• Tidak ada hasil yang ditemukan

Raperda RDTR BWK I Dan II Kota Cilegon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Raperda RDTR BWK I Dan II Kota Cilegon"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KOTA CILEGON

PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR … TAHUN …

TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG BWK I DAN II KOTA CILEGON TAHUN 2014 - 2034

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON

Menimbang : bahwa untuk menentukan ketentuan Pasal …, Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cilegon Tahun 2010-2030, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Cilegon;

Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Daerah Tk II Kotamadya Depok dan Daerah Tk II Kotamadya Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahnu 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Udang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelengaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

7. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cilegon Tahun 2010-2030;

(3)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA CILEGON dan

WALIKOTA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWK I DAN II KOTA CILEGON TAHUN 2014-2034

BAB 1

KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu

Pengertian

Pasal1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Kota adalah Kota Cilegon

2. Kecamatan adalah Kecamatan yang berada di Kota Cilegon 3. Kelurahan adalah Kelurahan yang berada di Kota Cilegon

4. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidup.

5. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

6. Penataan ruang adalah suatu system proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

7. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan social ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

(4)

10. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

11. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang di persyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. 13. Peraturan zonasi adalah ketentujan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan

ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

14. Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.

15. Rencana tata ruang wilayah kota yang selanjutnya disebut RTRW Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kota, yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota, penetapan kawasan strategis kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

16. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kota. 17. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL adalah

panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan sertga memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

18. Wilayah adalah ruang yang merupakan ketauan geografi beserta segenap unsure terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrative dan/atau aspek fungsional.

19. Bagian Wilayah Kota yang selanjutnya disingkat BWK adalah bagian dari kota dan/atau kawasan strategis kota yang akan atau perlu disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan didalam RTRW kota yang bersangkutan, dan memiliki pengertian yang sama dengan zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelengaraan Penataan Ruang. 20. Sub Bagian Wilayah Kota yang selanjutnya disebut sub BWK adalah bagian dari BWK

yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan memiliki pengertian yang sama dengan Subzona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelengaraan Penataan Ruang. 21. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayaan social, dan kegiatan ekonomi.

22. Kawasan Strategis Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial,budaya, dan/atau lingkungan.

(5)

23. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

24. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

25. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, dan utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

26. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

27. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.

28. Jaringan adalah keterkaitan antara unsure yang satu dan unsur yang lain.

29. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

30. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan Subzona. 31. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.

32. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan. 33. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase

perbandingan antara luas seluruh dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL. 34. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase

perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.

35. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya dingkat KDH adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL. 36. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah sempadan yang

membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dsb (building line).

37. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

(6)

38. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang terbuka di bagian wilayah kota yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.

39. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTET adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 278 kV.

40. Saluran udara tegangan tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT adalah tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dan pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 70 kV sampai dengan 278 kV.

Bagian Kedua Bagian Wilayah Kota

Pasal2

(1) Wilayah Perencanaan RDTR disebut sebagai BWK I dan II Kota Cilegon Kota Cilegon (2) Lingkup ruang BWK I dan II Kota Cilegon Kota Cilegon berdasarkan aspek fungsional dengan luas kurang lebih 7.244 hektar, beserta ruang udara diatasnya dan ruang di dalam bumi.

(3) Batas-batas BWK I dan II Kota Cilegon meliputi:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pulomerak;

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciwandan dan Kabupaten Serang; c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cibeber;

d. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda

(4) BWK I dengan luas kurang lebih 4.325 hektar terdiri atas: a. Kelurahan-kelurahan di Kecamatan Citangkil;

b. Kelurahan Kotasari di Kecamatan Grogol; c. Kelurahan Ciwaduk di Kecamatan Cilegon;

d. Kelurahan Kotabumi, Kebondalem, Ramanuju di Kecamatan Purwakarta; e. Kelurahan Masigit dan Jombang Wetan di Kecamatan Jombang

(5) BWK II dengan luas kurang lebih 2.919 hektar terdiri atas:

a. Kelurahan Gerem, Rawa Arum, dan Grogol di Kecamatan Grogol;

(7)

Bagian Ketiga Jangka Waktu

Pasal3

(1) RDTR BWK I dan II Kota Cilegon berlaku selama 20 tahun.

(2) RDTR BWK I dan II Kota Cilegon ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. (3) RDTR Kota dapat ditinjau kembali kurang dari 5 (lima) tahun apabila:

a. Terjadi perubahan kebijakan provinsi dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang BWK, dan/atau ;

b. Terjadi dinamika internal BWK yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara mendasar, seperti: bencana alam skala besar atau pemekaran wilayah yang ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan.

BAB II

RENCANA POLA RUANG Bagian Kesatu

Paragraf 1 Umum Pasal4

(1) Rencana pola ruang BWK I dan II Kota Cilegon terdiri atas: a. zona lindung; dan

b. zona budidaya.

(2) Rencana pola ruang BWK I dan II Kota Cilegon digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1: 5000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua Zona Lindung

Pasal5

Zona Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a meliputi: a. Zona hutan produksi;

b. Zona perlindungan setempat; c. Zona RTH Kota;

(8)

Paragraf 2 Zona Hutan Produksi

Pasal6

Zona hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a terdapat di blok Kelurahan Gerem dan Blok Kelurahan dengan luas kurang lebih 1.178 hektar.

Paragraf 3

Zona Perlindungan Setempat Pasal7

(1) Zona perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas : a. Subzona sempadan pantai;

b. Subzona sempadan sungai;

c. Subzona sekitar danau atau waduk; dan d. Subzona sempadan SUTET/SUTT.

(2) Subzona sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di blok Kelurahan Gerem dengan luas kurang lebih 2,69 hektar;

(3) Subzona sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di sepanjang sungai yang melewati BWK I dan II Kota Cilegon dengan luas kurang lebih 99 hektar;

(4) Subzona sekitar waduk dan situ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi Waduk Krenceng dan Situ Rawa Arum dengan luas kurang lebih 96,86 hektar;

(5) Subzona sempadan SUTET/SUTT sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d terdapat di sepanjang jalur SUTET/SUTT yang melewati BWK I dan II Kota Cilegon dengan luas 84,15 hektar.

Paragraf 4 Zona RTH Kota

Pasal8

(1) Zona RTH Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, dengan luas 995,92 hektar terdiri atas:

a. Subzona hutan kota; b. Subzona taman kota; c. Subzona pemakaman; d. Subzona lapangan olahraga; e. Subzona jalur hijau jalan;

f. Subzona sempadan jalur kereta api; g. Subzona sabuk hijau industri; dan

(9)

h. Subzona taman lingkungan.

(2) Subzona hutan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di blok Kelurahan Kebondalem dan Kotabumi;

(3) Subzona taman kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di blok Kelurahan Jombang Wetan;

(4) Subzona pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di blok Kelurahan Tamanbaru;

(5) Subzona lapangan olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdapat di blok Kelurahan Kebondalem dan Kotabumi;

(6) Subzona jalur hijau jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdapat di jalan arteri primer;

(7) Subzona sempadan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdapat di sisi sepanjang jalur kereta api yang melewati blok Kelurahan Jombang Wetan, Masigit, Citangkil, Ramanuju, Kebonsari, Warnasari, Samangraya, Rawa Arum dan Gerem.

Paragraf 7 Zona Lindung Lainnya

Pasal9

(1) Zona lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d terdiri atas Ruang terbuka Non-Hijau dengan luas kurang lebih terdiri atas :

a. Waduk Krenceng; b. Situ Rawa Arum.

Bagian Ketiga Zona Budi Daya

Paragraf 1 Umum Pasal10

Zona budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, terdiri atas : a. zona perumahan;

b. zona perdagangan dan jasa; c. zona perkantoran;

d. zona sarana pelayanan umum; e. zona industri;

(10)

g. zona lainnya; dan h. zona campuran.

Paragraf 2 Zona Perumahan

Pasal11

(1) Zona perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a terdapat di blok … hektar.

(2) Zona perumahan meliputi:

a. Subzona perumahan dengan kepadatan tinggi; b. Subzona perumahan dengan kepadatan sedang; dan c. Subzona perumahan dengan kepadatan rendah.

(3) Subzona perumahan dengan kepadatan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdapat di blok Kelurahan Jombang Wetan dan Masigit dengan luas kurang lebih 313,97 hektar.

(4) Subzona perumahan dengan kepadatan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdapat di blok Kelurahan Kotabumi, Ramanuju, Kebondalem dan seluruh Blok di Kecamatan Citangkil dengan luas kurang lebih 1.673,78 hektar.

(5) Subzona perumahan dengan kepadatan rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdapat di blok Kelurahan Gerem, Rawa Arum, Kotasari dan Grogol dengan luas kurang lebih 530,48 hektar.

Paragraf 3

Zona Perdagangan dan Jasa Pasal12

(1) Zona perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf b terdapat di blok Kelurahan Ciwaduk, Lebak Denok, dan Kelurahan Gerem dengan luas kurang lebih 255,45 hektar.

(2) Zona perdagangan dan jasa meliputi:

a. Subzona perdagangan dan jasa tunggal; dan b. Subzona perdagangan dan jasa deret.

(3) Subzona perdagangan dan jasa tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdapat di blok Kelurahan Kotabumi dan blok Kelurahan Ciwaduk dengan luas kurang lebih 3,86 hektar.

(4) Subzona perdagangan dan jasa deret sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdapat di blok Kelurahan Lebak Denok, Kelurahan Gerem, dan Koridor Jalan Lingkar Selatan dengan luas kurang lebih 251,59 hektar.

(11)

Paragraf 4 Zona Perkantoran

Pasal13

(1) Zona perkantoran sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf c terdapat di blok … dengan luas kurang lebih 19,46 hektar

(2) Zona perkantoran meliputi:

a. Subzona perkantoran pemerintah; b. Subzona perkantoran swasta.

(3) Subzona perkantoran pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdapat di blok Kelurahan Ramanuju dengan luas kurang lebih 15,14 hektar.

(4) Subzona perkantoran swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdapat di blok Kelurahan Ramanuju dengan luas kurang lebih 4,32 hektar.

Paragraf 5

Zona Sarana Pelayanan Umum Pasal14

(1) Zona sarana pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf d terdapat di blok Kelurahan Kotabumi, Samangraya, dan Kelurahan Gerem, dengan luas kurang lebih 96,70 hektar.

(2) Zona Sarana Pelayanan Umum terdiri atas : a. Subzona sarana pendidikan;

b. Subzona sarana transportasi; dan c. Subzona sarana kesehatan.

(3) Subzona sarana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdapat di blok Kelurahan Kotabumi dengan luas kurang lebih 10,31 hektar.

(4) Subzona sarana transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdapat di blok Samangraya dan Gerem dengan luas kurang lebih 76,92 hektar.

(5) Subzona sarana kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdapat di blok Kelurahan Kotabumi dengan luas kurang lebih 9,47 hektar.

Paragraf 6 Zona Industri

Pasal15

(1) Zona Industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf e terdapat di blok Kelurahan Samangraya, blok Kelurahan Kebonsari, blok Kelurahan Kotasari, blok Kelurahan

(12)

Warnasari, blok Kelurahan Rawa Arum, dan blok Kelurahan Gerem dengan luas kurang lebih 1.672,43 hektar.

Paragraf 8 Zona Lainnya

Pasal16

Zona Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf g terdiri atas Zona pariwisata. Pasal17

Zona pariwisata sebagaimana dimaksud pada pasal 16 meliputi Subzona Pariwisata Alam berupa Pantai terdapat di blok Kelurahan Gerem dengan luas kurang lebih 9,29 hektar.

Paragraf 9 Zona Campuran

Pasal18

Zona Campuran sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf h terdiri atas:

a. Subzona Perumahan dan Perdagangan/Jasa terdapat di blok Kelurahan Rawa Arum dengan luas kurang lebih 73,14 hektar.

b. Subzona Perdagangan/Jasa, dan Perkantoran terdapat di blok Kelurahan Kebondalem dengan luas kurang lebih 16,66 hektar.

BAB III

RENCANA JARINGAN PRASARANA Bagian Kesatu

Umum Pasal19 (1) Rencana Jaringan Prasarana terdiri atas:

a. Rencana Pengmbangan Jaringan Pergerakan;

b. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan; c. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi; d. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum;

(13)

e. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah; f. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase; dan g. Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya.

(2) Rencana jaringan prasarana digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan Pasal20

Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi:

a. Jaringan jalan arteri primer dan arteri sekunder; b. Jaringan jalan kolektor primer dan kolektor sekunder ; c. Jaringan jalan lokal primer dan lokal sekunder;

d. Jaringan jalan lingkungan primer dan lingkungan sekunder; e. Jaringan jalan masuk dan keluar terminal penumpang; f. Jalur masuk dan keluar parkir;

g. Jaringan jalur kereta api (KA); dan h. Jaringan jalur transportasi laut.

Pasal21

(1) Pengembangan jaringan jalan arteri sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 huruf a meliputi:

a. Jaringan jalan arteri primer; dan b. Jaringan jalan arteri sekunder.

(2) Pengembangan jaringan jalan arteri primer meliputi ruas Jalan Tol Tangerang – Merak, dan Jalan Negara Cilegon (PCI) - Simpang Tiga – Merak.

(3) Pengembangan jaringan jalan arteri sekunder meliputi ruas jalan lingkar luar selatan dan lingkar luar utara.

Pasal22

(1) Pengembangan jaringan jalan kolektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b meliputi:

(14)

b. Jaringan jalan kolektor sekunder.

(2) Pengembangan jaringan jalan kolektor primer meliputi ruas jalan pengumpul Cilegon (PCI) - Bojonegara - Merak dan ruas jalan Simpang Tiga – Anyer.

(3) Pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder meliputi ruas jalan provinsi Jl. KH. Yasin Beji, ruas jalan lingkar dalam selatan dan lingkar dalam utara.

Pasal23

(1) Pengembangan jaringan jalan lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c meliputi:

a. Jaringan jalan lokal primer; dan b. Jaringan jalan lokal sekunder.

(2) Pengembangan jaringan jalan lokal primer meliputi ruas-ruas jalan penghubung ke orde IV atau ibukota kecamatan

(3) Pengembangan jaringan jalan lokal sekunder meliputi ruas-ruas jalan kota dan jalan lingkungan yang ada di Kota Cilegon.

Pasal24

Pengembangan jaringan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d meliputi ruas-ruas jalan yang menjadi jalan penghubung antarpersil dalam kawasan perkotaan.

Pasal25

Pengembangan jaringan jalan masuk dan keluar terminal penumpang dalam Pasal 20 huruf e meliputi ruas yang merupakan akses langsung dengan Terminal Pasar Kelapa Kavling.

Pasal26

Pengembangan jalur masuk dan keluar parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf f diarahkan agar dihapuskan secara bertahap sesuai dengan rencana penghapusan parkir di badan jalan pada kawasan-kawasan yang rawan kemacetan khususnya pada ruas jalan utama kota atau Jalan Ahmad Yani dan di Jalan mulut tol ke arah Kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC).

(15)

Pasal27

Jaringan jalur kereta api (KA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf g meliputi: a. Jalur kereta api Merak – Cilegon – Serang – Tangerang – Jakarta, Merak – Cilegon –

Serang – Rangkas Bitung;

b. Stasiun kereta api yang terdapat di Krenceng dan Cilegon.

Pasal28

Pengembangan jalur transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf g meliputi ruas

a. Pelabuhan pengumpul yang berada di Kecamatan Citangkil.

b. Terminal untuk kepentingan sendiri yang berada di Kecamatan Citangkil dan Kecamatan Grogol.

Bagian Ketiga

Rencana Penembangan Jaringan Energi/Kelistrikan Pasal 29

Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, meliputi:

a. Jaringan subtransmisi;

b. Jaringan distribusi primer dan sekunder c. Jaringan energi gas.

Pasal 30

Pengembangan jaringan subtransmisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 huruf a, meliputi:

a. Jaringan yang menghubungkan menyalurkan daya listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya ke Gardu Induk Cilegon, Gardu Induk Menes, dan Gardu Induk Peni.

b. Jaringan yang menghubungkan menyalurkan daya listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) ke Gardu Induk Menes.

(16)

Pasal 31

Pengembangan jaringan distribusi primer dan sekunder sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 huruf b terdiri atas:

a. SUTET, PLN P3B Jawa Bali;

b. Jaringan SUTM, Krakatau Daya Listrik; dan c. Jaringan SUTM, PLN Distribusi Jabar Banten.

Pasal 32

Pengembangan jaringan energi gas distribusi primer dan sekunder sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 huruf c meliputi:

a. Jaringan pipa gas ethylene di Kecamatan Ciwandan ke Kecamatan Citangkil;

b. Jaringan pipa gas dari Stasiun Meter di Kawasan Industri Kecamatan Citangkil ke kawasan perindustrian di Kelurahan Gerem Kecamatan Grogol yang tertanam di sepanjang jaringan jalur kereta api; dan

c. Jaringan pipa gas bumi yang melintasi kelurahan Purwakarta Kecamatan Purwakarta.

Bagian Keempat

Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi Pasal33

Pengembangan jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam pasa 19 huruf c meliputi:

a. Penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel; b. Penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel; dan c. Penyediaan jaringan serat optik.

(1) Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi telepon kabel dilakukan dengan menyediakan tiang pembagi yang menghubungkan konsumen melalui saluran udara terbuka dan telepon umum (saluran bawah tanah) yang merupakan jaringan tersier; dan Penyediaan fasilitas telepon umum di lokasi strategis;

(2) Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel, berupa penetapan menara telekomunikasi/menara BTS secara terpadu berdasarkan Master Plan Tower Bersama serta serta dengan pengendalian tower-tower seluler yang tidak sesuai Dengan Master Plan.

(3) Rencana penyediaan jaringan serat optik mengikuti jaringan jalan yang menghubungkannya dengan kota lain atau dengan pusat kegiatan ditiap bagian kota.

(17)

Bagian Kelima

Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum Pasal34

(1) Pengembangan Jaringan Air Minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d terdiri atas :

a. Sistem penyediaan air minum wilayah kota; b. Bangunan pengambil air baku; dan

c. Bak penampung

(2) Pengembangan sistem penyediaan air minum wilayah perencanaan meliputi;

a. Sistem jaringan perpipaan terdapat Kecamatan Cilegon, Kecamatan Grogol dan Kecamatan Jombang dan Kecamatan Purwakarta

b. Sistem jaringan non perpipaan terdapat di Bagian Selatan Kecamatan Citangkil dan wilayah selatan Kecamatan Grogol

(3) Pengembangan bangunan pengambil air baku terdapat di dekat Waduk Krenceng dan di sitem pengolahan irigasi Kedung Ingas

(4) Bak penampung disediakan di Kecamatan Citangkil.

Bagian Keenam

Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah Pasal35

(1) Rencana pengembangan Jaringan Air Limbah sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf e terdiri atas :

a. Sistem pembuangan air limbah setempat; dan a. Sistem pembuangan air limbah terpusat.

(2) Sistem pembuangan air limbah setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a melputi Bak septic terdapat di tiap rumah secara individual yang tersebar di seluruh wilayah perencanaan

(3) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Saluran pembuangan terdapat direncanakan dalam sistem penyaluran terpisah b. Bangunan pengolahan air limbah komunal direncanakan pada kawasan-kawasan

(18)

Bagian Ketujuh

Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Pasal36

(1) Pengembangan Jaringan Drainase sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf f terdiri atas:

a. Sistem jaringan drainase yang berfungsi untuk mencegah genangan; b. Rencana kebutuhan sistem jaringan drainase.

(2) Pengembangan sistem jaringan drainase terdiri atas :

a. Perbaikan sistem drainase pada kawasan rawan genangan, yaitu di Sekitar Kelurahan Kota Bumi, Masigit, Rumanuju, Jombang Wetan, Kebonsari, dengan sistem berjenjang terpadu.

b. Kolam retensi terdapat di Kota Bumi dan Perumahan Metro. (3) Rencana kebutuhan sistem jaringan drainase terdiri atas :

a. Rencana jaringan drainase primer antara lain Kali Cikuasa, Kali Kali Cibatu, Kali Gerem, Kali Grogol dan Kali Gandu

b. Rencana jaringan drainase sekunder meliputi: 1. Rehabilitasi drainase yang melintasi jalan tol;

2. Jaringan dengan saluran terbuka yang berada ditengah kota dan sepanjang jalan utama

c. Rencana terdiri dari saluran drainase di sisi kiri dan kanan pada lingkungan dan saluran drainase permukiman.

Bagian Kedelapan

Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya Pasal37

Rencana pengembangan jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf g terdiri atas:

a. Rencana persampahan;

b. Rencana pengembangan jalur evakuasi bencana; c. Rencana jaringan jalan pejalan kaki; dan

d. Rencana sistem pemadam kebakaran.

Pasal38

(19)

a. Perluasan pelayanan persampahan pada wilayah Kecamatan Cilegon, Jombang, Grogol, Purwakarta, dan Citangkil

b. Tempat penampungan sementara (TPS) berupa kontainer terdapat minimal 2 (dua) unit pada skala kelurahan di setiap kecamatan

Pasal39

(1) Rencana pengembangan jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b terdiri atas:

a. Tempat evakuasi sementara; dan b. Jalur evakuasi bencana

(2) Tempat evakuasi sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Posko Utama di Rumah Dinas Walikota Cilegon, Kecamatan Jombang

b. Tempat penampungan sementara di lapangan terbuka Perumahan Palm Hill di Kecamatan Purwakarta

c. Lokasi Evakuasi di SD Walikukun Kelurahan Lebakdenok, Kecamatan Citangkil d. Lokasi Evakuasi di SD Pecinaan Kelurahan Tegalbunder, Kecamatan Purwakarta e. Lokasi Evakuasi di SD Kelurahan Gerem 3, Kecamatan Grogol

f. Lokasi Evakuasi di lapangan terbuka Kelurahan Gerem , Kecamatan Grogol (3) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pasa ayat (1) huruf b terdapat meliputi :

a. Untuk menuju lokasi evakuasi IX yang dipusatkan di SD Pecinaan (Tegal Bunder), jalur evakuasi melalui akses jalur Jl. Sumampir, Kebondalem, Purwakarta, Pabean menuju lokasi berjarak + 3 Km;

b. Untuk menuju lokasi evakuasi V yang dipusatkan di SD Walikukun (Lebak Denok), jalur evakuasi melalui akses jalur Jl. Ir. Sutami (Krenceng-Batukuda), Jl. H. Agus Salim, Jl. Kp.Leuweung Sawo, Delingseng, Kepuh Denok menuju lokasi berjarak + 3 Km dari jalur Jalan Utama/Jalan Nasional;

c. Untuk menuju lokasi evakuasi X yang dipusatkan di SD Gerem 3 Kec. Grogol, jalur evakuasi melalui akses utama (Jl. H. Leman) berjarak + 1,2 Km;

d. Untuk menuju lokasi evakuasi XI yang dipusatkan di Lapangan Terbuka, jalur evakuasi melalui akses Jl. Statomer-Cikuasa berjarak + 1,2 Km.

BAB IV

PENETAPAN SUB BWK YANG DI PRIORITASKAN PENANGANANNYA Pasal40

(20)

a. Blok Kelurahan Jombang Wetan b. Blok Kelurahan Masigit

c. Blok Kelurahan Ramanuju

Pasal41

Rencana penanganannya Sub BWK Prioritas dilakukan melalui pengembangan, penataan, dan revitalisasi.

Pasal42

Rencana Penetapan Sub BWK yang diprioritaskan penanganannya digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal43

Sub BWK yang diprioritaskan penanganannya merupakan dasar penyusunan RTBL yang akan ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota yang dikeluarkan paling lama 24 bulan sejak ditetapkannya Peraturan Daerah Rencana Detail Tata Ruang ini.

BAB V

KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG Pasal44

(1) Ketentuan pemanfaatan ruang BWK I dan II Kota Cilegon Kota Cilegon merupakan acuan dalam mewujudkan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana sesuai dengan RDTR BWK I dan II Kota Cilegon Kota Cilegon.

(2) Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a. Program pemanfaatan ruang prioritas di BWK;

b. Lokasi; c. Besaran;

d. Sumber pendanaan; e. Instansi pelaksana; dan

(21)

Pasal45

Program pemanfaatan ruang di BWK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi: a. Program perwujudan rencana pola ruang di BWK;

b. Program perwujudan rencana jaringan prasarana di BWK; dan

c. Program perwujudan penetapan Sub BWK yang di prioritaskan penanganannya.

Pasal46

Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdapat di blok dalam sub BWK.

Pasal47

Besaran program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa jumlah satuan masing-masing volume kegiatan.

Pasal48

Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d berasal dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); dan

b. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal49

Sumber pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e terdiri atas: a. Pemerintah;

b. Pemerintah provinsi; c. Pemerintah kota; dan d. Masyarakat.

Pasal50

Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f terdiri atas 4 (empat) tahapan, sebagai dasar bagi instansi pelaksana dalam menetapkan prioritas pembangunan pada wilayah perencanaan RDTR BWK I dan II Kota Cilegon yang meliputi:

(22)

b. Tahap kedua pada periode tahun 2019-2023; c. Tahap ketiga pada periode tahun 2024-2028; dan d. Tahap keempat pada periode tahun 2029-2034.

Pasal51

Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun berdasarkan indikasi program utama 5 (lima) tahunan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VI

PERATURAN ZONASI Pasal52

(1) Peraturan zonasi berfungsi sebagai:

a. Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;

b. Acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang termasuk di dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah;

c. Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif; d. Acuan dalam pengenaan sanksi; dan

e. inventasi.

(2) Peraturan zonasi terdiri atas; a. Materi wajib; dan b. Materi pilihan.

(3) Materi wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi: a. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;

b. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang; c. Ketentuan tata bangunan;

d. Ketentuan prasarana dan sarana minimal; dan e. Ketentuan pelaksanaan.

(4) Materi pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: (dimasukkan kalau ada)

a. Ketentuan tambahan; b. Ketentuan khusus; c. Ketentuan teknis; dan

(23)

Pasal53

Ketentuan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VII

KETENTUAN PIDANA Pasal54

Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana detail tata ruang yang telah ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal55

(1) Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, semua peraturan daerah yang berkaitan dengan perwujudan RDTR ini yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti berdasarkan peraturan daerah ini.

(2) Dengan berlakunya peraturan daerah ini, maka:

a. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan peraturan daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;

b. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan peraturan daerah ini berlaku ketentuan;

1. Untuk yang belum dilaksanakan pembangunanya, izin tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;

2. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan penyesuaian dengan massa transisi berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan

3. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak.

c. Pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan diterbitkan dan disesuiakan dengan Peraturan Daerah ini.

(24)

d. Pemanfaatan ruang yang sesuia dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, agar dipercepat unuk mendapatkan izin yang diperlukan.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP Pasal56

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini, dengan penempatannya dalam lembaran daerah kota.

Ditetapkan di … Pada tanggal WALIKOTA CILEGON, ……….. Diundangkan di … Pada Tanggal

SEKRETARIS DAERAH KOTA CILEGON,

(25)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR.... TAHUN ...

TENTANG

RENCANA DETAIL DATA RUANG WILAYAH (RDTR) BWK I DAN II TAHUN 2014-2034

I. UMUM

Ruang sebagai wadah kehidupan yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat masusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan kehidupannya, perlu ditata agar pemanfaatannya dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Penataan ruang yang meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian, merupakan tugas dan wewenang pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat yang dituangkan dalam Peraturan Daerah dan peraturan pelaksana lainnya, dengan melibatkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, masyarakat dan dunia usaha.

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang BWK I dan II Kota Cilegon Kota Cilegon sebagai perangkat operasionalisasi kebijakan pemerintah daerah yang bertuang dalam RTRW Kota Cilegon RDTR merupakan acuan lebih detail pengendalian pemanfaatan ruang kota, sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan.

Rencana Detail Tata Ruang BWK I dan II Kota Cilegon Kota Cilegon, rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan kedalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kegiatan kawasan fungsional tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas dan sejalan dengan amanat Peraturan Perundang-undangan, maka perlu untuk mengadakan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang.

(26)

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 57 Cukup jelas Pasal 58 Cukup jelas Pasal 59 Cukup jelas Pasal 60 Cukup jelas Pasal 61 huruf a

Hutan produksi pada wilayah perencanaan memiliki fungsi sebagai resapan air, maka ditetapkan sebagai kawasan lindung.

Pasal 62 Cukup jelas Pasal 63 Cukup jelas Pasal 64 Ayat (1) huruf e

Jalur hijau, adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau

(27)

Ayat (1) huruf g

Sabuk hijau adalah RTH yang memiliki tujuan utama untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu.

Pasal 65

Ruang terbuka non-hijau ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air Pasal 66 Cukup jelas Pasal 67 Cukup jelas Pasal 68 Cukup jelas Pasal 69 Ayat (2) huruf a

peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan regional yang dikembangkan dalam bentuk tunggal secara horisontal maupun vertikal

Ayat (2) huruf b

peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan regional yang dikembangkan dalam bentuk deret

Pasal 70

(28)

Pasal 71 Cukup jelas Pasal 72 Cukup jelas Pasal 73 Cukup jelas Pasal 74 Cukup jelas Pasal 75 Cukup jelas Pasal 76 Cukup jelas Pasal 77 Cukup jelas Pasal 78 Cukup jelas Pasal 79 Cukup jelas Pasal 80 Cukup jelas Pasal 81 Cukup jelas Pasal 82 Cukup jelas

(29)

Pasal 83 Cukup jelas Pasal 84 Cukup jelas Pasal 85 Huruf a

Jaringan distribusi primer yang ada di wilayah prencanaan berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringan distribusi sekunder serta dilengkapi dengan infrastruktur pendukung berupa gardu induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan subtransmisi (70-500 kv) menjadi tegangan menengah (20 kv) dan atau gardu hubung yang berfungsi membagi daya listrik dari gardu induk menuju gardu distribusi.

Jaringan distribusi sekunder berfungsi untuk menyalurkan daya listrik tegangan rendah ke konsumen yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung beruba gardu ditribusi yang berfungsi menurunkan tegangan primer (20kv) menjadi tegangan sekunder (220v/380v) (20kv). Pasal 86 Cukup jelas Pasal 87 Cukup jelas Pasal 88 Cukup jelas Pasal 89 Cukup jelas Pasal 90 Cukup jelas

(30)

Pasal 91 Cukup jelas Pasal 92 Cukup jelas Pasal 93 Cukup jelas Pasal 94 Cukup jelas Pasal 95 Cukup jelas Pasal 96 Cukup jelas Pasal 97 Cukup jelas Pasal 98 Cukup jelas Pasal 99 Cukup jelas Pasal 100 Cukup jelas Pasal 101 Cukup jelas Pasal 102 Cukup jelas

(31)

Pasal 103 Cukup jelas Pasal 104 Cukup jelas Pasal 105 Cukup jelas Pasal 106 Cukup jelas Pasal 107 Cukup jelas Pasal 108 Cukup jelas Pasal 109 Cukup jelas Pasal 110 Cukup jelas Pasal 111 Cukup jelas Pasal 112 Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Nama Paket Pekerjaan : Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Kebudayaan Kota Palopo. Nilai Pagu :

: RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) DAN PERATURAN ZONASI PERKOTAAN DONGGALA LOKASI : KOTA DONGGALA KECAMATAN BANAWA.. TAHUN ANGGARAN

Pusat-pusat pelayanan kegiatan sosial ekonomi dan pemerintahan yang melayani seluruh wilayah kota yang tersebar di Bagian Wilayah Kota (BWK) tengah terdiri dari:  Kawasan

Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari kabupaten dan/atau kawasan strategis kabupaten yang akan atau perlu disusun rencana

RDTR Kabupaten/Kota dapat disusun bersama-sama dengan Peraturan Zonasi, dimana akan dihasilkan RDTR Kabupaten/Kota yang dilengkapi dengan Peraturan Zonasi untuk

• Rencana umum tata ruang mengamanatkan bagian kawasan perdesaan tersebut merupakan kawasan strategis yang perlu disusun rencana rincinya.. Usulan ARAHAN KEBIJAKAN

Dalam proses penyusunan atau penetapan Perda tentang RDTR Kota Surakarta Kawasan I, sebagai bagian dari sebuah Kebijakan/Rencana/Program (KRP), untuk meyakinkan bahwa

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari (disebut Kawasan Perencanaan) disusun sebagai penjabaran lebih lanjut atau pendalaman materi