INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DI PROVINSI JAMBI
Saat ini banyak kota besar yang kekurangan ruang terbuka hijau atau yang sering disingkat
sebagai RTH. Padahal, RTH ini memiliki beberapa manfaat penting bagi sebuah kota. RTH
merupakan salah satu elemen perkotaan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan dan
aktivitas penduduk, karena pada dasarnya RTH merupakan unsur alamiah yang sangat berperan
dalam mewujudkan kota yang berwawasan lingkungan (Branch, 1995).
Ruang hijau dengan tanaman atau vegetasi hijaunya baik berupa pohon, semak, maupun
rumput di ruang terbuka mempunyai nilai ekologi untuk keseimbangan alam, yaitu dapat
mengurangi dampak negatif akibat kegiatan manusia seperti mengabsorbsi polutan udara,
menurunkan suhu, meresapkan air hujan, menangkal suara, dan sebagainya. Selain itu ruang
terbuka juga mempunyai nilai sosial, budaya, dan psikologis yang dibutuhkan oleh penduduk
kota (Bradly dan Millward dalam Rahmi, 2002).
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Ruang
Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam serta ditetapkan bahwa RTH minimal harus memiliki
luasan 30 persen dari luas total wilayah kota, dengan proporsi 20 persen sebagai RTH publik dan
10 persen sebagai RTH privat.
Penyediaan RTH diatur pula dalam Peraturan Menteri PU No. 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di perkotaan dan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan yang dimaksudkan untuk
menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi:
a. kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis;
b. kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi;
c. area pengembangan keanekaragaman hayati;
d. area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan;
f. tempat pemakaman umum;
g. pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan;
h. pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis;
i. penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria
pemanfaatannya;
j. area mitigasi/evakuasi bencana; dan
k. ruang penempatan pertandaan ( signage ) sesuai dengan peraturan perundangan dan tidak
mengganggu fungsi utama RTH tersebut.
BLHD Provinsi Jambi pada tahun 2015, telah melakukan analisis kebutuhan RTH Provinsi
Jambi. Dari hasil perhitungan, didapatkan persentase RTH serta penggunaan ruang untuk
bangunan fisik / Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) untuk kabupaten/kota se-Provinsi Jambi
adalah sebagai berikut.
Gambar 1 Persentase RTH Masing-masing Kawasan di Kabupaten Kerinci
RTH Alami 47%
RTH yang memiliki fungsi ekonomi
29% RTH yang memiliki fungsi rekreasi dan
ekologis 1%
RTNH
23% KABUPATEN MERANGIN RTH Alami
29% RTH yang memiliki
fungsi ekonomi 66% RTH yang memiliki fungsi rekreasi dan
ekologis 0%
RTNH
Gambar 2 Persentase RTH Masing-masing Kawasan di Kabupaten Merangin
Gambar 3 Persentase RTH Masing-masing Kawasan di Kabupaten Sarolangun
RTH Alami
Gambar 5 Persentase RTH Masing-masing Kawasan di Kabupaten Muaro Jambi
Gambar 6 Persentase RTH Masing-masing Kawasan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Gambar 7 Persentase RTH Masing-masing Kawasan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
RTH Alami
Gambar 8 Persentase RTH Masing-masing Kawasan di Kabupaten Tebo
Gambar 9 Persentase RTH Masing-masing Kawasan di Kabupaten Bungo
Gambar 10 Persentase RTH Masing-masing Kawasan di Kota Jambi RTH Alami
32%
RTH yang memiliki fungsi ekonomi2
41% RTH yang memiliki fungsi rekreasi dan
ekologis 0%
RTNH 27%
KABUPATEN BUNGO
RTH Alami 0%
RTH yang memiliki fungsi ekonomi2
12%
RTH yang memiliki fungsi rekreasi dan
ekologis 24% RTNH
64%
KOTA JAMBI
RTH yang memiliki fungsi rekreasi dan
ekologis 1%
RTNH 23%
Gambar 11 Persentase RTH Masing-masing Kawasan di Kota Sungai Penuh
Tabel 1 Persentase Total RTH Kabupaten Kota se-Provinsi Jambi
No Kab/Kota
360,779.91 220,573.00 8,102.50 178,444.59 76.76
3 Sarolangun 618,400 234,525.91 182,618.00 - 201,256.09 67.46
Jumlah 5,016,005 2,118,298.15 1,596,364.00 13,439.00 1,287,903.85 74.32
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah
Uundang-undang Penataan Ruang mensyaratkan proporsi RTH minimal adalah 30 persen dengan
bagian RTH Publik sebesar 20 persen dan RTH Privat sebesar 10 persen. RTH Publik adalah
Tabel 2 Luas Ideal RTH Kabupaten Kota se-Provinsi Jambi
1 Kerinci 335,527 100,658.10 67,105.40 33,552.70
2 Merangin 767,900 230,370.00 153,580.00 76,790.00
3 Sarolangun 618,400 185,520.00 123,680.00 61,840.00
4 Batang Hari 580,400 174,120.00 116,080.00 58,040.00
5 Muaro Jambi 532,600 159,780.00 106,520.00 53,260.00
6 Tanjung Jabung Timur 544,500 163,350.00 108,900.00 54,450.00
7 Tanjung Jabung Barat 464,985 139,495.50 92,997.00 46,498.50
8 Tebo 646,100 193,830.00 129,220.00 64,610.00
Tetapi karena sebagian besar kabupaten/kota se-Provinsi Jambi belum memiliki data eksisting
RTH binaan (publik maupun privat) yang akurat dan terinci sampai pada level pemerintahan
terendah sehingga data RTH yang bisa disajikan adalah seperti tabel 3 berikut.
Tabel 3 Luas RTH Eksisting Kabupaten Kota se-Provinsi Jambi
No Kab/Kota
2 Merangin 767,900.00 360,779.91 8,102.50 368,882.41 46.9827 1.0552
3 Sarolangun 618,400.00 234,525.91 - 234,525.91 37.9246 0.0000
4 Batang Hari 580,400.00 232,057.33 13.00 232,070.33 39.9823 0.0022
5 Muaro Jambi 532,600.00 160,186.00 - 160,186.00 30.0762 0.0000
6 Tanjung Jabung Timur 544,500.00 205,718.00 - 205,718.00 37.7811 0.0000
7 Tanjung Jabung Barat 464,985.00 245,881.00 - 245,881.00 52.8793 0.0000
8 Tebo 646,100.00 283,675.00 12.37 283,687.37 43.9057 0.0019
9 Bungo 465,900.00 148,010.00 23.91 148,033.91 31.7686 0.0051
10 Kota Jambi 20,543.00 - 5,017.12 5,017.12 0.0000 24.4225
Grafik 1 Perbandingan Luas Wilayah dengan Luas Eksisting RTH Masing-masing Kab/Kota Se-Provinsi Jambi
Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
Untuk menentukan luas RTH dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk dengan
standar luas RTH perpenduduk sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan pemanfaatan RTH di Kawasan
Perkotaan yaitu 20 m2/penduduk. Tabel 4 berikut akan menampilkan kebutuhan RTH
berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000
Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Kota Jambi Sungai Penuh
Luas Eksisting RTH Kab/Kota
Tabel 4 Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Kabupaten Kota se-Provinsi
Sumber : Hasil analisis, 2015
Terlihat dari tabel diatas, jika total kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk dibandingkan
dengan luas RTH eksisting kabupaten/kota maka didapatkan surplus RTH pada masing-masing
kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dengan presentase yang cukup besar karena jumlah penduduk
yang masih sedikit pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jambi.
Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
Luasan kebutuhan hutan kota berdasarkan kebutuhan oksigen, dapat juga dilakukan dengan
metode Gerakis dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008. Dari hasil
perhitungan, total kebutuhan RTH berdasarkan konsumsi oksigen penduduk, ternak dan
kendaraan dibandingkan dengan luas RTH eksisting kabupaten/kota maka didapatkan surplus
RTH pada masing-masing kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dengan presentase yang cukup
besar karena jumlah konsumsi oksigen penduduk, ternak dan kendaraan yang masih relatif
sedikit pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Adapun hasil perhitungan total
kebutuhan RTH berdasarkan konsumsi oksigen penduduk, ternak dan kendaraan akan
Tabel 5 Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Penduduk, Ternak, dan Kendaraan Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi
No Kab/Kota
Konsumsi Oksigen (gram/hari) Total Kebutuhan
RTH Surplus
RTH
% Surplus
Penduduk Ternak Kendaraan (Ha)
1 Kerinci 281,899,008 6,251,730 306,053,657 586.87 222,375.13 99.74 2 Merangin 309,769,920 98,144,170 216,808,773 617.01 368,265.40 99.83 3 Sarolangun 231,162,336 11,916,710 205,076,298 442.62 234,083.29 99.81 4 Batang Hari 222,925,824 12,273,570 946,209,278 1,166.82 230,903.51 99.50 5 Muaro Jambi 325,398,816 14,138,140 698,136,607 1,024.86 159,161.14 99.36 6 Tanjung Jabung Timur 183,356,352 35,245,590 347,663,333 559.27 205,158.73 99.73 7 Tanjung Jabung Barat 260,469,216 10,180,700 192,734,595 457.66 245,423.34 99.81 8 Tebo 277,897,824 11,101,540 215,462,920 498.23 283,189.14 99.82 9 Bungo 285,062,976 600,285,290 574,032,248 1,441.36 146,592.55 99.03 10 Kota Jambi 491,901,984 95,697,650 693,663,619 1,265.45 3,751.67 74,78
11 Sungai Penuh 73,409,760 - 170,713,558 241.11 24,531.99 99,03
Jumlah Kebutuhan Oksigen
2,943,254,016 895,235,090 4,566,554,887 8,301.28
Analisis Manfaat RTH pada Perbaikan Kualitas Lingkungan
Berdasarkan perhitungan kemampuan memproduksi oksigen serta menyerap karbondioksida,
maka RTH di Provinsi Jambi memiliki kemampuan sebagai berikut :
Tabel 6 Manfaat RTH Kabupaten Kota se-Provinsi Jambi
No Kab/Kota
Luas RTH Eksisiting Produksi O2 Penerima CO2
(Ha) (kg/hari) (kg/hari)
1 Kerinci 222,962.00 133,777,200 200,665,800
2 Merangin 368,882.41 221,329,446 331,994,169
3 Sarolangun 234,525.91 140,715,546 211,073,319
4 Batang Hari 232,070.33 139,242,198 208,863,297
5 Muaro Jambi 160,186.00 96,111,600 144,167,400
6 Tanjung Jabung Timur 205,718.00 123,430,800 185,146,200
7 Tanjung Jabung Barat 245,881.00 147,528,600 221,292,900
8 Tebo 283,687.37 170,212,422 255,318,633
9 Bungo 148,033.91 88,820,346 133,230,519
10 Kota Jambi 5,017.12 3,010,272 4,515,408
Gambaran Pengelolaan RTH di Provinsi Jambi
1. Dalam rencana pembangunan dan pengembangan RTH yang fungsional suatu wilayah
perkotaan, ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan yaitu :
1) Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan ditentukan secara
komposit oleh tiga komponen berikut ini, yaitu:
a. Kapasitas atau daya dukung alami wilayah
b. Kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan, dan bentuk pelayanan lainnya)
c. Arah dan tujuan pembangunan kota
2) Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH
3) Sruktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan distribusi)
4) Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.
2. Sebagian besar kabupaten/kota se-Provinsi Jambi belum memiliki data eksisting RTH binaan
(publik maupun privat) yang akurat dan terinci sampai pada level pemerintahan terendah
namun masing-masing kabupaten/kota se-Provinsi Jambi memiliki kawasan hutan yang cukup
luas dengan persentase yang besar.
3. Luas RTH eksisting kabupaten/kota jika dibandingkan dengan ;
a. total kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk,
b. total kebutuhan RTH berdasarkan konsumsi oksigen penduduk, ternak dan kendaraan,
maka didapatkan surplus RTH pada masing-masing kabupaten/kota se-Provinsi Jambi
dengan presentase yang cukup besar karena jumlah penduduk ternak dan kendaraan yang
masih sedikit pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jambi.
4. Manfaat RTH pada perbaikan kualitas lingkungan di Provinsi Jambi adalah sebagai produsen
oksigen sebanyak 1,279,042,290 kg/hari dan penerima karbondioksia sebanyak 1,918,563,435
kg/hari.
5. Lemahnya kelembagaan pengelolaan RTH
Belum optimalnya penegakan aturan main pengelolaan RTH
Belum jelasnya bentuk kelembagaan pengelola RTH
6. Lemahnya peran stake holders
Lemahnya persepsi masyarakat
Lemahnya pengertian masyarakat dan pemerintah
7. Keterbatasan lahan kota untuk peruntukan RTH