• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN FAMILY THERAPY DALAM MENANGANI KESENJANGAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK DENGAN AYAH DI DESA BOHAR KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO : STUDI KASUS KESENJANGAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK DENGAN AYAH YANG MENIKAH LAGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN FAMILY THERAPY DALAM MENANGANI KESENJANGAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK DENGAN AYAH DI DESA BOHAR KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO : STUDI KASUS KESENJANGAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK DENGAN AYAH YANG MENIKAH LAGI."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN FAMILY THERAPY

DALAM MENANGANI KESENJANGAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK DENGAN AYAH DI DESA BOHAR KECAMATAN TAMAN

KABUPATEN SIDOARJO

(Studi Kasus Kesenjangan Komunikasi antara Anak dengan Ayah yang Menikah Lagi)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Sofiatul Khusnah

NIM. B33211070

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN FAMILY THERAPY

DALAM MENANGANI KESENJANGAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK DENGAN AYAH DI DESA BOHAR KECAMATAN TAMAN

KABUPATEN SIDOARJO

(Studi Kasus Kesenjangan Komunikasi antara Anak dengan Ayah yang Menikah Lagi)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Sofiatul Khusnah

NIM. B33211070

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Sofiatul Khusnah (B33211070), Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Family Therapy Dalam Menangani Kesenjangan Komunikasi antara Anak dengan Ayah (Studi Kasus Kesenjangan Komunikasi antara Anak dengan Ayah yang Menikah Lagi)

Fokus penelitian adalah (1) Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan family

therapy dalam menangani kesenjangan komunikasi antara anak dengan ayah di

Desa Bohar Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo?, (2) Hasil akhir dari peroses Bimbingan dan Konseling Islam dengan famliy therapy dalam menangani kesenjangan komunikasi antara anak dengan ayah di Desa Bohar Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa deskriptif komparatif. Dalam menganalisa kendala komunikasi antara anak dengan ayah data yang digunakan berupa hasil observasi yang disajikan dalam bab penyajian data dan analisa data. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kendala komunikasi antara ayah dengan anak diantaranya ialah minimnya waktu untuk bertemu, terpisah karena tidak tinggal serumah, kurangnya pemahaman klien akan sikap ayahnya serta kurangnya kesadaran diri pada diri klien. Dalam penelitian ini klien diharapkan dapat menghadapi kenyataan yang terjadi saat ini, hasil akhir dari proses bimbingan konseling islam dengan family therapy dalam mengatasi kesenjanga komunikasi antara anak dengan ayah dalam penelitian ini cukup berhasil dengan menggunakan empat teknik dalam family therapy diantaranya, teknik pemeragaan, teknik homework, teknik family sculpting, dan teknik genogram.

Setiap orang tua tidak ada yang menginginkan keretakkan diantaranya dengan anak kandungnya sendiri sekalipun itu menyangkut masalah komunikasi. Orang tua tidak ada yang menginginkan putusnya komunikasi diantaranya dengan anaknya sendiri terlebih itu dikarenakan oleh sebuah peristiwa yang dianggap oleh orang tua sebagai peristiwa bahagia namun tidak bagi anaknya. Seperti permasalahan yang terjadi pada penelitian penulis tersebut yakni keinginan orang tua untuk membina bahtera rumah tangga yang dianggapnya akan menjadikan suatu kebahagiaan namun tidak dirasakan oleh anak-anaknya kebahagiaan tersebut.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ...7

E. Definisi Konsep ... 8

F. Metode Penelitian ... 13

1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 14

2. Sasaran dan lokasi penelitian ... 14

3. Jenis dan sumber data... 15

4. Tahap-tahap penelitian ...16

5. Teknik pengumpulan data ...19

6. Teknik analisa data ... 22

7. Teknik keabsahan data ... 23

G. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II : Bimbingan dan konseling Islam, family therapy, kesenjangan komunikasi ...28

A. Bimbingan dan Konseling Islam ... 28

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 28

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam... 29

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ...31

4. Langkah Bimbingan dan Konseling Islam ... 32

5. Unsur-Unsur Bimbingan dan Konseling Islam ... 33

6. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam ... 36

7. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Islam ... 36

B. Family Therapy ...41

1. Pengertian family therapy ... 41

2. Tujuan family therapy ...42

3. Teknik family therapy ... 43

(7)

xi

5. Proses familiy therapy ...48

C. Kesenjangan Komunikasi ... 51

1. Pengertian kesenjangan komunikasi ...51

2. Ciri-ciri kesenjangan komunikasi ... 53

3. Faktor-faktor penyebab kesenjangan komunikasi ... 54

4. Kesenjangan Komunikasi merupakan masalah Bimbingan dan Konseling Islam ... 55

5. Bimbingan dan Konseling Islam dengan family therapy dalam menangani kesenjangan komunikasi ... 56

D. Penelitian terdahulu yang relevan ... 57

BAB III : Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Family Therapy Dalam Menangani Kesenjangan Komunikasi Antara Anak Dengan Ayah Di Desa Bohar Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ...60

A. Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Family Therapy Dalam Menangani Kesenjangan Komunikasi Antara Anak Dengan Ayah Di Desa Bohar Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ... 60

1. Deskripsi lokasi penelitian ... 60

2. Deskripsi konselor ... 62

3. Deskripsi klien ... 63

4. Deskripsi masalah ... 66

B. Deskripsi hasil penelitian ... 68

1. Deskripsi Dari Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Familiy Therapy Dalam Mengatasi Kesenjangan Komunikasi Antara Anak Dengan Ayah ... 68

2. Deskripsi Dari Hasil Akhir Bimbingan Konseling Isalm Dengan Familiy Therapy Dalam Mengatasi Kesenjangan Komunikasi Antara Anak Dengan Ayah ...84

BAB IV : Analisis Data ... 88

A. Analisis Data Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Familiy Therapy Dalam Mengatasi Kesenjangan Komunikasi Antara Anak Dengan Ayah ... 88

B. Analisis Data Hasil Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Family Therapy Dalam Mengatasi Kesenjangan Komunikasi Antara Anak Dengan Ayah ... 94

BAB V : PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ...99 DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan satu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga kecil dan keluarga besar. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan satu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.1

Keluarga juga merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat langgeng berdasarkan hubungan pernikahan dan hubungan darah.2 Keluarga sangat berperan penting dalam pewarisan nilai-nilai kehidupan yang mulia kepada generasi penerusnya. Keluarga yang sehat akan menyumbang terbinanya masyarakat yang sehat. Keluarga akan berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya, jika anggota keluarga di dalamnya berperan menurut fungsinya masing-masing serta mampu menyikapi problema yang kerap kali menghampiri. Kebahagiaan di dalam keluarga tentulah menjadi salah satu tujuan yang ingin diperoleh oleh mereka yang mendirikannya3.

1

Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), hal. 17

2

Yulia Singgih D. Gunarsa, Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman, Cet.3 (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), hal. 43

3

(9)

2

Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal sebaik-baiknya bagaimanapun kondisi anak tersebut ketika dilahirkan. Seperti firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 9 yang artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang

benar”, (QS. An-Nisaa [4]: 9)4

Berdasarkan ayat di atas maka kewajiban orang tua bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani anak, melainkan juga kebutuhan rohaninya yang berupa kasih sayang, perhatian, rasa aman, harga diri, rasa bebas dan sukses dan bukan malah sebaliknya. Seperti tercantum juga dalam Hadist Nabi yang artinya: “Dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah anak yang dilahirkan kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci,

bersih) maka kedua orang tuanya dapat menjadikan ia beragama Yahudi,

beragama Nasrani, atau beragama Majusi, bagaimana halnya hewan yang

normal dapat melahirkan anak yang normal pula, apakah kamu

mendapatkannya ia cacat”. (HR. Muslim)5.

Hubungan antara orang tua dengan anak adalah hubungan yang didasari ikatan batin yang telah terjalin sejak bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan sang ibu. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan hubungan orang

4

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Edisi Baru, (Jakarta: Mahkota, 2010), hal. 101

5

(10)

3

tua dengan anak ini justru menjadi tidak harmonis akibat kesenjangan komunikasi sebagai akibat dari berbagai hal yang melatarbelakanginya. Komunikasi merupakan suatu sarana bagi setiap orang untuk berinteraksi baik dalam menyampaikan informasi maupun menerima informasi dari orang lain.

Membangun komunikasi dan interaksi positif dapat dilakukan dengan menunaikan hak dan kewajiban penuh kasih dan sayang, toleransi dan bertanggung jawab. Melakukan hal yang disukai dan menjauhi hal yang dibenci, saling menghormati pendapat pasangan, menebarkan ketentraman dan menumbuhkan suasana sehat dalam kehidupan berkeluarga.

(11)

4

Setelah 3 tahun lebih kepergian ibunya, sang ayah memutuskan untuk kembali membina bahtera rumah tangga dengan salah seorang janda yang tinggal bersebelahan dengan rumahnya. Janda beranak dua itulah yang dipilih sang ayah untuk menemani sisa hidupnya. Namun, pernikahan ayah tersebut tidak diketahui oleh kedua anaknya, Beliau menikah lagi tidak memberitahu terlebih dahulu kepada anak-anaknya. Namun anak-anaknya mengetahui pernikahan ayahnya setelah mendapat kabar dari tetangga bahwa ayahnya telah usai akad dengan seorang janda beranak dua yang selama ini menjadi tetangga mereka.

Kabar tersebut tidak membuat gembira anak-anaknya, ketidaksetujuan mereka memiliki ibu tiri membuat mereka merasa kehilangan sosok ayah yang dulu selalu menyayangi mereka, saling mengerti satu sama lain namun kini memulai hidup baru dengan wanita lain yang telah lama dikenal dan bertetangga dengan mereka. Bibi serta pamannya juga tidak menyetujui pernikahan itu karena sebab dan alasan tertentu. Namun ketidaksetujuan mereka tidak diindahkan oleh beliau karena pernikahan tersebut telah terlaksana dan beliau kini telah menjadi suami serta ayah dari pernikahan barunya.

(12)

5

ada seorang ibu baru dalam kehidupannya. Namun dengan begitu ayahnya juga tidak pernah mendekatkan mereka dengan ibu tirinya, menyadari ketidaksetujuan mereka atas pernikahan barunya membuat ayah tersebut memilih tidak mendekatkan anak-anaknya dengan istri barunya.

Menyandang status sebagai suami sekaligus ayah, membuat beliau mengatur waktu sedemikian rupa untuk membagi kasih sayang antara anak kandungnya dengan istri barunya yang telah memiliki dua orang anak. Beliau selalu tinggal dengan anak-anaknya, hanya beberapa jam saja beliau singgah ke rumah istrinya kemudian beliau kembali lagi ke rumah untuk bersama-sama dengan anak-anaknya.

Tidak lama setelah pernikahan itu berlangsung, sang ayah telah berani memutuskan untuk meninggalkan rumah dan memilih hidup bersama dengan istri barunya. Beliau tidak menempati rumah yang biasa mereka tempati, namun beliau memilih keluar dari Desa Bohar untuk tinggal bersama dalam satu rumah dengan istrinya. Keluarnya ayah dari kediaman rumahnya tidak diketahui sebelumnya oleh anak-anaknya. Mereka mengetahuinya ketika ayahnya keluar dari rumah dengan membawa tas yang berisi baju-baju. Setelah kepergian ayah dari rumah, anak pertamanya sempat meninggalkan rumah dan tidak pulang selama kurang lebih dua bulan lamanya. Namun dia ingat bahwa masih ada adiknya yang hidup sebatang kara di rumah mereka yang masih membutuhkan kasih sayang dari keluarga.

(13)

6

sendiri yang memenuhi. Hasil jerih payah sang kakaklah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mulai dari pembayaran SPP, buku, seragam, dan lain sebagainya yang menjadi kebutuhan adiknya.

Dalam terapi keluarga, keluarga merupakan kelompok tunggal yang tidak dapat terpisahkan sehingga diperlukan sebagai satu kesatuan. Maksudnya adalah apabila terdapat salah satu anggota keluarga memiliki masalah maka hal ini dianggap sebagai simptom dari sakitnya keluarga karena kondisi emosi salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota lainnya.6

Dari kasus di atas, menjelaskan bahwa sang anak merasa kecewa atas tindakan yang diambil oleh ayahnya, karena keputusan serta tindakan ayahnya tersebut sama sekali tidak disetujui anak-anaknya namun tetap dilakukan oleh ayahnya yang lebih memilih meninggalkan rumah dan tinggal bersama dengan istri barunya atau ibu tiri mereka.

Oleh sebab permaslahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakuakan penelitian dengan judul BIMBINGAN DAN KONSELING

ISLAM DENGAN FAMILY THERAPY DALAM MENANGANI

KESENJANGAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK DENGAN AYAH DI DESA BOHAR KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO. (Studi kasus kesenjangan komunikasi antara Anak dengan Ayah yang menikah lagi).

6

(14)

7

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan family

theraphy dalam menangani Kesenjangan Komunikasi antara Anak dengan

Ayah Di Desa Bohar Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil akhir Bimbingan dan Konseling Islam dengan Family

Therapy dalam Menangani Kesenjangan Komunikasi antara anak dengan

Ayah Di Desa Bohar Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu : 1. Untuk mendiskripsikan proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan

Family Therapy dalam menangani Kesenjangan Komunikasi antara anak

dengan Ayah Di Desa Bohar Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui hasil akhir proses Bimbingan dan Konseling Islam

Dengan Family Therapy dalam menangani Kesenjangan Komunikasi antara anak dengan Ayah Di Desa Bohar Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

(15)

8

1. Secara Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang Bimbingan dan Konseling Islam tentang pengembangan family therapy dalam menangani kesenjangan komunikasiantara anak dan ayah kandungnya

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan Bimbingan dan Konseling Islam mengenai family therapy terhadap kesenjangan komunikasi.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembaca untuk mengetahui cara mengatasi kesenjangan komunikasi antara anak dan ayah kandungnya.

b. Bagi konselor, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam mengatasi kesenjangan komunikasi antara anak dan ayah kandungnya.

E. Definisi Konsep

Pada dasarnya, konsep merupakan unsur yang sangat penting dari suatu penelitian yang merupakan definisi singkat dari sejumlah fakta atau gejala-gejala yang diamati. Oleh sebab itu, konsep-konsep yang dipilih dalam penelitian ini sangat perlu dibatasi ruang lingkup dan batasan masalahnya sehingga pembahasanya tidak akan melebar.

(16)

9

DAN KONSELING ISLAM DENGAN FAMILY THERAPY DALAM MENANGANI KESENJANGAN KOMUNIKASI ANTARA ANAK

DENGAN AYAH DI DESA BOHAR KECAMATAN TAMAN

KABUPATEN SIDOARJO. (Studi kasus kesenjangan komunikasi antara Anak dengan Ayah yang menikah lagi). Adapun definisi konsep dari penelitian ini antara lain:

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.7

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragam yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginteralisasikan nilai- nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al- Qur’an dan Hadist.8

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu pemberian bantuan oleh seorang yang ahli kepada setiap individu, agar individu tersebut mampu berpotensi secara

7

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta: UII PRESS, 2004), hal 4.

8

(17)

10

optimal serta mendapatkan kecerahan batin sesuai dengan jiwa ajaran Islam, sehingga memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. FamilyTherapy

Menurut Kartini Kartono dan Gulo dalam kamus psikologi, family

therapy (terapi keluarga) adalah : “Suatu bentuk terapi kelompok di mana

masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Oleh sebab itu, seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam

usaha penyembuhan”.9

Family Counseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan

yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu diri semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga10.

Terapi Keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga. Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial. Sehingga terapi keluarga pada dasarnya adalah sebuah cara unik untuk melihat patologi dalam sistem keluarga. Historisnya yaitu dimulai pada diri individu yang menekankan pada aspek intrapsikisnya kemudian berlanjut kepada individu sebagai anggota keluarga sehingga meningkatnya

9

Kartini Kartono dan Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: CV Pioner Jaya, 1987), hal. 167

10

(18)

11

hubungan interpersonal dan komunikasi di antara mereka. Terapi keluarga berfokus pada cara suatu sistem keluarga yang mengorganisasi patologi terstruktur yang dipandang sesuatu yang salah.

Tujuan terapi keluarga oleh para ahli dirumuskan secara berbeda. Bowen menegaskan bahwa tujuan terapi keluarga adalah membantu konseli (angota keluarga) untuk mencapai individualis, membuat dirinya menjadi hal yang berbeda dari sistem keluarga. Sedangkan Minuchin mengemukakan bahwa tujuan terapi keluarga adalah mengubah struktur dalam keluarga dengan cara menyusun kembali kesatuan dan menyembuhkan perpecahan yang tejadi dalam suatu keluarga. Diharapkan keluarga dapat menantang persepsi untuk melihat realitas, mempertimbangkan alternatif sedapat mungkin dan pola transaksional. Anggota keluarga dapat mengembangkan pola hubungan yang baru dan struktur yang mendapatkan self-reinforcing.11.

Dalam penelitian ini, konselor menggunakan 4 teknik family

therapy dalam melakukan proses konseling. Yang pertama konselor

melakukan pemeragaan kepada klien maksudnya ialah konselor memberikan pengarahan kepada klien tentang hal-hal apa saja yang akan dilakukan klien jika konselor mempertemukan klien dengan ayahnya. Dengan memberikan pengarahan kepada klien, maka kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan semakin kecil. Yang kedua ialah konselor menggunakan teknik homework yaitu konselor mempertemukan secara

11

(19)

12

langsung antara klien dengan ayahnya serta ibu tirinya dalam satu ruangan. Hingga terjadilah komunikasi diantara mereka. Yang ketiga family

sculpting yaitu dengan mempertemukan klien dengan ayahnya kemudian

konselor memberikan nasehat-nasehat tentang arti penting seorang ayah kepada anaknya. Sambil mengarahkan klien untuk lebih mendekatkan dirirnya kepada ayahnya, konselor kembali mengingatkan klien bahwa sorang ayah tidak akan pernah tergantikan oleh apa-pun atau dengan siapa pun. Dengan gerak reflek klien dengan cepat memegang tangan ayahnya kemudian disusul oleh ayahnya yang kemudian memeluk klien dengan pelukan kasih sayang. Yang terakhir genogram dalam teknik ini konselor hanya melakukan sedikit penjelasan tentang kedeatan anggota-anggota keluarganya. Konselor juga menggambarkan diagram yang didalamnya menjelaskan arti dari hubungan anggota-anggota keluarganya.

3. Kesenjangan Komunikasi

Kesenjangan diartikan sebagai hambatan komunikasi, menurut Aubrey adalah setiap sesuatu yang menyumbat arus pesan, baik yang bersifat external ataupun internal yang bersifat psikologi.12

Kesenjangan komunikasi adalah hambatan dalam proses komunikasi yang disebabkan perbedaan latar belakang budaya atau perbedaan persepsi antar komunikator yang menyampaikan pesan dan komunikasi yang menjadi sasarannya.13

12

Aubrey B Fisher, Teori-teori komunikasi, (Bandung:cv. Remaja Karya, 1989), hal.07

13

(20)

13

Kesenjangan Komunikasi terdiri dari dua kata yaitu “kesenjangan”

dan “komunikasi”. Secara definisi “kesenjangan” adalah setiap sesuatu

yang menyumbat arus pesan, baik yang bersifat external maupun internal. Sedangkan komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan, berita atau informasi dari seseorang kepada orang lain.14 Jadi kesenjangan komunikasi adalah adanya sesuatu yang menyumbat arus pesan dari proses penyampaian dan penerimaan pesan.

Dalam penelitian ini, kesenjangan komunikasi yang dimaksud ialah kesenjangan komunikasi antara anak dengan ayah kandungnya yang menikah lagi dan berbeda tempat tinggal, yang mana anak berada di rumah yang dulu ditempati dengan ibu kandungnya, sedangkan ayahnya tinggal di rumah baru yang dibangun setelah pernikahan yang keduanya.

Penyebab dari ketidak harmonisan komunikasi antara anak dengan ayah tersebut ialah dikarenakan sang ayah telah menikah lagi namun tidak mendapat restu dari anaknya. Alasan anaknya tidak setuju ialah tidak suka terhadap ibu tirinya yang juga menjadi tetangganya sendiri.

F. Metode Penelitian

Metode merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ilmiah, sebab metode merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan. Dan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dan dapat dipertanggungjawabkan dalam penelitian ini digunakan metode antara lain :

14

(21)

14

1. Pendekatan dan Jenis Pendekatan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata atau bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode.15 Jadi pendekatan kualitatif yang penulis gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan definisi secara umum.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus yaitu uraian dan penjelasan komperhensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program atau suatu situasi sosial.16 Penulis memilih jenis penelitian ini karena penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu secara rinci dan mendalam selama kurun waktu tertentu untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seorang anak bernama Yoga (nama samaran) yang mengalami kesenjangan komunikasi dengan Ayah

15

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009), hal. 6.

16

(22)

15

kandungnya sendiri yang selanjutnya disebut klien, sedangkan konselornya ialah mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya yang bernama Sofiatul Khusnah.

Lokasi penelitian ini bertempat di rumah klien tepatnya di Jl. Talkah RT.15 RW.08 Desa Bohar Kuwung Taman Sidoarjo.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, di mana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :

1) Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di lapangan. Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang dan masalah klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir pelaksanaan proses konseling.

2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.17 Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien, riwayat pendidikan klien, dan perilaku keseharian klien.

17

(23)

16

b. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.18 1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh

penulis di lapangan yaitu informasi dari klien yang diberikan konseling dan konselor yang memberikan konseling.

2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis peroleh dari data primer. Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga klien, kerabat klien, tetangga klien, dan lain-lain. Dalam penelitian ini data diambil dari keluarga klien seperti kakak kandung klien, ayah klien, sepupu klien.

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dari penelitian, yaitu :

a. Tahap Pra Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini.19 :

18

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 129.

19

(24)

17

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Dalam hal ini peneliti membuat susunan rancangan penelitian apa yang akan peneliti teliti ketika sudah terjun ke lapangan.

2) Memilih Lapangan Penelitian

Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang akan diteliti. Dengan mempertimbangkan teori yang sesuai dengan yang ada di lapangan.

3) Mengurus Perizinan

Dalam hal ini peneliti mengurus surat-surat perizinan sebagai bentuk administrasi dalam penelitian sehingga dapat mempermudah kelancaran peneliti dalam melakukan penelitian. 4) Menjajaki dan Memilih Lapangan

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.20 Dalam hal ini peneliti akan menjajaki lapangan dengan mencari informasi di tempat peneliti melakukan penelitian.

5) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

20

(25)

18

Pemanfaatan informan oleh peneliti tersebut, untuk membantu memberikan banyak informasi mengenai situasi dan kondisi yang ada di lapangan.

6) Menyiapkan perlengkapan

Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan penelitian seperti bulphoint, kertas, pensil, map, klip, tape recorder, kamera, dan lain-lain.

7) Persoalan Etika Penelitian

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.21 Dalam hal ini peneliti harus mampu menyesuaikan diri, serta untuk sementara waktu menerima norma-norma dan nilai-nilai yang ada di latar penelitian, dan sementara meninggalkan budayanya sendiri.

b. Tahap Persiapan Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan.

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini peneliti menganalisa data yang telah didapat dari lapangan. Analisis dan laporan ini meliputi berbagai tugas yang

21

(26)

19

saling berhubungan dan terpenting pula dalam suatu proses penelitian.22 Serta peneliti juga akan melakukan pemahaman tentang kondisi latar penelitian terlebih dahulu serta mempersiapkan diri, baik fisik maupun mental untuk memasuki lapangan guna menjalin keakraban dengan subyek atau informan lainnya yang membantu proses penggalian data. Dan ini terus dilakukan selama proses penelitian. Selanjutnya, yakni berperan sambil mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi, foto, rekaman, dan lain-lain.23

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara sengaja yang dilakukan oleh peneliti secara sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.24

22

M. Suparmoko, Metode Penelitian Praktis (Yogyakarta: BPFE, 1995), hal. 5.

23

Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal: 136-147

24

(27)

20

Observasi juga diartikan sebagai pengamatan dan penelitian yang sistematis terhadap gejala yang diteliti.25

Observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.26

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi yang berguna untuk mengamati klien, yaitu kondisi klien. Baik kondisi sebelum mendapatkan proses konseling, saat proses konseling, maupun sesudah mendapatkan konseling. Serta segala sesuatu yang dilakukan klien itu juga berguna untuk diamati sebagai hasil penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data dengan dialog tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung.27 Wawancara dilakukan untuk menggali data lebih mendalam dari data yang diperoleh dari observasi.28

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara mendalam pada diri klien yang meliputi : identitas diri klien, kondisi keluarga klien, serta deskripsi klien dan permasalahan

25

Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2012), hal: 145.

26

Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal: 175.

27

Djumhur dan M. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hal. 50.

28

(28)

21

yang dialami klien. Selain mendapatkan informasi mengenai klien, wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan data tentang deskripsi lokasi penelitian. Selain menggali data dari klien peneliti juga berupaya untuk menggali data dari orang-orang yang dekat dengan klien agar data yang didapatkan lebih akurat.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan data dapat dilihat melalui table di bawah ini :

Tabel 1.1 Jenis Data, Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data

No. Jenis data Sumber data TPD

1

a. Identitas Klien

b. Tempat tanggal lahir klien c. Usia klien

d. Pendidikan klien

e. Masalah yang dihadapi klien f. Proses konseling yang

dilakukan

Klien

W + O

2

a. Identitas Konselor b. Pendidikan konselor c. Usia konselor

d. Pengalaman dan proses konseling yang dilakukan

Konselor W+O

3

a. Kebiasaan klien

b. Kondisi keluarga, lingkungan dan ekonomi klien

Informan (keluarga, kerabat dekat, tetangga, teman klien) W+O 4

a. Luas wilayah penelitian b. Jumlah penduduk c. Batas wilayah

Gambaran lokasi penelitian

O+W+D Keterangan :

TPD : Teknik Pengumpulan Data O : Observasi

(29)

22

6. Teknik Analisa Data

Dalam bukunya, Lexy J. Menurut Bogdan dan Biklen Moleong mengatakan bahwa Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistematiskannya, mencari dan menemukan polanya, serta menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.29

Dalam menganalisis data ada yang berpendapat bahwa analisis data dilakukan sejak peneliti masih berada di tempat penelitian, atau sejak pengumpulan data dilakukan. Namun ada pendapat lain bahwa analisis data sebaiknya dilakukan pada saat sebelum observasi ke lapangan atau sebelum mengumpulkan data dilakukan, namun ini sifatnya sementara dan bisa berubah.30 Penelitian ini bersifat studi kasus untuk itu, analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut dapat diperoleh dari orang-orang yang diamati.

Metode analisis data ini digunakan peneliti setelah proses pengumpulan data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian. Semua data yang diperlukan akan dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif-komparatif, yaitu membandingkan proses

29

Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 248.

30

(30)

23

Bimbingan dan Konseling Islam dengan family therapy secara teoritik dan Bimbingan dan Konseling Islam secara realitas di lapangan. Selanjutnya untuk mengetahui tentang hasil penelitian yaitu dengan cara membandingkan hasil akhir dari pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dan family therapy. Apakah terdapat perbedaan komunikasi pada diri klien kepada ayahnya, sebelum dan sesudah mendapatkan Bimbingan dan Konseling Islam dengan family therapy.

7. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif tidak menjamin dalam pelaksanaan penting mendapatkan hasil yang maksimal, kesalahan dan kekeliruan pada penelitian juga besar kemungkinan terjadi. Dalam hal ini, peneliti sebagai instrumennya yang menganalisa data-data langsung di lapangan untuk menghindari kesalahan pada data-data tersebut. Maka dari itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penelitian ini, peneliti harus mengetahui cara-cara memperoleh tingkat keabsahan data antara lain : a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan itu tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam latar penelitian.31 Dalam hal ini, peneliti memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian agar data yang diperoleh lebih banyak dan jelas.

31

(31)

24

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud mencari dan menemukan ciri-ciri serta situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan penelitian menyediakan data yang lengkap, maka ketekunan pengamatan menyediakan pendalaman data. Oleh karena itu ketekunan pengamatan merupakan bagian penting dalam pemeriksaan keabsahan data.

c. Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data. Trianggulasi dibedakan menjadi empat macam yaitu :

1. Trianggulasi data (data trianggulation) atau trianggulasi sumber adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis.

2. Trianggulasi peneliti (investigator trianggulation) adalah hasil peneliti baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.

(32)

25

4. Trianggulasi teoritis (theoretical trianggulation) trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan prespektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Dalam trianggulasi data atau sumber, peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulakan data dengan permasalahan yang sama. Artinya bahwa data yang ada di lapangan diambil dari beberapa sumber penelitian yang berbeda-beda dan dapat dilakukan dengan :

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan dan orang berada.

5) Membandingkan hasil awal wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

(33)

26

menutupi kelemahan atau kekurangan sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.32

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan ini, peneliti membagi pembahasan ke dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari sub-sub bab. Sistematika pembahasan dalam penelitian ini meliputi :

BAB I Pendahuluan yaitu gambaran umum yang membuat pola dasar dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka dalam bab ini peneliti menyajikan tentang kajian teori yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang dikaji, dalam skripsi ini akan membahas tentang pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, family therapy dan Kesenjangan Komunikasi.

BAB III Penyajian Data yang menjelaskan tentang setting penelitian yang meliputi, deskripsi umum objek penelitian, deskripsi konselor, deskripsi klien, dan membahas deskripsi hasil penelitian.

BAB IV Menjelaskan tentang: analisis proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan family therapy dalam menangani kesenjangan komunikasi antara anak dengan ayah (studi kasus kesenjangan komunikasi anatara anak dengan ayah yang menikah lagi) dan analisis akhir

32

(34)

27

Bimbingan dan Konseling Islam dengan familiy teraphy dalam menangani kesenjangan komunikasi anatara anak dengan ayah (studi kasus kesenjangan komunikasi anatara anak dengan ayah yang menikah lagi).

(35)

BAB II

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM, FAMILY THERAPY, DAN KESENJANGAN KOMUNIKASI

A. Bimbingan dan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Secara etimologis, Bimbingan dan Konseling Islam merupakan sebuah akronim dari istilah yang berasal dari bahasa inggris dan bahasa arab. Istilah bimbingan konseling berasal dari bahasa inggris Guidance and

Counseling. Kata guidance itu sendiri berasal dari kata kerja to guide yang

secara harfiyah berarti menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.33 Di samping itu, guide juga bisa berarti mengarahkan to direct memandu to pilot, mengelola manage, menyetir to

steer.34

Sedangkan menurut Thohari Musnamar, bahwa Bimbingan Konseling Islam adalah pemberian bantuan kepada individu agar hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun diakhirat. Dengan demikian, Bimbingan dan Konseling Islam merupakan proses bimbingan sebagaimana

33

HM. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Di Sekolah Dan Di Luar Sekolah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 18

34

(36)

29

proses bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam artinya berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.35

Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam menurut M. Arifin ialah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup sekarang dan masa yang akan datang.36

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tentang pengertian Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan terhadap individu yang memiliki masalah dalam hidupnya sehingga dengan bantuan tersebut ia dapat menyelesaikan masalahnya dengan potensi diri yang dimiliki secara optimal dengan cara mengacu pada nilai-nilai keislaman yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam secara umum adalah membantu individu untuk mempunyai pengetahuan tentang posisi dirinya dan mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan melakukan

35

Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 2

36

(37)

30

suatu kegiatan yang dipandang baik, benar dan bermanfaat bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat.37

Dengan demikian, secara singkat tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Tujuan Khusus

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. b. Tujuan Umum

1) Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya (klien), mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke arah tingkat perkembangan yang optimal.

2) Mampu memecahkan masalahnya sendiri.

3) Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya.

4) Dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.

5) Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

6) Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan prilaku yang salah. 38

37

Ahmad Mubarrok, Konseling Agama Teori Dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta: Bina Rencana Parwira, 2002), hal. 89

38

(38)

31

Jadi, secara umum tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dapat

dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai

manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Adapun fungsi Bimbingan dan Konseling Islam antara lain adalah sebagai berikut :

a. Fungsi Pencegahan yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.

b. Fungsi Perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak.

c. Fungsi preserfative yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik dan kebaikan itu dapat bertahan lama.

(39)

32

4. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam pemberian bimbingan dikenal dengan adanya langkah-langkah sebagai berikut ini :

1) Langkah Identifikasi Kasus

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapatkan bantuan terlebih dahulu.

2) Langkah Diagnosa

Langkah diagnosa merupakan langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data.

3) Langkah Prognosa

(40)

33

4) Langkah Terapi

Merupakan langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan kepada klien dengan teknik yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami klien.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap di mana konselor bisa melihat dan menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai, dan juga mengetahui kekurangan dan keefektifan proses konseling yang telah dilakukan. 6) Langkah Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini merupakan tahap yang disebut juga sebagai tahapan tindak lanjut, yakni langkah yang akan diambil setelah mengetahui hasil evaluasi.39

5. Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam a. Konselor

Konselor merupakan orang yang mempunyai kesediaan dengan sepenuh hati membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.40

Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah sebagai berikut :

1) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

39

I. Djumhur Moh. Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah (Guidance & Counseling), (Bandung: CV. Ilmu 1975), hal. 104-105

40

(41)

34

2) Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar, kreatif, dan ramah.

3) Mempunyai kemampuan, keterampilan dan keahlian (profesional) serta berwawasan luas dalam bidang konseling. 41 b. Klien

Klien adalah individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain yang kemudian dinamakan klien.42 Di samping itu, klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya, namun demikian keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu sebenarnya sangat ditentukan oleh kepribadian klien itu sendiri.43

Menurut Kartini Kartono, konseli hendaknya memiliki sikap dan sifat sebagai berikut :

1) Terbuka

Keterbukaan konseli akan sangat membantu jalannya proses konseling. Artinya konseli bersedia mengungkap segala sesuatu yang diperlukan demi kesuksesannya proses konseling.

41

Syamsu Yusuf, juntika nurhisan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 80

42

Sofyan S willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 111

43

(42)

35

2) Sikap Percaya

Agar konseling berlangsung secara efektif, maka konseli harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya, percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan rahasianya kepada siapa-pun.

3) Besikap Jujur

Seorang konseli yang bermasalah, agar masalahnya dapat teratasi, harus bersikap jujur. Artinya konseli harus jujur mengemukakan data-data yang benar, jujur mengakui bahwa masalah itu yang sebenarnya ia rasakan.

4) Bertanggung Jawab

Tanggung jawab konseli untuk mengatasi masalahnya sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.44 3. Masalah

WS. Winkel menyatakan masalah adalah sesuatu yang menghambat, merintangi, mempersulit dalam usaha mencapai sesuatu. Bentuk kongkret dari hambatan atau rintangan itu bermacam-macam, misalnya godaan, gangguan dari luar, dan tantangan yang ditimbulkan oleh situasi hidup.45

44

Imam Sayuti Farid, Pokok-Pokok Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), hal. 14

45

(43)

36

6. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Yang dimaksud prinsip di sini adalah hal-hal yan menjadi pegangan di dalam proses Bimbingan dan Konseling Islam. Prinsip-prinsip itu ialah :

a. Bahwa nasehat dalam amar ma’ruf nahi munkar adalah satu pilar agama yang merupakan pekerjaan mulia.

b. Pekerjaan konseling Islam harus dilakukan sebagai pekerjaan ibadah yang dikerjakan semata-mata hanya untuk mengharap Ridho Allah SWT.

c. Tujuan konseling Islam adalah mendorong agar selalu berjalan di jalan Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.

d. Meminta dan memberi bantuan dalam hal kebaikan hukumnya wajib bagi setiap orang yang membutuhkannya.

e. Proses Bimbingan dan Konseling Islam harus sejalan dengan Syariat Islam.

f. Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan memutuskan perbuatan baik yang dipilihnya.46

7. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Islam a. Asas Kebahagiaan Dunia Akhirat

Bimbingan dan Konseling Islami bertujuan untuk membantu klien atau konseli, yakni orang yang dibimbing, mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim.

46

(44)

37

Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim hanya merupakan kebahagiaan yang bersifat sementara, sedangkan kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan yang abadi.

Kebahagiaan akhirat akan tercapai, bagi semua manusia jika di dalam kehidupan orang tersebut selalu mengingat “Allah”.47 Oleh karena itulah maka Islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan dan keselarasan.

b. Asas Fitrah

Bimbingan dan Konseling Islam merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.

Manusia menurut Islam, dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam.

c. Asas Lillahi Ta’ala

Bimbingan dan konseling Islam diselenggarakan semata-mata karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih, sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang

47

(45)

38

dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian kepada Allah SWT semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya.

d. Asas Bimbingan Seumur Hidup

Manusia hidup tidak ada yang sempurna maka dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah maka Bimbingan dan Konseling Islam diperlukan selama hayat masih dikandung badan. e. Asas Kesehatan Jasmani dan Rohaniah

Manusia dalam kehidupannya di dunia merupakan satu kesatuan jasmaniah-rohaniah. Bimbingan dan konseling Islam memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah, tidak memandangnya sebagai makhuk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata. Bimbingan dan Konseling Islam membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut. f. Asas Keseimbangan Rohaniah

(46)

39

Orang yang dibimbing diajak untuk menginternalisasikan norma dengan mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensinya tersebut, bukan hanya mengikuti hawa nafsu semata. g. Asas Kemaujudan Individu

Bimbingan dan Konseling Islam, berlangsung pada citra manusia menurut Islam, memandang seorang individu merupakan suatu maujud tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental potensi rohaniahnya. Artinya individu mampu merealisasikan dirinya secara optimal, termasuk dalam mengambil keputusan.

h. Asas Sosialitas Manusia

Dalam bimbingan dan Konseling Islam, sosialitas manusia diakui dan diperhatikan dengan memperhatikan hak individu, hak individu juga diakui dalam batas tanggung jawab sosial. Jadi bukan pula liberalisme dan masih banyak pula hak alam yang harus dipenuhi oleh manusia. Begitu pula hak Tuhan.

i. Asas Kekhalifahan Manusia

(47)

40

Bimbingan dan Konseling Islam untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia.

j. Asas Keselarasan Dan Keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian, dalam segala segi. Dengan kata lain, Islam mengehendaki manusia berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta dan juga hak Tuhan.

k. Asas Pembinaan Akhlaqul Karimah

Dalam asas ini, Bimbingan dan Konseling Islam membantu klien atau yang dibimbing memelihara, membangun, dan menyempurnakan sifat-sifat yang baik.

l. Asas Kasih Sayang

Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah Bimbingan dan Konseling Islam akan berhasil.

m. Asas Saling Menghargai Dan Menghormati

(48)

41

saling menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah SWT.

n. Asas Musyawarah

Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan dengan asas musyawarah, artinya antara pembimbing dengan yang dibimbing terjadi dialog yang baik, satu sama lainnya, tidak ada perasaan tertekan dan keinginan tertekan.

o. Asas Keahlian

Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan keahlian di bidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik-teknik bimbingan konseling maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan bimbingan konseling.

B. Familiy Therapy

1. Pengertian Family Therapy

Family (keluarga) adalah suatu kelompok individu yang terkait

oleh ikatan perkawinan darah. Secara khusus mencakup seorang ayah, ibu dan anak. Sedangkan therapy adalah suatu perlakuan atau pengobatan yang ditujukan pada penyembuhan suatu kondisi patologis.48

Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam kamus psikologi

family therapy (terapi keluarga) adalah :

48

(49)

42

Suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Oleh sebab itu, seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhan49.

Family counseling atau konseling keluarga merupakan upaya

bantuan yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.50

Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah yang ada. Pada terapi individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial, contohnya konseli menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya.

2. Tujuan Familiy Therapy

Tujuan terapi keluarga oleh para ahli dirumuskan secara berbeda. Bowen menegaskan bahwa tujuan terapi keluarga adalah membantu konseli (anggota keluarga) untuk mencapai individualis, membuat dirinya menjadi hal yang berbeda dari sistem keluarga.

49

Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: CV Pioner Jaya, 1987), hal. 167

50

(50)

43

Sedangkan Minuchin mengemukakan bahwa tujuan terapi keluarga adalah mengubah struktur dalam keluarga dengan cara menyusun kembali kesatuan dan menyembuhkan perpecahan yang terjadi dalam suatu keluarga. Diharapkan keluarga dapat menata presepsi untuk melihat realitas, mempertimbangkan alternatif sedapat mungkin dan pola transaksional. Anggota keluarga dapat mengembangkan pola hubungan yang baru dan struktur yang mendapatkan self-reinforcing.

Menurut Glick dan Kessler mengemukakan tujuan umum konseling keluarga adalah sebagai berikut :

a. Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antara anggota keluarga.

b. Mengganti gangguan, ketidakfleksibelan peran dan kondisi. c. Memberi pelayanan sebagai model dan pendidikan peran

tertentu yang ditunjukkan kepada anggota lainnya.51 3. Teknik Family Therapy

Beberapa teknik yang digunakan oleh trapis keluarga meliputi : a. Pemeragaan : yaitu dengan cara memperagakan ketika masalah

itu muncul. Misalnya ayah dan anaknya sehingga mereka saling diam bertengkar, maka terapis membujuk mereka untuk berbicara setelah itu terapis memberikan saran-sarannya dan bisa disebut dengan psikodrama serta komunikasi dalam keluarga paling penting. Pada teknik ini konselor memerikan

51

(51)

44

pengarahan atau memeragakan hal-hal apa saja yang akan dilakukan klien jika konselor mempertemukan klien dengan ayahnya. Konselor memberikan pengarahan kepada klien jika bertemu dengan ayahnya hendaklah ia menyapanya atau berjabat tangan serta mencium tangan ayahnya.

b. Homework : yaitu dengan cara mengumpulkan seluruh anggota

keluarga agar saling berkomunikasi di antaranya. Pada teknik ini konselor telah melakukan pertemuan dengan anggota-anggota keluarga klien. Mulai dari mempertemukan klien dengan ayahnya, kakak klien dengan ibu tirinya, hingga semuanya berkumpul dalam satu ruang dan saling menjalin komunikasi.

c. Family sculpting : cara untuk mendekatkan diri dengan

(52)

45

klien mencium tangan ayahnya serta ayahnya yang kemudian memeluk klien.

d. Genograms : genogram merupakan sebuah cara yang

bermanfaat untuk mengumpulkan dan mengorganisasi informasi tentang keluarga. Genogram merupakan sebuah diagram terstruktur dari sistem hubungan tiga generasi keluarga. Diagram ini sebagai roadmap dari sistem hubungan keluarga. Hal ini berarti memahami masalah dalam bentuk grafik.52 Pada teknik genogram ini konselor hanya memberikan sedikit pengertian kepada klien tentang kedekatan hubungan-hubungan anggota keluarganya. Dengan menggambarkan ilustrasi dan menarik gari kedekatan diantara keluarganya, klien edikit memahami bahwa selama ini anggota keluarganya tidak agi sedekat seperti dahulu.

Dari beberapa teknik yang telah digunakan oleh para terapis, maka peneliti mengambil satu teknik yang akan digunakan dalam proses konseling keluarga dalam mengatasi kesenjangan komunikasi antara anak dengan ayah. Teknik yang diambil oleh peneliti ialah teknik Homework,

family sculpting, genogram dan pemeragaan. Homework yaitu dengan cara

mengumpulkan seluruh anggota keluarga agar saling berkomunikasi di antaranya. Alasan mengapa peneliti memilih teknik tersebut ialah melihat kenyataan bahwa seorang anak yang mengalami kesenjangan komunikasi

52

(53)

46

dengan ayahnya yang disebabkan karena tinggal terpisah dikarenakan ayahnya telah menikah lagi namun tak direstui oleh anaknya. Kemudian

family sculpting alasan konselor memilih teknik tersebut ialah teknik

tersebut telah terjadi dalam proses konseling dan berjalan dengan baik. Pada teknik genogram konselor hanya melakukannya kepada klien dengan sedikit memberikan penjelasan tentang kedekatan-kedekatan anggota keluarganya. Sedangkan alasan konselor memilih pemeragaan sebagai slah satu teknik ialah teknik tersebut juga dianggap konselor cocok sebagai acuan untuk mempertemukan klien dengan ayahnya.

4. Peran Konselor Dalam Family Therapy

Peran konselor dalam membantu konseli dalam konseling keluarga dan perkawinan dikemukakan oleh Satir. Di antaranya sebagai berikut :

a. Konselor berperaan sebagai facilitative a comfortable, membantu konseli melihat secara jelas dan obyektif dirinya dan tindakan-tindakannya sendiri.

b. Konselor menggunakan perlakuan atau treatmen melalui setting peran interaksi.

c. Konselor menggunakan peran perlakuan atau treatmen melalui setting peran interaksi.

d. Berusaha menghilangkan pembelaan diri dan keluarga.

(54)

47

f. Konselor menjadi penengah dari pertentangan atau kesenjangan komunikasi dan menginterpretasi peran-peran yang disampaikan konseli atau anggota keluarga.

g. Konselor menolak pembuatan penilaian dan membantu menjadi

congruence dalam respon-respon anggota keluarga.

h. Konselor tidak boleh menjadi pribadi yang stereotip terhadap urutan kelahiran. Pada saat yang sama, menjelajahi urutan kelahiran dan pengaruhnya pada perkembangan kepribadian seseorang akan sangat memungkinkan untuk dapat memahami orang tersebut. i. Konselor memiliki banyak peran dalam pendekatan ini antara lain

bimbingan, coach, model, dan konsultan.53

Konselor pada konseling keluarga diharapkan mempunyai kemampuan profesional untuk mengantisipasi perilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas emosional dan kepribadian. Konselor diharapkan mampu mengembangkan komuniaksi antara anggota keluarga yang tadinya terhambat oleh emosi-emosi tertentu, membantu mengembangkan penghargaan anggota keluarga terhadap potensi anggota lain sesuai dengan realitas yang ada pada diri dan lingkungannya, membantu konseli agar berhasil menemukan dan memahami potensi, keunggulan, kelebihan yang ada pada dirinya dan mempunyai wawasan serta alternatif rencana untuk pengembangannya atas bantuan semua anggota keluarga, dan mampu membantu konseli

53

(55)

48

agar ia dapat menurunkan tingkat hambatan emosional dan kecemasan serta menemukan, memahami, dan memecahkan masalah serta keselamatan yang dialaminya dengan bantuan anggota keluarga lainnya.54

5. Proses Family Theraphy

Family therapy pada dasarnya adalah sebuah cara unik untuk

melihat patologi dalam sistem keluarga. Historisnya yaitu dimulai pada diri individu yang menekankan pada aspek intrapsikisnya kemudian berlanjut kepada individu sebagai anggota keluarga sehingga meningkatnya hubungan interpersonal dan komunikasi di antara mereka.

Family therapy berfokus pada cara suatu sistem keluarga yang

mengorganisasi patologis yang terstruktur dengan dipandang sesuatu yang salah.

Pada mulanya seorang konseli datang kepada konselor untuk mengkonsolidasikan masalahnya. Biasanya datang pertama kali ini lebih bersifat idententifikasi pasien. Tetapi untuk tahap penanganan diperlukan kehadiran anggota keluarga yang lain. Menurut Satir tidak mungkin mendengarkan pesan, status, nilai, dan norma keluarga atau kelompok, jika tidak ada kehadiran anggota keluarga yang lain. Jadi dalam pandangan ini, anggota keluarga yang lain harus datang ke konselor.

54

(56)

49

Tahapan family therapy secara garis besar dalam proses konseling keluarga adalah:

a. Pengembangan Rapport, merupakan hubungan suasana konseling yang akrab, jujur, dan saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan dari konseli. Upaya pengembangan rapport ini ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor yakni kontak mata, perilaku non verbal (perilaku attending, bersahabat/akrab, hangat, luwes, ramah, jujur, penuh perhatian). Dan bahasa lisan/verbal yang baik.

b. Pengembangan apresiasi emosional, di mana munculnya kemampuan untuk menghargai perasaan masing-masing anggota keluarga, dan keinginan mereka agar masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar.

c. Pengembangan alternatif modus perilaku. Dalam tahap ini, baik konseli maupun anggota keluarga mengembangkan dan melatihkan perilaku-perilaku baru yang disepakati berdasarkan hasil diskusi dalam konseling. Pada tahap ini muncul home assignment, yaitu mempraktikkan perilaku baru selama masa satu minggu (misalnya) di rumah, kemudian akan dilaporkan pada sesi berikutnya untuk dibahas, evaluasi, dan dilakukan tindakan selanjutnya.

d. Fase membina hubungan konseling. Adanya acceptance,

unconditional positive regard, understanding, genuine, dan

(57)

50

e. Memperlancar tindakan positif. Terdiri dari eksplorasi, perencanaan atau pengembangan perencanaan bagi konseli sesuai dengan tujuan untuk memecahkan masalah, kemudian penutup untuk mengevaluasi hasil konseling sampai menutup hubungan konseling.55

Menurut Conjoint, langkah family therapy atau proses konseling yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :

1) Intake interview, building working alliance. Bertujuan untuk

mengeksplorasi dinamika perkembangan konseling dengan anggota keluarga lainnya (untuk mengungkap kesuksesan dan kegagalan, kekuatan dan kelemahan, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian dan area masalahnya).

2) Case conceptualization and treatment planning, mengenal

masalah/memperjelas masalah, kemudian fokus pada rencana intervensi apa yang akan dilakukan untuk penanganan masalah.

3) Implementation, menerapkan intervensi yang disertai dengan

tugas-tugas yang dilakukan bersama antar konseli dan keluarga, contohnya : free drawing art task (m

Gambar

Tabel 1.1 Jenis Data,  Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.1  Jumlah Penduduk Desa Bohar berdasarkan Usia
Tabel 3.2 Jumlah penduduk berdasarkan tenaga kerja
Tabel 3.3 Deskripsi klien sebelum pelaksanaan konseling
+5

Referensi

Dokumen terkait