• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENSTRA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN 2011 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RENSTRA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN 2011 2015"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa dasar untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem perencanaan perangkat daerah yang dikenal dengan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).

Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan tanggung jawab Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang didalanya memuat Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan, Program dan Kegiatan Pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM Daerah dan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Renstra SKPD Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba Tahun 2011-2015 akan digunakan sebagai bahan rujukan dan referensi dalam membuat atau menetapkan Rencana Kerja (Renja) dinas yang nantinya akan tertuang dalam bentuk kegiatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Dinas tiap tahunnya.

Rencana strategi merupakan proses secara sistematis yang berkelanjutan dari pembuatan keputusan yang beresiko, dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan antisipatif, mengorganisir secara sistematis usaha-usaha melaksanakan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya melalui umpan balik yang terorganisasi dan sistematis.

Perencanaan strategic merupakan kebutuhan nyata untuk mengatasi

(2)

2

puncak untuk diimplementasikan oleh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Penjabaran visi pertanian yang didalamnya tercakup pembangunan sub sektor perkebunan perlu ditempuh langkah penyesuaian dan perubahan arah

pendekatan dan orientasi dibanding dengan periode sebelumnya tentang hal-hal sebagai berikut ;

a. Dari pendekatan yang berorientasi peningkatan produksi kepada pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang bernuansa berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi.

b. Dari pendekatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kepada pendekatan peningkatan produktivitas usahatani melalui pemanfaatan asset agribisnis secara optimal (berdaya saing).

c. Dari pendekatan hanya penggunaan paket teknologi konvensional/baku yang mengandalkan penggunaan agro input dari luar sistem pertanian kepadapendekatan paket teknologi yang tersedia dan diterima oleh budaya setempat, diantaranya dengan menggunakan agro input dari internal sistem pertanian (berkelanjutan). d. Dari pendekatan yang lebih berorientasi pada pengembangan komoditas

utama/tradisional pada wilayah konvensional, kepada pendekatan berbagai komoditas lainnya yang secara teknis sesuai dan tersedia peluang pasarnya, termasuk komoditas lokal spesifik serta pengembangan pada wilayah bukaan baru (berkerakyatan dan terdesentralisasi).

e. Dari pendekatan penyelenggaraan pembangunan yang bertumpu pada peran pemerintah, kepada pendekatan pelayanan, fasilitasi, pendampingan, advokasi dan penciptaan iklim yang bertumpu pada peran serta masyarakat UKM, Koperasi, dan dunia usaha (partisipatif).

Dari perspektif pelaksanaan prioritas pembangunan bidang sumberdaya

(3)

3

daya alam dan lingkungan hidup yang terkait diarahkan pada 2 (dua) prioritas bidang, yaitu :

1. Ketahanan Pangan dan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan, dengan 2 (dua) fokus prioritas, terdiri dari :

a. Peningkatan produksi dan produktivitas untuk memenuhi ketersediaan pangan dan bahan baku industri dari dalam negeri.

b. Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan pemasaran produk pertanian,

perikanan dan kehutanan.

c. Peningkatan kapasitas masyarakat pertanian, perikanan dan kehutanan.

2. Peningkatan Konservasi dan rehabilitasi sumberdaya hutan, dengan 4 (empat) fokus prioritas, meliputi :

a. Pemantapan kawasan hutan

b. Konservasi keaneka ragaman hayati dan perlindungan hutan c. Peningkatan fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS) d. Pengembangan penelitian dan iptek sektor kehutanan

Melalui perubahan pendekatan orientasi yang dimaksud yang berlangsung dalam satu proses bertahap, berkelanjutan dan konsisten, proses, berkelanjutan sub sektor diharapkan akan dapat turut berperan dalam mengemban pembangunan ekonomi dan pembangunan daerah.

Rencana strategik ini dimaksudkan untuk memberikan arah penyelenggaraan pembangunan kehutanan dan perkebunan selama lima tahun mendatang dengan maksud menyatakan gerak langkah seluruh unsur kehutan dan perkebunan dalam mencapai tujuan pembangunan kehutanan dan perkebunan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra – SKPD) yang

diharapakan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan sekaligus sebagai bahan pertanggungjawaban atas kinerja yang telah dicapai.

(4)

4

dalama rangka pencapaian tujuan organisasi. Olehnya itu dokumen Perencanaan Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) merupakan bagian yang terintegrasi dengan dokumen perencanaan lainnya yang dibuat atau dihasilkan oleh pemerintah daerah.

Perencanaan diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu; (1) Perencanaan Jangka Panjang, (2) Perencanaan Jangka Menengah (3) Perencanaan Jangka Pendek. Renstra SKPD adalah salah satu jenis perencanaan jangka menengah yang didalamnya memuat Visi, Misi, Tujuan, Strategi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Dalam implementasi kegiatannya perlu dukungan dengan dokumen perencanaan lainnya, sebagai operasional anggaran (budget Opertaional Planning), yang termuat dalam Arah Kebijakan Umum (AKU). Dalam Dokumen ini memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan anggaran, yang selanjutnya menjadi dasar untuk penilaian kinerja keuangan daerah selama satu tahun anggaran.

Selanjutnya Renstra SKPD ini juga terkait dengan penjabaran implementasi kegiatannya setiap tahun yang disusun dalam bentuk Rencana Kerja Tahunan (RKT) Dinas, dan dijabarkan lebih luas dalam Rencana Pembangunan Tahunan Daerah Kabupaten. Repetada merupakan aspirasi dan kesatuan pandangan yang sinergis dari dan untuk berbagai pelaku pembangunan, yaitu pemerintah, swasta dan seluruh masyarakat.

1.2. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

(5)

5

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817).

(6)

6

11. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103).

12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107).

13. Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 - 2029;

14. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 – 2013;

15. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 7);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bulukumba tahun 2010-2015;

1.3. Pengertian, Maksud, dan Tujuan

Pengertian Renstra adalah suatu proses yang berorientasi pada hasil yang

ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Renstra mengandung Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, cara mencapai tujuan dan sasaran yang meliputi Kebijaksanaan, Program dan Kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.

Fungsi renstra adalah sebagai berikut;

(7)

7

b. Sebagai instrumen untuk memicu dan memacu aparat serta masyarakat dalam proses pencapaian sasaran yang ditetapkan.

c. Sebagai alat kontrol masyarakat dan pemerintah daerah akan masa depan melalui tindakan masa kini.

d. Dapat menjadi alat ukur pelaksanaan aparat Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bulukumba.

Tujuan Penyusunan Renstra SKPD adalah merumuskan Kebijakan dan

Program Strategis yang menjamin pelaksanaan pembangunan perkebunan yang efisien dan efektif berdasarkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik.

Penyusunan Renstra SKPD Dinas Kehutan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba Dimaksudkan sebagai upaya untuk mengarahkan semua sumberdaya yang dimiliki dan mengupayakan sumberdaya lain untuk terlibat didalam pelaksanaan program-program pembangunan yang ada dan untuk mencapai tujuan pembangunan yang sudah ditetapkan.

Sasaran penyusunan Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba adalah :

1. Tersedianya kebijakan dan Program Strategis yang merupakan indikator Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunan Kehutan dan Perkebunan.

2. Tersedianya rumusan Program Strategis yang merupakan indikator Program APBD II, Propinsi dan APBN dan sekaligus sebagai tolak ukur dalam penilaian kinerja.

3. Terwujudnya komitmen bersama antara eksekutif dan legislatif terhadap program-program pembangunan kehutan dan perkebunan baik yang dibiayai oleh APBD maupun APBN.

1.4. Sistematika Penulisan

(8)

8

1. Bab I, Pendahuluan, berisi Latar Belakang, , Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan , Serta Sistematika Penulisan Renstra SKPD;

2. Bab II, gambaran pelayanan SKPD berisi Tugas, Fungsi SKPD, dan struktur Organisasi SKPD, sumberdaya SKPD, Kinerja Pelayanan SKPD, Tantangan dan Peluang pengembangan Pelayanan SKPD

3. Bab III, Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan Fungsi berisi telaahan visi, misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih, telaahan renstra K/L

dan Renstra, telaahan rencana tata ruang wilayah dan kajian lingkungan hidup strategis, penentuan isu-isu strategis .

4. Bab IV, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan, yang memuat tentang

visi dan misi SKPD, Tujuan dan sasaran jangka menengah SKPD, Strategi dan , Kebijakan SKPD.

5. Bab V, Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, kelompok sasaran dan

pendanaan indikatif..

6. Bab VI, Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu Pada Tujuan dan Sasaran

(9)

9 BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Bulukumba berada pada bagian Jazirah Sulawesi Selatan yanng berada sekitar 154 Km dari Makassar, Ibu Kota

Propinsi Sulawesi Selatan, dimana merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dibidang Pertanian khususnya Sub Sektor Kehutanan dan Perkebunan yang cukup besar. Luas Wilayah Kabupaten Bulukumba adalah 1.154,67 Km2, yang secara administratif terdiri atas 10 (sepuluh) Wilayah Kecamatan, dimana 9 (sembilan)

Kecamatan diantaranya merupakan wilayah Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan.

Sektor Kehutanan memegang peranan penting untuk kelancaran ekosistem lingkungan hidup, disamping menjaga kesinambungan sumbedaya air. Produksi hutan hanya berupa kayu dan sedangkan hasil hutan lain belum dimanfaatkan. Produksi kayu tersebut secara keseluruhan dihasilkan dari jenis kayu bentuk bulat dan gergajian, untuk jenis kayu bulat terdiri dari jati dan non jati. Hasil produksi selama lima tahun terakhir mengalami peningkat rata-rata 31 %. Pada tahun 2005 produksi kayu jenis jati sebanyak 31,343 batang atau 10,447 M3 dan non jati sebanyak 29,367 batang atau 9,788 M3. Produksi hasil hutan tersebut belum didukung oleh industri yang memadai, industri primer yang ada di Kabupaten Bulukumba sebanyak 6 (enam ) buah.

(10)
[image:10.612.73.542.117.354.2]

10 Tabel 1

Luas Kawasan Hutan Berdasarkan penetapan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

No Kawasan Hutan Luas Areal Ha Lokasi

1. Lindung 3,538, Bulukumpa (648,88 Ha) Kindang (2.522,95 Ha) Gantarang (366,17)

2. Produksi 1.109,08 Gantarang (256,25 Ha) Rilau Ale (675 Ha) Kindang (177,83 Ha)

3. Konservasi (TAHURA)

3,475 Bontobahari

4. Produksi Terbatas 331,17 Kajang (331,17 Ha)

[image:10.612.73.523.433.666.2]

Jumlah 8,543, 25 Bulukumba

Tabel 2

Luas Lahan Kritis Di Luar Kawasan Hutan dan Dalam Kawasan Hutan

No Lokasi Lahan Kritis

1.

2.

Luar kawasan hutan

a. Kawasan fungsi lindung

b. Kawasan budidaya (Hutan rakyat, dll)

Dalam kawasan hutan

a. Kawasan hutan lindung b. Kawasan Hutan Produksi

c. Kawasan Hutan Konservasi (TAHURA)

Jumlah Luas Lahan Kritis

39.978,055 Ha 1142,15 Ha 38.835,905 Ha

6.713,003 Ha 2.157,2 Ha 1.370,603 Ha 3.185,2 ha

(11)

11

Hasil tanaman perkebunan yang dominan di Kabupaten Bulukumba adalah tanaman kelapa (kelapa dalam dan kelapa hibrida), kopi (kopi arabika dan kopi robusta),kakao, cengkeh dan karet. Produksi kelapa dan kopi sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan rakyat sedangkan karet dihasilkan oleh perkebunan swasta. Komoditas lain yang dihasilkan Kabupaten Bulukumba adalah jambu mete, lada, vanili, kapas, kapok, pala, nilam, tembakau dan kemiri.

Secara keseluruhan luas areal dan produksi tanaman perkebunan di

[image:11.612.72.544.439.723.2]

Kabupaten Bulukumba dalam lima tahun terakhir meningkat. Peningkatan produksi tanaman perkebunan yang mengalami peningkatan juga terjadi pada tanaman kakao, kelapa, dan cengkeh. Industri pengolahan kapas Ginnery di Matekko dan industri pengolahan karet di kelola PT. London Sumatera (Lonsum), sedangkan kelembagaan teknologi tepat guna sangat sederhana, untuk pengembangan lebih lanjut diperlukan adanya teknologi modern produksi perkebunan di daerah ini sehingga produk perkebunan berkualitas.

Tabel 3

Luas areal, produksi dan jumlah petani Tanaman Perkebunan

Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

Karet Bulukumpa, Ujung Loe Luas Areal (Ha)

Jumlah Produksi (ton)

Jumlah Petani (KK)

5658,78 5363 1568 - - - - - - - - - - - - Cengkeh Bulukumpa, Kindang, Gantarang, Kajang, Rilau Ale

Luas Areal (Ha) Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

3758 1737 6670 3773 1951 6689 4148,55 3231 8794 4327,65 3214,2 9,056 4621 3400 9010

Kopi Robusta Bulukumpa, Kindang, Gantarang, Rilau Ale

Luas Areal (Ha) Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

(12)

12

Kopi Arabika Bulukumpa, Kindang, Gantarang, Rilau Ale

Luas Areal (Ha) Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

432 100 511 434 145 514 536,01 180 984 636,2 333 1191 636 717,51 985

Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

Kelapa Dalam 10 Kecamatan Luas Areal (Ha)

Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

7618 1525 14938 7618 1512 14938 6852,68 1371,93 11422 6829,93 3636 11396 6832 1370 10412

Kelapa Hibrida 10 Kecamatan

Luas Areal (Ha) Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

5303 7193 6171 5303 1791 6171 5283 1380 6141 5290 3386 5849 5291 543,25 6150

Jambu Mete 10 Kecamatan

Luas Areal (Ha) Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

4601 1364 5744 4603 1379 5746 4049,3 1905,7 5152 3813,45 1755,3 4777 3843 1591 4578

Kakao 9 Kecamatan (kecuali Ujung bulu) Luas Areal (Ha)

Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

4981 2820 7727 5261 3075 8059 5925,3 2804 9915 6817 3925 10799 7141 4520 10822 Lada 7 Kecamatan ( kecuali Ujung bulu, Herlang, Bonto tiro)

Luas Areal (Ha) Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

2636 841 4056 356 108 4075 2417,5 1308,8 3845 2471,85 1334,8 3990 2551 1410 3990

Vanili Bulukumpa, Kindang, Gantarang, Kajang, Rilau Ale

Luas Areal (Ha) Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

(13)

13 Luas Areal (Ha)

Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

1388,25 565 1599 1924 709,33 2596 1679,75 606,25 1490 1216,75 372,59 1429 1400 7200 1728

Kapok 10 Kecamatan

Luas Areal (Ha) Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

1031 82 3410 34 6 139 217,5 58,5 926 217,5 51,5 926 - - -

Pala Gantarang, Bulukumpa, Rilau Ale Luas Areal (Ha)

Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

581 545 1127 26 4,5 49 97,5 37,5 198 134 39,25 243 - - -

Kemiri 10 Kecamatan

Luas Areal (Ha) Jumlah Produksi (ton) Jumlah Petani (KK)

1305 336 4302 225 59 540 280 79,87 498 280 79,85 491 - - -

2.1.Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba adalah merupakan salah satu Dinas Yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 07 tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Bulukumba, tanggal 31 Juli 2008. Dinas Kehutanan dan Perkebunan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang dalam struktur organisasinya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Bulukumba.

Struktur organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan berdasarkan Peraturan

Daerah Nomor 10 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 07 tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Bulukumba, tanggal 31 Juli 2008 dapat dilihat pada lampiran 2, dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

(14)

14

1. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepagawaian 2. Kepala Sub Bagian Program

3. Kepala Sub Bagian Keuangan

c. Kepala Sub Bidang Pengusahaan Hutan, terdiri dari : 1. Kepala Seksi Produksi dan Peredaran Hasil Hutan 2. Kepala Seksi Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan 3. Kepala Seksi Pemanfaatan Hutan

d. Kepala Sub Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan, terdiri dari : 1. Kepala Seksi Perlindungan dan Tata Guna Hutan

2. Kepala Seksi Pengawasan Hasil Hutan

3. Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Hutan

e. Kepala Bidang Rehabilitasi Hutan dan Perhutanan Sosial, terdiri dari : 1. Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan

2. Kepala Seksi Penghijauan dan Konservasi Tanah 3. Kepala Hutan Kemasyarakatan

f. Kepala Bidang Pengembangan dan Proteksi Perkebunan, terdiri dari : 1. Kepala Seksi Pengembangan Perkebunan dan Kelembagaan 2. Kepala Seksi Sarana Produksi dan Perbenihan

3. Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Perkebunan

g. Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, terdiri dari : 1. Kepala Seksi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Perkebunan

2. Kepala Seksi Alat dan Mesin Perkebunan

3. Kepala Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan

h. Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Usaha Perkebunan, terdiri dari : 1. Kepala Seksi Bina Usaha Tani Perkebunan

2. Kepala Seksi Permodalan dan Kemitraan 3. Kepala Seksi Sarana Usaha Perkebunan

Dinas Kehutanan dan Perkebunan berdasarkan Keputusan Bupati Bulukumba

(15)

15

Bulukumba, mengemban tugas untuk “Melaksanakan sebagian Urusan Rumah Tangga Daerah dan Tugas Pembantuan, Menyusun Rencana Kebijaksanaan

Pembangunan, Pembinaan dan Pengelolaan di Bidang Kehutanan dan

Perkebunan”.

Untuk melaksanakan tugas pokok maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan menyelenggarakan fungsi antara lain sebagai berikut :

a. Merumuskan rencana kegiatan kebijaksanaan pembangunan kehutanan. b. Mendistribusikan tugas dan member petunjuk pelaksanaan kepada bawahan. c. Mengkoordinasikan tugas kepada instansi terkait.

d. Merumuskan dan menyelenggarakan proses perizinan usaha di bidang usaha kehutanan.

e. Melaksanakan pengamanan teknis sesuai dengan tugas pokoknya.

f. Melakukan pengkajian dan evaluasi kebijakan pembangunan kehutanan dan perkebunan.

g. Melakukan pembinaan, pengawasan kegiatan usaha kehutanan dan perkebunan. h. Melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi tanah dan pengembangan

aneka usaha kehutanan.

i. Melaksanakan pelayanan peredaran hasil hutan.

j. Melaksanakan perlindungan, pengamanan dan pengawasan kawasan hutan dan kawasan lindung.

k. Melaksanakan pengelolaan dan penataan pemanfaatan kawasan hutan.

l. Melaksanakan penataan dan perencanaan penggunaan lahan melalui pendekatan system Daerah Aliran Sungai (DAS).

m. Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pengembangan dan proteksi perkebunan.

n. Melaksanakan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan

o. Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pembinaan dan pengelolaan perkebunan.

(16)

16 Sekretaris

Tugas Pokok : Membantu Kepala Dinas Mengkoordinasikan Penyelenggaraan Kesekretariatan Dnas Kehutanan dan Perkebunan

Sub Bagian Program

Tugas pokok : Membantu sekretaris dalam menyusun program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan

program Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Tugas pokok : Membantu sekretaris dalam menyusun program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan umum dan kepegawaian Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Sub Bagian Keuangan

Tugas pokok : Membantu sekretaris dalam menyusun program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan keuangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Bidang Pengusahaan Hutan

Tugas pokok : Membantu Kepala Dinas dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pengusahaan hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Produksi dan Peredaran Hasil Hutan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan produksi dan peredaran hasil hutan Dinas

Kehutanan dan Perkebunan

(17)

17

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pengembangan aneka usaha kehutanan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Pemanfaatan Hutan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi

penyelenggaraan pemanfaatan hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan (SDH)

Tugas pokok : Membantu Kepala Dinas dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumber daya hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Perlindungan dan Tata Guna Hutan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan perlindungan dan tata guna hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Pengawasan Hasil Hutan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pengawasan hasil hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Konservasi Sumber Daya Hutan

(18)

18

penyelenggaraan konservasi sumber daya hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Bidang Rehabilitasi Hutan dan Perhutanan Sosial

Tugas pokok : Membantu Kepala Dinas dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan perhutanan sosia Dinas

Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Rehabilitasi Hutan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan rehabilitasi hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Penghijauan dan Konservasi Tanah

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan penghijauan dan konservasi tanah Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Hutan Kemasyarakatan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan hutan kemasyarakatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Bidang Pengembangan dan Proteksi Tanaman

(19)

19

penyelenggaraan pengembangan dan proteksi tanaman Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Pengembangan Perkebunan dan Kelembagaan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pengembangan perkebunan dan kelembagaan

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Sarana Produksi dan Perbenihan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan sarana produksi dan perbenihan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Perlindungan Tanaman Pekebunan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan perlindungan tanaman perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

Tugas pokok : Membantu Kepala Dinas dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Perkebunan

(20)

20

penyelenggaraan pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Alat dan Mesin Perkebunan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan alat dan mesin perkebunan Dinas Kehutanan dan

Perkebunan

Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Pekebunan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan promosi dan pemasaran hasil perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Usaha Perkebunan

Tugas pokok : Membantu Kepala Dinas dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pembinaan dan pengelolaan usaha perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Bina Usaha Tani Perkebunan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan bina usaha tani perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Sarana Usaha Perkebunan

(21)

21

penyelenggaraan sarana usaha perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seksi Permodalan dan Kemitraan

Tugas Pokok : Membantu Kepala Bidang dalam mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan permodalan dan kemitraan Dinas Kehutanan dan

Perkebunan

2.2. Sumber Daya SKPD

2.2.1. Aspek Sumber Daya Manusia

Untuk mendukung jalannya organisasi diperlukan personil yang cakap dan mampu dalam melaksanakan tugas-tugas yang diemban oleh organisasi.

Sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2010, jumlah personil/pegawai pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan sebanyak 134 orang terdiri dari 93 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 41 orang Staf Honorer/Staf Sukarela.

(22)
[image:22.612.84.538.133.574.2]

22 Tabel 4

Jumlah Pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Berdasarkan Pangkat/Golongan, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan

Pangkat/Gol

Jenis

Kelamin Pendidikan

L P S2 S1 D3 D1 SLTA SLTP

Pembina Tk. 1/ IV.b

Pembina / IV.a

Penata Tk.1/III.d

Penata / III.c

Penata Muda Tk.1/III.b

Penata Muda /III.a

Pengatur Tk.1/II.d

Pengatur/ II.c

Pengatur Muda Tk.1/ II.b

Pengatur Muda / II.a

Honorer/ Sukarela - 2 6 3 10 11 4 3 3 22 25 3 - 5 5 2 6 1 2 1 4 16 1 2 - 3 2 - - - - - - 2 - 8 4 10 13 - - 2 7 10 - - 1 - - - 2 1 - - 4 - - - - - - - - - - 2 - - 2 1 - 4 3 3 2 19 25 - - - - - - - 1 - - -

JUMLAH 89 45 8 56 8 2 59 1

2.2.2 Aspek Sarana dan Prasarana

(23)

23

Sampai dengan akhir tahun 2010, jumlah kendaraan operasional pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan berupa motor berjumlah 14 buah yang sebagian sudah dalam kondisi yang kurang memungkinkan untuk dipakai sebagai kendaraan lapangan. Sehingga dalam rangka peningkatan efektifitas kerja petugas kehutanan dan perkebunan, perlu adanya penambahan kendaraan operasional berupa motor dengan kualitas yang baik sehingga dapat dimanfaatkan untuk tugas-tugas lapangan. Dalam rangka peningkatan pengamanan terhadap hutan dan hasil hutan yang terdapat di

Kabupaten Bulukumba, telah diadakan kendaraan operasional berupa mobil patroli kehutanan.

Sarana komputer dan printer sebagai penunjang kegiatan kantor saat ini berjumlah 10 unit komputer dan 3 unit laptop dengan printer berjumlah 13 buah. Kondisi computer yang ada saat ini, hanya berjumlah 5 unit yang berfungsi sedangkan 5 unit dalam kondisi rusak berat sehingga apabila diperbaiki akan menelan biaya yang cukup besar, sedangkan printer yang masih berfungsi sebanyak 5 buah.

Alat perpetaan merupakan sarana yang cukup vital bagi Dinas Kehutanan dan Perkebunan, sampai saat ini alat perpetaan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan hanya berupa alat-alat perpetaan manual berupa kompas, altimeter, sedangkan alat perpetaan berupa GPS (Global Positioning System) hanya 6 dalam kondisi baik. Selain alat-alat tersebut Dinas Kehutanan dan Perkebunan sangat memerlukan adanya Potter udara dan Peta Rupa Bumi sebagai bahan dalam penyusunan data dan Rencana Kehutanan.

(24)
[image:24.612.127.518.143.702.2]

24 Tabel 5

Jumlah dan Jenis Sarana dan Prasarana

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

Gedung Kantor

Kendaraan Roda 4

Kendaraan Roda 2

Theodolit

Bor Tanah

Meja Gambar + Kursi

Kompas

Klinometer

Planimeter

Curtimeter

Altimeter

GPS

Pita Ukur

Lemari alat gambar

Lemari arsip

Lemari perpusatakaan

Filing kabinet

1 Unit

1 Buah

14 Buah

1 Buah

1 Buah

1 Set

3 Buah

1 Buah

1 Buah

1 Buah

1 Buah

1 Buah

2 Buah

1 Buah

4 Buah

3 Buah

8 Buah

(25)

25 18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

Meja Kerja

Kursi Kerja

Kursi Tamu

Kursi Lipat

Komputer Desktop

Laptop/Notebook

Mesin Ketik

AC

Handycam

Kamera

Televisi

Kulkas

Alat Komunikasi

35 Buah

19 Buah

2 Set

54 Buah

6 unit

1 Unit

6 Buah

2 Unit

1 Buah

1 Buah

1 Unit

1 Buah

1 Unit

2.3. Tantangan dan peluang pengembangan pelayanan SKPD

A. Analisis Lingkungan Strategis

Analisis lingkungan strategis adalah analisis terhadap factor-faktor yang berpengaruh pada pencapaian kinerja pembangunan Dinas Perkebunan Kabupaten

(26)

26 B. Pencermatan Lingkungan Internal (PLI)

Lingkungan internal merupakan factor lingkungan yang berpengaruh pada kinerja pembangunan perkebunan dan secara umum dapat dikendalikan oleh pihak pelaku pembangunan yang pada dasarnya ada yang merupakan kekuatan dan ada yang merupakan kelemahan.

1. Kekuatan

1.1 Hasil pertanian, khususnya subsector perkebunan yang cukup banyak (produksi

yang melimpah).

1.2 Keanekaragaman tanaman perkebunan yang dikembangkan termasuk didalamnya komoditi unggulan dan andalan.

1.3 Potensi pengembangan berbagai komoditi tanaman perkebunan sesuai dengan kondisi agroklimat.

1.4 Tumbuhnya wilayah-wilayah/sentra ekonomi baru disekitar daerah perkebunan. 1.5 Tumbuh dan berkembangya lembaga ekonomi ditingkat petani (kelompok tani,

Gapoktan, Koperasi petani).

1.6 Potensi sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang cukup memadai. 1.7 Ada instansi yang menangani kehutanan baik di provinsi maupun di

kabupaten/kota.

1.8 Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi di bidang kehutanan dan pertanian terutama sarjana (S1) sebanyak 46 orang yang terdiri dari 8 orang S1 kehutanan, 15 orang S1 Pertanian dan 23 orang S1 non kehutanan dan pertanian, S2 8 orang, 5 orang Sarjana Muda dan 1 orang SLTP.

1.9 Peraturan perundangan bidang kehutanan yang mendukung pengelolaan sumberdaya hutan (UU. No. 41 tahun 1999, PP No. 6 tahun 2007, UU No. 32 tahun 2004, PP No. 35 tahun 2002, PP No. 44 tahun 2004, Perda No. 8 Tahun 2008 serta aturan pendukung lainnya);

1.10 Hasil-hasil pembangunan kehutanan yang selama ini telah dilaksanakan

dapat dijadikan modal pembangunan selanjutnya.

(27)

27 2. Kelemahan

2.1 Kurang lengkapnya data base tentang potensi pengembangan komoditi tanaman perkebunan dan komoditi produksi hasil hutan..

2.2 Rendahnya pengetahuan petani dalam hal pemamfaatan limbah hasil perkebunan.

2.3 Hasil produksi petani pada umumnya masih merupakan hasil primer dengan mutu yang rendah (produk primer).

2.4 Budidaya yang dikembangkan masih terbatas pada komoditi-komoditi utama/konvensional.

2.5 Rendahnya kualitas hasil komoditi yang diusahakan.

2.6 Petani masih menganut agroinput dari luar system pertanian ( bukan agroinput dari internal system pertanian (berkelanjutan).

2.7 Pemberian peran kepada masyarakat kurang berkeadilan; Kebijakan pelaksanaan pembangunan kehutanan belum berpihak pada masyarakat lokal.

2.8 Distribusi manfaat kehutanan kurang berkeadilan;

2.9 Pemanfaatan SDM kehutanan untuk pengelolaan hutan tidak optimal; 2.10 IPTEK belum selaras dengan pengelolaan hutan;

2.11 Kepastian dan pelayanan usaha di bidang kehutanan masih rendah;

2.12 Penyelenggaraan kehutanan belum sinergi, dimana koordinasi dengan sektor lain masih lemah dan egoisme sektoral masih tinggi.

2.13 Pemberian akses terhadap kebijakan dan informasi kehutanan rendah;

2.14 Peraturan perundangan bidang kehutanan belum sepenuhnya dapat diterapkan;

2.15 Terbatasnya sarana-prasarana pendukung pelaksanaan pembangunan kehutanan.

2.16 Alih fungsi kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan semakin

meningkat.

2.17 Cara pandang personil kehutanan belum semuanya mengikuti perubahan paradigma pembangunan kehutanan yang baru.

(28)

28

(29)

29 C. Pencermatan Lingkungan Eksternal (PLE)

Lingkungan eksternal adalah factor lingkungan yang berpengaruh pada kinerja pembangunan perkebunan dan secara umum tidak dapat dikendalikan, disatu, sisi merupakan peluang yang dapat dimamfaatkan dan pada sisi lain merupakan tantangan yang harus dihadapi.

1. Peluang

1.1 Kemajuan teknologi informasi dan transformasi semakin memudahkan didalam hal pemasaran hasil.

1.2 Adanya kebijakan yang memihak terhadap percepatan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia.

1.3 Banyaknya lahan kosong atau sisa asset lahan yang dapat dikembangkan untuk menambah pendapatan petani.

1.4 Pangsa pasar untuk komoditi hasil perkebunan yang cukup besar (jumlah penduduk yang semakin bertambah dan daya beli masyarakat semakin tinggi).

1.5 Banyaknya limbah hasil perkebunan yang dapat diolah lebih lanjut.

1.6 Sistem pasar bebas yang menuntut produksi komoditas yang bermutu tinggi sehingga mampu bersaing sesuai dengan selera pasar.

1.7 Pencurian dan perdagangan sumberdaya hutan (kayu dan non kayu) illegal masih terjadi;

1.8 Kebakaran hutan belum sepenuhnya mampu diatasi; 1.9 Penyediaan lapangan kerja bidang kehutanan rendah; 1.10 Kebutuhan lahan untuk berbagai kepentingan sangat tinggi; 1.11 Meningkatnya kebutuhan akses usaha kehutanan;

1.12 Gangguan alam (kebakaran hutan dan banjir)

1.13 Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan lahan dan hutan.

(30)

30

1.17 Pencurian dan perdagangan sumberdaya hutan (kayu dan non kayu) illegal masih terjadi;

1.18 Kebakaran hutan belum sepenuhnya mampu diatasi;.

2. Tantangan

2.1 Minimnya pehamaman petani tentang pentingnya menjaring kemitraan usaha bersama dalam mengelolah usaha taninya.

2.2 Kelembagaan ditingkat petani perkebunan belum maksimal dalam menjalankan fungsinya.

2.3 Adanya system penerapan standar yang semaakin ketat. 2.4 Peningkatan kualitas produk sesuai permintaan pasar.

2.5 Serangan hama dan penyakit terhadap tanaman perkebunan masih banyak 2.6 Infrastruktur pada sentra produksi perkebunan kurang dan belum tertata

dengan baik.

2.7 Potensi pemanfaatan sumber daya hutan besar;

2.8 Komitmen dalam negeri dalam menyelenggarakan kehutanan;

2.9 Dukungan internasional yang besar untuk pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari;

2.10 Keberadaan mitra kehutanan dan potensi peran serta masyarakat yang tinggi dalam mendukung pembangunan kehutanan;

2.11 Ketergantungan terhadap sumberdaya hutan tinggi;

2.12 Permintaan pasar terhadap hasil sumberdaya hutan tinggi;

2.13 Kearifan masyarakat lokal yang didukung oleh pengalaman dan pengetahuannya dalam pemanfaatan hasil .

2.14 Meningkatnya kemajuan IPTEK

2.15 Kebijakan provinsi dan pusat yang berpihak kepada masyarakat lokal. 2.16 Terdapat masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan.

(31)

31 Bab III

ISU-ISU STRATEGIS

3.1. Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan

Dalam mengembangkan pembangunan perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Bulukumba, dijumpai berbagai permasalahan-permasalahan yang ada, diantaranya :

a) Produktivitas Tanaman Yang Belum Optimal.

Pada umumnya produktivitas tanaman perkebunan yang dicapai belum optimal/masih rendah sesuai dengan standar potensial produksi masing-masing tanaman. Hal ini dapat dilihat pada berbagai komoditi tanaman perkebunan, seperti produktivitas Kopi Arabika yang baru mencapai 278 Kg/Ha (11 %), sedang potensi produktivitasnya bisa mencapai 2.500 Kg/Ha atau peluang untuk meningkatkan produktivitasnya bisa mencapai 89 %, begitu juga dengan komoditi tanaman Kakao, produktivitasnya baru mencapai 1035 Kg/Ha (34 %) padahal standar potensialnya bisa mencapai 3000 Kg/Ha, jambu mete yang produktivitasnya baru mencapai 509 Kg/Ha sedangkan standar potensialnya bisa mencapai 3500 Kg/Ha.

b) Daya Saing Komoditi Yang Masih Rendah

Rendahnya mutu produk yang dihasilkan menyebabkan harga yang diperoleh oleh petani belum maksimal karena tidak sesuai dengan standarisasi pasar. Petani masih berorientasi dalam hal peningkatan produksi dengan mengabaikan standar mutu yang dibutuhkan pasar.

c) Penggunaan bibit unggul yang belum maksimal.

Rendahnya produktivitas tanaman banyak dipengaruhi oleh pemilihan bibit dalam mengembangkan usahatani. Pada umumnya petani masih menggunakan benih asalan dalam mengembangkan usahataninya, sehingga produktivitas yang

(32)

32

d) Sarana pengolahan hasil yang belum memadai.

Masih minimnya sarana pengolahan yang dimiliki oleh petani, menyebabkan nilai tambah yang diharapkan oleh petani sulit terwujud begitu juga dalam hal meningkatkan mutu produk sangat erat kaitannya dengan ketersediaaan sarana pengolahan hasil.

e) Kelembagaan petani yang belum kuat.

Kelembagaan petani disini termasuk didalamnya kelompok tani, koperasi tani, assosiasi petani dan kelembagaan petani lainnya. Kemampuan untuk

mengakses sumber modal, kerjasama, kemampuan untuk membuat pola kemitraan dengan pihak lainnya masih rendah, begitu juga dengan kemampuan untuk mengakses pasar masih sangat terbatas.

f) Penerapan Teknologi budidaya tanaman yang masih rendah.

Penerapan teknologi budidaya tanaman yang masih rendah oleh petani perkebunan, utamanya dalam hal penggunaan pupuk, penggunaan bibit unggul, dan teknis budidaya pertanian.

g) Penataan Batas kawasan hutan belum selesai

Belum selesainya penataan batas kawasan hutan, sehingga belum terwujud secara fisik dan belum terpenuhinya aspek yuridis kawasan hutan. Sampai dengan tahun 2007 realisasi pengukuhan dan penataan batas hutan sepanjang 9.692,90 Km yang terdiri dari batas luar sepanjang 8.828,89 Km dan batas fungsi sepanjang 864,01 Km.

h) Rendahnya realisasi pemeliharaan dan rekonstruksi batas hutan

Masih rendahnya realisasi pemeliharaan dan rekonstruksi batas hutan sebagai tindak lanjut penataan batas kawasan hutan yang diarahkan pada upaya

(33)

33 i) Alih Fungsi Kawasan Hutan

Perubahan / alih fungsi kawasan hutan menjadi pemukiman, perkebunan, pertanian dan penambangan yang berimplikasi pada bertambahnya lahan kritis dan degradasi fungsi kawasan hutan.

j) Rusaknya kawasan hutan

Masih luasnya lahan kritis baik di dalam maupun di luar kawasan hutan dan

adanya kerusakan wilayah DAS yang diindikasikan dengan adanya banjir, erosi dan longsor yang terjadi di beberapa wilayah. Tingginya kepentingan pemodal dalam pemanfaatan sumberdaya hutan yang cenderung dapat berimplikasi pada kerusakan lingkungan, seperti penambangan, penebangan untuk dijual hasil hutan dan lahannya.

k) Pengembangan aneka usaha kehutanan belum optimal

Belum optimalnya pengembangan aneka usaha kehutanan. Sampai dengan tahun 2007,di Sulawesi Selatan produksi kokon (sutera alam) sebesar 382.444 ton, produksi getah Pinus sebesar 502.023 ton, produksi Rotan sebesar 4,241 ton, produksi Damar sebesar 99,13 ton dan produksi Madu sebesar 4,5 ton. Produksi tersebut masih perlu dioptimalkan mengingat perlunya optimalisasi kontribusi sektor kehutanan yang ditekankan pada Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Disamping itu, kondisi agroklimat dan budaya Sulawesi Selatan sangat mendukung bagi pengembangannya.

l) Ketidaseimbangan SDH dengan kebutuhan produksi hasil hutan

Tingginya kepentingan pemodal dalam pemanfaatan sumberdaya hutan yang cenderung dapat berimplikasi pada kerusakan lingkungan, seperti penambangan, penebangan untuk dijual hasil hutan dan lahannya. Sehingga

(34)

34

100.014 m3 yang didominasi oleh produksi kayu dari Hutan Rakyat. Struktur tersebut merefleksikan permintaan bahan baku kayu bulat industri yang relatif tinggi dibanding potensi hasil hutan Sulsel, sehingga untuk memenuhi kekurangan kebutuhan industri didatangkan dari provinsi lain. Tahun 2007 menunjukkan pemenuhan bahan baku industri yang didatangkan dari luar Sulsel sebesar 94.355 m3.

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

4.1. Visi dan Misi SKPD

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba berupaya menyusun Rencana Strategis (Renstra) sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses penentuan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, yang dimulai dengan perumusan pernyataan Visi.

Visi merupakan cara pandang jauh kedepan menyangkut ke mana instansi Pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah.

VISI

Visi Pemerintah Kabupaten Bulukumba yang disusun berdasarkan VISI Kepala Daerah Kabupaten Bulukumba yang terpilih Tahun 2011 – 2015 adalah :

Sejahterakan Masyarakat Bulukumba dengan Membangun Desa,

Menata Kota melelui Kemandirian Lokal yang Bernafaskan Keagamaan ”.

(35)

35

“Mewujudkan Sumberdaya Kehutanan dan Perkebunan Yang Maju Dan

Tangguh Dalam Kerangka yang Partisipatif Berkeadilan Menuju Masyarakat

Bulukumba Yang Sejahtera”

Sumberdaya Kehutanan dan Perkebunanadalah Mengembangkan segala potensi yang ada, baik itu Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam pengelolaan usahatani Perkebunan dan pengelolaan hutan secara optimal dan berkesinambungan (Suistanable), yang

efisien , produktif dan berdaya saing tinggi.

Maju dan Tangguh adalah terkait dengan kemampuan dan keterampilan

Sumber Daya Manusia (SDM) petani Perkebunan sudah meningkat, mereka sudah dapat menerapkan paket teknologi dengan baik dan mampu bermitra dengan pihak lainnya (industri) disetiap sentra pengembangan komoditas unggulan dan andalan, sehingga terjalin kemitraan usaha bersama antara petani dengan pihak perusahaan (industri) yang saling menguntungkan, sehingga terjadi integrasi antara On Farm dengan Off Farm dalam suatu kawasan sentra produksi serta peningkatan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan hasil hutan dan pelestariannya.

Makna pokok yang terkandung dalam Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba tersebut antara lain :

a. Manfaat sumberdaya kehutanan dan perkebunan secara berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya kehutanan dan perkebunan secara efektif dan efesien serta bertanggungjawab yang memberikan manfaat baik untuk saat ini maupun dimasa yang akan datang

b. Pengelolaan secara partisipatif berbasis masyarakat merupakan bentuk pengelolaan sumber daya kehutanan dan perkebunan yang dilaksanakan dengan melibatkan para pihak terkait terutama masyarakat sebagai pihak penerima manfaat dan dampak pengelolaan sumber daya kehutanan dan perkebunan

MISI

(36)

36

Untuk mencapai harapan yang terkandung dalam visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba yang tersebut diatas, maka Misi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Terehabilitasinya hutan dan lahan kritis

b. Mengoptimalkan fungsi sumber daya hutan dan lahan. c. Perlindungan, pengamanan hutan dan lahan.

d. Pembinaan, pengawasan produksi dan peredaran hasil hutan.

e. Pengembangan aneka usaha kehutanan. f. Meningkatkan partisipasi dan kualitas SDM

g. Mewujudkan dan menjamin keberadaan serta pemanfaatan sumber daya perkebunan

h. Mengoptimalkan fungsi kebun

i. Meningkatkan upaya rehabilitasi, intensifikasi, deversifikasi dan ekstensifikasi kebun

j. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan perkebunan

k. Mewujudkan manfaat kebun secara adil untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat

l. Membangun perkebunan yang berbudaya industri dengan landasan efesiensi, produktivitas dan berkelanjutan.

4.2. TUJUAN SASARAN

Sebagai ukuran tercapainya pembangunan lima tahun mendatang, maka ditetapkan tujuan dan sasaran dinas yang mendukung tujuan dan sasaran RPJMD yang telah ditetapkan sebagai berikut ;

Tujuan : Mewujudkan Desa dan Kelurahan Mandiri

a. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Perdesaan.

(37)

37

pengembangan sektor pertanian sebagai salah satu sektor unggulan perekonomian Kabupaten Bulukumba.

b. Pengembangan Desa Mandiri Pangan

Program diarahkan untuk mewujudkan desa mandiri pangan. Peningkatan mutu, produksi, dan produktivitas hasil pertanian pada desa sentra pertanian menjadi program utama sasaran ini.

c. Mendorong Prestasi untuk Meraih Piala Adipura

Program diarahkan untuk meraih Piala Adipura melalui peningkatan kualitas lingkungan hidup, perumahan, permukiman, dan sanitasi serta cakupan layanan dasar masyarakat yang dapat terpenuhi. Diperlukan kerjasama lintas sektor sehingga Piala Adipura dapat diraih.

Tujuan : Mewujudkan Bulukumba sebagai Entitas yang Padu

a. Perencanaan dan Pengendalian Penataan Ruang

Program diarahkan untuk menjaga keseimbangan dinamis antara upaya-upaya pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan kesejahteraan dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Memelihara daya dukung lingkungan yang menunjukkan kecenderungan degradasi yang semakin parah, serta melakukan upaya-upaya preventif terhadap pencemaran yang mungkin akan ditimbulkan oleh aktivitas manusia yang semakin meningkat.

Tujuan : Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Kawasan Sekitar

a. Mendorong Pertumbuhan Sektor Unggulan

(38)

38 d. Penciptaan Iklim Kondusif untuk Investasi

Program diarahkan untuk meningkatkan daya tarik Bulukumba sebagai daerah tujuan investasi. Lingkup program meliputi upaya promosi, iklim usaha (perizinan, pemberian insentif, kemudahan dalam urusan, dan penyediaan tanah).

4.3. STRATEGI DAN KEBIJAKAN SKPD

Dalam mendukung keberhasilan Pembangunan Perkebunan dan kehutanan terkait dengan keragaman Pembangunan Perkebunan dan kehutanan yang telah mampu dicapai, perubahan lingkungan strategis, permasalahan, tantangan dan peluang yang dihadapi serta tuntutan dan tujuan pembangunan perkebunan dan kehutanan tahun 2011 – 2015, maka ditempuh strategi sebagai berikut :

a. Strategi percepatan

Strategi ini memfokuskan pada percepatan penyelenggaraan pembangunan terutama pada sektor-sektor unggulan yang dapat memberikan nilai tambah yang besar bagi pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Hal ini dimaksudkan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Strategi ini mencakup upaya pendayagunaan potensi komoditi unggulan daerah dengan tidak memberatkan masyarakat dengan disertai alokasi pembiayaan pembangunan berdasarkan skala prioritas kebutuhan.

b. Strategi pemberdayaan

Strategi ini bertujuan untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kehutanan dan perkebunan sesuai dengan peran dan fungsinya di dalam kelompok masyarakat dan lembaga pemerintah.

(39)

39 c. Strategi Pemerataan

Strategi ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antarwilayah, baik ditinjau dari sarana dan prasarana kewilayahan, ekonomi, sosial, dan budaya. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan, pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi secara merata bagi tumbuhnya partisipasi masyarakat.

d. Strategi berkelanjutan

Strategi ini bertujuan mewujudkan serangkaian kegiatan pembangunan

yang berkelanjutan, strategi ini mencakup upaya penciptaan keterkaitan yang tepat antara pembangunan berdimensi fisik alam dengan pembangunan sosial kemasyarakat yang berlandasan pada sistem dengan mempertahankan daya dukung lingkungan.

e. Strategi pengembangan

Strategi ini bertujuan mengembangkan kegiatan pembangunan secara menyeluruh, dengan harapan akan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, membuka kesempatan berusaha, penciptaan lapangan kerja. menjunjung nilai-nilai luhur sejarah budaya daerah dan menciptakan kehidupan yang lebih demokratis.

f. Strategi Optimalisasi Manajemen Pemerintahan

(40)

40 D. KEBIJAKAN

1. Kebijakan Umum

Kebijaksanaan umum pembangunan kehutanan dan perkebunan adalah memberdayakan di hulu dan memperkuat di hilir guna menciptakan peningkatan nilai tambah dan daya saing usaha kehutanan dan perkebunan, dengan partisipasi penuh dari masyarakat kehutanan dan perkebunan serta penerapan organisasi moderen yang berlandaskan kepada penerapan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Untuk melaksanakan kebijakan umum tersebut dijabarkan ke dalam Kebijakan Teknis, yang meliputi: Kebijaksanaan komoditas, peningkatan kemampuan SDM perkebunan, penumbuhan kemitraan usaha, pengembangan kelembagaan, investasi usaha perkebunan, serta pengembangan dukungan terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

2. Kebijakan Teknis.

Secara ringkas kebijakan umum pembangunan Kehutanan dan Perkebunan dijabarkan kedalam kebijaksanaan teknis sebagai berikut : a. Kebijaksanaan Bidang Kehutanan

฀ Kebijakan Peningkatan Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan Hutan, dijabarkan dalam 1 (satu) program yaitu :

- Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan

฀ Kebijakan Peningkatan Kualitas Ekosistem DAS, dijabarkan dalam 1 (satu) program yaitu :

- Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

฀ Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan, dijabarkan dalam 1 (satu) program, yaitu :

- Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan

฀ Kebijakan Penguatan Kelembagaan dan SDM Kehutanan, dijabarkan dalam 3 (tiga) program yaitu :

 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

(41)

41

 Program Perencanaan dan Pengembangan Kehutanan b. Kebijaksanaan Bidang Perkebunan

฀ Kebijakan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Komoditi Perkebunan, dijabarkan dalam 1 (satu) program, yaitu :

- Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan

฀ Kebijakan Peningkatan Mutu Hasil Komoditas Perkebunan, dijabarkan dalam 1 (satu) program yaitu :

 Program peningkatan kesejahteraan petani

฀ Kebijakan Pemanfaatan Lahan Perkebunan secara Optimal, dijabarkan dalam 1 (satu) program yaitu :

 Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

฀ Kebijakan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani dan Petugas secara Profesional, dijabarkan dalam 1 (satu) program yaitu :

 Program peningkatan kesejahteraan petani

฀ Kebijakan Memberdayakan Kelembagaan Petani, dijabarkan dalam 1 (satu) program yaitu :

 Program Peningkatan ketahanan pangan

Kebijakan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil komoditas perkebunan adalah kebijakan yang mendukung agenda perwujudan keunggulan lokal daerah provinsi Sulawesi Selatan, dimana telah ditetapkan 10 komoditi

unggulan daerah yaitu Kakao, Kopi, Kelapa, Kelapa Sawit, Jambu Mete, Lada, Cengkeh, Kapas, Tebu dan Jarak Pagar.

Terhadap kebijakan pemanfaatan lahan perkebunan secara optimal adalah mendukung agenda peningkatan dan pemerataan kesejahteraan, dimana

(42)

42

Adapun kebijakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dan petugas secara profesional serta kebijakan pemberdayaan kelembagaan petani adalah mendukung agenda penguatan kelembagaan pemerintah dan agenda pengutan kelembagaan masyarakat.

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN

Program pembangunan di bidang kehutanan dan perkebunan disusun

berdasarkan kewenangan yang diberikan pada pemerintah kabupaten yang mengacu pada program pembangunan nasional. Program pembangunan ini memuat program yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun anggaran yang dimulai pada tahun anggaran 2011 sampai dengan tahun anggaran 2015. Program dan kegiatan ini menjelaskan secara umum program pembangunan dan kegiatan yang harus dilaksanakan beserta sumber pembiayaannya. Sumber pembiayaan yang dimaksud adalah sumber anggaran yang digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut, diantaranya dari anggaran pendapatan dan belanja nasional (APBN) dan anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan atau kabupaten, serta dari sumber anggaran lainnya yang sah.

- Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan

1. Pengembangan hutan tanaman 2. Pengembangan hasil hutan non kayu

3. Perencanaan dan pengembangan hutan kemasyarakatan 4. Pengelolaan dan pemanfaatan hutan

5. Pengembangan industri dan pemasaran hasil hutan

6. Pengembangan pengujian dan pengendalian peredaran hasil hutan

- Program Rehabilitasi hutan dan Lahan

(43)

43

2. Penanaman dan pemeliharaan pohon pada hutan kota 3. Pembinaanm pengendalian dan pengawasan gerakan RHL

4. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan 5. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

- Program perlindungan dan koservasi SDH

1. Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan

2. Penyuluhan kesadaran masyarakat mengenai dampak perusakan hutan

3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi SDH 4. Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan SDH

- Program perencanaan dan pengembangan hutan 1. Pengembangan hutan masyarakat adat

- Program peningkatan ketahanan pangan

1. Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan 2. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk perkebunan 3. Penyusunan database potensi produksi pangan

4. Penyediaan dan perbaikan infrastruktur pertanian

- Program peningkatan kesejahteraan petani

1. Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agribisnis 2. Peningkatan kemampuan lembaga petani

- Program Peningkatan Penerapan teknologi pertanian/perkebunan

1. Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/ perkebunan tepat guna 2. Penyuluhan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan tepat guna

3. Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi pertanian/ perkebunan tepat guna

- Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan

(44)

44

- Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

1. Fasilitasi kerjasaman regional/nasional/internasional penyediaan hasil produksi

pertanian/ perkebunan komplementer

2. Penyuluhan pemasaran produk pertanian/perkebunan guna menghindari tengkulak dan sistem ijon

3. Promosi atas hasil produksi pertanian/ perkebunan unggulan daerah

4. Pengelolaan informasi permintaan pasar atas hasil produksi pertanian/ perkebunan masyarakat.

BAB VI

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DINAS

Indikator kinerja merupakan uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang mengindikasikan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan. Fungsi indikator kinerja daerah yakni memperjelas tentang what, how, who, and when suatu kegiatan dilaksanakan, menciptakan konsensus yang dibangun oleh stakeholders, dan membangun dasar pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja program pembangunan.

Target kinerja merupakan jumlah indikator kinerja yang direncanakan akan dicapai oleh kegiatan tertentu. Target kinerja harus berupa angka numerik, dapat diperbandingkan, dan cukup spesifik.

Langkah-langkah menyusun indikator kinerja

1. Susun dan tetapkan rencana strategis; visi, misi, tujuan, sasaran dan cara mencapai tujuan/sasaran (kebijakan, program dan kegiatan)

(45)

45

3. Pilih dan tetapkan indikator kinerja yang paling relevan dan berpengaruh besar terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijaksanaan/program/kegiatan.

[image:45.612.72.548.255.727.2]

Berdasarkan visi,misi, tujuan dan sasaran pembangunan, maka disusun indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 6

Penetapan Indikator Kinerja Dinas Terhadap Capaian Kinerja

Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kab. Bulukumba

No. Indikator Kinerja Kondisi Kinerja pada awal periode RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Berkurangnya lahan kritis di

dalam kawasan hutan 6713 Ha 6228 Ha 5728 Ha 5228 Ha 4728 Ha 4228 Ha 4228 Ha

2. Berkurangnya

lahan kritis di luar kawasan hutan 40000 Ha 36978 Ha 34000 Ha 31000 Ha 28000 Ha 25000 Ha 25000 Ha

3. Pelaksanaan

rehabilitasi lahan 1050 Ha 1535 Ha 2035 Ha 2535 Ha 3035 Ha 3535 Ha 3535 Ha

4. Meningkatnya

produksi sumber daya

hutan non kayu

25 % 30 % 35 % 40 % 45 % 50 % 50 %

(46)

46

areal hutan kota Ha Ha Ha Ha Ha Ha

6 Penurunan

Pelanggaran di dalam kawasan hutan serta peredaran hasil hutan 7 Kasus 13 Kasus 10 Kasus 9 Kasus 8 Kasus 7 Kasus 7 Kasus

7. Meningkatnya pemahaman masyarakat/ pengusaha dalam penataan hasil hutan (jumlah industri yang memiliki ijin industri primer/ jumlah industri yang ada pada saat

tahun berjalan)

17,24% 17,24% 25,86% 34,48% 43,10% 51,72% 51,72%

8. Peningkatan jumlah areal

komoditi unggulan perkebunan

a. Karet 7696

Ha 6729 Ha 7896 Ha 8096 Ha 8196 Ha 8296 Ha 8296 Ha

b. Kakao 7141

Ha 7641 Ha 8341 Ha 9041 Ha 9541 Ha 10041 Ha 10041 Ha

c. Kelapa 12125

Ha 12876 Ha 13076 Ha 12754 Ha 12976 Ha 13225 Ha 13225 Ha

d. Kapas 1400

(47)

47

e. Cengkeh 4648

Ha 4837 Ha 5327 Ha 5377 Ha 5427 Ha 5477 Ha 5477 Ha

9. Meningkatnya jumlah kelompok tani dan kemitraan yang dibina dibidang perkebunan 201 Klpk 201 Klpk 221 Klpk 242 Klpk 260 Klpk 275 Klpk 275 Klpk

10. Tersedianya data dan informasi komoditi unggulan perkebunan 10 Komoditi 10 Komoditi 13 Komoditi 13 Komoditi 13 Komoditi 13 Komoditi 13 Komoditi BAB VII

P E N U T U P

R

ReennccaannaaSSttrraatteeggiissDDiinnaassKKeehhuuttaannaann ddaann PPeerrkkeebbuunnaannKKaabbuuppaatteennBBuulluukkuummbbaa

T

Taahhuunn22001111––22001155ddiissuussuunnsseebbaaggaaiiAAccuuaannuunnttuukk::

1. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan ( Renja SKPD) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba

2. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba

3. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan kehutanan dan Perkebunan di Kabupaten Bulukumba.

4. Pengendalian pelaksanaan tugas pemerintahan dan tugas pembangunan kehutanan

(48)

Gambar

Tabel 1
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76,4% dari responden mengetahui dan memahami dengan baik mengenai kartu kredit, 73,6% dari responden mengetahui dan memahami

Untuk melihat besarnya perubahan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagai dampak dari penerapan model pembelajaran ICARE pada siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 2

Suplai bensin saat percepatan ( Ruswid, 5:2008 ) Apabila komputer mendeteksi adanya pembukaan throttle secara tiba – tiba, di ikuti dengan berubahnya aliran udara atau

Yang terbaik adalah orang tua tetap memilihkan situs yang cocok untuk mereka kunjungi dan tidak membiarkan sang anak untuk keluar dari situs tersebut ketika masih menggunakan

(1) Sub Bidang Data dan Informasi mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan program, petunjuk teknis dan pengoordinasian penyelenggaraan kegiatan di bidang data

(1) Kepala Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan dan Statistik mempunyai tugas mengumpulkan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis penyelenggaraan data

Tabel diatas menunjukan bahwa hasil uji-t data tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) power tungkai pada kelompok latihan pliometrik Dept Jump pada siswa

Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa keadilan berpengaruh negatif terhadap persepsi mengenai etika atas penggelapan pajak, sistem perpajakan