DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
ASPEK PERPAJAKAN
PEMANFAATAN DANA
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
Direktorat Jenderal Pajak
Latar Belakang Dana BOS
Program
WAJIB BELAJAR
9 TAHUN
Program
WAJIB BELAJAR
9 TAHUN
Program
Program
Untuk percepatan
pencapaian program
Peraturan Mendikbud Nomor 51 tahun 2011
Amanat
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun
2003
tentang
Sistem Pendidikan
Nasional
Amanat
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun
2003
tentang
3
Direktorat Jenderal Pajak
Objek Penjelasan
PPh Pasal 21 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan jabatan, jasa & kegiatan
PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan jasa tertentu & sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan,pengalihan hak atas tanah/bangunan, hadiah undian dan lainnya)
PPh Pasal 22 Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan pembelian barang
PPh Pasal 23 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga, deviden, sewa, royalty dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Psl 21
PPh Pasal 26 Pembayaran atas penghasilan kepada Wajib Pajak Luar Negeri.
PPN dan PPnBM Pemungutan atas pajak konsumsi yg dibayar sendiri sehubungan penyerahan Barang Kena Pajak & Jasa Kena Pajak
Bea Materai Pembayaran atas pemanfaatan dokumen-dokumen tertentu (kuitansi, kontrak)
BENDAHARA PEMERINTAH
MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
PEMOTONGAN & PEMOTONGAN PAJAK PUSAT ATAS DANA YANG BERASAL DARI APBN/APBD
MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
PEMOTONGAN & PEMOTONGAN PAJAK PUSAT ATAS DANA YANG BERASAL DARI APBN/APBD
Direktorat Jenderal Pajak
Pembelian/Penggandaan Buku Teks Pelajaran
•
Mengganti yang rusak
•
Menambah kekurangan
untuk menambah rasio
satu siswa satu buku
•
Mengganti yang rusak
•
Menambah kekurangan
untuk menambah rasio
satu siswa satu buku
Perhatikan Peraturan Mendiknas nomor 2 tahun
2008 tentang Buku
Perhatikan Peraturan Mendiknas nomor 2 tahun
2008 tentang Buku
Pasal 3 ayat (1) huruf h PMK-154/PMK.03/2010
Pasal 1 angka 3 PP Nomor 146 Tahun 2000 s.t.d.d. PP Nomor 38 Tahun 2003 Pasal 2 ayat (1) KMK Nomor 370/KMK.03/2003 jis KMK Nomor 353/KMK.03/2001
- Dipungut PPh Pasal 22
Sejak berlakunya PMK Nomor: 154/PMK.03/2010 yang berlaku
sejak 31 Agustus 2010, pembelian barang sehubungan dengan
penggunaan Dana BOS
tidak dipungut PPh Pasal 22
Direktorat Jenderal Pajak
Buku yang Dibebaskan PPN
PPN yang terutang
DIBEBASKAN
PPN yang terutang
DIBEBASKAN
Atas pembelian
buku :
Atas pembelian
buku :
Pasal 1 angka 3 PP Nomor 146 Tahun 2000 s.t.d.d. PP Nomor 38 Tahun 2003
Direktorat Jenderal Pajak
Pembelian Bahan-bahan Habis Pakai
• Buku tulis, kapur tulis,
pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk
siswa, buku inventaris
• Langganan koran, majalah pendidikan, majalah ilmiah, majalah sastra
• Minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah • Pengadaan suku cadang
alat kantor
• Buku tulis, kapur tulis,
pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk
siswa, buku inventaris
• Langganan koran, majalah pendidikan, majalah ilmiah, majalah sastra
• Minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah • Pengadaan suku cadang
alat kantor
Atas pembelian/pengadaan barang dan
makanan/minuman yang dibeli di toko
(kecuali restoran dan rumah makan yang
telah dikenai pajak restoran) yang
dilakukan oleh Sekolah Negeri dan
melebihi Rp 1 juta:
dipungut PPN
Direktorat Jenderal Pajak
Penghitungan PPN
Membayar jumlah PPN
sebesar
10%
dari nilai
pembelian (apabila harga
barang belum termasuk PPN)
atau 10/110 dari nilai
pembelian (apabila harga
barang termasuk
PPN)
Membayar jumlah PPN
sebesar
10%
dari nilai
pembelian (apabila harga
barang belum termasuk PPN)
atau 10/110 dari nilai
pembelian (apabila harga
barang termasuk
PPN)
Sekolah Negeri
Pemungut PPN
Sekolah Negeri
Pemungut PPN
Dengan cara memungut dan menyetorkannya ke kas negara
Dengan cara memungut dan menyetorkannya ke kas negara
Sekolah Swasta
bukan Pemungut PPN
Sekolah Swasta
bukan Pemungut PPN
Membayar PPN yang dipungut
kepada pihak penjual
Membayar PPN yang dipungut
kepada pihak penjual
PPN hanya
dibayarkan
kepada penjual
yang
mempunyai
Direktorat Jenderal Pajak
Penghitungan PPh Pasal 21 (Pegawai Tetap)
•
Dipotong PPh Pasal 21 dengan
tarif Pasal 17 UU PPh.
•
Dipotong PPh Pasal 21 dengan
tarif Pasal 17 UU PPh.
Guru dan
pegawai lain
yang bukan PNS
Guru dan
pegawai lain
yang bukan PNS
•
Dipotong PPh Pasal 21 dengan
tarif 0% (final)
•
Dipotong PPh Pasal 21 dengan
tarif 0% (final)
PNS yang
bergolongan
II/d ke bawah
PNS yang
bergolongan
II/d ke bawah
•
Dipotong PPh Pasal 21 dengan
tarif 5% (final)
•
Dipotong PPh Pasal 21 dengan
tarif 5% (final)
PNS yang
bergolongan III
PNS yang
bergolongan III
•
Dipotong PPh Pasal 21 dengan
tarif 15% (final)
•
Dipotong PPh Pasal 21 dengan
tarif 15% (final)
PNS yang
bergolongan IV
PNS yang
bergolongan IV
Dibuatkan Bukti
Potong PPh Pasal
21 Tidak Final
Dibuatkan Bukti
Potong PPh Pasal
21 Tidak Final
Dibuatkan Bukti
Potong PPh
Pasal 21 Final
Dibuatkan Bukti
Potong PPh
Pasal 21 Final
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/20012
Direktorat Jenderal Pajak 10
Upah/Uang Saku Harian,
Mingguan, Satuan, Borongan Jumlah Upah Kumulatif satu Dibayarkan Bulanan Atau bulan melebihi Rp 7.000.000 Upah/Uang Saku Harian
≤ 450.000 > 450.000
Tidak Dipotong Dikurangi 450.000
Dipotong 5%
Upah kumulatif > Rp4,5 jt s.d. Rp 7 jt sebulan
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
Tarif PPh 21 = 5%
Dikali 12
Dikurangi PTKP Setahun
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Ps 17
PPh Ps 21 Setahun
Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan
PPh Pasal 21:
Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas
PEGAWAI BUKAN PEGAWAI TIDAK BERKESINAMBUNGAN TIDAK BERKESINAMBUNGAN BERKESINAMBUNGAN BERKESINAMBUNGAN PENSIUNAN TETAP TETAP TIDAK TETAP TIDAK TETAP BULANAN BULANAN HARIAN HARIAN
Ph BRUTO - PTKP
(50% X Ph Bruto) Kumulatif
50 % x Ph Bruto Ph NETO - PTKP BERKALA
BERKALA
Ph BRUTO – 450 RIBU
Ph BRUTO(> 4,5jt s.d. 7jt) – PTKP Harian
Ph Bruto Kumulatif BERKESINAMBUNGAN ex Pasal 13 (1)
BERKESINAMBUNGAN ex Pasal 13 (1)
((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan) Kumulatif
PESERTA KEGIATAN
Ph BRUTO(>7jt) – PTKP
KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, PENARIKAN DAPEN oleh PEGAWAI
Ph Bruto
Rp54.000.000,- Untuk diri Wajib Pajak
Rp4.500.000,-Tambahan utk WP Kawin
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yg menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang
penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
PTKP:
(PMK 101/PMK.010/2016)
Direktorat Jenderal Pajak
5%
Sampai dengan Rp 50 juta
15%
Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
25%
Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta
30%
Di atas Rp 500 juta
Sesuai
Pasal 17 ayat (1)
huruf a
UU PPh
Tarif
Direktorat Jenderal Pajak
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21
Pada bulan Mei 2016 Bendahara SDN Jakarta membayarkan uang
lembur sejumlah Rp 200.000 per orangnya dalam rangka LEMBUR
mengawasi renovasi bangunan kepada:
•
A (PNS - golongan II/c),
•
B (PNS - golongan III/b),
•
C (Honorer).
Penghitungan PPh Pasal 21 atas honor yang diterima (uang lembur):
A (PNS - golongan II/c) = 0% X Rp200.000 = Rp0 (Final)
B (PNS - golongan III/b) = 5% X Rp200.000 = Rp10.000 (Final)
Pada bulan Mei 2016 Bendahara SDN Jakarta membayarkan uang
lembur sejumlah Rp 200.000 per orangnya dalam rangka LEMBUR
mengawasi renovasi bangunan kepada:
•
A (PNS - golongan II/c),
•
B (PNS - golongan III/b),
•
C (Honorer).
Penghitungan PPh Pasal 21 atas honor yang diterima (uang lembur):
A (PNS - golongan II/c) = 0% X Rp200.000 = Rp0 (Final)
B (PNS - golongan III/b) = 5% X Rp200.000 = Rp10.000 (Final)
Penulisan di Surat Setoran Pajak dengan mengisi NPWP dari Sekolah/Yayasan dengan:
Kode Akun Pajak : 411121 dan Kode Jenis Setoran : 402 (PNS)
Kode Akun Pajak : 411121 dan Kode Jenis Setoran : 100 (Bukan PNS)
Penulisan di Surat Setoran Pajak dengan mengisi NPWP dari Sekolah/Yayasan dengan:
Kode Akun Pajak : 411121 dan Kode Jenis Setoran : 402 (PNS)
Direktorat Jenderal Pajak
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 (lanjutan)
D (bukan PNS namun menerima penghasilan rutin dari SDN Jakarta, misalnya penghasilan rutin per bulan Rp2.500.000, Status TK/-). Penghitungannya digabung dengan penghasilan rutinnya.
A. Penghitungan PPh Pasal 21 Gaji dan uang lembur (honor)
Penghasilan setahun (Rp2.500.000X12 bulan) Rp 30.000.000 Penghasilan uang lembur bulan Mei 2016 Rp 200.000
Penghasilan Bruto Rp 30.200.000
Pengurang
Biaya Jabatan (5% X Ph Bruto) maks. 6 juta/tahun Rp 1.510.000 Iuran Pensiun Atau Iuran THT/JHT Rp 0
Jumlah Pengurang Rp 1.510.000
Penghasilan Neto (Ph Bruto-Pengurang) Rp 28.690.000 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/-Rp 54.000.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 0
PPh Pasal 21 Rp 0
PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 UU PPh X PKP = 5%x Rp 0 = Rp 0 (ber-NPWP)
D (bukan PNS namun menerima penghasilan rutin dari SDN Jakarta, misalnya penghasilan rutin per bulan Rp2.500.000, Status TK/-). Penghitungannya digabung dengan penghasilan rutinnya.
A. Penghitungan PPh Pasal 21 Gaji dan uang lembur (honor)
Penghasilan setahun (Rp2.500.000X12 bulan) Rp 30.000.000 Penghasilan uang lembur bulan Mei 2016 Rp 200.000
Penghasilan Bruto Rp 30.200.000
Pengurang
Biaya Jabatan (5% X Ph Bruto) maks. 6 juta/tahun Rp 1.510.000 Iuran Pensiun Atau Iuran THT/JHT Rp 0
Jumlah Pengurang Rp 1.510.000
Penghasilan Neto (Ph Bruto-Pengurang) Rp 28.690.000 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/-Rp 54.000.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 0
PPh Pasal 21 Rp 0
Direktorat Jenderal Pajak
Bukti Potong PPh Pasal 21
Tidak Final
Direktorat Jenderal Pajak
Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21
Disetor paling lambat
tanggal 10
bulan
berikutnya dengan
menggunakan SSP
Disetor paling lambat
tanggal 10
bulan
berikutnya dengan
menggunakan SSP
Dilapor paling lambat
tanggal
20
bulan berikutnya dengan
menggunakan SPT Masa 1721
SETOR
BENDAHARAWAN
PEMERINTAH
hari yg
SSP
sama
BANK/ KANTOR
POS
Belanja
Barang
LAPOR tgl 14
PUNGUT PPh 22
= 1,5%
SPT Masa
KPP PRATAMA
BADAN &/
ORANG
PRIBADI
DIKECUALIKAN DARI
PEMUNGUTAN PPh PSL 22
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar
minyak, listrik, gas, pelumas, air PDAM, benda-benda pos
Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mulai 31-8-2010
PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG YANG JUMLAHNYA PALING BANYAK Rp 2.000.000,00
Direktorat Jenderal Pajak
Penjelasan PPh Pasal 23
Dibayarkan jika yang memberikan jasa adalah
BADAN USAHA
, bukan
orang pribadi.
Dan
bukan
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.
Jika WP yang
dipotong tidak
mempunyai NPWP,
maka dikenakan tarif
100% lebih tinggi
Jika WP yang
dipotong tidak
mempunyai NPWP,
maka dikenakan tarif
100% lebih tinggi
2%
2%
dari
jumlah imbalan bruto
(tidak termasuk PPN)
dari
jumlah imbalan bruto
(tidak termasuk PPN)
Dibuatkan
Bukti
Direktorat Jenderal Pajak
Contoh Penghitungan
Bendahara SDN Jakarta menggunakan jasa pemasangan genset (CV. ABC) senilai Rp2.200.000 (harga yang tertulis di kuitansi).
Penghitungan PPh Pasal 23
Harga yang tertulis di kuitansi adalah nilai barang termasuk PPN, maka jumlah imbalan tanpa PPN (DPP*) = Rp2.200.000 x 100/110
= Rp2.000.000
PPN = Rp2.000.000 x 10% = Rp200.000 PPh Pasal 23 = Rp2.000.000 x 2%
= Rp40.000
Apabila rekanan tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 23 terutang : = Rp40.000,- x 200%
= Rp80.000
*DPP = Dasar Pengenaan Pajak
Bendahara SDN Jakarta menggunakan jasa pemasangan genset (CV. ABC) senilai Rp2.200.000 (harga yang tertulis di kuitansi).
Penghitungan PPh Pasal 23
Harga yang tertulis di kuitansi adalah nilai barang termasuk PPN, maka jumlah imbalan tanpa PPN (DPP*) = Rp2.200.000 x 100/110
= Rp2.000.000
PPN = Rp2.000.000 x 10% = Rp200.000
PPh Pasal 23 = Rp2.000.000 x 2% = Rp40.000
Apabila rekanan tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 23 terutang : = Rp40.000,- x 200%
= Rp80.000
Direktorat Jenderal Pajak
Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23
Disetor paling
lambat
tanggal 10
bulan berikutnya
dengan
menggunakan
SSP
Disetor paling
lambat
tanggal 10
bulan berikutnya
dengan
menggunakan
SSP
Dilapor paling lambat
tanggal 20
bulan
berikutnya dengan
menggunakan
SPT
Masa PPh Pasal 23
Dilapor paling lambat
tanggal 20
bulan
berikutnya dengan
menggunakan
SPT
Masa PPh Pasal 23
Jangan lupa
dibuatkan
Bukti
Potong
PPh Pasal
23
Jangan lupa
dibuatkan
Bukti
Potong
PPh Pasal
Direktorat Jenderal Pajak
Perawatan Sekolah
• Pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela
• Perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah (kamar mandi dan WC), perbaikan lantai ubin/keramik dan perawatan fasilitas sekolah lainnya
• Pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela
• Perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah (kamar mandi dan WC), perbaikan lantai ubin/keramik dan perawatan fasilitas sekolah lainnya
Kamar mandi dan WC siswa harus dijamin berfungsi dengan baik. Jika dalam keadaan
mendesak dan tidak ada sumber dana lainnya, dana BOS dapat digunakan untuk pembelian meja dan kursi siswa jika meja
dan kursi yang ada sudah rusak berat
Kamar mandi dan WC siswa harus dijamin berfungsi dengan baik. Jika dalam keadaan
mendesak dan tidak ada sumber dana lainnya, dana BOS dapat digunakan untuk pembelian meja dan kursi siswa jika meja
dan kursi yang ada sudah rusak berat
Untuk jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan:
Jika dilakukan oleh badan usaha (CV, PT, dll) yang bukan jasa
konstruksi:
Dipotong PPh Pasal 23 atas jasa lain
Jika dilakukan oleh perusahaan jasa konstruksi
Dipotong PPh Pasal 4 ayat (2)
jika dilakukan oleh orang pribadi :
Direktorat Jenderal Pajak
PPh Pasal 4 ayat (2)
Jasa Konstruksi adalah :
•
layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,
•
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan
•
layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.
Pekerjaan konstruksi adalah
Direktorat Jenderal Pajak
Tarif PPh Pasal 4 ayat (2)
Bentuk Pekerjaan
Klasifikasi Usaha
Tarif
Pelaksanaan
Konsutruksi
Kecil
2%
Menengah dan Besar
3%
Tidak memiliki kualifikasi usaha
4%
Perencanaan dan
Pengawasan
Konstruksi
Kecil, Menengah, Besar
4%
Tidak memiliki kualifikasi usaha
6%
Direktorat Jenderal Pajak
Contoh Penghitungan
SDN Jakarta menggunakan jasa PT. Jaskon (kualifikasi menengah)
untuk merenovasi gedung sekolah dengan biaya Rp44.000.000,-
(harga termasuk PPN).
Penghitungan PPN
Harga barang termasuk PPN, maka PPN yang harus dipungut
= Rp44.000.000 x 10/110
= Rp4.000.000
Harga tanpa PPN
=Rp44.000.000 – Rp4.000.000
= Rp40.000.000
Penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2)
Rp1.200.000,-Direktorat Jenderal Pajak
Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2)
Disetor paling
lambat
tanggal 10
bulan berikutnya
dengan
menggunakan
SSP
Disetor paling
lambat
tanggal 10
bulan berikutnya
dengan
menggunakan
SSP
Dilapor paling lambat
tanggal 20
bulan
berikutnya dengan
menggunakan
SPT Masa
PPh Pasal 4 ayat (2)
Dilapor paling lambat
tanggal 20
bulan
berikutnya dengan
menggunakan
SPT Masa
PPh Pasal 4 ayat (2)
Jangan lupa
dibuatkan
Bukti
Potong
PPh Pasal 4
ayat (2)
Jangan lupa
dibuatkan
Bukti
Potong
PPh Pasal 4
Direktorat Jenderal Pajak
Pembelian Perangkat Komputer
•
Desktop/workstation
•
Printer
atau
printer
plus scanner
•
Desktop/workstation
•
Printer
atau
printer
plus scanner
Masing-masing maksimum 1 unit dalam satu tahun anggaran. Peralatan komputer tersebut harus
ada di sekolah.
Masing-masing maksimum 1 unit dalam satu tahun anggaran. Peralatan komputer tersebut harus
ada di sekolah.
Atas pembelian/pengadaan
yang dilakukan oleh Sekolah
Negeri dan melebihi Rp 1
juta:
Direktorat Jenderal Pajak
CONTOH KASUS
SDN Catur Tunggal 1 Sleman
MENERIMA DANA APBN (BOS) TOTAL Rp 50.000.000
Pada bulan Februari – Maret 2015 akan dialokasikan untuk:
Revitalisasi Gedung Perpustakaan
Cara yang ditempuh :
Swa Kelola, sehingga yang harus dibelanjakan :
1. Belanja Barang :
a. Beli Semen Rp 900.000 tanggal 5-2-2015 b. Beli Semen Rp 800.000 tanggal 8-2-2015 c. Beli Pasir Rp 950.000 tanggal 10-2-2015 d. Beli Besi Rp 5.000.000 tanggal 2-3-2015
e. Beli Kusen Rp 9.000.000 tanggal 9-3-2015
2. Belanja Jasa:
a. renovasi Gedung Rp. 5.000.000 tanggal 2-2-2015 Rekanan ber-NPWP b. Service AC Rp 1.100.000 tanggal 10-2-2015 Rekanan ber-NPWP c. Catering Rp 500.000 tanggal 12-3-2015 Rekanan tidak ber-NPWP
3. Belanja Pegawai:
a. Honor Lembur seorang pegawai (gol. IIIa) mengawasi pembangunan @Rp 150.000 tanggal 15-2-2015
Belanja di Toko Bangun Jaya ber-NPWP dengan kwitansi
Direktorat Jenderal Pajak
KEWAJIBAN PAJAKNYA
1. Belanja Barang:
a. Beli Semen Rp 900.000 (terutang meterai 3.000)
b. Beli Semen Rp 800.000 (terutang meterai 3.000)
c. Beli Pasir Rp 1.500.000 (terutang meterai 6.000)
Total transaksi bulan Februari Rp 3.200.000
PPN terutang Rp 1.700.000 x 10% = Rp 170.000 (Kode 411211/900) (Pasir dikeluarkan dari DPP karena tidak terutang PPN)
PPh pasal 22 terutang NIHIL
Agar tidak ada indikasi dipecah2 ketiga transaksi digabungkan
dalam satu periode bulan Februari 2015
d. Beli Besi Rp 5.000.000 (terutang meterai 6.000)
e. Beli Kusen Rp 9.000.000 (terutang meterai 6.000)
Total transaksi bulan Maret Rp 14.000.000
PPN terutang Rp 14.000.000 x 10% = Rp 1.400.000 (Kode 411211/900)
PPh pasal 22 terutang NIHIL
Agar tidak ada indikasi dipecah2 kedua transaksi
Direktorat Jenderal Pajak
KEWAJIBAN PAJAKNYA
2. Belanja Jasa:
a. Renovasi Gedung Rp5.000.000 (terutang meterai 6.000)
b. Service AC Rp 1.000.000 (terutang meterai 3.000) c. Catering Rp 500.000 (terutang meterai 3.000)
Total transaksi bulan Februari Rp 1.100.000
PPN terutang Rp 6.000.000 x 10% = Rp 600.000 (Kode 411211/900) (SSP atas Nama/NPWP Rekanan)
PPh pasal 23 terutang Rp 6.000.000 x 2% = Rp 120.000 (Kode 411124/104) (SSP atas Nama/NPWP Bendahara)
Total transaksi bulan Maret Rp 500.000 PPN terutang NIHIL
Direktorat Jenderal Pajak
KEWAJIBAN PAJAKNYA
Catatan:
Namun jika Rekanan punya NPWP tapi tidak mau memberikan NPWP-nya, setoran
menggunakan NPWP Bendahara tapi tarifnya menjadi 4% (dianggap belanja kepada Rekanan yang tidak ber-NPWP)
PPh pasal 23 terutang Rp 6.000.000 x 4% = Rp 240.000 (Kode 411124/104) (SSP atas Nama/NPWP Bendahara)
Direktorat Jenderal Pajak
KEWAJIBAN PAJAKNYA
3. Belanja Pegawai:
a. Honor Lembur seorang pegawai @Rp 150.000 (Non Rutin berNPWP)
Transaksi bulan Februari
PPh pasal 21 terutang = Rp 150.000 x 6% = Rp 45.000 (Kode 411121/100) (SSP atas Nama/NPWP Bendahara)
Catatan:
Direktorat Jenderal Pajak
Kwitansi Include PPN
Apabila ada kwitansi pembelian yang didalamnya sudah tercantum PPN-nya, maka
dicari dahulu DPP (Dasar Pengenaan Pajak) nya:
Misal Bendahara Budi merenovasi gedung sekolah dengan menggunakan jasa
kontraktor kualifikasi kecil “PT Andalan” (PKP) seharga Rp 55.000.000 (harga
termasuk PPN), berapakah PPN dan PPh pasal 4 ayat (2) yang harus disetor?
DPP = 100/110 x Rp 55.000.000 = Rp 50.000.000
PPN terutang
= Rp 50.000.000 x 10% = Rp 5.000.000
PPh Pasal 4 ayat (2) = Rp 50.000.000 x 2% = Rp 1.000.000
Bendahara membayar kepada Rekanan sebesar ????
Nilai kwitansi Rp 55.000.000 – (PPN Rp 5.000.000 + PPh 4(2) Rp 1.000.000
= Rp 49.000.000
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 40-42, KPP 12190 TELP. (021) 5250208 PESAWAT 50611, FAKS (021) 5736191
www.pajak.go.id