PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR
MEKANISME PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI RANCANGAN
RENCANA DETAIL TATA
Menimbang : a. bahwa ketentuan dalam Pasal 3 Umum Nomor 01/PRT/M/2013
Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan
Ruang Kabupaten/Kota, mengatur lingkup kewenangan pemberian persetujuan substansi yang d
Gubernur meliputi penetapan rancangan kabupaten/kota dan strategis kabupaten/kota;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a Gubernur tentang Substansi Detail Kabupaten/ Mengingat : 1. Undang Prop
Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diu Undang
dalam Undang
Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950);
GUBERNUR JAWA TIMUR
PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2013
TENTANG
MEKANISME PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI RANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN/KOTA
GUBERNUR JAWA TIMUR,
ahwa ketentuan dalam Pasal 3 Pera Umum Nomor 01/PRT/M/2013
Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Perda tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota, mengatur lingkup kewenangan pemberian persetujuan substansi yang d
Gubernur meliputi pemberian persetujuan substansi dalam penetapan rancangan Perda tentang rencana detail tata ruang abupaten/kota dan Perda tentang rencana tata ruang strategis kabupaten/kota;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Mekanisme
ubstansi Rancangan PerdaKabupaten/ etail Tata Ruang Bagian abupaten/Kota;
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan pinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diu
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950);
GUBERNUR JAWA TIMUR
PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR
MEKANISME PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI KABUPATEN/KOTA TENTANG
RUANG BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi Dalam tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota, mengatur lingkup kewenangan pemberian persetujuan substansi yang dilimpahkan kepada pemberian persetujuan substansi dalam tentang rencana detail tata ruang tentang rencana tata ruang
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf b, perlu menetapkan Peraturan ekanisme Pemberian Persetujuan abupaten/Kota tentang Rencana agian Wilayah Perkotaan
Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan insi Djawa Timur (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang TataCara Evaluasi Rancangan Perda tentang Rencana TataRuang Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Perdatentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, beserta Rencana Rincinya;
11. PeraturanMenteriPekerjaanUmumNomor 20/PRT/M/2011 tentangPedomanPenyusunanRencana Detail Tata RuangdanPeraturanZonasiKabupaten/Kota;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Perda tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota;
13. Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 3 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 15);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG MEKANISME PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI RANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN/KOTA.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur.
2. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.
3. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 4. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di Jawa Timur. 5. Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang Rencana Detail
Tata RuangBagian Wilayah Perkotaan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Raperda Kabupaten/Kota adalah Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang Rencana Detail Tata RuangBagian Wilayah Perkotaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
7. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disingkat RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara.
8. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur yang selanjutnya disingkat RTRWP adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Jawa Timur. 9. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang merupakan penjabaran dari RTRWP yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten/kota, rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota,rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota,penetapan kawasan strategis kabupaten/kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota,dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
10. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.
11. Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan, dan memiliki pengertian yang sama dengan zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
12. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi yang selanjutnya disingkat BKPRD Provinsi adalah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi Jawa Timur. 13. Kelompok Kerja PengendalianPemanfaatan Ruang yang
selanjutnya disebut Pokja Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah kelompok kerja pada BKPRD Provinsi yang memiliki tugas memberi masukan, melakukan fasilitasi, inventarisasi dan kajian terkait dengan kegiatan pemanfaatanruang danpengendalianpemanfaatanruang di Provinsi.
14. Persetujuan substansi adalah persetujuan yang diberikan oleh Gubernur yang menyatakan bahwa materi muatan teknis RaperdaKabupaten/Kota tentang RDTR BWP Kabupaten/Kotatelah sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait dan pedoman bidang penataan ruang yang berlaku.
BAB II
MAKSUD,TUJUAN DANRUANG LINGKUP Pasal 2
Penetapan mekanisme pemberian persetujuan substansi Raperda Kabupaten/Kotaini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara utuh dan komprehensif mengenai struktur dan alur kerja proses pemberian persetujuan substansiRaperda Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku agar dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaannya.
Pasal 3
Penetapan mekanisme pemberian persetujuan substansi Raperda Kabupaten/Kota bertujuan agar proses pemberian persetujuan substansi RDTR oleh Gubernur dapat terlaksana dengan lancar, terencana, dan terpadu serta terwujud substansi RaperdaKabupaten/Kota yang sesuai dengan kaidah teknis bidang penataan ruang dan memenuhi kriteria teknis untuk dibahas dalam proses lebih lanjut.
Pasal 4
Ruang lingkup mekanisme pemberianpersetujuansubstansi Raperda Kabupaten/Kota, meliputi persyaratan pengajuan persetujuan substansi, permohonan persetujuan substansi, pemeriksaan dokumen, evaluasi substansi, dan penerbitan persetujuan.
BAB III
MEKANISME PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI
Bagian Kesatu
Persyaratan Pengajuan persetujuan Substansi Pasal 5
Pengajuan permohonan persetujuan substansi Raperda Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Bupati/Walikota setelah Kabupaten/Kotamemenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. RTRW Kabupaten/Kota telah ditetapkan dalam bentuk perda;
b. BWP yang akan disusun RDTR-nya telah ditetapkan dalamPerdaKabupaten/Kota tentang RTRW Kabupaten/Kota atau Keputusan Bupati/Walikota bagi RDTR yang belum masuk dalam Perda RTRW Kabupaten/Kota;
c. Raperda Kabupaten/Kota telah disampaikan kepada DPRD Kabupaten/Kota.
Bagian Kedua
Permohonan Persetujuan Substansi Pasal 6
Bupati/Walikota mengajukan permohonan persetujuan substansi RaperdaKabupaten/Kota kepada Gubernur denganmelampirkan dokumen berupa:
a. Surat permohonan persetujuan substansi Raperda Kabupaten/Kota;
b. Dokumen Raperda Kabupaten/Kota dan lampiran beserta soft copynya;
c. Dokumen materi teknis RDTR BWPyang meliputi dokumen rencana, dokumen fakta dan analisa, serta Album Peta beserta softcopynya, dengan ketentuan:
1. format data dalam membuat peta dasar dan peta tematik RDTR BWP menggunakan citra satelit resolusi tinggi atau fotogrametris dengan format data Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan tingkat ketelitian minimal skala 1:5000 atau data spasial lainnya yang memiliki ketelitian yang sama dengan peta dasar;
2. pengorganisasian data-data untuk peta rencana detail tata ruang kabupaten/kota disesuaikan dengan ketentuan teknis yang ditetapkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG);
3. cara penyajian peta:
a) Album peta ditampilkan dengan format A1 yang disesuaikan dengan nomor indeks peta; dan
b) Peta di dalam materi teknis ditampilkan dengan format minimal A3 yang merupakan perkecilan dari peta format A1 sesuai album peta.
4. peta rencana pola ruang dan peta rencana jaringan prasarana harus sesuai dengan materi teknis RDTRBWP Kabupaten/Kota dan Raperda Kabupaten/Kota;
5. sistem koordinat peta yang digunakan dalam penyusunan RDTR BWP Kabupaten/Kota menggunakan sistem koordinat Universal Transverse Mercator (UTM) dan datum World Geodetic System (WGS) 1984;
6. layout/album peta memenuhi kaidah kartografis; dan 7. peta yang disajikan memenuhi ketentuan Sistem
Informasi Geografis (SIG) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
d. Berita Acara Konsultasi Teknis Perpetaan dengan BIG yang sudah final;
e. Berita Acara Konsultasi Publik Pembahasan Raperda Kabupaten/Kota tentang RDTR BWP Kabupaten/Kota; f. dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
beserta softcopynya;
g. foto copy Surat Penyampaian Raperda Kabupaten/Kota kepada DPRD Kabupaten/Kota beserta tanda terimanya. h. tabel pencantuman substansi Raperda Kabupaten/Kota,
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum pada Lampiran A; dan
Bagian Ketiga
Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Pasal 7
(1) Dalam hal dokumen permohonan persetujuan substansisebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, telah diterima, Gubernur menugaskan BKPRD Provinsi untuk melakukan evaluasi substansi.
(2) Ketua BKPRD, menugaskan Kepala Bappeda Provinsi Jawa Timur selaku Sekretaris BKPRD Provinsi untukmelakukan pemeriksaaan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya dokumen.
(3) Sekretaris BKPRD Provinsi melakukan pemeriksaan dengan menggunakan Daftar Simak Kelengkapan Dokumen Permohonan Persetujuan Substansi Raperda Kabupaten/Kota, sebagaimana format dalam Lampiran B. (4) Hasil pemeriksaan kelengkapan dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sebagai berikut:
a. dalam hal kelengkapandokumen tidak terpenuhi maka dokumen Raperda Kabupaten/Kota dan dokumen materi teknis dikembalikan kepada Bupati/Walikota untuk dipenuhi kelengkapannya.
b. dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah dikembalikannya berkas sebagaimana dimaksud pada huruf a, Bupati/Walikota harus sudah memperbaiki dan mengirimkan kembali kepada Sekretariat BKPRD Provinsi untuk dilakukan pemeriksaan kembali terhadap kelengkapan dokumen dimaksud.
c. Dalam hal kelengkapan dokumentelah terpenuhi, Sekretariat BKPRDProvinsimengirimkan dokumen tersebut kepadaPokja Pengendalian Pemanfaatan Ruang BKPRD Provinsi untuk dilakukan evaluasi substansi RDTR BWP dengan melampirkan Daftar Simak Kelengkapan Dokumen Permohonan Persetujuan Substansi Raperda Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Bagian Keempat Evaluasi Substansi
Pasal 8
(1) Dalamrangka membantu kelancaran pelaksanaan evaluasi substansi Raperda Kabupaten/Kota, BKPRD Provinsi membentuk Tim Teknis pada Pokja Pengendalian Pemanfaatan Ruangdengan Keputusan Ketua BKPRD. (2) Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan subtansi raperda paling lambat 1 (satu) hari setelah diterimanya Dokumen dan Daftar Simak oleh Pokja Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
(3) Pemeriksaan kelengkapan substansi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan ketentuan:
a. proses evaluasi kelengkapan substansi dilakukan berdasarkan Matriks Pedoman Evaluasi Substansi RaperdaKabupaten/Kota, dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran C;
b. apabila kelengkapan substansi tidak terpenuhi maka berkas materi teknis Raperda Kabupaten/Kota dikembalikan kepada Bupati/Walikota untuk dipenuhi kelengkapan substansinya;
c. Dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya pengembalian materi teknis, setelah kelengkapan substansi dipenuhi, Bupati/Walikota harus melengkapi substansi dan mengirimkan kembali kepada Tim Teknis untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan kembali terhadap kelengkapan substansi tersebut; dan
d. apabila kelengkapan substansitelah terpenuhi, Tim Teknis melakukan proses evaluasi lebih lanjut.
(4) Dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterimanya substansi raperda yang telah dilengkapi dari Bupati/Walikota, Tim Teknis menyelenggarakan rapat untuk mendengar pemaparan substansi raperda dari Pemerintah Kabupaten/Kota.
(5) Hasil pemaparan substansi raperda sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam Berita Acara Rapat HasilDanTindak Lanjut Pemaparan Substansi Raperda Kabupaten/Kota, yang ditandatangani olehPemerintah Kabupaten/Kotadan anggota Tim Teknis.
Pasal 9
(1) Dalam waktu paling lambat 11 (sebelas) hari kerjasetelah rapat pemaparan substansi raperda, TimTeknis bersama perwakilan anggota BKPRD Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan melakukan rapat koordinasi untuk melakukan evaluasi substansi raperda dengan pertimbangan, analisis, dan telaah terhadap substansi raperdaapakah telah mengakomodasi RTRWN, RTRWP, RTRW Kabupaten/Kota, peraturan sektoral,dan ketentuan peraturan perundangan-undangan terkaitlainnya.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalamBerita Acara Rapat Koordinasi BKPRD Dalam Pembahasan Raperda Kabupaten/Kota, yang ditandatangani oleh seluruh pesertarapat, dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran D.
(3) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan dilampiri Tabel Pencantuman Substansi Raperda Kabupaten/Kota dan masukan tertulis dari anggota BKPRD Provinsi disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai dasar penyesuaian dan penyempurnaan substansi Raperda Kabupaten/Kota.
(4) Dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak Rapat Koordinasi dilaksanakan, Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan perbaikan dan penyesuaian substansi raperda untuk disampaikan kembali kepada Tim Teknis dengan dilampiri matriks sanding kesesuaian hasil perbaikan substansi.
(5) Tim Teknis melakukan pemeriksaan terhadapkesesuaian antara substansi raperda yang telah diperbaiki danmatriks sanding sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan Berita Acara Pembahasan serta masukan tertulis dari anggota BKPRD paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah pengembalian dokumen diterima.
(6) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa:
a. apabila kesesuaian substansi raperda tidak terpenuhi maka dokumen dikembalikan kepada Bupati/Walikota untuk dipenuhi kelengkapan substansinya dandalam waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari kerjaharus dikirimkan kembali kepada Tim Teknis untuk dilakukan pemeriksaan kembali;
b. apabila kesesuaiansubstansitelah terpenuhi, maka Tim Teknis mengajukan konsep Keputusan Gubernur tentang Persetujuan Substansi Perda tentang RDTR BWP Kabupaten/Kotakepada Biro Hukum (dengan format Keputusan Gubernur sebagaimana lampiran E),dilampiri hasil evaluasi substansi raperda dan kelengkapan dokumennya berupa:
1) dokumen berkas kelengkapan raperda yang telah disesuaikan dengan hasil evaluasi substansi;
2) Berita Acara Rapat Koordinasi BKPRD Provinsi Dalam Pembahasan Raperda Kabupaten/Kota, sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
3) matriks sanding kesesuaian hasil perbaikan substansi raperda dengan hasil evaluasi substansi; 4) matriks pedoman evaluasi substansiraperdadisertai
dengan saran, koreksi, dan perbaikan dari BKPRD Provinsi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf C; dan
5) Kronologis Proses Persetujuan Substansi Raperda, dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran F.
Bagian Kelima
PenerbitanPersetujuan Substansi Pasal 10
(1) Dalam hal seluruh tahapan dalam mekanisme proses evaluasi substansi selesai dan seluruh dokumen sudah lengkap, Biro Hukum memproses Keputusan Gubernur tentang Persetujuan Substansi Rancangan PerdaKabupaten/Kota tentang RDTR BWP Kabupaten/Kota.
(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Dalam Negeri dan DPRD Kabupaten/Kota.
BAB IV
PENETAPANPERDAKABUPATEN/KOTA TENTANG RDTR BWP KABUPATEN/KOTA
Pasal 11
(1) Dalam hal persetujuan substansi Raperda Kabupaten/Kota dari Gubernur telah diterima dan telah dilakukan penyempurnaan, maka Pemerintah Kabupaten/Kota menyampaikan surat permohonan pembahasan Raperda Kabupaten/Kota kepada DPRD Kabupaten/Kota.
(2) Hasil Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Nota Kesepakatan Bersama antara DPRD Kabupaten/Kota yang bersangkutan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota tentang Raperda Kabupaten/Kota.
(3) Berdasarkan Nota Kesepakatan Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemerintah Kabupaten/Kota mengajukan Raperda Kabupaten/Kota kepada Gubernur untuk mendapatkan evaluasi.
(4) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh BKPRD Provinsi bersama Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
(5) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pemerintah Kabupaten/Kota dan DPRD Kabupaten/Kota menyempurnakan dokumen Raperda beserta lampirannya.
(6) Raperda dan Lampiran yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan menjadi Perda tentang RDTR BWP Kabupaten/Kota.
(7) Perda tentang RDTR BWP Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan harus disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum.
Pasal 12
(1) Bagan Alir mekanisme pemberian substansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 8 tercantum dalam Lampiran G.
(2) Lampiran A sampai dengan Lampiran Gmerupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Timur
Ditetapkan diSurabaya pada tanggal 13 Mei 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR
ttd
Dr.H. SOEKARWO
Diundangkan di Surabaya pada tanggal 13Mei 2013
KEPALA BIRO HUKUM
SEKRETARIAT DAERAH PROVINSIJAWA TIMUR
SUPRIANTO, S.H.,M.H.
LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 34 TAHUN 2013 TANGGAL : 13 MEI 2013
MEKANISME PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI RANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN/KOTA
A. TABEL PENCANTUMAN SUBSTANSI RANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG RDTR BWPKABUPATEN/KOTADALAM MATERI TEKNIS DAN RANCANGAN PERDA
No. Muatan Penuangan Dalam Materi Teknis Penuangan Dalam Rancangan Perda Keterangan Menimbang
Mengingat (Dasar Hukum) Menetapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penyusunan laporan RDTR 1.3 Dasar Hukum
1.4 Ruang Lingkup Perencanaan 1.5 Sistematika Pembahasan
No. Muatan Penuangan Dalam Materi Teknis Penuangan Dalam Rancangan Perda Keterangan
Bab II KETENTUAN UMUM
2.1 Istilah dan Definisi
2.2 Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi
2.3 Fungsi dan Manfaat RDTR dan PZ
2.4 Kriteria dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR dan Peraturan
Zonasi
2.5 Masa Berlaku RDTR
Bab III TUJUAN PENATAAN BWP
3.1 Tinjauan RTRW terhadap wilayah perencanaan 3.2 Profil Wilayah perencanaan
3.3 Isu Strategis (memuat potensi, permasalahan, dan urgensi)
3.4 Tujuan Penataan BWP
3.5 Kebijakan dan Strategi Penataan BWP
BAB IV RENCANA POLA RUANG
4.1 Konsep Pengembangan BWP (Mengakomodasi Sistem Pusat
Kegiatan)
4.1.1 Skenario Pengembangan 4.1.2 Sistem Pusat Kegiatan 4.1.3 Arahan Pengembangan
4.2 Pembagian Sub BWP, dan Blok (Mendelineasi batas bagian wilayah
perkotaan, Sub BWP, dan Blok)
4.3 Penetapan kode zona dan subzona
4.4 Rencana pola ruang BWP
4.4.1 Rencana Zona Lindung
No. Muatan Penuangan Dalam Materi Teknis Penuangan Dalam Rancangan Perda Keterangan
4.4.1.2 Zona Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya 4.4.1.3 Zona Perlindungan Setempat
4.4.1.4 Ruang Terbuka Hijau
4.4.1.5 Zona Pertanian Lahan Pangan Berkelanjutan (LP2B) 4.4.1.6Suaka Alam dan Cagar Budaya
4.4.1.7Zona Rawan Bencana Alam
4.4.2 Rencana Zona Budidaya
4.4.2.1 Zona Perumahan
4.4.2.2 Zona Perdagangan dan Jasa 4.4.2.3 Zona Perkantoran
4.4.2.4 Zona Industri
4.4.2.5 Zona Sarana Pelayanan Umum
4.4.2.6 Zona Peruntukan Lainnya 4.4.2.7 Zona Peruntukan Khusus 4.4.2.8 Zona Peruntukan Campuran
BAB V RENCANA JARINGAN PRASARANA
5.1 Rencana Jaringan Pergerakan
5.1.1 Jaringan transportasi darat 5.1.1.1 Sistem Jaringan Jalan
5.1.1.1.1 jaringan jalan arteri primer dan arteri sekunder;
5.1.1.1.2jaringan jalan kolektor primer dan kolektor
sekunder;
5.1.1.1.3 jaringan jalan lokal primer dan lokal sekunder;
5.1.1.1.4 jaringan jalan lingkungan primer dan lingkungan
sekunder;
5.1.1.2 Sistem jaringan pedestrian
No. Muatan Penuangan Dalam Materi Teknis Penuangan Dalam Rancangan Perda Keterangan 5.1.1.4 Jaringan Perkeretaapian
5.1.1.5 jaringan Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan 5.1.2 jaringan Transportasi Laut
5.2 Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
5.3 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
5.4 Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
5.5 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
5.6 Rencana Pengembangan Air Limbah
5.7 Rencana PengembanganPrasarana Lainnya
BAB VI PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN
PENANGANANNYA
6.1 Penetapan Lokasi Sub BWP yang Diprioritaskan
Kriteria Penetapan Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan
6.2 Rencana Penanganan Sub BWP yang diprioritaskan
BAB VII KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
7.1 Program Perwujudan Tata Ruang
7.1.1 Program perwujudan rencana pola ruang di BWP
A. perwujudan zona lindung pada BWP termasuk didalam
A. pemenuhan kebutuhan RTH; dan
B. perwujudan zona budi daya pada BWP
7.1.2 program perwujudan rencana jaringan prasarana
A. Perwujudan sistem jaringan prasarana
i. perwujudan sistem jaringan pergerakan;
ii. perwujudan sistem jaringan energi/kelistrikan;
No. Muatan Penuangan Dalam Materi Teknis Penuangan Dalam Rancangan Perda Keterangan
iv. perwujudan sistem jaringan air minum;
v.perwujudan sistem jaringan drainase;
vi. perwujudan sistem jaringan air limbah; dan/atau
vii.perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
7.1.3 Program Perwujudan Ketahanan terhadap perubahan iklim (bila
ada)
7.2 Indikasi Program Pemanfaatan Ruang Prioritas
Lampiran Album Peta RDTR
1. Peta Orientasi
2. Peta Batas Administrasi 3. Peta Guna Lahan 4. Peta Rawan Bencana 5. Peta Sebaran Penduduk 6. Peta Rencana Pola Ruang
7. Peta Rencana Jaringan Sarana Prasarana 8. Peta SUB BWP yang diprioritaskan
BAB VIII PERATURAN ZONASI
8.1 Peraturan Zonasi Zona Lindung
Peraturan Zonasi meliputi :
- Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
- Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
- Ketentuan Tata Bangunan
- Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
Ketentuan Pelaksanaan, meliputi :
- Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang
No. Muatan Penuangan Dalam Materi Teknis Penuangan Dalam Rancangan Perda Keterangan
- Penggunaan lahan yang tidak sesuai
Materi Opsional, meliputi :
- Ketentuan Tambahan
- Ketentuan Khusus
- Ketentuan Standar Teknis
- Ketentuan Pengaturan Zonasi
8.2 Peraturan Zonasi Zona Budi Daya
Peraturan Zonasi meliputi :
- Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan - Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang - Ketentuan Tata Bangunan
- Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
Ketentuan Pelaksanaan, meliputi :
- Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang - Insentif dan Disinsentif
- Penggunaan lahan yang tidak sesuai
Materi Opsional, meliputi :
- Ketentuan Tambahan
- Ketentuan Khusus
- Ketentuan Standar Teknis
- Ketentuan Pengaturan Zonasi
II Matriks Ketentuan Penggunaan Lahan (Matriks ITBX)
B. DAFTAR SIMAK KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN PERSETUJUANSUBSTANSIRANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG RDTR BWP KABUPATEN/KOTA
Telah diterima dari Kabupaten/Kota..., berupa kelengkapan indikator proses persetujuan substansi raperda Kabupaten/Kota tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) ………… berupa:
No. Dokumen Bentuk Keterangan
Softcopy Hardcopy
1. Surat Permohonan Persetujuan Substansirancangan
PerdaKabupaten/Kota tentang RDTR BWP
Kabupaten/Kota
2. Rancangan PerdaKabupaten/Kota tentang RDTR BWP
Kabupaten/Kota beserta lampirannya
3. Materi Teknis yang meliputi :
- Dokumen Rencana
- Fakta Analisa
4. Album Peta RDTR dan PZ ukuran A1dengan
skalaminimal 1:5.000 dan mencantumkan sumber peta
5. Peta :
I. Peta Rencana Pola Ruang (SHP)
II. Peta Rencana Jaringan Prasarana (SHP)
III. Peta Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan
IV. Peta Zonasi (SHP)
9. Peta Dasar yang menggunakan peta citra satelit
10. Dokumen KLHS (jika telah diwajibkan) 1
11 Berita Acara Rapat Konsultasi Teknis Perpetaan
dengan BIG
12. Berita Acara Konsultasi Publik Pembahsan rancangan
Perda Kabupaten/Kota tentang RDTR BWP
Kabupaten/Kota
13. Foto copy Surat Penyampaian Raperda kepada DPRD
Kabupaten/Kota dan tanda terimanya
14. Tabel Pencantuman Muatan Substansi2 RDTR dan PZ
dalam Materi Teknis dan rancangan Perda
1
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dari RDTR BWP harus dilengkapi sebelum diterbitkannya Persetujuan Substansi raperda Kabupaten/Kota tentang RDTR BWP Kabupaten/Kota
2
Format tabel pencantuman muatan substansi raperda Kabupaten/Kota tentang RDTR BWPKabupaten/Kota ke dalam Materi Teknis dan raperda terlampir dalam lampiran C
Perwakilan dari Kabupaten/Kota... ... NIP. ... Mengetahui, ... NIP. ...
C. MATRIKS PEDOMAN EVALUASI SUBSTANSIMATRIKS PEDOMAN EVALUASI SUBSTANSI RANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG RDTR BWPKABUPATEN/KOTA
No. MUATAN SUBSTANSI Penuangan Dalam Rancangan Perda Penuangan Dalam Materi Teknis, Peta, dan Indikasi Program Substansi Verifikasi Kesesuaian Terhadap RTRWN, RTRWP, dan RTRW Kab/Kota, Permen PU 20/2011, dan peraturan sektoral Catatan Penyempuraan Tanggapan dari Kabupaten/Kota Ada Tdk Ada Sesuai Kurang Menimbang
Mengingat (Dasar Hukum)
Menetapkan
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penyusunan laporan RDTR 1.3 Dasar Hukum
1.4 Ruang Lingkup Perencanaan 1.6 Sistematika Pembahasan
Bab II KETENTUAN UMUM
2.1 Istilah dan Definisi
2.2 Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi
2.3 Fungsi dan Manfaat RDTR dan PZ
2.4 Kriteria dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR dan Peraturan Zonasi
2.5 Masa Berlaku RDTR
No. MUATAN SUBSTANSI Penuangan Dalam Rancangan Perda Penuangan Dalam Materi Teknis, Peta, dan Indikasi Program Substansi Verifikasi Kesesuaian Terhadap RTRWN, RTRWP, dan RTRW Kab/Kota, Permen PU 20/2011, dan peraturan sektoral Catatan Penyempuraan Tanggapan dari Kabupaten/Kota Ada Tdk Ada Sesuai Kurang
Bab III TUJUAN PENATAAN BWP
3.1 Tinjauan RTRW terhadap wilayah perencanaan
3.2 Profil Wilayah perencanaan
3.3 Isu Strategis (memuat potensi, permasalahan, dan urgensi)
3.4 Tujuan Penataan BWP
3.5 Kebijakan dan Strategi Penataan BWP
Bab IV Rencana Pola Ruang
4.1 Konsep Pengembangan BWP (Mengakomodasi Sistem Pusat
Kegiatan)
4.1.1 Skenario Pengembangan
4.1.2 Sistem Pusat Kegiatan
4.1.3 Arahan Pengembangan
4.2 Pembagian Sub BWP, dan Blok (Mendelineasi batas bagian wilayah
perkotaan, Sub BWP, dan Blok)
4.3 Penetapan kode zona dan subzona
4.4 Rencana pola ruang BWP
4.4.1 Rencana Zona Lindung
4.4.1.1 Zona Hutan Lindung
4.4.1.2 Zona Perlindungan Terhadap
No. MUATAN SUBSTANSI Penuangan Dalam Rancangan Perda Penuangan Dalam Materi Teknis, Peta, dan Indikasi Program Substansi Verifikasi Kesesuaian Terhadap RTRWN, RTRWP, dan RTRW Kab/Kota, Permen PU 20/2011, dan peraturan sektoral Catatan Penyempuraan Tanggapan dari Kabupaten/Kota Ada Tdk Ada Sesuai Kurang
4.4.1.3 Zona Perlindungan Setempat 4.4.1.4 Ruang Terbuka Hijau
4.4.1.5 Zona Pertanian Lahan Pangan Berkelanjutan (LP2B) 4.4.1.6 Suaka Alam dan Cagar Budaya
4.4.1.7 Zona Rawan Bencana Alam
4.4.2 Rencana Zona Budidaya
4.4.2.1 Zona Perumahan
4.4.2.2 Zona Perdagangan dan Jasa
4.4.2.3 Zona Perkantoran 4.4.2.4 Zona Industri
4.4.2.5 Zona Sarana Pelayanan Umum
4.4.2.6 Zona Peruntukan Lainnya 4.4.2.7 Zona Peruntukan Khusus 4.4.2.8 Zona Peruntukan Campuran
BAB V Rencana Jaringan Prasarana
5.1 Rencana Jaringan Pergerakan
5.1.1 Jaringan transportasi darat
5.1.1.1 Sistem Jaringan Jalan
5.1.1.1.1 jaringan jalan arteri
No. MUATAN SUBSTANSI Penuangan Dalam Rancangan Perda Penuangan Dalam Materi Teknis, Peta, dan Indikasi Program Substansi Verifikasi Kesesuaian Terhadap RTRWN, RTRWP, dan RTRW Kab/Kota, Permen PU 20/2011, dan peraturan sektoral Catatan Penyempuraan Tanggapan dari Kabupaten/Kota Ada Tdk Ada Sesuai Kurang
5.1.1.1.2 jaringan jalan kolektor primer dan kolektor
sekunder;
5.1.1.1.3 jaringan jalan lokal primer
dan lokal sekunder;
5.1.1.1.4 jaringan jalan lingkungan primer dan lingkungan
sekunder;
5.1.1.2 Sistem jaringan pedestrian
5.1.1.3 Sistem Pelayanan Angkutan
Umum
5.1.1.4 Jaringan Perkeretaapian 5.1.1.5 jaringan Angkutan Sungai,
Danau, dan Penyeberangan
5.1.2 jaringan Transportasi Laut
5.2 Rencana Pengembangan Jaringan
Energi/Kelistrikan
5.3 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
5.4 Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
5.5 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
No. MUATAN SUBSTANSI Penuangan Dalam Rancangan Perda Penuangan Dalam Materi Teknis, Peta, dan Indikasi Program Substansi Verifikasi Kesesuaian Terhadap RTRWN, RTRWP, dan RTRW Kab/Kota, Permen PU 20/2011, dan peraturan sektoral Catatan Penyempuraan Tanggapan dari Kabupaten/Kota Ada Tdk Ada Sesuai Kurang
5.6 Rencana Pengembangan Air Limbah 5.7 Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
BAB VI PENETAPAN SUB BWP YANG
DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA
6.1 Penetapan Lokasi Sub BWP yang
Diprioritaskan
Kriteria penetapan lokasi Sub BWP
prioritas
6.2 Rencana Penanganan Sub BWP
Prioritas
BAB VII KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
7.1 Program Perwujudan Tata Ruang
7.1.1 Program perwujudan rencana pola
ruang di BWP
A. perwujudan zona lindung pada BWP termasuk didalam
pemenuhan kebutuhan RTH
B. perwujudan zona budi daya
pada BWP
7.1.2 program perwujudan rencana
No. MUATAN SUBSTANSI Penuangan Dalam Rancangan Perda Penuangan Dalam Materi Teknis, Peta, dan Indikasi Program Substansi Verifikasi Kesesuaian Terhadap RTRWN, RTRWP, dan RTRW Kab/Kota, Permen PU 20/2011, dan peraturan sektoral Catatan Penyempuraan Tanggapan dari Kabupaten/Kota Ada Tdk Ada Sesuai Kurang
A. Perwujudan sistem jaringan
prasarana
i. perwujudan sistem jaringan
i.pergerakan;
ii. perwujudan sistem jaringan
ii. energi/kelistrikan;
iii.perwujudan sistem jaringan
iii.telekomunikasi;
iv. perwujudan sistem jaringan
iv.air minum;
v.perwujudan sistem jaringan
v.drainase;
vi. perwujudan sistem jaringan
vi.air limbah; dan/atau
vii.perwujudan sistem jaringan
vii.prasarana lainnya.
7.1.3 Program Perwujudan Ketahanan terhadap perubahan iklim (bila
ada)
7.2 Indikasi Program Pemanfaatan Ruang
Prioritas
Lampiran Album Peta RDTR
- Peta Orientasi
- Peta Batas Administrasi - Peta Guna Lahan
No. MUATAN SUBSTANSI Penuangan Dalam Rancangan Perda Penuangan Dalam Materi Teknis, Peta, dan Indikasi Program Substansi Verifikasi Kesesuaian Terhadap RTRWN, RTRWP, dan RTRW Kab/Kota, Permen PU 20/2011, dan peraturan sektoral Catatan Penyempuraan Tanggapan dari Kabupaten/Kota Ada Tdk Ada Sesuai Kurang
- Peta Rawan Bencana - Peta Sebaran Penduduk - Peta Rencana Pola Ruang
- Peta Rencana Jaringan prasarana
- Peta Sub BWP yangDiprioritaskan
Penanganannya
BAB VIII Peraturan Zonasi
8.1 Peraturan Zonasi Zona Lindung
Peraturan Zonasi meliputi : - Ketentuan Kegiatan dan
Penggunaan Lahan
- Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
- Ketentuan Tata Bangunan
- Ketentuan Prasarana dan Sarana
Minimal
Ketentuan Pelaksanaan, meliputi :
- Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang
- Insentif dan Disinsentif
- Penggunaan lahan yang tidak
sesuaiMateri Opsional, meliputi :
- Ketentuan Tambahan
- Ketentuan Khusus
No. MUATAN SUBSTANSI Penuangan Dalam Rancangan Perda Penuangan Dalam Materi Teknis, Peta, dan Indikasi Program Substansi Verifikasi Kesesuaian Terhadap RTRWN, RTRWP, dan RTRW Kab/Kota, Permen PU 20/2011, dan peraturan sektoral Catatan Penyempuraan Tanggapan dari Kabupaten/Kota Ada Tdk Ada Sesuai Kurang
- Ketentuan Pengaturan Zonasi
8.2 Peraturan Zonasi Zona Budi Daya
Peraturan Zonasi meliputi : - Ketentuan Kegiatan dan
Penggunaan Lahan
- Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
- Ketentuan Tata Bangunan
- Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
Ketentuan Pelaksanaan, meliputi : - Ketentuan Variansi Pemanfaatan
Ruang
- Insentif dan Disinsentif
- Penggunaan lahan yang tidak sesuai
Materi Opsional, meliputi :
- Ketentuan Tambahan
- Ketentuan Khusus
- Ketentuan Standar Teknis
- Ketentuan Pengaturan Zonasi
II Matriks Ketentuan dan Penggunaan Lahan
(Matriks ITBX)
D. BERITA ACARA RAPAT KOORDINASI BKPRD DALAM PEMBAHASAN RANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN / KOTA
BERITA ACARA RAPAT KOORDINASI
BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DALAM PEMBAHASAN RAPERDA KABUPATEN/KOTA………..
TENTANG RDTR BWP ...
Nomor:
Pada hari ini _____ tanggal ___ bulan ___ tahun ___, kami yang bertanda tangan dibawah ini, telah mengadakan rapat koordinasi Pembahasan Raperda Kabupaten/Kota ____ tentang Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota ____ dengan ini menyatakan bahwa Rancangan Perda dimaksud secara subtantif telah mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, dan Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, serta dapat diproses lebih lanjut untuk ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan tetap memperhatikan catatan sebagai berikut:
1. _____ 2. _____ 3. _____; dan
4. catatan penyempurnaan sebagaiman tercantum dalam tabel ____
Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, ___________ Pimpinan Rapat, Nama :………. Jabatan :……… Catatan: Ditandatangani oleh :
Perwakilan Tim Teknis Pokja Pengendalian Pemanfaatan Ruang Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, berdasarkan Keputusan Ketua BKPRD Provinsi Jawa Timur Nomor ……….tentang …………...
E. FORMAT KETERANGAN KRONOLOGIS PROSES PERSETUJUAN SUBSTANSI RANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN / KOTA
KETERANGAN
KRONOLOGIS PROSES PERSETUJUAN SUBTANSI RANCANGAN PERDA KAB/KOTA ____ TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG
KABUPATEN/KOTA___
Sehubungan surat Bupati/Walikota _____________tanggal_____Nomor ________ perihal permohonan persetujuan substansi Rancangan Perda Kabupaten/Kota ______ tentang Rencana Detail tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kabupaten/Kota ________, telah dilakukan proses evaluasi substansi terhadap Rancanangan Perda dimaksud dalam rangka penerbitan persetujuan subtansi Rancangan Perda Kabupaten/Kota ____ tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah perkotaan Kabupaten/Kota___.
Adapun kronologis proses evaluasi dalam rangka persetujuan subtansi tersebut sebagai berikut:
1. Pada tanggal _____ 2. Pada tanggal _____ 3. ____ dst.
Demikian keterangan ini disusun sebagai bahan informasi dalam proses penerbitan persetujuan subtansi.
Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Cipta Karya Provinsi Jawa Timur
... NIP. _________
F. DRAFT KEPUTUSAN GUBERNUR
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR
PERSETUJUAN SUBSTANSI RANCANGAN
KABUPATEN/KOTA …………. TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN/KOTA………
Menimbang : a. bahwa
Perda
Bagian Wilayah Perkotaan Kabupaten/Kota………,
memerlukan
b. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 235/KPTS/M/2013
Persetujuan Substansi Rancangan
Ruang Kabupaten/Kota Kepada Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa Timur berwenang memberikan persetujuan substansi
Rancangan
Ruang Kabupaten/Kota;
c. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b,
Mengingat : 1. Undang
Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Undang
Ruang(Lembaran Negara Repub
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); DRAFT KEPUTUSAN GUBERNUR TENTANG PERSETUJUAN SUBSTANSI
GUBERNUR JAWA TIMUR
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR ...
TENTANG
PERSETUJUAN SUBSTANSI RANCANGAN
KABUPATEN/KOTA …………. TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN/KOTA………
GUBERNUR JAWA TIMUR,
bahwa untuk dapat ditetapkan menjadi Perda
Kabupaten/Kota ... tentang Rencana Detail Tata Ruang
Bagian Wilayah Perkotaan Kabupaten/Kota………,
memerlukan persetujuan substansi dari Pemerintah;
bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 235/KPTS/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan P
Persetujuan Substansi Rancangan Perda Tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota Kepada Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa Timur berwenang memberikan persetujuan substansi
Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang Rencana Ruang Kabupaten/Kota;
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Gubernur tentang ……
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
ng-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
PERSETUJUAN SUBSTANSI
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR
PERSETUJUAN SUBSTANSI RANCANGAN PERDA
KABUPATEN/KOTA …………. TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN/KOTA………
Perda terhadap Rancangan Rencana Detail Tata Ruang
Bagian Wilayah Perkotaan Kabupaten/Kota………,
persetujuan substansi dari Pemerintah;
bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota Kepada Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa Timur berwenang memberikan persetujuan substansi terhadap a tentang Rencana Detail Tata
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan menetapkan Keputusan Gubernur tentang ……..…..….. ;
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
lik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang TataCara Evaluasi Rancangan Perda tentang Rencana TataRuang Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, beserta Rencana Rincinya;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Perdatentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota;
13. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 235/KPTS/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi Perda tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota kepada Gubernur Jawa Timur;
14. Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 3 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 15);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU :...;
KEDUA
KETIGA :...
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Surabaya Pada tanggal
GUBERNUR JAWA TIMUR,
Dr. H. SOEKARWO
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada :
Yth. 1. Sdr. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia di Jakarta. 2. Sdr. Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia di Jakarta. 3. Sdr. ………… dst
G. BAGAN ALIR MEKANISME PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI RAPERDA KABUPATEN/KOTA TENTANG RDTR BWP KABUPATEN/KOTA
GUBERNUR JAWA TIMUR
Dr. H. SOEKARWO Melakukan Pemerikssan Terakhir Terhadap Kelengkapan Dokumen, Pemrosesan Persetujuan Substansi