Available Online at: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/anuva
Embedded Librarian: Kolaborasi Pustakawan di Era Informasi
Jazimatul Husna1*)1
Program Studi Perpustakaan dan Informasi, Departemen Informasi dan Budaya Sekolah Vokasi,Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip
Tembalang, Semarang, Indonesia 50275 *)
Korespondensi: jazimatulhusna@lecturer.undip.ac.id Abstract
This study discusses and explains the new role for librarians who are being discussed by world researchers in the fields of library science and information science. Librarians can work in collaboration with domain experts in academia, industry, and also in other fields to serve their information needs and save their time. This research talks about various fields of embedded librarianship. Responsibility for finding information is shared with librarians. collaborate and think in a macro context. Librarians can present themselves in their profession in a broader domain to help people outside the profession of librarians.
Keywords: librarians; embedded librarians; collaboration; information age
Abstrak
Penelitian ini membahas dan menjelaskan peran baru untuk pustakawan yang sedang dibahas oleh peneliti dunia di bidang ilmu perpustakaan dan Ilmu Informasi. Pustakawan dapat bekerja dalam kolaborasi dengan para pakar domain di bidang akademik, industri, dan juga di bidang lain untuk melayani kebutuhan informasi mereka dan menghemat waktu mereka. Penelitian ini berbicara tentang berbagai bidang kepustakawanan tertanam. Tanggung jawab mencari informasi dibagikan kepada pustakawan. berkolaborasi dan berpikir dalam konteks makro. Pustakawan bisa menampilkan diri dalam profesinya dengan ranah yang lebih luas untuk membantu orang di luar profesi pustakawan.
Kata kunci: pustakawan; embedded librarian; kolaborasi; era informasi
1. Pendahuluan
Hidup ditengah masyarakat yang terus didorong oleh desakan pengetahuan saat ini, kebutuhan informasi pengguna perpustakaan menjadi semakin meningkat dan semakin kompleks. Tetapi sayangnya, layanan perpustakaan tradisional sering gagal memenuhi kebutuhan pengguna. Saat ini muncul model
pendekatan bidang kepustakawanan yang disbut dengan “Embedded Librarianship” pendekatan ini
menawarkan satu pendekatan untuk mengatasi situasi dengan membawa perpustakaan dan pustakawan kepada pengguna. Lebih jelasnya menurut Lieutenant (2013) dalam ida fajar Priyanto (2016:2)
menyebutkan bahwa embedded librarian adalah “the integration of librarians and library services within
an organizational unit, deparment, or team”). Konsep ini menjelaskan Integrasi pustakawan dlm
institusi, departemen, tim, lingkungan, dan sebagainya merupakan kegiatan embedded librarianship.
seorang pustakawan yang tertanam memberikan akses yang lebih baik bagi dirinya sendiri maupun pengguna perpustakaan terhadap sumber daya perpustakaan (Hedreen, 2005).
Alih-alih duduk di perpustakaan, pustakawan “embadded” bekerja di luar perpustakaan bersama sekelompok ahli domain lainnya. Sebagai rekan kerja, mereka memahami kebutuhan informasi dari anggota kelompok lain dan mencoba menyelesaikan kebutuhan ini dengan segera. Hal itu dapat dilakukan dengan bekerja & berkolaborasi dengan stakeholders yang non-pustakawan dan sekaligus memahami bagaimana cara berpikir mereka serta bagaimana mereka melihat perpustakaan. Pengguna dalam kelompok lain juga merasa nyaman dan menghemat waktu dan upaya dalam pencarian informasi.
Pustakawan harus menjadi co-equal partner (Lieutenant, 2013) dalam sebuah kelompok, bukan sekedar
membantu lembaga dengan melihat tugas pokok dan fungsinya saja.
David Shumaker (2007) mendefinisikan pustakawan tertanam sebagai “orang yang dapat mengidentifikasi kebutuhan, sumber, dan nilai informasi sebelum pengguna/kolega memikirkannya dan membutuhkan apa yang dibutuhkan. Dengan ini, pustakawan harus terbiasa pekerjaan dan memahami domain dan tujuan. pustakawan menjadi anggota tim yang tak ternilai. Shumaker dan Tyler (2007) menggambarkan tiga aspek kepustakawanan yang tertanam:
1. ‘menempelkan fisik’; memindahkan kantor pustakawan ke area kantor kelompok pengguna
informasi;
2. 'Embedding organisasi'; pendanaan dan pengawasan pustakawan oleh kelompok pengguna informasi; dan
3. 'virtual embedding'; pengiriman layanan perpustakaan di ruang kerja virtual khusus untuk kelompok penggunaan (Siess 2009).
Dari uraiaan di diatas, pada penelitian ini peneliti ingin memfokuskan pada model pendekatan
“embedded librarians” dapat memberikan kontribusi positif dan tanggung jawab mencari informasi yang dibagikan oleh pustakawan dan bagaimana pustakawan dapat berkolaborasi dan berpikir dalam konteks makro. Pustakawan bisa menampilkan diri dalam profesinya dengan ranah yang lebih luas untuk membantu orang di luar profesi pustakawan.
2. Landasan Teori
3.1. Pengertian Embedded Librarian
Pada tahun 2004, Steven Bell dan John Shank mengusulkan konsep 'blended pustakawan' sebagai cetak biru untuk mendefinisikan kembali peran pengajaran dan pembelajaran pustakawan akademik dengan mengambil keterampilan kepustakawanan tradisional dan memadukannya dengan alat dan keterampilan seorang teknolog informasi. Lieutenant (2013) mendefinisikan embed sebagai "mengandung atau menanamkan sebagai bagian penting atau karakteristik". Sederhannya konsep embedded librarian dapat penulis gambarkan dengan nalogi sebagai berikut. “Perang Irak memberi kita konsep “embedded
journalism” (dimana wartawan yang meliput perang Iran, berada di tempat dan mereka melaporkan dan membantu di situasi yang memerlukan tindakan). Seorang jurnalis yang realtime di lapangan seharusnya melekat agar memiliki akses yang lebih baik ke sebuah kejadian. Barbara Dewey (2004) mendeskripsikan 'embedded librarianship' sebagai sebuah konsep yang menyiratkan integrasi yang lebih komprehensif dari satu kelompok dengan yang lain sejauh kelompok yang berusaha berintegrasi mengalami dan mengamati, sedapat mungkin, kehidupan sehari-hari dari kelompok utama. Konsep ini menanamkan interaksi yang lebih langsung dan terarah secara paralel dengan orang lain, kelompok, atau aktivitas. Dewey melihat kepustakawanan tertanam sebagai sarana di mana pustakawan akademik menjadi lebih terintegrasi dalam pengembangan dan pertumbuhan kampus strategis: melalui senat fakultas, komite perencanaan strategis, keterlibatan desain ruang / kampus, kolaborasi dengan penelitian fakultas.
Pustakawan tertanam harus membangun hubungan dan terlibat dalam berbagai interaksi dengan kelompok pengguna. Interaksi ini memberi mereka pengetahuan yang mendalam tentang pekerjaan kelompok dan tantangan terkait. Mereka secara teratur berpartisipasi dalam rapat kerja pengguna mereka, mengambil keuntungan dari peluang belajar yang sama, dan bertemu dengan semua tingkat anggota kelompok untuk membahas tantangan dan solusi. Ketika pustakawan tertanam mendorong interaksi dengan pelanggan mereka, mereka mengubah dinamika penyedia layanan dan peran pelanggan - dan, menempatkan diri mereka di tengah sering membantu kedua belah pihak dalam saling memahami satu sama lain. "Embedded Librarianship melibatkan lebih dari sekadar berkolaborasi dengan pengguna— pustakawan harus benar-benar tenggelam dalam karya pengguna (Shumaker, 2007).
3.2. Kolaborasi Pustakawan
Ungkapan "pustakawan tertanam" menempatkan pustakawan dalam kolaborasi tepat di tengah-tengah di mana pengguna akan mengajarkan keterampilan penelitian kapan pun dan di mana pun saat diperlukan. Dengan kata lain, pustakawan harus tetap dalam profesinya tetapi tidak terkurung dalam profesi & rutinitas diri saja. Pustakawan harus terus membangun kemitraan dengan stakeholders (priyanto:2016). Kolaborasi merupakan aktivitas berbagi ketrampilan, pengetahuan, dan pengalaman seseorang kepada orang lain yang bertujuan untuk membangun komunikasi dan kerjasama. Dalam kegiatan riset, kolaborasi dilakukan untuk menyamakan persepsi dan mencapai suatu tujuan penelitian. Kolaborasi ini menekankan dua aspek, yaitu interaksi dan komunikasi ilmiah personal dalam suatu tim riset untuk membahas suatu topik penelitian. Kolaborasi di perguruan tinggi dan universitas, pustakawan berada di ruang kelas atau di ruang elektronik (maya). Dalam kelompok para pebisnis pustakawan berada di lab atau kantor penelitian. Di rumah sakit mereka bersama dokter dan perawat.
Biasanya, pustakawan tipe tertanam ditugaskan dan didedikasikan untuk berkolaborasi dengan kelompok praktik, divisi, atau departemen tertentu. Lebih lanjut ida fajar priyanto (2016) mengemukakan bahwa Pustakawan juga dapat membangun ke giatan ya ng melibatkan peran masyarakat dan stakeholders sehingga partnership akan lebih terlihat lagi. Pustakawan tidak boleh merasa lebih rendah dibandingkan dengan profesi lain di dalam lembaganya .Satu deskripsi yang baik adalah bahwa pustakawan adalah "anggota tim, kelompok, unit organisasi tidak dapat dibedakan dalam status atau nilai grup dengan anggota lain, kecuali fakta bahwa pustakawan membawa kesadaran unik tentang pentingnya informasi dan pengetahuan, dan keterampilan dalam menerapkan informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan kinerja kelompok.
4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilitian kualitatif deskriptif, penelitian kualitatif deskriptif yang dimaksud dengan menggunakan study pustaka. Peneliti mengumpulkan data-data penelitian memalui membaca dan mencatat serta mengolah bahan pustaka. Dengan menekankan pada kekuatan analisis sumber dan data penelitian berupa teori dan konsep yang mengarah kepada pembahasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah aktual yang
sedang dihadapi sekarang ini. Peneliti ingin memfokuskan pada pendekatan “embedded librarians” dapat
memberikan kontribusi positif dan tanggung jawab mencari informasi yang dibagikan oleh pustakawan dan bagaimana pustakawan dapat berkolaborasi dan berpikir dalam konteks makro. Berkolaborasi dan berkatifitas berbagi ketrampilan, pengetahuan, dan pengalaman seseorang kepada orang lain yang bertujuan untuk membangun komunikasi dan kerjasama. Pustakawan bisa menampilkan diri dalam profesinya dengan ranah yang lebih luas untuk membantu orang di luar profesi pustakawan.
5. Pembahasan
Semua pustakawan menyadari bahwa pengguna tidak mudah mengenali kebutuhan informasi. Dalam konsep perpustakaan tertanam, pustakawan ada di sana dan memahami kebutuhan informasi pengguna dan kemungkinan untuk memuaskannya. Pustakawan tidak harus menunggu di perpustakaan atau melalui telepon atau komputer. Model Layanan Perpustakaan Tertanam berkaitan dengan menjadi cukup dekat dengan orang lain dalam organisasi, baik secara fisik, dengan menempatkan kantor pustakawan di wilayah mereka; secara organisasi, dengan mentransfer pengawasan dari manajer perpustakaan ke manajer kelompok pelanggan; atau secara operasional, dengan membentuk hubungan kerja terpadu untuk memahami kebutuhan informasi mereka dan mengembangkan solusi khusus yang memenuhi kebutuhan tersebut. kolaborasi dilakukanoleh pustakawan untuk menyamakan persepsi dan mencapai suatu tujuan penelitian. Kolaborasi ini menekankan dua aspek, yaitu interaksi dan komunikasi ilmiah personal dalam suatu tim riset untuk membahas suatu topik penelitian.
Saat ini, pustakawan dituntun untuk selalu bergerak dan berubah secara positif Pustakawan diharapkan terus berkiprah dalam lembaga yang memayunginya sebagai bagian dari lembaga tersebut, bukan terpisah, pustakawan harus keluar dari perpustakaan mereka dan membangun hubungan baru. Pustakawan harus terus terintegrasi dengan institusi, departemen, tim, lingkungan, dan sebagainya. Pustakawan tertanam menemukan cara untuk membuat layanan baru dan nilai baru untuk perpustakaan mereka, dengan keluar ke komunitas pengguna yang ingin mereka layani. Perubahan ini didorong dan zaman yang semakin canggih dan serba digital, jaringan, dan masyarakat seluler tempat kita tinggal. Sementara Google dan Internet mungkin bersaing dengan pustakawan dalam memberikan informasi, google dan internet yang sama membantu pustakawan untuk bebas pergi di luar tembok Perpustakaan dan berbagi keahlian mereka.
5.1. Embedded Librarian dalam Lembaga Akademik
Di lembaga akademik mana pun, ada sejumlah besar Mahasiswa yang diterima untuk berbagai kursus. Yang lebih terbarukan dalam program pembelajaran jarak jauh, mahaMahasiswa tidak memerlukan tentang penggunaan perpustakaan tradisional, tetapi lebih memerlukan sumber daya perpustakaan online. MahaMahasiswa ini membutuhkan kelas instruksi penelitian perpustakaan (Bozeman, 2008). Di universitas, fakultas dan pustakawan dapat menjadi anggota tim kolaboratif yang memiliki tujuan untuk menghasilkan sebuah penelitian yang berkualitas. Layanan dalam pengaturan akademik oleh pustakawan tertanam dapat diberikan dengan berbagai cara yaitu:
1. Berkolaborasi dengan ilmuwan/fakultas senior untuk memahami masalah yang dihadapi oleh
ilmuwan/pakar terhadap penelitian yang sedang di kerjakannya.
2. Berkolaborasi dan mengatur sesi literasi informasi untuk Mahasiswa dan guru. Memberikan
dukungan berkelanjutan dalam mencari informasi harus diberikan kepada Mahasiswa (di kampus dan di luar kampus) dan staf pengajar serta staf lainnya, untuk pengambilan informasi dari perpustakaan fisik maupun elektronik.
3. Selain itu embedded librarian dapat berkolaborasi dalam pengaturan jadwal akademik untuk
jangka waktu yang lama secara langsung atau online.
Tabel 1. beberapa layanan embedded librarian untuk mahasiswa kampus dan luar kampus.
Students EL services Groups Areas to work
In campus Information literacy
sessions in person in their departments Faculty members and students Library databases and online web evaluation.
off campus / distant learners Information literacy virtual sessions Students Informati on literacy about Bibliograph ic databases
Sumber : (Tumbleson, et.al.2009; Shumaker, 2007).
Tumbleson et.al (2009; Shumaker, 2007). dalam presentasi mereka menyebutkan bahwa harus ada kolaborasi antara fakultas dan pustakawan terkait dengan program studi yang diajarkan fakultas. Fokusnya harus pada tugas penelitian dan kebutuhan mahMahasiswa. Selain itu, pustakawan harus mengatur sumber daya sesuai dengan setiap kursus. Sumber daya khusus kursus semacam itu dapat disediakan melalui web, blog, atau selebaran.
Untuk meringkas, dilembaga akademik, pustakawan tertanam dapat berkolaborasi dalam:
1. Membantu mahasiswa mengakses artikel jurnal, buku, atau materi cadangan kursus yang
mereka butuhkan
2. Membantu mahasiswa menggunakan basis data jurnal online
3. Membantu menemukan sumber yang tepat secara online (artikel jurnal, buku elektronik, dan
situs web), sehingga Mahasiswa tidak perlu datang ke kampus
4. Membantu mengatasi kesulitan teknis dalam mengakses materi perpustakaan online
5. Menginformasikan Mahasiswa tentang layanan perpustakaan khusus yang terjadi selama
semester
6. Membantu dengan format kutipan yang sulit
7. Membantu Mahasiswa mengakses bahan-bahan yang tidak dimiliki perpustakaan
8. Merekomendasikan Mahasiswa cara mengakses materi yang dimiliki perpustakaan yang
tercetak.
5.2. Embedded Librarian dalam lingkungan Perusahaan
Pustakawan tertanam menawarkan peluang karier yang menarik dan berpotensi berkembang bagi pustakawan untuk berkontribusi langsung ke tim dan tujuan organisasi (mempunyai nilai tambah) (Dority, 2008). Dority, memberikan beberapa area di mana pustakawan dapat bekerja sebagai pustakawan tertanam dan dijelaskan dalam tabel berikut. Area-area ini akan berubah sesuai dengan sasaran perusahaan. Beberapa contoh adalah sebagai berikut pada Tabel 2
Tabel 2: Area untuk pustakawan tertanam di lingkungan perusahaan
Department Work with Information needs
Human Resources Department heads, legal department, contract trainers, benefits providers and vendors
Best practices, benchmarks; vendor/provider background research, evaluations, comparisons; training and development resources.
Information Systems Department heads legal department (compliance); contract programmers
Staying apprised of emerging information technologies; vendor/provider
background research, evaluations, comparisons.
Sales and Marketing Product developers; engineering and development; finance (for product pricing issues); corporate communications (press releases).
Market, customer, and competitor information
(includes demographics, purchase drivers, product response, trends and changing patterns); sales data; effective sales channels and approaches; statistical information; market research/characteristics of potential opportunities; call center and customer service best practices, benchmarking
Finance Department heads and key company strategists and decision-makers legal dept (Sarbanes- Oxley, compliance issues); outside and internal auditors; investors and industry analysts
Best practices, benchmarks; vendor/ provider/ supplier background research, evaluations, comparisons; advances in engineering and materials sciences.
Sumber: Dority, Kim (2008). Organizations: Who Needs What Info? Rethinking Information Careers Available online
5.3.Embedded Librarian dalam Bidang Kesehatan
Pustakawan medikal klinis bekerja di area yang beragam termasuk perawatan pasien, layanan informasi pasien, dan layanan berbasis bukti, Shumaker (2007) menyebutkan bahwa pustakawan klinis dalam peran pustakawan yang disematkan dikenal sebagai "Informationists" Istilah ini diciptakan oleh Davidoff dan Florence (2000). Hersh (2002) memberikan definisi keterampilan yang luas yang dibutuhkan oleh informan. merekan menyatakan bahwa pustakawan klinis harus menyadari sumber daya informasi yang luas dan cara mengaksesnya. Mereka harus terbiasa dengan jurnal medis, database literatur, buku teks medis, pedoman praktik, dan semakin banyak sumber daya berbasis bukti yang “disintesis”,
Pustakawan klinis memberikan penjelasan kepada informan harus tahu tidak hanya apa sumber daya ini tetapi juga bekerja dengan administrasi lembaga mereka untuk mendapatkan akses kepada mereka. Hal tersebut dapat dilakukan pustakawan klinis dalam memberikan perubahan yang berarti. Karena perubahan ini, Mahasiswa medis dan farmasi tiba dalam jumlah besar di ruang tunggu Mahasiswa saat makan siang, dengan sedikit waktu untuk berkonsultasi dengan pustakawan. Dengan dukungan dari anggota fakultas farmasi, pustakawan berhasil mengajukan petisi kepada perguruan tinggi untuk ruang baru, sebuah bilik yang terletak di lantai kantor fakultas, tempat fakultas sekarang mampir atau
menjadwalkan janji temu dengannya untuk konsultasi informasi tentang hibah, publikasi, dan pengajaran. Dia sekarang menghabiskan setidaknya lima jam sehari di perguruan tinggi farmasi dan sisa harinya di perpustakaan, bekerja terutama pada permintaan informasi dari fakultas farmasi dan peneliti (Freiburger, et.al.2009).
6. Simpulan
Pustakawan tertanam akan selalu perlu untuk memodifikasi peran mereka dan beradaptasi dan berkolaborasi seiring perubahan era teknologi informasi. Pustakawan telah menerima perubahan dari katalog kartu ke sistem Katalog Akses Publik Online (OPAC) generasi berikutnya. Seiring dengan kelebihan informasi cetak, mereka telah menerima perubahan dalam media informasi elektronik dan digital.
Peran pustakawan lebih penting ketika ada informasi yang berlebihan di media cetak maupun di Internet. Kebutuhan seorang pustakawan adalah suatu keharusan tidak hanya untuk mendapatkan buku dari perpustakaan tetapi untuk memperoleh informasi aktual dari beragam sumber informasi. Para ilmuwan di lembaga akademik dan penelitian apa pun serta profesional perusahaan perlu menginvestasikan waktu untuk mendapatkan informasi yang relevan. Pustakawan di sini perlu bekerja dengan mereka sebagai rekan kerja dan membantu mereka dalam mendapatkan informasi sesuai kebutuhan. Peran baru ini telah menciptakan posisi baru untuk pustakawan dan Shumaker (2009) dalam surveynya telah menyebutkan nama mereka sebagai Spesialis Program Strategis, Associate Senior, Intelejen Bisnis, Analis Informasi, Peneliti Senior, Kimiawan, Analis Manajemen Informasi, Spesialis Riset Pasar, Konsultan, Taksonomi dan Metadata, Manajer, Informasi & Pembelajaran, Manajer Program, Spesialis Penjangkauan Pendidikan, Spesialis Intelijen Ekonomi, Ahli Informasi, Arsitek Informasi, Mitra Riset. Nama-nama menunjukkan sendiri peran para profesional LIS yang beragam dan kolaboratif dan tertanam dengan para profesional lainnya.
Daftar Pustaka
Bell, Steven J.and John Shank. (2004). The Blended Librarian: A Blueprint For Redefining TheTeaching
And Learning Role Of Academic Librarians. College & Research Libraries News65:372-375.
Bozeman, Dee (2008). Embedded librarian: research assistance just in time. 24th Annual conference
onDistance Teaching and Learning. Available online at http://www.uwex.edu/disted/conference
Dewey, Barbara I. (2004). The Embedded Librarian: Strategic Campus Collaborations. Resource
Sharing & Information Networks 17(1/2):5-17
Dority, Kim (2008). Organizations: Who Needs What Info? Rethinking Information Careers
Freiburger, Gary, Kramer, Sandra (2009). Embedded librarians: one library's model for decentralized service J Med Libr Assoc.; 97(2): 139–142. Available online at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2670204/?log%24=activity
Hedreen, Rebecca (2005). Embedded librarians, Frequently Answered Questions. Available online at
http://frequanq.blogspot.com/2005/04/embedded-librarians.html.
Priyanto, Ida F., (2016) Pustakawan Berkualitas, Pidato profesi disampaikan dalam acara Dies Natalis
Perpustakaan Universitas Gadjah Mada ke-65 .
Shera, J.H. (1972). Foundations of Education for Librarianship, New York, Baker and Hayes, Inc. p 206.
Shumaker David, Tyler Laura Ann (2007). Embedded Library Services: An Initial Inquiry into Practices
for Their Development, Management, and Delivery
http://www.sla.org/pdfs/sla2007/ShumakerEmbeddedLibSvcs.pdf
Shumaker, David. (2009). Who let the librarians out? Embedded librarianship and the library manager. Reference & User Services Quarterly, vol.48, no. 3, pp. 239-242.
Siess Judith : Embedded Librarianship: What Is It and Why Should I Care? Available online at
http://search.informedlibrarian.com/guestForum.cfm? FILE=gf0908.html& Printer Friendly =Y
Tumbleson, Beth ;Sarah Frye, John Burke (2009). Faculty Librarian collaboration in new spaces: the
blackboard embedded librarian; Available online at www.mla.lib.mi.us/files/09MLAAnnualFacultyLibrarianTumbleson.pdf