ANALISIS DAYA SAING SENTRA INDUSTRI ALAS KAKI
CIBADUYUT DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY 2015
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi
Oleh
Alif Rahman Hakim NIM. 1105465
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
ANALISIS DAYA SAING SENTRA INDUSTRI ALAS KAKI CIBADUYUT DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
Oleh
Alif Rahman Hakim 1105465
Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
©Alif Rahman Hakim Universitas Pendidikan Indonesia
2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS DAYA SAING SENTRA INDUSTRI ALAS KAKI CIBADUYUT DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
Bandung, 31 Juli 2015
Skripsi ini disetujui oleh:
Pembimbing
Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS. NIP. 19611022 198603 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI Bandung
ABSTRAK
Analisis Daya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
Oleh
Alif Rahman Hakim 1105465
Permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya daya saing yang rendah para pengelola sentra industri alas kaki Cibaduyut dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) yang akan diberlakukan pada bulan Desember 2015, hal ini dapat dilihat dengan menggunakan teori Diamond
Porter’s yang memiliki empat indikator sebagai pengukurnya, yaitu Factor Condition, Demand Condition, Related and Supporting Industry, Firm Strategy, Structure and Rivalty dan Government. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya saing dan kesiapan para pengelola sentra alas kaki Cibaduyut dalam menghadapi AEC 2015. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah para pengusaha alas kaki di Cibaduyut. Sampel yang diteliti sebanyak 11 perusahaan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kombinasi (Mixed Methods) dengan menggunakan angket dan wawancara sebagai alat pengumpul data. Dari hasil penelitian diperoleh temuan bahwa kondisi sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari Factor Condition, Related and Supporting, Firm Strategy, Structure and Rivalty, industri alas kaki Cibaduyut memiliki daya saing yang rendah. Sedangkan jika dilihat dari Demand Condition sentra industri alas kaki Cibaduyut memiliki daya saing yang tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sentra industri alas kaki Cibaduyut memiliki daya saing yang rendah dan kurang siap dalam menghadapi ASEAN Economics Community 2015.
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
ABSTRACT
Competitiveness Analysis in central footwear industries in cibaduyut For Facing The ASEAN Economic Community 2015
by
Alif Rahham Hakim
1105465
The main issue that observed in this research is the low competitiveness of industries performerr in Cibaduyut facing the ASEAN Economic Community (AEC) that will be started in December, 2015. This can be observed by using Diamond Porter’s theory which has four indicators as its parameters including Factors conditions, Demand Conditions, Related and Supporting Industry, Firm Strategy, Structure and Rivalty and the Government. The purpose of this research is to find out the competitiveness and readiness of the footwear idustrial performer in Cibaduyut facing the AEC 2015. The object of this research is the footwear businessman in Cibaduyut. The sample that observed are eleven company by using purposive sampling and snowball sampling technique. The methods that is used in this research is mixed method by using questionnaire and interview as the data collection instrument. Based on this research it can be observed that the cental footwear industries in Cibaduyut in terms of Factor condition, Demand Condition, Firm Strategy, and Structure and Rivalty, Cibaduyut footwear industries shows lack of competitiveness. While in terms of Demand Condition, it shows a good competitiveness. So it can be concluded that Cibaduyut footwear central industries still lack of competitiveness and unready facing the ASEAN Economic Communiy in 2015.
Keyword : ASEAN Economic Community, Diamond Porter’s,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMAKASIH ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penulisan ... Error! Bookmark not defined.
1.4 Manfaat Penulisan ... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Error! Bookmark not defined.
2.1 Daya Saing (Competitive Advantage) ... Error! Bookmark not defined.
2.1.1Factor Conditions ... Error! Bookmark not defined.
2.1.2Demand Conditions ... Error! Bookmark not defined.
2.1.3Related and Supporting Industries.. Error! Bookmark not defined.
2.1.4Firm strategy, Structure and RivalryError! Bookmark not defined.
2.2 Industri Kecil dan Mikro ... Error! Bookmark not defined.
2.3 ASEAN Economic Community ... Error! Bookmark not defined.
2.4 Kerangka Berfikir... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.2 Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.
3.3 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.
3.3.1Populasi ... Error! Bookmark not defined.
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
3.5 Sumber dan Jenis Data ... Error! Bookmark not defined.
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
3.7 Teknis Analis Data ... Error! Bookmark not defined.
3.7.1Analisis Sebelum di Lapangan... Error! Bookmark not defined.
3.7.2Analisis Selama di Lapangan ... Error! Bookmark not defined.
3.7.2.1 Data Reduction (Reduksi Data)Error! Bookmark not defined.
3.7.2.2 Data Display (penyajian data)Error! Bookmark not defined.
3.7.2.3 Concusion Drawing/ verificationError! Bookmark not defined.
3.8 Validitas dan Realibilitas Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.8.1Uji Kredibilitas... Error! Bookmark not defined.
3.8.1.1 Menggunakan Bahan ReferensiError! Bookmark not defined.
3.8.1.2 Mengadakan Member CheckError! Bookmark not defined.
3.8.2Pengujian Transferability... Error! Bookmark not defined.
3.8.3Pengujian Dependability ... Error! Bookmark not defined.
3.8.4Pengujian Konfirmability ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .. Error! Bookmark not defined.
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian... Error! Bookmark not defined.
4.1.1Letak Geografis dan Keadaan AlamError! Bookmark not defined.
4.1.2Sejarah Perkembangan Sentra Industri Alas Kaki CibaduyutError! Bookmark not
4.2 Gambaran Umum Responden ... Error! Bookmark not defined.
4.3 Data Variabel Penelitian... Error! Bookmark not defined.
4.4 Analisis Data dan Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.
4.4.1Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dilihat Dari Factor
Condition... Error! Bookmark not defined.
4.4.1.1 Tenaga Kerja... Error! Bookmark not defined.
4.4.1.2 Bahan Baku... Error! Bookmark not defined.
4.4.1.3 Modal ... Error! Bookmark not defined.
4.4.1.4 Infrastruktur (Sarana dan Prasarana Perusahaan)Error! Bookmark not de
4.4.2Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dilihat Dari Demand
Condition (Permintaan, Kesukaan dan Selera Konsumen Lokal)Error! Bookmark
4.4.3Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dilihat Dari Related
4.4.4Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dilihat Dari Firm
Strategy, Structure and Rivalry... Error! Bookmark not defined.
4.4.5Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dilihat Dari
Government (Pemerintah) ... Error! Bookmark not defined.
4.4.6Daya Saing Industri Alas Kaki Ciabaduyut Dalam Menghadapi
ASEAN Economic Community 2015Error! Bookmark not defined.
4.5 Validitas dan Realibilitas Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.5.1Uji Kredibilitas... Error! Bookmark not defined.
4.5.2Pengujian Transferability... Error! Bookmark not defined.
4.5.3Pengujian Dependability ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daya Saing Negara-negara Anggota ASEAN Tahun 2014-2015 ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 1.2 Sebaran Usaha Alas Kaki di Indonesia Tahun 2010 Error! Bookmark not defined.
Tabel 1.3 Balai Pengembangan Industri Kecil dan Mikro Provinsi Jawa Barat
Tahun 2014 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 1.3 Jumlah Tenaga Kerja Industri Alas Kaki CibaduyutError! Bookmark not defined.
Tabel 1.4 Besaran Nilai Investasi di Industri Alas Kaki Cibaduyut ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 1.5 Jumlah Produk Per Tahun yang Dihasilkan Alas Kaki Cibaduyut . Error!
Bookmark not defined.
Tabel 1.6 Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik ke Kota Bandung ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 1.7 Jumlah Produsen Alas Kaki Cibaduyut.. Error! Bookmark not defined.
Tabel 1.8 Jumlah Infrastruktur yang Terdapat di Sentra Industri Alas Kaki
Cibaduyut Tahun 2012 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.9 Operasional Variabel... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.10 Pernyataan dan Pilihan Jawaban PenelitianError! Bookmark not defined.
Tabel 4.11 Data Perusahaan yang Menjadi Objek PenelitianError! Bookmark not defined.
Tabel 4.12 Nama Perusahaan dan Pendapatan Bersih Per Tahun... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.13 Data Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.14 Perkembangan Jumlah Tanaga Kerja Industri Alas Kaki Cibaduyut
Tabel 4.15 Besaran Nilai Investasi di Industri Alas Kaki Cibaduyut ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.16 Jumlah Infrastruktur yang Terdapat di Sentra Industri Alas Kaki
Cibaduyut Tahun 2012 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.17 Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik ke Kota Bandung ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.18 Analisis Perkembangan Jumlah Produsen Alas Kaki Cibaduyut .. Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.19 Lima Negara Terbesar Tujuan Ekspor Industri Alas Kaki Indonesia
Tahun 2010 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.20. Gambaran Produksi Alas Kaki Dunia Tahun 2010 Error! Bookmark not defined.
Tabel. 4.21 Gambaran Ekspor Alas Kaki Dunia 2010 Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.22 Gambaran Konsumsi Alas Kaki Dunia Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.23 Gambaran Impor Dalam Pasar Dunia .. Error! Bookmark not defined.
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diamon Model Porter ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3 Ruang Pelatihan dan Pelayanan UPT Cibaduyut .... Error! Bookmark
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan Industri Kecil dan Menengah di Indonesia Tahun
2010-2014... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.2 Analisis Kesiapan Faktor Produksi Dalam Mengahadapi AEC
2015 Dilihat Dari Tenaga Kerja ... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.3 Analisis Kesiapan Faktor Produksi Dalam Mengahadapi AEC
2015 Dilihat Dari Bahan Baku ... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.4 Analisis Kesiapan Faktor Produksi Dalam Mengahadapai AEC
2015 Dilihat Dari Modal ... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.5 Analisis Kesiapan Faktor Produksi Dalam Mengahadapai AEC
2015 Dilihat Dari Infrastruktur ... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.6 Analisis Persepsi Jumlah Konsumen Lokal Yang Membeli
Produk IKM Alas Kaki Cibaduyut... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.7 Analisis Persepsi Jumlah Konsumen Lokal Yang Menyukai
Produk IKM Alas Kaki Cibaduyut... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.8 Analisis Persepsi Jumlah Konsumen Lokal Yang Diketahui
Seleranya Oleh Para Pengusaha IKM Alas Kaki CibaduyutError! Bookmark not define
Grafik 4.9 Analisis Kesiapan Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015
Dilihat Dari Related Antar PerusahaanError! Bookmark not defined.
Grafik 4.10 Analisis Kesiapan Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015
Dilihat Dari Supporting Perusahaan PenunjangError! Bookmark not defined.
Grafik 4.11 Analisis Kesiapan Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015
Dilihat Dari Firm Strategy ... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.12 Analisis Kesiapan Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015
Dilihat Dari Structure Pasar ... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.13 Analisis Kesiapan Perusahaan Dalam Mengahadapi AEC 2015
Dilihat Dari Rivalry ... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.14 Analisis Persepsi Peran Pemerintah Terhadap Perusahaan
Dalam Mengahadapi AEC 2015 Dilihat Dari Program
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
Grafik 4.15 Analisis Persepsi Peran Pemerintah Terhadap Perusahaan
Dalam Mengahadapi AEC 2015 Dilihat Dari Usaha Program
Publikasi ... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.16 Analisis Persepsi Pengetahuan Para Pengusaha Terhadap AEC
2015 ... Error! Bookmark not defined.
Grafik 4.17 Analisis Persepsi Kesiapan Para Pengusaha Terhadap AEC
2015 ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 DOKUMENTASI
LAMPIRAN 2 FORMAT KUESIONER DAN WAWANCARA
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1997 tepatnya dalam ASEAN Summit yang diadakan di Kuala
Lumpur, para kepala negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 yaitu
mewujudkan kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan
ekonomi yang merata. Dari sinilah muncul ide pembentukan komunitas ASEAN
yang memiliki tiga pilar utama, yaitu: (1) ASEAN Security Community, (2)
ASEAN Economic Community, (3) ASEAN Socio-Cultural Community, komunitas
ini pada awalnya akan diterapkan secara penuh pada tahun 2020. Namun,
dipercepat menjadi tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan dari pemimpin
negara-negara anggota ASEAN (Sholeh, 2013, hal. 1).
Konferensi percepatan menjadi tahun 2015 tersebut dilaksanakan di Bali
dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) IX ASEAN pada tahun 2003, konferensi
tersebut merupakan sejarah baru bagi solidaritas kawasan Asia Tenggara dengan
tercapainya kesepakatan Bali Concord II, dalam pertemuan itu juga menghasilkan
blue print AEC yang intinya bahwa ASEAN sebagai pusat perdagangan regional
yang terintegrasi dan dapat disejajarkan dengan masyarakat Uni Eropa (Suatma,
2012, hal. 1-2)
Dalam blue print tersebut terdapat empat prioritas dalam kerangka ASEAN
Economic Community (AEC) yaitu:
1. Adanya arus barang dan jasa yang bebas (free flow good services); 2. Ekonomi regional yang kompetitif (competitive economic region); 3. Perkembangan ekuitas ekonomi (equitable economic development); 4. Integrasi memasuki ekonomi global (full integration into global
economy).
Blue print menggambarkan sebuah kesiapan dan langkah yang harus dicapai
dan jadwal pembentukan AEC. dalam blue print AEC disebutkan telah
memberikan kesempatan negara-negara yang belum siap menghadapi
perdagangan bebas ini. Setiap enam bulan antara anggota ASEAN akan
membantu negara-negara yang belum siap seperti Vietnam, Laos, Myanmar dan
Kamboja.
Dalam blue print ini setidaknya terdapat 12 sektor yang menjadi prioritas
integrasi dalam AEC yaitu: Produk industri, jasa penerbangan, otomotif,
E-ASEAN, elektronika, perikanan, peralatan kesehatan, produk berbahan baku karet,
tekstil dan garmen, pariwisata, produk berbahan baku kayu, dan jasa logistik.
Dengan adanya AEC, maka segala bentuk pajak dan tarif dihilangkan berdasarkan
prioritas sektor yang disetujui, sedangkan segala faktor produksi seperti tenaga
kerja dan modal diizinkan bergerak bebas melewati tapal batas sepuluh negara
anggota malalui pasar bersama (Suatma, 2012, hal. 2).
Seperti negara ASEAN lainnya, Indonesia kini juga tengah berpacu dengan
waktu dalam menyambut pelaksanaan pasar bebas Asia Tenggara tersebut yang
akan dimulai pada bulan Desember tahun 2015. Ketika berlangsung ASEAN
Summit ke-9 tahun 2003 ditetapkan 11 Priority Integration Sectors (PIS). Namun,
pada tahun 2006 PIS yang ditetapkan berkembang menjadi 12 yang dibagi dalam
dua bagian yaitu tujuh sektor barang industri dan lima sektor jasa. Ke-7 sektor
barang industri terdiri atas produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan,
produk berbasis karet, tekstil, otomotif, dan produk berbasis kayu. Sedangkan
kelima sektor jasa tersebut adalah transportasi udara, E-ASEAN, pelayanan
kesehatan, turisme dan jasa logistik (Wangke, Humphrey, 2014, hal. 5).
Dengan adanya kesepakatan tersebut sudah tentu akan memberikan peluang,
tantangan dan ancaman bagi negara anggota ASEAN, bagi negara yang bisa
bersaing merupakan sebuah peluang dan sebaliknya bagi negara yang tidak bisa
bersaing maka ini merupakan ancaman. Kondisi Indonesia sampai dengan
sekarang belum dapat dinyatakan sudah siap bahkan cenderung kesepakatan
tersebut menjadi ancaman. Diantara negara-negara ASEAN ternyata kinerja daya
saing Indonesia lebih buruk dari Thailand, kendati Thailand mengalami gejolak
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
Tabel 1.1
Daya Saing Negara-negara Anggota ASEAN Tahun 2014-2015
Negara Peringakat
Sumber :World Economic Forum 2014-2015 (Kemenkeu, 2015)
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 yang dikeluarkan Word Economic Forum
2014-2015, Indonesia hanya menempati peringkat ke-35 jauh dari Malaysia yang
memiliki daya saing lebih baik pada peringkat ke-20, Brunei Darussalam
menempati peringkat ke-28, Thailand berada di peringkat ke-31 bahkan Singapura
berada pada peringkat ke-2.
Menurut World Economic Forum (WEF) daya saing adalah “Competitiveness is defined as the set of institutions, policies and factors that determine the level of productivity of a country. The level of productivity, in turn, sets the level of prosperity that can be earned by an economy”. (Wef, 2015). Daya
saing didefinisikan sebagai seperangkat institusi, kebijakan dan faktor-faktor yang
menentukan tingkat produktivitas suatu negara. Tingkat produktivitas pada
gilirannya menentukan tingkat kesejahteraan yang dapat diperoleh dengan
ekonomi.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa sesungguhnya Indonesia belum
siap menghadapi ASEAN Economic Community (AEC), daya saing yang tinggi
dapat menggambarkan kondisi perekekonomian yang baik, perhitungan daya
saing sangat diperlukan untuk memberikan informasi kepada para pemangku
kebijakan (pemerintah) dan pelaku ekonomi untuk menentukan arah
perekonomiannya. Indonesia harus segera mempersiapkan diri lebih serius lagi
dalam menghadapi kesepakatan AEC, bila kondisi ini tidak dapat diatasi maka
Menurut Asisten Sekretaris Kabinet Bidang Ekomomi dan Pembangunan, Eddy Cahyono mengatakan dinamika perkembangan ekonomi global akhir-akhir ini memberikan sinyal akan pentingnya peningkatan daya saing, AEC akan menjadi tantangan tersendiri bagi Bangsa Indonesia dengan transformasi kawasan ASEAN menjadi pasar tunggal dan basis produksi, sekaligus menjadikan kawasan ASEAN yang lebih dinamis dan kompetitif. Disamping itu, pemberlakuan AEC 2015 mendatang dapat dijadikan peluang bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengingat semakin meningkatkan size ekonomi kawasan, dimana dalam studi Centre
for Strategic and International Studies (CSIS), diprediksikan negara-negara
ASEAN akan berpendapatan total 5,4 triliun dollar AS pada 2030 mendatang. Namun sebaliknya, pemberlakuan AEC 2015 akan dapat menjadikan kita sebagai pecundang belaka, yang ditandai dengan hanya menjadi pasar impor, dan terjebak menjadi negara berpendapatan menengah
(middle income trap), apabila tanpa persiapan yang matang dalam
meningkatkan produktivitas, efesiensi dan daya saing. Beliau menambahkan produktivitas yang tinggi mencerminkan daya saing tinggi dan daya saing tinggi berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Daya saing tinggi menuntut pemenuhan “prasyarat dasar” yang diantaranya meliputi infrastruktur, kualitas kelembagaan birokrasi, stabilitas ekonomi makro, serta pendidikan (Setkab, 2014).
Melihat sangat pentingnya daya saing berdasarkan Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi Association Of
Southeast Asian Nations (ASEAN), menginstruksikan kepada jajaran pemerintah
di seluruh Indonesia, untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai
dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing secara terkoordinasi dan
terintegrasi untuk meningkatkan daya saing nasional dan melakukan persiapan
pelaksanaan AEC yang akan dimulai pada Tahun 2015. Diharapkan melalui
Inpres tersebut peningkatan daya saing dapat terus ditingkatkan, utamanya dengan
mengedepankan beberapa strategi dasar di antaranya:
1. Pengembangan industri nasional yang berfokus pada pengembangan industri prioritas dalam rangka memenuhi pasar ASEAN, pengembangan industri dalam rangka mengamankan pasar dalam negeri. Selanjutnya, pengembangan industri kecil menengah, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penelitian; dan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI);
2. Pengembangan pertanian, dengan fokus pada peningkatan investasi langsung di sektor pertanian, dan peningkatan akses pasar;
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
kelautan dan perikanan; penguatan pasar dalam negeri; dan penguatan dan peningkatan pasar ekspor;
4. Pengembangan energi, yang fokus pada pengembangan sub sektor ketenagalistrikan dan pengurangan penggunaan energi fosil (Bahan Bakar Minyak) sub sektor energi baru, terbarukan dan konservasi energi dan peningkatan pasokan energi dan listrik agar dapat bersaing dengan negara yang memiliki infrastruktur lebih baik;
5. Selain itu, masih ada sepuluh sektor pengembangan lainnya, yang meliputi pengembangan infrastruktur, pengembangan sistem logistik nasional, pengembangan perbankan, investasi, usaha mikro, kecil, dan menengah, tenaga kerja, kesehatan, perdagangan, kepariwisataan, dan kewirausahaan.
Strategi pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
merupakan salah satu strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan di Indonesia
untuk saat ini (Tedjasuksmana, 2014, hal. 190-191). Peran UMKM dalam
perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari:
1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor;
2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar;
3. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat;
4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi;
5. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor masyarakat sehingga mengurangi tingkat kemiskinan dan lain-lain.
Menurut Bank Indonesia ditinjau dari sudut jumlah pelaku usaha dan
penyerapan tenaga kerja, UMKM dapat dipandang sebagai tulang punggung
perekonomian di negara-negara anggota ASEAN. Selain itu, UMKM yang kuat,
dinamis dan efisien akan mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
bagi Indonesia peran UMKM merupakan sokoguru utama perekonomian. Hal ini
dimungkinkan mengingat entitas usaha mikro mencakup baik sektor formal dan
informal dengan karakteristik barrier to entry and exit yang rendah. Entitas skala
usaha mikro ini juga yang berperan strategis sebagai jaring pengaman rakyat
dalam menghadapi krisis dan turbulensi ekonomi (Aminati, 2009, hal. 1).
Salah satu yang masuk kedalam UMKM adalah sentra Industri Kecil dan
Mikro (IKM) alas kaki. Perkembangan IKM sendiri di Indonesia dari tahun
Grafik 1.1
Perkembangan Industri Kecil dan Menengah di Indonesia Tahun 2010-2014
(Unit Usaha)
Sumber : Bandan Pusat Statistik Tahun 2015 (diolah)
Menurut Badan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) ada
beberapa provinsi yang memiliki sebaran IKM alas kaki yang berpotensi mampu
memberikan kontribusi bagi perekonomian, provinsi-provinsi tersebut masih
didominasi berada di wilayah Pulau Jawa, hal ini dikarenakan Pulau Jawa
memiliki letak geografis dan infrastruktur yang lebih baik dibanding pulau
lainnya. Untuk lebih lengkapnya perhatikan Tabel 1.2 dibawah ini.
Tabel 1.2
Sebaran Usaha Alas Kaki di Indonesia Tahun 2010
(persen)
Provinsi Sebaran Usaha Sebaran Tenaga Kerja
Jawa Barat 49,62 58,86
Sumber : Peta Potensi dan Profil IKM Alas Kaki Nasional (BPIPI, 2012, hal. 16)
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Mik ro 2.529.847 2.554.787 2.812.747 2.887.015 3.220.563
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi yang
memiliki sebaran IKM alas kaki terbanyak di Indonesia, dengan sebaran usaha
sebanyak 49,62 persen unit usaha menjadikan provinsi Jawa Barat kawasan paling
potensial untuk pengembangan IKM alas kaki. Kawasan IKM alas kaki di
Provinsi Jawa Barat juga memberikan andil dalam penyediaan lapangan
pekerjaan, dengan sebaran tenaga kerja sebanyak 58,86 persen. Hal ini berbeda
dengan provinsi lainya yang memiliki sebaran tenaga kerja tidak jauh berbeda dari
sebaran usahanya bahkan lebih sedikit dari sebaran usahanya. Seperti Provinsi
Jawa Timur yang hanya memiliki sebaran tenaga kerja sebanyak 20,19 persen
dibawah sebaran usahanya sebanyak 32,3 persen unit usaha.
Di Provinsi Jawa Barat sudah dibentuk beberapa sentra pengembangan IKM
di beberapa tempat dengan didirikannya balai-balai pengembangan IKM, balai
pengembangan IKM adalah unit pelaksana teknis bidang pengembangan dan
pembinaan IKM di Jawa Barat, bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Perindag
Provinsi Jawa Barat. Unit pengembangan ini memiliki tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas pokok dinas Perindag dibidang pengembangan dan pembinaan
IKM di Provinsi Jawa Barat.
Balai pengembangan perindustrian membawahi sembilan sub unit dan satu
rumah kemasan, dari sembilan sub unit pengembangan dan satu rumah kemasan
satu-satunya unit pengembangan yang telah didirikan oleh Dinas Provinsi Jawa
Barat untuk IKM alas kaki adalah Unit Pengembangan IKM Persepatuan
Cibaduyut. Industri alas kaki Cibaduyut sudah familiar dimata konsumen di Kota
Bandung bahkan sampai luar kota, tidak heran karena alas kaki Cibaduyut
memiliki harga murah tetapi kualitas bagus bahkan Presiden Ir. Joko Widodo pun
Tabel 1.3
Balai Pengembangan Industri Kecil dan Mikro Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
No Nama IKM Alamat Unit Usaha
Dilayani
1 Sub Unit Pengembangan IKM Logam Bandung
Jln. Soekarno – Hatta Km 12,5
Kota 210
Sumber : Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2014-2015 dalam (Disperindag, 2014)
Namun, disaat sekarang Indonesia akan mengahadapi AEC industri alas
kaki Cibaduyut mengalami berbagai permasalahan, mulai dari pengurangan
tenaga kerja, penurunan hasil produksi, berkurangnya produsen dan struktur pasar
yang kurang kondusip. Sebelumnya kawasan Cibaduyut, Kec. Bojongloa Kidul
merupakan kawasan industri alas kaki yang cukup potensial untuk menambah
daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Keberadaan kawasan
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
alas kaki di Kota Bandung. Disana pengunjung dapat membeli beraneka ragam
sandal dan sepatu yang harganya jauh lebih murah dari tempat-tempat lain.
Semakin lama kawasan industri alas kaki Cibaduyut berdiri, semakin banyak
mengembangkan produk yang dijual, produk-produk lainnya yang kini dijual
diantaranya adalah dompet, tas, topi, jaket dan ikat pinggang yang diproduksi dan
dijual di kawasan sentra alas kaki Cibaduyut ini (Febrianto, 2014).
Industri alas kaki Cibaduyut kini diprediksi akan kalah bersaing dengan
industri alas kaki dari negara lainnya, terutama negara-negara ASEAN yang
menjadi pesaing utama dalam AEC. Permasalahan tersebut tentu akan berdampak
pada kondisi perekonomian secara mikro maupun makro. Secara mikro, bila hasil
produk Industri alas kaki Cibaduyut kalah bersaing dengan produksi impor baik
secara kuantitas maupun kualitas, maka dalam perhelatan AEC industri alas kaki
Cibaduyut hanya akan menjadi penonton saja, artinya hanya akan dijadikan
pangsa pasar yang empuk bagi industri alas kaki dari negara lainnya, tentunya hal
ini bila tidak segera diantisipasi akan berdampak pada skala makro.
Berdasarkan teori dari Michael Eugene Porter tentang keunggulan
kompetitif Diamond Porter’s, yang meliputi 4 faktor yaitu: (1) Factor conditions,
mengacu pada input yang digunakan sebagai faktor produksi, seperti tenaga kerja,
sumber daya alam, modal dan infrastruktur, (2) Demand conditions, mengacu
pada tersedianya pasar domestik yang siap berperan menjadi elemen penting
dalam menghasilkan daya saing, (3) Related and Supporting Industries, mengacu
pada tersedianya serangkaian dan adanya keterkaitan kuat antara industri
pendukung dan perusahaan, hubungan dan dukungan ini bersifat positif yang
berujung pada peningkatan daya saing perusahaan, dan (4) Firm strategy,
Structure and Rivalry, mengacu pada strategi dan struktur yang ada pada sebagian
besar perusahaan dan intensitas persaingan pada industri tertentu (Porter, 1993).
Faktor pertama yang berpengaruh terhadap daya saing adalah tenaga kerja,
tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses produksi, dengan
adanya tenaga kerja yang banyak dan juga kompetitif maka akan menciptakan
hasil yang lebih baik. Tetapi, berbeda dengan keadaan jumlah tenaga kerja yang
Tabel 1.3
Jumlah Tenaga Kerja Industri Alas Kaki Cibaduyut
(orang/jiawa)
Tahun Pekerja
2008 6045
2009 6045
2010 2851
2011 3468
2012 2719
Sumber : Harian Kompas 2014 dalam (Febrianto, 2014, hal. -)
Pada Tabel 1.3 diatas dapat kita lihat bahwa sejak tahun 2009 tenaga kerja
yang ada di industri alas kaki Cibaduyut semakin berkurang, meskipun ada
kenaikan pada tahun 2011 dengan jumlah 3468 orang, tetapi sangat jauh
penurunannya dari tahun 2009 sebanyak 6045 orang menjadi 2719 orang pada
tahun 2012, ada sekitar 2577 orang yang keluar dari industri alas kaki Cibaduyut.
Selain tenaga kerja, modal juga merupakan faktor yang penting dengan
tersedianya modal yang lebih besar akan menciptakan hasil produksi yang lebih
banyak pula, sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen lebih banyak yang
akan dikonversi menjadi hasil penjualan/ laba yang lebih besar. Sumber modal di
industri alas kaki Cibaduyut setiap tahunnya juga mengalami penurunan.
Tabel 1.4
Besaran Nilai Investasi di Industri Alas Kaki Cibaduyut
(ribu rupiah)
Tahun Nilai Investasi
2007 23.720.675
2008 23.720.675
2009 20.064.448
2010 19.004.956
2011 5.109.900
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag Kota Bandung dalam (Iqbal, 2013,
hal. 4)
Berdasarkan Tabel 1.4 diatas dari mulai tahun 2007 nilai investasi modal di
sentra industri alas kaki Cibaduyut mengalami penurunan, para investor semakin
enggan untuk menanampakan modalnya di industri alas kaki Cibaduyut. Tentunya
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
nilai investasi akan berimbas pada hasil produksi. Seperti terjadi pada Tabel 1.5
berikut:
Tabel 1.5
Jumlah Produk Per Tahun yang Dihasilkan Alas Kaki Cibaduyut
(pcs)
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag Kota Bandung dalam (Iqbal, 2013,
hal. 5)
Pada Tabel 1.5 diatas menggambarkan bahwa sejak tahun 2008 hasil
produksi industri alas kaki Cibaduyut mengalami penurunan, hal ini sesuai dengan
jumlah modal/ investasi yang setiap tahunnya sejak tahun 2007 mengalami
penurunan. Disisi lain, jumlah pengunjung yang datang ke Kota Bandung setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Seperti digambarkan pada Tabel 1.6 dibwah
ini:
Tabel 1.6
Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik ke Kota Bandung
(orang/jiwa)
Bila jumlah pengunjung yang besar tersebut tidak terpenuhi kebutuhan alas
kakinya dengan baik dikarenakan hasil produksinya yang tidak mencukupi maka
sangat disayangkan. Sebuah peluang yang baik untuk menjadikan industri alas
kaki Cibaduyut dapat bersaing dengan industri-industri alas kaki yang lainnya
Permasalahan tersebut belum selesai, kini sentra industri alas kaki
Cibaduyut dihadapkan dengan kesepakan AEC yang akan segera bergulir pada
bulan Desember 2015. AEC yang seharusnya dapat menjadi peluang dengan
prediksi jumlah wisatawan asing akan meningkat setiap tahunnya. Peningkatan
tersebut harus diimbangi dengan menciptakan produk yang memenuhi keinginan
konsumen, baik itu dari kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas dan kualitas produk
harus diciptakan lebih baik, dengan adanya jumlah produksi yang mencukupi dan
kualitas yang baik maka dapat mendorong penciptaan daya saing yang tinggi.
Seiring dengan jumlah produksi yang semakin berkurang, masalah lainnya
adalah adanya pengurangan jumlah produsen, pengurangan ini bisa disebabkan
oleh berbagai faktor, diantaranya adanya pengurangan jumlah tenaga kerja.
Pengurangan tenaga kerja juga bisa terjadi akibat adanya tuntutan gaji yang tinggi
menyebabkan para produsen mengurangi jumlah tenaga kerjanya, dari
pengurangan tenaga kerja tersebut akan berdampak pada hasil produksi sehingga
sebagian distributor lebih memilih untuk gulung tikar atau menutup tokonya.
Tabel 1.7
Jumlah Produsen Alas Kaki Cibaduyut
(unit)
Tahun Jumlah Produsen
2008 861
2009 848
2010 845
2011 828
2012 828
Sumber: Ema Nur Arifah, Detik Bandung 2012 dalam (Febrianto, 2014)
Semetara itu, jumlah infrastruktur yang tersedia di industri alas kaki
Cibaduyut belum memadai, masih harus ditambah dan diperbaiki bila ingin
bersaing di AEC 2015. Berdasarkan Tabel 1.8 dibawah pada tahun 2012 dengan
jumlah pengunjung yang banyak dan juga meningkat setiap tahunnya, hanya
memiliki 176 showroom/ outlet/ toko, 4 pusat perdagangan dan lain sebagainya.
Keadaan ini tentunya masih sangat kurang, pemerintah selaku penyedia sarana
dan prasarana publik seharusnya dapat menyediakan infrastruktur yang lebih baik
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
Tabel 1.8
Jumlah Infrastruktur yang Terdapat di Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut Tahun 2012
No. Fasilitas Jumlah
1 Showroom/ outlet/toko 176
2 Pusat perdagangan 4
3 Toko bahan baku dan penunjang 38
4 Industri shoelast 8
5 Industri alat/sparepart 3
6 Industri kemasan 15
7 Industri sol karet 5
Sumber: Unit Pelayanan Teknis (UPT) Industri Alas Kaki Cibaduyut, 2013 dalam
(Fauzi & Tjokropandojo, 2013, hal. 120)
Melihat berbagai permasalahan tersebut, Dinas Industri Mikro dan Kecil
Provinsi Jawa Barat seharusnya lebih berbenah dengan ekstra, terlebih lagi para
pengelola industri alas kaki Cibaduyut dalam menghadapi AEC 2015. Melihat
data dan indikator teori Diamond Porter’s yang sudah disampaikan diatas daya
saing industri alas kaki Cibaduyut sangat rendah dan tidak menguntungkan
bahkan cenderung memprihatinkan, baik itu dari sisi tenaga kerja, hasil produksi,
infrastruktur dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini peneliti akan meneliti sebuah judul
skripsi “Analisis Daya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut Dalam Menghadapi Asian Economic Community 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang, maka penulis akan
mengambil rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari
Factor Condition dalam menghadapi AEC 2015?
1.2.2 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari
Demand Condition dalam menghadapi AEC 2015?
1.2.3 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari
Related and Supporting Industry dalam menghadapi AEC 2015?
1.2.4 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari
1.2.5 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari
Government dalam mengahadapi AEC 2015?
1.2.6 Bagaimana daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut dilihat dari
Opportunities dalam memenangkan AEC 2015?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut
dilihat dari Factor Condition dalam menghadapi AEC 2015.
1.3.2 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut
dilihat dari Demand Condition dalam menghadapi AEC 2015.
1.3.3 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut
dilihat dari Related and Supporting Industry dalam menghadapi AEC
2015.
1.3.4 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut
dilihat dari Firm Strategy, Structur and Rivalty dalam menghadapi
AEC 2015.
1.3.5 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut
dilihat dari Government dalam menghadapi AEC 2015.
1.3.6 Untuk mengetahui daya saing sentra industri alas kaki Cibaduyut
dilihat dari Opportunities dalam memenangkan AEC 2015.
1.4 Manfaat Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti berharap hasil penelitian ini akan
memberikan manfaat pada beberapa instansi sebagai berikut:
1.4.1 Bagi akademisi, dengan adanya penelitian skripsi ini mudah-mudahan
dapat memberikan sumbangsi referensi informasi dan keilmuan
supaya dapat memberikan masukan terhadap para pelaku ekonomi
khususnya para pengelola sentra industri alas kaki Cibaduyut dalam
menghadapi ASEAN Economy Community 2015 sehingga akan siap
menghadapinya dan tercipta daya saing yang tinggi.
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
menentukan kebijakan-kebijakan yang strategis dalam menghadapi
ASEAN Economic Community 2015. Sehingga Dinas Perindustrian
Kecil dan Mikro akan lebih siap dan kompetitif.
Bagi pengelola industri alas kaki Cibaduyut, peneliti mempunyai
harapan besar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan data dan
informasi, sehingga dengan adanya penelitian ini para pengelola IKM alas
kaki Cibaduyut khususnya lebih mengetahui peluang dan tantangan yang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan
inti dari problematika penelitian. (Larasati, 2013, hal. 43). Objek penelitian ini
adalah sentra industri alas kaki Cibaduyut Kota Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kombinasi (mixed method). Metode penelitian kombinasi adalah
metode penelitian yang menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode
kualitatif (Sugiyono, 2014, hal. 397). Sejalan dengan pengertian tersebut Johnson
dan Cristiensen (2007) dalam (Sugiyono, 2013, hal. 404) memberikan definisi
tentang metode penelititan kombinasi (mixed research) adalah Research that
involvethe mixing of quantitative and qualitative approach. Selanjutnya Creswell
(2009) dalam (Sugiyono, 2014, hal. 398) memberikan definisi tentang mixed
method research adalah „is an approach to inquiry that combines or associated
both qualitative quantitative forms of research. It involves philosophical
assumtions the use of quantitative and qualitative approaches, and the mixing of
both approached in a study‟.
Metode penelitian kombinasi merupakan pendekatan dalam penelitian yang
mengkombinasikan atau menghubungkan antara metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Hal itu mencakup landasan filosofis, penggunaaan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif, dan mengkombinasikan pendekatan dalam penelitian.
Johnson dan Cristensen (2007) dalam (Sugiyono, 2014, hal. 405)
mengemukakan bahwa, variasi metode kobinasi merupakan interaksi antara dua
aspek, yaitu Time Order Decision (waktu mengkombinasikan) dan Paradigm
Emphasis Desicion (dominasi bobot kombinasi metode). Masih dalam sumber
yang sama pada Time Order Decision meliputi dua aspek yaitu concurrent
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
aspek Paradigm Emphasis Decision meliputi aspek Dominant Status (bobot tidak
sama) dan Equal Status (bobot sama).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kombinasi model atau
desain concurrent embedded (campuran tidak seimbang). Metode kombinasi
model concurrent embedded adalah metode penelitian yang menggabungkan
antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedua
metode tersebut secara tidak seimbang, dalam satu kegiatan penelitian mungkin
70% menggunakan metode kuantitatif dan 30% metode kualitatif atau sebaliknya.
Metode tersebut digunakan secara bersama-sama, dalam waktu yang sama, tetapi
independen untuk menjawab rumusan masalah yang sejenis (Sugiyono, 2014, hal.
537).
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Dalam penelitian kuantitaif populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2014, hal. 119). Sedangkan dalam penelitian
kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh spradley
dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (acitvity) yang
beriteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2014, hal. 297)
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian kuantitatif sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu
(Sugiyono, 2014, hal. 120).
Dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang sering digunakan
adalah purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tahu tentang apa yang diharapkan atau mungkin sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/ situasi sosial yang diteliti,
sedangkan snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data yang
pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar, hal ini dilakkan
karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu
memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat
digunakan sebagai sumber data (Sugiyono, 2014, hal. 302).
3.4 Operasional Variabel
Tabel 3.9 Operasional Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Analisis Konsep Empiris
Daya
Dalam penelitian kombinasi, kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak menggunakan kuesioner, wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiono, 2013). Oleh sebab itu dalam penelitian ini peneliti melakukan ketiga teknik penelitian tersebut.
1. Kuesioner 2. Wawancara
a. Berapa banyak tenaga kerja yang bekerja?
b. Seberapa tersedia faktor produksi untuk produksi Alas Kaki Cibaduyut?
c. Berapa banyak modal yang diperlukan oleh setiap industri? d. Seberapa lengkap infrastruktur
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
Untuk melihat lebih jelas penggunaan konsep empirisnya, berikut
merupakan bentuk pernyataan dan pilihan jawabannya.
Tabel 3.10
Pernyataan dan Pilihan Jawaban Penelitian
No Pernyataan Nilai
1 2 3 4
Factor Condition
1
T enaga kerja yang ada diperusahaan sudah siap bersaing dengan
perusahaan lain. T erutama
perusahaan asing baik secara jumlah dan kualitasnya.
Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap
2
Sumber daya alam yang diperlukan oleh perusahaan sudah siap untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. T erutama perusahaan asing.
Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap
3
Modal yang tersedia di perusahaan sudah siap untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. T erutama perusahaan asing.
Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap
4
Infrastruktur (sarana dan prasarana) yang ada sudah siap digunakan untuk membantu usaha yang dijalankan.
Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap
Demand Condition
5
Jumlah konsumen lokal banyak yang membeli produk alas kaki perusahaan anda.
Tidak Banyak Kurang Banyak Banyak Sangat Banyak
6
Konsumen dalam negeri lebih
menyukai produk alas kaki
Cibaduyut daripada produk alas kaki luar negeri.
Tidak Menyukai Menyukai Kurang Menyukai Menyukai Sangat
7
Perusahaan mengetahui selera konsumen lokal dalam memilih produk yang mereka inginkan
9 Jumlah distributor sudah memenuhi untuk pemasaran produk perusahaan.
Strategi perusahaan yang dimiliki sudah siap bersaing dengan
perusahaan lain. T erutama
perusahaan asing.
Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap
11
Perusahaan sudah siap bersaing dengan perusahaan lainnya di Cibadyut.
Tidak Siap Kurang Siap Siap Sangat Siap
12
Perusahaan mempunyai strategi khusus untuk memenangkan pasar global.
13 Bantuan pemerintah dalam
pengembangan perusahaan.
14 Publikasi Pemerintah t entang Masyarakat Ekonomi ASEAN
15 Pengetahuan para pengusaha tentang Maysarakat Ekonomi ASEAN
Kesipan para pengusaha dalam mengahadapi Masyarakat Eknomi
3.5 Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh,
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada obesrvasi berperanserta (participation oberservation),
wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2013, hal.
309). Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti melakukan ketiga teknik
penelitian tersebut.
3.7 Teknis Analis Data
Dalam penelitian kuantitatif teknis analis data yang digunakan adalah
statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014, hal. 199).
Sedangkan dalam penelitian kualitatif data diperoloeh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(tringulasi) dan dilakukan secara terus menerus samapai datanya jenuh, analisis
data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan
(Sugiyono, 2014, hal. 331).
3.7.1 Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan
fokus penelitian. Namun, demikian fokus penelitian ini masih bersifat
sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
3.7.2 Analisis Selama di Lapangan
Analisis data penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Miles and
Huberman (Sugiyono, 2014, hal. 334). Dengan langkah-langkah sebagi
berikut:
3.7.2.1 Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Kalau peneliti dalam
melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang
asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus
dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. (Sugiyono,
2013, hal. 338).
3.7.2.2 Data Display (penyajian data)
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdsarkan apa yang telah dipahami tersebut. Bila telah lama
memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu
didukung oleh data pada saat dikumpulkan dilapangan, maka hipotesis
tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang grounded.
Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif
berdasarkan data-data yang ditemukan dilapangan dan selanjutnya
diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus (Sugiyono, 2014,
hal. 339)
3.7.2.3 Concusion Drawing/ verification
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitataif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada
(Sugiyono, 2013)
3.8 Validitas dan Realibilitas Penelitian
Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan
validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajad akurasi desain
penelitian dengan hasil yang dicapai. Sedangkan validitas eksternal berkenaan
dengan derajad akurasi apakah hasil penelititan dapat digeneralisasikan atau
diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Realibilitas berkenaan
dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Uji keabsahan data
dalam penelitan kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas) dan comfirmability
(obyektivitas) (Sugiyono, 2013, hal. 366).
3.8.1 Uji Kredibilitas
3.8.1.1 Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi disi adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti.
3.8.1.2 Mengadakan Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data.
3.8.2 Pengujian Transferability
Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat
diterapkanya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
3.8.3 Pengujian Dependability
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
3.8.4 Pengujian Konfirmability
Pengujian konfirmbility dalam penelititan kualitatif disebut dengan uji
obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelititan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan mengacu pada
Teori Diamond Porter’s ada beberapa kesimpulan,yaitu:
5.1.1 Dilihat dari Factor Condition yang terdiri dari jumlah tenaga kerja,
ketersediaan bahan baku, ketersediaan modal dan infrastruktur industri
alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing dalam menghadapi
AEC 2015;
5.1.2 Dilihat dari Demand Condition yang terdiri dari permintaan, kesukaan
dan selera konsumen lokal sentra industri alas kaki Cibaduyut
memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;
5.1.3 Dilihat dari Related and Supporting yang terdiri dari hubungan dan
dukungan antar perusahaan sentra industri alas kaki Cibaduyut kurang
memiliki daya saing dalam menghadapi AEC 2015;
5.1.4 Dilihat dari Firm Strategy, Structur and Rivalty yang terdiri dari
strategi perusahaan, struktur atau kedudukan perusahaan dan
persaingan global sentra industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki
daya saing dalam menghadapi AEC 2015;
5.1.5 Dilihat dari Government yang terdiri dari program pengembangan
pemerintah dan publikasi ASEAN Economic Community 2015 industri
alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing dalam menghadapi
AEC 2015;
5.1.6 Dilihat dari Opportunity industri alas kaki Cibaduyut dalam
mengahadapi ASEAN Economic Community 2015 yang terdiri dari
pengetahuan, kesiapan dan peluang perusahaan kurang memiliki daya
saing dalam memenangkan AEC 2015.
Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan teori Diamond Porter’s secara rata-rata
sentra industri alas kaki Cibaduyut kurang memiliki daya saing menghadapi dan
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang ingin
peneliti sampaikan dan dapat dijadikan acuan untuk menanggulangi permasalahan
daya saing di sentra IKM alas kaki Cibaduyut, yaitu:
5.2.1 Harus ada kerjasama antara akademisi (academic) sekalu pihak yang
melakukan dan memberikan informasi berdasarkan hasil penelitian,
perusahaan (business) selaku pihak yang menjalankan usaha dan
pemerintah (government) selaku pihak yang berwenang membuat
kebijakan-kebijakan yang tepat. Atau dalam arti lain konsep ini
dinamakan dengan Triple Helix ABG.
5.2.2 Para pengusaha harus mempunyai dan menciptakan prinsip Triple-Co,
yaitu Co-Ownership (rasa kepemilikan bersama), Co-Determination
(rasa memutuskan bersama) dan Co-Responsibility (rasa tanggung
jawab bersama. Karena menurut peneliti berdasarkan pengamatan
dilapangan langkah yang paling strategis untuk mengahadapi AEC
2015 adalah adalah keberjamaahan (kebersamaan), seperti yang telah
dilakukan oleh negera China.
5.2.3 Harus diadakan pelatihan untuk para pengusaha dan tenaga kerja baru,
para pengusaha diajarkan tentang manajerial perusahaan dan tenaga
kerja baru diajarkan tentang proses pembuatan alas kaki yang baik
dari para ahli profesional, hal ini untuk menyerap kembali tenaga
kerja yang telah keluar, pelatihan ini seharusnya diadakan oleh pihak
pemerintah.
5.2.4 Pemerintah harus sering mengadakan publikasi tentang ASEAN
Economic Community, karena meski sebentar lagi publikasi tersebut
penting supaya para pengusaha mengetahui tantangan dan
peluangnnya.
5.2.5 Untuk penelitian selanjutnya, peneliti berharap akan ada penelitian
tentang efektivitas sistem manajerial IKM di Cibaduyut, karena sistem
manajerial merupakan dasar dari penelitian daya saing, dan juga hal
ini sangat penting untuk memprediksi dan menciptakan daya saing
DAFTAR PUSTAKA
Ahman, E. R. (2009). Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Laboratorium Prodi
Pendidikan Ekonomi UPI Bandung.
Alma, B. (2012). Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Aminati, R. E. (2009). Kajian Menengai Rumusan Standar Minimum Laporan
Keuangan dan Busniness Plan Untuk KUKM. Jakarta: Bank Indonesia.
Bakhri, B. S. (2015). Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 Dari Perspektif Daya Saing Nasional. Jurnal Economica,
21-28.
BPIPI, B. P. (2012). Peta Potensi dan Profil IKM Alas Kaki Nasional. Jakarta:
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah.
BPS. (2015). Industri Kecil dan Mikro. Jakarta: Badan PUsat Statistik.
Budiwati, N. S. (2010). Manajemen Keuangan Koperasi Konsep dan Aplikasi.
Bandung : Laboratorium Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia.
Disperindag. (2014, Januari 1). Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Jawa Barat. Dipetik Juni 1, 2015, dari disperindag.jabarprov.go.id:
http://disperindag.jabarprov.go.id/balai/7
Fauzi, R. A., & Tjokropandojo, D. S. (2013). Keberlanjutan Sentra Industri Alas
Kaki Cibaduyut Sebagai Pusat Pengembangan Ekonomi Lokal. Sekolah
Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB, 117-126.
Febrianto, Y. F. (2014). Profil dan Tanggapan Wisatawan Kawasan Wisata
Belanja Cibaduyut. Bandung: Ropository.upi.edu.
Guza, A. (2008). Undang-undang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta:
Penerbit Asa Mandiri.
Iqbal, R. M. (2013). Pengaruh Kreativitas Usaha Terhadap Keberhasilan Usaha
Pengusaha Sepatu di Sentra Industri Persepatuan Cibaduyut.
repository.upi.edu.
Kaunang, W. R. (2013). Daya Saing Ekspor Komoditi Minyak Kelapa Sulawesi
Utara. Jurnal Emba, 1304-1316.
Alif Rahman Hakim, 2015
Analisis D aya Saing Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut D alam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
Kemenkeu. (2015, Juni 1). kementerian keuangan. Dipetik September 18, 2014,
dari kemenkeu.go.id:
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/peringkat-34-dari-144-negara-indeks-daya-saing- indonesia-kembali-meningkat
Kominfo. (2014). Association of Southeast Asian Nation "Komunitas ASEAN
2015". -: Ministry of Communication and Information Technology
Director General of Information and Public Communication.
Larasati, A. D. (2013). Analisis Daya Saing Industri Roti Di Kota Bogor. Skripsi.
Maryaningsih, N., Hermansyah, O., & Savitri, M. (2014). Pengaruh Infrastruktur
Terhadap Perekonomian Ekonomi Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter
dan Perbankan, 62-98.
Mulyadi, S. (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Porter, M. E. (1993). Keunggulan Bersaing. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Radiansyah, D. (2012). Analisis Kontribusi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Regional di Indonesia (Periode Tahun 1998-2008). Jakarta:
Universitas Indonesia.
Ramadhanita, R. A. (2014). Pengaruh Produk dan Cintra Saung Angklung Udjo
Sebagai Wisata Budaya Terhadap Keputusan Berkunjung.
Repository.upi.edu.
Roshidi, S. (2005). Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi
Mikro dan Makro. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Setkab. (2014, September 30). sekretaris kabinet. Dipetik Juni 1, 2015, dari
setkab.go.id:
http://setkab.go.id/peningkatan-daya-saing-ekonomi-dan-peran-birokrasi/
Sholeh. (2013). Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi AEC 2015. eJournal
Ilmu Hubungan Internasional, 1-14.
Sijabat, E. K. (2012). Persaingan Industri Kertas Indonesia Analisis Structure
Conduct Performance dan Ekonometrik dari Pabrik Kertas Industri. Tesis,
-.
Soemarno. (2011). Ekosistem dan Wilayah. Bahan Kajian MK Dinamika