(Studi Kasus UKM Awany dan UKM Tri Jaya)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Filsafat Politik Islam
Oleh :
ONE SHOFA PRATIWI NIM. E84211065
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xv
PENINGKATAN DAYA SAING USAHA KECIL MENENGAH DI TANGGULANGIN SIDOARJO DALAM MENGHADAPI
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 (Studi Kasus UKM Awany dan UKM Tri Jaya)
Oleh: One Shofa Pratiwi
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah Di Tanggulangin Sidoarjo Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (Studi Kasus Ukm Awany Dan Ukm Tri Jaya) yang meneliti tentang bagaimana kesiapan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo khususnya dalam menghadapi MEA yang akan di aplikasikan mulai akhir tahun 2015, dengan menspesifikkan pembahasan kepada UKM Awany dan UKM Tri Jaya, yang merupakan sebagaian dari sekian pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berada di Daerah Kecamatan Tanggulangin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berbasis studi kasus. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan pertama; bahwa para pelaku UKM yang berada di Kabupaten Sidoarjo, Khususnya UKM Awany dan Tri Jaya sudah bisa dikategorikan mampu dalam menghadapi MEA 2015, mengingat selain semangat dan keinginan untuk berkompetisi, pelaku usaha juga di dukung oleh pemerintah setempat dalam menjalankan usaha mereka. Kedua; Strategi yang dilakukan pemerintah daerah dalam menghadapi MEA 2015 ini yaitu dengan cara selalu memberikan arahan, pelatihan dan edukasi tentang kewirausahaan kepada seluruh UKM yang telah terdaftar dalam semua sektor, tidak hanya pengrajin kulit.
Kata Kunci: UKM, MEA, Free Trade, Tanggulangin Sidoarjo
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xi
COVER DEPAN JUDUL SKRIPSI ... i
COVER DALAM JUDUL SKRIPSI ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I: PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 12
C.Tujuan Masalah ... 12
D.Manfaat Masalah ... 13
E.Deskripsi Judul ... 13
F. Penelitian Terdahulu ... 16
G.Metode Penelitian ... 18
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18
2. Lokasi Penelitian ... 19
3. Sumber Data ... 20
4. Metode Pengupulan Data ... 22
5. Teknik Analisis Data... 24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xii
A. Teori Neo Liberalisme ... 27
i. Asumsi Dasar Neo Liberalisme ... 27
ii. Sejarah Munculnya Neo Liberalisme ... 28
B. Asean Free Trade Area (AFTA) ... 35
i. Asumsi Dasar Perjanjian AFTA ... 35
ii. Sejarah Asean Free Trade Area ... 36
iii. Manfaat Perjanjian Asean Free Trade Area bagi Indonesia ... 37
C. Teori Kritis ... 38
D. Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) ... 45
i. Pengertian Usaha Kecil Menengah ... 45
ii. Kriteria UKM ... 47
E. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ... 48
BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Tanggulangin ... 53
1. Geografi ... 53
2. Kependudukan ... 54
3. Sosial ... 55
4. Aspek Pendidikan ... 57
5. Industri ... 60
B. Industri Kulit Kecamatan Tanggulangin ... 61
C. UKM Tas dan Koper Awany dan Tri Jaya ... 66
1. UKM Tas dan Koper Awany ... 66
2. UKM Tas dan Koper Tri Jaya ... 71
BAB IV: TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Strategi UKM Tas dan Koper Awany dan Tri Jaya dalam Menghadapi MEA ... 78
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xiii
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xiv
Tabel 1: Jumlah Penduduk Kecamatan Tanggulangin Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2014 ... 55
Tabel 2: Perbandingan Jumlah Penyandang Cacat Menurut Jenis
Kecacatan Tahun 2012-2014 ... 56
Tabel 3: Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Tahun
Ajaran 2014/2015 ... 58
Tabel 4: Jumlah Murid Menurut Jenjang Pendidikan Tahun Ajaran
2014/2015 ... 59
Tabel 5: Jumlah Industri Besar Sedang Jumlah Tenaga Kerja Tahun
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara besar dengan penduduk sebanyak
lebih dari 250 juta jiwa. Banyaknya penduduk tersebut tentu saja merupakan
sumber daya manusia yang baik untuk mengelola kekayaan alam, budaya, dan
industri di tanah air. Namun sayangnya, dari sekian banyak penduduk jarang
sekali yang berkeinginan untuk menjadi seorang wirausaha. Lebih dari 70 persen
orang Indonesia bercita – cita menjadi pegawai atau karyawan, hanya yang
mungkin terdesak saja yang akhirnya mau menekuni di bidang kewirausahaan,1
karena sulitnya lapangan kerja atau semakin ketatnya persaingan mendapatkan
kerja, maka terpilihnya wirausaha sebagai satu jalan untuk menjemput rezeki.
Terbatasnya lahan kerja nampak semakin rumit saat tersiar kabar akan
diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) di akhir tahun 2015.
Gerakan ini sebenarnya bermaksud baik yaitu mengangkat pasar lokal masing –
masing negara anggota Asean menjadi pasar global yang bisa menerima investasi
dari pihak asing. Jika ditinjau dari dampak positifnya, diperkirakan akan tumbuh
industri – industri baru dan baik yang bisa menyerap tenaga kerja. Namun jika
dilihat dari dampak negatifnya, kita perlu menyiapkan diri untuk menjadi SDM
yang berkualitas sehingga tidak kalah bersaing dengan para pekerja dari luar
negeri.
1
Afin Murtie, “Bisnis Tahan Banting Sambut MEA”, (Klaten: Cable Book, 2015), h.9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tumbuh pesatnya sektor industri, terbukanya peluang kerja yang cukup
luas, persaingan di dunia kerja dan investasi, hendaknya dibarengi dengan
kesiapan dari dalam putra putri bangsa Indonesia sendiri untuk tetap dapat
menjadi tuan rumah dalam negara mereka sendiri. Salah satu caranya adalah
dengan cara membuka usaha atau berwiraswasta, sehingga bisa menyerap tenaga
kerja dari Masyarakat sekitar. Karena pada dasarnya, kedepan, dengan
diberlakukannya MEA ini, secara otomatis sudah mengharuskan kepada masing –
masing negara yang tergabung didalamnya untuk mempersiakan diri dalam
bersaing satu sama lain. Pasalnya, penerapan MEA ini memiliki implikasi pada
pembukaan pasar bebas dalam bidang perdagangan barang dan jasa, industri
manufaktur, ketenagakerjaan, dan lain – lain.
Peningkatan daya saing yang paling penting, menurut pengamat ekonomi
Universitas Islam Indonesia (UII) Yuli Andriansyah adalah penelitian dan
pengembangan sumberdaya manusia. Sebagaimana yang di tulis dalam Website
resmi UII ketika memberikan pendapatnya terkait dengan kesiapan Indonesia
dalam menghadapi MEA.
“Karenanya meningkatkan daya saing menjadi kata kunci dalam upaya
memaksimalkan keterlibatan Indonesa dalam MEA. Tujuannya tentu saja adalah
agar jangan sampai MEA menjadikan penduduk Indonesia sebatas penonton di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
daya saing ini adalah penelitian dan pengembangan atau research and
development(R & D)”, ungkapnya.2
Lalu seiring akan pemberlakuannya MEA atau Masyarakat Ekonomi
Asean. Ada kekhawatiran – kekhawatiran yang terjadi di masyarakat kita,
kekhawatiran ini terutama terjadi pada sektor bisnis dan para pekerja profesional.
Karena dengan diberlakukannya MEA, dikhawatirkan sektor bisnis di Indonesia
akan banyak dikuasai oleh Asing. Kekhawatiran serupa terjadi pada berbagai
produk dalam negeri yang berkemungkinan besar akan kalah bersaing di pasar.
Belum lagi serbuan pekerja profesional dari berbagai Negara Asean yang akan
mempersempit peluang kerja di Indonesia. Namun positifnya, seperti
dikemukakan diatas, dengan diberlakukannya MEA sebenarnya produk Indonesia
justru memiliki peluang yang sama besarnya untuk dikenal dan laris manis di
pasar regional/lokal maupun internasional.
MEA adalah singkatan dari Masyarakat Ekonomi Asean. Yang merupakan
pasar bebas yang akan diberlakukan antar sesama Negara – negara yang tergabung
dalam ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Asean sendiri
merupakan sebuah organisasi yang beranggotakan 10 negara – negara dikawasan
Asia Tenggara yaitu; Malaysia, Thailand, Singapore, Laos, Indonesia, Kamboja,
Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar dan Filipina.
MEA sebenarnya telah menjadi kesepakatan antar para pemimpin Negara
– negara Asean dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) semenjak lebih dari
sepuluh tahun lalu, tepatnya pada bulan Desember 1997 di Kuala Lumpur
2Website UII (Universitas Islam Indonesia), “
Pentingnya Peningkatan Daya Saing Penelitian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Malaysia. lalu Pada KTT selanjutnya yang berlangsung di Bali Oktober 2003,
petinggi ASEAN mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015.
Pasar bebas yang akan diberlakukan di akhir tahun 2015 ini memungkinkan
masing – masing Negara untuk menjual produk mereka secara lebih mudah ke
negara lainnya. Hal ini dimaksudkan agar Negara – negara Asean lebih unggul
saat bersaing dengan India dan Cina dalam menarik Investor asing. Ini
dikarenakan penanam modal asing masih sangat dibutuhkan oleh negara - negara
Asean untuk meluaskan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan
warga Asean. Namun, efeknya setiap negara di Asean pada umumnya dan setiap
individu pada khususnya harus lebih siap menghadapi kompetisi yang semakin
ketat.3
Maka akan menjadi pemandangan yang biasa, jika kelak setelah
diberlakukannya MEA kita akan menemukan dokter dari Malaysia atau Thailand
misalnya, berpraktek di Rumah Sakit Umum, mungkin akan banyak pula tenaga
guru dari Filipina, perancang bangunan dari Brunei, koki dari Vietnam dan lain
sebagainya. Demikian pula dengan dengan berbagai produk barang dan jasa yang
siap menyerbu ke dalam negeri.
Sebenarnya berbagai serbuan tersebut tak akan menyurutkan langkah
Masyarakat Indonesia jika kita mau mempersiapkan diri sejak awal dalam
menghadapi MEA ini. Dalam artian menyiapkan kemampuan individu dalam
menjalankan pekerjaan secara profesional dan memiliki nilai lebih. Menyiapkan
3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
diri juga berarti menyiapkan produk barang dan jasa yang mampu bersaing
dengan produk sejenis dari luar negeri.
Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang
dapat dijadikan suatu momentum yang baik untuk Indonesia.4 Pertama, negara –
negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan
pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi
maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar,
dan tenaga kerja yang terdidik (skilled labour) menjadi tidak ada hambatan dari
satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat
kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi kebijakan
persaingan, perlindungan kepada konsumen, perpajakan (taxation),
dan perdagangan elektronik. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan
yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen – agen
perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta;
menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi;
menghilangkan sistem Double Taxation, dan meningkatkan perdagangan dengan
media elektronik berbasis online.
Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki
perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil
Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan
ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini,
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan
kemampuan, keuangan, serta teknologi.
Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian
global. Dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi
terhadap negara – negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara
– negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui
pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara – negara Anggota ASEAN
yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan
partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk
terintegrasi secara global.5
Berdasarkan perencanaan Ekonomi (blueprint) ASEAN , MEA menjadi
sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan antara negara – negara
ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan
ketergantungan anggota – anggota didalamnya. MEA dapat mengembangkan
konsep data nasional dalam rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok
perdagangan tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi dengan eksportir
dan importir non-ASEAN.6
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena
hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal
tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan
5
Julius Latumaerissa, Ibid, h.411
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
meningkatkan GDP (Gross Domestic Product)7 Indonesia. Di sisi lain, muncul
tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan persamaan jenis komoditas
yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu,
tekstil, dan barang elektronik. Dalam hal ini resiko dalam berkompetisi akan
muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah
banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan
produk – produk Luar Negeri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya
akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung
masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang berarti dapat menstimulus
pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan
kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih
mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat
memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang
kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala
besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk
ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah
dibandingkan negara – negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga
eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di
Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat
untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang
terkandung.
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi
para pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai
kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi
keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa
jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi
para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang
diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi
Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah
bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand
serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada
peringkat keempat di ASEAN.
Dengan akan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk
memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh
keuntungan. Namun demikian, ada beberapa dampak dan hambatan yang akan
muncul bila MEA telah diimplementasikan. Seperti dampak aliran bebas barang
bagi negara – negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas
investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal.
Adapun hambatan-hambatan yang kemungkinan akan muncul jika MEA ini
diimplementasikan ialah antara lain; Pertama, mutu pendidikan tenaga kerja
masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP
atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total
118 juta pekerja di Indonesia. Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi.
Keempat, keterbatasan pasokan energi. Dan kelima, lemahnya Indonesia dalam
menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah
membanjiri Indonesia.8
Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia
diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja,
sektor infrastuktur, dan sektor industri. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi9 yang akan terjadi agar dapat
mengantisipasi risiko – risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi
yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur
baik secara fisik dan sosial (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu
adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di
Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri di
tahun mulai diberlakukannya MEA ini10.
Berkaitan dengan perihal diatas, Akan hadirnya MEA, menjadi sebuah
realita yang harus dihadapi oleh Sentra Industri di seluruh Indonesia, salah
satunya seperti di Sentra Industri Tas dan Koper di Tanggulangin Sidoarjo,
sebagai keterbukaan pasar tenaga kerja di tengah celah kebutuhan pasar tenaga
kerja industri yang terjadi saat ini. Ketika MEA resmi dibuka, pasar tenaga kerja
negara anggota ASEAN juga bebas masuk ke Indonesia, termasuk Sentra Industri
kerajinan tangan di Tanggulangin. Tantangan sekaligus peluang bagi industri
8
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/pahami-masyarakat-ekonomi-asean-mea-2015 (diakses pada tanggal 14-maret-2015. Pukul: 13.40)
9
Perubahan harga suatu barang karena pengaruh permintaan dan penawaran; naik turunnya harga barang dan persesuaian nilai uang. Penulis.
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
domestik kerajinan tangan untuk menyiapkan tenaga kerja handal dan profesional
untuk mengisi sekaligus mendominasi pasar tenaga kerja domestik. Koperasi
INTAKO (Industri Tas dan Koper) dinilai sukses dalam mengangkat produk
UKM Sidoarjo. Namun masih banyak pengurus, pengawas maupun pengelola
koperasi belum bekerja sesuai tugas dan fungsinya. Masih ada beberapa kendala
yang membuat pengelolaan koperasi belum optimal. Diantaranya, pengurus yang
belum memahami peraturan maupun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
(AD-ART) koperasinya. Ini jelas menyulitkan koperasi INTAKO sendiri dalam
menghadapi pasar bebas MEA. Dari penuturan warga sekitar, sejak adanya pasar
bebas ditahun 2009 UKM banyak yang mulai gulung tikar karena industri
rumahan banyak yang tidak mampu menghadapi adanya pasar bebas yang mulai
memasuki wilayah Indonesia.11
Jika melihat kondisi di Koperasi INTAKO yang mulai sepi pengunjung,
banyaknya diskon yang diberikan seharusnya mulai mengundang peminat
konsumen pemburu barang kulit berkualitas lokal terbaik. Namun sepinya
pengunjung memperlihatkan bahwa konsumen lebih memburu barang asing yang
mulai merajalela di pasar Indonesia, baik dari segi kualitas dan harga yang lebih
relatif murah. Hal ini sudah membuktikan bahwa adanya pasar bebas belum
sepenuhnya menguntungkan UKM kecil yang ada di Tanggulangin Sidoarjo.
Namun, penulis melihat masih ada beberapa UKM yang tetap bertahan walaupun
barang produksi luar negeri sudah memasuki dan bebas beredar di Indonesia.
11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dari permasalahan inilah penulis mulai menemukan permasalahannya.
Bagaimana UKM itu tetap bertahan dan bagaimana upaya – upaya yang dilakukan
pemerintah Sidoarjo agar UKM mampu bersaing di pasar bebas MEA 2015.
Karena menurut Kementerian Koperasi dan UKM mencatat bahwa hampir
sebagian besar dari presentase pendapatan dan usaha diseluruh Indonesia adalah
UKM yang mencapai jumlah 56 juta usaha kecil dan menengah pada tahun 2013.
Jumlah tersebut mampu menampung tenaga kerja sebanyak 107 jiwa atau 97,1%
dari total keseluruhan tenaga kerja yang terdapat di negara Indonesia, sedangkan
menurut Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Suryadharma Ali12 dikatakan bahwa UKM mampu memberikan kontribusi
sebesar 1.778.7 trilliun atau 53.3% dari Gross Domestic Product (GDP) di
Indonesia peningkatan 10% dari kinerja Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
ini dapat meningkatkan GDP sebesar 5%, dan UKM menyerap tenaga kerja
sebesar 85,4 jiwa atau sebesar 96.81% terhadap seluruh tenaga kerja di Negara
Indonesia, namun dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN diharapkan tidak
sampai sektor industri yang sangat penting ini terganggu.13
12
Ir. Hery Budiyanto, MSA, PhD, Upaya Penciptaan Daya Saing UKM, disampaikan pada
Lokakarya „Strategi Pemberdayaan UKM dalam Menyongsong Ekonomi Global ASEAN 2015 di
Kota Malang’ tanggal 22 Oktober 2014.
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada Latar Belakang di atas, maka dirumuskan pokok
permasalahan yang akan menjadi pembahasan, sesuai dengan judul Peningkatan
Daya Saing Usaha Kecil Menengah di Tanggulangin Sidoarjo dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, yakni sebagai berikut:
a) Bagaimana strategi UKM Tas dan Koper Awany dan UKM Tri Jaya di
Kecamatan Tanggulangin dalam menghadapi MEA 2015?
b) Apa saja upaya pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam meningkatkan daya
saing UKM Tas dan Koper di Kecamatan Tanggulangin dalam menghadapi
MEA 2015?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan 2 (dua) pokok rumusan masalah tersebut dan sesuai dengan
judul yakni Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah di Tanggulangin
Sidoarjo dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
a) Mendeskripsikan strategi UKM Tas dan Koper dalam menghadapi MEA
2015. Sehingga dapat mengetahui bagaimana strategi-strategi UKM agar
tetap bertahan.
b) Mengetahui upaya pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam meningkatkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
D. Manfaat Masalah
Berhubungan dengan tujuan penulisan di atas maka penulis paparkan
bahwa manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan bisa memberikan pemahaman dan
pengetahuan bagi seluruh pembaca dari berbagai kalangan terkait dengan
MEA 2015 sehingga menyebabkan adanya peningkatan daya saing UKM di
Tanggulangin Sidoarjo. Skripsi ini bisa dijadikan sebagai bahan tambahan
referensi, lebih-lebih bisa memberikan kontribusi pemikiran terkait dengan
pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean.
2. Manfaat praktis, semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan
pengetahuan yang bermanfaat bagi semua pembaca khususnya bagi para
akademisi ilmu politik, sehingga skripsi ini bisa dijadikan sebagai acuan
atau pedoman di dalam praktek serta kajian tentang pasar bebas yang
menjadi salah satu pembahasan dalam ilmu politik.
E. Deskripsi Judul
Untuk mendapatkan kejelasan tentang judul penelitian skripsi ini sebagai
upaya dalam menghindari sebuah kesalahpahaman, maka sangat diperlukan untuk
memberikan gambaran yang jelas terhadap judul penelitian dalam skripsi ini yaitu
Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah di Tanggulangin Sidoarjo Dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (Studi Kasus UKM Awany dan
UKM Tri Jaya). Adapun pendeskripsian yang terdapat pada judul skripsi tersebut
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Peningkatan Daya Saing, Daya saing merupakan kemampuan
menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional,
dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi
dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan
kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal.
Daya saing juga dapat juga diartikan sebagai kapasitas bangsa untuk menghadapi
tantangan persaingan pasar internasional dan tetap menjaga atau meningkatkan
pendapatan riil-nya.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu
pada usaha berskala kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp.
200.000.000, belum termasuk tanah dan bangunan14. UKM merupakan salah satu
contoh dari badan usaha perseorangan dimana didirikan dan dimiliki oleh satu
orang saja. UKM merupakan usaha yang berdiri sendiri dan bukan anak dari suatu
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau bergabung secara
langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. Kriteria
UKM menurut BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM adalah Usaha
Kecil atau usaha perseorangan yang memiliki hasil usaha sampai dengan 1 miliyar
rupiah, sementara usaha menengah berkisar antara 1 miliyar hingga 50 miliyar
rupiah.15
Tanggulangin merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Daerah
Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur. Tanggulangin berada di sebelah selatan
14
Latumaerisa, Julius, Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi Global, (Jakarta; Mitra Wacana Media), 2015, Hal. 405
15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ibukota Sidoarjo. Hanya berjarak 9 km dari pusat kota Sidoarjo. Sebelah barat
berbatasan dengan kecamatan Tulangan, sebelah selatan berbatasan dengan
kecamatan Porong, sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Candi, sedangkan
sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Candi dan Porong.16
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk sistem perdagangan
bebas antara Negara – negara dikawasan Asean (Asia Tenggara). Perdagangan
bebas MEA diterapkan di akhir Tahun 2015. Indonesia beserta 9 negara anggota
ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Laos, Myanmar, Filipina,
Vietnam, Brunei Darussalam dan Kamboja telah menyepakati perjanjian
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau dalam bahasa Inggris yaitu ASEAN
Economic Community (AEC).
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo saat ini sedang gencar-gencarnya dalam
menjadikan Kabupaten Sidoarjo sebagai Kota UMKM sehingga para pelaku
Usaha Kecil Menengah di perhatikan betul, ini dibuktikan bahwa setiap desa di
Kabupaten Sidoarjo memiliki produk – produk unggulan, termasuk Kecamatan
Tanggulangin yang terkenal dengan produksi kerajinan kulitnya.
Dalam observasi awal, peneliti mendatangi 7 UKM kerajinan kulit di
Tanggulangin, namun, dalam wawancara singkat dengan pemiliknya, penulis
menemui 4 dari 7 UKM yang tak memiliki semangat untuk menyambut MEA.
Bahkan mereka tidak mengenal istilah “MEA”, namun lebih mengenal dengan
istilah “Pasar Bebas”. Dan tanggapan mereka mengenai pasar bebas MEA adalah
sebaliknya, tidak adanya semangat pada peningkatan daya saing untuk
16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menyambut MEA. Pengakuan mereka cukup mengejutkan kita ketika Pemerintah
Sidoarjo sedang gencar-gencarnya menyambut dan mempersiapkan langkah
menuju Masyarakat Ekonomi Asean, pengrajin UKM malah menyepelekan dan
tak menanggapi dengan baik. Padahal MEA akan memiliki manfaat untuk mereka
agar hasil karya mereka lebih dikenal di pasar Internasional.
Tak berhenti disitu untuk menentukan sampel penelitian, penulis kemudian
memilih 2 dari 3 UKM yang sangat memiliki semangat dan sangat antusias ketika
di tanya mengenai apa itu MEA. Yakni UKM Awany dan UKM Tri Jaya. Kedua
UKM ini sama-sama memiliki potensi, semangat dan memiliki strategi untuk
meningkatkan daya saing dalam menghadapi MEA.
Industri kerajinan kulit, Tas dan Koper khususnya, tergolong salah satu
kerajinan yang bisa merambah dalam pasar regional maupun internasional dengan
cepat dikarenakan kerajinan kulit sangat diminati oleh semua kalangan, baik
kalangan atas maupun kalangan menengah kebawah. Apalagi jika dilihat bahwa
bahan kulit Indonesia kualitasnya sudah diakui secara internasional.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya pertama berjudul “Peningkatan Daya Saing Industri
Indonesia Guna Menghadapi Asean - China Free Trade Agreement (ACFTA)
dalam Rangka Memperkokoh Ketahanan Nasional” terdapat pada Jurnal Kajian
Lemhannas RI, Edisi 14, Desember 2012. Kedua berjudul Kesiapan Indonesia
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Suliswanto, Mahasiswa (Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah
Malang).17
Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan daya
saing Indonesia dalam rangka menghadapi ACFTA, serta kesiapan Indonesia
sendiri dalam menghadapi MEA 2015 adalah sebagai berikut;
Industri dalam negeri masih menghadapi berbagai masalah yang masih menghambat peningkatan daya saing, baik dari segi kualitas maupun harga.
Hal ini disebabkan oleh kondisi infraastruktur yang belum memadai, antara
lain ketersediaan dan jaminan kotinuitas suplai energi, serta kondisi infra
struktur jalan yang menyebabkan tingginya biaya produksi. Selain itu,
tingkat suku bunga perbankan yang tidak kompetitif dibandingkan dengan
negara – negara anggota ASEAN maupun Cina, kualitas SDM yang masih
relatif rendah, birokrasi yang masih berbelit dan koruptif sehingga berujung
pada ekonomi biaya tinggi, impor bahan baku industri yang cukup besar dan
terbatasnya industri pengolah sumber daya alam serta peraturan undang –
undang yang tidak sinergis antara satu dengan yang lain.
Struktur dan saya saing yang masih lemah, serta tingkat penyerapan pasar terhadap produk yang masih rendah, sinergitas antar industri besar,
menengah dan kecil masih belum terbentuk kokoh, serta pengembangan
industri jasa maupun manufaktur yang tidak proposional antara Jawa dan
luar Jawa.
17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sinergitas maupun linkage antar industri hulu sampai hilir masih lemah dan belum optimalnya fungsi Kementerian atau Lembaga dalam melakukan
koordinasi dan pelayanan untuk mendorong pengembangan industri
nasional.
Masih ada 228 pos tarif dalam negeri yang dikhawatirkan belum mampu bersaing dengan Cina yang mencakup sub-sektor industri baja dan besi,
tekstil dan produk tekstil, elektronik, kimia anorganik dasar, petrokimia,
furniture, alas kaki, produk industri kecil, kosmetik, serta jamu maupun
produk – produk yang dapat menganggu ketahanan ekonomi dan
kelangsungan industri kecil atau UKM. Besaran kelompok sub-industri
tersebut saat ini sekitar 1 Miliar US$ atau sekitar 10% dari seluruh neraca
perdagangan Indonesia-Cina.
„Low Performance Culture’ masih dominan dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, baik masyarakat pelaku usaha maupun aparatur birokrasi dan
pengambil kebijakan. Padahal keunggulan kompetitif (competitive
advantage) hanya dapat dibangun bila ditopang oleh masyarakat yang
memiliki High Performace Culture.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian Kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah.18 Penelitian ini bersifat deskriptif karena hanya
mendeskripsikan tentang bagaimana UKM Tas dan Koper dalam menghadapi
kehadiran MEA 2015.
Sesuai dengan definisi penelitian deskriptif adalah laporan penelitian
akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
rekaman, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.
Pada penulisan laporan, peneliti menganalisa data yang sangat kaya dan sejauh
mungkin dalam bentuk aslinya. Pertanyaan dengan kata Tanya mengapa,
alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh
peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu
sudah memang demikian keadaannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.19
2. Lokasi Penelitian
Alasan pemilihan lokasi Tanggulangin dikarenakan adanya UKM Tas
dan Koper yang sudah berdiri sejak tahun 1950-an ini memiliki produk yang
cukup mampu bersaing di kancah internasional. Namun dengan adanya pasar
bebas yang mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 2009, sentra pengrajin kulit
di Tanggulangin mulai menurun dikarenakan barang dari luar negeri lebih
bagus dan harga lebih terjangkau. Namun ada beberapa pengrajin yang masih
18
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 57
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
bertahan untuk memproduksi tas dan koper meskipun beberapa darinya sudah
tutup lapak. Dari UKM yang masih bertahan inilah peneliti ingin meneliti lebih
lanjut mengenai strategi yang dipakai atau di terapkan untuk membuat UKM
terkait agar tetap bertahan meskipun pasar bebas semakin merajalela.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah sebagian data literatur dan
ditunjang dengan beberapa lapangan berupa data primer dan data sekunder.
a) Sumber literature adalah referensi yang digunakan untuk memperoleh data
teoritis dengan cara mempelajari dan membaca literature yang ada
hubungannya dengan kajian pustaka dan permasalahan penelitian baik
yang berasal dari buku maupun internet seperti jurnal online dan artikel
jurnal.
b) Sumber data lapangan adalah sumber data yang diperoleh peneliti dari
lapangan secara langsung sumber data ini ada 2 macam yaitu:
1) Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa data langsung
yang diperoleh dari orang-orang yang memberikan data kepada
pengumpul data, yaitu dengan menggunakan metode pengumpulan
data. Dengan wawancara kepada:
i. Pemilik Usaha Kecil Menengah Tas dan Koper Tanggulangin.
a. Pemilik UKM Awany:
Nama : Bapak Suwadi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Alamat UKM : Jl. Utama RT.08 RW.03 Kedensari
Tanggulangin Sidoarjo.
No. telepon : 08123250353/031-72833938
b. Pemilik UKM Tri Jaya:
Nama : Bapak Sunyoto
Umur : 49 tahun
Alamat UKM : Jl. Raya Wates No. 23 RT. 2 RW.
01Tanggulangin Sidoarjo.
No. telepon : 031-8853584
ii. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi, UKM dan ESDM
Sidoarjo.
Nama : Ibu Cucuk Susilaningsih, BA.
Jabatan : Kepala Seksi Pembinaan Perdagangan dan
Pemasaran
Alamat : Jalan Jaksa Agung R. Suprapto No. 9 Sidoarjo –
61218.
Telpon : 031-8921220
iii. Ketua Koperasi INTAKO Tanggulangin.
Nama : Syihabuddin, SHI
Jabatan : Ketua Koperasi INTAKO
Alamat : Jl. Utama Kedensari No. 27 Tanggulangin Sidoarjo
Telpon : 031-8851887
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
E-mail : intako77tanggulangin@gmail.com
2) Sedangkan sumber sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau dokumen. Jadi data ini berupa bahan kajian yang digambarkan oleh
bukan orang yang ikut mengalami atau hadir dalam waktu kejadian
berlangsung. Sehingga sumber data bersifat penunjang dan melengkapi
data primer.
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah: teknik utama digunakan wawancara mendalam (in-deph interview),
sebagai pendukung digunakan observasi dan analisis dokumen.
a) Metode Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indra mata dan dibantu dengan panca indera lainnya.
Alasan penulis melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
realistik mengenai peningkatan daya saing UKM dalam menghadapi
MEA.
Adapun observasi yang dilakukan peneliti termasuk dalam jenis
observasi partisipan. Suatu observasi disebut observasi partisipan jika
orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam
kehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa karena
pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi
secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk
bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti.
Dalam metode observasi ini peneliti tidak hanya mengamati objek studi
tetapi juga mencatat hal-hal yang terdapat pada objek tersebut, sehingga
peneliti benar-benar mendapatkan data tentang situasi dan kondisi secara
universal dari informan.
b) Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti
ditegaskan oleh Lincoln dan Guba, antara lain: mengkonstruksi mengenai
orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan
lain - lain. Mengkonstruksi kebulatan – kebulatan demikian sebagai yang
dialami masa lalu, memproyeksi kebulatan – kebulatan sebagai yang
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi,
mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik
manusia maupun bukan manusia (triangulasi), dan memverifikasi,
mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti
sebagai pengecekan anggota.20
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
c) Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata “dokumen” yang berarti barang –
barang tertulis, dokumentasi disebut juga metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menelusuri historis. Namun untuk memperoleh
kebenaran data yang lebih akurat maka penulis menambah teknik
pengumpulan data tersebut dengan observasi dan wawancara.21
Selain itu, untuk melengkapi data, penulis juga menyaring data - data
dokumentasi yang akan dimasukkan ke dalam penulisan laporan
peningkatan daya saing UKM dalam menghadapi MEA 2015 tersebut,
apakah data – data dalam dokumentasi tersebut sudah layak.
5. Teknik Analisa Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif, dilakukan saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban
yang diwawancarai. Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik
analisisi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Proses ini berlangsung terus – menerus selama penelitian
berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.22
21
Lexy Moleong, ibid, h. 185
22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
a) Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak
perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.
b) Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data
kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi
disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.
Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan
lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.
c) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data
kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan
untuk mengambil tindakan.
6. Sistematika Pembahasan
Agar lebih sistematis dan memudahkan untuk memahami hasil
penulisan ini, maka penulis perlu mendiskripsikan sistematika pembahasan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I : Pendahuluan yang meliputi, Latar Belakang Masalah,
Rumusan masalah, Tujuan Masalah, Manfaat Masalah,
Deskripsi Judul, Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian,
dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : Kerangka Konseptual yang meliputi kajian teori
Neo-Liberalisme, Free Trade dan teori Kritis
BAB III : Deskripsi Lokasi Penelitian yang meliputi gambaran
umum Kecamatan Tanggulangin
BAB IV : Temuan Data dan Pembahasan
BAB V : Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A.Teori Neo Liberalisme
i. Asumsi Dasar Neo Liberalisme
Asumsi dasar Neoliberalisme yang pertama, adalah Hukum pasar,
kebebasan bagi modal, barang dan jasa, sehingga pasar bisa mengatur dirinya
sendiri agar gagasan “tetesan ke bawah” dapat mendistribusikan kekayaan. Juga
mencakup upaya agar tenaga kerja tak diwakili serikat buruh, dan menyingkirkan
semua hambatan yang menghalangi mobilitas modal, seperti peraturan –
peraturannya. Kebebasan tersebut harus diberikan oleh negara atau pemerintah
jadi pasarlah yang berkuasa dan penentu. Kedua, Mengurangi pembelanjaan
publik bagi pelayanan – pelayanan sosial, seperti pelayanan kesehatan dan
pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Ketiga, Deregulasi, agar kekuatan
pasar bisa bekerja menurut mekanisme aturannya sendiri. Keempat, Mengubah
persepsi baik tentang publik dan komunitas menjadi individualisme dan tanggung
jawab individual.1
Pada dasarnya neo-liberalisme adalah sebuah reaksi terhadap
membesarnya peran negara yang menyebabkan kehancuran sistem pasar. Jalan
keluar yang diusulkan oleh ideologi neo-liberalisme adalah melucuti peran negara
dan mengembalikan semua transaksi ekonomi ke dalam hukum pasar. Sehingga
1 Martinez, Elizabeth & Arnoldo Garcia, What is “Neoliberalism”?, National Network for
Immigrant and Refugees Rights, Januari, 1997
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ketika Indonesia terjatuh pada krisis, neo-liberalisme memberikan beberapa
penjelasan tentang sebab-musababnya.2
ii. Sejarah Munculnya Neo Liberalisme
Awal munculnya neoliberalisme di latar belakangi oleh hancurnya
“liberalism”. Liberalisme dianggap gagal karena ternyata belum juga berhasil mengangkat kemiskinan umat manusia. Seiring dengan hancurnya liberalisme,
pada tahun 1973 terjadi krisis minyak: mayoritas negara penghasil minyak Timur
Tengah (TT) melakukan embargo terhadap Amerika Serikat dan sekutunya serta
melipat-gandakan harga minyak dunia. Hal ini dilakukan oleh TT sebagai bukti
“reaksi” mereka terhadap AS yang mendukung Israel dalam perang Yom Kippur.
Keputusan TT ini ditanggapi serius oleh para elit politik negara – negara sekutu
AS dan mereka pun saling berselisih paham sehubungan dengan angka
pertumbuhan ekonomi, beban bisnis, beban biaya – biaya sosial demokrat
(biaya-biaya fasilitas negara untuk rakyatnya). Pada situasi inilah ide – ide libertarian
sebagai wacana menjadi dominan, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga
ditingkat global di IMF dan World Bank (WB), dan WTO.3
Pendekatan neoliberalis yang merupakan “anak” dari pendekatan liberalis
melihat isu – isu internasional dengan fokus kerja sama atau koperasi.
Neo-liberalisme merupakan gagasan yang terkait dengan upaya untuk kembali pada
kebijakan ekonomi liberal klasik yang diusung oleh Adam Smith dan David
2
Eko Prasetyo, Kapitalisme dan Neoliberalisme, Ekonomi Politik Journal Al-Manaar, Edisi I/2014, h.4
3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Ricardo. Neoliberalisme bisa ditandai dengan gagasan yang lebih menekankan
pada deregulasi atau peraturan pasar, ketidakbukaan badan usaha milik negara
(BUMN), campur tangan pemerintah yang terbatas, serta pasar internasional yang
lebih terbuka. Neoliberalisme lebih merupakan kebijakan ekonomi daripada
sekedar sebuah perspektif ekonomi politik.4 Smith menganjurkan pemerintah
memberikan kebebasan ekonomi kepada rakyat dalam bingkai perdagangan bebas
baik dalam ruang lingkup domestik maupun internasional.
Neoliberalisme berasal dari kata liberal dan isme di sini menunjukkan
aliran atau paham. Dalam kamus besar Oxford, liberalisme diartikan sebagai
“….that believes in a global free market, without goverment regulation, with
bussinesses and industri controled and run for profit by private owners”.5 Atau dalam Kamus Ilmiah Populer, Liberalisme diartikan “suatu sistem perekonomian
yang mengutamakan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian terhadap
semua macam barang”
Dari pengertian di atas bisa diambil penjelasan bahwa neoliberalisme
menolak campur tangan negara dalam urusan ekonomi, karena mereka yang
mengikuti paham ini menganggap campur tangan negara pada akhirnya akan
mendistorsi atau memutarbalikkan fakta pasar dan membuatnya tidak efisien dan
tidak sesuai kenyataan. Karenanya, liberalisasi dan privatisasi menjadi ciri penting
dalam kebijakan neoliberalisme pada tingkat domestik.6
4
Apridar, Ekonomi Internasional (Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya),
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.23
5
Apridar, Ibid, h.20
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dalam pemikiran neoliberalisme, politik adalah keputusan-keputusan yang
menawarkan nilai-nilai, sedangkan secara bersamaan neoliberalisme menganggap
hanya satu cara rasional untuk mengukur nilai, yaitu pasar. Semua pemikiran
diluar rel pasar dianggap salah.7
Neoliberalisme di lain sisi sangat percaya bahwa institusi dan rezim
internasional akan berpengaruh signifikan dalam hubungan internasional. Mereka
percaya bahwa dengan adanya derajat interdependensi yang tinggi, negara –
negara akan sering membentuk institusi – institusi internasional untuk
menghadapi masalah – masalah bersama. Kaum neoliberalis juga berpendapat
bahwa institusi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan rezim
internasional seperti rezim perdagangan melalui WTO akan dapat membantu
memajukan kerjasama internasional sekaligus menjadi fasilitator hubungan antar
negara.8
Neoliberalisme bertujuan mengembalikan kepercayaan pada kekuasaan
pasar, dengan pembenaran mengacu pada kebebasan. Seperti pada contoh kasus
upah pekerja, dalam pemahaman neoliberalisme pemerintah tidak berhak ikut
campur dalam penentuan gaji pekerja atau dalam masalah-masalah tenaga kerja
sepenuhnya ini urusan antara si pengusaha pemilik modal dan si pekerja.
Pendorong utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar adalah privatisasi
aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-usaha industri yang dimiliki atau
dikelola pemerintah.9
7
Apridar, Ibid, h. 24
8
Budi Winarno, Globlalisasi dan Krisis Demokrasi, (Yogyakarta: MedPress, 2007), h. 119
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pendirian neo-liberalisme pada prinsipnya tidak bergeser dari liberalisme
sesuai dari apa yang dipikirkan oleh Adam Smith dalam The Wealth of Nations
(1776). Akan tetapi, krisis yang berkepanjangan menimpa kapitalisme awal abad
XIX, yang berdampak depresi ekonomi tahun 30-an. Akibatnya, tenggelamlah
liberalisme dan pendulum beralih pada perbesaran peran pemerintah sejak
Roosevelt dengan New Deal-nya pada tahun 1935. Untuk itu, kapitalisme
memerlukan strategi baru untuk mempercepat pertumbuhan dan 'akumulasi
kapital'. Maka strategi yang ditempuh adalah menyingkirkan segenap rintangan
investasi dengan pasar bebas, perlindungan hak milik intelektual, good
governance, penghapusan subsidi dan program proteksi pada rakyat, deregulasi,
dan penguatan civil society dan anti korupsi, dan lain sebagainya. Untuk itu,
diperlukan suatu tatanan perdagangan global maka sejak itulah gagasan
globalisasi dimunculkan. Dengan demikian, globalisasi pada dasarnya berpijak
pada kebangkitan kembali liberalisme, suatu paham yang dikenal sebagai
neoliberalisme.10
Globalisasi pada dasarnya merupakan proses pesatnya perkembangan
kapitalisme yang ditandai dengan globalisasi pasar, investasi, dan proses produksi
dari Perusahaan-perusahaan Trans-nasional (TNCs/ Trans National Corporations)
dengan dukungan Lembaga-lembaga Finansial Internasional (IFIs/International
Financial Institusions) yang diatur oleh Organisasi Perdagangan Global
(WTO/World Trade Organization). Globalisasi muncul bersamaan dengan
fenomena runtuhnya kapitalisme Asia Timur. Era baru tersebut mencoba
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
meyakinkan rakyat miskin di Dunia Ketiga seolah-olah merupakan arah baru yang
menjanjikan harapan kebaikan bagi umat manusia dan menjadi keharusan sejarah
manusia di masa depan. Namun globalisasi juga melahirkan kecemasan bagi
mereka yang memikirkan permasalahan sekitar pemiskinan rakyat dan
marginalisasi rakyat, serta persoalan keadilan sosial. Sementara itu, negara miskin
dunia masih menghadapi krisis hutang dan krisis 'over produksi' warisan
pembangunan tahun 80-an, serta akibat dampak negatif dari kampanye
internasional yang dulu dikumandangkan oleh The Bretton Woods Institutions
tentang model pembangunan ekonomi „pertumbuhan’, suatu paradigma
pembangunan mainstream yang berakar pada paradigma dan teori ekonomi
neo-klasik dan modernisasi. Namun di pihak lain muncul gejala lain yakni makin
menguatnya peran organisasi non pemerintah (ornop) dan gerakan sosial secara
global, serta bangkitnya masyarakat sipil (civil society) baik di Utara maupun
Selatan.11
Seperti telah disinggung sebelumnya, sebelum krisis developmentalism
terjadi, suatu mode of domination baru telah disiapkan yakni era globalisasi,
sebagai 'periode ketiga' yang ditandai dengan liberalisasi segala bidang yang
dipaksakan melalui „structural adjustment program’ oleh lembaga finansial
global, dan disepakatinya oleh rezim GATT (General Agreement on Tariff and
Trade) dan Perdagangan Bebas (Free Trade) suatu organisasi global yang dikenal
dengan WTO. Sejak saat itulah suatu era baru telah muncul menggantikan era
11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sebelumnya, dan dengan begitu dunia memasuki periode yang dikenal dengan
globalisasi.12
Secara lebih tegas yang dimaksud dengan globalisasi adalah proses
pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi dunia berdasarkan
keyakinan perdagangan bebas, yang sesungguhnya telah dicanangkan sejak zaman
kolonialisme.13 Para teoretisi kritis sejak lama sudah meramalkan perkembangan
kapitalisme akan berkembang menuju pada dominasi ekonomi, politik, dan
budaya berskala global setelah perjalanan panjang melalui era kolonialisme. Jadi
dengan demikian 'globalisasi' secara sederhana dipahami sebagai suatu proses
pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam suatu sistem ekonomi
global. Namun, jika ditinjau dari sejarah perkembangan ekonomi, globalisasi pada
dasarnya merupakan salah satu fase dari perjalanan panjang perkembangan
kapitalisme liberal, yang secara teoretis sebenarnya telah dikembangkan oleh
Adam Smith. Meskipun globalisasi dikampanyekan sebagai era masa depan, yakni
suatu era yang menjanjikan 'pertumbuhan' ekonomi secara global dan akan
mendatangkan kemakmuran global bagi semua, namun sesungguhnya globalisasi
adalah kelanjutan dari kolonialisme dan developmentalism sebelumnya.
Globalisasi yang ditawarkan sebagai jalan keluar bagi kemacetan pertumbuhan
ekonomi bagi dunia ini, sejak awal oleh kalangan ilmu sosial kritis dan yang
memikirkan perlunya tata dunia ekonomi yang adil serta kalangan yang
12
Shiva, Vandana (1995), 'Gender, Environment, and Sustainable Development’, dalam Reardon G., Power and Process, Oxford: Oxfam Publication
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
melakukan pemihakan terhadap yang lemah, telah mencurigainya sebagai
bungkus baru dari imperialisme dan kolonialisme.14
Globalisasi menuntut Cina menjalin berbagai hubungan kerjasama
ekonomi dengan negara lain dan ikut serta dalam berbagai organisasi
internasional. Hubungan kerjasama ekonomi ini dapat berbentuk hubungan
dagang (ekspor-impor) atau jalinan kerjasama dalam membentuk sebuah pasar
bebas. Selain itu saat ini cina telah terdaftar dalam berbagai organisasi
internasional. Salah satu organisasi internasional yang terpenting dan disambut
suka cita oleh rakyat Cina adalah saat Cina bergabung dengan World Trade
Organization (WTO). Cina berasumsi bahwa dengan bergabung dengan WTO
tersebut Cina dapat meraih keuntungan ekonomi, yaitu sebagai sarana untuk
mencapai industrialisasi yang cepat. 15
Pendukung anti globalisasi adalah pihak yang paling lantang menentang
neoliberalisme, terutama sekali dalam implementasi "pembebasan arus modal"
akan tetapi tidak dalam hal adanya pembebasan arus tenaga kerja. Salah satu
pendapat mereka, kebijakan neoliberal hanya mendorong sebuah "perlombaan
menuju dasar" dalam arus modal menuju titik terendah untuk standar lingkungan
dan buruh.
14
Mansour Fakih, Ibid, h. 7-8
15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B.Asean Free Trade Area (AFTA) i. Asumsi Dasar Perjanjian AFTA
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari suatu perjanjian
integrasi ekonomi yang didalamnya hambatan-hambatan (seperti tarif dan kuota)
diantara negara – negara anggotanya dihapuskan.16 Nantinya barang dan jasa akan
diperdagangkan secara bebas diantara negara – negara anggotanya. Dibawah
perjanjian ini, setiap partisipan akan berjuang untuk meraup keuntungan dengan
mengkhususkan diri pada produksi barang dan jasa yang terhadapnya barang
tersebut memiliki keunggulan komparatif dan mengimpor barang dan jasa yang
terhadap negara tersebut memiliki kelemahan komparatif. Setiap anggota tetap
memberlakukan hambatan – hambatan perdagangan terhadap negara – negara
yang bukan anggota.17
Justifikasi secara teoris untuk perdagangan bebas berasal dari karya
ekonom David Ricardo seabad yang lalu yang menyebutkan bahwa perdagangan
bebas adalah menguntungkan dengan berlandaskan pada gagasan keunggulan
komperatif, yang menyatakan bahwa meskipun sebuah negara sanggup
menghasilkan semua barang pada harga – harga yang lebih rendah dari negara
lain, perdagangan masih tetap menguntungkan kedua negara tersebut berdasarkan
biaya komperatif. Perusahaan – perusahaan multinasional menggunakan peluang
perdagangan bebas untuk menjadi produsen barang yang paling murah. Pencarian
keunggulan absolut ini membuat tingkat upah tetap berada dibawah, membawa
16
Julius Latumaerisa, Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi Global, (Jakarta; Mitra Wacana Media, 2015), h.81
17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
akibat kondisi kerja yang tidak nyaman dan tidak ramah lingkungan. Kompetisi
menjadi kata kunci dalam konsep ini18.
ii. Sejarah ASEAN Free Trade Area (AFTA)
AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke
IV di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan akan dicapai dalam
waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan
terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Skema Common Effective
Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan
suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi
0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif
lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya
kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunei
Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan
Thailand, dan bagi Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 201519.
Pada pertemuan tingkat Kepala Negara ASEAN (ASEAN Summit) ke-4 di
Singapura pada tahun 1992, para kepala negara mengumumkan pembentukan
suatu kawasan perdagangan bebas di ASEAN (AFTA) dalam jangka waktu 15
tahun.
Ada beberapa tujuan didirikannya perjanjian AFTA ini, antara lain yang
pertama, AFTA bisa menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang
kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global.
18
Henry Simamora, Ibid, h.37
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kedua, menarik lebih banyak investasi Asing Langsung atau Foreign Direct
Investment (FDI). Dan Ketiga, Juga mampu meningkatkan perdagangan antar
negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade).
iii. Manfaat Perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) bagi Indonesia
Dengan tujuan tersebut diatas sudah barang tentu nantinya bagi
negara-negara anggotanya, khususnya Indonesia, akan mendapatkan banyak manfaat dari
di implementasikannya Pasar Bebas ini, manfaat tersebut seperti;
1. Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan
penduduk sebesar ± 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang
beragam;
2. Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen
Indonesia yang sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan
baku/penolong dari negara anggota ASEAN lainnya dan termasuk biaya
pemasaran;
3. Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik
semakin banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu;
4. Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi
dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya.
Namun meski ada beberapa manfaat, diadakannya perjanjian AFTA ini
tentu merupakan tantangan besar bagi Indonesia sendiri intuk bisa menghadapi
dengan baik dan bersaing dengan negara-negara lain anggota AFTA seperti
contoh pengusaha/produsen Indonesia akan dituntut terus menerus dapat