bahwa setiap sinyal keluaran dari mikrokontroler. dsPIC30f2020 ber-PWM dengan

disusun berdasarkan Base Practices (BP) pada setiap enabler process COBIT 5 yang relevan dengan subkategori yang akan diterapkan. RENCANA AKSI LEVEL 0 MENUJU LEVEL 1

Sedangkan pengenaan BPHTB terhadap permohonan hak baru atas tanah dan/atau bangunan yang belum bersertipikat (pendaftaran tanah untuk pertama kali), berdasarkan

Dalam hal ini, terdapat 9 orang responden dengan 15% daripada responden mengakui tahap kefahaman Bahasa mereka terhadap Bahasa Baba-Nyonya adalah pada tahap yang Amat Lemah.Mereka

Pada 8 minggu setelah kultur, varietas tersebut menghasilkan jumlah daun dan nodus, panjang akar, serta berat basah planlet yang lebih tinggi dibanding varietas Pasopati,