• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERANCANGAN. dapat menyebabkan derating pada unit pembangkit karena satu sistem Coal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PERANCANGAN. dapat menyebabkan derating pada unit pembangkit karena satu sistem Coal"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERANCANGAN

3.1 Derating PLTU Suralaya Unit 1-4

Sistem Coal Feeder dan Pulverizer merupakan peralatan utama pada suatu proses pembangkitan PLTU batubara UP. Suralaya unit 1-4 karena sistem tersebut merupakan peralatan untuk mentransportasikan batubara ke ruang bakar di boiler dimana fungsi boiler sebagai media pengubah fasa dari air menjadi uap kering yang akan dipakai untuk memutar turbine generator.

Pada sistem Pulverizer terdapat beberapa gangguan yang dapat menyebabkan terhentinya proses pasokan batu bara ke ruang bakar. Gangguan ini dapat menyebabkan derating pada unit pembangkit karena satu sistem Coal Feeder dan Pulverizer mempunyai kapasitas 25 MCR atau setara dengan 100 MW per sistem.

(2)

Gbr 3.2 Grafik Derated PLTU suralaya unit 1-4 tahun 2010-2014 (%)

Pada grafik diatas bisa kita lihat bahwa derating pada PLTU suralaya unit 1-4 dari tahun 2010-2014 sebagian besar berasal dari gangguan yang terdapat pada sistem Pulverizer dan Coal Feeder.

Gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem Pulverizer dan Coal Feeder berasal dari masuknya benda asing ke Coal Feeder seperti batu dan plat besi, Coal Feeder Plugging , dan gangguan lainnya meliputi peralatan instrument, mekanik dan listrik yang ada pada sistem tersebut.

(3)

Gbr 3.4 Grafik Derated Akibat Gangguan pada sistem Coal Feeder dan Pulverizer(%)

Grafik diatas merupakan derating yang disebabkan oleh gangguan yang terjadi pada sistem Pulverizer dan Coal Feeder. Pada grafik diatas juga bisa kita lihat bahwa penyumbang terbesar derating yang disebabkan oleh Pulverizer dan Coal Feeder adalah Gangguan Plugging pada Coal Feeder.

Gbr 3.5 Grafik Gangguan Plugging (%)

Grafik diatas menjelaskan bahwa penyumbang ganggungan Coal Plugging yang terjadi di Coal feeder PLTU Suralaya Unit 1-4 adalah gangguan plugging yang ter jadi di Inlet coal feeder / outlet Coal bunker.

(4)

3.2 Rangkaian Logika Sistem Coal Feeder & Pulverizer

Dalam mengoperasikan suatu peralata atau mesin, dibutuhkan rangkaian logika guna mengontrol pola operasi mesin tersebut. Tidak terkecuali pada Sistem Coal Feeder & Pulverizer.

3.2.1 Rangkaian Logika Coal Feeder

Pada Rangkaian Logika Coal Feeder terdapat 3 jenis rangkaian logika yaitu, Rangkaian Logika Trip dan Permissive Coal Feeder Rangkaian Logika Start Coal Feeder dan Rangkaian Logika Stop Coal Feeder

a. Rangkaian Logika Trip dan Permissive Coal Feeder

Gbr 3.6 Rangkaian Logika Trip dan Start Permissive Coal Feeder

Bisa kita lihat dari rangkaian logika Trip dan Start Permissives Coal Feeder bahwa untuk melakukan pengoperasian / Start Coal Feeder harus memenuhi

(5)

Local Trip atau Tombol Emergency Trip tidak pada posisi close / ON

Mill Coal Deteceted on Belt yaitu Coal Feeder terisi batubara

Coal Feeder outlet not plugged yaitu tidak terjadi plugging di area outlet Coal feeder

 Tidak ada sinya ANS+ yaitu ketidak kesesuaian status pada demand dan actual Start coal feeder

Coal Feeder inlet gate open / terbuka

Outlet gate open / terbuka

Demand Coal feeder Speed pada kondisi minimum (35%)

Coal feeder Starter Available yaitu breaker 380 Volt dalam kondisi Close / ON

 Udara pembakaran terpenuhi

Selain Syarat / Permissive untuk Start Coal feeder, bias kita lihat beberapa kondisi yang dapat memberhentikan pengoperasian coal feeder secara paksa / Trip. Antara lain:

MMI Trip Push button yaitu sinya Trip yang sengaja diaktifkan dari sistem DCS sebagai emergency Trip.

Motor Trip yaitu terjadi ketidak kesesuaian status pada demand dan actual Start coal feeder (ANS+).

(6)

Local Trip Push button yaitu adanya sinyal emergency stop dari lokal (lapangan).

No Coal on Belt yaitu tidak terisi nya batu bara pada Coal Feeder yang di akibatkan plugging pada sisi inlet coal feeder .

Discharge Plugged yaitu terjadi penumpukan batubara pada sisi outlet coal feeder.

b. Rangkaian Logika Start Coal Feeder

Gbr 3.6 Rangkaian Logika Start Coal Feeder

Dilihat dari rangkaian Start Coal Feeder bahwa Coal Feeder bisa di strat dari beberapa kondisi. Yaitu :

(7)

Coal Feeder pada mode AUTO SELECT

Pulverizer Running

Start Permissive Coal Feeder terpenuhi

Sinyal Pulverizer / Mill Group Sequence sudah aktif

b. MANUAL START, Syarat untuk manual Start:

Coal Feeder pada mode MANUAL SELECT

Start Permissive Coal Feeder terpenuhi

Push button Start Coal Feeder ON

c. Bypass Switch, Start ini sama seperti pengoperasian manual tanpa melalui sequence Start pulverizer / Mill group dari awal dan tanpa memerlukan Permissive Start Mill.

c. Rangkaian Logika Stop Coal Feeder

(8)

Bisa kita lihat dari rangkaian Stop Coal Feeder bahwa untuk melakukan melakukan Stop Coal Feeder harus bias dilakukan pada beberapa kondisi, yaitu:

a. AUTO STOP, syarat untuk Auto stop yaitu:

Coal Feeder Stop Permissive terpenuhi yang terdiri dari, Pulverizer / Mill Cooling dan Ignitor group 1 dan Group 2 terpenuhi.

Coal Feeder pada mode AUTO SELECT

Pulverizer / Mill Stop Sequence aktif

b. MANUAL STOP, Syarat untuk manual Stop yaitu:

Coal Feeder Stop Permissive terpenuhi yang terdiri dari, Pulverizer / Mill Cooling dan Ignitor group 1 dan Group 2 terpenuhi.

Coal Feeder pada mode AUTO MANUAL

Push button Stop Coal Feeder ON

c. Pulverizer / Mill Group Trip

d. Pulverizer / Mill Group for Coal Trip

Mill Group Trip terjadi ketika terjadi beberapa kegagalan operasi pada seluruh peralatan yang ada di group sistem pembakaran seperti, kegagalan udara pembakaran, kegagalan burner,pulverizer, dll.

(9)

e. Mill Group for Coal Trip terjadi ketika terjadi beberapa kegagalan operasi pada Coal Feeder itu sendiri. Antara lain :

MMI Trip Pushbutton

Motor Trip (ANS+)

Local Trip Push button (lapangan)

No Coal on Belt

Discharge Plugged

f. Trip Set 1

Trip Set 1 adalah rangkaian logika untuk memberhentikan coal feeder tanpa harung membutuhkan Permissive stop terlebih dahulu layaknya seperti bypass stop. Trip set 1 ini akan aktif (ON) jika sinyal “Coal for local anable” juga ON

(10)

3.2.2 Rangkaian Logika Pulverizer

Gbr 3.6 Rangkaian Logika Trip dan Start Permissive Coal Pulverizer

Bisa kita lihat pada rangkaian logika Trip dan Permissive utama pulverizer, bahwa Permissive yang harus dipenuhi dalam mengoperasikan pulverizer adalah:

Pulversizer / Mill group Start Pemissive part 1, yang terdiri dari:

Pulverizer Outlet Temperatur tidak lebih dari 79oC

Sinyal Emergency Stop dari MMI (operator controlroom) tidak dalam kondisi ON

Tidak ada sinyal Fail dari sistem udara Primary

(11)

Emergency Stop Push button dari operator lokal tidak dalam kondisi ON

Tidak ada sinyal fault dari sistem classifier

Start Sequence pulverizer belum atau tidak aktif

Pulversizer / Mill group Start Pemissive part 2, yang terdiri dari:

 Pushbutton Emergency Stop Pulverizer dalam kondisi Off

 Bearing temperature tidak dalam batas Trip (kondisi normal)

 Coal bunker dalam kondisi diatas minimum

 Breaker 6 KV ON

 Coal Bunker outlet gate pada kondisi open

 Coal Feeder outlet gate dalam kondisi open

 Pulverizer dalam keadaan bersih dari batu bara “Clear of Coal

 Pulverizer dalam keadaaan Stop

Tidak ada sinyal Fail pada pulverizer.

Any Mill group Start Sequence, yaitu puleverizer lain tidak dalam keadaan akan dioperasikan (sequence Start pulverizer lain aktif)

(12)

Ignitor group A & B Ready / Establish

All Group Swing valve closed (tertutup)

Mill Air heater damper Open (terbuka)

Seal Air Fan untuk Coal Feeder beroperasi

Burner Fuel dalam keadaan Close (tertutup)

Selain syarat atau Permissive pengoperasian pulverizer, pada rangkaian logika diata bisa kita lihat jg rangkaian logika yang bisa membuat pulverizer Trip. Antara lain:

Coal Feeder Trip

Master fuel Trip

MGT part 1

 Pulverizer Outlet Temperatur sama dengan atau lebih dari 79oC

Sinyal Emergency Stop dari MMI (operator control room) dalam kondisi ON

Ada sinyal Fail dari sistem udara Primary

 Emergency Stop Push button dari operatok lokal dalam kondisi ON

(13)

 Start Sequence pulverizer belum atau tidak aktif MGT part 2

 Pushbutton Emergency Stop Pulverizer dalam kondisi ON

 Bearing temperature Very High

 Coal bunker dalam kondisi minimum atau very low level

 Breaker 6 KV OFF

 Coal Bunker outlet gate pada kondisi close

 Coal Feeder outlet gate dalam kondisi close

Tidak ada penyalaan api pembakaran di ruang bakar boiler

Mill group Trip alarmed at Source yang terdiri dari:

 Classifier Start not available

 Swing valve open fault

 Mill A Start fault

 Udara pembakaran tidak mencukupi

Batu bara tidak terbakar dalam ruang bakar boiler

 Coal feeder not available

(14)

3.3 Biaya Operasional

a. Clearing Mill

Pengeluaran purusahaan yang bisa kita tekan dari segi biaya clearing Pulverizer adalah:

Biaya Auxiliary Steam : Rp. 118.245,58

Biaya Penggunaan Fresh Water : Rp.18.900,00

 Biaya PS (Pemakaian Sendiri) daya listrik : Rp.24.879,178

Maka total biaya yang dibutuhkan dalam satu kali Clearing Pulverizer

Rp. 118.245,58 + Rp.18.900,00 + Rp.24.879,178 = Rp 162.024,998

(data terlampir)

b. Dari Segi Biaya Start Pulverizer

Selain clearing, biaya yang dapat kita tekan apabila penanggulangan plugging membutuhkan stop pulverizer dan Start pulverizer kembali setalah gangguan plugging telah di tanggulangi.

Pada saat akan mengoperasikan sistem Coal Feeder dan Pulverizer maka yang di butuhkan adalah Auxiliary steam dan Solar (HSD). Maka pemakaian selama proses Start adalah :

Auxiliary Steam : Rp. 11.824,58

(15)

Maka total biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan sistem Coal Feeder dan Pulverizer adalah Rp. 11.824,58 + Rp. 5.502.000,00 =

Rp 5.513.824,58 (data terlampir)

3.4 Ketidak Sesuaian Rangkaian Logika Terhadap Gangguan Plugging

Berdasarkan rangkaian logika Coal feeder yang sudah terpasang di PLTU Suralaya unit 1-4, terdapat ketidak sesuaian pada logika yang terpengaruhi oleh gangguan coal plugging. Bisa kita lihat di bawah ini bahwa terdapat ketidak sesuaian rangkaian logika pada sistem Coal Feeder

3.4.1 Plugging pada Outlet Bunker / Inlet Coal feeder

Gbr 3.7 Rangkaian Logika Coal feeder Tanpa Gangguan Plugging

Gambar di atas adalah rangkaian logika Coal Feeder pada kondisi operasi normal, beda hal nya pada gambar di bawah ketika terjadi gangguan gangguan Plugging pada Outlet Bunnker / Inlet Coal feeder

(16)

Gbr 3.8 Rangkaian Logika Coal feeder ketika Gangguan Plugging di Inlet Colfeeder

Apabila terjadi plugging pada outlet Bunker atau inlet coal feeder, maka sinyal input yang akan berubah adalah input “Mill A/B/C/D/E Coal Detected on Belt (kode faceplate)”. Pada kondisi normal atau coal feeder terisi batubara, maka input tersebut akan memberikan sinya Merah (1). Pada kondisi batubara mengalami plugging maka input Mill Coal Detected on Belt akan menjadi hijau (0), sinyal tersebut dikonversi oleh gerbang NOT menjadi merah dan diteruskan ke gerbang ON DELAY. Tetapi, sinyal tersebut tidak akan langsung memberikan sinyal alarm no Coal on Belt karena mempunyai jeda waktu selama 20 detik. Setelah 20 detik, makan sinyal merah (1) akan di teruskan untuk mengaktifkan alarm no Coal on Belt dan secara bersamaan akan mengaktifkan sinyal Mill A group Coal Feeder dan akan mengakibatkan sistem Coal Feeder dan Pulverizer akan Trip.

Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan plugging di outlet Coal Bunker atau Coal Feeder operator tidak mempunyai waktu untuk meghentikan operasi sistem Coal Feeder dan pulverizer secara anormal (Sequence Stop). Selain itu, pulverizer harus di clearing guna membuat pulverizer standby.

(17)

Kesalahan pada rangkaian ini adalah terletak pada penempatan sinyal ON DELAY yang yang kurang tepat dan gerbang OFF DELAY yang tidak mempunyai fungsi sama sekali. Perbaikan pada rangkaian logika ini bisa kita lihat pada gambar di bawah.

Gbr 3.10 Perbaikan Rangkaian Logika Coal feeder untuk Gangguan Plugging di Inlet Colfeeder

Ketika terjadi perubahan sinyal mill Coal detected on Belt maka sinya berubah dari sinyal merah (1)menjadi sinyal hijau (0), sinyal tersebut di konversi oleh gerbang not menjadi sinyal merah kembali. sinyal output dari gerbang not akan langsung mengaktifkan alarm no Coal on Belt tetapi sinyal untuk Mill A group Coal Feeder akan mempunyai jeda waktu (delay) selama 20 detik dikarenakan sinyal untuk Mill A group Coal Feeder didapat dari gerbang ON DELAY. Dengan perbaikan seperti ini, maka operator akan mempunyai kesempatan untuk melakukan proses stop untuk sistem coal feeder dan pulverizer secara normal tanpa harus mengalami Trip dan melakukan clearing pulverizer.

(18)

3.4.2 plugging pada outlet coalfeeder

Gbr 3.11 Rangkaian Logika Coal feeder Ketika Tanpa Gangguan Plugging

Gambar di atas adalah rangkaian logika Coal Feeder pada kondisi operasi normal, beda hal nya pada gambar di bawah ketika terjadi gangguan gangguan Plugging pada Outlet Coal feeder.

Gbr 3.12 Rangkaian Logika Coal feeder Ketika Gangguan Plugging di Outlet Coal feeder

Sama halnya dengan gangguan plugging pada outlet Bunker atau inlet coal feeder, apabila terjadi plugging pada outlet Bunker atau inlet coal feeder maka sinyal input yang akan berubah adalah input “Mill Feeder Outlet Not Plugged ” (kode face plate). Pada kondisi normal atau tidak terjadi plugging pada outlet coal feeder, maka input tersebut akan memberikan sinyal Hijau (0).

(19)

Outlet Not Plugged ” (kode face plate) akan berubah menjadi Merah (1) setelah itu, sinyal di konversi oleh gerbang not menjadi hijau (0) dan di konversi kembali oleh gerbang not menjadi sinyal Merah (1) sehingga akan langsung memberikan sinyal alarm discharge plugged dan sinyal Trip untuk Mill Group Coal Feeder Trip (kode face plate) tanpa jeda waktu walau pun dilengkapi timer. Hal ini terjadi Timer yang dipasang mempunyai lkesalahan karena timer nya berjenis ON DELAY, bukan OFF delay.

Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan plugging di outlet Coal Bunker atau Coal Feeder operator tidak mempunyai waktu untuk meghentikan operasi sistem Coal Feeder dan pulverizer secara normal (Sequence Stop). Selain itu, pulverizer harus di clearing guna membuat pulverizer standby.

Kesalahan pada rangkaian ini adalah terletak pada penempatan sinyal ON DELAY yang yang kurang tepat dan gerbang off delay yang tidak mempunyai fungsi sama sekali. Perbaikan pada rangkaian logika ini bisa kita lihat pada gambar di bawah.

Gbr 3.13 Perbaikan Rangkaian Logika Coal feeder untuk Gangguan Plugging di Outlet Coal feeder

(20)

Ketika terjadi perubahan sinyal Mill Feeder Outlet Not Plugged maka sinyal berubah dari sinyal hijau (0) menjadi sinyal Merah (1), sinyal tersebut di konversi oleh gerbang not menjadi sinyal hijau (0). Sinyal tersebut akan di koversikan oleh gerbang not menjadi sinyal merah kembali (1). Sinyal output dari gerbang not akan langsung mengaktifkan alarm discharge plugged tetapi sinyal untuk Mill group Coal Feeder akan mempunyai jeda waktu (delay) selama 20 detik dikarenakan sinyal untuk Mill A group Coal Feeder didapat dari gerbang OFF DELAY. Dengan perbaikan seperti ini, maka operator akan mempunyai kesempatan untuk melakukan proses stop untuk sistem coal feeder dan pulverizer secara normal tanpa harus mengalami Trip dan melakukan clearing pulverizer.

3.5 Pola Operasi Vibrator

Pada pengoperasian vibrator yang terletak pada outlet Bunker / inlet coal feeder dioperasikan secara manual. Hal ini menjadi kurang efektif dalam menanggulangi plugging ringan yang terjadi di outlet Coal Bunker / inlet Coal Feeder karena vibrator dioperasikan oleh operator lokal / lapangan setelah terjadi pluging dan sistem coal feeder dan pulverizer sudah Trip. Seharus nya, vibrator bisa dioperasikan secara automatis ketika terjadi plugging di inlet Coal Feeder sebagai penanggulangan plugging sedini mungkin.

(21)

Gbr. 3.14 Coal Feeder Vibrator

Gambar diatas adalah peralatan vibrator yang digunakan pada setiap coalfeeeder. Jumlah vibrator yang terpasang adala satu unit untuk setiap Coal Feeder.

(22)

Gambar diatas adalah panel untuk mengoperasikan vibrator. Lokasi panel ini berada di area local / coal feeder floor. Berikut rancangan logika untuk mengaktifkan vibrator secara otomatis.

Gbr 3.16 Perbaikan Rangkaian Logika Coal feeder Vibrator

Dilihat dari rancangan perbaikan rangkaian logika untuk coal feeder, ketika terjadi gangguan plugging inlet coal feeder maka sinyal tersebut akan mengaktifkan alarm no Coal on Belt dan sekaligus akan menjalankan vibrator. Vibrator akan bekerja selama 20 detik tetapi apabila selama 20 detik coal feeder masih mengalami plugging maka vibrator akan berhenti beroperasi bersamaan Trip nya Coal feeder. Selain itu, jika sinyal Coal Detected on Belt menunjukan Coal Feeder tidak plugging , maka vibrator akan berhenti beroperasi.

3.6 Pola Kerja Penanggulangan Plugging Pada Outlet Bunker / Inlet Coalfeeder

Pola kerja penanggulangan Plugging Pada Outlet Bunker / Inlet Coal Feeder selama ini hanya dilakukan ketika system coal feeder & Pulverizer dalam keadaan tidak operasi, kondisi seperti ini tidak efisiean mengingan

(23)

3.6.1 Metode Re-Start Coal feeder

Berdasarkan data gangguan yng terjadi pada coal feeder, gangguan didominasi oleh gangguan plugging . Selama ini, penanggulangan plugging dilakukan setelah sistem coal feeder dan pulverizer dalam keadaan tidak beroperasi.

Oleh karena itu, dirasakan perlunya metode penanggulang plugging yang baru menekan kerugian-kerugian yang dikeluarkan untuk biaya operasional terlebih lagi ketika terjadi gangguan plugging pada inlet coal feeder.

Metode Penanggulangan plugging yang akan dibuat adalah metode re-Start coal feeder ketika terjadi gangguan plugging pada inlet Coal feeder. Metode ini dipilih karena mempunyai tujuan yaitu:

Menekan biaya Start sistem coal feeder dan pulverizer yang standby (manuver) atau Start kembali sistem coal feeder dan pulverizer yang sudah Trip

Menekan biaya clearing akibat Trip

 Menekan angka derating pada unit pembangkit  Efisien waktu

Meminimalisasi pencemaran lingkungan akibat proses clearing

Adapun diagram alir dari perancangan metode Re-Start Coal Feeder ini sebagai berikut:

(24)

Gbr 3.17 Flow Chart Metode Re-Start Coal feeder

Pola kerja penanggulangan plugging ini adalah menanggulangi plugging yang terjadi pada outlt Bunker / inlet coal feeder adalah penanggulangan plugging

START (No Coal on belt / Coal Feeder ANS+)

Stop Coal Feeder

Proses Penormalan Coal Feeder & jaga

Mill Out Temp

Lancar & < 5 menit?

YA TIDAK

Start Ignitor

Stop Mill Seq.

END Remote Micropocesor

& motor Coal Feeder

Manual Speed Coal Feeder Start Coal Feeder

Establishkan Mill Group

(25)

Bisa kita lihat berdasarkan flow chart, apabila terjadi plugging ringan maka kita akan stop Coal Feeder dan operator lokal / lapangan bisa melancarkan plugging tersebut dengan mengoperasikan vibrator dan batuan manual dengan cara konvensional yaitu dengan cara memukul menggunakan palu. Setelah lancar, maka coal feeder bisa dioperasikan kembali dan dilanjut dengaan membuat mill establish.

Tetapi apabila setelah percobaan penanggulangan plugging oleh operator lokal / lapangan tidak berhasil dan dinyatakan bahwa plugging tersebut adalah plugging berat, maka proses stop sistem coal feeder dan pulverizer akan dilakukan.

3.6.2 Alur Proses Stop Coal feeder

Metode ini dilakukan dengan cara mengintervensi sinyal stop pada rangkaian logika Start Coal feder ketika terjadi gangguan plugging di inlet Coal feeder, seperti pada gambar di bawah ini:

(26)

Gbr. 3.18 Alur Stop Coal feeder

Alur Stop pada Coal Feeder adalah mengaktifkan atau membuat sinyal input Coal For Local Enable (2CF*SW1.PV.ON) seperti pada kotak nomor 1 menjadi Merah (1). Dengan berubahnya sinyal Coal For Local Enable (2CF*SW1.PV.ON) menjadi merah (1) maka akan merubah sinyal Coal Feeder Trip Set 1 (2CF*TRIP1.PV.L) seperti pada kotak nomor 2. Setelah itu, Coal Feeder Trip Set 1 (2CF*TRIP1.PV.L) akan memberikan sinyal merah (1) kepada Stop Coal Feeder (2MAFDRSTP.PV.L) seperti pada kotak nomor 3 sehingga Coal Feeder akan berhenti beroperasi. Selain itu, bersamaan dengan stop Coal feeder, Coal Feeder Trip Set 1 (2CF*TRIP1.PV.L) akan memberikan sinyal ke Stop Request (2CF*SW2.PV.L) seperti pada kotak nomor 3 yang kemudian akan

1 2 3 4 5 2 4 5

(27)

sinyal merah yang masuk ke Bypass Switch (2CF*BYP1.PV.L) seperti pada kotak nomor 5 yang berfungsi sebagai pengunci kontak sinyal untuk Start Coal feeder.

3.6.3 Alur Proses Start Coal feeder

Metode ini dilakukan dengan cara mengintervensi sinyal stop pada rangkaian logika Start Coal Feeder ketika terjadi gangguan plugging di inlet Coal feeder, seperti pada gambar di bawah ini:

Gbr. 3.19 Alur Start Coal feeder

Alur Start Coal Feeder hanya dengan mengintervensi sinyal dari Bypass Switch (2CF*BYP1.PV.ON) sehingga sinyal keluaran dari Bypass Switch (2CF*BYP1.PV.ON) berubah dari hijau (0) menjadi merah (1) dan langsung akan memberikan sinyal Set ke gerbang logika Set – Reset sehingga Coal Feeder Start (2MAFDRSTR.PV.L) akan menerima sinyal merah (1) sehingga Coal Feeder akan beroperasi.

Gambar

Grafik 3.1  Derated PLTU suralaya unit 1-4 tahun 2010-2014 (MW)
Grafik  diatas  merupakan  derating  yang  disebabkan  oleh  gangguan  yang  terjadi pada sistem Pulverizer dan Coal Feeder
Gambar di atas adalah rangkaian logika Coal Feeder pada kondisi operasi  normal, beda hal nya pada gambar di bawah ketika terjadi gangguan gangguan  Plugging  pada Outlet Bunnker / Inlet Coal feeder
Gambar di atas adalah rangkaian logika Coal Feeder pada kondisi operasi  normal, beda hal nya pada gambar di bawah ketika terjadi gangguan gangguan  Plugging  pada Outlet Coal feeder
+3

Referensi

Dokumen terkait