• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Budaya Organisasi merupakan bagian dari Manajemen Sumber Daya Manusia dan Teori Organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia Budaya O rganisasi dilihat diri aspek prilaku, sedangkan Teori organisasi dilihat dari aspek sekelompok individu yang berkerjasama untuk mencapai tujuan, atau organisasi sebagai wadah tempat individu bekerjasama secara rasional dan sistematis untuk mencapai tujuan.. Dalam pekembangannya, pertama kali Budaya Organisasi dikenal di Amerika dan Eropa pada era 1970-an. Salah satu tokohnya : Edward H. Shein seorang Profesor Manajemen dari Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology dan juga seorang Ketua kelompok Studi Organisasi 1972-1981, serta Konsultan Budaya Oraganisasi pada berbagai perusahaan di Amerika dan Eropa. Salah satu karya ilmiahnya : Organizational Culture and Leadership.

Di Indonesia Budaya Organisasi mulai dikenal pada tahun 80 - 90-an, saat banyak dibicarakan tentang konflik budaya, bagaimana mempertahankan Budaya Indonesia serta pembudayaan nilai-nilai baru. Bersamaan dengan itu para akademisi mulai mengkajinya dan memasukkannya ke dalam kurikulum berbagai pendidikan formal dan infomal. Salah satu pakar yang cukup gigih mengembangkan Budaya Organisasi adalah Prof Dr. Taliziduhu Ndraha, seorang pakar Ilmu Pemerintahan.

A. Latar Belakang

Pada era tahun 1970-an, bidang studi budaya organisai telah dikenal di Amerika Serikat dan Eropa. Salah satu tokoh yang mengenalkan budaya organisasi adalah Edward H. Schien.

Sejak tahun 80-an, disaat sektor swasta mendapatkan kesempatan mengembangkan usaha di bidang non migas, kebutuhan akan pembudayaan nilai-nilai baru tetang kewirausahaan dan manajemen baru mulai terasa. Sejak dasawarsa 90-an orang mulai ramai berbicara tentang pembudayaan nilai-nilai baru, konflik budaya, dan bagaimana mempertahankan budaya.

Di Indonesia, budaya organisasi mulai diperkenalkan pada era 1990-an ketika pada saat itu banyak dibicarakan perihal konflik budaya, bagaimana mempertahankan budaya Indonesia serta pembudayaan nilai-nilai baru. Seiring dengan itu baru mulailah budaya organisasi dimasukan dalam kurikulum berbagai program pembelajaran.

Dalam era globalisasi, perusahaan yang berpusat disuatu Negara dapat beroprasi dinegara lain, salah satu yang dapat menjaga eksistensi perusahaan secara berkesinambungan dalam

(2)

persaingan global adalah dimilikinya budaya yang kuat. Dengan budaya yang kuat, perusahaan kecil sampai besar dapat memberikan pelayanan dan menghasilkan produk yang khas atau unik sesuai dengan budaya yang dikembangkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka pada makalah ini penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari budaya organisasi? 2. Apa saja tingkatan-tingkatan budaya organisasi? 3. Apakah Ciri-ciri dari budaya organisasi?

4. Bagaimana peranan atau fungsi budaya organisasi? 5. Apakah aspek-aspek dari budaya organisasi?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan penulis yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengertian budaya organisasi.

2. Tingkatan-tingkatan budaya organisasi. 3. Ciri-ciri dari budaya organisasi.

4. Peranan atau fungsi budaya organisasi. 5. Aspek-aspek budaya organisasi.

(3)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian 1. Budaya

Kita tinjau Pengertian budaya itu sendiri menurut : “The International Encyclopedia of the Social Science” (1972) dapat dilihat menurut dua pendekatan yaitu pendekatan proses (process-pattern theory, culture pattern as basic) didukung oleh Franz Boas (1858-1942) dan Alfred Louis Kroeber (1876-1960). Bisa juga melalui pendekatan structural-fungsional (structural-functional theory, social structure as abasic) yang dikembangkan oleh Bonislaw Mallllinowski (1884-1942) dan Radclife-Brown yang kemudian dari dua pendekatan itu Edward Burnett Tylor (1832-1917 secara luas mendefinisikan budaya sebagai :”…culture or civilization, taken in its wide ethnographic ense, is that complex whole wich includes knowledge,belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a memmmber of society” atau Budaya juga dapat diartikan sebagai : “Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya melalui proses belajar(Koentjaraningrat, 2001: 72 ) sesuai dengan kekhasan etnik, profesi dan kedaerahan”(Danim, 2003:148).

Arti Kata Budaya Secara Etimologis menurut kamus Bahasa Indonesia, kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta “Bodhya” yang berarti akal budi, sinonimnya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris Culture atau Cultuur dalam Bahasa Belanda. Kata Culture sendiri berasal dari bahasa Latin Colere (dengan akar kata “Calo” yang berarti mengerjakan tanah, mengolah tanah atau memelihara ladang dan memelihara hewan ternak.

Arti Kata Budaya Secara Terminologis, budaya adalah suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karya, karsa, pikiran dan adat istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku yang beradab. Dikatakan membudaya bila kontinu.

2. Organisasi

Arti Kata Organisasi Secara Etimologis Tubuh atau alat tubuh, aturan, susunan, perkumpulan dari kelompok tertentu dengan dasar ideologi yang sama.

Arti Kata Organisasi Secara Terminologis, Organisasi adalah kesatuan (Entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relative terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

(4)

perserikatan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan bersama (Organization is the form of every human association for the attainment of common purpose).

Chester L. Barnard Organisasi adalah sebagai sebuah sistem tentang aktivitas kerjasama dua orang atau lebih dari sesuatu yang tidak berwujud dan tidak pandang bulu, yang sebagian besar tentang persoalan silaturahmi (Organization is a system of cooperative activities of two or more person something intangible and impersonal. Largely a matter of relationship).

Dwight Waldo Organisasi adalah sebagai suatu struktur dari kewenangan-kewenangan dan kebiasaan-kebiasaan dalam hubungan antara orang-orang pada suatu sistem administrasi (Organization is the structure of authoritative and habitual personal interrelations in an administrative system),

Prof Dr. Sondang P. Siagian, organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.” dan masih banyak lagi lainnya.

B. Asal muasal budaya organisasi

Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.

Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.

(5)

Pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya, organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan luaran (output) serta bisa juga dilihat sebagai living organism yang memiliki tubuh dan kepribadian, sehingga terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an organization gets sick). Sehingga organisasi dianggap Sebagai suatu output (luaran) memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek fisiologis) dan system budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh anggotanya.

Dari pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai budaya akademis.

(6)

BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengertian Budaya Organisasi

Ada banyak definisi tentang budaya. Salah satu diantaranya Kroeber dan beberapa ahli tentang budaya, yang terkait dengan budaya organisasi :

1. Vijay Sathe, Budaya adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota masyarakat.

2. Edward Burnet, Budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota masyarakat.

3. Terrence Deal and Allan Kennedy, Budaya adalah suatu sistem pewarisan nilai dan bermanfaat yang berinteraksi dengan orang dalam suatu organisasi, striktur organisasi, dan siste kontrol untuk menghasilkan norma perilaku.

Dari definisi tersebut unsur yang terdapat dalam budaya adalah ilmu pengetahuan, kepercayaan , seni, moral, hukum, adat istiadat, prilaku atau kebiasaan, asumsi dasar, sistem nilai, pembelajaran atau pewarisan dan adaptasi eksternal dan integrasi internal serta cara mengatasinya.

Beberapa ahli menyampaikan definisi organisasi sebagai berikut :

1. Chester J. Bernard menyatakan organisasi adalah kerjasama dua orang atau lebih suatu sistem dari aktifitas-aktifitas tau kekuatan-kekuatan perorangan yang di koordinasikan secara sadar.

2. J.R. Schermerhorn menyatakan organisasi adalah kumpulan orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

3. Philips Selznick menyatakan organisasi adalah pengaturan personil guna memudahan pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan melalui alokasi fungsi dan tngung jawab.

Budaya organisasi didefinisikan oleh beberapa ahli antara lain sbb :

1. Petter F. Drucker dalam buku Robert G. Owens budaya organisai adalah pokok peyelesaian terhadap masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannyadilakukan secara konsisten oehsuatu kelompok yang kemudian

(7)

diwariskan kepada anggota baru sebaai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait seperti di atas.

2. Phithi Cithi Amnuai dalam tulisannya „how tu build corporation culture‟ menyatakan budaya organisai adalah seperngkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-aggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal.

Berdasarkan difinisi tersebut budaya organisasi mengandun unsur-unsur sbb :

1. Asumsi dasar : ini berfungsi sebagai pedoman bagi angota maupun kelompok dalam oganisasi untuk berprilaku.

2. Keyakinan yang dianut : keyakinan ini mengandung nilai-niali yang dapat berbentuk slogan atau motto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi atau perusahaan, filosofi usaha, atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha.

3. Pemimpin atau kelompok pencipt dan pengembang budaya organisasi : Budaya organisai perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin organisasi atau kelompok tertentu.

4. Pedoman mengatasi masalah : Terdapat dua masalah pokok yang sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang di anut bersama anggota organisasi.

5. Berbagaai nila (haring of value) : Perlu berbagai nilai terhadap apa yang paling diinginkan atau apa yang paling baik atau berharga bagi seseorang.

6. Pewarisan (learning process) : Asumsi dasar atau keakinan yang di anut perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisai ebagai pedoman untuk bertindak dan berprilaku.

7. Penyesuaian (adaptation) : Anggota kelompok perlu melakukan penyesuaian terhadap peraturan atau norma yang berlaku dalam kelompo atau organisasi tersebut, serta adapasi organisasi terhadap organisasi terhadap perubahan lingkungan.

Dilhat dari analisis itu, budaya organisai merupakan genus dan budaya perusahaan salah satu spesiesnya. Dalam hubungan itu, temuan-temuan kajian budaya perusahaan mungkin tidak seluruhnya berlaku buat budaya organisasi.

1. Budaya Organisasi dan Budaya Perusahaan

(8)

1. Robbins, menyatakan bahwa budaya perusahaan adalah sekumpulan sistem nilai yang diakui dan dibuat oleh semua anggotanya, yang membedakan perusahaan yang satu dengan yang lainnya.

2. J.Scherriton dan J.L Stern menyatakan, budaya perusahaan umumnya terkait dengan lingkungan atau personalitas organiasi dengan segala dimensi masalah yang dihadapi.

3. Deal and Kenedy menyatakan bahwa budaya perusahan adalah nilai inti sebagai esensi falsafah perusahaan untuk mencapai sukses yang didukung semua warga organisasi dan memberikan pemahaman bersama tentang arah bersama dan menjadi pedoman perilaku mereka dari hari ke hari. Factor pembentuk budaya perusahaan adalah lingkungan bisnis, nilai-nilai, pahlawan/pelopor, dan ritual serta jaringan budaya.

Dapat disimpulkan, budaya organisasi dan budaya perusahaan terkait karena keduanya ada kesamaan, meskipun dalam budaya perusahaan terdapat hal-hal khusus seperti gaya manajemen dan system manajemen dan sebgainya, tetapu semuanya masih tetap dalam rangkaian budaya organisasi.

2. Jenis-Jenis Budaya Organisasi

Bourantas et al (1998), dalam kerangka konseptual tentang budaya organisasi, menyatakan bahwa budaya organisasi dapat dibagi menjandi 4, yaitu:

1. Budaya Klub (Zeus)

Organisasi yang mengikuti budaya ini umumnya dibagi dalam fungsi atau lini produk. Gaya manajemen mengarah pada sentralisasi yang kuat.

2. Budaya Peran (Apollo)

Organisasi dengan role culture lebih menempatkan peran (role) jabatan, dan bukan orang sebagai pusat budaya organisasi. Budaya organisasi ini berasumsi bahwa manusia bersifat rasional dan segala sesuatu dapat dianalisis secara logis. Peran atau sekumpulan tugas bersifat tetap dalam organisasi sesuai dengan jabatan, sehingga individu dalam organisasi adalah bagian dari system dan melakukan tugas yang secara bebas dapat diganti sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang harus dilaksanakan.

3. Budaya Tugas (Athena)

Organisasi dengan Talk Culture mengutamakan pengumpulan sumber daya dari berbagai pihak untuk memecahkan masalah.

(9)

Organisasi dengan exixtential culture menganggap keberadaan individu dalam organisasi dimaksudkan untuk membantu organisasi mencapai tujuan organisasi dan keberadaan organisasi dimaksudkan untuk membantu anggota organisasi dalam mencapai tujuan anggota organisasi.

Robert dan Michael membagi budaya organisasi berdasarkan proses informasi sebagai berikut :

1. Budaya Rasional

Dalam kondisi ini, proses informasi individual diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan pencapaian kinerja. Dalam hal ini kinerja yang ingin dicapai adalah : efisiensi, produktivitas, dan keuntungan. Otoritas berada pada pucuk pimpinan, dimana dasar kekuasaan adalah kompetens, pengambilan keputusan dilakukan secara formal dan selalu berorientasi pada sasaran.

2. Budaya ideologis

Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif diasumsikan sebgai sarana bagi tujuan revitalisasi. Kinerja yang ingin dicapai adalah : pertumbuhan, dan perolehan sumber daya dari pihak eksternal. Kekuasaan didasarkan atas nilai-nilai yang disepakati bersama dan pemimpin berorientasi pada pengmabilan keputusan yang memiliki resiko.

3. Budaya Konsensus

Dalam budaya ini, pemrosesan budaya kolektif diasumsikan untuk menjadi sarana bagi tujuan kohesi. Organisasi berusaha memelihara kekompakan kelompok, kinerja didasarkan atas kekuatan moral, otoritas berada pada anggota serta keputusan diambil berdasarkan partisipasi dan kepemimpinan selalu memperhatikan dukungan dari anggota organisasi.

4. Budaya Hierarkis

Dalam budaya ini, pemrosesan informasi formal diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kesinambungan. Organisasi selalu melaksanakan aturan, stabilitas keuangan dijaga secara ketat, keputusan diambil berdasarkan analisis factual, dan kepemimpinan bersifat konservatif serta berhati-hati.

Berdasarkan tujuan organisasi, maka organisasi dapat dikelompokan ke dalam tiga bentuk yang masing-masing membentuk budaya sesuai dengan tujuannya.

1. Budaya Organisasi Perusahaan

Budaya organisasi perusahaan adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna

(10)

mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal dalam organisasi ekonomi-bisnis atau perusahaan.

2. Budaya Organisasi Publik

Budaya organisasi public adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-naggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal dalam organisasi public.

3. Budaya organisasi Sosial

Budaya organisasi social adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal dalam organisasi social.

4. Tingkatan-tingkatan budaya organisasi

Selanjutnya budaya organisasi dapat ditemukan dalam tiga tingkatan, yaitu: 1. Artefak

Pada tingkat ini budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali tidak dapat diartikan, misalnya lingkungan fisik organisasi, teknologi, dan cara berpakaian. Analisis pada tingkat ini cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.

2. Nilai

Nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artefak. Nilai ini sulit diamati secara langsung sehingga untuk menyimpulkannya seringkali diperlukan wawancara dengan anggota organisasi yang mempunyai posisi kunci atau dengan menganalisis kandungan artefak seperti dokumen.

3. Asumsi dasar

Merupakan bagian penting dari budaya organisasi. Pada tingkat ini budaya diterima begitu saja, tidak kasat mata dan tidak disadari. Asumsi ini merupakan reaksi yang bermula dari nilai-nilai yang didukung. Bila asumsi telah diterima maka kesadaran akan menjadi tersisih. Dengan kata lain perbedaan antara asumsi dengan nilai artefak terletak pada apakah nilai-nilai tersebut masih diperdebatkan dan diterima apa adanya atau tidak.

5. Ciri-ciri budaya organisasi

Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:

1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.

(11)

analisis dan perhatian terhadap detail.

3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.

4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.

5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.

6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.

7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.

Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).

(12)

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian di atas, pada bab ini dapat dikemukakan beberapa pokok kesimpulan sebagai berikut:

• Budaya organisasi tidak muncul dengan sendirinya di kalangan anggota organisasi, tetapi perlu dibentuk dan dipelajari karena pada dasarnya budaya perusahaan adalah sekumpulan nilai dan pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama, oleh semua anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

• Budaya organisasi sangat penting peranannya dalam mendukung terciptanya suatu organisasi atau perusahaan yang efektif. Secara lebih spesifik, budaya organisasi dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikutsertaan pribadi dengan perusahaan dan menyajikan pedoman perilaku kerja bagi karyawan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Suparta, Wayan Gede. 2008. Budaya Organisasi Teori Praktis, Kasus dan aplikasi penelitian. Udayana University Press.

Adam Ibrahim Indrawijaya, Teori, Prilaku dan Budaya Organisasi, Refika Aditama, Bandung, 2010

Sondang P Siagian, Filsafat Administrasi, Edisi Revisi cetakan kelima, Bumi Aksara, Jakarta, 2008

Referensi

Dokumen terkait

Angkasa Pura I, maka dengan ini saya bermaksud untuk mengajukan surat lamaran kerja guna dapat menempati posisi sebagai Aviation Security Officer atau Fly

Sehubung dengan hal itu, manusia menjadi condong untuk mencari hal-hal yang bersifat praktis dalam memenuhi kebutuhannya terhadap pasar untuk hiburan masyarakat,

Teknik penerapannya adalah dengan memperoleh data kuantitatif agar dapat memberikan gambaran, selanjutnya berdasarkan data tersebut diolah menjadi suatu informasi untuk

Dengan menggunakan diafragma stetoskop, lakukan auskultasi lapangan paru secara sistemik dan simetris dari apiks ke dasar paru, anak – anak dapat diminta untuk menarik nafas

Berdasarkan temuan penelitian maka peneliti menyarankan pada masyarakat hendaknya lebih peka terhadap kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan mereka,

Berdasarkan hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Baduy memiliki kearifan ekologi dalam mengkonservasi anekaragam benih padi lokal secara in-situ , dan

Hal menarik dari metode probabilistik adalah representasi yang eksplisit dari ketidakpastian dalam kajian stabilitas lereng.Nilai faktor keamanan disain lereng dapat

Data primer pada penelitian ini peneliti dapat melalui wawancara langsung dengan informan.Data primer dalam penelitian ini dipeoleh dari hasil wawancara dengan 14 orang