• Tidak ada hasil yang ditemukan

teknologi pendidikan sekolah model abidatul mutawadliahb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "teknologi pendidikan sekolah model abidatul mutawadliahb"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH MODEL

MAKALAH (REVISI)

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Teknologi Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dr. As’aril Muhajir, M.Ag

Oleh:

ABIDATUL MUTAWADLI’AH NIM : F1.3.2.12.168

KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

SEKOLAH MODEL

A. PENDAHULUAN

Kehadiran sekolah model di Indonesia merupakan harapan yang sejak lama diimpikan oleh banyak kalangan, sebab sekolah model sudah menjadi sebuah kebutuhan yang mendasari kehidupan guna mendapatkan kehidupan yang layak di masa yang akan datang.

Lembaga pendidikan sebagai sekolah model harus diakui oleh pemerintah dan masyarakat, bukan oleh lembaga atau sekolah itu sendiri. Dinamakan sekolah Model berarti memiliki nilai yang lebih dibanding dengan sekolah biasa yang dapat dilihat dari aspek fisik dan aspek lain yang sangat menentukan, misalnya proses pembelajarannya atau output yang dihasilkan. sekolah model juga harus mampu menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan contoh oleh sekolah lainnya.

Kategori model menjadi sebuah pilihan bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya, karena sekolah model sudah dianggap mampu mencetak anak didik yang berkualitas. Selain itu, sekolah model juga sebagai pusat pengembangan pendidikan Islam dalam rangka melakukan perbaikan mutu pendidikan Islam di sekolah. Fungsi sekolah model sebagai percontohan bagi sekolah di sekitarnya adalah sebagai pusat kegiatan belajar mengajar inovatif dan sebagai pusat pemberdayaan kemandirian sekolah dan masyarakat lingkungannya, karena sekolah model selain sebagai contoh juga sebagai pusat sumber belajar bersama bagi sekolah di sekitanya. Oleh karena itu, sekolah model inilah yang dianggap sebagai salah satu alternatif guna mencetak pelajar yang berkualitas dalam mengembangkan pendidikan Islam di masa yang akan datang.

(3)

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Sekolah Model

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia kata model diartikan pola, contoh, acuan atau macam dari sesuatu yang akan dibuat.1

Kata model ini dikaitkan dengan sekolah sebagai salah satu program lembaga pendidikan. Program sekolah model adalah sebuah program yang ditujukan untuk menjadikan satu sekolah sebagai sekolah yang baik dalam semua unsurnya, agar dapat digunakan sebagai percontohan bagi sekolah lain di sekitarnya.2

Dengan adanya program sekolah model pada satu sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai sekolah percontohan bagi sekolah di sekitarnya ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu lembaga pendidikan dan mampu menjadi model yang yang patut dicontoh oleh sekolah lainnya sehingga keberadaannya dapat memberi dampak positif kepada sekolah-sekolah di sekitarnya.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa sekolah model adalah sekolah yang menjadi pusat pengembangan yang dipilih sebagai percontohan dan acuan bagi sekolah lainnya yang diharapkan dapat menjadi sekolah standar yang adaptif dengan pengembangan kebutuhan sosial. 2. Latar Belakang Munculnya Sekolah Model

Program sekolah model tingkat MA dimulai pada 1993 melalui proyek JSEP (Junior Secondary Education Project), kemudian pada tahun 1998 diteruskan dengan program BEP (Basic Education Project) untuk tingkat MI dan MTs. 3

Program ini diadakan dengan dasar pemikiran bahwa pada saat itu citra madrasah sebagai lembaga pendidikan formal masih dianggap sebagai lembaga pendidikan kelas dua setelah sekolah umum. Kerena dalam realitasnya memang banyak madrasah memiliki kelemahan dalam praktik

1 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English

Press, 2004), 989.

(4)

penyelenggaraan pendidikan madrasah, yaitu dalam hal manajemennya, profesionalitas gurunya, masalah kualitas lulusannya dan sarana dan prasarana. Dengan keaadaan tersebut, Kementrian Agama sebagai Pembina madrasah melakukan beberapa program yang diharapkan dapat mengangkat citra madrasah, agar sejajar dengan sekolah yang berada dibawah pembinaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.4

Kemudian Kemenag menunjuk beberapa sekolah sebagai sekolah model, yang mana setiap daerah hanya satu sekolah yang mengikuti program sekolah model. Sehingga sekolah tersebut mendapat beberapa bentuk bantuan sarana, fasilitas belajar, gedung-gedung baru, hingga bantuan pendidikan atau beasiswa bagi guru-guru di sekolah untuk melanjutkan pendidikan S2 ke luar negeri.

Dengan upaya ini, Kemenag pada saat itu sangat menginginkan adanya perubahan yang signifikan terhadap kualitas sekolah sebagai lembaga pendidikan yang nantinya bisa sejajar dan unggul dengan sekolah umum lainnya.

Jadi misi sekolah Model yang telah ditunjuk oleh Kementrian Agama di masing-masing daerah tidak hanya unggul sendirian dan menjadi contoh, akan tetapi harus membantu sekolah lain di sekitarnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan mereka, sekolah model juga berperan sebagai lokomotif yang menarik sekolah-sekolah swasta di sekitanya sehingga menjadi sekolah yang berkualitas.

3. Tujuan Sekolah Model

Pengembangan sekolah model pada tahap awal memilih madrasah negeri yang memiliki persyaratan tertentu, misalnya kelengkapan guru, sarana, lahan dan siswa dalam rangka memberdayakan madrasah dalam menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan persaingan bebas dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.

4 Imran Siregar, Efektifitas Penyelanggaraan Madrasah Model: Studi tentang MAN 2 Model

(5)

Secara garis besar tujuan sekolah model dapat dirumuskan sebagai berikut:5

a) Menjadi acuan dalam penyelenggaraan sekolah lainnya baik negeri maupun swasta.

b) Sebagai sekolah pembina terhadap sekolah setingkat di sekitar wilayahnya dalam bidang kurikulum, pengajaran, administrasi dan sebagainya.

c) Sebagai tempat penyelenggaraan pelatihan tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui fasilitas Pusat Sumber Belajar (PSB) yang disediakan. Ini hanya berlaku bagi sekolah model yang diperlengkapi dengan fasilitas pelatihan atau fasilitas PSB.

d) Sebagai fasilitator (pelayan fasilitas belajar) bagi sekolah sekitarnya yang ingin memanfaatkan fasilitas belajar yang ada, seperti perpustakaan, laboratorium, work shop keterampilan dan lain sebagainya secara bergilir (time sharing).

Sekolah Model dimaksudkan sebagai center for excellence yang dikembangkan lebih dari satu buah dalam setiap provinsi. Sekolah Model diproyeksikan sebagai wadah penampung siswa-siswa terbaik masing-masing daerah untuk dibimbing secara maksimal tanpa harus pergi ke daerah lain.

Keberadaan sekolah model juga dapat mencegah terjadinya eksodus (pengungsian) SDM terbaik suatu daerah ke daerah lain disamping itu juga mendorong tumbuhnya persaingan sehat antar daerah dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih berkualitas.6

Proses menjadikan suatu sekolah menjadi sekolah unggul dan model bagi sekolah lain merupakan pengembangan sekolah yang tepat dalam rangka meningkatkan nilai dan mutu pendidikan Islam di masyarakat. 4. Kriteria Sekolah Model

5 Depag RI, Sistem Penyelenggaraan Madrasah Aliyah Model, (Jakarta: 1996), 10.

6 Ahmad Zayadi, Desain Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Pendidikan

(6)

Menurut Kementrian Agama, sekolah model dipilih dari sekolah negeri yang memiliki potensi untuk menjadi sekolah model. Atas dasar kriteria sebagai berikut:

a) Memiliki potensi untuk menjadi sekolah model.

b) Memiliki kepala sekolah yang dinamis, kreatif, inisiatif atau prokatif, idealis, konseptual, komunikatif serta memiliki dedikasi dan motivasi yang tinggi terhadap tugas.

c) Memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan program pendidikan dan pembelajaran.

d) Memiliki guru yang memadai dan memenuhi kualifikasi tenaga guru. e) Memiliki ruang belajar yang cukup dan ruang lainnya yang memadai. f) Memiliki fasilitas perpustakaan dan laboratorium yang cukup.

g) Memiliki prestasi yang baik dalam kegiatan program ekstrakurikuler dalam bidang keagamaan, kesenian dan olah raga.

h) Tersedianya area tanah yang cukup untuk pengembangan fisik sebagai sekolah model.

i) Dukungan yang baik dari masyarakat sekitar dan orang tua siswa (BP3).7

Selain itu, ada beberapa kriteria penting yang harus diperhatikan untuk mewujudkan sekolah model: 8

a) Kepala Madrasah

Kepala madrasah dituntut dapat berperan sebagai professional leader dalam tindakan dan perilaku yang mendorong dirinya, guru dan staf yang ada menuju visi keunggulan.

b) Guru

7 Depag RI, Sistem Penyelenggaraan Madrasah Aliyah Model, 12.

8 Fuad Fachruddin dari Headlye Beare, dkk., Creating An Exellence School. (London: Routtledge,

(7)

Guru juga harus siap untuk mengembangkan bahan-bahan pembelajaran, pendekatan, alat-alat teknologi yang diperlukan untuk mendukung potensi siswa untuk berkembang.

c) Kurikulum

Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam menyelenggarakan pembelajaran. Kurikulum memberikan konsep-konsep standar dari mata pelajaran yang perlu diajarkan kepada siswa berdasarkan pertimbangan akademik dan perkembangan psikologi siswa. Apa yang akan diajarkan kepada siswa adalah apa yang sebenarnya diperlukan oleh siswa dan menstimulasi siswa untuk mempelajari sendiri (rasa ingin tahu).

d) Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran lebih mendorong siswa merasa tertantang belajar untuk mengembangkan rasa keingintahuan individu siswa untuk mendalami sesuatu. Siswa merekontruksi pengetahuan dan kegunaan apa yang dipelajari dalam satu kesatuan. Oleh karena itu, interaksi siswa dengan pihak lain termasuk sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah merupakan bagian dari peran guru dalam membantu terciptanya kondisi yang mendukung minat dan semangat siswa untuk mempelajari sesuatu.

e) Penilaian

Penilaian pembelajaran bukan hanya untuk melihat daya serap yang dipelajari. Tetapi juga mengetahui faktor yang menjadikan siswa mengalami kesulitan dalam belajar, mengembangkan kemampuan siswa mengenai apa yang ingin dicapai sejalan dengan potensi dan kebutuhan masing-masing. Siswa memahami apa yang dinilai, untuk apa dan bagaimana penilaian dilaksanakan.9

f) Layanan kepada Siswa

9 Fuad Fachruddin, Madrasah Model: Indikator Obyektif dan OperasionalnyaMadrasah, (Jakarta:

(8)

Dalam setiap kelas, prestasi belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu kelompok siswa berkemampuan cepat, kelompok anak didik berkemampuan normal dan kelompok siswa berkemampuan lambat (di bawah rata-rata). Kecenderungan pembelajaran selama ini adalah guru lebih banyak berkonsentrasi pada kelompok cepat saja, sehingga siswa dari kelompok lambat agak terabaikan, atau apabila guru memperhatikan siswa dari kelompok lambat, maka siswa kelompok cepat akan terhambat kecepatan belajarnya. Berdasarkan kenyataan ini, maka sekolah diupayakan memberi pelayanan pendidikan yang berorientasi pada kemampuan siswa secara individu.

g) Pengembangan Bakat dan Minat

Pengembangan bakat dan minat diarahkan untuk merancang masa depan bagi siswa sepenuhnya. Siswa dipandang sebagai pribadi yang memiliki potensi yang berbeda-beda yang perlu diaktualisasikan secara optimal. Untuk itu, membutuhkan kondisi yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat tersebut.

Kegiatan pengembangan minat dan bakat tersebut dilihat dari aspek intelegensinya dapat dikelompokkan menjadi: 1) bidang seni, misalnya seni lukis, qiro'ah, karawitan, angklung, qosidah, kolintang, dan musik, (2) bidang olahraga misalnya sepak bola, volley, basket, tennis meja, bulu tangkis, bela diri, panjat tebing, dan arung jeram, (3) bidang kebahasaan, misalnya mengarang, puisi, drama, dan English Conversation Club, (4) bidang kemampuan kognitif, misalnya kelompok ilmiah remaja, dan (5) bidang keterampilan, misalnya: pramuka, PMR, dokter kecil, dan kelompok dakwah masjid.10

h) Pengembangan Lingkungan Belajar

Salah satu unsur penting dalam menumbuhkembangkan potensi siswa adalah bagaimana menata lingkungan agar belajar benar-benar merupakan aktivitas yang menggairahkan. Lingkungan belajar

10 Agus Maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan, (Malang, UIN Maliki Press, 2010) ,

(9)

bagaimanapun caranya dimaksudkan agar siswa senang belajar. Salah satu karakteristik dari penataan lingkungan seperti ini adalah keterlibatan siswa sebagai subyek yang belajar. Pemikiran ini dijadikan titik tolak untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa yang harus disediakan dalam lingkungan agar anak terdorong untuk terlibat dalam peristiwa belajar. Jawaban atas pertanyaan ini akan membawa implikasi yang luas, karena terkandung suatu pemikiran pembaharuan tentang bagaimana memperlakukan siswa sebagai subyek belajar, bukan sekadar obyek belajar, dan apa yang harus disediakan untuk siswa agar terjadi peristiwa belajar dalam dirinya.

i) Pengembangan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana maksudnya adalah semua perangkat, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) yang digunakan dan dapat mendukung proses pendidikan dan pembelajaran. Sarana misalnya: media pendidikan (buku, kamus, alat-alat praktik, media audio, media visual, dan media audio visual). Sedang prasarana meliputi: bangunan madrasah yang berupa gedung, perpustakaan, laboratorium, bengkel dan perabot madrasah serta berbagai hal yang erat hubungannya dengan mutu madrasah.11

Untuk itu, sarana dan prasarana minimal yang harus dimiliki oleh madrasah ke depan, khususnya Madrasah Negeri adalah: (1) gedung madrasah yang representatif, (2) laboratorium komputer, bahasa (Arab/Inggris), IPA dan IPS, (3) perpustakaan beserta koleksinya yang lengkap (4) bengkel untuk latihan keterampilan, (5) kantin sekolah, (6) koperasi anak didik, (7) ruang UKS, sarana layanan kesehatan dan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), (8) musholla atau masjid, (9) sanggar seni, (10) ruangan kantor untuk kepala, pendidik, dan administratif, (11) kantor BP3.

11 Puslitbang, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta, Balitbang Agama dan Diklat

(10)

Kondisi madrasah model pada saat ini belum menunjukan tingkat yang sama, baik dalam segi fasilitas maupun dalam segi kualitas. Hal ini karena adanya perbedaan kondisi dan dukungan fasilitas awal disamping dukungan fasilitas berikutnya setelah menjadi sekolah model. Diharapkan sekolah model tersebut pada waktunya nanti benar-benar menjadi sekolah percontohan walaupun kondisi satu sama lain berbeda.

Secara umum persyaratan sebagai sekolah model adalah sebagai berikut:12

1) Memiliki manajemen madrasah yang baik. 2) SDM yang berkualitas

3) Kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan 4) Bantuan pendidikan yang memadai

5) Keunggulan kualitas lulusan

5. Pengembangan Pendidikan Islam Melalui Sekolah Unggulan Dan Sekolah Model

Pengembangan pendidikan Islam dapat terealisasi melalui adanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Institusi yang melahirkan kebijakan-kebijakan yang mendukung program sekolah unggulan dan sekolah model ini adalah Kementrian Agama.

Sekolah sebagai suatu institusi pendidikan harus mampu mengembangkan mutu dan keunggulan pendidikan. Sekolah yang mengenalkan dirinya sebagai sekolah unggul dan model harus berbeda dari pada sekolah lainnya. Sekolah harus memiliki keunggulan yang layak dibanggakan oleh sekolah dan masyarakat yang dapat dijadikan sebagai sekolah percontohan bagi sekolah-sekolah lainnya.

Dengan merealisasikan beberapa bentuk pendekatan-pendekatan pengembangan pendidikan Islam melalui sekolah unggulan maka diharapkan akan melahirkan lulusan yang bisa menampilkan citra diri sebagai makhluk Tuhan yang di dalam dirinya terdapat potensi rasional (nalar), emosi dan spiritual. Tiga dimensi keunggulan dalam perspektif

(11)

Islam mencitrakan sosok manusia utuh. Lembaga pendidikan yang terlalu banyak menekankan pentingnya nilai akademik, kecerdasan otak atau IQ saja, mengabaikan kecerdasan emosi (EQ) yang mengajarkan integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergis menjadikan pendidikan kehilangan ruhnya.13

Dalam perspektif pendidikan ideal belumlah cukup untuk menggambarkan keutuhan sosok manusia. Sebab dalam diri manusia terdapat satu aspek penting lainnya yaitu potensi spriritual. Kecerdasan yang membuat manusia berbuat kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kasih sayang dalam hidup, kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang luas dan lebih kaya. Kecerdasan spiritual yang ditanamkan melalui pendidikan akan memberikan bekal kepada peserta didik sehingga mampu menjawab keprihatinan dirinya tentang apa arti menjadi manusia, apa makna dan tujuan puncak dari hidup manusia.14

Apabila sekolah mampu mengorientasikan tiga kecerdasan tersebut berarti sekolah unggul telah mengakomodasi dan mengarahkan sisi kemanusiaan peserta didik agar memiliki intelektualitas, spiritualitas, moralitas, sosialitas, rasa, dan rasionalitas dalam kehidupannya. Sehingga output yang dihasilkan akan mampu hidup serasi dan seimbang dengan lingkungan keluarga, anggota masyarakat, alam, dan juga dengan Tuhan.

Begitu juga dengan sekolah model, semua komponen pendidikan di sekolah harus mampu inovatif dan kreatif dalam mengemas dan memproses penddikan Islam di sekolah. Semua komponen tersebut harus mendukung untuk menghasilkan kualitas dan hasil output pendidikan di sekolah yang berkualitas dan mampu menjadi sekolah percontohan. Sehingga sekolah-sekolah lain yang ada di daerah tersebut dapat belajar dan mencontoh pada sekoah model yang ditunjuk Kementrian Agama.

13 Muhammad, Konsep Pengembangan Madrasah UngguldanKreatif, Vol. 4, No. 1 (Januari,

2009), 41.

(12)

Menurut Fuad Fachruddin, pandangan tentang sekolah model akan mewarnai wujud nyata tentang penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah. Dalam mewujudkan sekolah model pertama-tama perlu dilakukan perubahan cara pandang (paradigma) semua pihak yang terlibat secara langsung seperti pimpinan sekolah dan guru-guru, maupun pihak tidak langsung seperti para pembina sekolah yang berada di bawah naungan Kemenag, pengawas, kantor departemen, kanwil dan pusat.15

Dengan demikian pemerintah akan mampu memfasilitasi sekolah terhadap pengembangan pendidikan Islam, apa yang dimiliki dan apa yang menjadi kebutuhan siswa dalam kerangka mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa baik itu potensi intelektual, emosional dan spiritualnya. Dengan demikian sekolah akan dapat melahirkan sosok yang memiliki intelektualitas tinggi yang siap berpotensi, responsif terhadap perkembangan dan mempunyai pandangan ke depan dan sikap kritis, jati diri yang jelas, empati didukung dengan iman dan takwa dalam konteks sekolah model sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berciri khas Islam.

6. Implikasi Tekonologi Pendidikan Terhadap Sekolah Model

Adapun implikasi teknologi pendidikan tentu sangat menunjang kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di sekolah model. Dengan teknologi yang maju, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya dukungan fasilitas dan peralatan teknologi yang canggih, maka sekolah model akan semakin diakui keberadaannya, karena sekolah ini menjadi percontohan bagi sekolah lain yang ada di sekitarnya. Disamping itu juga tujuan pengembangan pendidikan Islam akan semakin terealisasi.

Dengan adanya teknologi pendidikan yang semakin maju, seorang guru tidak akan merasa kesulitan dalam mengimplementasikan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, karena semua fasilitas dan media yang berbasis teknologi sudah memadai.

(13)

C. KESIMPULAN

Sekolah model adalah sekolah yang menjadi pusat pengembangan yang dipilih sebagai percontohan dan acuan bagi sekolah lainnya yang diharapkan dapat menjadi sekolah standar yang adaptif dengan pengembangan kebutuhan sosial.

Munculnya sekolah model dilatar belakangi masalah rendahnya mutu pendidikan Islam, terutama masalah output yang dihasilkan dan kualitas manajemen yang ada di sekolah. Pemerintah melakukan langkah awal dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung adanya sekolah model, seperti menyekolahkan guru-guru madrasah hingga tingkat S2 dan menyediakan fasilitas-fasilitas laboratorium dan lain-lain.

Dengan adanya program sekolah model diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu lembaga pendidikan dan mampu menjadi model yang yang patut dicontoh oleh sekolah lainnya sehingga keberadaannya dapat memberi dampak positif kepada sekolah-sekolah lain di sekitarnya.

Adapun kriteria untuk menjadi sekolah model diantaranya: memiliki potensi untuk menjadi sekolah model, kepala sekolah yang dinamis, kreatif, inisiatif, idealis, konseptual, komunikatif, kemampuan yang baik dalam melaksanakan program pendidikan dan pembelajaran, guru yang profesional, ruang belajar, fasilitas perpustakaan dan laboratorium yang cukup memadai.

Dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam, maka komponen pendidikan di sekolah harus inovatif dan kreatif dalam memproses pendidikan Islam di sekolah. Semua komponen dan peralatan teknologi harus mendukung untuk menghasilkan kualitas dan output pendidikan di sekolah yang berkualitas dan mampu menjadi sekolah percontohan.

Adanya teknologi pendidikan sangat menunjang kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah model. Dengan adanya teknologi yang semakin maju, maka proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan menghasilkan output berkualitas, sehingga sekolah model benar-benar diakui keberadaannya.

(14)

Salim, Peter dan Salim, Yenny, 2004, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press.

Ahid, Nur, Problematika Madrasah Aliyah di Indonesia, 2009, Kediri: STAIN Kediri Press.

Siregar, Imran, 2000, Efektifitas Penyelanggaraan Madrasah Model: Studi tentang MAN 2 Model Padangsidempuan, Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

Depag RI, 1996, Sistem Penyelenggaraan Madrasah Aliyah Model, Jakarta: Depag.

Zayadi, Ahmad 2005, Desain Pengembangan Madrasah, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Pendidikan Islam Depag.

Fachruddin, Fuad dari Headlye Beare, dkk.,1991, Creating An Exellence School. London: Routtledge.

Fachruddin, Fuad, 2000, Madrasah Model: Indikator Obyektif dan OperasionalnyaMadrasah, Vol. 3, No. 3, Jakarta: PPIM IAIN.

Maimun, Agus dan Zainul Fitri, Agus, 2010, Madrasah Unggulan, Malang, UIN Maliki Press.

Puslitbang, 2001 Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta, Balitbang Agama dan Diklat Keagamaan RI.

Referensi

Dokumen terkait

dibangun model-model agribisnis komoditas unggulan tertentu sebagai percontohan bagi kaum tani dengan pengendalian pemerintah dalam hal pemenuhan kuota produksi

Tahun……… merupakan dokumen perencanaan selama satu tahun pelajaran yang digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan

Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam kantor Dinas Pendidikan Ponorogo khususnya bagi panitia yang ditunjuk untuk pemilihan kepala sekolah berprestasi

Model Bridge memberikan efek dan pemahaman bagi pengelola sekolah tentang kebermanfaatan program konseling yang berdampak pada siswa yang nantinya secara berkelanjutan

Gambar 6 Tanya jawab oleh siswa terkait materi Sosialisasi Zona Selamat Sekolah (ZOSS) Hasil pelaksanaan percontohan Zona Selamat sekolah pada ruas Jalan Pendidikan adanya

Tujuan pendampingan implementasi SPMI di sekolah model dan sekolah imbas program pengembangan sekolah model adalah sebagai berikut : (1) meningkatkan mutu pendidikan sesuai

Alhamdulillah, penelitian pengembangan model pendidikan karakter bagi anak sejak dini melalui program terpadu “Sekolah Ibu” PAUD nonformal di pedesaan dapat

Salah satu bentuk dana penunjang dari pemerintah daerah adalah adanya Bantuan Hibah APBD bagi Sekolah Swasta di Kabupaten Lebak Tahun 2018.. Tujuan dari adanya