• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah SPGDT Bencana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah SPGDT Bencana"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT

DARURAT TERPADU TERHADAP BENCANA INDUSTRI

DI RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK

Oleh : dr. Edwin Hafiz NIK. K - 12550 Pembimbing : dr. Luviana Tyas WD dr. Ahdian Saptavani

PT. PETRO GRAHA MEDIKA

RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK

(2)

2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 2 1.2.1 Tujuan Umum ... 2 1.2.2 Tujuan Khusus ... 3

BAB II KAJIAN MASALAH ... 4

BAB III PEMBAHASAN ... 8

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ... 15

4.1. Kesimpulan ... 15

4.2. Saran ... 15

BAB V PENUTUP ... 16

(3)

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit Petrokimia Gresik merupakan salah satu rumah sakit swasta di wilayah Gresik yang mengemban suatu visi yaitu menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat di wilayah Gresik dan sekitarnya. Untuk mencapai visi tersebut rumah sakit dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sehingga diperlukan pengelolaan suatu organisasi yang menerapkan pola manajemen kualitas mutu dan pelayanan yang handal dalam menghadapi persaingan dan dinamika kerja yang global.

Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan adalah

response time (waktu tanggap), dimana merupakan indikator proses untuk

mencapai indikator hasil yaitu kelangsungan hidup . Dalam hal ini, pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan yang sangat penting (time saving is

life saving) bahwa waktu adalah nyawa. Bagi sebagian pasien dan

keluarganya masalah ini menimbulkan suatu kepanikan tersendiri, mereka menganggap bahwa response time yang lama, penyelamatan nyawa pasien juga lama. Padahal, perawat dan dokter jaga sudah melakukan penanganan awal yang tepat.

Kematian dan kesakitan pasien sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan, khususnya meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan. Keadaan gawat darurat ini bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Untuk meningkatkan

response time terutama untuk kasus emergency dalam konteks kehidupan

(4)

4

Rumah Sakit Petrokimia Gresik yang lokasinya berada di kawasan industri Gresik seringkali menjadi rujukan utama kasus bencana industri. Dengan adanya kejadian bencana industri, yang dalam 1 tahun terakhir ini sering terjadi dan mengakibatkan adanya korban dalam jumlah yang banyak di kawasan industri Gresik, perlu adanya suatu sistem untuk penanggulangan masalah tersebut

Dalam hal ini Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai baris terdepan dalam penanganan pasien di Rumah Sakit perlu meningkatkan mutu layanan secara menyeluruh. Penerapan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) khususnya untuk bencana industri dapat dijadikan salah satu strategi alternatif guna meningkatkan mutu layanan khususnya response

time terhadap penanganan korban massal yang diakibatkan oleh bencana

industri tersebut.

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yaitu merupakan suatu sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan

time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh

masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi. Dalam hal ini khususnya penanggulangan kasus bencana industri memerlukan penanganan yang menyeluruh baik pra Rumah Sakit, intra Rumah Sakit, dan antar Rumah Sakit sehingga mampu menekan angka kematian dan kecacatan yang diakibatkan oleh kondisi tersebut.

1.2 Tujuan Penyusunan Makalah

1.2.1 Tujuan Umum

Meningkatkan mutu layanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Petrokimia Gresik melalui penerapan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Bencana.

(5)

5 1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mempercepat response time dalam memberikan tindakan kegawatdaruratan dan meningkatkan kualitas pertolongan terhadap korban bencana industri di Instalasi Gawat Darurat. 2. Mencegah kematian dan kecacatan, sehingga dapat hidup dan

berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya. 3. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan

(6)

6

BAB II

KAJIAN MASALAH

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. IGD berperan sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit ini. Standarisasi Instalasi Gawat Darurat saat ini menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit. Penderita dari ruang IGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif, ruang bedah sentral, ataupun bangsal perawatan. Jika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain.

IGD di Rumah Sakit Petrokimia Gresik jalan A. Yani No. 69 memiliki kapasitas sebanyak 11 tempat tidur yang terdiri dari 1 tempat tidur sebagai bed triage, 3 tempat tidur untuk pasien medis, 2 tempat tidur untuk pasien bedah, 2 tempat tidur di ruang tindakan untuk pasien tindakan bedah, 1 tempat tidur di ruang resusitasi untuk pasien yang perlu mendapat resusitasi dan pengawasan khusus, serta 2 tempat tidur untuk pasien observasi sebelum menuju ke ruang perawatan. Fasilitas yang tersedia di IGD Rumah Sakit Petrokimia Gresik sudah sesuai standar. Dalam hal ini seharusnya semua fasilitas yang tersedia mampu dipergunakan sebaik mungkin untuk meningkatkan mutu layanan rumah sakit.

Keberhasilan pertolongan bagi penderita dengan kriteria gawat darurat yaitu penderita yang terancam nyawa dan kecacatan, akan dipengaruhi banyak factor sesuai fase dan tempat kejadian cederanya. Pertolongan harus dilakukan secara harian 24 jam (daily routine) yang terpadu dan terkordinasi dengan baik dalam satu sistem yang dikenal dengan Sistem Pelayanan gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Jika bencana massal terjadi dengan korban banyak, maka pelayanan gawat darurat harian otomatis ditingkatkan fungsinya menjadi pelayanan gawat darurat dalam bencana (SPGDB). Perlu adanya pemikiran terhadap hal ini dikarenakan Rumah Sakit Petrokimia Gresik merupakan rumah sakit yang

(7)

7

mempunyai visi sebagai rumah sakit pilihan utama masyarakat di wilayah Gresik dan sekitarnya.

Sebagai Rumah Sakit yang berlokasi di kawasan industri dan berpotensi menjadi rujukan utama pasien akibat dari bencana industri, Rumah Sakit Petrokimia Gresik perlu menerapkan sistem penanggulangan gawat darurat terhadap bencana khususnya bencana industri.

Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2008 – 2012, besarnya sumbangan dari setiap sektor ekonomi selama lima tahun terakhir diketahui bahwa sektor industri pengolahan menempati posisi pertama dengan struktur sebesar 25,4%. Posisi kedua oleh sektor pertanian sebesar 14,8% baru kemudian sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 13,7% yang menempati posisi ketiga.

Data di atas menunjukkan bahwa selama ini sektor industri menjadi sektor signifikan yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara umum pada tahun 2012 lalu pertumbuhan dari industry pengolahan non-migas saja mencapai 6,5% dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri pupuk dan kimia.

Bagaikan sebuah mata uang yang memiliki dua sisi, peningkatan jumlah industri juga berpotensi memberikan tekanan atau ancaman terhadap lingkungan. Fenomena lumpur Porong di Sidoarjo yang terjadi pada akhir Mei 2006 di lokasi dimana PT. Lapindo Brantas Inc. sedang melakukan kegiatan pengeboran adalah sebuah contoh telak dampak negatif dari kegiatan industri. Sebuah bencana yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Umumnya bentuk ancaman bahaya besar dari sebuah kegiatan industri adalah kebakaran, ledakan, atau akibat yang ditimbulkan oleh bahan berbahaya atau beracun namun tidak pernah oleh lumpur.

Beberapa kejadian lainnya dari contoh kasus kecelakaan besar industri di Indonesia adalah : (1) Tanggal 5 Nopember 1993 terjadi kebocoran dan ledakan dari tangki penampung chlorine di PT. Indorayon Utama, Porsea, Kab. Tapanuli Utara, (2) Tahun 1994 terjadi kebocoran amoniak di PT. Pupuk Iskandar Muda, Lhokseumawe, Kab. Aceh Utara, (3) Tahun 1995 terjadi kebakaran dan ledakan dari tangki penimbun bahan bakar minyak di Cilacap, (4) Tanggal 25 Maret 1999 terjadi kebocoran gas amoniak di PT. Ajinomoto, Mojokerto, (5) Tanggal 9

(8)

8

Agustus 2001 terjadi tumpahan tetes tebu di PG. Ngadirejo, Kediri yang kemudian mencemari badan air Kali Brantas mulai dari Kediri hingga Surabaya sejauh 170 km, (6) Tanggal 20 Januari 2004 terjadi ledakan dan kebakaran unit maleic anhydride dan phytalic anhydride di PT. Petrowidada, Gresik, (7) Tanggal 7 Juli 2013 terjadi kebocoran gas sulfur dioksida di PT. Smelting, Gresik.

Industri berikut potensi bencana serta dampak negatif ikutannya adalah sebuah keniscayaan, tidak bisa dihindari apalagi dihilangkan sama sekali. Oleh karenanya strategi untuk mengantisipasi potensi bencana atau dampak negatif dari industri menjadi sangat penting dilakukan. Sehubungan dengan hal ini maka keberadaan atau tersedianya peta risiko bencana industri di Indonesia menjadi sangat krusial.

Berdasarkan peta rawan bencana pada studi awal pemetaan risiko bencana industri di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa Jawa Timur merupakan daerah dengan jumlah 7 wilayah kecamatan yang terkena dampak bencana industry dengan komposisi 3 kecamatan dengan tingkat kerentanan tinggi, 3 kecamatan dengan tingkat kerentanan sedang dan 1 kecamatan dengan tingkat kerentanan rendah. Dalam hal ini wilayah Gresik merupakan daerah dengan tingkat kerentanan sedang yang didalamnya terdapat 2 perusahaan besar, yaitu PT. Petrokimia Gresik dan PT. Smelting.

Selama tahun 2013 terdapat beberapa kejadian bencana industri di wilayah Gresik ini dan terkadang menyebabkan adanya korban massal akibat keadaan tersebut. Beberapa kasus tercatat misalnya:

 Pada 27 Februari 2013 terdapat kasus kebocoran gas PT. Smelting yang menyebabkan 5 karyawan PT. Petrokimia Gresik dirawat di RSPG karena keracunan menghirup gas Sulfur Dioksida (SO2).

 Pada 8 Juni 2013 terdapat kasus keracunan gas di PT. Wilmar yang menyebabkan meninggalnya 3 orang akibat menghirup gas nitrogen.  Pada 7 Juli 2013 terdapat kasus kebocoran gas yang menyebabkan

sekitar 60 warga desa Roomo Gresik mendapatkan perawatan di IGD RSPG dikarenakan keracunan menghirup gas SO2.

Selain kasus diatas masih banyak kasus lainnya yang berkaitan dengan bencana industri di wilayah Gresik. Kejadian seperti contoh di atas membuktikan

(9)

9

perlu adanya penanganan secara menyeluruh, baik dari segi informasi, komunikasi, transportasi, dan penanganan kegawatdaruratan terhadap kasus di atas sehingga dapat mencegah kesakitan dan kematian.

RS Petrokimia Gresik selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pasien. Dengan belum adanya sistem yang mengatur tentang pelayanan pra Rumah Sakit, dalam Rumah Sakit, dan antar Rumah Sakit yang baik maka perlu adanya suatu sistem yang harus dijalankan untuk mengatur hal tersebut dengan tujuan mempercepat response time dalam memberikan tindakan kegawatdaruratan dan meningkatkan kualitas pertolongan di Instalasi Gawat Darurat. Selain itu, dengan pembentukan tim penanggulangan bencana industri khususnya di IGD sangat diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Adanya koordinasi yang baik akan dapat meningkatkan mutu layanan Rumah Sakit Petrokimia Gresik sebagai rumah sakit pilihan utama masyarakat di wilayah Gresik dan sekitarnya.

Secara ringkas kajian masalah diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

2.1 Gambar bagan kajian masalah

Tim Penanggulangan Bencana Industri

Kejadian Bencana Industri

Mutu layanan

(10)

10

BAB III PEMBAHASAN

SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)

SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan

time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat

awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi. SPGDT dibagi menjadi SPGDT sehari-sehari dan SPGDT bencana.

Dalam hal ini SPGDT bencana adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya pada terjadinya korban massal yg memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.

Berdasarkan data di bagian rekam medis, kejadian bencana industri yang ditangani oleh RS Petrokimia pada tahun 2013 sudah terjadi beberapa kali. Antara lain pada 8 Juni 2013 adanya kebocoran gas di PT. HESS dan pada 7 Juli 2013 kebocoran gas di PT. Smelting. Terutama untuk kasus kebocoran PT. Smelting yang menyebabkan adanya korban massal, tercatat pada bagian rekam medis ada sekitar 121 orang dari warga sekitar yang terkena dampak kondisi tersebut. Penanganan kasus bencana industri seperti diatas memerlukan penanganan yang menyeluruh sehingga dapat mencegah kecacatan bahkan kematian.

Penerapan SPGDT untuk keadaan bencana industri ini di RS Petrokimia Gresik secara umum harus meliputi ketiga unsur pra RS, intra RS, dan antar RS.

SISTEM PELAYANAN MEDIK PRA RUMAH SAKIT

1. Public Safety Center

Pembentukan pusat-pusat informasi terdahap adanya resiko bencana industri. Hal ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar kawasan

(11)

11

industri Gresik. Penyuluhan ini bisa dilakukan disaat bakti sosial yang rutin dilaksanakan oleh RS Petrokimia Gresik

2. Pelayanan Ambulans

Dalam hal ini perlu adanya koordinasi antara ambulans milik RS Petrokimia Gresik, pihak perusahaan terkait, dan memberdayakan ambulans di sekitar lokasi kejadian. Baik itu milik puskesmas, klinik swasta, rumah bersalin, institusi kesehatan swasta maupun pemerintah (PT. Jasa Marga, Jasa Raharja, Polisi, PMI, Yayasan dan lain-lain).

3. Komunikasi

Perlu adanya sebuah sistem komunikasi dimana sifatnya adalah pembentukan jejaring penyampaian informasi jejaring koordinasi maupun jejaring pelayanan gawat darurat sehingga seluruh kegiatan dapat berlangsung dalam satu sistem yang terpadu terkoordinasi menjadi satu kesatuan kegiatan. Dalam hal ini Tim K3 perusahaan terkait berkaitan langsung dengan tim dari IGD RS Petrokimia.

SISTEM PELAYANAN MEDIK DI RUMAH SAKIT

Harus diperhatian penyediaan sarana prasarana yang harus ada di IGD, ICU, kamar jenazah, unit-unit pemeriksaan penunjang, seperti radiologi, laboratorium, klinik, farmasi, gizi, ruang rawat inap, dan lain-lain.

Penerapan SPGDT terhadap bencana industri pada tahap intra RS khususnya di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dilakukan dengan pembentukan suatu tim khusus yang dikoordinasikan dengan unit lain seperti ICU dan rawat inap. Tim ini bertugas untuk menerima informasi, mengkoordinir, penanganan pertama dan evakuasi, serta penanganan lanjutan.

Pemanfaatan ruangan dekontaminasi di IGD juga perlu dioptimalkan untuk menunjang pelayanan. Sebagai Rumah Sakit pusat rujukan untuk bencana industri di wilayah Gresik dan sekitarnya, RS Petrokimia khususnya Instalasi Gawat Darurat mempunyai fasilitas ruangan dekontaminasi untuk penanganan awal jika terdapat kejadian bencana industri. Penanganan awal dekontaminasi biasanya dikhususkan pada kejadian yang menimbulkan luka bakar akibat trauma kimia.

(12)

12

Ruangan dekontaminasi di IGD RS Petrokimia dilengkapi dengan pemasangan Shower Dekontaminasi dan Alat Perlindungan Diri (APD). Hal tersebut berguna untuk penanganan awal pada korban bencana industri khusunya trauma kimia. Luka bakar yang diakibatkan trauma kimia dapat mengakibatkan kecacatan bahkan kematian, maka dengan penanganan awal berupa dekontaminasi paparan zat kimia pada korban diharapkan mampu mengurangi angka kecacatan bahkan kematian akibat dari kondisi tersebut.

Penanganan Kejadian Bencana Industri di IGD RS Petrokimia Gresik

Triage

3.2 Alur penanganan di Instalasi Gawat Darurat Penanggung Jawab Medis Koordinator Shift Penanggung Jawab Tim Petugas Paramedis Kejadian Bencana Industri K3 Perusahaan terkait

(13)

13

Rencana struktur Tim Penanggulangan Bencana Industri :

Catatan :

: Garis Komando

: Garis Koordinasi

3.1 Gambar rencana struktur Tim Penanggulangan Bencana Industri

Rencana uraian tugas:

a. Penanggung Jawab Tim

Ketua : Kepala Bidang Pelayanan Medik Wakil Ketua : Kepala Instansi Gawat Darurat

Bertugas:

 Memberi komando dan mengkoordinir segenap anggota tim.

 Bekerjasama dengan perusahaan terkait membuat sistem komunikasi dan simulasi bencana industri.

 Sebagai evaluator tim.

b. Penanggung Jawab Medis Dokter jaga IGD

Bertugas :

Penanggung Jawab Tim

Koordinator Shift

IGD

 Perawat Primer  Perawat Associate ICU (on call)

 Perawat Primer Rawat Inap (on call)

 Perawat Associate Penanggung jawab medis:

Dokter Jaga IGD

 Dokter Ruangan (on call)  Dokter IGD (on call)

(14)

14  Mengidentifikasi awal /triage pasien

 Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan  Menghubungi dokter dari rawat inap maupun dokter jaga IGD (on

call) bila diperlukan bantuan.

c. Koordinator Shift Bertugas :

 Menerima komando dari penanggung jawab tim

Bersama dokter penanggungjawab medis melakukan triage pada pasien

d. Tim Paramedis Perawat IGD

Bertugas :

 Membantu dokter menangani pasien sesuai triage.

 Menghubungi perawat on call (ICU dan Rawat Inap) sesuai instruksi dokter atau koordinator shift.

Dengan adanya pembentukan Tim Penanggulangan Bencana Industri dan penggunaan ruangan dekontaminasi yang optimal diharapkan RS Petrokimia Gresik mampu menjadi Rumah Sakit pusat rujukan utama bencana industri di wilayah Gresik dan sekitarnya.

SISTEM PELAYANAN MEDIK ANTAR RUMAH SAKIT

Berbentuk jejaring rujukan yang dibuat berdasarkan kemampuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, untuk menerima pasien dan ini sangat berhubungan dengan kemampuan SDM, ketersediaan fasilitas medis di dalam sistem ambulans.

(15)

15

Bentuk layanan transportasi yang ditujukan dari pos komando, rumah sakit lapangan menuju ke rumah sakit rujukan atau transportasi antar rumah sakit. Dalam hal ini Rumah Sakit rujukan utama untuk wilayah Jawa Timur adalah RSUD dr. Soetomo Surabaya.

Syarat – syarat evakuasi

o Korban berada dalam keadaan paling stabil dan memungkinkan untuk di evakuasi

o Korban telah disiapkan/ diberi peralatan yang memadai untuk transportasi.

o Fasilitas kesehatan penerima telah diberitahu dan siap menerima korban. o Kendaraan yang dipergunakan merupakan yang paling layak tersedia. o Didampingi oleh petugas kesehatan (perawat associate).

Keberhasilan Penanggulangan Pasien Gawat Darurat Tergantung 4 Kecepatan :

1. Kecepatan ditemukan adanya penderita gawat darurat 2. Kecepatan dan respon petugas

3. Kemampuan dan Kualitas 4. Kecepatan Minta Tolong

(16)

16

3.3 Alur penanganan sesuai SPGDT Bencana Intra Rumah Sakit

Kejadian Bencana Industri

Response Time

Antar Rumah Sakit  Evakuasi  Transportasi  RS rujukan Pra Rumah Sakit

 PSC

 Ambulans  Komunikasi

TRIAGE

Ruang Resusitasi

Ruang non Bedah Ruang Bedah

Kamar Jenazah Ruang Dekontaminasi

(17)

17

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dengan penerapan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu di RS Petrokimia Gresik dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu pelayanan RS Petrokimia Gresik.

2. Mempercepat response time dalam memberikan tindakan kegawatdaruratan dan meningkatkan kualitas pertolongan di Instalasi Gawat Darurat.

3. Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.

4. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai dalam kasus kegawatan sehari-hari maupun penanganan korban bencana.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat ditulis penyusun pada makalah ini, yaitu :

1. Mengoptimalkan SDM melalui diklat mengenai bencana industri dan pembentukan Tim Penanggulangan Bencana Industri di Instalasi Gawat Darurat RS Petrokimia Gresik

2. Memanfaatkan fasilitas yang ada untuk penerapan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Bencana khususnya bencana industri di RS Petrokimia Gresik guna meningkatkan mutu layanan di RS Petrokimia Gresik khususnya di Instalasi Gawat Darurat.

(18)

18

BAB V PENUTUP

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya karya tulis dengan judul “ Penerapan Sistem Gawat Darurat Terpadu Terhadap Bencana Industri Di Rumah Sakit Petrokimia Gresik ” sebagai salah satu persyaratan pengangkatan pegawai tetap.

Terima kasih saya sampaikan pula kepada yang terhormat:

1. dr. Singgih Priyanto, MARS, selaku Direktur Utama PT Petro Graha Medika 2. dr. Hery Sulistianto, selaku Direktur Operasional PT Petro Graha Medika 3. Drs. Adiyanto, selaku Direktur Umum dan Keuangan PT Petro Graha

Medika

4. dr. Ahdian Saptavani, selaku Kepala Rumah Sakit Petrokimia Gresik

5. dr. Luviana Tyas WD, selaku Kepala Bidang Pelayanan Medik Rumah Sakit Petrokimia Gresik dan pembimbing

6. Kedua orang tua, istri dan anak saya yang selalu memberikan semangat dan doa

7. Teman-teman IGD, Poliklinik, Rawat Inap, ICU RSPG, dan yang selalu memberikan dukungan.

Semoga Allah memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga karya tulis ini bermanfaat baik bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang membutuhkan.

Gresik, 5 Desember 2013

(19)

19

DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB). 2013. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

Baheramsyah, Alam. 2013. Studi Awal Pemetaan Risiko Bencana Industri Di Indonesia Pusat Studi Kebumian Bencana dan Perubahan Iklim, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Institute For Clinical Systems Improvement. 2011. Health Care Protocol: Rapid ResponseTeam.http://www.icsi.org/rapidresponse

teamprotocol/rapid response team protocol with order set pdf.html.Diakses tanggal 21 November 2013

Proemergency-Library. 2009. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat.

http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/SPGDT_SC_PSC_RHA.html http://proemergency-library.blogspot.com/2009/07/sistem-penanggulangan-gawat-darurat.html. Diakses tanggal 21 November 2013

Pusdiklat PMI DIY. 2012. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu. http://pusdiklatpmidiy.wordpress.com/2012/10/31/sistem-penanggulangan-gawat-darurat-terpadu/. Diakses tanggal 22 November 2013

RS Petrokimia Gresik. 2012. Pedoman Sistem Tanggap Darurat Lokal Rumah Sakit Petrokimia Gresik

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu rumah sakit yang menjadi rujukan di kawasan Surabaya timur adalah Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS UNAIR). Rumah Sakit Universitas Airlangga merupakan

Berdasarkan profil Rumah Sakit Horas Insani tahun 2013, diketahui bahwa masih tinggi angka rujukan pasien akibat ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan

Rujukan pasien adalah Rujukan pasien adalah proses pengalihan pelayanan p proses pengalihan pelayanan paien ke rumah aien ke rumah sakit lain sakit lain

Soetomo.Dengan adanya program penanggulangan bencana baik yang berasal dari luar Rumah Sakit Bhayangkara wahyu tutuko maupunyang berasal dari dalam Rumah

Untuk itu manajemen Rumah Sakit harus mempunyai kesiapan dalam penanganan bencana diantaranya mempunyai Tim Penanggulangan Bencana, rencana penanggulangan Bencana Rumah

Determinan pengambilan keputusan pasien dalam pilihan rumah sakit rujukan di RSUD Kota Subulussalam terdiri dari: Persepsi kualitas pelayanan rumah sakit rujukan

Apabila Rumah Sakit Petrokimia Gresik ingin menurunkan burnout syndrome para perawat maka sangat penting dalam memperhatikan organizational effort factors dengan

Berdasarkan potensi bahaya erupsi Gunung Anak Ranakah diidentifi kasi tiga kawasan rawan bencana gunung api, yaitu: Kawasan Rawan Bencana III yang berpotensi terlanda awan