• Tidak ada hasil yang ditemukan

Conversations With Hitler Part i (Pesan Dari Rumah Cahaya Putu Yudiantara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Conversations With Hitler Part i (Pesan Dari Rumah Cahaya Putu Yudiantara)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

Persembahan sederhana dari

RUMAH CAHAYA

untuk

PARA KSATRIA KEGELAPAN

Di dalam dan di luar diri anda

(3)

3

Peringatan Keras :

1. Buku ini bisa membuat anda sakit kepala, jadi pastikan anda tidak membacanya sambil beraktifitas 2. Buku ini mengandung konten dewasa, jadi pastikan

sifat kekanak-kanakan anda diletakan dahulu sebelum membacanya

3. Penulis tidak bertanggung jawab atas segala efek “transformatif” yang terjadi saat anda membaca Buku ini

4. Semua tokoh, kejadian dan percakapan dalam buku ini hanya fiktif, namun BUKAN kebetulan jika semua itu ada dalam diri anda semua

5. Bukan salah penulis jika anda tidak mendapatkan manfaat dari buku ini setelah membacanya, jika sikap skeptis belum diletakkan di luar diri anda,

(4)

4

Sebelum anda menjadi orang yang membenci kegelapan, pastikan dahulu kegelapan dalam diri

anda telah sepenuhnya disinari (Putu Yudiantara)

(5)

5

(6)

6

Percakapan Aneh Itu Dimulai Sekarang....

Suatu hari di surga, seorang korban perang dunia kedua, tersesat di taman surga. Dia tersesat di taman surga yang demikian megahnya.

Betapa takutnya dia saat dia melihat salah seorang penghuni yang ada di sudut tergelap surga itu. Sosok yang bahkan semenjak dia di dunia pun teramat sangat dia takuti. Seseorang yang bahkan seluruh dunia takut padanya di masanya.

“ka...kauu???” tanya si korban perang dunia kedua itu dengan takut dan terheran-heran.

Sosok pria yang dikenal sebagian besar penghuni dunia itu hanya menoleh, menoleh pada sang pemuda dan terdiam menunggu pemuda itu melanjutkan kata-katanya.

“bagaimana bisa?” kata si pemuda kini agak marah, “bagaimana bisa kau ada di surga?”

Sosok di kegelapan itu hanya tersenyum.

“hei! Aku bicara padamu!” si pemuda itu melanjutkan dengan setengah membentak.

(7)

7

Sosok dalam kegelapan itu tertawa dengan senyum setengah mencemoh, dan tanpa si pemuda sadari, datang seorang lagi, seorang dari sudut terang taman surga tempat sang pemuda tersesat.

“ah, di sini kau rupanya anakku?” sapa pria tua berambut putih, jubah putih dan membawa tongkat yang membantunya berjalan,

“sudah aku duga kau pasti tersesat ke sini. Sangat mudah menemukanmu”.

“bagaimana bisa?” si pemuda menunjuk sosok di kegelapan itu dengan tangan dan suara yang gemetaran, “bagaimana bisa Hitler ada di surga?!”

Orang tua itu hanya tersenyum, tidak menjawab. “tidak adakah diantara kalian yang bisa bicara?

Kau! Kau adalah penasehat surga, kau adalah sang maha bijaksana! Jelaskan padaku kenapa ada Hitler di Surga?!” Orang tua itu menghampiri dan duduk di samping sosok dalam sisi gelap taman surga yang indah, yang ternyata adalah Hitler itu.

(8)

8

“dia akan mulai menjawab pertanyaanmu, nak” kata orang tua yang bijaksana setelah duduk di samping Hitler.

Hitler, kini mengarahkan pandanganya pada sang pemuda, dan duduk dengan penuh wibawa. Sang pemuda malah memalingkan wajahnya, ketakutan dengan pandangan sang diktator maha kejam itu.

“menurutmu,” Hitler mulai bicara, “kemana harusnya aku pergi?”

Si pemuda masih belum berani menatap sang raja kegelapan, dan dengan mengalihkan pandangan dia menjawab,

“neraka! Iblis sepertimu seharusnya ada di neraka!” Dengan senyum sinis, pria yang mati bunuh diri itu kemudian berkata,

“dan, dimanakah neraka itu?”

Si pemuda terkaget-kaget shock dengan pertanyaan pria kegelapan itu. Dia ingin menjawab, namun dia sama sekali tidak tahu jawabanya. Dia sama sekali tidak tahu

(9)

9

dimana neraka itu. Dia hanya membuka mulut menganga, namun tidak mampu menjawab.

“dan sekarang akulah yang akan bertanya padamu, penghuni surga” kata Hitler dengan gaya bicara masih sama persis seperti gaya pidato sewaktu dia berpidato di pilar kebesaran Nazi sewaktu dia diagungkan sebagai Fluer,

“apakah kau menikmati surgamu ini?”

Si pemuda kini menjawab dengan penuh keyakinan, menjawab penuh energi, energi ganda yang tadi tersendat dengan pertanyaan Hitler sebelumnya, yang tak mampu dia jawab,

“dasar gila! Tentu saja aku sangat menikmatinya! Dan kau, kau sama sekali tidak layak dengan kenikmatan surga ini!”

“kenapa” sahut Hitler lagi sambil menoleh sang pria berjubah putih, seolah mencari dukungan, sementara pria tua yang tadi dikatakan penasehat surga itu hanya tersenyum penuh makna,

(10)

10

“bukankah aku? Aku yang telah memberimu kenikmatan surga ini? Aku yang memberimu kenikmatan surga ini dan sekarang kau katakan aku tak layak menikmatinya?” Sang pemuda makin ternganga dengan argumentasi Hitler yang didengarnya seolah halilintar yang menyambar-nyambar.

“bagaimana manusia gila ini bisa ada di surga?” sambil menunjuk marah pada Hitler, pemuda itu melihat seolah protes pada orang tua bijaksana tadi.

“yah, begitulah kau menilaiku sekarang, gila”, sahut Hitler.

“pertama, akan aku jelaskan kenapa kau harus berterimakasih padaku”,

Hitler berdiri dan berjalan mendekati sang pemuda tadi. “kemudian, akan aku jelaskan arti kata ‘gila’ yang baru saja kau pakai untuk menunjukku”.

Melihat Hitler berdiri dan berhadap-hadapan denganya, si pemuda semakin ketakutan, bahkan bergetar semakin keras, berdiri kaku, namun melirik ke sana sini karena tidak berani melirik wajah sang Fuhrer.

(11)

11

“Jelaskan padanya, kenapa dia masuk surga, Uber Ich!” Hitler menyuruh Sang Bijaksana yang ternyata bernama Uber Ich itu.

“Das Ich, kau masuk surga karena kau melakukan tugasmu sebagai tentara yang agagh berani, membela negaramu dengan sikap kepahlawanan dan keberanian yang luar biasa.

“surga ini bisa kau nikmati karena peperanganmu dulu dan sikap kesatriamu.

“Pada saat peperangan yang kau hadapi, kemudian kau menjadi penuh iman, kau selalu mengingat Tuhan, selalu menjadikan dirimu sedekat mungkin dengan Tuhan. “Kau adalah seorang penakut, dan pada saat peperangan berlangsung, saat itu kau memaksa dirimu menjadi seorang pemberani, kau menggali jauh ke dalam dirimu, sampai kau bisa menemukan bahwa kau adalah seorang manusia yang penuh keberanian, yang percaya dengan kuasa dan kekuatan dalam dirimu.

Setelah Uber Ich berbicara demikian, maka Hitler pun berkata,

(12)

12

“dan sekarang inilah alasanmu harus berterimakasih padaku.

“pertama, kau bisa berperang dengan sikap ksatria karena ada medan perang dimana kau bisa membela tanahmu sebagai prajurit dan membunuh musuh-musuhmu, dan akulah yang telah menciptakan peperangan itu.

“berterimakasihlah padaku!

“peperangan itu membuatmu begitu dekat dengan Tuhan, dan menjadikanmu senantiasa mengingat Tuhan, kata Uber Ich tadi.

“seandainya kau tidak pernah mengalami peperangan yang aku ciptakan, pernahkah kau sedekat itu dengan Tuhan?”

Das Ich, pemuda yang adalah ksatria perang itu membenarkan semua yang dikatakan oleh Uber Ich, dan hal itu juga yang menjadikanya begitu sulit menolak semua yang dikatakan Hitler padanya, selain dia juga memang takut menyanggah Hitler yang berkata-kata dengan berapi-api itu.

(13)

13

“tahukah kau bahwa dalam dirimu ada kuasa yang begitu besar?

“kau tahu, aku yang kau benci ini telah membuktikan kuasa agung dalam diri manusia, dan kau pasti iri dengan kuasa yang aku miliki meski kau membenciku, “bahkan, mungkin kau mau saja menjadi aku,

“tahukah kau bahwa dalam dirimu ada keberanian yang begitu besar yang kau timbun jauh-jauh dalam kenyamanan hidup dan stabilitas emosional?

“kau tidak pernah tahu kualitas terpendam dalam dirimu, sebab kau tidak pernah mengijinkan kehidupan mengujinya!

“lalu muncullah aku, Hitler Sang Diktator Kejam, seperti kau sebut,

“aku muncul dengan perang, baku tembak, penderitaan dan menyebarkan kepedihan!

“dalam semua kepedihan, penderitaan dan kekerasan yang aku ciptakan itu kemudian kau mendapatkan kesempatan bahwa kau memiliki kualitas-kualitas mulia dalam dirimu!

(14)

14

“Kau punya kesempatan memunculkan keberanian, memunculkan keyakinan diri, dan memunculkan kesempatan membela apa yang kau yakini sebagai kemuliaan.

“kau membunuh dalam peperangan, namun saat kau membunuh kau kemudian sadar bahwa kau, kau memiliki kasih sayang tak bersyarat dalam dirimu, bahwa membunuh dan menumpahkan darah adalah hal yang ‘kejam’ untuk kau lakukan.

“kau menyadari cinta kasih yang begitu besar dalam dirimu, yang tidak kau sadari sebelumnya saat kau kau hanya mengenal kasih sayang antara kau dan istrimu serta anggota keluargamu saja.

“dari siapa muncul semua kesempatan untuk mengolah diri itu? Dari aku dan penderitaan yang aku ciptakan! Kemudian kau masuk surga dan tidak berterimakasih padaku?”

Hitler berbicara dengan menunjuk-nunjuk, dan dengan semangat bicara yang meluap ditambah isi pembicaraan yang tidak bisa disalahkan, Das Ich hanya terdiam, menunjuk makin rendah.

(15)

15

“Lalu kau sebut aku adalah kegilaan?” Ternyata Hitler masih memiliki kata untuk diucapkan.

“adalah kegilaan saat aku masuk surga, dan adalah kewajaran saat kau masuk ke taman nirwana yang indah ini.

“tempatku adalah neraka, dan di sana aku senantiasa disiksa, demikian katamu?”

Hitler mulai merendahkan nada bicaranya.

“aku yang menjadi alasan kau masuk surga, sedangkan tempat yang layak bagiku adalah neraka, tidakkah itu juga adalah kekejaman?

“tidakkah itu adalah bentuk sikap diskriminatif?

“saat aku membunuh Bangsa Yahudi dan memuliakan Bangsa Arya kau menyebutku diskriminatif kejam? “namun saat kau menganggap dirimu layak di surga dan aku layak di neraka, itu bukan diskriminasi namun kelayakan?

“saat aku membunuh bangsa lain demi bangsaku itu adalah kelakuan iblis, sementara saat kau mengagungkan

(16)

16

kelompokmu dan mencerca kelompok lain dengan sembunyi-sembunyi, kau sebut dirimu liberal?

“bukankah aku lebih baik dari dirimu?

“sebab aku membunuh dengan kejujuran, sementara kau bersikap diskriminatif dalam persemunyianmu?

Hitler semakin mendekat, dan Das Ich menjadi semakin gentar, semakin ketakutan.

“kau bahkan bersikap diskriminatif terhadap istrimu! “kau mengangungkan pemikiranmu dan selalu memandang dirimu lebih tinggi dari orang lain, dari pemikiran lain, dan itu bukan diskriminatif?

“kau selalu menempatkan dirimu sebagai pihak yang benar atau pihak yang menjadi korban, sementara orang lain selalu salah, selalu tidak lebih benar dari dirimu sendiri!

“aku telah membunuh manusia, dan kau... kau telah membunuh bagian lain dari dirimu serta bersikap sangat diskriminatif pada bagian dirimu yang lain!

“apakah kau menempatkan sisi gelap dalam dirimu sama tingginya dengan sisi terang dirimu?

(17)

17

“saat kau bersikap baik, kau agungkan dirimu seperti dewa, dan saat kau melakukan kesalahan, kau mengutuk dirimu seolah kau adalah sampah!

“Tidakkah kau bersikap diskriminatif pada dirimu?!” Das Ich akhirnya memberanikan dirinya menyahut dan bertatap muka dengan Hitler,

“Oh, dan aku harus memuja diriku saat aku membunuh jutaan manusia seperti yang kau lakukan?!”

Hitler sentak tersenyum, dan dengan setengah tertawa dia menjawab,

“dan menurutmu harus kau kutuk serta hukum dirimu saat kau membunuh, begitu?

“saat kau membunuh dalam perang karena membela kebenaran, kau jadikan itu hal yang benar.

“Saat aku membunuh atas nama kebenaranku, itu menjadi salah?

“pembunuhan yang kau lakukan dalam otakmu, demikian juga pembunuhan yang aku lakukan benar dalam otakku, dan saat kau menyalahkanku membunuh

(18)

18

kelompokmu, aku pun menyalahkan dirimu karena membunuh kelompokku.

“lalu kenapa kau layak masuk surga untuk kebenaranku sementara aku tidak layak masuk surga karena membela kebenaranku?

Si pemuda membuka mulutnya dan bersiap menyela, namun Hitler bicara dengan nada yang makin meninggi, “Kau!

“kau anggap kebenaranmu benar dan kebenaranku tidak, lalu hanya aku yang bersikap diskriminatif?

“ah...bagaimana kau akan belajar dari kebenaranku yang kau anggap salah, jika dari kebenaran dirimu yang kau anggap salah pun kau tidak bisa belajar!”

Das Ich kemudian melirik Uber Ich, namun dia hanya tersenyum dan menolak terlibat pembicaraan yang hanya didominasi Hitler itu.

Akhirnya Hitler melanjutkan lagi,

“kau hanya menilai benar salah dalam bingkai nyaman dan tidak nyaman saja,

(19)

19

“pemikiran dan perbuatan yang membuatmu nyaman kau anggap benar, yang tidak memberimu rasa nyaman kau anggap salah!

“kau ini mahluk aneh, tidak konsisten bahkan pada prinsip-prinsipmu sendiri, lalu aku yang kau sebut gila! “emosi dan perasaan pun kau nilai berdasar nada nyaman dan tidak nyaman semata.

“saat kau merasakan cinta, kau merasa nyaman denganya, dan kau jadikan emosi itu emosi yang benar, kemudian kau ikatkan dirimu pada emosi itu,

“kau jadikan emosi yang menyamankan sebagai pengikatmu, yang akan kau pertahankan dengan segala cara.

“saat kau kehilangan orang yang kau cintai dan merasa sedih,

“kau tidak nyaman dengan rasa sedih dalam dirimu, lalu menilai kesedihan adalah emosi yang salah untuk kau rasakan,

“kau pun mencari segala macam cara untuk mengusirnya!

(20)

20

“kau mencari bantuan, kau mencari hiburan, kau bahkan berlari pada pelacuran untuk menghibur dirimu dan mengusir kesedihanmu!

“kau hanya menginginginkan kesenangan dan membunuh semua emosi dan perasaan yang tidak menyamankan, lalu hanya akulah yang bersikap diskriminatif?

“pernahkah sekali saja kau lihat ke dalam ketidak nyamanan yang kau rasakan, pernahkah kau sekali saja menatap perasaan tidak nyaman dalam dirimu itu dan mendengarkan pesan apa yang berusaha dibawanya demi kebaikan dalam hidupmu?”

“kau, seorang pembunuh kejam dan sekarang kau berbicara tentang kebijaksanaan?!” sanggah si pemuda setelah mengumpulkan sisa-sisa keberanianya.

“aku pembunuh kejam dan aku tak layak berbicara tentang kebijaksanaan!

“kenapa tidak kau coba hayati kebijaksanaan dalam kekejamanku dan menggunakanya untuk kebijaksanaan dalam welas asihmu?!”

(21)

21

Keduanya diam sejenak, sementara Uber Ich tersenyum makin lebar, seolah melihat kebaikan sedang terjadi. “kau hanya mau belajar dari satu sisi, dan kau hanya menerima dirimu dalam satu sisi, lalu hanya akulah orang yang diskriminatif yang layak masuk neraka” kata Hitler dengan nada yang menunjukan penyesalan.

“saat seseorang meghiasi dan mendandani dirinya seperti Uber Ich, berpakaian santun, serba putih, murah senyum dan penuh etika, maka setiap kata yang keluar dari mulutnya kau agungkan sebagai kebijaksanaan. “namun saat seorang sepertiku yang berbicara, maka setiap kata seolah berubah menjadi sampah.

“kau mementingkan kulit dan melupakan isi.

“ingat, kekejaman yang aku lakukan pada duniamu bisa jadi tidak sebanding dengan kekejaman yang kau lakukan pada dirimu.

“jadi berhentilah menganggap hanya dirimu yang pantas masuk surga”

Dengan kening mengkerut dan emosi yang bercampur baur, Das Ich menyahut dengan nada datar namun

(22)

22

gemetar menahan muatan emosinya, “bahkan setelah di surga pun otakmu masih saja rusak, ya?”

Hitler tersenyum sinis dan menatap mata Das Ich dalam-dalam, dan keberanian Das Ich kembali meleleh, dia kembali menunduk ketakutan.

“tahukah kau kenapa kau tidak berani menatapku?” Tanya Hitler dengan nada mencibir,

“karena kau tidak berani menatap aku dalam dirimu!” Das Ich menoleh, menoleh dengan tatapan bingung, dan menginginkan penjelasan lebih panjang untuk mengakhiri kebingunganya.

“aku, sebagaimana kau mengenalku dengan pikiranmu. Aku, sebagaimana kau melihatku dengan batasan bingkai kaca matamu adalah manusia kejam, penuh ambisi, haus kuasa, gila hormat, dan tidak berperasaan. “sekali lagi, itu hanya penilaian yang kau berikan padaku dengan batasan-batasan isi otakmu saja,

“lihatlah dalam dirimu, apakah tidak ada semua perasaan yang aku sebutkan tadi itu?

(23)

23

“tidakkah kau juga begitu ingin menjadi orang yang paling dihormati dalam satu ruangan?

“tidakkah kau juga haus dengan pujian dan penghormatan?

“kau menghinaku dengan sebutan tak berperasaan, saat para pengusahamu membangun kerajaan bisnis dengan mengorbankan rakyat pinggiran dan merusak alam, kau sebut baik hati karena kau diberi pekerjaan?

“aku kejam karena aku membunuh banyak orang, lalu mereka yang terdiam melihat peperangan adalah orang baik?

“aku ini kejam karena kejahatan yang aku lakukan, lalu mereka yang diam dan membiarkan kejahatan terjadi di depan mata mereka hanya agar nyawa mereka aman adalah orang-orang mulia?

“aku tidak berperasaan karena aku menjadi terlalu berkuasa,

“dan mari kita lihat apakah aku masih menjadi kejam jika kau memiliki kekuasaan yang sama besarnya denganku, jika kau dibelai kebanggaan, kehormatan dan

(24)

24

kekayaan sebesar yang aku miliki, apakah aku masih menjadi kejam?

“jika kau sama berkuasanya denganku, kau tidak akan lagi menganggapku kejam!

“jika otakmu masih jalan, kau akan melihat aku ada dalam dirimu, hanya saja sama seperti aku yang kau lihat di luar, demikian pula aku dalam dirimu akan terus mati-matian kau sangkal dan nistakan,

“jangankan berani melihat kebijaksanaan yang aku hadirkan dengan bungkus kekejaman, melihat mataku pun kau tidak akan berani”.

Das Ich terdiam, menunduk makin rendah, dia sepertinya terpengaruh oleh kata-kata Hitler yang demikian kuat memberinya pengaruh, sepertinya dia sadar, ada sosok Hitler dalam dirinya yang berusaha dia sangkal, berusaha dia usir, namun tetap bersama dirinya. “wah, jika demikian besar jasamu tuan, mungkin saja kau adalah Nabi” akhirnya Sang Pemuda itu menyahut dengan nada dan kata yang sangat jelas ditunjukan untuk mencibir.

(25)

25

“seberat itukah kau mengakui bahwa dalam dirimu ada sosok iblis, sehingga kau selalu mencitrakan ke-iblis-an ada di luar dirimu?

“kau ciptakan sosok setan yang menggodamu, sosok iblis yang membujukmu berbuat buruk,

“kau memang selalu menyangkal kejahatan dalam dirimu dan selalu mencitrakanya di luar dirimu agar kau menjadi nyaman dan tenang dengan memodohi dirimu sendiri, dengan menipu dirimu dengan kesucian.

“jika kau terus menerus sibuk mencari citra kejahatan dan mencari orang, kejadian atau hal lain untuk disalahkan atas kejahatan, hal-hal yang ada dalam dirimu, maka kau tidak akan pernah menyadari sisi gelap dalam dirimu,

“dan jika setelah masanya tiba, sisi gelap dalam dirimu itu terpaksa muncul, kau akan kaget sendiri, karena kau bisa saja menjadi jauh lebih kejam dari sosok setan yang kau ciptakan”,

“Hei orang tua!” Das Ich yang sudah sangat tidak tahan dengan ocehan Hitler, dan makin panas karena melihat orang tua bijak penasehat surga tertidur, kemudian

(26)

26

membentak orang tua itu, seolah ocehan Hitler disebabkan karena orang tua itu,

“sampai kapan kau akan memiarkan iblis gila ini ngoceh terus?!”

Dengan mata yang masih belum sepenuhnya terbuka, orang tua itu kemudian bicara,

“aku memang akan tertidur saat kau sibuk bicara dengan sisi gelapmu, sebab dia sama bijaksananya dengan aku” Das Ich terperanjat. Kata-kata sederhana yang diucapkan oleh Uber Ich bukan hanya aneh, namun menusuk dan menendang bagian terdalam hatinya.

“Kenapa?” tanya orang tua yang perlahan berdiri bergelayut dengan tongkatnya itu,

“kau kaget dengan kata-kataku?

“saat aku, sisi bijaksanamu berbicara, hatimu yang mendengarkan hanya akan bisa terdiam, tersentuh dan terkaget-kaget,

“namun saat sisi gelapmu yang berbicara dengan sama bijaksananya, kau akan mengumpulkan ribuan penolakan,

(27)

27

“tetapi kami hanya dua bagian yang sama dari dirimu, nak,

“bedanya adalah, kau mengakui dan memuji aku, sementara kau mati-matian akan menolak Hitler dalam dirimu, meski pun dia juga memiliki kebijaksanaan yang demikian besar,

“aku akan berbicara kebijaksanaan dengan bahasa kasih dan kebahagiaan, sementara dia, sisi gelapmu akan berbicara dalam bahasa kebencian dan kepedihan,

“kau adalah manusia, dan kau begitu lemah, sehingga kau begitu manja padaku dan demikian memujaku, namun kau tidak mampu menerima Hiter dalam dirimu sehingga kau mati-matian akan mengusirnya”.

Kini, Das Ich bukan hanya terperanjat kaget dan tersentuh, namun juga malu. Namun Uber Ich berbicara dengan santun dan senyumanya demikian manis, sehingga cukup menyamankan Das Ich.

“kau tidak mengakui, bahkan tidak pernah menyadari bahwa dalam dirimu ada kebencian yang sangat besar, kau tidak mengakui dan bahkan terkadang tidak sadar bahwa dalam dirimu ada kejahatan, ada kekejaman, ada

(28)

28

keegoisan, haus kuasa dan bahkan ada bagian dalam dirimu yang sangat senang serta menikmati kekejaman, namun kau tidak sadar, dan saat kau sadar kau tidak mengakuinya.

“namun sekali lagi,

“kami berdua hanya sisi berbeda dalam dirimu dengan kebijaksanaan yang sama besarnya,

“kau hanya bisa menjadi benar-benar bijaksana, menjadi sepenuhnya bijaksana, saat kau menerima kebijaksanaan dari kami berdua, bukan hanya kebijaksanaan dariku” Setelah berbicara demikian, Uber Ich menghampiri dan memeluk Hitler dari samping, fenomena yang bahkan membuat Das Ich semakin terheran-heran.

“saat kau bisa mendengarkan suara kebijaksanaan yang dibawa oleh kemarahan, kecemburuan, haus kuasa dan gila hormat,

“saat kau bisa mendengarkan pesan yang dibawa bagian gelap dalam dirimu, keegoisan, kekejaman dan sifat kesetanan, maka kau akan menikmati kebijaksanaan sejati, bukan hanya sorga ini.

(29)

29

“Hitler datang ke dunia dengan pesan sederhana, anakku,

“dia menyampaikan padamu bahwa manusia bisa menjadi sangat berkuasa, sangat dipuja dan diagungkan bahkan dengan menjadikan kekejaman sebagai panji-nya, dengan menjadikan kejahatan dan kegelapan sebagai benderanya.

“Hitler tidak menjadi demikian berkuasa dan demikian berjaya karena berjuang sendiri, nak,

“dia menerima dukungan rakyat Jerman, dukungan loyalitas para prajuritnya, dan dukungan para ilmuan yang menjadi landasanya.

“Jermanmu saat sebelum Hitler berkuasa adalaha Jerman yang naga tertidur dan hampir mati.

“namun Hitler membangkitkan sang naga yang tertidur dan memberinya kejayaan,

“lalu, dengan mudah kalian akan memuja setan saat setan itu menjanjikan kebaikan bagi kalian.

(30)

30

“bukan hanya Jerman, semua negara, semua manusia juga demikian. Kalian akan dengan mudah mendukung dan membela Sisi Gelap saat sisi gelap itu menjanjikan terang yang menyamankan kalian?

“apa bedanya orang jahat dengan orang yang mendukung kejahatan?

“hanya saja, kalian selalu akan memiliki alasan untuk membenarkan apa yang kalian lakukan, jika yang kalian lakukan itu menjanjikan kebahagiaan dan kesenangan pada kalian.

“memakan manusia itu perbuatan nista, demikian kalian meyakininya,

“namun saat kau terdampar di pulau terpencil dan satu-satunya makanan yang ada adalah teman yang kau ajak terdampar itu, maka menjadi kanibal kau benarkan dengan alasan bertahan hidup”

“aku tidak akan melakukan hal sekejam itu!” tampik Das Ich cepat.

“kau hanya sedang berpikir tidak akan melakukanya, sebab kau masih memegang logika dan rasiomu,

(31)

31

“namun kau belum pernah mengalami apa yang dialami kanibal terdampar seperti dalam kasus jatuhnya Pesawat Uruguay Air Force Flight 571 di Gunung Andes,

“mereka pun akan berpikir sepertimu sebelum batasan logika dan rasio kemanusiaanya diuji oleh kelaparan di pegunungan salju itu,

“sisi gelapmu hanya belum pernah merasakan bagaimana menjadi warga jerman yang terpuruk lalu datang Hitler yang membawa cahaya terang keselamatan, dan karenanya kau tidak akan bisa merasakan bagaimana menjadi Bangsa yang mendukung Hitler,

“bukan hal baru lagi, manusia kepepet bisa melakukan apa saja, bahkan melakukan hal yang menurutnya tidak akan pernah kau lakukan,

“dan manusia bisa menjadi sangat kejam, nak, tergantung dari situasi dan kondisi”

Kali ini senyuman Uber Ich benar-benar menghangatkan, sehingga Hitler dan Das Ich semakin tertarik mendengar kelanjutanya,

(32)

32

“kau tidak akan bisa mengetahui batasan kekuatanmu, jika kau belum memilkul beban yang beratnya di luar batasanmu”

Hitler kini maju mendekati Das Ich dan melepaskan pelukan Uber Ich di bahunya,

“dan, saat dia yang berbicara tentang aku, kau akan mulai mempercayainya,

“namun saat aku berbicara tentang sisi kejamku, kau akan menolaknya dengan segala cara,

“dasar manusia pemilih!”

Dengan nada tegang Das Ich berkata,

“Maksudmu kau merasa pembunuhan yang kau lakukan itu benar?!”

Hitler kembali tersenyum, melirik Uber Ich dan kembali bicara,

“kau tidak akan memahami kebenaran dari sudut lain sebelum kau berhenti mepertentangkanya dengan kebenaran dari sudut pandangmu,

(33)

33

“tetapi aku tidak sedang mengatakan bahwa apa yang aku lakukan adalah hal yang mutlak benar,

“aku tidak datang ke dunia dan mengatakan bahwa menjadi pembunuh masal adalah tugas mulia kalian, “yang sedang aku katakan adalah, ada sisi gelap yang sangat berbahaya dalam diri kalian, yang jika tidak kalian kuasai dengan baik, maka orang lain atau keadaanlah yang akan mengambil alih kuasa dan menjadikanya alat untuk memperdaya kalian,

“itulah yang aku lakukan, itulah yang para pemimpin besar lakukan, itulah yang dilakukan para kanibal di Gunung Andes,

“mereka tidak sadar akan sisi gelap dan sisi lemahnya, lalu orang lain dan keadaan lah yang mengambil alih kendali saat situasi dan kondisinya sudah tepat,

“kalian memiliki sisi bodoh, dan dengan mudah aku bisa memanfaatkanya,

“namun kalian selalu menolak sisi bodoh kalian sama seperti kalian menolak sisi gelap kalian, lalu aku memanfaatkan hal-hal yang kalian tolak dan menjadikan kalian hal yang kalian tolak tanpa pernah kalian sadari,

(34)

34

“pikiran, anak muda, pikiran,” kata Hitler,

“pikiran kalian memiliki banyak titik lemah yang bisa dimanfaatkan meski pikiran pula memiliki kuasa besar yang luar biasa,

“aku tahu titik lemah kalian, aku tahu kalian bahkan tidak tahu tentang pikiran kalian sendiri,

“aku tahu bahkan meski pun kalian demikian bangga dengan diri kalian, kalian bahkan gagal menjadi penguasa dari diri kalian, dan karena hal itulah kalian mudah dikuasai orang lain,

“aku tahu kalian suka diagungkan dan dibanggakan, karena itu aku mengagungkan satu bangsa dan mempergunakanya sebagai alat untuk menghancurkan bangsa lain,

“aku tahu, kalian terlalu diperdaya oleh harapan akan perubahan, lalu aku datang membawa janji pemenuhan atas harapan kalian dan dengan mudah kalian menjadi pendukungku,

“aku tahu kalian akan memaklumi kekejaman dan kebengisan saat kalian menjadi orang yang diuntungkan oleh kebengisan itu, dan itulah yang aku manfaatkan,

(35)

35

“aku tahu semua dari kalian ingin menjadi bangsa superior, bangsa yang khusus dan bangsa yang lebih tinggi, lalu aku mempergunakan dorongan menjadi superior itu untuk memperdaya kalian,

“dan bukan hanya aku, agamu pun mengumpulkan pengikut dengan cara yang sama,

“dan lebih dari bagaimana pintarnya aku memanfaatkan sisi lain kalian yang tidak kalian akui itu, aku ingin menyampaikan pesan ini pada kalian,

“bukan hanya aku, siapa pun bisa mengambil kendali dan memperdaya kalian jika kalian terus menolak mengakui bahwa dalam diri kalian ada sisi gelap dan sisi bodoh, yang harusnya kalian kenali dengan baik dan kemudian kuasai, bukan hanya menolak dan mengabaikanya,

“jika kalian terus menjadi bodoh, terus menjadi manusia yang mudah diperdaya pikiranya dengan menggunakan superioritas, kebanggaan, bujuk rayu, rasa hormat dan harapan palsu, maka akan terus muncul Hitler-Hitler lain di bumi kalian,

(36)

36

“kalian akan segera menghadapi kehancuran atas segala sesuatu yang hanya sisi baik dan sisi menyenangkanya sajalah yang kalian lihat,

“kekuatan ada dalam sisi gelap kalian, namun kalian terlalu ingin menjadi suci dan bercahaya sehingga sisi gelap itu menjadi bom waktu yang saat meledaknya akan dikendalikan keadaan”

Uber Ich terus menganggukan kepala atas pon-poin pembicaraan yang Hitler sampaikan, sebagai bukti bahwa apa yang Hitler sampaikan benar, meski sulit diakui,

“dan emosi kalian, emosi kalian adalah sisi gelap kalian yang paling tidak kalian kenal,

“para penjual keliling pun kini menguasai kalau emosi dan perasaan adalah sarana marketing yang sangat ampuh, sehingga bahkan sales jalanan pun bisa memanfaatkan emosi kalian demi keuntungan mereka, dan kalian tetap saja masih tertipu?

“inilah akibat kalian menjadi terlalu ingin dibanggakan dan diagungkan, sehingga saat kalian demikian

(37)

37

ditinggikan untuk bisa dijatuhkan sampai mati pun kalian tidak akan sadar,

“aku, Hitler,

“aku tidak menjadi penuh kuasa karena gila, aku menjadi penguasa besar di dunia karena aku pintar memanfaatkan sisi gelap dan sisi bodoh kalian,

“karena aku tahu, sisi gelap dan sisi bodoh kalian itu adalah bagian yang sangat kuat daya kendalinya, yang kalian tidak pernah akui dan kenali,

“terima saja kenyataan kalau aku menjadi demikian berkuasa karena pintar memanfaatkan kebodohan manusia”.

Kata-kata terakhir Hitler benar-benar menyinggung Das Ich, dan spontan dia menjawab,

“bagiku kau tetap saja aib dan sampah!” Tertawa kecil, kemudian Hitler menjawab,

“lihat, lihat betapa mudahnya emosi kalian dimanipulasi, “dengan sedikit sentakan saja kalian sudah kehilangan akal sehat dan terbakar emosi,

(38)

38

“lalu masih kah kalian menolak kata-kataku?” Das Ich makin tersentak, dan dia merasa terjebak. “Tetapi,” Uer Ich mengambil alih percakapan,

“Hitler juga membawa pesan, bahwa manusia bisa memiliki kuasa yang sangat besar di dunia ini, bahkan kuasa untuk menghancurkan sekali pun,

“Hitler dan kedatanganya ke dunia juga berpesan, bahwa kalian memiliki potensi dan kuasa yang luar biasa dalam diri kalian,

“Kuasa yang didapatkan dengan memanfaatkan kebodohan kalian tentunya!” Sanggah Hitler,

Dengan tersenyum ramah, Uber Ich menimpali,

“Atau dengan memanfaatkan welas asih dan cinta dalam diri manusia, sebagaimana yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi dan Bunda Teresa”

Hitler dan Uber Ich saling tersenyum akrab,

“kuasa gelap atau kuasa terang adalah kuasa yang bisa menguasaimu, dan akan tetap menguasaimu sampai kau menguasainya terlebih dahulu”, sahut Hitler.

(39)

39

(40)

40

Das Ich duduk termenung di depan sebuah kuil surga. Dia masih memikirkan percakapan yang terjadi denganya dan Hitler.

Dia belum bisa menerima, namun belum juga mampu menolak apa yang Hitler katakan padanya di taman itu. Percakapan itu mencerahkanya, namun dia masih belum bisa menyingkirkan sifat egoisnya yang menolak kata-kata sebijak apa pun yang keluar dari mulut Hitler, dia bahkan belum bisa sepenuhnya menerima kalau Hitler ada di surga bersamanya.

“Ternyata, kau masih memikirkan kata-katanya, ya?” Uber Ich menghampirinya, kemudian meletakkan tongkat dan duduk di sampingnya.

Das Ich melirik, lalu menyahut, “di manakah Tuhan?,

“lalu dimanakah Tuhan jika kuasa dalam diri manusia demikian besar? Jika baik kegelapan dan cinta memiliki kuasa yang sama-sama dahsyatnya atas kehidupan dan atas manusia?”

(41)

41

“Tuhan berdiam dalam hukum-hukum-Nya, nak,

“Tuhan berdiam dalam kuasa cinta kasih dan kuasa kegelapan, lalu berdiam dalam hukum yang mengikuti kegelapan dan cinta itu,

“Tuhan?!” Hitler tiba-tiba muncul memotong pembicaraan,

“Tuhan, katamu?

“apakah yang kau maksud Tuhan adalah Tuhan yang akan memaafkanmu saat kau berdosa, dan akan menghukumku saat aku melakukan kejahatan padamu? “apakah Tuhan yang kau maksud adalah Tuhan yang kau jadikan pahlawan penyelamat selama perang dan kau lupakan saat kesenangan surga ini memuaimu? “apakah Tuhan yang kau maksud adalah Tuhan yang kau jadikan penghiburan atas kehidupanmu?

“Tuhan macam itu hanya ada dalam pikiranmu!

“kau katakan Tuhanmu Maha Besar dan Meliputi Segalanya, tetapi kemudian kau katakan Tuhan hanya menghuni surga dan tidak ada di neraka,

(42)

42

“kau katakan Tuhanmu Maha Pengasih tapi kau katakan pula Tuhanmu menghukum dengan kejam orang sepertiku dengan neraka,

“Jelaslah Tuhan seperti itu hanya ada dalam pikiranmu, dan karena itulah aku ada di surga sekarang,

“Kau terlalu banyak bicara tentang Tuhan yang kau angan-angankan sesuai kepentinganmu dan isi otakmu, “bahkan kau memiliki Tuhan yang dalam nama-Nya kau merasa dibenarkan untuk membunuh sesamamu,

“Saat kau membunuh sesamamu dalam Nama Tuhan yang ada dalam pikiranmu, kau sebut itu perang suci, “dan saat aku membunuh dalam Nama Keagungan bangsaku, kau sebut itu kejam?

“lihat saja,

“seberapa sering kau telah menghianati dirimu sendiri atas konsep-konsep yang kau buat sendiri,

“lihat seberapa sering kau hianati Tuhanmu demi kepentinganmu, baru kemudian kau hakimi aku,

(43)

43

“Jangan melihat aku begitu berbeda denganmu hanya karena cara kita menjalankan dan me-manage kejahatan kita berbeda,

“kejahatan yang santun dan kejahatan yang kejam sama-sama jahat, kawan” Kata Hitler mencerca sebelum sempat duduk sekali pun.

Das Ich melanjutkan bertanya pada Uber Ich, mencoba mengabaikan Hitler namun secara diam-diam merenungi semua kata-katanya,

“benarkah cinta kasih dan kegelapan memiliki kuasa yang sama besarnya?”

“Nak,” sahut Uber Ich, “kau bisa mempergunakan cinta untuk menguasai kegelapan, sebagaimana yang Gandhi telah contohkan pada dunia,

“Kau juga bisa mempergunakan kegelapan dengan kuasa yang sama besarnya, sebagaimana yang Hitler contohkan pada duniamu,

“kau pun bisa mempergunakan kegelapan untuk melahirkan kasih sayang,

(44)

44

“kuasa mana yang lebih besar, akan sangat tergantung dari apakah kau bisa menguasai keduanya, dan mengarahkan keduanya dalam satu tujuan,

“setiap kali cahaya memudar, maka gelap akan makin pekat,

“gelap hanyalah kondisi dimana cahaya tidak ada,

“dirimu bisa menjadi gelap atau terang, tergantung dari apakah kau telah mengenali dirimu sepenuhnya, atau masih mengabaikan bagian-bagian lain dari dirimu, “jika kau bisa menelusuri bagian paling buruk dari dirimu, bagian paling bodoh dan paling konyol, bagian-bagian paling gelap dari pikiranmu, maka sebenarnya kau telah menyinarinya dengan lentera pengetahuan, “namun jika kau terus mengabaikan bagian lain dalam dirimu, bagian yang menurutmu tidak patut dan tidak layak, maka bagian itu akan tetap menjadi gelap, yang pada waktunya akan menguasai dirimu atau malah digunakan orang untuk menguasaimu”

(45)

45

“lalu, bagaimanakah aku bisa mengenali bagian paling gelap dalam diriku?”

“Tanyalah dirimu sendiri,

“menjadi apa kau saat menghadapi masa-masa paling sulit dan paling menyedihkan dalam hidupmu?

“menjadi siapa kau saat keadaan memaksamu dalam tekanan atau bujukan? Emosi apakah yang saat itu menguasaimu?

“tanyakan pula pada dirimu, sesering apa kau lepas kendali atas dirimu sendiri?

“apakah hal yang paling kau takutkan dari dirimu? “apakah yang orang lain takutkan dari dirimu? “dan apa yang kau takutkan?

“ketakutan adalah kuasa paling besar dari kegelapan, dan kuasa lainya adalah cinta yang wajahnya penuh kepalsuan,

“kenali dirimu, kenali pikiran dan jiwamu, kemudian pastikan semua itu ada dalam kendalimu, dalam keadaan dan situasi apa pun,

(46)

46

“maka kau tidak akan dikuasai kegelapan”

Das Ich merasa sangat disegarkan saat mendengar kata-kata Uber Ich ini, dia seperti mendapatkan cahaya. Ah, cahaya itu adalah pengetahuan.

Percakapan di taman bersama Hitler membuat Das Ich sangat ketakutan, takut pada dirinya sendiri, sebab dia sadar bahwa Hitler yang bercakap-cakap bersamanya di taman adalah bagian dalam dirinya sendiri, yang sekuat apa pun dia berusaha menolak dan mengabaikanya, bagian itu akan tetap ada.

Tetapi dia kini dia sadar, kalau penyangkalan, penolakan atau pengutukan hanya akan membuat bagian gelap itu makin besar, dia kini sadar bahwa cara untuk mengusir kegelapan adalah dengan menyalakan pelita.

Dia, dengan berani melihat sosok-sosok Hitler dalam dirinya, dia melihat sisi buruk dalam dirinya, dia mengakui keberadaan sisi gelap itu dalam dirinya dan menerimanya sebagai bagian manusiawi dirinya. Dia tidak mengutuk sisi Hitler dalam dirinya, dia menerinya dan sadar bahwa sosok-sosok Gndhi dan Bunda Teresa pun ada dalam dirinya juga, dan untuk memperkecil kuasa Hitler atas dirinya, dia harus menjadikan sosok

(47)

47

Gandhi dan Bunda Teresa makin kuat, makin menguasai dirinya.

Sisi gelap itu juga adalah dorongan instingtif dan timbunan “sampah” di pikiran bawah sadarnya, “sampah” yang datang dari kebutuhanya untuk menjadi benar, menjadi paling dihormati, “sampah” pengamalan emosional yang dia lupa pelajari maknanya, sampah penyesalan dan ketakutan yang bukanya dia sinari dengan maaf dan penerimaan, namun dia terus timbun. Dia sadar, kalau kehidupan adalah tentang dualitas yang dibangun pikiranya, dan dia tidak mengijinkan dualitas itu dikuasai pikiran gelap, namun menyinarinya dengan penerimaan.

Dia tidak mengijinkan dirinya bersikap diskriminatif terhadap dirinya sendiri atau terhadap orang lain, dan saat dia secara tidak sengaja bersikap diskriminatif terhadap dirinya atau orang lain, dia tidak membiarkan hal itu berubah menjadi gelap dengan semakin mendiskriditkan sikap diskriminatif dalam dirinya, dia menyalakan cahaya dengan meaafkan dirinya atas kesalahanya dan menjadikanya sebagai acuan dan

(48)

48

feedback untuk semakin melatih penerimaan dan semakin mengasihi dirinya apa adanya.

Dia memegang tegus prinsip cinta kasih, dan itu berarti dia juga mengasihi kegelapan. Dia pun menyinarkan cinta kasih dalam kebencian itu.

Saat merasakan emosi ketidak nyamanan, saat merasa sedih, kesepian, atau emosi lain, dia tidak mengijinkan emosi-emosi itu dikuasai gelap, namun dia segera mengembalikan kebahagiaan ke dalam dirinya.

Saat keadaan menjadi buruk, dia tetap memegang kendali atas dirinya, tidak membiarkan emosi dan pikiranya terbawa oleh keadaan, dia menjadi tuan atas dirinya, dan cahaya pun bersinar.

Cahaya akan senantiasa bersinar, karena Das Ich menjadi tuan atas dirinya, menjadi Tuan atas Hitler dan Uber Ich dalam dirinya, dan mencintai mereka berdua sekaligus ....

Das Uber Ich menasehatinya,

“saat kau mengakui kegelapan dalam dirimu, kau akan mencarikanya pelita,

(49)

49

“saat kau mengakui kebodohanmu, kau akan membelajarkan diri,

“saat kau mengakui adanya kecenderungan-kecenderungan setan dalam dirimu, kau akan menguasai dan mengendalikanya, bukan membiarkanya menguasaimu”

Hitler tidak pernah lagi mendebat, bersikap sinis atau membuatnya merasa tidak nyaman, semenjak Das Ich menerima Hitler sebagai bagian dalam dirinya, namun percakapan ketiganya senantiasa berlangsung, sebab terang dan gelap sama-sama memiliki kebijaksanaanya masing-masing, dan hanya dengan mendengarkan keduanya sekaligus maka kebijaksanaan Das Ich akan menjadi sempurna, akan menjadikan terangnya semakin bersinar ...

(50)

50 *** *** ***

Rumah Cahaya adalah program non-profit dari

Alaka Foundation

yang menggalang donasi untuk berbagai aktifitas

kemanusiaan yang

difokuskan pada bidang pendidikan dan sosial

dengan berbagai

publikasi.

Jika anda terketuk untuk memberikan donasi

untuk mendukung

program kami, silahkan salurkan ke,

Rekening BCA, 6115072912 a/n Putu

Yudiantara

Informasi Lebih lanjut silahkan hubungi,

Web : www.putuyudiantara.com

Twitter : @lahirhidupmati Facebook :putu yudiantara

Email : putuyudiantara@yahoo.com

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Gambar 3- Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga Cengkeh dari Daerah di Maluku. Gambar 4-Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga

dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa: 1.Secara umum kegiatan ini berjalan lancar dengan peserta yang hadir tidak pernah kurang dari 60 orang, padahal dari yang

Prosentase angka kematian ternak 5% 7,6% 6% - 5.2.21 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak... 5.2.22.22 Pengembangan budidaya ternak kambing/domba

Teknik produksi benih ES varietas bersari bebas sangat sederhana, yaitu dengan cara menanam benih sumber pada lahan yang subur yang terisiolasi dari tanaman jagung varietas lain,

‘Tata bahasa’ ini kemudian banyak dianggap sebagai dasar penting kerangka analisa multimodality , dan bersandar pada kerangka ini banyak kajian telah dilakukan

Sejak berdirinya negara kesultanan Republik Indonesia (NKRI), agama menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dasar negara Indonesia,

Warganegara Warganegara / Bukan Warganegara / Penduduk Tetap / Status Belum Disahkan / Tiada Maklumat *. Jika pengisian selain Warganegara, sila nyatakan negara

Sementara konstanta terendah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sebesar 0.295234 berarti tingkat ketimpangan pendapatan di Provinsi Kepulauan Bangka