BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. LaLatatar Belr Belakakanangg
Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang semua golongan usia, baik Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang semua golongan usia, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari waktu ke waktu baik di laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari waktu ke waktu baik di neg
negara ara majmaju u maumaupun pun neganegara ra berberkemkembanbang g preprevalvalensensi i asmasma a menmeningingkatkat. . AsmAsmaa merup
merupakan sepuluh besar akan sepuluh besar penyebpenyebab ab kesakikesakitan dan tan dan kematkematian di ian di IndoneIndonesia, hal sia, hal iniini tergambar dari data studi survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai tergambar dari data studi survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai provinsi di Indonesia.
provinsi di Indonesia.
SKRT pada tahun 1986 menunjukkan bahwa Asma menduduki peringkat SKRT pada tahun 1986 menunjukkan bahwa Asma menduduki peringkat ke-5 dari 10 (sepuluh) penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. ke-5 dari 10 (sepuluh) penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Pada tahun 1995 prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13 %. Menurut Pada tahun 1995 prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13 %. Menurut Staf Departemen Paru divisi asma dan PPOK Rumah Sakit Persahabatan dan Staf Departemen Paru divisi asma dan PPOK Rumah Sakit Persahabatan dan Bud
Budhi hi AntAntariariksaksa, , hinhingga gga kinkini i dipdiperkerkirairakan kan seksekitaitar r 5% 5% dardari i tottotal al penpendudududuk k Indonesia atau sekitar 11 juta juga
Indonesia atau sekitar 11 juta juga menderita asma (Republika 27 Maret 2007).menderita asma (Republika 27 Maret 2007). Asm
Asma a dapadapat t timtimbul bul padpada a berberbagabagai i usiusia, a, gejgejalaalanya nya berbervarvariasiasi i dardari i riringanngan sam
sampai pai berberat at dan dan dapadapat t dikdikontontrol rol dendengan gan berberbagabagai i carcara. a. GejGejala ala asmasma a dapdapatat diti
ditimbulkambulkan n oleh oleh berbagberbagai ai rangsrangsangan antara angan antara lain infeksi, lain infeksi, aleralergi, gi, obat-oobat-obatan,batan, p
pololususi i ududarara, a, bahbahan an kikimimia, a, bebeban ban kekerjrja a atatau au lalatitihahan n fifisisik, k, baubau-b-bauaauan n yayangng merangsang dan emosi.
merangsang dan emosi.
Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebsar 80% pada anak dan 3-5% Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebsar 80% pada anak dan 3-5% pada dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Selain di pada dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Selain di Indonesia prevalensi asama di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali disbanding di Indonesia prevalensi asama di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali disbanding di tahun 1960 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %.
tahun 1960 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %.
Penyebab pada asma sampai saat ini belum diketahuii namun dari hasil Penyebab pada asma sampai saat ini belum diketahuii namun dari hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai penelitian terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai
sifat yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap rangsangan. sifat yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap rangsangan.
B.
B. TuTujujuan Pean Penunulilisasann
1
1.. TTuujjuuaan n UUmmumum Pen
Penuliulis s dapadapat t menmeneraerapkapkan n asuasuhan han kepekeperawrawataatan n pada pada kliklien en dengdengan an asmasmaa bronchial
bronchial 2.
2. TuTujujuan an KhKhusususus a.
a. Mampu Mampu melakmelakukan peukan pengkajingkajian padan pada pasia pasien deen dengna asngna asma bma bronchironchial.al. b.
b. MamMampu menenpu menentuktukan masalan masalah atau diagah atau diagnosnosa keperaa keperawatwatan pada pasian pada pasienen dengan asma bronchial.
dengan asma bronchial. c.
c. MaMampmpu u memererencncananakaakan n titindandakakan n kepkepererawaawatatan n padpada a papasisien en dedengnganan asma bronchial.
asma bronchial. d.
d. Mampu Mampu melakmelaksanakan sanakan tindaktindakan kepean keperawatrawatan pada an pada pasien pasien dengan dengan asmaasma bronchial.
bronchial. e.
e. MaMampmpu u memelalakukukakan n evevalaluasuasi i kekepeperarawawatatan n papada da papasisien en dendengagan n asasmama bronchial.
bronchial. f.
f. MaMampmpu u memendondokukumementntasasikikan an asasuhauhan n kekeperperawawatatan an sesecacara ra baibaik k dandan benar.
benar.
C.
C. RuRuanang Lig Lingngkukupp
Mak
Makalaalah h ini ini menmengurguraikaikan an tententantang g bagabagaimaimana na melmelaksaksanakanakan an asuasuhanhan ke
kepeperarawawatatan n papada da klklieien n dedengngan an asasma ma brbrononchchiaial, l, papada da kakasusus s inini i pepenunuliliss men
menggunggunakan akan metmetoda oda pempemecahecahan an masmasalaalah h yaiyaitu tu dendengan gan penpendekadekatan tan proprosesses ke
kepeperarawawatatan n yayang ng memelilipuputi ti pepengngkakajijianan, , peperurumumusasan n mamasasalalah, h, didiagagnonosisiss pelaksanaan dan evaluasi, yang dilaksanakan mulai tanggal 25 September 2007 pelaksanaan dan evaluasi, yang dilaksanakan mulai tanggal 25 September 2007
27 September 2007 di ruang Anggrek Bawah RSUD Persahabatan. 27 September 2007 di ruang Anggrek Bawah RSUD Persahabatan.
D.
D. MeMetotode de PePenulnulisaisann
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi kasus Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi kasus yaitu pengamatan langsung terhadap klien mengenai penyakit dan perkembangan, yaitu pengamatan langsung terhadap klien mengenai penyakit dan perkembangan, perawatan serta pengobatan klien dengan asma bronchial.
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
berikut : 1.
1. StStududi kei kepupuststakakaaaan untn untuk muk menendadapapatktkan suan sumbmberer-s-sumumbeber ter teororititis yis yanangg berhubungan dengan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial berhubungan dengan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial
2.
2. ObObseservrvasasi lai langngsusung png padada kla klieien den dengngan man melelakakukukan pean pememeririksksaaaan fin fisisik k yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang keadaan fisik, psikis, sosial, yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang keadaan fisik, psikis, sosial, spiritual dan observasi tidak langsung dilakukan dengan melihat catatan atau spiritual dan observasi tidak langsung dilakukan dengan melihat catatan atau status klien
status klien 3.
3. WaWawawancncarara dea dengngan kan klilien den dan kan keleluauargrga una untutuk mek mendndapapatatkakan inn infoformrmasasii mengenai kondisi keadaan klien.
mengenai kondisi keadaan klien.
E.
E. SisSistetemamatiktika Penua Penulislisanan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah ini, Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah ini, maka penulis menguraikan sebagai berikut :
maka penulis menguraikan sebagai berikut :
BAB I
BAB I :: PendahuluanPendahuluan melmelipuiputi ti LatLatar ar BelBelakaakang, ng, TujTujuan, uan, RuaRuang ng LinLingkupgkup,, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
B
BAABB IIII :: Tinjauan TeoritisTinjauan Teoritis meliputi konsep dasar penyakit Asma Bronchial,meliputi konsep dasar penyakit Asma Bronchial, yang
yang mengurmenguraikan aikan tenttentang ang AnatomAnatomi i FisiFisiologiologi, , PengerPengertian, tian, EtiolEtiologi,ogi, Pa
Patotofifisisiolologiogi, , MaManinifefeststasasi i KlKlininisis, , KoKompmplilikakasisi, , PePememeririksksaaaann Pen
Penunjunjang, ang, PenPenataatalaklaksansanaan, aan, AsuAsuhan han KepeKeperawrawataatan, n, IntIntervervensensii Keperawatan dan Evaluasi.
Keperawatan dan Evaluasi.
B
BAABB IIIIII :: Tinjauan KasusTinjauan Kasus meliputi Hasil Pengkajian Diagnosa Keperawatan,meliputi Hasil Pengkajian Diagnosa Keperawatan, Re
Rencncanana a KeKepeperrawawtatan, n, CaCattatatan an KeKepeperrawawatatan an dadan n CaCatatattanan Perkembangan.
Perkembangan.
B
BAABB IIVV :: PembahasanPembahasan menguraikan tentang kesenjangan antara Teori ataumenguraikan tentang kesenjangan antara Teori atau keadaan klien
keadaan klien yang meliputi yang meliputi PengkaPengkajian, Diagnosa jian, Diagnosa KeperaKeperawatan,watan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.
Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.
B
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit Asma Bronchial
1. Anatomi Fiosiologi Paru
Sistem pernafasan terdiri dari saluran pernafasan (rongga hidung, rongga mulut, foring, laring, trachea, bronkus, bronkiolus dan alveoli
Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian : a. Saluran pernafasan atas
b. Saluran pernafasan bawah
Rongga Hidung
Rongga hidung terdiri atas
a. Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai pelindung
b. Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai pelapis udara
c. Struktur konka berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar.
d. Sel sillia berperan untuk melemparkan benda asing keluar saluran dalam usaha membersihkan jalan nafas
Fungsi Rongga Hidung
a. Sebagai bagian dari sistem respirasi
b. Sebagai fungsi dari preventif, dilaksanakan oleh bulu hidung, sebagai penyaring debu dan sillia sebagai pembersih jalan nafas
c. Sebagai funngsi pelicin atau pelumas yang dilaksanakan oleh submukosa dan sel qoblet
d. Sebagai fungsi pemanas dan pendingin udara yang dilaksanakan oleh vaskularisasi rongga hidung
Rongga mulut
Peranan rongga mulut dalam pernafasan adalah hanya waktu bersuara atau tersumbatnya rongga hidung
Faring
Merupakan bagian belakang dari rongga hidung dan rongga mulut,terdiri dari nasofaring, orofaring, laringofaring, berperan sebagai pemisah jalan udara dan makanan
Laring
Fungsi utama laring adalah sebagai alat suara dan di dalam saluran pernafasan berfungsi sebagai jalan udara.
Trakea
Trakea merupakan suatu cincin tulang rawan yang tidak lengkap (berbentuk C). Panjang trakea kira-kira 10 cm yang terdiri dari 16-20 cincin tulang rawan.
Bronkus
Bronkus merupakan struktur yang terdapat di dalam mediastinum, yang merupakan percabangan dari erakea dan membentuk bronkus utama kanan dan kiri. Panjang cabang bronkus utama ± 5 cm, diameternya 11-19 cm dan luas penampangnya 3,2 cm2.
Sudut tajam yang dibentuk oleh percabangan trakea disebut Karina. Bronkus utama mempunyai 3 cabang yaitu bronkus lobaris superior, medialis dan inferior.
Sedangkan bronkus utama kiri mempunyai 2 cabang yaitu bronkus lobaris, superior dan inferior. Diameter dari bronkus lobaris adalah 4,5-11,5 mm dengan luas penampang ± 2,7 cm2.
Bronkus lobaris bercabang menjadi bronkus segmentalis, dimana paru kanan mempunyai 10 segmen dan paru kiri mempunyai 3 segmen.
Bronchiolus Duktus Alveolaris dan Alveolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus, kemudian terbagi lagi duktus-duktus Alveolaris.
Duktus Alveolaris merupakan tangkai dari alveolus dan bersama-sama dengan bronkiolus resopiratorius, merupakan bagian dari suatu unit fungsional paru,
dimana pertukaran gas.
Paru
Terbagi menjadi paru kanan dan paru kiri. Setiap paru dilindungi oleh selaput yang disebut pleura, yaitu pleura viseralis, yang melapisi rongga dada sebelah dalam.
Pembuluh darah pada paru:
a. Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang tebal 1/3 dari tebal ventrikel kiri.
b. Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung ke paru yaitu dari aorta melalui arteri pulmonalis yang kaya akan O2.
c. Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung udara dari vertikel kanan ke paru.
Pernafasan (Respirasi)
Adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2
(oksigen) dan mengeluarkan CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh.
Fungsi Saluran Pernafasan :
a. Sebagai saluran, yaitu yang dilakukan oleh hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkeolus.
b. Sebagai alat difusi/pertukaran gas, dilakukan oleh bronkolus, respiratorius, duktus alveolaris, dan alveolus.
c. Sebagai saringan untuk partikel yang lebih dari 10 mikron, dilaksanakan oleh bulu hidung, mukosa hidung dan faring.
d. Melembabkan, dilakukan oleh mukus dan pembuluh darah pada mukosa hidung dan faring.
e. Menyesuaikan suhu udara pernafasan dengan suhu tubuh. Proses pernafasan terdiri dari 4 tahap yaitu :
a. Ventilasi
Peristiwa masuknya dan keluarnya udara ke dalam paru (inspirasi dan ekspirasi). Prosesnya dipengaruhi oleh : kondisi saluran pernafasan, kondisi otot-otot pernafasan dan rangka thorak, volume dan kapasitas paru dan fungsi pusat pernafasan, serta saraf spiral yang mempersyarafi otot-otot pernafasan.
b. Difusi
Pertukaran oksigen dan karbondioksida yaitu, perpindahan oksigen dari alveoli ke dalam darah dan karbondioksida dari darah ke alveoli.
Prosesnya dipengaruhi oleh suhu tubuh, perbedaan tekanan atau konsentrasi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah, ketebalan membran respirasi.
c. Perfusi
Peristiwa distribusi darah di dalam paru d. Tranfortasi Gas
Proses distribusi oksigen ke seluruh jaringan
Proses tranportasi dipengaruhi oleh kondisi pompa jantung dan vaskuler (sistem kardiovaskuler), kosentrasi hemogtobin.
2. Pengertian Asma Bronchial
Asma bronchial adalah gangguan fungsi aliran udara paru yang ditandai oleh kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dengar karakteristik bronkospasme, hiper sekresimukosa dan infeksi saluran pernafasan.
Sedangkan mernurut Manahutu E.Y (1992) bahwa Asma bronchial adalah penyakit dengan karakteristik peningkatan hiperaktivitas bronkus
terha
terhadap dap berbagberbagai ai rangsrangsangan. Dengan angan. Dengan manifmanifestasestasi i penyempenyempitapitan n trachtrachea ea dandan br
bronkuonkus s yanyang g lualuas s dan dan menmenyelyeluruuruh h dendengan gan derderajaajat t yanyang g berberubahubah, , karkarenaena pengobatan maupun secara spontan.bronkospasme,
pengobatan maupun secara spontan.bronkospasme, 3
3.. EEttiioollooggii Eti
Etioloologi gi yanyang g paspasti ti dardari i asmasma a belbelum um dikdiketaetahuihui, , dardari i hashasil il penpenelielitiatian n yanyangg dilakukan, menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai sifat dilakukan, menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai sifat yang sangat khas, yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan.
yang sangat khas, yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan asma adalah sebagai berikut : Faktor-faktor yang dapat menyebabkan asma adalah sebagai berikut : a.
a. FFakakttor or pepencncetetusus 1)
1) AleAlergergen (man (makanakanan, bumn, bumbu mabu masaksak, bulu b, bulu binainatantang, debg, debu,dlu,dll)l) 2
2)) AAssaap rp rookkook k 3)
3) ZatZat-zat d-zat di temi tempat kepat kerja (rja (wolwoll, del, debu, tbu, tepunepung, serg, serbuk kbuk kayuayu)) 4)
4) ObObatat-o-obatbatan : Aan : Aspspiririnin, pen, penicicililinin 5)
5) InInfefeksksi ti tererututamama oa oleleh vh virirusus 6
6)) EEmmoossii 7)
7) LinLingkungkungan dan cuagan dan cuaca, udaca, udara yang tera yang terlarlalu lemlu lembab, tebab, terlarlalu panalu panas, atas, atauu dingin.
dingin. 8)
8) AkAktitivivitatas fis fisisik yak yang bng bererlelebibihahann 9)
9) AktAktor or yanyang sg suliulit dt dihiihindandarkarkan: bn: bau au tajtajamam 10)
10) PenyaPenyakit tertenkit tertentuyantuyang g mempememperberat : infeksi hidung (sinrberat : infeksi hidung (sinusitiusitis).s). b
b.. FaFaktktor or KeKetutururunanann 4.
4. PaPattofofiisisiolologogii
Dasar kelainan pada asma adalah suatu hiperaktivitas bronkus yaitu Dasar kelainan pada asma adalah suatu hiperaktivitas bronkus yaitu sindroma klinik yang ditandai oleh kepekaan saluran nafas terhadap berbagai sindroma klinik yang ditandai oleh kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan, baik rangsangan dari dalam maupun dari luar.
rangsangan, baik rangsangan dari dalam maupun dari luar. Den
Dengan gan manmanifeifestastasi si penypenyempempitaitan n salsalurauran n nafnafas as yanyang g menmenyelyeluruuruhh dengan derajat yang berubah-ubah secara spontan atau dengan pengobatan dengan derajat yang berubah-ubah secara spontan atau dengan pengobatan (faisal yunus;1990).
Ada 2 komponen penyempitan saluran nafas pada asma yaitu : Ada 2 komponen penyempitan saluran nafas pada asma yaitu : a.
a. BrBrononkokospspasasmmee
Disebabkan karena kontraksi otot polos bronkus. Disebabkan karena kontraksi otot polos bronkus. b.
b. InfInflamlamasi dasi dindinding ming mukosukosa sala salurauran nafan nafass Me
Menynyebebababkakan n ededemema a dadan n hihiopoperersesekrkresesi i mumukokosasa. . HaHal l ttererssebebutut menyebabkan obstruksi aliran udara.
menyebabkan obstruksi aliran udara.
Secara skematis patofisiologi asma bronkial dapat dijelaskan sebagai Secara skematis patofisiologi asma bronkial dapat dijelaskan sebagai berikut :
berikut :
Kien terpajan alergen / faktor pencetus Kien terpajan alergen / faktor pencetus
Sel mast mensekresi berbagai mediator : Sel mast mensekresi berbagai mediator :
→ Histamin, prostaglandin leucotrin, plcitelet activating faktor → Histamin, prostaglandin leucotrin, plcitelet activating faktor
Otot polos kontraksi → bronkokonstriksi. Otot polos kontraksi → bronkokonstriksi.
Pembuluh darah kapiler dilatasi (vasodilatasi kapiler sekitar bronkus) Pembuluh darah kapiler dilatasi (vasodilatasi kapiler sekitar bronkus)
- Spasme otot polos - Spasme otot polos - Edema mukosa - Edema mukosa - Hipersekresi - Hipersekresi
Obstruksi saluran nafas Obstruksi saluran nafas
Tanda dan gejala asma bronkial : Tanda dan gejala asma bronkial :
-- sseessaak k -- bbaattuuk k -- whwheeeezizingng 5.
5. MaManinifefeststasasi i KlKlininisis a.
a. BatBatuk keuk keras ras karkarena gena gataatal di l di tentenggoggorokrokan.an. b
c.
c. CiaCianosnosis pais pada ekda ekstrstrenienitas atas atas dtas dan baan bawahwah.. d.
d. NafNafas bas berberbunyunyi / mi / mengengi (wi (wheeheezinzing).g). e.
e. NaNadi cdi cepepat dat dan dan danangkgkalal.. f.
f. KeriKeringat dngat dingin ingin dan tdan takut pakut pada waada waktu sktu serangaerangan bian biasanya sanya pada mpada malamalam hari.
hari. g.
g. PrPrododukuksi si spsponontatan.n.
Klasifikasi asma Klasifikasi asma
Derajat serangan asma akut Derajat serangan asma akut D
Deerraajjaat t II DDeerraajjaat t IIII DeerraD ajjaat t IIIIII DDeerraajjaat t IIVV
Sesak
Sesak Masih jalan,Masih jalan, berbaring berbaring Bila bicara Bila bicara duduk duduk Pada istirahat Pada istirahat miring ke miring ke depan depan Bicara
Bicara Masih dalamMasih dalam kalimat
kalimat KKaattaa--kkaattaa KKaattaa kesadaran
kesadaran MungkinMungkin gelisah gelisah
Biasanya Biasanya gelisah
gelisah GelisahGelisah
Ngantuk, Ngantuk, menurun menurun F
Frreekkuueennssi i nnaaffaass MeenM niinnggkkaatt MeenM niinnggkkaatt ≥ ≥ 330 0 x x / / mmeenniitt Otot nafas Otot nafas tambahan tambahan Tidak Tidak digunakan
digunakan BBiiaassaannyya a aaddaa GGeelliissaahh
Gerakan nafas Gerakan nafas
paradoks paradoks
M
Meennggii SSeeddaanngg NNyyaarriinngg BiasanyaBiasanya nyaring nyaring Sering tidak Sering tidak terdengar terdengar mengi mengi N
Naaddii < < 110000 101000--220000 >>112200 BBrraaddiikkaarrddii P
Peer r ((110000xx//mmeenniitt)) > > 8800%% 6600--8800%% < < 6600%% Pa O
Pa O22 tanpa Otanpa O22 NNoorrmmaall > > 660 0 mmmmHHgg < < 660 0 mmmmHHgg
Pa O
Pa O22 <<445 5 mmmmHHgg < < 445 5 mmmmHHgg ≥ ≥ 445 5 mmmmHHgg
Sa O
Sa O22 >>9955%% 9911--9955%% < < 9900%%
6.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita asma adalah a. Uji Foal Paru (spirometri)
Volume ekspirasi paksa detik 1 (Vep-1) dan kapasitas vital paksa b. Lab
1) Darah tepi : Eosinovilia
2) Uji kulit : Dengan alergen pada asma alergi (uji prick) 3) serum : Iqe spesifik meningkat
4) Sputum : Terdapat eosinofil, spiral, curschumann dan kristal, chardet layden.
7. Penatalaksanaan Medis Asma Bronchial a. Usaha Pencegahan
1) Usaha menghindari faktor pencetus
2) Imunoterapi : hanya pada kasus tertentu. Alergen secara periodik dimulai dari dosis kecil, kemudian ditingkatkan dengan tujuan menimbulkan kekebalan terhadap alergen pencetus serangan.
b. Obat-obatan untuk pencegahan 1) Korti kosteroid
Tipikal yang mempunyai manfaat anti inflamasi yang kuat. 2) Kromolin
Bekerja menstabilkan sel mast dan mengurangi pelepasan mediator penyebab bronkospasme.
3) Cetotiven
Mempunyai efek menghambat pelepasan mediator dari sel mast dan efek profilaksis pada asma ekstrinsik terutama pada anak.
1) Bronkodilator
Obat pelega, melebarkan jalan nafas terutama dengan jalan merelaksasikan otot polos bronkus, contohnya antagonis beta 2, metilkantin, anti kolinergik.
2) Kortikostroid
3) Anti biotik : bila ada infeksi 4) Terapi cairan melalui infus 5) Terapi oksigen : 2-4 L/menit 6) Fisioterapi dada dan terapi intalasi
B. Tinjauan Teoritis
1. Pengkajian keperawanan, terdiri dari :
a. Riwayat Kesehatan terdiri dari : 1) Data Biografi
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, bangsa, bahasa yang digunakan, alamat, sumber biaya.
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama, kapan mulai sakit, faktor pencetus, terjadinya tiba-tiba atau berangsur-angsur, pengobatan yang telah diberikan, efek obat yang telah diberikan.
3) Riwayat kesehatan yang lalu.
a) Hal-hal yang dapat menjadi pemicu serangan asma, baik fisik maupun psikologisseperti : alergaen inhalasi, infeksi saluran nafas bagian atas, obat dan makanan, aktivitas olahraga (joging aerobik),
kerja keras dan riwayat asma saat beraktivitas, cemas dan panik. b) Pengalaman yang dirawat, keluhan yang sering dialami,
pengalaman yang lalu tentang episode asma.
c) Riwayat alergi, makanan berpantang, kebiasaan berobat, dan obat yang biasa diminum atau digunakan.
4) Pengalaman dirawat, keluhan yang sering dialami, pengalaman yang lalu tentang episode asma.
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
6) Riwayat psikososial : suasana hati, karakteristik, perkembangan mental, kepekaan lingkungan, sosialisasi, gaya hidup, pola koping perspsi klien tentang penyakitnya, pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakit asma,faktor pencetus asma, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta lain-lain.
7) Kebiasaan sehari-hari : pola nutrisi (makan dan minum), pola istirahat, pola aktivitas, pola eliminasi dan pola komunikasi.
8) Kebutuhan dan aktivitas spiritual. b. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum
Klien tampak kelelahan bingung, gelisah, dan pucat. 2) Status Neurologi
Penurunan tingkat kesadaran pada klien asma, terjadi karena ketidak seimbangan, asam basa.
3) Status respirasi a) Inspeksi
Klien tampak sesak, dyspnea, hiperventilasi, peningkatan kerja, nafas ditandai dengan : penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi otot-otot intercostal, otot substernal, dan supraclavicula, respirasi rate : lebih dari 24 kali permenit.
b) Auskultasi
Bunyi nafas melemah, ada wheezing pada saat ekspirasi, ada ronchi c) Palpasi
Taktil fremitus meningkat / menurun atau tetap. d) Perkusi
4) Status Cardiovaskuler a) Nadi
Tachikardia, adanya arytmia, distensi vena jugularis. b) Tekanan Darah
Awalnya meningkat, namun karena terjadi hiperinflasi maka tekanan intra ehorak meningkat, tekanan darah menurun.
c) Adanya pulsus paradoks (penurunan tekanan darah). Sistolik ± 10 mmhg atau lebih pada waktu inspirasi.
d) Pengisian kapiler : awlnya normal dan lebih dari 3 detik bila serangan makin memburuk.
5) Sistem Gastro Intestinal
Mulut dan membran mukosa kering, adanya mual, muntah karena alergi terhadap makanan.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Peningkatan serum I q E, test alergi (+) 2) Rontgen Thorak
Hyperventilasi 3) Analisa Gas Darah
a) Pada serangan asma awal :
ph meningkat, Pa Co2 menurun, Pa O2 menurun, chyperventilasi,
hipokarbia
b) Serangan progresif
(progresive attack)
Ph normal, pa co2 normal, pa o2 menurun (penurunan ventilasi alveolar)
c) Prolog attack status
Ph menurun, Pa Co2 meningkat, Pa O2 menurun, (hypercarbia ventilasi
tidak adekuat, hipoventilasi, respirastory)
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
a. Tidak efeknya bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
b. Pola nafas tidak efefktif berhubungan dengan brokokonstriksi
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan supply oksigen d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
e. Keterbasan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Kurangnya pengetahuan tentang proses-proses penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
3. Intervensi Keperawatan
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif Kriteria hasil : 1) Sputum tidak ada
2) Mengi dan ronchi tidak ada
3) Sesak nafas berkurang atau hilang 4) Tanda- tanda vital noramal
TD = 90/60 – 140/90 mmHg RR = 16 – 24 x/mnt
S = 36 – 37 c
N = 60 – 100 x/mnt Interventasi : 1) Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Mengetahui adanya suara mengi dan ronchi karena obstruksi jalan nafas.
2) Ajarkan klien
Rasional : Memperbaiki ventilasi dan untuk
menghasilkan sekresi tanpa
menyebabkan sesak nafas.
3) Beri minum klien 6-8
gelas per hari (air hangat)
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan
kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran
4) Bantu dalam pemberian
tindakan inhaler dosis terukur
Rasional : Tindakan ini menambahkan air dalam percabangan bronchial dan pada sekret
memudahkan pengeluaran sekret b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria hasil : 1) Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
2) Ekspansi dada
kanan kiri simetris
3) Tidak
menggunakan cuping hidung
4) Tanda-tanda vital normal TD = 90/60 – 140/90 mmHg RR = 16 – 24 x/mnt SH = 36 -37 c ND = 60 – 100 x/mnt
Intervensi : 1) Ajarkan klien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional : Membantu klien memperpanjang waktu ekspirasi
2) Berikan dorongan untuk mengelilingi aktifitas denganperiode istirahat.
Rasional : Memberikan jeda aktifitas, memungkinkan klien untuk melakukan aktifitas, tanpa distres berlebihan
3) Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : Kekurangan oksigen yang berlangsung lama dapat menyebabkan hipoksia
4) Observasi pengembangan para klien
Rasional : Mengontrol sejauh mana ekspansi paru c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2.
Tujuan : Perbaikan dalam pertukaran gas .
Kriteria hasil : 1) Gas darah arteri dalam batas normal 2) Warna kulit kemerahan.
3) Frekwensi pernafasan 16-24 x/ menit. 4) Ronchi, wheezing tidak ada
Intervansi : 1) Pantau hasil gas darah arteri
Rasional : Untuk mengindentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari susunan yang
diharapkan. 2) Berikan O2 sesuai indikasi
Rasional : Kekurangan O2 yang berlangsung lama
dapat menyebabkan hipoxia. 3) Pertankan posisi fowler
Rasional : Posisi ini akan memungkinkan expansi paru yang lebih baik.
Rasional : Udara sejuk memungkinkan bernafas lebih mudah.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : 1) Berat badan dalam batas normal 2) Makan habis 1 porsi
3) Turgor kulit baik
Intervensi : 1) Kaji tingkat nutrisi klien
Rasional : Mengindentifikasi kemajuan atau
penyimpangan dari tujuan yang
diharapkan.
2) Berikan perawatan oral, buang sekret.
Rasional : Rasa badan enak, bau dapat membuat mual dan muntah.
3) Berikan makan porsi kecil tapi sering
Rasional : Memberikan kesempatan untuk
meningkatkan masukan kalori. 4) Timbang berat badan tiap 1 minggu.
Rasional : Guna menentukan kebutuhan kalori dan menyusun tujuan berat badan.
e. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : 1) Klien dapat beraktivitas tanpa keluhan sesak 2) Frekuensi pernafasan dan nadi normal
RR : 16-20 x/menit. Intervensi : 1) Kaji tingkat aktivitas klien
Rasional : Mengetahui tingkat kemandirian klien dan aktivitas yang dapat dilakukan
2) Berikan kebutuhan dasar klien yang dapat diperlukan. Rasional : Guna memenuhi kebutuhan klien
3) Lakukan istirahat disela-sela melakukan aktivitas. Rasional : Istirahat membantu mengembalikan
stamina atau energi tubuh.
4) Observasi frekuensi nadi dan pernafasan sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : Gejala tersebut merupakan indikasi ketidakmampuan melakukan aktivitas. f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah
Krieteria hasil : Klien mengerti tentang proses penyakitnya. Intervensi : 1) Jelaskan proses penyakit klien
Rasional : Menurunkan anxietas klien.
2) Anjurkan klien untuk menghindari agent seclotif kecuali diberikan oleh dokter.
Rasional : Sedatif dapat menekan pernafasan dan melindungi mekanisme batuk.
3) Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang terinfeksi saluran nafas akut.
Rasional : Meghindari terjadinya penularan infeksi saluran saluran nafas atas.
4) Hindari faktor intrinsik dan ekstrinsik yang dapat menimbulkan serangan asma.
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan klien dapat mempertahankan kebersihan jalan nafas atas, mempertahankan oksigenasiatau ventilasi adekuat.
Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas meningkatkan masukan nutrisi, dapat beraktivitas tanpa bantuan, memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan program pengobatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal masuk : 25 September 2007
Ruang : Anggrak Bawah
Nomor Register : 0004
Diagnosa Medis : Asma Bronchial
1. Identitas Klien
Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 39 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Suku : Jawa
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat rumah : Jln. Kayumanis Barat RT 011 RW 04 Kayumanis – Jakarta Timur
Sumber biaya : Pribadi
Sumber informasi : Klien, keluarga dan catatan medis
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan
Klien mengatakan nafasnya sesak sejak satu hari sebelum masuk Rumah Sakit disertai batuk berdahak
2) Kronologis Keluhan
Sejak dua minggu sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh batuk berdahak yang berwarna putih kental dan nafasnya sesak
3) Faktor Pencetus
Sejak dua minggu sebelum masuk Rumah Sakit klien nafasnya sesak setelah membersihkan rumah, klien mempunyai riwayat asma sejak usia 5 tahun. Klien mengatakan sakitnya kambuh bila terkena debu.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Riwayat Imunisasi
Klien mengatakan tidak ingat imunisasi apa saja yang sudah diberikan 2) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang dan lingkungan)
Klien mengatakan mempunyai alergi terhadap makanan yaitu ikan teri, dan bila ada debu klien langsung nafasnya sesak, untuk yang lainnya tidak.
3) Riwayat dirawat di rumah sakit
Klien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit Islam pada tahun 2005. Klien mengatakan rutin berobat jalan di Poli Asma
Rumah Sakit Persahabatan.
4) Riwayat Pemakaian Obat
Klien mengatakan memakai inhalasi dengan menggunakan obat combivant
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan keterangannya)
Keterangan :
: Laki-laki : Yang tinggal dalam satu rumah
: Perempuan : Yang ada hubungan
: Klien
: Penyakit yang sama dalam keluarga
Menurut klien riwayat penyakit yang sama yang dideritanya saat ini adalah ayahnya.
d. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Orang yang dekat dengan klien saat ini suami dan anak-anaknya yang selalu menemani selama dirawat, hubungan klien dengan keluarga terbina sangat baik.
Orang yang selama ini dekat dengan klien selaian suaminya yaitu ibunya, klien selalu bertanya tentang penyakitnya. Dampak sakit terhadap
keluarga yaitu keluarga merasa khawatir dengan penyakit yang diderita klien, klien tampak gelisah dengan ekspresi wajah tegang.
Dengan keyakinan agama Islam klien dan keluarga selalu berdoa semoga penyakit yang dialaminya saat ini bisa sembuh dan bisa segera pulang ke
rumah sakit untuk berkumpul bersama keluarganya.
e. Kondisi Lingkungan Rumah
Lingkungan rumamh klien sangat padat, ukuran rumah yang sempit untuk kapasitas keluarga, pembuangan sampah yang sembarangan dan ventilasi rumah kurang sehingga pencahyaan di rumah kurang.
f. Pola Kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
a) Pada saat di rumah
Klien mengatakan frekuensi makan tidak tentu karena nafsu makannya kurang jenisnya seperti nasi, lauk dan sayur, klien mengatakan alergi terhadap ikan teri
b) Pada saat di rumah sakit
Klien makan ± 3 kali/hari, habis ½ porsi, klien mengatakan nafsu makannya berkurang karena merasa mual dan tidak menyukai makanan yang disediakan di rumah sakit. Jenis makanan di rumah sakit yaitu nasi, lauk, sayur dan buah. Berat badan saat ini 65 kg, berat badan sebelum sakit 68 kg dan tinggi badan 155 cm.
2) Eliminasi
Frekuensi BAK di rumah ataupun di rumah sakit yaitu 4-5 x/hari dengan warna kuning jernih, baunya khas dan tidak ada keluhan. Sedangkan frekuensi BAB di rumah ataupun di rumah sakit yaitu 1x/hari, warnanya kuning tengguli, baunya khas dan tidak ada keluhan.
Di rumah klien mandi 2x/hari memakai sabun, oral hygiene 2x/ahri, memakai pasta gigi, mencuci rambut 3 x dalam satu minggu dengan menggunakan shampo.
Di rumah sakit klien mandi hanya di lap saja, oral hygiene 2x/hari.
4) Aktivitas dan Latihan
Klien tidak bekerja sehari-hari hanya tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga, klien jarang berolahraga. Keluhan bila melakukan aktivitas yagn berlebihan yaitu sesak.
3. Pengkajian Fisik
a. Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva normal, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor, otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, klien tidak menggunakan kaca mata.
b. Sistem Pendengaran
Daun telinga normal dan tidak sakit bila digunakan, bentuk nnormal, serumen tidak ada, kondisi telinga normal, cairan dari telinga tidak ada. Perasaan penuh dalam telinga tidak ada, tinitus tidak ada, fungsi pendengaran normal, klien tidak memakai otot bantu.
c. Sistem Wicara
Keluhan kesulitan berbicara tidak ada.
d. Sistem Pernafasan
Jalan nafas terdapat sputum kental berwarna putih, yang menimbulkan nafas sesak bila melakukan aktivitas. Bila bernafas klien nampak menggunakan otot-otot bantu nafas, frekuensi nafas 80x/menit, irama nafas tidak teratur, kedalaman nafas memanjang, ronchi +/+, wheezing +/ + klien menggunakan oksigen 3 liter/menit.
e. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi periper tekanan darah 150/100 mmHg, denyut nadi 96x/menit dengan irama teratur dan denyutnya kuat. Temperatur kulit hangat dengan suhu 360C, warna pucat, tidak terdapat kelainan pada bunyi jantung
f. Sistem Hematologi
Pada opemeriksaan laboratorium tangal 24 Desember 2007, Hg 13,9 gr/dl, Ht 4,2 vol %, leukosit 18.900, erinbrosit 6,11 juta/ul, trombosit 241 ribu/ul, untuk pemeriksaan geding mecanigum (BT-CT) tidak dilakukan dan pemeriksaan abumin tidak dilakukan.
g. Sistem Pencernaan
Keadaan kulit normal dan bersih, jumlah gigi lengkap terdapat caries, saliva normal.
Pada abdomen teraba lemas membunal
4. Data Penunjanng
Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisa gas darah tanggal 25 September 2007
PH : 7,519 Normal (7,35 – 7,45) PCO2 : 35 (35 – 45 mmHg) PO2 : 101,0 (85 – 95) HCO2 : 27,9 (22 – 26 mmol/L) Total CO2 : 28,9 (23 – 27 mmol/L) BE :+5,3 (-2,5 -+2,5) Std HCO2 :29,1 (22 – 26) Saturasi O2 :98,1 (96 – 97%)
Analisa gas darah tanggal 29 September 2007
PCO2 : 36 (35 – 45 mmHg) PO2 :98 (85 – 95) HCO2 : 26 (22 – 26 mmol/L) Total CO2 : 28,9 (23 – 27 mmol/L) BE :+3,4 (-2,5 -+2,5) Std HCO2 :27,2 (22 – 26) Saturasi O2 : 97,2% (96 – 97%
b. Elektrolit darah tanggal 25 Septembe r2007
Natrium : 134 Normal (135 – 145 mmol/L)
Kalium : 3,2 (3,5 – 5,5 mmol/L)
Clorida : 100 (98 – 1009 mmol/L)
Ureum : 19 (20 – 40 mmol/dl)
Creatinin : 0,8 (0,8 – 1,5 mg/dl)
c. Darah lengkap tanggal 25 September 2007
Hb : 13,9 Normal (12,0 – 16,09 /dl) Ht : 4,2 (37,0 – 51,0 % ) Emtrosit : 6,11 (4,5 – 5,5%) Trombosit : 141 (140 – 440 k/ul) Leukosit : 18.900 (5000 – 1000/ul) Radio Diagnostik
Klien dilakukan pemeriksaan radiologi pada tanggal 26 September 2007 dengan hasil adanya Hiper inflamasi pada paru
5. Penatalaksanaan
a. Oksigen 3 liter/menit
b. Infus NacL 0,9% + 1 ½ ampul amynophilin 24 jam/kolf c. Metil prednisolon 3 x 125 mg
d. Ceftriaxone injeksi 1 x 2 gr e. Ambroxol syrup 3 x C
f. Inhalasi Combivent 3 x 1/hari
6. Resume
Ny. S, usia 39 tahun dirawat diruang Anggrek Bawah dengan diagnosa medis asma bronchial sebelumnya saat di rumah tepatnya 2 minggu sebelum masuk Rumah Sakit, klien nafasnya sesak setelah membersihkan rumah, klien mempunyai riwayat asma sejak usia 5 tahun, klien mengatakan sakitnya kambuh bila terkena debu. Klien mengeluh batuk berdahak yang berwarna putih kental, sehingga keluarga membawa klien ke IGD Persahabatan pada
tanggal 25 September 2007 di IGD Persahabatan klien dilakukan pemeriksaan, akhirnya dianjurkan dirawat untuk pengobatan lebih lanjut,
klien mendapatkan pengobatan. 2. Oksigen 3 liter/menit
3. Infus NacL 0,9% + 1 ½ ampul amynophilin 24 jam/kolf 4. Metil prednisolon 3 x 125 mg
5. Ceftriaxone injeksi 1 x 2 gr 6. Ambroxol syrup 3 x C
B. Analisa Data
Nama : Ny. S
Usia : 39 tahun
Ruang Rawat : Anggrek Bawah
No. Reg : 00004
Tanggal Data Fokus Masalah
Keperawatan Paraf
25/10/07 I
DS : Klien mengatakan nafasnya sesak, batuk berdahak berwarna putih kental.
DO : - Batuk produktif, sputum berwarna putih kental dan sulit
dikeluarkan - Ronchi +/+ - Wheezing +/+
- Klien tampak menggunakan otot bantu pernafasan
- Irama nafas tidak memanjang - TD : 150/100 mmHg
N : 96x/menit S : 368C
Rr : 30x/menit
Bersihkan jalan nafas tidak efektif
Kelompok IRIN A
25/10/07 II
- Klien terpasang O2 3 L/menit
- Klien nampak pucat
DS : - Klien mengatakan nafasnya sesak
DO : - Klien nampak sesak Rr 30x/menit
Gangguan pertukaran gas
Kelompok IRIN A
Tanggal Data Fokus Masalah
Keperawatan Paraf
25/10/07 III
- Ronchi dan wheezing +/+ - Klien terpasang O2 3 L/menit
- Nilai AGD tanggal 25 September 2007 PH : 7,519 PCO2 : 35 PO2 : 101,0 HCO2 : 27,9 Total CO2 : 28,9 BE : +5,3 Std HCO2 : 29,1 Saturasi O2 : 98,1
- Klien nampak pucat - Akral hangat
- Coping hidung tidak ada
DS : Klien mengatakan nafsu
makannya berkurang karena
Bersihkan jalan nafas tidak efektif Resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang Kelompok IRIN A Kelompok IRIN A
merasa mual
- Berat badan turun 3 kg selama sakit
DO : - Makan habis ½ porsi setiap kali makan
- Berat badan saat ini 65 kg, sebelum sakit
- Hb : 13,9 g gr/dl, Ht 4,2 vol %
darikebutuhan tubuh
Tanggal Data Fokus Masalah
Keperawatan Paraf
25/10/07 IV
- Sebelum sakit 68 kg, TB 155 cm - Turgor kulit dan kekenyalan
kulit elastis
- Pemeriksaan albumin belum dilakukan
- Konjungtiva tidak anemis
DS : Klien mengadakan sangat cemas dan takut dengan penyakitnya saat ini
DO : - Klien nampak gelisah dan ekspresi wajah tegang
- TD : 150/100 mmHg N : 96x/menit S : 368C
Rr : 30x/menit
- Klien bertanya tentang penyakitnya
Cemas Kelompok
25/10/07 V
- Klien nampak cemas
- Klien pernah dirawat dengan penyakit yang sama api tidak
tuntas
DS : Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya
DO : - Klien nampak gelisah dan ekspresi wajahnya tegang
Kurang pengetahuan Kelompok
IRIN A
Tanggal Data Fokus Masalah
Keperawatan Paraf 25/10/07 VI - TD : 150/100 mmHg N : 96x/menit S : 368C Rr : 30x/menit
- Klien bertanya tentang penyakitnya
- Pendidikan terakhir klien SMU - Pekerjaan klien sebagai IRT DS : Klien mengatakan lemas d an
kebutuhan sehari-harinya sebagian dibantu oleh keluarga dan perawat.
DO : - Klien tampak lemah - Klien tampak lemah
- Aktivitas klien dibantu oleh keluarga
- Klien terpasang O2 3L/menit
Imobilisasi aktivitas Kelompok IRIN A
25/10/07 VII
dan IVFD pada lengan kanan - Klien tampak sesak
DS :
-DO : - Klien terpasang infus di lengan kanan dengan cairan Nacl 0,9% + ½ amp aminophylin 24 jam/kdf
- Pemasangan infus tanggal 25 September 2007
- Lokasi infus baik tidak ada kemerahan ataupun bengkak - Verban pada penutup infus
kering - TD : 150/100 mmHg N : 96x/menit S : 368C Rr : 30x/menit Leukosit 18.900
C. Diagnosa Keperawatan
Nama : Ny. S
Usia : 39 tahun
Ruang Rawat : Anggrek Bawah
No. Reg : 00004 No DX. Diagnosa Keperawatan Tanggal Paraf Ditemukan Teratasi I II III IV V
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukos
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 pada
tubuh
Resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
25 – 10 – 07 25 – 10 – 07 25 – 10 – 07 25 – 10 – 07 25 – 10 – 07 27 – 10 – 07 (sebagian) 27 – 10 – 07 25 – 10 – 07 (sebagian) 25 – 10 – 07 25 – 10 – 07 Kelompok IRIN A Kelompok IRIN A Kelompok IRIN A Kelompok IRIN A Kelompok IRIN A
VI
VII
mengenai penyakitnya
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan pemasangan alat invasif
Resiko tinggi berhubungan dengan terpasangnya alat invasif
25 – 10 – 07 27 – 10 – 07 27 – 10 – 07 Kelompok IRIN A Kelompok IRIN A
Nama : Ny. S Usia : 39 tahun
Ruang Rawat : Anggrek Bawah No. Reg : 00004
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf 25/10/07
DX. I
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukos
DS : Klien mengatakan nafasnya sesak, batuk berdahak berwarna putih kental.
DO : - Batuk produktif, sputum berwarna putih kental dan sulit dikeluarkan - Ronchi +/+ - Wheezing +/+ - Klien tampak menggunakan otot bantu pernafasan
- Irama nafas tidak memanjang - Ekspirasi nafas memanjang - TD : 150/100 mmHg N : 96x/menit S : 368 C Rr : 30x/menit - Klien terpasang O23 L/menit
Jalan nafas klien efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
2. Keluhan sesak berkurang/hilang
3. Ronchi dan wheezing hilang/berkurang
4. Sekret encer dan mudah dikeluarkan
5. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
1. Kaji fungsi pernafasan seperti bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman juga penggunaan otot bantu
nafas. 2. Berikan posisi senyaman mungkin (semi fowler) 3. Catat kemampuan untuk mengeluarkan sputum
4. Berikan dan anjurkan klien untuk minum
1. pe
nurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektosis, ronchi menunjukkan akumulasi sekrel atau ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan
penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan kerja pernafasan.
2. Po
sisi semi fowler dapat membantu meningkatkan ekspansi paru sehingga memfasilitasi ventilasi difusi perfusi
3. Pe
ngeluaran sulit bila sekret sangat kental
4. De
Kelompok IRIN A
nampak pucat batas normal : TD : 110/70 – 120/90 mmHg N : 80 – 100 x/menit S : 368 C Rr : 16 – 24 x/menit 7. Ekspirasi normal
5. Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan nafas dalam dan batuk efektif
6. Ukur tanda-tanda vital setiap 4-6 jam bila keadan stabil.
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam hal : a. Berikan O2 sesuai
program
b. Berikan obat-obatan sesuai program
sekret akan encer dan muntah dikeluarkan.
5. De
ngan nafas dalam dan batuk efektif akan meningkatkan
pengembangan paru dan pengeluaran sekret
6. Pe
rubahan TD, N, S, Rr sebagai kompensasi dari ventilasi yang tidak efektif
7. a. Pemberian O2
mempunyai beban kerja otot pernafasan b. Dengan pemberian
obat-obatan kepada klien diharapkan dapat melebarkan jalan nafas dengan efektif, mengencerkan sekret dan mengatasi infeksi. 25/10/07
DX. II
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya
Adanya perbaikan dalam pertukaran gas setelah
dilakukan tindakan
1. Observasi dan kaji tingkat fungsi pernafasan seperti
1. Adanya
penurunan pada bunyi nafas dapat menunjukkan
Kelompok IRIN A
DS : - Klien mengatakan nafasnya sesak
DO : - Klien nampak sesak Rr 30x/menit
Kriteria Hasil :
1. Nilai analisa gas arteri dalam batas normal.
ronchi dan penggunaan otot bantu nafas
menunjukkan akumulasi, sekret yang dapat menimbulkan
penggunaan otot bantu pernafasan
- Ronchi dan wheezing +/+
- Klien terpasang O2 3
L/menit
- Nilai AGD tanggal 25 September 2007 PH : 7,519 PCO2 : 35 PO2 : 101,0 HCO2 : 27,9 Total CO2 : 28,9 BE : +5,3 Std HCO2 : 29,1 Saturasi O2 : 98,1
- Klien nampak pucat - Akral hangat PH 7,35 – 7,45 PCO2 35 – 45 mmHg PO2 85 – 95 HCO2 22 – 26 mmol/L TotalCO2 23 – 27 mmol/L BE -2,5 -+2,5 Std HCO2 22 – 26 Saturasi O2 96 – 97%
2. Sianosy tidak terjadi
3. Ronchi dan wheezing tidak ada
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD : 110/70 – 120/90 mmHg N : 80 – 100 x/menit S : 360 – 370C Rr : 16 – 24 x/menit 5. Sesak tidak ada
2. Kaji kulit terhadap pucat/cianosis
3. Observasi hasil gas darah arteri
4. Observasi tanda-tanda vital tiap 4-6 jam
5. Berikan posisi semi
2. Untuk mengetahui sirkulasi peredaran darah
perifer, cianosis menunjukkan ketidakcukupan suplai O2 dalam darah 3. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari
sasaran yang diharapkan 4. Untuk mengetahui
keadaan umum klien 5. Posisi semi fowler akan
ada
- paru yang lebih baik
Kolaborasi :
6. Berikan oksigen sesuai instruksi
7. Lakukan pemeriksaan analisis gas darah
6. Kekurangan oksigen yang berlangsung lama dapat menyebabkakn hipoxia
7. Pemeriksaan AGD dapat menunjukkan adanya perbaikan ...
29/10/07 DX III
Resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat..
DS : Klien mengatakan nafsu makannya berkurang karena
merasa mual
- Berat badan turun 3 kg selama sakit
DO : - Makan habis ½ porsi setiap kali makan - Berat badan saat ini 65
kg, sebelum sakit
Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Dengan kriteria hasil :
1. Mual berkurang atau tidak ada
2. Nafsu makan meningkat
1. Kaji pola diet biasa klien yang disukai atau tidak disukai
2. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil tapi sering, tinggi protein dan karbohidrat,
disajikan dalam bentuk menarik
1. Membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan, pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet
2. Makanan hangat dan sering dapat meningkatkan nafsu makan dan memaksimalkan masukan nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.
Kelompok IRIN A
4,2 vol %
- Sebelum sakit 68 kg, TB 155 cm
- Turgor kulit dan kekenyalan kulit elastis - Pemeriksaan albumin
belum dilakukan
- Konjungtiva tidak anemis
3. Makan habis 1 porsi
4. Berat badan tidak turun
5. Albumin d alam batas normal
6. Turgor kulit elastis
berat badan secara periodik
4. Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
5. Anjurkan perawatan oral hygiene sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
6. Kaji turgor kulit
Kolaborasi :
7. Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet
8. Awasi pemeriksaan laboratorium seperti Albumin, protein, serum
keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
4. Meningkatkan
pengetahuan klien tentang nutrisi
5. Menurunkan atau mengurangi rasa tidak enak pada mulut yang dapat mengurangi nafsu makan
6. Turgor yang tidak elastis menunjukkan dehidrasi dan nutrisi kurang
7. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat 8. Nilai mudah menunjukkan
malnutrisi 25/10/07
DX IV
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
DS : Klien mengadakan sangat cemas dan takut dengan penyakitnya
Cemas klien berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit dengan kriteria hasil : 1. Mampu beradaptasi pada
perubahan lingkungan
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
1. Hubungan saling percaya merupakan dasar penting
Kelompok IRIN A
DO : - Klien nampak gelisah dan ekspresi wajah tegang
- TD : 150/100 mmHg N : 96x/menit
S : 368C
Rr : 30x/menit
- Klien bertanya tentang penyakitnya
- Klien nampak cemas - Klien pernah dirawat
dengan penyakit yang sama api tidak tuntas
kehidupan sehari-hari. 2. Ekspresi wajah rileks
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal TD : 110/70 – 120/90 mmHg N : 80 – 100 x/menit S : 360 – 370 C Rr : 16 – 24 x/menit
2. Ajarkan klien untuk mengekspresikan
kecemasannya
3. Dengarkan keluhan klien dengan penuh empati
4. Jelaskan kepada klien tentang kondisi saat ini serta program
pengobatan dan keperawatan
5. Perawat selalu berada dekat klien dan siap bila diminta bantuannya
terapeutik
2. Dengan mengekspresikan kecemasan diharapkan semua keluhan klien dapat terungkap sehingga dengan demikian kecemasan klien berkurang
3. Mendengarkan secara aktif dan empati akan membuat klien merasa dihargai dan diperhatikan
4. Dengan memahami kondisi saat ini serta pengobatan dan perawatan yang diberikan akan mengurangi tingkat kecemasan
5. Keberadaan perawat selalu dekat dengan klien akan memberikan perasaan tenang pada klien.
25/10/07 DX V
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi mengenai penyakitnya
DS : Klien mengatakan
Klien dapat menunjukkan pemahaman tentang
penyakitnya setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 menit,
1. Kaji tingkat pengetahuan klien
1. Untuk membantu dalam memberikan intervensi
penyakitnya 1. Klien dapat menyebutkan apa yang
DO : - Klien nampak gelisah dan ekspresi wajahnya tegang
- TD : 150/100 mmHg N : 96x/menit
S : 368C
Rr : 30x/menit
- Klien bertanya tentang penyakitnya
- Pendidikan terakhir klien SMU
- Pekerjaan klien sebagai IRT
dilakukan oleh perawat meliputi Pengertian, perawatan, Pencegahan 2. Adanya reswpon
(feddback) dari klien dan keluarga.
3. Klien dapat mengulang kembali penjelasan yang telah dijelaskan perawat 4. Klien tidak bertanya lagi
tentang penyakitnya
5. Klien tampak tenang.
2. Berikan informasi yang benar tentang pengertian,
pencegahan dan perawatan dengan menggunakan bahasa yang mudah dupahami oleh klien dan keluarga 3. Berikan infomrasi tertulis
untuk klien
4. Beri kesempatan klien untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas
5. Tanyakan kembali kepada klien tentang hal yang sudah dijelaskan
2. Diharapkan informasi terarah dan mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan
kesalahapahaman
3. Membantu sebagai pengingat dan penguat belajar
4. Mengurangi rasa cemas dan memotivasi klien untuk kooperatif selama masa perawatan.
5. Untuk mengevaluasi penjelasan yang diterima
klien
Kelompok IRIN A
terhadap respon klien. dari perawat klien merasa penjelasannya lebih diterima. 25/10/07 DX VI Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan pemasangan alat invasif
DS : Klien mengatakan lemas dan kebutuhan sehari-harinya
sebagian dibantu oleh keluarga dan perawat. DO : - Klien tampak lemah
- Klien tampak lemah - Aktivitas klien dibantu
oleh keluarga
- Klien terpasang O2
3L/menit dan IVFD pada lengan kanan - Klien tampak sesak
Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari setelah dilakukan tindakan keperawsatan selama 2 x 24 jam, dengan kriteria hasil :
1. Klien dapat melakukan aktivitas tanpa dibantu
2. Klien tidak sesak saat melakukan aktivitas
1. Kaji tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan
klien
2. Bantu klien untuk mandiri dalam hal Makan, minum, oral hygiene dan eliminasi 3. Dekatkan barang-barang
yang dibutuhkan di meja klien
4. Libatkan keluarga dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 5. Anjurkan
aktivitas/mobilisasi
1. Dengan mengetahui kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan maka memudahkan intervensi.
2. Untuk melatih kemandirian klien dalam memnuhi kebutuhan klien
3. Dengan mendekatkan barang-barang supaya
mudah dijangkau klien 4. Dengan melibatkan
keluarga dapat membantu proses tindakan keperawatan.
dengan tingkat kemampuan klien
25/10/07 DX VII
Resiko tinggi berhubungan dengan terpasangnya alat invasif
DS :
-DO : - Klien terpasang infus di lengan kanan dengan cairan Nacl 0,9% + ½ amp aminophylin 24 jam/kdf - Pemasangan infus tanggal 25 September 2007
- Lokasi infus baik tidak ada kemerahan ataupun bengkak - Verban pada penutup
infus kering - TD : 150/100 mmHg N : 96x/menit S : 368 C Rr : 30x/menit Leukosit 18.900
Infeksi nosokomial tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, dengan kriteria hasil :
1. Tanda-tanda infeksi tidak ada seperti dolor, color, tumor, rubor dan fungsi laesa
2. Infeksi seperti plebitis tidak terjadi
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Leukosit dalam batas normal 5000-10000/uL
1. Observasi tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan infus
2. Ganti balutan infus setiap hari
3. Ganti jarum/abolate infus setiap 3 x 24 jam dengan cara teknik septik dan anti septik
4. Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam
1. Untuk mengetahui adanya infeksi sedini mungkin
2. Mencegah
berkembangbiaknya mikro organisme pada balutan penutup jarum
infus 3. Antisipasi
mikroorganisme
berkembang biak pada jarum infus
4. Untuk mengetahui keadaan umum klien
5. Berikan therapy antibiotik seusai instruksi dokter 6. Lakukan pemeriksaan leukosit 5. Antibiotik merupakan pencegahan timbulnya infeksi 6. Leukosit tinggi menunjukkan adanya infeksi
E. Catatan Keperawatan
Nama : Ny. S
Usia : 39 tahun
Ruang Rawat : Anggrek Bawah
No. Reg : 00004
Tanggal Pukul No.
DX Catatan Keperawatan/Respon Hasil Paraf
25/10/07 09.00 10.00 10.10 10.30 11.00 11.30 I & II I & II I III I & II I & II
- Mengukur tanda-tanda vital
Respon : TD : 150 mmHg Rr : 30x/menit N : 96x/menit S : 368C
- Melakukan auskulatsi bunyi
nafas
Respon : Wheezing +/+, Ronchi +/+
- Mengajarkan dan
menganjurkan klien untuk batuk efektif, dan melakukan nafas dalam.
Respon : Klien dapat melakukan batuk efektif dengan baik, sekret keluar berwarna putih kental
- Memberikan minum hangat
Respon : Klien minum ½ gelas
- Menimbang berat badan klien
Respon : berat badan 65 kg
- Melakukan kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian O2 dan theraphy
Respon : - O2 diberikan 3 L/menit
- Theraphy injeksi, metil
prednisolone 125 mg, ceftriaxone 2gr, ambroxol sy 1 C
Respon : - Inhalasi dengen combivent
Tanggal Pukul No. DX Catatan Keperawatan/Respon Hasil Paraf
26/10/07 12.00 12.30 13.00 14.00 08.30 III & VI IV & V IV & V VII I & II, VII
- Memberikan diet siang Respon : Diet habis ½ porsi
- Mendengarkan keluhan klien,
membiarkan klien mengungkapkan
perasaannya
Respon : - Klien mengeluh sesak nafas dan batuk
- Klien mengeluh cemas dengan keadaan penyakitnya
- Klien mengatakan sebagian
kebutuhan (mandi, makan,
minum) dibantu perawat dan keluarga
- Memberikan informasi tentang
asma, faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma dan cara pencegahannya.
Respon : Klien mengerti dengan apa yang sudah dijelaskan dan mengatakan cemasnya berkurang.
- Mengobservasi cairan infus
Respon : - Klien terpasang infus NacL 0,9% x 1 ½ amp, anynophilin 24
- Tetesan infus lancar
- Mengukur TTV
N : 90x/menit S : 365 C
Tanggal Pukul No. DX Catatan Keperawatan/Respon Hasil Paraf
27/10/07 09.00 11.30 12.00 12.30 09.00 09.15 11.00 VII I & II I & II II I & II VI I & II - Mengganti balutan
Respon : Tanda-tanda infeksi tidak ada (rubor, dolor, tumor dan fungsi laesa)
- Memberikan inhalasi
Respon : - Inhalasi dengan combivent 1 amp dan PFR
- PFR preinhalasi 120 dan post inhalasi 160 ml
- Klien mengatasi sesak berkurang
- Memberikan theraphy injeksi dan
oral
Respon : - Injeksi metil prednisolone 165 mg, ceftriaxone 2 gr.
- Theraphy oral ambroxo/sy 1 C
- Memberikan makan siang
Respon : Klien makan habis ½ porsi
- Mengukur TTV
Respon : TD : 120/90 mmHg Rr : 24x/menit N : 90x/menit S : 367 0 C
- Membantu klien mandi
Respon : Klien tampak segar, kulit klien tampak bersih
- Memberikan inhalasi dan PFR
12.00 12.10 12.30 I & II VII III & VI
- PFR Pre inhalasi 150 ml, post inhalasi 200 ml
- Klien dapat mengeluarkan sputum dengan mudah konsistensi sputum bening encer
- Klien mengatakan sesak sudah tidak ada/berkurang
- Memberikan theraphy injeksi dan oral
Respon : - Theraphy injeksi metil prednisolon 125 mg, ceftriaxone 2 gr
- Theraphy oral ambroxol sy 1 C - Meng off infus
Respon : Tanda-tanda infeksi tidak ada pada daerah pemasangan infus
- Memberikan diet siang
F. Catatan Perkembangan
Nama : Ny. S
Usia : 39 tahun
Ruang Rawat : Anggrek Bawah
No. Reg : 00004
Tanggal No.
DX Catatan Perkembangan / SOAP Paraf
27/10/07 I S : - Klien mengatakan sesak dan batuknya sudah berkurang, dahaknya juga sudah dikeluarkan
dan sudah encer
O : - Batuk klien berkurang, sputum mudah dikeluarkan berwarna bening dan encer - Ronchi dan wheezing tidak terdengar
- Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
- Ekspirasi klien normal
- TD : 130/70 mmHg S : 367 0C
N : 88 x/menit Rr : 24x/menit
- O2 sudah tidak terpasang
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
- Kaji fungsi pernafasan (bunyi
nafas, iramam, kecepatan dan kedalaman nafas)
- Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan nafas dalam dan batuk efektif
- Ukur TTV tiap 8 jam
klien sesak kembali berikan O2 sesuai
instruksi dan berikan theraphy sesuai program.
Tanggal No.
DX Catatan Perkembangan / SOAP Paraf
27/10/07 II S : Klien mengatakan sesaknya sudah berkurang O : - Sesak klien berkurang dan O2 tidak terpasang
- TD : 130/70 mmHg S : C
N : 98 x/menit Rr : 24x/menit
- Sianosis tidak ada
- Ronchi dan wheezing tidak
terdengar
- Nilai AG tanggal 27 September
2007 ada perbaikan PH : 7,48 PCO2 : 36 mmHg PO2 : 98 HCO2 : 26 mmol/L Total CO2 : 28 mmol/L BE :+3,4 Std HCO2 : 27,2 Saturasi O2 : 97,2%
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi bunyi nafas
- Berikan oksigen bila timbul sesak - Berikan theraphy sesuai prosedur
25/10/07 25/10/07 27/10/07 IV V VI
S : Klien mengatakan nafsu makannya sudah meningkat dan mualnya mulai berkurang. O : - Klien makan habis ½ porsi
- Berat badan masih 65 kg
- Turgor kulit elastis
- Pemeriksaan albumin belum
dilakukan
A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan
S : Klien mengatakan sudah tahu dan sudah mengerti tentang penyakitnya
O : - Klien nampak sudah mengerti dan dapat menyebutkan tentang pengertian, cara perawatan dan pencegahan penyakitnya
- Klien dan keluarga nampak
merespon apa yang dijelaskan oleh perawat A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S : Klien mengatakan badannya tidak lemas lagi dan sudah bisa melakukan aktivitas sendiri tanpa dibantu orang lain
O : - Klien nampak segar dan sudah bisa melakukan aktivitasnya sendiri tanpa dibantu - Klien sudah tidak terpasang infus
27/10/07 VII
merasa sesak A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan
S :
-O : - Infus sudah tidak terpasang
- Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
- Leukosit 18.900
- TD 130/70 mmHg S : 367 0C
N : 88 x/menit Rr : 24x/menit A : Masalah tidak terjadi
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membandingkan beberapa kesenjangan antara tinjauan teoritis asa bronchial yang penulis temukan pada Ny. Y selama dinas di Ruang Anggrek Bawah, RSUP Persahabatan Jakarta, dan juga akan dibahas tentang faktor penghambat serta faktor pendukung dari setiap tahap proses keperawatan.
A. Pengkajian
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya penulis melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan menerapkan proses keperawatan dimana pengkajian dilaksanakan pada hari pertama pengambilan kasus. Untuk mendapatkan data yang menunjang baik secara objektif maupun subyektif, penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarga, pemeriksaan fisik, mempelajari catatan keperawatan, catatan medis dan hasil pemeriksaan penunjang pada saat dilakukan pengkajian penulis menemukan adanya kesenjangan atau perbedaan antara
tinjauan teori dengankasus yang ada. Pada pengkajian klien dengan asma bronchial yang penulis temukan yaitu kesemasan, keterbatasan fisik, dan resiko
terjadinya infeksi. Sedangkan menurut teori yang dilaksanakan tidak jauh berbeda dengan manifestasi klinis. Kesenjangan/perbedaan ini dikarenakan menurut manifestasi kliis pada kasus adalah klien tampak gelisah dan lemas dengan penyakit yang dideritanya dan klien juga tampak lemas juga terpasang infus di
B. Diagnosa Keperawatan
Secara umum diagnosa yang timbul pada kasus asma bronchial yanng ditemukan adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan mukus; gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 pada tubuh; resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat; cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya; kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpaparnya informasi mengenai penyakitnya; mobilisasi aktivitas berhubungan dengan kekuatan fisik dan pemasangan alat invasif dan resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terpasang
alat invasif. Sedangkan diagnosa yang timbul pada Ny. Y produksi sputum, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan brokokonstruksi; kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan intake yang tidak adekuat; keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik; kurangnya pengetahuan tentang proses- proses penyakitnya berhubungan dengan informasi.
Pada kasus Ny. S ada juga diagnosa yang tidak ditemukan pada konsep teoritis yaitu; cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya; imobilisasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan pemasangan alat invasif. Sedangkan diagnosa yang ditemukan pada konsep dan
kasus Ny. S adalah tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan mukus; gangguan pertukaran gas berhubngan dengan kurangnya
suplai O2 pada tubuh; Resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat; kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi mengenai penyakitnya.
C. Intervensi Keperawatan
Pada perencanaan tindakan keperawatan pada Ny. S menggunakan prioritas masalah dengan mempertimbangkan dasar-dasar kebutuhan manusia. Dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan yang sudah dilakukan penulis yaitu; membantu/mengkaji pola nafas klien, mengukur tanda-tanda vital, mempertahankan nutiris yang adekuat, menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, kolaborasi dalam pembenaran obat-obatan, membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari; nutrisi melibatkan keluarga dalam pelaksanaan intervensi menggunakan teknik aseptik dan antiseptik, ganti balutan infus/vemplon, memberikan pendidikan kesehatan asma bronchial, pemeriksaan laboratorium dan penunjang. Penulis berusaha agar perencanaan ini dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dibuat sesuai dengan prioritas masalah dan dapat mengatasi diagnosa keperawatan yang ditetapkan.
D. Implementasi
Dalam tahap implementasi, penulis bekerjasama dengankeluarga klien, perawat ruangan dan tim kesehatan...sesuai prioritas masalah dan kondisi klien.
1. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan mukus adalah mengukur TTV, melakukan auskultasi bunyi nafas, memberikan minum hangat, melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian O2 dan theraphy,
memberikan inhalasi dan PFR, ambrotol syr 3 x CI.
2. Pada diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 pada tubuh adalah melakukan auskultasi bunyi
nafas, memberikan theraphy/injeksi dan oral, memberikan inhalasi dan PFR 3. Pada diagnosa resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat adalah memberikan makan klien, menimbang berat badan klien.
4. Pada diagnosa cemas berhubungan dengan kurangnya