• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TEMBAKAU VIRGINIA DI LOMBOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TEMBAKAU VIRGINIA DI LOMBOK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TEMBAKAU VIRGINIA DI LOMBOK

GROWTH AND PRODUCTION OF SEVERAL VARIETIES OF VIRGINA TOBACCO IN LOMBOK

Sad Kurniati W.

Fakultas Ilmu Kehutanan, Universitas NTB

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tembakau Virginia di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Percobaan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2007. Varietas yang dicobakan ada 6 yang meliputi varietas PVH 03, PVH 05, PVH 09, PVH 20, PVH 21 dan C 319. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 ulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa varietas tanaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman pada umur 21 dan 35 hari. Tinggi tanaman, jumlah daun dan indeks luas daun tertinggi terdapat pada varietas PVH 21 dan yang terendah terdapat pada varietas C319. Akan tetapi varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan indeks luas daun umur 68 hari dan produksi (berat basah dan berat kering daun).

ABSTRACK

The objective of this study was to asses the effect of different varieties of Virginia tobacco to the growth and the production on Lombok Island, Nusa Tenggara Barat. The study was conducted May to October 2007. These were six varieties of tobacco tested, namely PVH 03, PVH 05, PVH 09, PVH 21 and C319. All treatments were replicated four times and were arranged in a completely randomized block design. The result of the study showed that the variety of tobacco significantly influenced the plant height, number of leave and leaf area index. The best growth of tobacco was found in the variety PVH 21 and the lowest was found in the variety of C319. However, the variety did not show significantly influenced plant height, number of leave and leave area index at the age of 68 days old and the production (fresh weight and dry weight of leaves).

______________________

Kata kunci: pertumbuhan, produksi, tembakau, varietas, Virginia Keywords: growth, production, tobacco, varieties, Virginia

PENDAHULUAN

Pulau Lombok merupakan salah satu sentra penghasil tembakau Virginia di Indonesia, bahkan hampir 75 persen tembakau Indonesia berasal dari pulau Lombok (Anonimous, 2006). Menurut Kepala Dinas Perkebunan NTB, lahan yang ditanami tembakau Virginia di pulau Lombok adalah sebesar 20.000 hektar (Anonimous, 2007).

Selain dari segi kuantitas, ternyata tembakau Virginia yang dihasilkan dari pulau Lombok mempunyai kualitas yang sangat bagus karena pulau Lombok mempunyai iklim yang sesuai dengan kebutuhan tembakau Virginia (curah hujan yang tidak terlalu tinggi), sehingga mempengaruhi aroma tembakau yang dihasilkan (anonimous, 2004) ditunjang kesuburan tanah yang cukup bagus dengan kandungan basa-basa yang cukup tinggi, tekstur tanah yang berdrainase baik. Secara umum tembakau

Virginia menghendaki tanah yang berdrainase baik sehingga dapat mempertahankan lengas tanah (Suwarso, 1992). Tekstur tanah yang terbaik untuk tembakau pada umumnya adalah lempung berpasir atau pasir berlempung dan subsoil liat berpasir (Hawks dan Collins, 1993)

Tembakau Virginia Lombok merupakan tembakau terbaik ke-4 dunia setelah Amerika Serikat (AS), Brazil dan Zimbabwe (Anonimous, 2007). Permintaan eksportpun banyak berdatangan seperti dari Rusia yang sejak tahun 2003 minta disiapkan 30.000 ton/tahun (Balipost, 2003).

Untuk menjaga agar produktivitas tembakau Virginia di Lombok ini tidak mengalami penurunan atau bahkan kalau mungkin bisa ditingkatkan, perlu dilakukan penelitian-penelitian. Salah satu penelitian yang perlu dilakukan adalah perbaikan teknik budidaya seperti pemakaian varietas yang lebih bagus,

(2)

yang mempunyai produksi tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta mempunyai kualitas yang baik.

Pada saat ini varietas yang banyak ditanam oleh petani tembakau di Lombok adalah varietas C 319 dan hibrida PVH 09. Benih C 319 dihasilkan dari kebun benih sendiri, sedangkan varietas hibrida PVH 09 di import dari perusahaan benih Provigen di Brasil. Selain varietas hibrida PVH 09, perusahaan benih Provigen memproduksi berbagai seri benih hibrida yang lain yaitu: PVH 03, PVH 05, PVH 20, dan PVH 21(Anonimous, 2004).

Sehubungan dengan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pertumbuhan dan produksi beberapa varietas tembakau Virginia di Lombok. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan pertumbuhan dan produksi antara varietas lokal dengan varietas hibrida yang dikeluarkan oleh perusahaan benih Provigen.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan PT Djarum di desa Selusuh kecamatan Kopang Lombok Tengah, pada bulan Mei sampai Oktober 2007. Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu varietas yang disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 ulangan. Varietas-varietas yang dicobakan ada 6 yaitu: PVH 03, PVH 05, PVH 09, PVH 20, PVH 21 dan C 319. sehingga diperoleh 24 plot percobaan yang berukuran 6 x 5 m.

Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam pada tingkat kepercayaan 95%. Perlakuan yang memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata, dilanjutkan dengan uji BNT pada tingkat kepercayaan 95% (Mattjik dan Sumertajaya, 2002).

Penanaman tanaman tembakau dimulai dengan melakukan pembibitan dengan menggunakan sistem semi float. Benih ditanam dalam tray yang telah diisi media organik, kemudian tray direndam dalam air sedalam 2 cm. Pada umur 38 hari bibit dipindahkan ke lapangan yang ditanam di guludan dengan jarak tanam 60 x 115 cm, sehingga dalam satu plot percobaan terdapat 50 tanaman. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada usia 7 hari dan 24 hari setelah tanam. Pupuk yang digunakan pada pemupukan pertama adalah NPK 10:15:19 dengan dosis 39 gram/batang, sedang pada pemupukan ke-2 digunakan pupuk KNO3 dengan dosis 14 gram/batang.

Pengairan dilakukan tiga kali yaitu pada umur 35 hari setelah tanam (saat terjadi

penyerapan unsur hara tertinggi), umur 50 hari setelah tanam (saat tanaman menjelang berbunga dengan maksud untuk mendapatkan pertumbuhan maksimum) dan umur 80 hari setelah tanam (untuk menjamin kualitas daun atas yang akan dipanen)

Selama pertumbuhan tanaman tembakau dilakukan toping yaitu menghilangkan daun pucuk yang ditujukan untuk meningkatkan kulitas daun yang ada di bawahnya. Toping dilakukan pada usia tanaman 48 hari.

Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, indeks luas daun yang diamati pada hari ke 21, 35 dan 68 setelah tanam. Sedangkan parameter produksi yang diamati meliputi: berat basah dan berat kering daun tembakau yang dihasilkan selama musim panen. Selama satu kali musim tanaman tembakau, daun tembakau dipetik sebanyak 6 kali yang dimulai pada umur 55 hari setelah tanam dengan interval pemetikan 8 hari, jadi yang dimaksud berat basah dan berat kering pada penelitian ini adalah merupakan berat basah dan berat kering total selama 6 kali pemetikan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Tanaman

Salah satu ciri dari tanda-tanda fase kehidupan adalah dengan adanya pertumbuhan yaitu penambahan ukuran yang tidak dapat balik, yang mencerminkan pertambahan protoplasma (Harjadi, 1998) sebagai hasil akhir interaksi dari berbagai proses fisiologis (Sabarudin, 1979)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas tanaman tembakau memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun dan indeks luas daun) pada umur 21 dan 35 hari setelah tanam. Sedangkan pada umur 68 hari setelah tanam, varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun dan indeks luas daun pada umur 21, 35 dan 68 hari setelah tanam disajikan pada Table 1-3. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada umur 21 dan 35 tanaman tertinggi terdapat pada varietas PVH 21, sedangkan yang terendah pada varietas C319.

Seperti halnya pada tinggi tanaman, jumlah daun tembakau tertinggi pada umur 21 dan 35 hari setelah tanam terdapat pada varietas PVH 21, sedangkan yang terendah pada varietas C319 (Tabel 2).

(3)

Table 1. Hasil Uji BNT Pengaruh Varietas terhadap Tinggi Tanaman Tembakau (cm) Umur (hari setelah tanam)

Varietas 21 35 68 C319 6.95 a 20.12 a 73.10 a PVH 03 7.25 a 20.80 ab 72.40 a PVH 05 7.60 ab 21.07 b 76.15 a PVH 09 7.60 ab 21.17 b 76.22 a PVH 20 7.95 b 22.28 c 74.40 a PVH 21 8.05 b 22.90 c 78.85 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

Table 2. Hasil Uji BNT Pengaruh Varietas terhadap Jumlah Daun Tanaman Tembakau (lembar) Umur (hari setelah tanam)

Varietas 21 35 68 C319 6.25 a 11.40 a 17.2 a PVH 03 6.25 a 11.80 ab 17.35a PVH 05 7.05 b 11.80 ab 17.30a PVH 09 7.05 b 12.05 b 17.45 PVH 20 7.25 b 12.20 b 17.50 PVH 21 7.55 b 12.95 c 17.00 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

Table 3. Hasil Uji BNT Pengaruh Varietas terhadap Indeks Luas Daun Tanaman Tembakau (cm2)

Umur (hari setelah tanam)

Varietas 21 35 68 C319 26.85 a 318.34 a 4161.99 a PVH 03 27.24 a 351.03 a 4024.87 a PVH 05 40.88 ab 356.38 a 4278.73 a PVH 09 42.12 ab 361.71 a 4665.83 a PVH 20 52.87 b 469.67 b 3904.52 a PVH 21 52.89 b 572.80 c 4273.09 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

Demikian juga halnya Indeks luas daun, terbesar pada umur 21 dan 35 hari setelah tanam pada varietas PVH 21, sedangkan indeks luas daun terendah terdapat pada perlakuan varietas C319 (Tabel 3).

Dari uraian di atas diketahui bahwa pada umur 21 dan 35 hari setelah tanam, pertumbuhan

yang terbaik terdapat pada varietas PVH 21. Hasil uji adaptasi yang dilakukan oleh Balai Perbenihan Tanaman Perkebunan Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Pengelola Tembakau Virginia Lombok bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang, varietas PVH 21 mempunyai

(4)

pertumbuhan (lebar daun) tertinggi dibandingkan dengan varietas yang lain. Disamping itu, varietas PVH 21 juga tahan terhadap penyakit mosaik ketimun, lanas (P. nicotinae) dan mosaik tembakau, moderat tahan terhadap penyakit betook serta sangat rentan terhadap penyakit layu bakteri.

Pertumbuhan tanaman terendah terdapat pada varietas C319 yang merupakan varietas lokal/konvensional, sedangkan ke 5 varietas yang lainnya merupakan varietas hibrida yaitu tipe kultivar yang berupa keturunan langsung dari persilangan antara dua atau lebih populasi pemuliaan. Varietas hibrida dibuat untuk mengambil manfaat dari munculnya kombinasi yang baik dari tetua yang dipakai.

Berdasarkan diskripsi varietas PVH 21, tinggi tanaman mencapai 133.7 ± 6.39 cm, jumlah daun 23.8 ± 0.84 lembar (anonimous, 2004). Hasil pengamatan tinggi tanaman tertinggi pada penelitian ini hanya 78.85 cm, hal ini terjadi karena pada penelitian ini dilakukan toping pada usia 48 hari setelah tanam mengikuti petunjuk dari perusahaan pengelola yang ditujukan untuk mendapatkan kualitas daun tembakau yang baik.

Pada umur 50 hari setelah tanam, tanaman tembakau memasuki vase reproduktif (Davis dan Nielsen, 1999) yang ditandai dengan pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, bunga, buah dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan makanan, akar-akar dan batang yang berdaging (Harjadi, 1998). Disamping itu pada umur 50 hari tanaman tembakau telah mengalami toping (pembuangan pucuk). Kedua hal inilah kemungkinan yang menyebabkan pada umur 68 hari setelah tanam, pertumbuhan tanaman tidak berbeda nyata pada masing-masing varietas yang dicobakan.

Produksi Tanaman Tembakau

Hasil analisis ragam yang dilakukan terhadap data produksi tanaman (berat basah dan berat kering) menunjukkan bahwa varietas yang ditanam (C 319, PVH 03, PVH 05, PVH 09, PVH 20 dan PVH 21) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi tanaman (Tabel 4).

Dari tabel 4 tampak bahwa masing-masing varietas tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat basah dan berat kering daun tembakau. Pengukuran berat basah dan berat kering tanaman dilakukan pada saat panen (saat tanaman sudah memasuki fase reproduktif). Apabila dihubungkan dengan pengamatan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun dan indeks luas daun) nampak bahwa masing-masing varietas yang digunakan dalam percobaan ini pada umur 68 hari juga tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Perbedaan pengaruh hanya terjadi pada pengamatan usia 21 dan 35 hari setelah tanam.

Adanya perbedaan pertumbuhan tanaman pada usia 21 dan 35 hari setelah tanam ternyata tidak mempengaruhi produksi. Pada penelitian ini pengamatan yang dilakukan pada daun hanya meliputi luas dan jumlah daun, sedangkan ketebalan daun tidak diamati. Berat basah maupun berat kering daun tentunya dipengaruhi juga oleh ketebalan daun tembakau yang dihasilkan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahruddin dkk. (2006) bahwa tidak ada beda nyata antara produksi krosok dan indeks mutu pada varietas PVH 20, PVH 21, PVH 50, PVH 51 RGH 04, NC 297 dan NC 102. Perbedaan didapatkan pada pengamatan terhadap indeks tanaman dan ketahanan terhadap beberapa macam penyakit. Varietas terbaik adalah Varietas PVH 20 dan PVH 21.

Table 4. Hail Uji BNT Pengaruh Varietas terhadap Berat Basah dan Berat Kering Daun Tembakau (kg/plot)

Varietas Berat Basah Berat Kering

C319 74.7 a 10.15 a PVH 03 71.7 a 9.98 a PVH 05 74.0 a 10.08 a PVH 09 71.5 a 10.20 a PVH 20 71.7 a 10.05 a PVH 21 76.7 a 11.50 a

(5)

KESIMPULAN

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan: 1. Varietas tanaman (C319, PVH 03, PVH 05,

PVH 09, PVH 20 dan PVH 21) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman (jumlah daun, tinggi tanaman dan indeks luas daun) pada umur 21 dan 35 hari setelah tanam, sedangkan pada umur 68 hari setelah tanam pertumbuhan tidak berbeda nyata.

2. Pertumbuhan tanaman terbaik terdapat pada varietas PVH 21 dan terendah terdapat pada varietas C319.

3. Varietas tanaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi (berat basah dan berat kering daun).

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1997. Tembakau Virginia. Buku 1. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang.

Anonimous, 1997. Tembakau Virginia. Buku 2. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang.

Anonimous, 2004. Hasil Uji Adaptasi Varietas Tembakau Virginia Introduksi di Pulau Lombok. Balai Perbenihan Tanaman Perkebunan Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Pengelola Tembakau Virginia Lombok bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang. Anonimous, 2004. Teknologi Budidaya dan

Pengolahan Tembakau Virginia, Direktorat Tanaman Semusim Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

Anonimous, 2004. Keputusan Menteri Pertanian No. 127/Kpts/SR.120/3/2004 tentang Pelepasan Varietas Tembakau Virginia PVH 03 Sebagai Varietas Unggul. http:// dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/ 828b6c655a82612e4725666100335d9e/f1fd 881ef625565ec7256f200022bf7c?OpenDoc ument, diakses 5 Pebruari 2008

Anonimous, 2006. Potensi Tembakau Virginia di Kabupaten Lombok Timur. Http://regionalinvestment.com/sipid/commo dityarea.php.ia=5203&ic=1355, diakses 5 Pebruari 2008

Anonimous, 2007. Tembakau Virginia Lombok Kualitas Terbaik ke Empat Dunia. Http://nusatenggaranews.com/mod.php?mod =publisher&op=viewarticle&cid=4&artid=1 858, diakses 5 Pebruari 2008.

Bahruddin, S. dkk. 2006. Usulan Pemutihan Tembakau Virginia Varietas Introduksi PVH 20 dan PVH 21. Kerjasama Balai Perbenihan Tanaman Perkebunan Propinsi NTB, Pengelola Tembakau Virginia Lombok dengan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang.

Balipost, 2003. Rusia Pesan 30.000 ton Tembakau Virginia. Http://www.balipost.co.id/balipost

cetak/2003/8/22/nt4.htm, 5 Pebruari 2008 Davis, D.L. and M.T. Nielsen, 1999. Tobacco.

Production, Chemistry and Technology. CORESTA Blackwell Science Ltd. London. Harjadi, S.S., 1998. Pengantar Agronomi. PT

Gramedia, Jakarta.

Hawks, S.N. and W.K. Collinds. 1993. Principle of Cured Tobacco Production. 1st ed.N.C. State University Raleigh, NC. 358p. Mattjik, A.A. dan M. Sumertajaya, 2002.

Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press.

Sabarudin, S., 1979. Physiologi Pohon. Bagian Penelitian Yayasan Pembinaan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Suwarso, 1992. Pemuliaan Tanaman Tembakau Virginia dan Tembakau Asli. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I. PERIPI Komda Jawa Timur. Hal 264-278.

Referensi

Dokumen terkait

ahaan, apabila; 1) Perusahaan merasa perlu untuk mengurangi lini produk, jasa atau pasar. 2) Perusahaan memfokuskan keputusan strateginya pada peningkatan fungsional melalui

beberapa faktor, dan faktor tersebut yang membedakan tingkat pemahaman mahasiswi yang satu dengan yang lainnya. Adapun yang membedakan tinggi rendahnya pengetahuan mereka

Komunikasi yang efektif di tempat kerja adalah hal yang paling penting bagi keberhasilan dan kegagalan sebuah perusahaan. Setiap perusahaan memiliki seperangkat tujuan yang

Adapun peranan dari Institusi Bundo Kanduang, yang juga melalui keterwakilan mereka di BPRN adalah sebagai berikut: Memberikan saran dan pertimbangan kepada

Data hasil analisis penelitian terhadap rata- rata tebal dinding dan diameter lumen arteri koronaria pada tikus putih ( Rattus norvegicus ) jantan setelah pemberian

Penyusunan Tugas Perencanaan Unit Pengolahan Pangan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program Sarjana Strata-1 (S-1), Program Studi Teknologi

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan pendidikan gizi tentang sanitasi hygiene bagi penjual makanan jajanan di lingkungan kampus berdasarkan analisis perilaku