• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF PADA SISWA KELAS I-B MI MAMBA’UL ULUM BEDANTEN BUNGAH GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF PADA SISWA KELAS I-B MI MAMBA’UL ULUM BEDANTEN BUNGAH GRESIK."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF

PADA SISWA KELAS I-B MI MAMBA’UL ULUM

BEDANTEN BUNGAH GRESIK

SKRIPSI

Oleh:

MASLIKHAN

D57211132

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF

PADA SISWA KELAS I-B MI MAMBA’UL ULUM

BEDANTEN BUNGAH GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh

MASLIKHAN

NIM. D57211132

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

2015

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Maslikhan, 2015. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Sederhana Melalui Penggunaan Media Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B MI Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik

Dosen Pembimbing : Wahyuniati, M.Si.

Pemahaman konsep materi pelajaran matematika ditingkat dasar sangat menentukan terhadap pemahaman konsep dijenjang berikutnya. Pemahaman siswa kelas I MI Mamba’ul Ulum terhadap materi pelajaran matematika rendah, data ini dlihat dari hasil ulangan harian materi bangun datar sederhana siswa yang dinyatakan tuntas hanya 3 siswa atau sebesar 18 % dari 17 siswa yang ada. Sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa tersebut. Hal ini dikarenakan guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran. Maka perlu didukung dengan pemilihan media yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika. Media manipulatif adalah bahan yang dapat dimain-mainkan dengan tangan. Alat ini terkait langsung dan bagian dari penjelasan konsep uraian-uraian materi yang disampaikan. Bahan manipulatif berfungsi untuk menyederhanakan konsep-konsep yang sulit atau sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkrit, menjelaskan sifat tertentu yang terkait dengan pengerjaan hitung dan sifat-sifat bangun geometri, serta memperlihatkan fakta-fakta. Penggunaan media manipulatif ini akan memberikan pemahaman yang lebih konkret kepada siswa tentang materi-materi yang abstrak.

Berdasarkan deskripsi dari latar belakang tersebut diperoleh dua permasalahan, yaitu: 1) Bagaimana penerapan media manipulatif pada pembelajaran matematika Materi Bangun Datar Sederhana Melalui Penggunaan Media Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik?; 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik materi bangun datar sederhana setelah diterapkannya pembelajaran dengan penggunaan media manipulatif?

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu: 1) untuk mengetahui bagaimana penerapan media manipulatif pada pembelajaran matematika Materi Bangun Datar Sederhana Melalui Penggunaan Media Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik; 2) Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik materi bangun datar sederhana setelah diterapkannya pembelajaran dengan penggunaan media manipulatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). PTK ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil refleksi pada siklus I akan digunakan sebagai bahan rujukan untuk pelaksanaan siklus berikutnya, sehingga proses dan hasil pelaksanaan siklus berikutnya akan lebih baik. Siklus akan dihentikan jika target indikator kinerja yang ditentukan telah tercapai. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2015, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I-B MI Mamba’ul Ulum Bedanten Bunga Gresik yang berjumlah 17 siswa, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

(7)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan pembelajaran yang dilakukan memberi dampak terhadap meningkatnya hasil belajar matematika siswa. Data hasil observasi aktivitas guru siklus II mencapai skor akhir 3,67 kriteria sangat baik (SB), mengalami peningkatan sebesar 0.56 dari siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana sudah dapat dilaksanakan dengan sangat baik oleh peneliti. Sedangkan data hasil observasi siswa siklus II, rata-rata skor akhir aktifitas siswa mencapai 3,28 kriteria sangat baik (SB), mengalami peningkatan 0,81. dibandingkan dengan siklus I. Kemudian data hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 65%. Data hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 88%, artinya meningkat 23% dibanding siklus I.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana dengan menggunakan media manipulatif sudah terlaksana dengan sangat baik, 2) hasil belajar siswa MI Mam’baul Ulum meningkat setelah dilaksanakannya pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana dengan media manipulatif.

Kata Kunci : Hasil belajar matematika, Media Manipulatif.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

4. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 17

5. Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah .. 20

6. Pengertian Hasil Belajar Matematika ... 22

B. Materi Bangun Datar Sederhana ... 23

(9)

2. Segiempat ... 26

3. Lingkaran ... 32

C. Hakikat Media Pembejaran manipulatif ... 34

1. Pengertian Madia Pembelajaran ... 34

2. Fungsi Media Pembelajaran ... 35

3. Kegunaan Media Pembelajaran ... 36

4. Karakteristik Media Pembelajaran ... 37

5. Peranan Media dalam Pembelajaran ... 40

6. Media Manipulatif ... 43

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 50

A. Metode Penelitian ... 50

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 50 1. Tempat Penelitian ... 50

2. Waktu Penelitian ... 50

3. Subjek Penelitian ... 51

C. Variabel yang Diselidiki ... 51

D. Rencana Tindakan ... 51

G. Tim Peneliti dan Tugasnya... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Hasil Penelitian ... 66

1. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 66

(10)

3. Deskripsi Pembelajaran Siklus II ... 83

B. Pembahasan ... 98

BAB V PENUTUP ... 102

A. Simpulan ... 102

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 108

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 109

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 110

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa

tersebut mendidik anak-anaknya. Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik

Indonesia 1945 amandemen keempat, pasal 31 menyatakan bahwa Setiap

warga negara berhak mendapat pendidikan. Sedangkan dalam undang-undang

nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa

setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan

bakat.

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1.

Anak usia 0-8 tahun sering disebut dengan masa keemasan atau Golden

Age. Pada masa ini sangat diperlukan perhatian khusus dari orang dewasa baik

orang tua maupun guru, karena pada masa ini stimulus yang diberikan pada

1

(12)

2

anak dapat mempengaruhi perkembangan otak dan mempengaruhi kemampuan

akademiknya pada masa yang akan datang.

Pembelajaran matematika dasar mampu meningkatkan kemampuan anak

dalam memecahkan masalah, memisahkan, mengenal konsep angka, serta

kemampuan mengukur dan memperkirakan2.

Pembelajaran matematika untuk anak Sekolah Dasar sangatlah dibutuhkan

untuk mempersiapkan anak melanjutkan pendidikan lebih atas. Dalam

pembelajaran matematika terdapat beberapa konsep salah satunya adalah

konsep bangun datar sederhana.

Konsep bangun datar sederhana merupakan awal pengenalan matematika

kepada anak karena menjadi dasar pembelajaran matematika selanjutnya.

Matematika penting diajarkan di SD/MI dikarenakan :

1. Siswa SD/MI masih belum mampu berpikir abstrak karena orientasinya

masih terkait dengan benda-benda konkret;

2. Matematika sebagai studi obyek abstrak, sangat sulit dapat dicerna

anak-anak usia Sekolah Dasar (SD/MI);

3. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern;

4. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi

dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori

2

Syamsiatin, E., Modul Permainan Matematika Di Taman Kanak-kanak (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), 11.

(13)

3

bilangan, aljabar, bangun ruang, analisis, teori peluang dan matematika

diskrit;

5. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan

penguasaan matematika yang kuat sejak dini (dimulai dari anak usia

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah);

6. Solusi : cara mengelola proses belajar mengajar matematika di SD/MI

yang baik adalah dengan model pembelajaran inovatif.

Guru matematika yang profesional dan kompeten mempunyai wawasan

landasan yang dapat dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

matematika. Wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat

diterapkan untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran matematika

Penerapan dalam mengembangkan kemampuan bidang pengembangan

kognitif di kelas 1 B Madrasah Ibtidaiyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah

Gresik Tahun Pelajaran 2014-2015 terutama materi mengenal bangun datar

sederhana masih belum memperoleh hasil yang maksimal dikarenakan Guru

masih menggunakan metode ceramah. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian

materi bangun datar sederhana siswa dari 17 anak kelas 1 B Madrasah

Ibtidaiyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik diperoleh data sebagai

berikut : 3 anak dinyatakan tuntas dan 14 anak belum tuntas dalam artian

belum memenuhi nilai KKM yang ditetapkan yakni 703.

3

(14)

4

Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan bahwa semua anak belum

menguasai meteri bangun datar sederhana seperti yang diharapkan guru, semua

anak dapat menguasai materi bangun datar sederhana. Untuk menindak lanjuti

hal tersebut maka dilakukan diskusi dengan teman sejawat untuk mencari akar

dari permasalahan tersebut.

Hasil diskusi dapat mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dari proses

permasalahan tersebut adalah :

1. Konsentrasi anak tidak terpusat pada kegiatan, anak pasif, asyik bermain

sendiri

2. Guru tidak menggunakan media

3. Guru menggunakan metode pemberian tugas ( paper pencil tes ) tanpa

memberikan penjelasan yang dapat dimengerti anak

4. Kegiatan pembelajaran kurang menarik bagi anak.

Setelah dilakukan identifikasi masalah maka langkah selanjutnya adalah

analisis. Hasil analisis tersebut adalah :

1. Strategi guru dalam proses pembelajaran kurang menarik

2. Guru kurang melibatkan anak dalam proses pembelajaran

3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang dapat memperjelas

pemahaman anak.

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah tersebut diatas maka

untuk meningkatkan kemampuan anak dalam memahami materi bangun datar

(15)

5

perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Sederhana Melalui Penggunaan Media Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik”.

Media manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu

pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan

prosedur matematika. Media ini merupakan bagian langsung dari mata

pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh peserta didik (dibalik,

dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau

diklasifikasikan (Muhsetyo dkk, 2007)4.

Penggunaan manipulatif ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta

didik dalam memahami konsep dan prosedur matematika. Media manipulatif

ini berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang sulit/sukar, menyajikan

bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau

konsep secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu yang terkait

dengan pengerjaan (operasi) hitung, sifat-sifat bangun geometri serta

memperlihatkan fakta-fakta (Muhsetyo dkk, 2007)5.

Dalam pembelajaran matematika, hendaknya agar bahan pelajaran yang

diberikan lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan bahan-bahan yang

4

Sujinal Arifin (Media Manipulatif Untuk Pembelajaran Matematika SD : Materi Operasi Pecahan (18, Mei, 2010). http://inal9979.blogspot.com/2010/05/media-manipulatif-untuk-pembelajaran. html

5 Ibid

(16)

6

perlu disiapkan guru, dari barang-barang yang harganya relatif murah dan

mudah diperoleh, misalnya kertas manila, karton, kayu, kawat, kain untuk

menanamkan konsep matematika tertentu sesuai dengan keperluan6.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan

permasalahan yang akan diajukan dalam proposal Penelitian Tindakan Kelas

ini adalah :

1. Bagaimana penerapan media manipulatif pada pembelajaran matematika

Materi Bangun Datar Sederhana Melalui Penggunaan Media Manipulatif

Pada Siswa Kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten

Bungah Gresik?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas I-B

Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik materi

bangun datar sederhana setelah diterapkannya pembelajaran dengan

penggunaan media manipulatif?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui penerapan media manipulatif pada pembelajaran

matematika Materi Bangun Datar Sederhana melalui Penggunaan Media

Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum

Bedanten Bungah Gresik.

6 Ibid

(17)

7

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas I-B

Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik materi

bangun datar sederhana setelah diterapkannya pembelajaran dengan

penggunaan media manipulatif.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian di kelas 1 B MI Mamba’ul Ulum

Bedanten ini adalah :

1. Secara Toeritis dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah mengenai

cara meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun datar sederhana

melalui penggunaan media manipulatif.

2. Scara Praktis :

a. Berguna bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pelajaran matematika selama pembelajaran di kelas.

b. Berguna bagi siswa dalam peningkatan pemahaman materi pelajaran

matematika.

c. Berguna bagi sekolah dalam menyediakan media manipulatif untuk

(18)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu unsur yang penting dalam dunia pendidikan

karena pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa akan belajar

untuk memahami suatu materi yang disampaikan oleh guru. Secara

psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata

dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan

sebagai suatu proses yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya1.

Jamarah menyebutkan bahwa James Whittaker merumuskan belajar itu

sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan dan pengalaman2. Perubahan yang terjadi melalui belajar tidak

hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup

bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir (memecahkan masalah) dan

keterampilan sosial, juga yang tidak kalah pentingnya adalah nilai dan

sikap. Jika disimpulkan, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah

1

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 2. 2

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 12. 8

(19)

9

laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam

jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi

tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara

karena suatu hal3.

Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan

nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya4.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa,

baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau

keluarganya sendiri5.

3

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstua l (Bandung:Refika aditama,2011), 2. 4

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta,2013), 2. 5

Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru(Jakarta:PT Remaja Rosdakaraya,2013), 87.

(20)

10

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:

a. Gagne, belajar adalah perubahan disposisi kemampuan yang

dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut

bukan diperoleh dari proses pertumbuhan seseorang secara

alamiah.

b. Travers, belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah

laku.

c. Cronbach, Learning is shown by a change in behavior as a result of

experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari

pengalaman).

d. Horald Spears, Learning is to observe, to read, to imitate, to tray

something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata

lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba

sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

e. Geoch, Learning is change in performance as result of practice.

(Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).

f. Morgan, Learning is anyrelatively permanent change in behavior

that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan

perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman)6.

g. Selanjutnya ada yang mendefinisikan ”belajar adalah berubah”.

6

(21)

11

Dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti usaha mengubah

tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pada

individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan

penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, serta

penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan

tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian dapatlah dikatakan

bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk

menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti

menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, rana kognitif, afektif dan

psikomotorik7.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan

psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti

sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu

pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya

kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa

belajar adalah ”penambahan pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam

praktiknya banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru memberikan ilmu

pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan/

menerimanya. Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai

“pengajar”. Sebagai konsekuensi dari pengertian yang terbatas ini,

7

(22)

12

kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu

menghafal. Hal ini terbukti, misalnya kalau siswa (subyek belajar) itu akan

ujian, mereka akan menghafal terlebih dahulu, sudah barang tentu

pengertian seperti ini, secara essensial belum memadahi8.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut terkait dengan pengertian

belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha mengubah tingkah

laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pada individu-individu yang

belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu

pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,

pengertian, harga diri, minat, watak, serta penyesuaian diri.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa9:

a. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan, maupun tertulis. Kemampuan merespon

secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut

tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun

penerapan aturan.

8

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 20-21.

9

(23)

13

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuaan analitis-sintesis fakta konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatis gerak

jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan

hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil

pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana

tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan

komprehensif 10.

10

(24)

14

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotoris11.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif

tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat

tinggi12.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaiaan, organisasi dan

internalisasi13.

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotori, yakni (a)

gerakan reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c)kemampuan perseptual,

(d) keharmonisan, (e) gerakan keterampilan kompleks dan (f) gerakan

ekspresif dan interpretatif14.

11

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) , 22.

12

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 22.

13 Ibid 14

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 23.

(25)

15

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara

ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para

guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam

menguasai isi bahan pengajaran15.

Dari proses belajar diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang

baik sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang ditetapkan sebelum

proses belajar berlangsung. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan belajar adalah menggunakan tes. Tes ini

digunakan untuk menilai hasil belajar yang dicapai dalam materi pelajaran

yang diberikan guru di sekolah. Dimana hasil tes nanti di gambarkan

dalam bentuk angka.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan

siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran dari proses

pengalaman belajarnya yang diukur dengan tes.

3. Pengertian Matematika

Matematika yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang

bersifat pasti (eksakta) memiliki asal usul matematika tersendiri. Istilah

matematika berasal dari istilah latin yaitu Mathe-matica yang awalnya

mengambil istilah Yunani yaitu mathematike yang berarti relating to

learning yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan. Kata yunani

15 Ibid.

(26)

16

tersebut mempunyai akar kata mathema yang berarti “pengkajian”,

“pembelajaran”, “ilmu” atau “pengetahuan” (knowledge) yang ruang

lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi pengkajian matematika.

Kata mathematike yang berhubungan juga dengan kata lainnya yang

serumpun, yaitu mathenein atau dalam bahasa prancis les athematiques

yang berarti belajar (to learn). Jadi berdasarkan asal usulnya maka kata

matematika berarti pengetahuan yang diperoleh dari hasil proses belajar,

sehingga matematika merupakan suatu pengetahuan16.

Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para

matematikawan, apa yang dimaksud dengan matematika itu. Sasaran

pembelajaran matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak dengan

cabang-cabangnya semakin lama semakin berkembang dan bercampur.

Karso, dkk menyebutkan bahwa Ruseffendi mengungkapkan beberapa

pendapat tentang matematika. Seperti menurut Johnson dan Rising, bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian

yang logik; matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah

yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat refpresentasinya dengan

simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada

bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi,

sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang

tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan

16

(27)

17

kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau

ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada

keterurutan dan keharmonisannya.

Berdasarkan pernyataan dari ahli matematika diatas dapat dikatakan

bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan

penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan

hubungan diantara hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta

hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep

yang terdapat dalam matematika. Hal ini berarti belajar matematika adalah

belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang

dipelajari, serta mencari hubungan diantara konsep dan struktur tersebut17.

Matematika disebut Ilmu deduktif, karena kita ketahui bahwa baik isi

maupun metode pencarian kebenaran dalam matematika berbeda dengan

ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya. Metode

pencarian kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah metode

deduktif, sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau

eksperimen. Namun dalam matematika, mencari kebenaran itu bisa dimulai

dari dengan induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk

semua keadaan harus dibuktikan secara deduktif18.

4. Pengertian Pembelajaran Matematika

17

Ibid, 1.40. 18

(28)

18

Kata pembelajaran bisa dikatakan diambil dari kata instruction yang

berarti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan

terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam pembelajaran segala kegiatan

berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa, ada interaksi siswa

yang tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik lahiriah, akan tetapi

siswa dapat berinteraksi dan belajar melalui media cetak, elektronik, media

kaca dan televisi, serta radio. Dalam suatu definisi pembelajaran dikatakan

upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan, dan

mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil

belajar yang diinginkan19.

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,

dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek

didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara

efek-tif dan efisien20.

Pasal 1 butir 20 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Ada terkandung lima komponen pembelajaran, yaitu interaksi,

peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar.

19

Ali Hamzah, Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 42.

20

(29)

19

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian

atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman21.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan

siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan

pada situasi tertentu.

Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang

dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan

seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut

berpusat pada guru mengajar matematika dengan melibatkan partisipasi

aktif peserta didik di dalamnya. Pembelajaran matematika berorientasi

pada matematika formal dengan beberapa pengertian seperti hubungan,

fungsi, kelompok, vektor diperkenalkan dan dimasukkan dalam definisi

dan dihubungkan satu dengan lain dalam satu sistem yang disusun secara

deduktif. Konsep lain berhubungan dengan sekeliling di mana

pem-belajaran matematika bertugas mematematisasikan lingkungan sekitar.

Dalam konsep heuristic, pembelajaran matematika merupakan sustu sistem

21

Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,edisi ketiga ( Jakarta: pusat bahasa, 2008), 24.

(30)

20

di mana peserta didiknya diarahkan dan dilatih untuk menemukan sesuatu

secara mandiri22.

5. Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Pada hakikatnya, objek langsung belajar matematika itu merupakan

penanaman penalaran dan pembinaan keterampilan dari konsep-konsep,

yaitu ide-ide atau gagasaan-gagasan yang terbentuk dari sifat-sifat yang

sama. Dilain pihak dihubungkan dengan proses pembelajaran yang

diselenggarakan guru dalam rangka transfer kurikulum maka

konsep-konsep matematika yang tersusun dalam GBPP matematika Sekolah Dasar

dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis konsep, yaitu: pertama, konsep

dasar yang merupakan materi-materi atau bahan-bahan dan sekumpulan

bahasan atau semesta bahasan, dan umumnya merupakan materi baru

untuk para siswa yang mempelajarinya. Kedua, konsep yang berkembang

yang merupakan sifat atau penerapan dari konsep-konsep dasar. Ketiga,

konsep yang harus dibina keterampilannya, yang merupakan

konsep-konsep dasar atau konsep-konsep-konsep-konsep yang berkembang23.

Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar matematika dapat

dikelompokkan menjadi tiga tahapan pokok. Pertama adalah kegiatan

pembelajaran untuk penenaman konsep, yang bertujuan untuk

menyam-paikan konsep-konsep baru yang umumnya merupakan jenis konsep dasar.

22

Ali Hamzah, Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 65-66.

23

(31)

21

Kedua adalah kegiatan pembelajaran untuk pemahaman konsep yang

merupakan kelanjutan dari model pendekatan penanaman konsep. Ketiga

adalah kegiatan pembelajaran untuk pembinaan keterampilan yang

bertujuan untuk melatih siswa mengingat dan menerapkan konsep yang

sudah dipelajarinya pada kedua tahapan pembelajaran sebelumnya24.

Pembelajaran merupakan proses dua arah, mengajar dilakukan oleh

pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik

atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (dalam segala, 2005)

adalah suatu proses tempat lingkungan seseorang secara sengaja dikelola

untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran bagian

khusus dalam pendidikan25.

Anak bukanlah manusia dewasa dalam ukuran kecil. Anak memiliki

karakteristik khusus yang berbeda dengan orang dewasa bahkan mereka

berbeda antara yang satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut

juga dapat dilihat dari cara berpikir, bertindak, bekerja dan lain sebagainya.

Anak-anak MI/SD adalah anak yang pada umumnya berada pada kisaran

usia 7 – 12 tahun. Menurut Peaget, anak pada usia ini masih berada dalam

tahap berpikir operasional konkret, artinya bahwa siswa-siswi MI/SD

belum bisa berpikir formal dan abstrak. Pada tahap ini, anak-anak dapat

24

Ibid, 1.47-1.55. 25

(32)

22

memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkret. Oleh

karena itu, dalam pembelajaran matematika guru harus memperhatikan

karakteristik dan perbedaan-perbedaan tersebut untuk meningkatkan

efektivitas pembelajaran matematika di MI26.

Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat

pembelajaran matematika MI adalah usaha yang dilakukan oleh guru

kepada siswa-siswi MI untuk membangun pemehaman terhadap

matematika. Proses pembangunan pemahaman inilah yang penting dari

pada hasil belajar sebab pemahaman akan lebih bermakna kepada materi

yang dipelajari27.

6. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan

tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi

pelajaran dari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan tes.

Dari definisi diatas, serta definisi-definisi tentang matematika, belajar,

dan hasil belajar, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil

belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajar matematika. Pengalaman tersebut

berupa pengetahuan, pengertian, pemahaman dan juga kemampuan

berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol.

26

Ibid, 1 – 8. 27

Ibid, 1 – 9.

(33)

23

Kemampuan tersebut dapat dilihat dari kemampuan berpikir matematika

dalam diri siswa yang bermuara pada kemampuan matematika sebagai

bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari.

B. Materi Bangun Datar Sederhana

Bangun datar adalah bidang yang permukaannya datar dan tidak

mempunyai ketebalan28.

Bangun datar disebut juga bangun dua dimensi. Standar Kompetensi yang

terkait dengan materi sifat-sifat bangun datar yaitu memahami sifat-sifat

bangun datar dan hubungan antar-bangun. Tiap-tiap bangun datar memiliki

sifat-sifat yang membedakan dengan bangun datar lainnya.

1. Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang terdiri dari tiga ruas garis yang

dua-dua bertemu ujungnya. Tiap ruas garis yang membentuk segitiga disebut

sisi. Pertemuan ujung-ujung ruas garis disebut titik sudut29.

Gambar 2.1

Segitiga ABCD dengan sisi dan titik sudutnya

28

Umi Salamah, Bidang Datar (Kartasura:Wangsa Jatra Lestari, 2011), 1. 29

AgusSuharjana, Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 37.

(34)

24

Pembagian segitiga berdasarkan sudut-sudutnya adalah sebagai berikut30:

a. Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya lancip.

Gambar2.2 Segitiga Lancip ABC

Sifat-sifat segitiga lancip adalah :

00<∠CAB < 900

00<∠ABC < 900

00<∠BCA < 900

b. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya siku-siku.

Gambar 2.3 Segitiga Siku-siku DEF

Sifat-sifat segitiga siku-siku DEF adalah :

∠FED = 900

c. Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya tumpul.

Gambar 2.4 Segitiga tumpul PQR

30

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 38.

(35)

25

Sifat-sifat segitiga Tumpul PQR adalah :

900<∠RQP < 1800

Pembagian segitiga atas dasar panjang sisinya adalah :

a. Segitiga sebarang adalah segitiga yang ketigasisinya berbeda.

Gambar 2.5 Segitiga sebarang ABC

b. Segitiga sama kaki adalah segitiga yang tepat dua sisinya sama panjang.

Gambar 2.6 Segitiga sama kaki PQR

Sifat-sifat segitiga sama kaki PQR adalah :

=

∠PQR = ∠QPR

c. Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.

Gambar 2.7 Segitiga sama sisi PQR

A

(36)

26

Sifat-sifat segitiga sama sisi PQR adalah :

= =

∠PQR = ∠PRQ = ∠QPR = 600

2. Segiempat

Segiempat sebarang adalah bangun bersisi empat yang tertutup dan

sederhana. Tertutup artinya antara pangkal dengan ujung kurva saling

berimpit. Sederhana artinya kurva yang tidak memuat titik potong atau

apabila dua titik potong yang tidak berurutan dihubungkan tidak memuat

titik potong lainnya31.

Adapun bangun segi empat sebarang tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 2.8 Segiempat sebarang

Ada bermacam-macam segiempat, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Persegi

Persegi adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang dan

keempat sudutnya siku-siku, atau persegi adalah belah ketupat yang

31

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 31.

(37)

27

salah satu sudutnya siku-siku, atau persegi adalah persegi panjang

yang dua sisi yang berdekatan sama panjang32.

Gambar 2.9 Persegi ABCD

Sifat-sifat persegi ABCD adalah sebagai berikut :

= = =

∠DAB =∠ABC = ∠BCD = ∠CDA = 900

=

= = =

b. Persegi panjang

Persegi panjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku

atau jajar genjang yang salah satu sudutnya siku-siku33.

Gambar 2.10 Persegi panjang ABCD

32

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 32.

33

Agus Suharjana, Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 33.

(38)

28

Sifat-sifat persegi panjang ABCD adalah :

// dan //

= dan =

= ; = dan =

c. Jajargenjang

Jajargenjang adalah segiempat yang sisi-sisinya

sepasang-sepasang, atau segiempat yang memiliki tepat dua pasang sisi

sejajar34.

Gambar 2.11 jajargenjang ABCD

Sifat-sifat jajargenjang ABCD adalah sebagai berikut:

// ; ∠DAB = ∠BCD

= ; =

// ; ∠ABC = ∠ADC;

= ; =

d. Belah ketupat

Belah ketupat adalah segiempat yang keempat sisinya sama

panjang, atau belah ketupat adalah jajargenjang yang dua sisinya yang

34

Agus Suharjana, Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 33.

(39)

29

berdekatan sama panjang, atau belah ketupat adalah layang-layang

yang keempat sisinya sama panjang35.

Gambar 2.12 Belah ketupat ABCD

Sifat-sifat belah ketupat ABCD adalah sebagai berikut:

= = =

∠BAD = ∠BCD

∠ABC = ∠ADC

= ; =

// ; //

e. Layang-layang

Layang-layang adalah segiempat yang dua sisinya yang

berdekatan sama panjang, sedangkan keduasisi yang lain juga sama

panjang36.

35

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 34.

36

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 34.

(40)

30

Gambar 2.13 layang-layang ABCD

Sifat-sifat layang-layang ABCD adalah sebagai berikut :

= ; =

Sudut-sudut yang berhadapan sama panjang

∠ACB = ∠CAB ;∠BAD = ∠BCD

∠ACD = ∠CAD

f. Trapesium

Trapesium adalah segiempat yang dua sisinya sejajar dan dua sisi

yang lainnya tidak sejajar37.

Gambar 2.14 Trapesium ABCD

Sifat-sifat trapesium ABCD adalah sebagai berikut :

//

dan disebut kaki trapesium

(sisi terpanjang) dari trapesium disebut alas trapesium

37

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 35.

(41)

31

Pada umumnya ada dua macam trapesium:

1) Trapesium sama kaki

Trapesium sama kaki adalah trapesium yang kedua sisinya

sejajar dan kedua kakinya atau sisi tegaknya sama panjang, serta

sudut-sudutnya tidak ada yang siku-siku38.

Gambar 2.15

Trapesium sama kaki ABCD

Sifat-sifat trapezium sama kaki ABCD adalah sebagai berikut :

// =

∠DAB = ∠CBA ; =

2) Trapesium siku-siku

Trapesium siku-siku adalah trapesium yang salah satu

sudutnya siku-siku39.

Gambar 2.16

Trapesium siku-siku ABCD

38

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 35.

39

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 36.

(42)

32

Sifat-sifat trapesium siku-siku ABCD adalah sebagai berikut :

//

∠DAB = 900

Macam-macam segiempat dan hubungannya satu sama lain dapat

digambarkan dengan skema berikut :

Gambar 2.17

Macam-macam segiempat dan hubungannya 3. Lingkaran

Lingkaran adalah bangun datar yang sisinya selalu berjarak sama

dengan titik pusatnya, atau lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik

yang terletak pada suatu bidang, dan berjarak sama terhadap titik tertentu.

Titik tertentu tadi disebut pusat lingkaran40.

40

Agus Suharjana, Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 42.

(43)

33

Gambar 2.18 Lingkaran

O adalah titik pusat lingkaran

AB adalah diameter atau garis tengah

OA dan OB atau OA1, OA2, OA3 adalah jari-jari lingkaran.

Selain titik pusat, diameter, dan jari-jari, lingkaran pun mempunyai

unsur-unsur lain.

Perhatikan kembali gambar lingkaran berikut ini:

a. GH disebut tali busur

b. Sisi lengkung GH disebut busur

c. Daerah yang dibatasi oleh tali busur MN dan busur MN disebut

tembereng

d. Daerah yang dibatasi jari-jari OK dan jari-jari OL serta busur KL

(44)

34

C. HAKIKAT MEDIA PEMBELAJARAN MANIPULATIF 1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari

medium” yang secara harfiyah berarti “perantara” atau “pengantar”, yaitu

perantara atau pengantar sumber pesan kepada penerima pesan41. Media

merupakan sarana atau alat terjadinya proses belajar mengajar42. Media

diartikan sebagaai jenis-jenis metode atau cara membimbing anak dalam

belajar dengan melibatkan sejumlah alat bantu pengajaran. Dalam suatu

proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber

pesan ke penerima pesan itu adalah isi pelajaran43.

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara,

perbuatan mempelajari. Subjek pembelajaran adalah peserta didik.

Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses

organik dan konstruktif44.

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian

41

Nur hamim, dkk, Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011(Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), 84.

42

Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif (Jakarta:Publisher, 2009), 419. 43

Jurnaidi, Pembelajaran Matematika Materi Kesebangunan dengan Menggunakan Multimedia Interaktif (Palembang:Prosiding Seminar Nasional, 2011), 472.

44

(45)

35

atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman45.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembela-jaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat

merang-sang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat

mendo-rong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Media

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran mempengaruhi

efektivitas pembelajaran.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk

me-manfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan

berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam

proses pembelajaran.

Ada beberapa fungsi media pembelajaran, yaitu 46:

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang

dimiliki oleh para peserta didik.

b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.

c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung

anta-ra peserta didik dengan lingkungannya.

45

Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga (Jakarta:Pusat Bahasa, 2008), 24.

46

Nur hamim, dkk, Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011 (Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), 84-85.

(46)

36

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan

realistis.

f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

h. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang

konkrit sampai dengan abstrak.

3. Kegunaan Media Pembelajaran

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan 47:

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.

c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan

ke-mampuan visual, auditori dan kinestetiknya.

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

f. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru

(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa

(ko-munikan), dan tujuan pembelajaran.

47

(47)

37

4. Karakteristik Media Pembelajaran

Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya48:

a. Media Grafis

1) Gambar atau foto

Gambar atau foto yang baik untuk media pendidikan ialah

gam-bar yang :

a) Autentik, gambar/foto tersebut jujur melukiskan situasi apa

ada-nya.

b) Sederhana, komposisi gambar hendaknya cukup jelas

menunjuk-kan poin-poin pokok gambar.

c) Ukuran relatif, gambar atau foto bisa menyesuaikan dengan

kondisi.

d) Mengandung perbuatan.

e) Harus mencapai tujuan pembelajaran.

f) Tidak setiap yang bagus merupakan media yang bagus

2) Sketsa

3) Diagram

4) Bagan/chart. Bagan yang baik adalah dapat dimengerti, sederhana

dan dapat diupdate

5) Grafik

48

Nur hamim , dkk, Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011 (Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), 86-88.

(48)

38

6) Kartun

7) Poster

8) Peta dan globe

9) Papan flanel

10) Papan bulletin

Gambar 2.19 Papan Flanel b. Media Audio

1) Radio

2) Alat perekam pita magnetik

3) Laboratorium bahasa

Gambar 2.20 Radio c. Media Proyeksi Diam

1) Film bingkai

(49)

39

3) Media transparansi

4) Proyektor tak tembus pandang

5) Mikrofis

6) Film

7) Film gelang

8) Televisi

9) Video

10) Permainan dan simulasi.

Gambar 2.21 Televisi

Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang

bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media

bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang

disebut multimedia.

Hamim, dkk menyebutkan bahwa Allen mengemukakan tentang

hubu-ngan antara media dehubu-ngan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam

tabel di bawah ini 49:

49

Nur hamim , dkk, Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011 (Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), 88-89.

(50)

40

Tabel 2.1.

Hubungan Media dengan Tujuan Pembelajaran

Jenis Media 1 2 3 4 5 6

Gambar Diam S T S S R R

Gambar Hidup S T T T S S

Televisi S S T S R S

Objek Tiga Dimensi R T R R R R

Rekaman audio S R R S R S

Programmed Instruction S S S T R S

Demonstrasi R S R T S S

Buku Teks Tercetak S R S S R S

Keterangan:

R= Rendah S= Sedang T= Tinggi

1 = Belajar informasi faktual.

2 = Belajar pengenalan visual.

3 = Belajar Prinsip, konsep dan aturan.

4 = Prosedur belajar.

5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik.

6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi.

5. Peranan Media dalam Pembelajaran

Peranan beberapa karakteristik media pembelajaran sangat urgen dalam

hasil belajar. Hamim, dkk menyebutkan bahwa Edgar Dale memberikan

(51)

41

dikenal corn of experiences. Kerucut tersebut semakin ke bawah semakin

konkrit hasil belajar para siswa50.

a. Lambang kata menempati kerucut yang paling atas yang bermakna

bahwa apabila guru hanya menyampaikan pesan maka hasil belajar

hanyalah ruangan yang sempit

b. Lambang visual menempati urutan yang kedua, pada lambang visual

hasil belajar lebih besar yang menandakan bahwa belajar melalui

visualisasi, hasil belajar lebih banyak dibanding dengan kata

c. Gambar tetap atau rekaman, dan radio menempati urutan yang

berikut-nya. Hasil belajar lebih banyak yang diperoleh

d. Gambar hidup menempati urutan berikutnya, hasil belajar lebih banyak

dari pada yang di atas

e. Televisi, hasil belajar semakin banyak diperoleh melalui layar televisi

f. Pameran museum, hasil belajar semakin banyak

g. Darmawisata, demikian juga darmawisata akan menghasilkan produk

belajar lebih banyak

h. Percontohan, melalui percontohan hasil yang didapatkan dalam belajar

semakin banyak

i. Pengalaman dramatisasi, melalui pengalaman dramatisasi hasil belajar

semakin bertambah banyak.

50

Nur hamim, dkk, Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011 (Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), 89-90.

(52)

42

j. Pengalaman tiruan, demikian juga dengan pengalaman tiruan, hasil

belajar semakin bertambah banyak

k. Pengalaman langsung, melalui pengalaman langsung ini pembelajaran

akan menghasilkan produk pembelajaran yang efektif.

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin

dicapai. Contoh: bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat

menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan.

Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan

maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran

bersifat motorik (gerak dan aktivitas) maka media film dan video bisa

digunakan. Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk

memperkenaalkan bentuk-bentuk bangun datar, maka media yang peneliti

pilih adalah media manipulatif. Di samping itu. Terdapat kriteria lainnya

Gambar 2.22

Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Abstrak

(53)

43

yang bersifat melengkapi, (komplementer), seperti biaya, ketepatgunaan,

keadaan peserta didik, ketersediaan, dan mutu teknis.

6. Media Manipulatif

Manipulatif telah lama digunakan untuk mengajarkan matematika,

karena mempunyai banyak manfaat. Salah satu alasannya adalah bahwa

bahan-bahan manipulatif membantu siswa untuk memahami ide secara

abstrak51. Sedangkan menurut Dunlap dan Brennan dalam Lambert, benda

manipulatif dapat membantu anak-anak memahami, mengembangkan dan

membangun konsep matematika.

Kelly dalam Yeni (2011:67) menyatakan ”The tern, manipulative, will

be defined asa any tangible, tool, model, or mechanism that may used to

clearly demonstrate a dept of understanding, while problem solving, a bout

a specified mathematical topic or topics”. Menurut Kelly, benda

manipulatif merupakan suatu media pembelajaran yang dapat meningkatkan

pemahaman konsep dan hubungan keterampilan praktik yang berarti

meningkatkan ingatan dan penerapannya dalam pemecahan masalah.

Sebuah survey penggunaan manipulatif dalam pembelajaran yang

dilakukan Suydam dan Higgins dalam Jonson (2011:41) mereka

menemukan bahwa “Lesson involving manipulative materials will produce

greather mathematical achievement than will lesson in which manipulative

materials are not used if the manipulative materials are used well”.

51

Burns, 1996), 4.

(54)

44

Pernyataan Suydam dan Higgins tersebut dapat diartikan bahwa

pembelajaran yang melibatkan bahan manipulatif menghasilkan prestasi

belajar matematika yang lebih besar di bandingkan dengan pembelajaran

yang tidak menggunakan bahan manipulatif jika bahan manipulatif

digunakan dengan baik.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manipulatif

dalam pembelajaran matematika merupakan suatu media yang digunakan

untuk menjelaskan konsep matematika kepada siswa melalui benda konkret

yang dapat dibalik, dipotong, digeser, dipindah, digambar, ditambah,

dipilah, dikelompokkan, atau diklasifikasikan, sehingga dapat membantu

siswa dalam pemahaman konsep matematika secara abstrak.

Contoh bahan manipulatif, jenisnya kertas, karton, kelereng, kerikil,

manik-manik, buku, pensil, butiran, kayu, kawat, lidi atu bungkus

makanan52.

a. Bahan Manipulatif dari Kertas

Bahan kertas ini mudah diperoleh dengan warna yang beragam, dari

kertas manila yang dibeli di toko atau dari bekas berbagai sampul tak

terpakai, dari karton pembungkus makanan atau minuman.

“Manfaat dari bahan manipulatif kertas atau karton ini antara lain

untuk menjelaskan pecahan”53. Konsep pecahan m/n senaga m bagian

52

(Gatot Muhsetyo, dkk, 2007: 4. 21). 53

Ibid.

(55)

45

dari n bagian yang sama, dapat didemonstrasikan guru, atau

dipraktikkan siswa, dengan menggunakan berbagai bangun geometri,

misalnya persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, dll.

b. Bahan Manipulatif dari Kayu

Bahan dari kayu ini dapat dihias dengan berbagai warna yang

menarik untuk menjelaskan konsep numeral, kesamaan bilangan, dan

operasi bilangan bulat.

c. Bahan Manipulatif dari Lidi.

Pecahan dapat dimanipulasikan dengan lidi dengan warna yang

menarik digunakan untuk menjelaskan konsep satuan, puluhan, ratusan

untuk siswa SD kelas rendah.

d. Bahan Maniplatif dari Kertas Bertitik atau Berpetak

Kertas bertitik dapat bersifat persegi atau bersifat isometri. Model

ini dapat digunakan untuk menjelaskan banyak hal yang terkait dengan

geometri. Menjelaskan bangun datar dan sifat-sifatnya, hubungan antar

bangun datar dan luas bangun datar.

Media manipulatif mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut54:

1) Dapat membantu anak untuk mengkonkretkan ide abstrak.

2) Membantu anak memahami kata-kata dan simbol matematika.

3) Membantu anak membangun kepercayaan dengan memberikan mereka

tes dan konfirmasi.

54

(Burns, 1996), 47.

(56)

46

4) Manipulatif sangat berguna untuk memecahkan masalah.

5) Manipulatif membuat pembelajaran matematika menjadi lebih menarik

dan menyenangkan.

Langkah penggunaan media manipulatif dijabarkan lebih rinci oleh

Schmoll (2011:1) dalam website ehow yang berjudul “How To Learn Math

With manipulatives”. Schmoll mengembangkan langkah-langkah tersebut

berdasarkan penjelasan dari Burns. Langkah-langkah penggunaan media

manipulatif menurut Schmoll adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan media manipulatif yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

b. Memperkenalkan media manipulatif yang akan digunakan kepada

siswa.

c. Guru mencontohkan siswa bagaimana menggunakan manipulatif untuk

penanaman konsep matematika.

d. Siswa bereksplorasi dengan media manipulatif.

e. Siswa membuat dan menempel tabel manipulatif di kelas.

7. Media Manipulatif dan Penggunaannya pada penelitian

Khusus media manipulatif yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan bahan dasar kertas origami dan styrofoam, kertas origami

digunakan untuk penggenalan awal tentang bangun datar sederhana

sedangkan styrofoam digunakan untuk pengenalan bentuk yang nyata dari

(57)

47

Alat dan Bahan :

a. Styrofoam

b. Kertas Origami.

c. Spidol/Bulpoin

d. Penggaris

e. Gunting/Cutter

f. Lem/double tipe

g. Kertas HVS

h. Laptop/Komputer

i. Printer

Cara Membuat :

a. Berbahan dasar origami

Kita siapkan semua bahan dasar, selanjutnya kita tentukan bentuk

yang akan kita buat. Semisal bangun segitiga sama sisi maka kita ukur

sama masing-masing sisi.

Selanjutnya kita gunting, begitu juga kalau membuat bangun datar

sederhana yang lain.

4 cm 4 cm

(58)

48

b. Berbahan dasar Styrofoam

Karena kita akan menunjukkan sesuatu yang mudah dipahami oleh

anak-anak maka kita menggunakan contoh yang anak-anak

akrab/terbiasa melihat itu. Untuk lebih cepat namun tetap terlihat nyata

kita menggunakan alat bantu laptop/komputer. Setelah gambar di print

out dengan kertas HVS kita potong sesuai bentuk gambar menggunakan

gunting/cutter. Selanjutnya gambar yang sudah dipotong tadi

ditempelkan di atas Styrofoam menggunakan lem/double tipe dan

Styrofoam dipotong sesuai dengan bentuk gambar.

Cara menggunakan media :

a. Kertas Origami

Digunakan untuk pengenalan awal tentang bentuk bangun datar

sederhana pada siswa. Pengenalannya dengan Guru meminta siswa

mengangkat media sesuai pertanyaan.

b. Styrofoam

Digunakan untuk pengenalan lebih lanjut tentang bentuk bangun

datar sederhana pada siswa. Pengenalannya dengan siswa diminta untuk

memasang puzzle sesuai dengan media yang diberikan oleh guru. Juga

dengan cara menempelkan pada kolom papan yang disediakan oleh

(59)

49

Gambar 2.23

Media Manipulatif dari Kertas Origami

Gambar 2.24

(60)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A.Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (Action Research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan

bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil

pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian

mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dengan dibantu

oleh teman sejawat.

Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan teman sejawat untuk

membantu pelaksanaan observasi

B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Mamba’ul Ulum di Desa Bedanten

Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

(61)

51

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas I B MI

Mamba’ul Ulum Bedanten pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015

yang berjumlah 17 siswa yang terdiri dari 8 anak laki-laki dan 9 anak

perempuan.

C.Variabel yang Diselidiki

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel input : Siswa kelas I B MI Mamba’ul Ulum Bedanten

2) Variabel proses : Pembelajaran matematika dengan menggunakan

media manipulatif

3) Variabel output : Hasil belajar siswa kelas I B MI Mamba’ul Ulum

Bedanten

D.Rencana Tindakan 1) Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom

Action Research). Ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, yaitu

penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati

suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan

mutu suatu hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan

adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

(62)

52

menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas

bukan wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang

sedang belajar.1

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis

dan Taggart yang memandang bahwa penelitian tindakan dapat

dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang

selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.

Gambar 3.1.

Siklus pada PTK menurut Kemmis dan Taggart

1

Suharsimi arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta:Bumi Aksara,2010), 2-3.

(63)

53

2)Siklus Penelitian a. Perencanaan.

1) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

yang sesuai dengan materi.

2) Menyiapkan sumber belajar.

3) Menyiapkan lembar kerja siswa.

4) Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas guru

dalam proses pembelajaran.

5) Menyiapkan catatan lapangan.

6) Menyiapkan kisi-kisi, soal evaluasi untuk siswa berupa tes

tertulis, dan kunci jawaban.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Kegiatan Awal

a) Guru melakukan apersepsi.

b) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari,

tujuan, manfaat, dan memotivasi siswa belajar.

2) Kegiatan Inti

a) Guru memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

dan mencontohkan bagaimana menggunakan manipulatif.

b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk

Gambar

Gambar 2.1 Segitiga ABCD dengan sisi dan titik sudutnya
 Gambar 2.5
  Gambar 2.8 Segiempat sebarang
Gambar 2.10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun.... **) Diisi sesuai dengan ketersediaan data. Analisis terhadap indikator kinerja lainnya pada fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi

Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan 20 m/s mendekati sumber bunyi 680 Hz yang dalam keadaan diam.. Semangkuk sop 255 g dipanaskan menggunakan pemanas microwave

Demikian pula sudah tersedia banyak pengalaman baik (best practices) dari kejadian-kejadian gempa yang pernah terjadi di tanah air, maupun dari pengalaman negara-negara maju

Sebelum instrument variabel X digunakan, dilakukan uji validitas konstruk melalui proses validasi yaitu perhitungan koefisien korelasi skor butir dengan skor total dan

Pembangunan Kelurahan, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan, dimana secara garis besar isi dari Peraturan Walikota tersebut adalah pedoman yang dapat

[r]

Variabel yang diteliti adalah sistem pemeliharaan intensif, sistem pemeliharaan semi-intensif, sistem pemeliharaan ekstensif, bentuk perkandangan berlantai tanah, dan

Bagaimana cara orangtua bertindak sebagai orangtua yang melakukan atau menerapkan pola asuh terhadap anak memegang peranan penting dalam menanamkan dan membina dorongan