• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Teknis RTRW Kota Cilegon.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi Teknis RTRW Kota Cilegon.pdf"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

ii Materi teknis RTRW Kota Cilegon ini merupakan salah satu hasil kegiatan Materi teknis RTRW Kota Cilegon ini merupakan salah satu hasil kegiatan dari tahapan/proses penyusunan RTRW yang telah dilakukan. Buku ini disusun dari tahapan/proses penyusunan RTRW yang telah dilakukan. Buku ini disusun sebagai hasil rencana kerja lanjutan berdasarkan proses yang telah dilakukan sebagai hasil rencana kerja lanjutan berdasarkan proses yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu proses persiapan, pengumpulan data dan informasi, serta sebelumnya, yaitu proses persiapan, pengumpulan data dan informasi, serta pengolahan dan analisis data, yang telah dibukukan dalam Buku Data dan pengolahan dan analisis data, yang telah dibukukan dalam Buku Data dan Analisis.

Analisis.

Buku ini antara lain memuat Pendahuluan, Tinjauan Umum Wilayah Kota Buku ini antara lain memuat Pendahuluan, Tinjauan Umum Wilayah Kota Cilegon, Arah Pengembangan Tata Ruang Kota Cilegon, Kajian Tata Ruang Cilegon, Arah Pengembangan Tata Ruang Kota Cilegon, Kajian Tata Ruang Wilayah Kota Cilegon dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon Wilayah Kota Cilegon dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon 2010 – 2030.

2010 – 2030.

Pemerintah Kota Cilegon mengucapkan terima kasih kepada seluruh Tim Pemerintah Kota Cilegon mengucapkan terima kasih kepada seluruh Tim Penyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon dan semua Penyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon dan semua pihak yang telah membantu dalam hal penyusunan buku ini.

pihak yang telah membantu dalam hal penyusunan buku ini. ..

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Cilegon - Provinsi Banten Kota Cilegon - Provinsi Banten

(2)

ii ii HALAMAN HALAMAN KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR ... ... ... ... ... . . II DAFTAR ISI DAFTAR ISI ... ... ... ... ... ... ... IIII DAFTAR TABEL ... IV DAFTAR TABEL ... IV DAFTAR GAMBAR ... VII DAFTAR GAMBAR ... VII

BAB I

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN ... ... ... ... ... I I - - 11

1.1

1.1 Latar Latar Belakang Belakang ... ... I I - - 11 1.2

1.2 Maksud, Maksud, Tujuan Tujuan dan dan Sasaran Sasaran ... ... I I - - 33 1.3

1.3 Ruang Ruang Lingkup Lingkup ... ... I I - - 55 1.3.1 Ling

1.3.1 Lingkup Wilayah kup Wilayah ... I - .. I - 55 1.3.2 Li

1.3.2 Lingkup Pngkup Pekerjaan ekerjaan ... I - ... I - 55 1.3.3 Keluaran

1.3.3 Keluaran Pekerjaan Pekerjaan ... I - ... I - 77 1.4

1.4 MetodologMetodologi i Pendekatan Pendekatan ... ... I I - - 88 1. 5

1. 5 Sistematika Sistematika Pembahasan Pembahasan ... I -1... I -100

BAB

BAB II II TINJAUAN TINJAUAN UMUM UMUM WILAYAH WILAYAH KOTA KOTA CILEGON CILEGON ... ... ... II II - - 11

2.1

2.1 Tinjauan Tinjauan Eksternal Eksternal ... ... II II - - 11 2.1.1

2.1.1 Letak Letak Geografis...Geografis...II .II - - 11 2.1.2

2.1.2 Potensi Potensi Wilayah ProvWilayah Provinsi Baninsi Banten...II - 3ten...II - 3 2.2

2.2 Tinjauan Tinjauan Internal Internal Wilayah Wilayah Kota Kota Cilegon...II- 5Cilegon...II- 5 2.2.1

2.2.1 Letak GeogLetak Geografis dan Batas Adrafis dan Batas Administrasi Wilayaministrasi Wilayah...II - 5h...II - 5 2.2.2

2.2.2 Fisik Fisik Geografis………Geografis………II ………II - - 66 2.2.3

2.2.3 Sosial Sosial KependuduKependudukan kan ... II-17... II-17 2.2.4

2.2.4 Perekonomian Perekonomian ... .... II-18II-18 2.2.5

2.2.5 Sarana Sarana Perkotaan Perkotaan ... II-19... II-19 2.2.6

2.2.6 Aspek Aspek Transportasi Transportasi ... II-20... II-20 2.2.7

2.2.7 Prasarana Prasarana Perkotaan Perkotaan ... II-24... II-24 2.2.8

(3)

ii ii HALAMAN HALAMAN KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR ... ... ... ... ... . . II DAFTAR ISI DAFTAR ISI ... ... ... ... ... ... ... IIII DAFTAR TABEL ... IV DAFTAR TABEL ... IV DAFTAR GAMBAR ... VII DAFTAR GAMBAR ... VII

BAB I

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN ... ... ... ... ... I I - - 11

1.1

1.1 Latar Latar Belakang Belakang ... ... I I - - 11 1.2

1.2 Maksud, Maksud, Tujuan Tujuan dan dan Sasaran Sasaran ... ... I I - - 33 1.3

1.3 Ruang Ruang Lingkup Lingkup ... ... I I - - 55 1.3.1 Ling

1.3.1 Lingkup Wilayah kup Wilayah ... I - .. I - 55 1.3.2 Li

1.3.2 Lingkup Pngkup Pekerjaan ekerjaan ... I - ... I - 55 1.3.3 Keluaran

1.3.3 Keluaran Pekerjaan Pekerjaan ... I - ... I - 77 1.4

1.4 MetodologMetodologi i Pendekatan Pendekatan ... ... I I - - 88 1. 5

1. 5 Sistematika Sistematika Pembahasan Pembahasan ... I -1... I -100

BAB

BAB II II TINJAUAN TINJAUAN UMUM UMUM WILAYAH WILAYAH KOTA KOTA CILEGON CILEGON ... ... ... II II - - 11

2.1

2.1 Tinjauan Tinjauan Eksternal Eksternal ... ... II II - - 11 2.1.1

2.1.1 Letak Letak Geografis...Geografis...II .II - - 11 2.1.2

2.1.2 Potensi Potensi Wilayah ProvWilayah Provinsi Baninsi Banten...II - 3ten...II - 3 2.2

2.2 Tinjauan Tinjauan Internal Internal Wilayah Wilayah Kota Kota Cilegon...II- 5Cilegon...II- 5 2.2.1

2.2.1 Letak GeogLetak Geografis dan Batas Adrafis dan Batas Administrasi Wilayaministrasi Wilayah...II - 5h...II - 5 2.2.2

2.2.2 Fisik Fisik Geografis………Geografis………II ………II - - 66 2.2.3

2.2.3 Sosial Sosial KependuduKependudukan kan ... II-17... II-17 2.2.4

2.2.4 Perekonomian Perekonomian ... .... II-18II-18 2.2.5

2.2.5 Sarana Sarana Perkotaan Perkotaan ... II-19... II-19 2.2.6

2.2.6 Aspek Aspek Transportasi Transportasi ... II-20... II-20 2.2.7

2.2.7 Prasarana Prasarana Perkotaan Perkotaan ... II-24... II-24 2.2.8

(4)

  iii

  iii

3.2.2. Kebijakan Struktur Ruan

3.2.2. Kebijakan Struktur Ruang ...g ... III- 4... III- 4 3.2.3.

3.2.3. Kebijakan Pengembangan Kawasan StrategisKebijakan Pengembangan Kawasan Strategis….………..III-5….………..III-5 3.3. Isu Stategis (Kebijakan dan Aspek Legal) Pengembangan

3.3. Isu Stategis (Kebijakan dan Aspek Legal) Pengembangan Wilayah Kota Cilegon

Wilayah Kota Cilegon ... III- 6.... III- 6

BAB

BAB IV IV KAJIAN KAJIAN TATA TATA RUANG WRUANG WILAYAH KOTA ILAYAH KOTA CILEGON CILEGON ... ... IV - IV - 11

4.1.

4.1. Potensi PePotensi Pengembangan ngembangan Kota CileKota Cilegon... IV- 1gon... IV- 1 4.2.

4.2. PermasalahPermasalahan Pengembangan Pengembangan Kota Cilegon an Kota Cilegon ... ... IV - 9IV - 9 4.3.

4.3. Strategi dan KonseStrategi dan Konsep Pengembangp Pengembangan ... an ... IV -12IV -12 4.3.1. Strategi Pengembangan ...

4.3.1. Strategi Pengembangan ... ... IV -13IV -13 4.3.2. Konsep Pengembangan Kota Cilegon ... IV -13 4.3.2. Konsep Pengembangan Kota Cilegon ... IV -13

BAB

BAB V V RENCANA RENCANA TATA TATA RUANG RUANG WILAYAH WILAYAH KOTA KOTA CILEGON CILEGON ... ... V V - - 11

5.1.

5.1. Tujuan, KebijaTujuan, Kebijakan dan Strategi Penakan dan Strategi Penataan Ruang taan Ruang ... V – 1... V – 1 5.1.1. Tujuan Penataan Ruang

5.1.1. Tujuan Penataan Ruang ... V – 1... V – 1 5.1.2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang ... V – 5.1.2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang ... V – 11 5.2.

5.2. Rencana Rencana Struktur RuStruktur Ruang ang Wilayah Kota Wilayah Kota Cilegon Cilegon ... ... V – 6V – 6 5.2.1. Pembagian Wilayah Kota (BWK) ...

5.2.1. Pembagian Wilayah Kota (BWK) ... V – 8... V – 8 5.2.2. Sistem Pusat Pelayanan

5.2.2. Sistem Pusat Pelayanan ... V – 11... V – 11 5.2.3. Sistem Jaringan Prasarana Kota...

5.2.3. Sistem Jaringan Prasarana Kota... V – 12... V – 12 5.3.

5.3. Rencana PoRencana Pola Ruang Wilayla Ruang Wilayah Kota Cileah Kota Cilegon ...gon ... V – 43... V – 43 5.3.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ... V – 5.3.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ... V – 5151 5.3.2. Rencana Pol

5.3.2. Rencana Pola Ruang Kawasaa Ruang Kawasan Budidaya n Budidaya ... V – 58... V – 58 5.4.

5.4. Penetapan Penetapan Kawasan Kawasan Strategis Strategis Kota CilegKota Cilegon on ... . V – 88V – 88 5.5.

5.5. Arahan PemaArahan Pemanfaatan Ruang nfaatan Ruang Wilayah Kota ... V – 91Wilayah Kota ... V – 91 5.5.1. Pola Penatag

5.5.1. Pola Penatagunaan Tanah, Air dan Udaunaan Tanah, Air dan Udara ra ... V – 91... V – 91 5.5.2. Indikasi Program Utama Penataan/

5.5.2. Indikasi Program Utama Penataan/ Pengemb

Pengembangan angan Kota Kota ... ... V – V – 9494 5.6.

5.6. Ketentuan Ketentuan Pengendalian Pengendalian Pemanfaatan RuangPemanfaatan Ruang

Wilayah Kota ... V – 120 Wilayah Kota ... V – 120 5.6.1. Ketentuan Umum

5.6.1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Peraturan Zonasi ... V – ... V – 120120 5.6.2. Ketentuan Perizinan

5.6.2. Ketentuan Perizinan ... V – ... V – 125125 5.6.3. Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif ...

5.6.3. Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif ... V – 127.. V – 127 5.6.4. Arahan Sanksi

(5)

iv iv

HALAMAN HALAMAN

Tabel

Tabel 2-1 2-1 Kolom Kolom Stratigrafi Stratigrafi Kota Kota Cilegon Cilegon dan dan Sekitarnya Sekitarnya ... ... II II - - 99 Tabel

Tabel 2-2 2-2 Jumlah Jumlah dan dan Kepadatan Kepadatan Penduduk Penduduk Kota Kota Cilegon Cilegon TahunTahun 2008

2008 ... ... II II -17-17 Tabel

Tabel 2-3 2-3 Perbandingan Jumlah Perbandingan Jumlah Penduduk Penduduk EksistiEksisting ng 2008 2008 dengandengan Proyeksi Penduduk Tahun 2005 dan 2010 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Tahun 2005 dan 2010 Berdasarkan RTRW Kota

RTRW Kota Cilegon 2Cilegon 2000 - 201000 - 2010 0 ... ... II - 17II - 17 Tabel

Tabel 2-4 2-4 Nilai Nilai Location Location Quotient Quotient tiap tiap Sektor Sektor Perekonomian Perekonomian di di KotaKota Cilegon

Cilegon ... ... II II - - 1818 Tabel

Tabel 2-5 2-5 Nilai, Nilai, KontribusKontribusi, i, dan dan Laju Laju Pertumbuhan Pertumbuhan PDRB PDRB ADHADH Konstan Kota

Konstan Kota Cilegon TahuCilegon Tahun 2008 n 2008 ... .... II - 19II - 19 Tabel

Tabel 2-6 2-6 Perbandingan Rencana Perbandingan Rencana Jumlah Jumlah Sarana Sarana PerkotaanPerkotaan

Berdasarkan RTRW Kota Cilegon 2000 – 2010 terhadap Berdasarkan RTRW Kota Cilegon 2000 – 2010 terhadap Eksisting

Eksisting Tahun 2Tahun 2008 008 ... .... II - 2II - 200 Tabel

Tabel 3-1 3-1 Masalah, Masalah, Potensi, Potensi, dan dan Usulan Usulan Pembangunan Pembangunan KotaKota Cilegon d

Cilegon dalam RTRalam RTRWP Banten 2010-20WP Banten 2010-2030 30 ... ... III - 3III - 3 Tabel

Tabel 4-1 4-1 Proyeksi Nilai Proyeksi Nilai dan dan Kontribusi Kontribusi Sektoral Sektoral PDRB PDRB Kota Kota CilegonCilegon ADH Konstan Berdasarkan Skenario Optimis untuk Tahun ADH Konstan Berdasarkan Skenario Optimis untuk Tahun 2010 – 2025

2010 – 2025 (Rp Juta) (Rp Juta) ... ... IV - 4IV - 4 Tabel

Tabel 4-2 4-2 Proyeksi Jumlah Proyeksi Jumlah Penduduk Penduduk Kota Kota Cilegon Cilegon 2010 2010 - - 2030 2030 ... ... IV IV - - 55 Tabel

Tabel 4-3 4-3 Proyeksi Kepadatan Proyeksi Kepadatan Penduduk Penduduk Kota Kota Cilegon Cilegon 2010 2010 --2030

(6)

v Tabel 5-2 Rencana Kebutuhan Listrik Kota Cilegon Tahun 2010

-2030 ... V - 22 Tabel 5-3 Rencana Kebutuhan Satuan Sambungan Telekomunikasi

(SST) Kota Cilegon Tahun 2010 – 2030 (Unit) ... V - 24 Tabel 5-4 Rencana Kebutuhan Air Bersih Kota Cilegon Tahun

2010-2030 ... V - 26 Tabel 5-5 Perkiraan Produksi Limbah Kota Cilegon Tahun 2010

-2030 (M3/hari) ... V - 29 Tabel 5-6 Rencana Pengembangan Tingkat Pelayanan

Persampahan Kota Cilegon ... V - 32 Tabel 5-7 Rencana Pengembangan Daerah Pelayanan

Persampahan Kota Cilegon ... V - 32 Tabel 5-8 Perkiraan Jumlah Sampah dan Pola Pelayanan yang

Diterapkan ... V - 35 Tabel 5-9 Jumlah Kejadian Kebakaran di Kota Cilegon ... V - 43 Tabel 5-10 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Terbangun di

Kota Cilegon ... V - 46 Tabel 5-11 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Cilegon ... V - 51 Tabel 5-12 Proyeksi Jumlah Kebutuhan Perumahan Kota Cilegon

2015 - 2030 ... V – 60 Tabel 5-13 Proyeksi Jumlah Kebutuhan Lahan untuk Perumahan

Kota Cilegon 2015 - 2030 ... V - 60 Tabel 5-14 Proyeksi Daya Dukung Lahan untuk Perumahan Kota

Cilegon 2015 - 2030 ... V - 61 Tabel 515 Proyeksi Kepadatan Permukiman Kota Cilegon 2015

(7)

vi Tabel 5-18 Ketersediaan Fasilitas di Kota Cilegon Tahun 2008 ... V – 79 Tabel 5-19 Jumlah Fasilitas yang dibutuhkan Tahun 2015 di Kota

Cilegon (Unit) ... V – 80 Tabel 5-20 Kebutuhan Lahan untuk Penyediaan Fasilitas Tahun

2015 di Kota Cilegon ... V – 81 Tabel 5-21 Jumlah Fasilitas yang Dibutuhkan Tahun 2020 Per

Kecamatan (Unit) ... V – 82 Tabel 5-22 Kebutuhan Lahan untuk Penyediaan Fasilitas Tahun

2020 Per Kecamatan ... V – 83 Tabel 5-23 Jumlah Fasilitas yang Dibutuhkan Tahun 2025 Per

Kecamatan (Unit) ... V – 84 Tabel 5-24 Kebutuhan Lahan untuk Penyediaan Fasilitas Tahun

2025 Per Kecamatan ... V – 85 Tabel 5-25 Jumlah Fasilitas yang Dibutuhkan Tahun 2030 Per

Kecamatan (Unit) ... V – 86 Tabel 5-26 Kebutuhan Lahan untuk Penyediaan Fasilitas Tahun

2030 Per Kecamatan ... V – 87 Tabel 5-27 Tahapan Pelaksanaan dan Indikasi Program Utama

(8)

  vii

HALAMAN

Gambar 1-1. Wilayah Administrasi ... I - 6 Gambar 1-2. Kerangka Pemikiran Penyusunan RTRW Kota Cilegon

2010 - 2030 ... I - 9 Gambar 2-1. Peta Administrasi Provinsi Banten ... II - 2 Gambar 2-2. Seismisitas di Selat Sunda Tahun 2006 ... …… II - 12 Gambar 2-3. Zona Wilayah Rawan Bencana Tsunami Berdasarkan

Ketinggian ... II - 16 Gambar 2-4. Jaringan Pipa Air PDAM ... II - 26 Gambar 2-5. Jaringan Listrik Kota Cilegon ... II - 31 Gambar 2-6. Jaringan Pipa Gas Kota Cilegon ... II - 32 Gambar 4-1. Rencana Kepadatan Penduduk ... IV - 8 Gambar 5-1. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Cilegon ... V - 7 Gambar 5-2. Peta Rencana Pembagian Wilayah Kota Cilegon ... V - 9 Gambar 5-3. Rencana Sistem Jaringan Jalan Kota Cilegon ... V - 17 Gambar 5-4. Rencana Jaringan Air Bersih... V - 28 Gambar 5-5. Rencana Pengembangan Daerah Pelayanan

Sampah ... V - 33 Gambar 5-6. Rencana Jaringan Drainase ... V- 39 Gambar 5-7. Jalur Evakuasi Bencana ... V - 42 Gambar 5-8. Rencana Pola Ruang Kota Cilegon ... V - 45 Gambar 5-9. Rencana RTH Kota Cilegon ... V - 57 Gambar 5-10. Rencana Kawasan Terbangun ... V - 72 Gambar 5-11. Zonasi Galian C Kota Cilegon ... V - 75 Gambar 5-12. Peta Kawasan Strategis ... V - 90

(9)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 I-1 B B B B B B B BAAABAAAAABBBBBBB

1

1

1

1

1

1

1

1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Fenomena yang terjadi pada pemanfaatan ruang yang tidak seimbang pada umumnya disebabkan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan (demand ) dengan sediaan (supply ). Sumber daya alam (termasuk ruang) mempunyai keterbatasan, sementara sisi lain kebutuhan akan sumber daya lain meningkat sejalan dengan perkembangan kegiatan manusia. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan sediaan telah banyak dicoba untuk diminimalkan dengan pendekatan-pendekatan pembangunan yang bersifat komprehensif. Salah satu cara adalah dengan melakukan pendekatan penataan ruang yang diwujudkan dalam suatu rencana tata ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon yang disusun pada tahun anggaran 1999/2000 telah diperdakan pada tahun 2001  (Peraturan Daerah No.15 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cilegon - Lembar Daerah Kota Cilegon Tahun 2001 No. 69 Seri C). Selama kurun waktu tersebut hingga saat ini telah terjadi perubahan yang cukup besar dan signifikan terhadap kebijakan pembangunan baik di tingkat pusat maupun di daerah. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengubah tidak saja kewenangan daerah yang semakin besar mengelola daerah sendiri tetapi juga mempengaruhi proses dan prosedur penataan ruang di daerah. Pembagian kewenangan antara pusat, provinsi, kabupaten maupun kota secara tidak langsung berpengaruh pada substansi maupun materi rencana tata ruang. Implikasi yang terjadi adalah kota/kabupaten harus membuat berbagai penyesuaian terhadap rencana tata ruangnya karena besarnya kemungkinan daerah memberi penekanan tersendiri dalam mengembangkan wilayahnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perlu dilakukannya penyusunan kembali RTRW Kota Cilegon terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi, yaitu:

1. Adanya perubahan rujukan sistem perencanaan. Pada waktu RTRW Kota Cilegon dibuat masih mengacu pada RTRW Provinsi Jawa Barat, mengingat Provinsi Banten baru terbentuk pada tahun 2000 dan belum memiliki RTRW Provinsi. Selain itu, penyusunan RTRW Kota Cilegon semata-mata didasarkan pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; dengan acuan prosedural

(10)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 I-2

penyusunan Permendagri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota. Kedua rujukan tersebut pada dasarnya masih menganut sistem perencanaan top-down, dimana kedudukan rencana tata ruang bersifat hirarkis. Dewasa ini terdapat rujukan-rujukan baru dalam sistem perencanaan, karena adanya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999). Terkait dengan prosedur penyusunan rencana tata ruang, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang pun sudah diganti dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, selain secara teknis telah diterbitkan pula Pedoman Penyusunan RTRW Kota (Permen PU Nomor 17 Tahun 2009) yang memberi arahan tentang tata cara penyusunan RTRW Kota.

2. Adanya kebijakan-kebijakan  pemanfaatan RTRW Nasional (RTRWN) dan RTRW Provinsi (RTRWP) Banten yang belum terakomodir dan memiliki dampak terhadap pemanfaatan ruang secara luas. Hal ini dikarenakan RTRW Kota Cilegon dibuat masih mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1999 tentang RTRWN sedangkan peraturan tersebut kini telah diganti menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN. Selain itu Provinsi Banten baru terbentuk pada tahun 2000 dan belum memiliki RTRW Provinsi sehingga pada saat itu RTRW Kota Cilegon masih mengacu pada RTRWP Jawa Barat. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 dan RTRW Provinsi Banten, kebijakan-kebijakan tata ruang dalam tingkat nasional dan provinsi yang berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Kota Cilegon dalam lingkup nasional dan provinsi perlu diakomodir.

3. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan seringkali radikal dalam hal pemanfaatan sumber daya alam (SDA) untuk meminimalkan kerusakan lingkungan. Hal-hal yang semula menjadi kendala dalam pengembangan wilayah, dapat saja diatasi sehingga terbuka potensi pemanfaatan.

Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi perlunya penyusunan kembali RTRW Kota Cilegon, yaitu:

1. Peta RTRW yang digunakan tidak detail sehingga menyulitkan dalam pengaplikasian-nya. Hal ini terjadi karena skala peta dasar yang digunakan tidak/belum sesuai dengan kebutuhan dalam penyusunan rencana tata ruang kota sehingga arahan pemanfaatan ruang meskipun sudah menunjukkan kawasan-kawasan fungsional perkotaan, namun masih bersifat umum.

(11)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 I-3

2. Perkembangan Kota Cilegon yang mengalami pemekaran wilayah  berupa penambahan jumlah kecamatan dari 4 menjadi 8 kecamatan. Hal ini menimbulkan implikasi dalam pembagian wilayah kota dan arahan pengembangannya yang harus disesuaikan dengan batas-batas administrasi kecamatan dan kelurahan yang baru. 3. Adanya perubahan status desa menjadi kelurahan yang mempengaruhi peruntukan

lahan. Hal ini karena dengan status kelurahan, orientasi pelayanan perkotaan menjadi lebih besar dibandingkan sebelumnya sebagai desa.

4. Rendahnya kualitas RTRW yang dipergunakan untuk penertiban perizinan lokasi pembangunan, sehingga kurang dapat mengoptimalisasi perkembangan dan pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang cepat dan sangat dinamis. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara rencana pemanfaatan ruang dengan izin-izin lokasi yang diterbitkan, yang menunjukkan adanya penyimpangan dan/atau kurang mendorong perkembangan ke arah yang ditetapkan dalam rencana.

5. Terbatasnya pengertian dan komitmen aparatur yang terkait dengan tugas penataan ruang, mengenai fungsi dan kegunaan RTRW dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini dapat terjadi karena masih adanya persepsi tentang rencana tata ruang kota yang berbeda antar instansi pemerintah kota sehingga menyulitkan koordinasi dan sinergitas dalam pemanfaatan ruang sebagai pelaksanaan RTRW yang telah ditetapkan.

6. Adanya perubahan atau pergeseran nilai/norma dan tuntutan hidup yang berlaku di dalam masyarakat. Perubahan status menjadi kota otonom, menimbulkan tuntutan yang berbeda karena masyarakat mempunyai harapan-harapan yang lebih tinggi terhadap pelayanan perkotaan.

7. Lemahnya kemampuan aparatur yang berwenang  dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Hal ini terjadi karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu untuk melaksanakan rencana sekaligus menjaga konsistensi pelaksanaan rencana tersebut.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran

Penyusunan RTRW Kota Cilegon 2010 – 2030 ini dimaksudkan untuk membuat perencanaan struktur dan pola ruang wilayah Kota Cilegon sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota yang mampu mengakomodir dan mengantisipasi dinamika perkembangan pembangunan baik yang telah terjadi maupun yang diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang dan sekaligus dapat mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.

(12)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 I-4

Tujuan disusunnya RTRW Kota Cilegon Tahun 2010 – 2030 dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah:

a. Mencapai pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor melalui pemanfaatan ruang kawasan secara serasi, selaras, dan seimbang serta berkelanjutan.

c. Meningkatkan kemampuan memelihara pertahanan keamanan negara yang dinamis dan memperkuat intergrasi nasional.

d. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta mencegah timbulnya kerusakan fungsi dan tatanannya.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan RTRW ini adalah:

a. Meningkatkan kualitas fisik, yang mencakup pemeliharaan serta peningkatan prasarana dan sarana kota maupun pendukungnya agar sesuai dengan dinamika peningkatan kegiatan dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan kota serta mitigasi bencana.

b. Mewujudkan kota yang tertata rapi, nyaman dan layak huni melalui penyediaan berbagai sarana dan prasarana dalam mendukung pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan Kota Cilegon secara keseluruhan.

c. Merencanakan kawasan perindustrian yang menjadi kegiatan utama kota secara lengkap dengan sarana pendukungnya, serta mengembangkan model pengelolaan kota yang terintegrasi, terpadu dan terkendali.

d. Pengembangan berbagai alternatif model pengembangan kota antara lain antara kegiatan industri, perdagangan skala regional, dan pendukung serta keterkaitannya dengan kegiatan lain.

e. Mengembangkan pola transportasi yang mendukung pengembangan kota dan kegiatan yang ada di dalamnya serta kegiatan pendukungnya dengan memperhatikan aspek daya dukung maupun mitigasi bencana.

(13)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 I-5

1.3 Ruang Lingkup 1.3.1 Lingkup Wilayah

Berdasarkan letak geografisnya, Kota Cilegon berada di bagian ujung sebelah barat dari Pulau Jawa yang terletak pada posisi 5o52’ 24” – 6o04’ 07” Lintang Selatan (LS) dan 105o 54’ 05” – 106o 05’ 11” Bujur Timur (BT). Batasan ruang lingkup wilayah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 luas wilayah administrasi 17.550,0 Ha dengan 4 kecamatan yang telah dimekarkan menjadi 8 kecamatan (Kecamatan Ciwandan, Citangkil, Pulomerak, Grogol, Purwakarta, Cilegon, Jombang, dan Cibeber) yang terdiri atas 43 kelurahan.

Kota Cilegon mempunyai batas-batas sebagai berikut :

• Utara : Kecamatan Pulo Ampel dan Bojonegara (Kabupaten Serang) • Barat : Selat Sunda

• Selatan : Kecamatan Anyer dan Mancak (Kabupaten Serang)

• Timur : Kecamatan Kramatwatu dan Waringin Kurung (Kabupaten Serang)

Sehubungan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, kewenangan daerah kota terhadap laut adalah 1/3 dari wilayah laut Propinsi (yaitu 12 mil laut), atau 4 mil laut (1 mil laut = 1.852 m, sehingga 4 mil laut = 7.408 m). Panjang pantai Kota Cilegon yang menghadap ke Selat Sunda bila diukur secara “lurus” adalah sekitar 25 Km. Sehingga secara tentatif luas laut yang menjadi kewenangan Kota Cilegon sekitar 185 Km2, atau sedikit lebih luas dari wilayah daratan. Pada wilayah laut tersebut terletak pulau-pulau, yaitu Pulau Merak Besar, Pulau Merak Kecil, Pulau Rida, dan Pulau Ular.

1.3.2 Lingkup Pekerjaan

Komponen utama dalam penyusunan RTRW Kota Cilegon ini meliputi tahap persiapan, proses pengumpulan data dan informasi, analisis, perumusan konsep yang dituangkan dalam konsep pengembangan dan materi teknis, serta penyusunan raperda.

1. Tahap persiapan, meliputi:

a. Persiapan awal pelaksanaan yang mencakup pemahaman Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan penyiapan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

b. Kajian awal data sekunder yang mencakup review RTRW Kota Cilegon 2000 – 2010 dan kajian kebijakan terkait lainnya.

c. Persiapan teknis pelaksanaan yang mencakup penyimpulan data awal, penyiapan metodologi pekerjaan, penyiapan rencana kerja rinci, perangkat survey, mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan, serta pemberitaan kepada publik perihal akan dilakukannya penyusunan RTRW Kota Cilegon.

(14)

 RTRW Kota Cile

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030gon 2010 - 2030 I-6I-6

Gambar 1-1 Gambar 1-1 Wilayah Administrasi Wilayah Administrasi

(15)

 RTRW Kota Cile

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030gon 2010 - 2030 I-7I-7

2.

2. Proses pengumpulan data dan informasi meliputi Proses pengumpulan data dan informasi meliputi pengumpulan data primer danpengumpulan data primer dan sekunder serta informasi terkait penyusunan RTRW Kota Cilegon.

sekunder serta informasi terkait penyusunan RTRW Kota Cilegon. 3.

3. Proses pengolahan dan analisa data yang secara garis bProses pengolahan dan analisa data yang secara garis besar terdiri dari 2 (esar terdiri dari 2 (dua)dua) rangkaian analisis utama yaitu analisis mengenai karakteristik tata ruang wilayah Kota rangkaian analisis utama yaitu analisis mengenai karakteristik tata ruang wilayah Kota Cilegon serta analisis potensi dan masalah pengembangan kota.

Cilegon serta analisis potensi dan masalah pengembangan kota.

4. Perumusan konsep RTRW Kota Cilegon yang terdiri atas perumusan konsep 4. Perumusan konsep RTRW Kota Cilegon yang terdiri atas perumusan konsep

pengembangan wilayah dan perumusan RTRW kota itu sendiri. pengembangan wilayah dan perumusan RTRW kota itu sendiri. 5.

5. Penyusunan Raperda tentang RTRPenyusunan Raperda tentang RTRW Kota merupakan proses W Kota merupakan proses penuangan naskahpenuangan naskah teknis RTRW Kota Cilegon ke dalam bentuk pasal-pasal dengan mengikuti kaidah teknis RTRW Kota Cilegon ke dalam bentuk pasal-pasal dengan mengikuti kaidah penyusunan peraturan perundang-undangan.

penyusunan peraturan perundang-undangan.

1.3.3

1.3.3 Keluaran PekerjaanKeluaran Pekerjaan

Hasil/keluaran dari masing-masing tahapan pekerjaan yang dilakukan meliputi: Hasil/keluaran dari masing-masing tahapan pekerjaan yang dilakukan meliputi: 1.

1. Pada Pada tahap persitahap persiapan, apan, keluaran ykeluaran yang ang dihasilkan dihasilkan meliputi:meliputi: a.

a. Gambaran Gambaran umum umum wilayah wilayah Kota Kota Cilegon.Cilegon. b.

b. Kesesuaian produk Kesesuaian produk RTRW RTRW sebelumnya sebelumnya dengan kondisi dengan kondisi dan kebijakan dan kebijakan saat ini.saat ini. c.

c. Hasil kajian Hasil kajian awal mengenai awal mengenai kebijakan-kebijakan terkait kebijakan-kebijakan terkait wilayah Kota wilayah Kota Cilegon, isuCilegon, isu strategis, potensi dan permasalahan awal, serta gagasan awal pengembangan strategis, potensi dan permasalahan awal, serta gagasan awal pengembangan wilayah.

wilayah. d.

d. Metodologi Metodologi pendekatan pendekatan pelaksanaan pelaksanaan pekerjaan pekerjaan yang yang akan akan digunakan.digunakan. e.

e. Rencana Rencana kerja kerja pelaksanaan penyusunan pelaksanaan penyusunan RTRW RTRW Kota Kota Cilegon.Cilegon. f.

f. Perangkat survey Perangkat survey yang akan yang akan digunakan pada digunakan pada proses pengumpulan proses pengumpulan data dandata dan informasi.

informasi. 2.

2. Keluaran dari Keluaran dari proses pengumpulan data proses pengumpulan data dan informasi dan informasi didokumentasikan dalam didokumentasikan dalam BukuBuku Data dan Analisis.

Data dan Analisis.

3. Keluaran dari pelaksanaan kegiatan pengolahan data dan analisis juga di 3. Keluaran dari pelaksanaan kegiatan pengolahan data dan analisis juga di dokumentasikan dalam Buku Data dan Analisis. Sedangkan pokok-pokok penting yang dokumentasikan dalam Buku Data dan Analisis. Sedangkan pokok-pokok penting yang menggambarkan karakteristik tata ruang wilayah kota menjadi bagian awal dari buku menggambarkan karakteristik tata ruang wilayah kota menjadi bagian awal dari buku RTRW kota yang merupakan materi teknis RTRW Kota.

RTRW kota yang merupakan materi teknis RTRW Kota. 4.

4. Keluaran dari Keluaran dari pelaksanaan kegiatan perumusan pelaksanaan kegiatan perumusan konsepsi RTRkonsepsi RTRW didokumentasikanW didokumentasikan dalam buku RTRW kota yang merupakan materi teknis RTRW Kota, yang terdiri atas: dalam buku RTRW kota yang merupakan materi teknis RTRW Kota, yang terdiri atas: a.

a. Tujuan, Tujuan, kebijakan dan kebijakan dan strategi pstrategi penataan ruang enataan ruang wilayah wilayah kota;kota; b.

b. Rencana Rencana struktur struktur ruang ruang wilayah wilayah kota;kota; c.

c. Rencana Rencana pola pola ruang ruang wilayah wilayah kota;kota; d.

(16)

 RTRW Kota Cile

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030gon 2010 - 2030 I-8I-8

e.

e. Arahan Arahan pemanfaatan pemanfaatan ruang ruang wilayah wilayah kota; kota; dandan f.

f. Ketentuan Ketentuan pengendalian pengendalian pemanfaatan pemanfaatan ruang ruang wilayah wilayah kota.kota. 5.

5. Keluaran dari Keluaran dari pelaksanaan kegiatan penyusunan pelaksanaan kegiatan penyusunan raperda tentang raperda tentang RTRW kota RTRW kota adalahadalah naskah Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW kota.

naskah Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW kota.

1.4

1.4 Metodologi Metodologi PendekataPendekatann

Metodologi pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan RTRW Kota Metodologi pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan RTRW Kota Cilegon ini meliputi:

Cilegon ini meliputi:

1.

1. Untuk tahap Untuk tahap pengumpulan data pengumpulan data dan informasi, dan informasi, metodologi yang metodologi yang digunakan meliputi:digunakan meliputi:

a.

a. Pengumpulan data Pengumpulan data primer primer dilakukan dengan dilakukan dengan penjaringan aspirasi penjaringan aspirasi masyarakat danmasyarakat dan seluruh

seluruh stake holder stake holder  serta survey langsung melalui kunjungan lapangan ke semua serta survey langsung melalui kunjungan lapangan ke semua bagian wilayah kota.

bagian wilayah kota.

b. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengunjungi instansi-instansi b. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengunjungi instansi-instansi penyedia data untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, mengunjungi penyedia data untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, mengunjungi situs-situs internet, dan informasi yang terkait pada media massa.

situs internet, dan informasi yang terkait pada media massa.

2.

2. Pada kegiatan pengolahan dan analisis Pada kegiatan pengolahan dan analisis data, metodologi yang digunakan adalahdata, metodologi yang digunakan adalah dengan menganalisa potensi, masalah, peluang, tantangan, hambatan dan dengan menganalisa potensi, masalah, peluang, tantangan, hambatan dan kecenderungan perkembangan wilayah kota:

kecenderungan perkembangan wilayah kota:

a.

a. Analisis Analisis peran peran dan dan fungsi fungsi kota;kota;

b.

b. Analisis Analisis karakteristik karakteristik wilayah;wilayah;

c.

c. Analisis Analisis daya daya dukung dukung dan dan daya daya tampung tampung wilayah;wilayah;

d.

d. Analisis Analisis pusat-pusat pusat-pusat pelayanan;pelayanan;

e.

e. Analisis Analisis kebutuhan kebutuhan ruang; ruang; dandan

f.

f. Analisis Analisis pembiayaan pembiayaan pembangunan.pembangunan.

3. Pendekatan yang dilakukan pada kegiatan perumusan konsepsi yaitu mencari 3. Pendekatan yang dilakukan pada kegiatan perumusan konsepsi yaitu mencari beberapa alternatif konsep pengembangan wilayah untuk kemudian dinilai dan dipilih beberapa alternatif konsep pengembangan wilayah untuk kemudian dinilai dan dipilih alternatif terbaik yang sesuai untuk dikembangkan pada wilayah Kota Cilegon sebagai alternatif terbaik yang sesuai untuk dikembangkan pada wilayah Kota Cilegon sebagai dasar perumusan RTRW.

dasar perumusan RTRW.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1-2 mengenai kerangka pemikiran Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1-2 mengenai kerangka pemikiran penyusunan RTRW Kota Cilegon 2010 – 2030.

(17)

 RTRW Kota Cil

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030egon 2010 - 2030 I-I-I-9I-9

Materi Teknis

1.5 Sistematika Pembahasan

Materi teknis RTRW Kota Cilegon 2010 – 2030 akan diuraikan ke dalam 5 (lima) bab pembahasan, yang disusun sebagai berikut:

Bab 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang penyusunan RTRW, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, keluaran yang dihasilkan, metodologi pendekatan yang dilakukan, serta sistematika pembahasan.

Bab 2 TINJAUAN UMUM WILAYAH KOTA CILEGON

Bab ini berisi pembahasan mengenai tinjauan eksternal yaitu tinjauan umum Provinsi Banten dan potensi wilayah, serta tinjauan internal wilayah Kota Cilegon yang meliputi kondisi fisik geografis, sosial kependudukan, perekonomian, sarana perkotaan, aspek transportasi, prasarana perkotaan, serta aspek lingkungan.

Bab 3 ARAH PENGEMBANGAN TATA RUANG KOTA CILEGON

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai arah pengembangan tata ruang Kota Cilegon dilihat dari kedudukannya dalam kebijakan nasional (RTRWN), kebijakan Provinsi Banten (RTRW Provinsi Banten), serta isu-isu strategis dalam

(18)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 I-10

1.5 Sistematika Pembahasan

Materi teknis RTRW Kota Cilegon 2010 – 2030 akan diuraikan ke dalam 5 (lima) bab pembahasan, yang disusun sebagai berikut:

Bab 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang penyusunan RTRW, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, keluaran yang dihasilkan, metodologi pendekatan yang dilakukan, serta sistematika pembahasan.

Bab 2 TINJAUAN UMUM WILAYAH KOTA CILEGON

Bab ini berisi pembahasan mengenai tinjauan eksternal yaitu tinjauan umum Provinsi Banten dan potensi wilayah, serta tinjauan internal wilayah Kota Cilegon yang meliputi kondisi fisik geografis, sosial kependudukan, perekonomian, sarana perkotaan, aspek transportasi, prasarana perkotaan, serta aspek lingkungan.

Bab 3 ARAH PENGEMBANGAN TATA RUANG KOTA CILEGON

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai arah pengembangan tata ruang Kota Cilegon dilihat dari kedudukannya dalam kebijakan nasional (RTRWN), kebijakan Provinsi Banten (RTRW Provinsi Banten), serta isu-isu strategis dalam pengembangan wilayah Kota Cilegon.

Bab 4 KAJIAN TATA RUANG WILAYAH KOTA CILEGON

Bab ini berisi hasil analisis yang dilakukan terhadap potensi dan permasalahan pengembangan wilayah Kota Cilegon, serta alternatif strategi dan konsep pengembangan yang tepat untuk wilayah Kota Cilegon.

Bab 5 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA CILEGON

Bab ini berisi tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana struktur ruang wilayah Kota Cilegon, rencana pola ruang wilayah Kota Cilegon, penetapan kawasan strategis Kota Cilegon, arahan pemanfaatan ruang, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.

(19)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-1

B

B

B

B

B

B

B

BA

A

AB

A

A

A

A

A

B

B

B

B

B

B

B

2

2

2

2

2

2

2

2

Tinjauan Umum Wilayah

Kota Cilegon

2.1 Tinjauan Eksternal

Pada sub bab ini akan disajikan gambaran umum wilayah Provinsi Banten yang mencakup letak geografis dan potensi wilayah Provinsi Banten sebagai wilayah makro dari Kota Cilegon.

2.1.1 Letak Geografis

Secara keseluruhan Provinsi Banten memiliki wilayah seluas 8.651,20 Km2, dan terdiri atas 4 (empat) Kabupaten dan 4 (empat) Kota, yaitu; Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Tangerang; Kota Cilegon, Kota Serang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Dari 4 (empat) Kabupaten dan 4 (empat) kota tersebut, terbagi lagi menjadi 154 kecamatan, 262 kelurahan, 1.273 desa, serta 61 pulau kecil, dan wilayah pantai sepanjang 517,42 Km.

Secara geografis letak wilayah Provinsi Banten berada pada 1050 01’ 11” – 1060 07’ 12” Bujur Timur (BT) dan 05007’ 50” – 07001’ 01” Lintang Selatan (LS). Batas wilayah Provinsi Banten secara administrasi adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa

• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat

• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Samudera Hindia

• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Selat Sunda

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2-1 mengenai peta administrasi wilayah Provinsi Banten.

(20)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-2

(21)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-3

2.1.2 Potensi Wilayah Provinsi Banten

A. Sumber Daya Alam

Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi Banten dibagi menjadi 6 (enam) DAS, yaitu :

• DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang (Taman

Naional Ujung Kulon dan sekitarnya);

• DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Pandeglang dan

bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;

• DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Pandeglang;

• DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten

Pandeglang;

• DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon; • DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten Tangerang dan

Kota Tangerang.

Disamping ke-6 (enam) DAS tersebut, di Provinsi Banten terdapat Situ yang digunakan sebagai cadangan air tanah, penyangga banjir, menstabilkan suplai air tanah wilayah sekitar, sumber perikanan air tawar, obyek wisata air, memberikan nilai estetika bagi Provinsi Banten dan sarana.

Provinsi Banten dari aspek sumber daya perikanan laut/darat dapat dibedakan sesuai dengan lokasi dilaksanakannya budidaya perikanan, yaitu perikanan darat (perikanan air tawar) dan perikanan laut. Dengan semakin terbatasnya lahan di darat bagi keperluan perikanan, maka pengembangan sektor perikanan lebih diarahkan pada upaya pengembangan perikanan laut, khususnya budidaya laut. Provinsi Banten memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar, oleh karena mempunyai garis pantai sepanjang 517,42 Km. Selama masa krisis moneter melanda kawasan Asia, sektor perikanan telah menunjukkan kemampuannya sebagai salah satu sektor yang mampu bertahan dari krisis, bahkan menunjukkan peningkatan nilai ekspor. Hal ini disebabkan sektor ini mempunyai kandungan impor yang relatif kecil, dibanding nilai ekspor yang dihasilkan.

Pariwisata di Provinsi Banten memiliki sumberdaya alam potensial untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Jenis-jenis pariwisata alam yang dapat dikembangkan meliputi pariwisata pantai, pariwisata danau, pariwisata gunung, pariwisata purbakala, pariwisata budaya, pariwisata museum, pariwisata peristiwa, pariwisata pertambangan, pariwisata cagar alam, serta pariwisata air panas. Selain i tu, terdapat pula beberapa lokasi untuk wisata budaya.

(22)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-4

B. Perekonomian

Berdasarkan aspek perekonomian, potensi yang dimiliki oleh Provinsi Banten untuk mendorong pengembangan wilayah adalah sebagai berikut :

1. Provinsi Banten memiliki 5 (lima) sektor ekonomi potensial yang menopang perekonomian provinsi yaitu sektor pertanian, sektor indusri pengolahan, sektor listrik, Gas dan air Bersih, sektor perdagangan, Hotel dan Restauran, sektor Jasa. Kelima sektor ekonomi potensial tersebut telah menciptakan keseimbangan industri dan agraris.

a) Sektor pertanian yang tumbuh pada Tahun 2004 sebesar 2,07 persen menjadi meningkat pada Tahun 2005 sebesar 2,66 persen.

b) Sektor Industri Pengolahan pada Tahun 2004 sebesar 4,39 persen meningkat pada Tahun 2005 menjadi 4,42 persen.

c) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada Tahun 2004 sebesar 5,99 persen meningkat pada Tahun 2005 menjadi 6,22 persen.

d) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restaurant pada Tahun 2004 sebesar 6,25 persen meningkat pada Tahun 2005 menjadi 8,84 persen.

e) Sektor Jasa pada Tahun 2004 sebesar 6,10 persen meningkat pada Tahun 2005 sebesar 6,46 persen.

2. Laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun 2002-2005 sebesar rata-rata 5%/tahun. Kondisi ini menunjukkan peningkatan kinerja perekonomian wilayah pasca krisis ekonomi.

3. Selama tiga tahun terakhir telah terjadi peningkatan daya beli masyarakat di wilayah Provinsi Banten. Hal ini terlihat dari pendapatan perkapita nominal (atas dasar harga berlaku) maupun pendapatan perkapita riil (atas dasar harga konstan) mengalami peningkatan yang cukup berarti.

4. Neraca perdagangan Provinsi Banten mengalami penurunan pada Tahun 2005 dibandingkan Tahun 2004, dengan nilai ekspor sebesar US$ 709.985.836 turun 13,06% dibandingkan Tahun 2004. Impor pada Tahun 2005 mengalami defisit devisa sebesar US$ 2.616.299.307 mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2004 sebesar 5,39%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ekspor dan impor Provinsi Banten sangat terpengaruh oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak 1997. Tetapi pada Tahun 2000-2004 neraca perdagangan sudah kembali membaik meskipun belum seperti semula.

(23)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-5

C. Transportasi

Dalam kerangka pemerataan pembangunan daerah, perlu adanya keterkaitan antara pembangunan kawasan, pembangunan sektoral dan pemberdayaan masyarakat serta pembangunan sektor-sektor pendukung lainnya melalui pendekatan kesisteman, yaitu : Sistem pengaturan tata ruang (perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang), Sistem pergerakan ekonomi (sistem pergerakan produk barang dan jasa), Sistem Jaringan Transportasi (sistem dukungan infrastruktur seperti jalan, jembatan, kereta api dll), dan Sistem Pengaturan Kegiatan (sistem yang mengatur kewenangan masing-masing instansi dan stakeholder baik provinsi, kabupaten/kota maupun masyarakat). Melalui pendekatan kesisteman ini diharapkan akan terwujud :

1) Pengembangan wilayah strategis berupa aksesibilitas jaringan transportasi barang dan orang dalam memperlancar aksesibilitas dari dan ke Kawasan Bandara Soekarno -Hatta (PINTU 1) disamping pengembangan kawasan itu sendiri dalam menciptakan daya tarik bagi pertumbuhan kawasan disekitarnya.

2) Pengembangan wilayah strategis berupa aksesibilitas jaringan transportasi barang dan dukungan penyediaan infrastruktur dasar penunjang pelabuhan (listrik, telekomunikasi,  jalan dan air) dalam operasionalisasi Pelabuhan Bojonegara (PINTU 2) yang

diharapkan menjadi bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia.

3) Pengembangan kawasan yang diprioritaskan pada pengembangan wilayah produktif berupa aksessibilitas jaringan transportasi rakyat dan usaha agro untuk memperlancar sistem distribusi dan produksi agro melalui Pengembangan Stasiun Kereta Api Rangkas (PINTU 3).

2.2 Tinjauan Internal Wilayah Kota Cilegon

Pada sub-bab ini akan disajikan gambaran umum wilayah Kota Cilegon yang meliputi letak geografis dan batas administrasi, kondisi fisik geografis, sosial kependudukan, perekonomian, sarana perkotaan, aspek transportasi, prasarana perkotaan, dan aspek lingkungan.

2.2.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Wilayah

Berdasarkan letak geografisnya, Kota Cilegon berada di bagian ujung sebelah barat dari Pulau Jawa yang terletak pada posisi 5o52’ 24” – 6o04’ 07” Lintang Selatan (LS) dan 105o 54’ 05” – 106o 05’ 11” Bujur Timur (BT). Batasan ruang lingkup wilayah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 luas wilayah administrasi 17.550,0 Ha dengan 4 kecamatan yang telah dimekarkan menjadi 8 kecamatan (Kecamatan Ciwandan, Citangkil,

(24)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-6

Pulomerak, Grogol, Purwakarta, Cilegon, Jombang, dan Cibeber) yang terdiri atas 43 kelurahan.

Secara administrasi, Kota Cilegon mempunyai batas-batas sebagai berikut :

• Utara : Kecamatan Pulo Ampel dan Bojonegara (Kabupaten Serang) • Barat : Selat Sunda

• Selatan : Kecamatan Anyer dan Mancak (Kabupaten Serang)

• Timur : Kecamatan Kramatwatu dan Waringin Kurung (Kabupaten Serang)

Sehubungan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, kewenangan daerah kota terhadap laut adalah 1/3 dari wilayah laut Propinsi (yaitu 12 mil laut), atau 4 mil laut (1 mil laut = 1.852 m, sehingga 4 mil laut = 7.408 m). Panjang pantai Kota Cilegon yang menghadap ke Selat Sunda bila diukur secara “lurus” adalah sekitar 25 Km. Sehingga secara tentatif luas laut yang menjadi kewenangan Kota Cilegon sekitar 185 Km2, atau sedikit lebih luas dari wilayah daratan. Pada wilayah laut tersebut terletak pulau-pulau, yaitu Pulau Merak Besar, Pulau Merak Kecil, Pulau Rida, dan Pulau Ular

2.2.2 Fisik Geografis

Penelaahan karakteristik fisik dasar penting bagi perencanaan tata ruang, mengingat keadaan fisik dasar akan menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan lahan bagi keberlangsungan kegiatan yang ada di atasnya.

A. Morfologi

Kota Cilegon berada pada ketinggian antara 0-553 meter di atas permukaan laut (dpl). Wilayah tertinggi berada di bagian utara Kecamatan Pulomerak (Gunung Gede), sedangkan terendah berada di bagian barat yang merupakan hamparan pantai. Berdasarkan karakteristik morfologi daratan dan kemiringan lahan, secara garis besar karakteristik fisik Kota Cilegon dapat dibedakan ke dalam tiga bagian, yaitu :

• Bentuk dataran, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 0-2% hingga 2–7%,

tersebar di sepanjang pesisir pantai barat dan bagian tengah Kota Cilegon.

• Bentuk perbukitan-sedang, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 7-15%,

terdapat di wilayah tengah kota, tersebar di bagian utara dan selatan Kecamatan Cilegon dan Cibeber, serta bagian selatan Kecamatan Ciwandan dan Citangkil.

• Bentuk perbukitan-terjal, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 15–40% hingga

lebih dari 40%, tersebar di bagian utara Kota Cilegon (Kecamatan Pulomerak dan Grogol) dan sebagian kecil wilayah barat Kecamatan Ciwandan.

(25)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-7

B. Hidrogeologi

Keadaan hidrogeologi di Kota Cilegon memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut : (1) Terdapatnya daerah aliran langka, potensi mata air langka dengan daerah penyebaran di bagian utara dan tengah wilayah kota; (2) Akuifer produktif rendah, air melalui celahan dan ruang antar butir, potensi mata air sedang; (3) Akuifer produktif dengan penyebaran luas, alirannya melalui ruang antar butir. Pada akuifer ini tidak terdapat mata air; dan (4) Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas, alirannya melalui ruang antar butir. Pada akuifer ini tidak ada mata air.

Untuk sebaran air di permukaan, terdapat beberapa sungai (kali) kecil. Di daerah Pulomerak sungai kecil ini berawal dari kawasan puncak Gunung Gede, sedangkan untuk yang melintasi daerah Kecamatan Cilegon, Ciwandan, dan Cibeber bersumber dari mata air yang berada di luar wilayah Kota Cilegon. Pada umumnya kali tersebut hanya berfungsi sebagai saluran pembuangan air (drainase kota) yang bersifat alami dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan lain, semisal untuk irigasi pertanian dan lain-lain. Hal ini tidak terlepas dari kondisi permukaan air kali-kali tersebut yang pada umumnya terletak jauh lebih rendah dari lahan di sekitarnya serta debit air rata-rata yang rendah. Neraca air di Kota Cilegon dihitung dengan Metode F.J. Mock, dengan jumlah limpasan air permukaan sebesar 614,79 mm dan volume simpanan air tanah (storage volume ) sebesar 432 mm. Jika luas wilayah Kota Cilegon 175,5 km2, maka besarnya volume simpanan air tanah adalah 75.816.000 m3 /tahun.

Dengan memperhatikan faktor-faktor morfologi, litologi dan arah aliran air tanah, daerah akifer dengan produktivitas tinggi (Qs= 1-19 lt/dtk/m) terdapat di sekitar daerah industri PT.

Krakatau Steel. Di dalam peta potensi air tanah, daerah tersebut dizonasikan sebagai daerah yang mempunyai produktivitas sumur >5lt/dtk. Menurut hasil pengamatan lapangan serta dengan memperhatikan tipikal konstruksi sumur bor yang ada, sebagian besar muka air tanah sumur bor yang ada umumnya lebih rendah dari muka air sumur gali di sekitarnya. Berdasarkan kondisi ini untuk tujuan konservasi (melindungi air sumur gali agar tidak tersedot ke sumur bor) pengambilan air tanah untuk sumur bor harus mulai dicermati. Penambahan debit pengambilan untuk industri (usaha komersial) sebaiknya dilakukan dengan penelitian hidrogeologi yang lebih teliti dan detail pada skala lokal.

Kualitas air tanah Kota Cilegon umumnya masih memenuhi syarat untuk air minum (TDS < 1.000 mg/l), kecuali di sepanjang pantai Selat Sunda (nilai TDS 1.000-20.960 mg/l), dan sebagian lokasi di Kelurahan Kotabumi (Kecamatan Purwakarta), Mekarsari (Kecamatan Pulomerak), Sukmajaya (Kecamatan Jombang), Cibeber (Kecamatan Cibeber), kualitas air tanahnya tidak memenuhi syarat sebagai air minum (nilai TDS 1.000-8.000 mg/l).

(26)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-8

Berdasarkan pada analisis dengan Diagram Wilcox, daerah kajian pada umumnya mempunyai resiko kegaraman (salinity hazard ) sedang dan sodium (sodium/alkali hazard ) rendah. Resiko kegaraman tinggi-sangat tinggi dan resiko sodium rendah (C4-S1) akan cenderung dijumpai di sekitar daerah pantai setempat, dijumpai di sekitar Kelurahan Kotabumi (Kecamatan Purwakarta) dan Mekarsari (Kecamatan Pulomerak).

C. Klimatologi

Musim penghujan terjadi antara bulan November–April. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei–Oktober. Besarnya curah hujan bulan November-April berkisar antara 100–400 mm, sedangkan bulan Mei–Oktober berkisar antara 50–150 mm. Besarnya curah hujan tahunan berkisar antara 1000–1500 mm/tahun. Sementara itu kecepatan angin terendah terjadi pada bulan Juni dan tertinggi pada bulan Desember. Berdasarkan data setiap kecamatan (2003), diketahui banyaknya curah hujan di Kecamatan Citangkil sekitar 200 mm/tahun, Purwakarta antara 90-98 mm/tahun, Pulomerak antara 10-25 mm/tahun, dan tidak terdapat data untuk lima kecamatan lainnya.

Hasil rekaman suhu rata-rata di St. Klimatologi Serang nampak bahwa rata-rata bulanan dari Januari hingga Desember, suhu terendah 26,20 C yang terjadi pada Januari dan suhu tertinggi terjadi pada November yaitu 27,260 C. Keadaan rata-rata tekanan udara berkisar antara 1010,9 milibar (mb) hingga 1012,3 mb. Tekanan terendah pada bulan Mei dan tertinggi pada September. Penyinaran matahari rata-rata bulanan dari yang terendah sampai yang tertinggi antara 8,0 % dan 40,6 %. Penyinaran matahari yang terendah terjadi pada Juli dan tertinggi pada Februari. Kecepatan angin rata-rata bulanan dari yang terendah hingga yang tertinggi antara 3,7 m/det dan 4,8 m/det. Kecepatan terendah terjadi pada Juni dan tertinggi pada Desember. Kelembaban nisbi rata-rata bulanan dari yang terendah hingga yang tertinggi antara 77,4% dan 84,2%. Kelembaban terendah terjadi pada Oktober dan tertinggi pada Februari.

D. Geologi

Menurut E. Rusmana, dkk (1991) batuan di daerah kajian tersusun oleh batuan yang berumur Kuarter, batuan yang relatif muda umurnya dalam skala waktu geologi. Dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan, yakni : (1) Batuan Volkanik Kuarter Tua: Satuan batuan ini terdapat di daerah utara wilayah kajian (G. Gede), terdiri atas lahar, lava dan breksi termampatkan, berkomposisi andesit sampai basal dan berumur Plistosen Bawah; (2) Tufa Banten : Satuan batuan ini terdapat sebagian besar di selatan wilayah kajian, meliputi morfologi dataran dan perbukitan, di bagian bawah terdiri atas tufa breksi, aglomerat, tufa batu apung dan tufa lapili, sedangkan di bagian atas tersusun atas tufa pasiran. Satuan ini berumur Plistosen Tengah; dan (3) Endapan Aluvium Pantai : Satuan ini sebagian besar terdapat di daerah pantai Kota Cilegon, tersusun oleh perselingan antar

(27)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-9

lempung dan pasir, bersifat lepas, dan berumur Holosen. Rangkuman urutan perlapisan batuan/stratigrafi regional yang terdapat di daerah Cilegon dan sekitarnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2-1

Kolom Stratigrafi Kota Cilegon dan Sekitarnya.

Umur Satuan Batuan

    K     U     A     R     T     E     R Aluvium Batugamping Koral

Endapan Gunungapi Muda Endapan Kaldera Dano Tuf Banten Atas

Endapan Gunungapi Dano Tuf Banten Bawah

Fm. Bojong Endapan Gunungapi Tua     T     E     R     S     I     E     R Fm. Cipacar Fm. Genteng Fm. Bojongmanik Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan pada evaluasi peta geologi yang ada (E. Rusmana,dkk,1991), struktur geologi yang terdapat di daerah kajian berupa kelurusan-kelurusan topografi yang diidentifikasi melalui foto udara. Kelurusan-kelurusan tersebut mengindikasikan kemungkinan adanya  jalur struktur rekahan atau sesar (patahan), yang umumnya berarah barat laut-tenggara dan sebagian barat daya-timur laut. Struktur rekahan atau sesar yang berarah barat laut-tenggara terdapat di kompleks G.Gede memotong batuan volkanik Kuarter Tua, dan struktur yang berarah barat daya-timur laut terdapat di bagian timur Kota Cilegon yang memotong batuan Tufa Banten.

E. Jenis dan Tekstur Tanah

Keadaan tanah di Kota Cilegon merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede. Jenis tanah ini dijumpai di dataran dan lereng pegunungan, berwarna cokelat muda, cokelat tua dengan tekstur halus-kasar, termasuk jenis tanah ini adalah lempung, lempung pasiran dan pasir. Jenis tanah pasir atau yang bersifat pasiran mempunyai sifat meresapkan air cukup baik. Tanah yang berasal dari aluvium (endapan sungai, pantai, dan rawa) dijumpai di wilayah utara Kota Cilegon. Jenis tanah ini dicirikan dengan warna abu-abu muda kecokelatan, bersifat agak lepas, ukuran butir dari lempung hingga pasir, tekstur halus-kasar. Sesuai dengan tekstur tanah dan sebarannya, dengan kedalaman efektif masing-masing tanah yang bervariasi.

Tekstur tanah merupakan keadaan kasar halusnya tanah (bahan padat anorganik) yang ditentukan berdasarkan perbandingan fraksi-fraksi pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah di Kota Cilegon diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu tekstur tanah kasar, sedang, dan

(28)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-10

halus. Dilihat dari sebarannya, tekstur tanah di Kota Cilegon sebagian besar merupakan tanah dengan tekstur halus (liat) yang tersebar dari barat, tengah, timur kota, dan sebagian di wilayah selatan. Untuk wilayah utara sebagian besar bertekstur tanah sedang (lempung) dan di bagian barat daya bertekstur kasar (pasir). Berdasarkan luasnya, luas wilayah dengan tekstur tanah sedang (lempung) merupakan wilayah terbesar di Kota Cilegon yaitu dengan luas 10.528 Ha atau sebesar 59,99% dari luas wilayah keseluruhan. Kemudian disusul wilayah dengan tekstur halus seluas 5.847 Ha atau sebesar 33,31% serta yang terkecil adalah luas wilayah dengan tekstur kasar seluas 1.175 Ha atau sebesar 6,70%.

F. Kelautan

Kondisi yang dibahas meliputi bathimetri, pasang surut, dan arus. Untuk keadaan bathimetri, Selat Sunda dibagi menjadi dua bagian, yaitu : (1) bagian pantai dengan kedalaman rata-rata 20 meter dengan kemiringan dasar rata-rata 10%; dan (2) bagian tengah dengan kedalaman rata-rata 30 meter selebar 4 kilometer. Dari data sounding, diketahui sampai kurang lebih jarak 1 kilometer dari garis pantai, kedalaman laut rata-rata sekitar 10 meter dengan kemiringan dasar laut slope rata-rata 10%.

Analisis pasang surut dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari daerah di sekitarnya yaitu lokasi Pelabuhan Merak dan Ciwandan. Tipe pasang surutnya adalah 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam 24 jam, sedangkan tenggang pasang surut yang tertinggi adalah 1,2 meter. Arus perairan seperti Selat Sunda dapat dipengaruhi pasang surut. Kecepatan arus pada saat pasang kurang lebih 0,6 knot dengan arah timur laut, saat surut 0,7 knot dengan arah barat daya. Pada musim timur, arus laut di perairan Selat Sunda lebih banyak mengarah ke timur atau timur laut sedangkan pada musim barat mengarah ke barat atau barat daya, dengan kecepatan arus berkisar antara 1,5-2,2 knot. Dari hasil pengkajian analisis dampak lingkungan Proyek Perluasan Pelabuhan Merak-Bakauheni, diperoleh keterangan bahwa berdasarkan informasi dari nelayan setempat dan pengamatan visual, terdapat terumbu karang di sekitar Pulau Merak Kecil dan di sebelah Tenggara, Selatan, dan Barat Laut Pulau Merak Besar.

Ikan hasil tangkapan dengan bagan, pancing, gillnet dan payang, biasanya didaratkan di TPI Anyer. Selain ikan teri, aembang, kembung, layang, umumnya ikan-ikan yang tertangkap merupakan ikan pilajik besar (tongkol, layaran, cakalang, tuna, dan tenggiri). Ladang ikan pilajik ini umumnya terdapat di perairan Dusun Sangiang.

(29)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-11

G. Geomorfologi

Berdasarkan kenampakan pada peta topografi dan citra satelit SPOT, sebaran bentang alam di wilayah Kota Cilegon teratur. Kondisi bentang alam (morfologi) wilayah ini dicirikan oleh adanya beberapa satuan bentang alam, yaitu: satuan perbukitan bergelombang rendah dan satuan dataran rendah.

Satuan bentang alam perbukitan rendah bergelombang menempati wilayah di bagian utara, dicirikan oleh perbukitan bergelombang rendah dengan ketinggian maksimum sekitar 1000 meter. Secara umum permukaan dataran dari satuan ini adalah rata sampai miring landai, torehan sungai dangkal dan lebar. Satuan ini disusun oleh produk erupsi dan hasil rombakan dari gunung api-gunung api pada satuan pegunungan. Dari kenampakan bentang alamnya, batuan yang menyusunnya relatif lebih lunak atau bersifat lepas yang terdiri dari tufa dan breksi berbutir halus.

Satuan bentang alam dataran rendah menyebar hampir di seluruh wilayah, sebagian besar di dataran pantai barat. Bentuk satuan ini berbeda dalam kenampakan yang sifatnya sesuai dengan cara pembentukan dataran tersebut. Dataran aluvial sungai dan pantai merupakan bentuk yang sangat umum terdapat di wilayah ini.

H. Potensi Bencana Alam Geologi

• Kegempaan dan Tsunami

Gempa di laut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian gelombang tsunami. Tsunami di Selat Sunda dapat disebabkan oleh gempa tektonik di perairan Selat Sunda maupun Samudera Hindia, letusan Gunung Anak Krakatau, kerusakan akibat gelombang tsunami terutama terjadi pada daerah teluk, akibat terjadinya penyempitan gerakan gelombang sehingga mempercepat gerakan gelombang tersebut. Kecepatan tsunami lebih besar pada laut dalam dibandingkan laut dangkal, karena pada laut dangkal kecepatan gelombang banyak dinetralisir oleh dasar laut yang semakin dangkal sementara pada laut dalam gelombang bergerak tanpa hambatan.

Patahan merupakan salah satu penyebab terjadinya gempa berjenis gempa tektonik. Energi kinetik yang timbul pada patahan berubah menjadi energi gelombang. Pulau Jawa memiliki banyak patahan aktif. Martodjojo (1984) menyebutkan bahwa ada tiga pola patahan utama di Pulau Jawa, yaitu: Pola Sumatera, Pola Jawa, dan Pola Sunda. Selain patahan, volkanisme juga dapat menyebabkan gempa, dengan jenis gempa volkanik. Pusat gempa jenis ini akan mengikuti jalur volkanisme/jalur gunungapi di Indonesia. Gempa jenis ini umumnya akan mempunyai pusat gempa di bawah permukaan (episenter) yang dangkal, sehingga bersifat l ebih merusak.

(30)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-12

Heru Sri Naryanto (2006) telah membahas potensi seismisitas dan tsunami di Selat Sunda dalam paparannya yang berjudul Kesiapan Mengantisipasi Bencana Industri Di Provinsi Banten. Khusus untuk kawasan Selat Sunda, kegempaan di wilayah ini menunjukkan aktivitas yang besar. Kegempaan di Selat Sunda dengan skala di atas 2,5 skala Richter pada tahun 1985 terjadi sebanyak 29 kali, tahun 1986 14 kali, tahun 1987 sebanyak 8 kali, tahun 1988 sebanyak 13 kali, tahun 1989 sebanyak 12 kali dan tahun 1990 sebanyak 6 kali. Berdasarkan pencatatan telemetri didapatkan angka sebanyak 2.456 kali gempa pada tahun 1994, dan paling kecil sebanyak 1.692 kali tahun 1993. Titik pusat gempa dapat dilihat pada gambar selanjutnya.

Gambar 2-2

Seismisitas di Selat Sunda Tahun 2006

Sumber:USGS, 2006 

Keterangan : Pusat gempa umumnya mempunyai intensitas magnitude 6 dan berada pada kedalaman 0 hingga -35 km di bawah permukaan laut.

(31)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-13

Rata-rata kejadian gempa adalah sekitar 2.000 kali setiap tahunnya. Dari catatan kejadian gempa bumi yang terjadi dari tahun 1900 sampai tahun 1993, sebagian besar mempunyai magnitude (M) sebesar 4,1 sampai 6,0. Gempa besar lain yang terjadi di kawasan Selat Sunda adalah pada tanggal 27 Februari 1903 dengan skala VII MMI di Banten, 12 Mei 1923 dengan skala VII MMI di Banten yang dirasakan di seluruh Jawa, 24 Juni 1949 skala 7 Richter di dekat Krakatau, 9 Juli 1957 skala 6,2 Richter di sebelah barat Selat Sunda serta 16 Desember 1963 skala V MMI di Labuan.

Pusat gempa antara tahun 1900-1999 dengan magnitude >4 umumnya terjadi di Lautan Hindia dan Selat Sunda dengan frekuensi 6–29 kali per tahun. Konsentrasi pusat gempa berada di 3 lokasi, yaitu di bawah G. Krakatau, pada graben (sesar turun) di sebelah barat Selat Sunda, dan di selatan Sumatera. Beberapa pusat gempa yang telah terjadi di daratan umumnya terjadi di Banten Selatan (Kabupaten Lebak atau Kabupaten Pandeglang). Beberapa catatan gempa penting di sekitar Kota Cilegon: Gambar sebelumnya adalah peta seismisitas atau peta pusat gempa tahun 2006 di Wilayah Selat Sunda yang ditandai oleh rekaman titik gempa berwarna jingga (10 titik), warna hijau (2 titik), dan warna biru (2 titik) dengan intensitas umumnya magnitude 5 – 6 pada kedalaman 0 hingga -35 km di bawah muka laut. Lebih jauh lagi, gempa dengan magnitude 7, 8, dan lebih dari 8 sempat terekam sejak tahun 1900. Terdapat 1 titik gempa di Selat Sunda pada kedalaman 0 hingga 35 m dibawah muka laut

• Kegunungapian

Aktivitas gunungapi di sekitar Selat Sunda terdapat pada G. Anak Krakatau yang telah tumbuh sejak letusannya terakhir pada abad ke-19. Letusan gunungapi G. Krakatau pada tanggal 27 Agustus 1883 yang diikuti oleh tsunami telah menghancurkan kota dan desa di sekitar Selat Sunda dan mengakibatkan hilangnya nyawa 36.000 orang. Letusan gunungapi tersebut merupakan letusan terbesar dengan melontarkan material vulkanik sebanyak 18 km3  setinggi 80 km dan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 30–40 m di sepanjang pantai Merak–Banten, Lampung Selatan hingga Jakarta. Gelombang tsunami terdeteksi dengan periode lebih dari 30 menit pada lokasi yang dekat hingga 1–2 jam pada lokasi yang jauh. Tsunami tersebut berjalan ke arah barat di perairan Samudera Hindia sekitar Tanjung Harapan (Cape of Good Hope ) dan ke utara hingga Atlantik. Tsunami terekam di Cape Town, Afrika Selatan (13.032 km  jaraknya), di Pelabuhan Cape Horn, Amerika Selatan (14.470 km) dan di Panama,

Amerika Tengah (20.646 km).

Letusan besar pada gunungapi tersebut telah membentuk kaldera, serta menyisakan tiga pulau, yaitu Pulau Rakat, Sertung, dan Panjang yang terletak di pematang kaldera. Sejak tahun 1930 di tengah-tengah kaldera muncul titik letusan baru yang lama

(32)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-14

kelamaan menjadi kerucut gunungapi dan dinamakan G. Anak Krakatau. Sejak tahun 1963 kegiatan G. Anak Krakatau bergeser ke barat dan telah membentuk kerucut kedua yang telah mencapai ketinggian 201,446 m pada tahun 1983. Dari tahun 1930 hingga 1983, G. Anak Krakatau telah mengerupsi sebanyak 74 kali, baik erupsi eksplosif maupun efusif. Dari sejumlah letusan tersebut, pada umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya. Erupsi ini merupakan kegiatan rutin Anak Krakatau yang terjadi setiap satu sampai delapan tahun sekali, dan umumnya terjadi empat tahun sekali yang berupa letusan abu dan lelehan lava.

• Mitigasi bencana Geologi

Bencana alam geologi tidak dapat dilawan, tetapi upaya yang harus dilakukan adalah mitigasi bencana/melunakkan dampak yang ditimbulkan apabila terjadi bencana. Biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan mitigasi bencana relatif sangat sedikit bila dibandingkan dengan kerugian apabila terjadi bencana.

Manajemen bencana atau sering disebut sebagai penanggulangan bencana (disaster  management ) merupakan proses penanggulangan bencana secara dinamis, terpadu dan berkelanjutan yang meliputi pencegahan (preventive ), mitigasi (mitigation ), kesiapsiagaan (preparedness ), tanggap darurat (response ), rehabilitasi (rehabilitation ) dan pembangunan kembali/rekonstruksi (reconstruction ).

Evaluasi tata ruang daerah perlu memperhatikan potensi bencana geologi. Beberapa negara, seperti Hawaii, Amerika Serikat, dan Jepang telah berpengalaman dalam mengelola tata ruang berbasis potensi bencana geologi. Dalam beberapa publikasinya, hal umum yang dilakukan adalah: sosialisasi kepada masyarakat mengenai bencana geologi, bagaimana mengenalinya, serta apa yang harus dilakukan. Selanjutnya pihak berwenang akan menyusun program penanganan pra bencana meliputi:

1. Mikrozoning bencana (identifikasi potensi bencana);

2. Mengkaji tingkat kerawanan (vulnerability assessment ), yaitu potensi kerugian yang dapat dialami dalam bentuk luasan area, jumlah orang, aset ekonomi, bangunan dan segala infrastruktur yang ada, apabila terjadi bencana;

3. Analisis risiko (risk analysis ), yaitu memperkirakan terjadinya penderitaan atau kerugian tanpa dilakukan tindakan apapun dan kerugian setelah dilakukan upaya preventif;

4. Mitigasi bencana (struktural maupun non struktural); 5. Sistem peringatan dini;

(33)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-15

Sebagai contoh kewaspadaan Pemerintah Kota Cilegon dalam merespon bencana geologi, telah dibuat zonasi kawasan berdasarkan kerawanannya terhadap bencana geologi. Kawasan Selat Sunda telah dibagi menjadi 5 zonasi kerawanan (BPPT, 1997 op.cit Nuryanto, 2006), yaitu: (1) Zona I (Merak dan sekitarnya); (2) Zona II (Anyer – Carita dan sekitarnya); (3) Zona III (Bandar Lampung dan sekitarnya); (4) Zona IV (Kalianda dan sekitarnya); dan (5) Zona V (Labuan dan sekitarnya).

Dalam penetapan kawasan rawan tsunami dan evakuasi, perlu dilakukan penelitian yang outputnya adalah simulasi gempa dengan berbagai kedalaman episenter dan berbagai skenario gelombang laut yang dapat dihasilkannya. Contoh dari kegiatan tersebut dapat dilihat pada hasil simulasi gelombang laut akibat gempa di selatan Jawa bulan Juli yang lalu.

Hasil simulasi akan sangat bermanfaat untuk menentukan kawasan pantai Kota Cilegon mana yang kemungkinan menerima gelombang tsunami, karena bentuk pantai akan sangat menentukan perilaku gelombang tsunami. Sebagai contoh, bila gelombang tsunami memasuki teluk yang sempit, maka gelombang tersebut tidak dapat keluar dalam waktu singkat karena akan terjadi pemantulan gelombang berulang kali ke dinding teluk (Nuryanto, 2006). Akibatnya gelombang akan berputar-putar dalam waktu yang cukup lama di dalam kawasan teluk. Kondisi ini akan sangat berbeda bila tsunami melanda teluk yang lebar.

Pemerintah Kota Cilegon dalam mengantisipasi tsunami telah membagi zona wilayah rawan bencana tsunami berdasarkan ketinggian (Diatas Permukaan Laut/DPL) berdasarkan versi A. Soebandono. Kota Cilegon dibagi menjadi 4 zona, yaitu:

1. zona yang berada kurang dari 7 Meter DPL, adalah Daerah Amat Berbahaya. 2. zona dengan ketinggian 7-12 Meter DPL, adalah Daerah Berbahaya.

3. zona dengan ketinggian 12-25 Meter DPL, adalah Daerah Cukup Aman. 4. zona dengan ketinggian di atas 25 Meter DPL, adalah Daerah Aman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2-3.

(34)

 RTRW Kota Cilegon 2010 - 2030 II-16

Gambar 2-3

Gambar

Tabel 5-2  Rencana Kebutuhan Listrik Kota Cilegon Tahun 2010 -
Tabel 5-18  Ketersediaan  Fasilitas di Kota Cilegon Tahun 2008 ............  V – 79 Tabel 5-19  Jumlah Fasilitas yang dibutuhkan Tahun 2015 di Kota
Gambar 1-1.  Wilayah Administrasi ..........................................................
Tabel 5-9Tabel 5-9

Referensi

Dokumen terkait