• Tidak ada hasil yang ditemukan

9. Moch. Khabib Shaleh baru edit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "9. Moch. Khabib Shaleh baru edit"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

IDEOLOGI RASISME DALAM PIDATO GUBERNUR DKI

JAKARTA“BASUKI TJAHAYA PURNAMA” DI KEPULAUAN

SERIBU

Moch. Khabib Shaleh

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Dalam berkomunikasi, kaum elit ini menggunakan simbol-simbol bahasa (simbolik elit). Simbol-simbol tersebut mereka gunakan untuk berbicara di masyarakat yang menjadi konstituennya dari berbuat baik sampai dengan penyalahgunaan kekuasaan atau dominasi kekuasaan. Penelitian tentang adanya pengaruh kekuasaan dalam suatu komunikasi perlu dilakukan khususnya terkait dengan rasisme yang dapat menyebabkan perpecahan dalam suatu negara atau antarnegara. Hal ini difokuskan pada pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu. Hal ini terkait konteks yang melatarbelakangi produksi dan reproduksi wacana pidato tersebut. Kita mengetahui bahwa dampak pemaknaan pidato ini yang sangat besar dan dapat membuat kegaduhan NKRI menjadikan penelaahan tentang ideologi rasisme yang ada menarik untuk dikaji.

Kata-kata kunci: ideologi rasisme, pidato, wujud, fungsi, struktur mikro, struktur super, dan struktur mikro

PENDAHULUAN

Keluasan pikiran manusia melahirkan suatu bahasa. Dengan bahasa, manusia meyakini bahwa segala kehendak yang ada dalam pikirannya dapat disampaikan dengan baik hanya dengan menggunakan bahasa.

Penggunan bahasa oleh manusia secara alamiah merupakan kajian utama bahasa. Hal ini tampak pada saat manusia itu berkomunikasi (monolog, dialog, maupun polilog) secara lancar tanpa terikat oleh teks atau bahan bacaan yang menuntun terjadinya komunikasi itu. Dalam hal ini konteks dan keajegan penggunaan bahasa saat berkomunikasi menjadi

suatu kajian utama dalam penelitian bahasa.

Keajegan penggunaan bahasa selalu ternaungi dalam kesatuan bahasan yang disebut dengan tema. Kesatuan tema komunikasi ini akan melahirkan satu makna bahasa yang utuh. Utuh dalam hal makna bahasa terkait dengan konteks dan situasi bahasa.

(2)

komunikasi terikat oleh tema, makna bahasa, konteks dan situasi. Keterikatan keempat unsur tersebut merupakan pemfokusan bahasa dalam tataran wacana.

Penggunaan berbagai macam wujud gaya bahasa menunjukkan keahlian seorang orator dalam mengolah bahasa ketika berpidato, hal tersebut akan menyesuaikan dengan kompetensi kebahasaan dari pengguna bahasa itu sendiri. Wujud gaya bahasa dapat ditinjau dari berbagai macam aspek. Berdasarkan unsur kebahasaan yang digunakan, Keraf (2010: 116) mengategorikan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan maknanya. Struktur sebuah kalimat dapat menjadi landasan dalam pemwujudan gaya bahasa.

Penggunaan gaya bahasa tidak hanya sekedar untuk menghadirkan nilai estetis akan tetapi juga memperlihatkan suatu fungsi. Fungsi penggunaan gaya bahasa dalam penelitian ini berkaitan dengan adanya konteks. Ada beberapa fungsi gaya bahasa seperti fungsi ekspresif/emotif, konatif, fatik, referensial dan sebagainya.

Pengkajian terhadap penggunaan bahasa ini oleh ahlibahasa/peneliti bahasa dikaji dalam analisis wacana.

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian “Ideologi rasisme dalam pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu penting dan menarik diteliti. Begitu penting dan menariknya untuk dikaji, penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun praktis. (1) Kegunaan Teoritis (a) Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa yang ingin mengkaji

tentang analisis wacana. (b) Menambah literatur kepustakaan atau referensi mengenai analisis wacana, khususnya yang menyangkut nilai rasisme. (2) Secara Praktis dapat dijadikan sebagai masukan dalam interaksi berkomunikasi dan interaksi pembelajaran. Dalam interaksi komunikasi diperlukan pemahaman bahwa wacana yang disampaikan kepada khalayak memiliki nilai ideologi tertentu. Termasuk ideologi rasisme sehingga apabila ideologi dalam wacana ini dipakai maka pembuat wacana harus siap menerima hasil yang diakibatkan dalam menghasilkan wacana tersebut. Selanjutnya, pada interaksi pembelajaran, guru bahasa dapat memberikan wujud dan fungsi ideologi wacana kepada peserta didik. Terkait dengan dampak yang dihasilkan dari penggunaan ideologi rasisme dalam wacana ini disarankan agar peserta didik menjauhi penggunaan ideologi rasis dalam berkomunikasi.

METODE PENELITIAN

(3)

(5) makna merupakan perhatian utama.

Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini bersifat holistic. Artinya, peneliti memandang berbagai permasalahan yang ada tidak terpisahkan akan konteks (permasalahan selalu mengacu pada keseluruhan konteks). Meskipun demikian, penelitian ini juga melakukan analisis terfokus. Artinya, peneliti memusatkan analisis dan pembahasan pada variabel yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Berdasarkan ciri-ciri penelitian kualitatif tersebut, alasan penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini antara lain (1) penelitian ideologi rasisme dalam pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu memiliki latar alami, (2) penelitian ini berupaya mendeskripsikan ideologi rasisme dalam wacana pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu, (3) penelitian ini mengutamakan prroses daripada hasil, (4) analisis datanya secara induktif, dan (5) subsatansi yang dibangun melalui makna ditemukan dalam teks.

Dalam penelitian ini, prinsip-prinsip kualitatif dipadukan dengan proses penelitian bahasa, yakni teori linguistik, teori pragmatig, dan teori analisis wacana kritis. Pengebangan teori acuan yang menghasilkan pendekatan ini dimaksudkan untuk memperoleh teknik penjelasan kritis yang akurat pada hasil penelitian. Sesuai dengan fokus penelitian, kajian wacana pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu menggunakan orientasi teoritis analisis wacana kritis yang dikemukanan Teun A. Van Dijk.

Penggunaan kajian ini memliki karakteristik yang sesuai untuk melaksanakan penelitian ini.

Penelitian memanfaatkan konteks situasi, sosial, dan budaya dalam penentuan data penelitian. Hal ini berarti bahwa data penelitian yang berupa data linguistik akan dikaji berdasarkan konteks-konteks tersebut. Tepatnya, pemerolehan data tersebut pada saat pengumpulan data.

(4)

melalui paradigma analisis wacana kritis.

Kehadiran Penelitian dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument kunci. Selain peneliti, alat bantu lain yang fungsinya untuk mendukung tugas peneliti. Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat partisipan. Peneliti juga berperan sebagai penerima, untuk itu peneliti perlu memahami bahasa yang digunakan dalam pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu sehingga dapat mencatat kode pesan yang disampiakan penutur. Oleh karena itu, dalam komunikasi Pemprov DKI Jakarta, teks dapat dianggap sebagai media yang membawa pesan. Hasil penafsiran pesan yang dilakukan oleh peneliti (penerima) ditentukan oleh berbagai faktor. Mungkin pemahaman penerima tidak sama dengan yang dimaksudkan oleh penutur karena penerima mempunyai banyak skemata yang dapat digunakan untuk menafsirkan pesan.

Untuk menjaga kealamian data dilakukan tiga kegiatan. Pertama, peneliti berusaha mendapatkan gambaran secara alamiah tentang wacana ideologi rasisme pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu melalui pengambilan data di publikasi Pemprov DKI (dari youtube). Kedua, peneliti pada saat mengumpulkan data bertindak sebagai partisipan dengan menggunakan teknik observasi partisisipasi. Dengan cara demikian, sumber data penelitian diperoleh secara alamiah karena sumber data tidak merasa diteliti.

Data dan sumber data penelitian ini adalah rekaman (youtube) pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu yang dipublikasikan oleh Pemrov DKI Jakarta memalui sarana Youtube.

Data penelitian berupa data verbal yang berupa wacana pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu yang mencakup kata, kalimat, berbagai unit tuturan. Wacana yang dikumpulkan adalah wacana lisan formal dan informal. Wacana formal dan informal yang dimaksud adalah pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu dengan menggunakan bahasa resmi dan bahasa dialek Betawi.

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan tiga teknik. Teknik pengumpulan data yang dilakukan (1) perekanaman, (2) observasi, dan (3) dokumentasi.

Perekaman dilakukan peneliti sesaat penentuan masalah penelitian. Hal ini tepatnya diambil di media internet youtube terkait dengan pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu.

Proses observasi dilakukan saat peneliti mengamati secara kritis hasil rekaman tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan saat observasi ini antara lain (1) melakukan catatan lapangan sesuai dengan masalah yang difokuskan dalam penelitian, (2) mengamati konteks situasi selama jalanya pidato pada hasil rekaman, dan (3) mengamati konteks situasi yang terjadi pascapidato oleh netizen.

(5)

berita-berita terkait gubernur Basuki Tjahaya Purnama. Selanjutnya, semua data wacana yang terkumpul ditranskripsikan dan dikumpulkan dalam wujud teks wacana sebagai sumber data penelitian.

Analisis data pada setiap data dilakukan setelah data penelitian ini dikumpulkan, diklarifikasi, kemudian dianalisis sesuai dengan fokus penelitian yang ingin diungkap. Sebagai upaya memenuhi fokus penelitian (wujud dan fungsi ideologi rasisme dalam pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu), analisis data yang dilakukan meliputi mengumpulkan data, mengklasifikasi data, selanjutnya menganalisis data dari segi ideologi rasisme dalam wujud/struktur wacana menurut model analisis wacana kritis tertentu.

Model analisis wacana kritis (AWK) yang digunakan dalam membedah wacana pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu adalah AWK model Teun A. Van Dijk .

Teun A. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam tiga tingkatan. (1) Struktur mikro yang menganalisis makna teks pidato berdasarkan penggunaan pilihan kata, pilihan kalimat, dan gaya bahasa. (2) Struktur Super yang menganalisis kerangka teks pidato (bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir) dalam pidato secara utuh atau tidak. (3) Struktur makro yang menganalisis makna global dalam tema teks pidato.

Berikut akan diuraikan alur analisis wacana yang dilakukan dalam

penelitian ini. Pertama data ditranskripsi, dikumpulkan, dan diklasifikasikan kedalam struktur wacana model Teun A. van Dijk. selanjutnya dilakukan interpretasi untuk menampakan wujud ideologi rasisme pada pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu. Pada pembahasan hasil interpretasi tersebut wujud diekplanasikan secara detail untuk menunjukkan ideologi rasisme pada pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu.

Selanjutnya, wujud ideologi rasisme yang tampak dianalisis fungsinya. Hasil kajian tentang wujud/struktur dan fungsi ideologi rasisme dalam pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu tersebut perlu dilakukan verifikasi dengan menafaatkan teknik triangulasi dengan pakar bahasa dan orang-orang yang kompeten dengan pola dan fungsi pidato politik pejabat.

HASIL PENELITIAN

(6)

calon yang akan menjadi gubernur selanjutnya. Pada pernyataan yang keluar dari tema pidato ini ini tergambar erasaan superior sebagai calon yang kuat menjadi gubernur dibanding dengan pasangan calon lain, dilihat dari konteks ini, memiliki latar belakang agama berbeda maka ia dengan sengaja memproduksi superior dengan merendahkan kelompok dan agama tertentu untuk meraup dukungan lebih banyak lagi. Atas pernyataan yang keluar dari tema utama, perasaan direndahkan oleh Gubernur Basuki Tjahaya Purnama, reaksi yang dimunculkan adalah adanya dukungan calon lainnya untuk melakukan aksi di 112. Aksi ini merupakan gambaran adanya rasisme terkait dengan kepercayaan yang dilakukan oleh Gubernur Basuki Tjahaya Purnama dan pendukungnya kepada umat Islam pada umumnya dan calon gubernur DKI Jakarta dalam pilkada 2017. (2) Wujud struktur mikro ideologi rasisme pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu ditemukan pernyatan yang bersifat etnosentrisme yang ditandai dengan (a) penggunaan kata bodoh, dibodohin, dan dibohongin . Penggunaan kosa kata tersebut itu pantas dikatakan kepada mereka yang benar-benar tidak dapat menerima kebenaran atau suatu ilmu. Jika kelompok masyarakat yang tidak termasuk dalam kelompok pendukung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama dikatakan bodoh, mudah dibodohin, dan mudah dibohongin, maka secara langsung terjadi perendahan martabat atas suatu kelompok antiGubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama. (b)

Penggunaan relasi makna hipernim “orang” relasi hiponim pada keterangan alat “surat al Maidah 51”. Generalisasi yang dilakukan Gubernur Basuki Tjahaya Purnama dengan menyebutkan orang jika dikaitkan dengan konteks agama yang dianut oleh Gubernur Basuki Tjahaya Purnama dengan calon lain atau mayoritas masyarakat Jakarta mengakibatkan adanya pemaknaan yang bias. Masyarakat bisa mengartikan bahwa generalisasi atas kata orang ini menjadikan pihak yang dituju merasa direndahkan. Hal ini dapat dilihat dari ramainya media masa mengangkat dan membedah makna orang dalam pernyataan ini. Bahkan MUI sebagai lembaga keagamaan muslim menyatakan bahwa Gubernur Basuki Tjahaya Purnama telah melakukan perbuatan yang melemahkan umat islam atau dengan istilah penodaan agama. (c) Penggunaan gaya bahasa penggunaan gaya bahasa sarkasme “mati, bodoh, aut, dibodohin, dan dibohongin” dan penggunaan gaya bahasa sinekdoke pars pro toto surat Al Maidah 51

(7)

hipernim “orang” dan relasi hiponim pada keterangan alat “surat al Maidah 51”. (3) Wujud superstruktur ideologi rasisme pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu terdapat secara lengkap meliputi pendahuluan, isi, pentup dan kesimpulan. isi pidato meliputi (a) menganalogikan kehidupan nelayan Pulau Belitung dengan nelayan Kepulauan Seribu), (b) penawaran program budidaya dan pendanaan budidaya ikan, (c) pencitraan BTP dalam mengikuti pilkada 2017, (d) program-program yang diangkat Gubernur Basuki Tjahaya Purnama dalam visi misi pencalonannya sebagai gubernur DKI Jakarta pada pilkada 2017, (e) pencitraan keberhasilan program Gubernur Basuki Tjahaya Purnama selama menjadi gubernur DKI Jakarta (KJP dan transportasi umum murah), (e) pada bagian penutup dan kesimpulan ditemukan adanya pernyataan perasaan BTP yang mengungkapkan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat Indonesia “jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu, gak bisa pilih saya, ya

dibohongin pake surat Al Maidah 51 macam-macam gitulho”yang apabila

dikaitkan dengan isi pasal Pasal 156 KUHP maka dapat dinyatakan bahwa pidato BTP di Kepulauan Seribu termasuk dalam kategori penodaan agama. (4) Hasil peneltian fungsi ideologi rasisme pidato gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu menyatakan bahwa ideologi rasisme diungkapkan melalui (a) tuturan ekspresif yang berisi tentang pandangan negatif atas mitra

tutur tentang sesuatu dalam penggunaan kosakata (bodoh, dibodohin), dan (b) sebagai tindak tuturan direktif (perintah/saran) agar lawan tutur melakukan sesuatu dengan menggunakan klausa (jangan percaya sama orang) yang dilanjutkan dengan tuturan “dibohongin” yang bermakna mempengaruhi lawan tutur mengenai sesuatu yang berhubungan dengan sikap atau keyakinan Gubernur Basuki Tjahaya Purnama bahwa banyak orang yang dalam pemilihan pemimpin menggunakan Al-Maidah untuk membohongi audiens untuk tidak memilih pemimpin yang tidak seagama. Hal ini tentunya menampakkan adanya ajakan atau perintah untuk melanggar isi kitab suci Alquran.

(8)

SIMPULAN

Pidato seorang pemimpin memiliki tujuan dan memiliki kekuasaan. Demikian juga tutran atau pidato Gubernur Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu tidak terlepas dari itu. (1) Wujud ideologi rasisme dalam pidato Gubernur Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu dalam struktur makro meliputi (a) tema pidato adalah budidaya Ikan di Kepulauan Seribu bersama Gubernur Basuki Tjahaya Purnama, (b) terdapat suptopik yang tidak selaras dengan konteks kegiatan, yaitu pilkada DKI 2017 yang dimajukan. Gubernur Basuki Tjahaya Purnama. Pernyataan yang keluar dari tema utama ini pada awalnya tidak terasa janggal maknanya. Di sini terdapat superioritas Gubernur Basuki Tjahaya Purnama dan pendukungnya yang menurut hasil survey sampai bulan Oktober Gubernur Basuki Tjahaya Purnama mendapatkan rating tertinggi calon yang akan menjadi gubernur selanjutnya. Perasaan superior sebagai calon yang kuat menjadi gubernur dibanding dengan pasangan calon lain, dilihat dari konteks ini, memiliki latar belakang agama berbeda maka ia dengan sengaja memproduksi kalimat di atas untuk meraup dukungan lebih banyak lagi. Atas pernyataan yang keluar dari tema utama, perasaan direndahkan oleh Gubernur Basuki Tjahaya Purnama, reaksi yang dimunculkan adalah adanya dukungan calon lainnya untuk melakukan aksi di 112. Aksi ini merupakan gambaran adanya rasisme terkait dengan kepercayaan yang dilakukan oleh Gubernur Basuki Tjahaya Purnama dan pendukungnya kepada umat Islam pada umumnya dan calon gubernur

DKI Jakarta dalam pilkada 2017. (2) Wujud struktur mikro ideologi rasisme dalam pidato Gubernur Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan yang ditandai dengan pernyatan yang bersifat etnosentrisme. Etnosentrisme adalah setiap kelompok etnik, agama atau ras mempunyai semangat bahwa kelompoknyalah yang lebih superior dari . hal ini ditemukan pada penggunaan kosakata (a) penggunaan kata bodoh, dibodohin, dan

dibohongin . Penggunaan kosa kata tersebut itu pantas dikatakan kepada mereka yang benar-benar tidak dapat menerima kebenaran atau suatu ilmu. Jika kelompok masyarakat yang tidak termasuk dalam kelompok pendukung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama dikatakan bodoh, mudah dibodohin, dan mudah dibohongin, maka secara langsung terjadi perendahan martabat atas suatu kelompok antiGubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama. (b) Penggunaan relasi makna hipernim

(9)

penyebutan kelompok orang “orang muslim” mengakibatkan terjadinya perang opini. Hal ini dapat dilihat dari ramainya media masa mengangkat dan membedah makna orang dalam pernyataan ini. Bahkan MUI sebagai lembaga keagamaan muslim menyatakan bahwa Gubernur Basuki Tjahaya Purnama telah melakukan perbuatan yang melemahkan umat islam atau dengan istilah penodaan agama. (c) Penggunaan gaya bahasa penggunaan gaya bahasa sarkasme

mati, bodoh, aut, dibodohin, dan dibohongin dan penggunaan gaya bahasa sinekdoke pars pro toto surat Al Maidah 51 memiliki referen yang jelas. Referen yang dimaksud diartikan sebagai wujud penggunaan sinekdoke pars pro toto yaitu merujuk pada Alquran. Jika seseorang berbicara tentang surat Al Maidah 51 maka mereka dapat diartikan membicarakan tentang Alquran. Konteks Penggunaan gaya bahasa sinekdoke pars pro toto surat Al Maidah 51. Jika hal ini diproduksi dan direproduksi secara sengaja dalam suatu pidato maka jelaslah pemahaman bahwa surat almaidah dalam hal ini bermakna Alquran dikatakan sebagai alat berbohong atau berisi sesuatu yang bohong menandakan adanya pengangapan rendah akan suatu kitab suci agama Islam. Atas perasaan telah direndahkannya kitab suci ini mengakibatkan kerumunan masa dengan tajuk Aksi Bela Islam. (3) Wujud Struktur super ideologi rasisme dalam pidato Gubernur Basuki Tjahaya Purnama di kepulauan seribu terdapat secara lengkap meliputi pendahuluan, isi, pentup dan kesimpulan. Struktur pada bagian

pendahuluan meliputi salam, sapaan, dan apersepsi (menganalogikan kehidupan nelayan Pulau Belitung dengan nelayan Kepulauan Seribu), tetapi tidak ditemukan adanya ucapan syukur. Bagian isi (a) penawaran program budidaya dan pendanaan budidaya ikan, (b) pencitraan Gubernur Basuki Tjahaya Purnama dalam mengikuti pilkada 2017, (c) program-program yang diangkat Gubernur Basuki Tjahaya Purnama dalam visi misi pencalonannya sebagai gubernur DKI Jakarta pada pilkada 2017, (d) sanjungan terhadap sumber daya alam Kepulauan Seribu dan ditambahkan dengan penyampaian program pembangunan Kepulauan Seribu, (e) pencitraan keberhasilan program Gubernur Basuki Tjahaya Purnama selama menjadi gubernur DKI Jakarta (KJP dan transportasi umum murah). Bagian penutup dan kesimpulan suasana yang terjalin selama pidato berlangsung tampak ramah dan senang. Namun, pada bagian ini terjadi kekurangutuhan isi pidato. Pidato yang diusung dengan tema budidaya ikan ditutup dan disimpulkan dengan ajakan memilih Gubernur Basuki Tjahaya Purnama dalam pilkada 2017 dan ditemukan adanya pernyataan perasaan Gubernur Basuki Tjahaya Purnama yang mengungkapkan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat Indonesia jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu, gak bisa pilih saya, ya

(10)

Purnama di Kepulauan Seribu termasuk dalam kategori penodaan agama. (4) Fungsi Ideologi Rasisme dalam Pidato Gubernur Basuki Tjahaya Purnama di Kepulauan Seribu (a) sebagai tuturan ekspresif yang berisi tentang pandangan negatif atas mitra tutur tentang sesuatu dalam penggunaan kosakata (bodoh, dibodohin), dan (b) sebagai tindak tuturan direktif (perintah/saran) agar lawan tutur melakukan sesuatu dengan menggunakan kosakata (jangan percaya sama orang). Hal ini ditujukanan untuk membangkitkan kesadaran diri (evaluasi diri) pada publiksehingga secara tidak langsung di dalam diri lawan tutur terjadi pergulatan pikiran (menerima atau menolak) sesuatu yang disampaikan tersebut. Tuturtan “jangan percaya sama orang” yang dilanjutkan dengan tuturan “dibohongin” dalam wacana yang digunakan Gubernur Basuki Tjahaya Purnama merupakan sebagai strategi untuk mempengaruhi lawan tutur mengenai sesuatu yang berhubungan dengan sikap atau keyakinan Gubernur Basuki Tjahaya Purnama bahwa banyak orang yang dalam pemilihan pemimpin menggunakan Al-Maidah untuk membohongi audiens untuk tidak memilih pemimpin yang tidak seagama. Hal ini tentunya menampakkan adanya ajakan atau perintah untuk melanggar isi kitab suci Alquran.

SARAN

Terkait dengan isi kesimpulan di atas, penguasa atau siapa saja yang berbicara di depan umum sebaiknya melakukan persiapan-persiapan.

(1) Menentukan tema sesuai dengan acara

(2) Membuat catatan kecil terkait dengan informasi yang akan disampaikan

(3) Menggunakan maksim tutur kesopanan dalam berpidato

(4) Menguasai diri dengan baik (5) Memenuhi struktur pidato

(pendahuluan, isi, kesimpulan dan penutup)

(6) Menggunakan data untuk mendukung tujuan pidato secara tepat dan bijaksana.

(7) Menghindari rasisme dalam pemilihan kata, gaya bahasa, maupun kalimat.

Hal ini perlu dilakukan mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Selain itu, budaya sebagai bangsa timur masih dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana.

Darma, Yoce Aliah.2013. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yarma Widya.

Dawud dkk. 2004. Teknik Menyusun Pidato/sambutan. Surabaya: Usaha Nasional.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS.

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi : Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya

(11)

Lukmana. Dkk. 2006. Linguistik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. Rusminto, Nurlaksana Eko. 2015.

Analisis Wacana: Kajian Teoritis dan Praktis. Surabaya: Graha Ilmu.

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wodak, Ruth . 1997. “Critical

Dis¬course Ana¬lysis” dalam

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dilakukan tindakan pembelajaran mulai dari siklus pertama sampai siklus terakhir siswa pada siswa ada perubahan dibuktikan dengan sudah beraninya tampil ke depan

Mengetahui tentang Pelabuhan Ketapang, dari segi sarana, prasarana hingga kinerja  pelabuhan... !9 $ahun &: tentang Pelayaran, pelabuhan diartikan sebagai tempat

Dapat digunakan sebagai pengalaman menulis karya ilmiah dan melaksanakan penelitian dalam pendidikan sehingga dapat menambah pengetahuan, khusunya untuk mengetahui sejauh mana

Biaya produksi merupakan biaya utama dalam perusahaan manufaktur yang terdiri dari baiaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik,

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Toko Sumber Rejo Semarang dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal atas penjualan barang dagangan masih belum bisa

Dan saran untuk penelitian selanjutnya adalah meningkatkan performa dari video game dengan mengimplementasikan seluruh update yang dilakukan oleh CPU dengan.

Hasil dari karakterisasi variasi bending pada sensor serat optik didapatkan bahwa banyaknya jumlah gerigi pada balok yang optimum dipakai pada sensor serat optik yaitu dengan

Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rancangan sistem monitoring ketinggian cairan infus berbasis sensor serat optik evanescent