• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN JAGUNG PRG EVENT T25

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN JAGUNG PRG EVENT T25"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

3 Lampiran 1

RINGKASAN PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN JAGUNG PRG EVENT T25

I. PENDAHULUAN

Jagung PRG event T25 dengan nama dagang LibertyLink® merupakan jagung produk rekayasa genetik dari PT BASF Indonesia yang dikembangkan untuk mengekspresikan sifat toleran terhadap herbisida amonium glufosinat. Jagung PRG event T25 mengandung satu gen sisipan yaitu gen phosphinothricin-N-acetyltransferase (pat) yang menyandikan enzim PAT. Di dalam tanaman, protein ini memodifikasi fosfinotrisin pada herbisida melalui penambahan gugus asetil (proses asetilasi) menjadi fosfinotrisin terasetilasi yang bersifat tidak aktif. Oleh karena itu, Jagung PRG event T25 bersifat toleran terhadap herbisida glufosinat. Menurut ISAAA (2021), Jagung PRG event T25 telah memperoleh sertifikat aman pangan di Amerika Serikat (1995); Kanada (1997); Argentina dan Uni Eropa (1998); Afrika Selatan dan Jepang (2001); Australia, Cina, Selandia Baru, dan Taiwan (2002); Filipina dan Korea Selatan (2003); Brazil, Meksiko, dan Rusia (2007); Kolombia (2012); Malaysia (2013); Singapura (2014); Vietnam (2015); Nigeria (2018). Di Indonesia, Jagung PRG event T25 ini dinyatakan aman pangan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No. HK.02.02.1.5.08.20.333 Tahun 2020 (BPOM, 2021). Dengan demikian, Jagung PRG event T25 telah memperoleh sertifikat aman pangan di 21 negara.

Jagung PRG event T25 telah memperoleh sertifikat aman pakan di 17 negara, yaitu Amerika Serikat (1995); Kanada (1997); Argentina dan Uni Eropa (1998); Afrika Selatan (2001); Cina (2002); Filipina dan Jepang (2003); Korea Selatan (2004); Rusia (2006); Brazil (2007); Kolombia (2011); Malaysia (2013); Singapura (2014); Turki dan Vietnam (2015); Nigeria (2018) (ISAAA, 2021). Jagung PRG event T25 juga telah memperoleh sertifikat aman lingkungan di 6 negara, yaitu Amerika Serikat (1995); Kanada (1996); Argentina dan Uni Eropa (1998); Jepang (2004); Brazil (2007) (ISAAA, 2021).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 36/Permentan/LB.070/8/2016 Tahun 2016 tentang Pengkajian Keamanan Pakan PRG dan Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian No. 466.2/Kpts/OT.210/H/11/2016 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara dan Mekanisme Pengkajian Keamanan Pakan PRG, TTKH PRG Bidang Keamanan Pakan telah melakukan pengkajian keamanan pakan Jagung PRG event T25

(2)

4

berdasarkan informasi genetik dan informasi keamanan pakan sebagaimana diuraikan berikut ini.

II. INFORMASI GENETIK II.1 Elemen Genetik

Jagung PRG event T25 merupakan hasil rekayasa genetik menggunakan plasmid pUC/Ac, mengandung satu kopi gen pat yang diregulasi oleh promotor 35S CaMV dan terminator 35S CaMV (Odell et al., 1985; Sanfaçon et al., 1991). Gen pat memberikan sifat toleran terhadap herbisida amonium glufosinat.

II.2 Sumber Gen Sisipan

Sumber gen sisipan Jagung PRG event T25, yaitu gen pat, berasal dari mikroorganisme tanah Streptomyces viridochromogens (Strauch et al., 1994). Promotor 3S5 dan terminator 35S berasal dari Cauliflower mosaic virus (CaMV) (Odell et al., 1985; Sanfaçon et al., 1991).

Jagung PRG event T25 memiliki sisipan tunggal gen pat yang menyandikan protein PAT, berfungsi mengubah glufosinat (DL-phosphinothricin) menjadi turunan asetilase yang tidak aktif (Freyssinet, 2002). Ketika gen pat diekspresikan, tanaman memiliki sifat toleran terhadap herbisida amonium glufosinat.

II.3 Sistem Transformasi

Jagung PRG event T25 dirakit melalui metode transformasi kultur protoplas dari suspensi sel embriogenik jagung genotipe HE89 (Klonus, 1998a; Mórocz et al., 1990). Plasmid yang digunakan adalah pUC/Ac yang membawa gen pat dengan promotor 35S dan terminator 35S. Sel yang berkembang biak kemudian diseleksi dengan media yang mengandung phosphinothricin (PPT) dan tanaman yang yang tumbuh diregenerasikan sampai dewasa.

II.4 Stabilitas Genetik

Stabilitas genetik gen sisipan diuji melalui analisis terhadap integritas, jumlah salinan, ekspresi, dan pola pewarisan. Pengujian stabilitas dilakukan dengan menerapkan kombinasi metode Southern Blot, ELISA, dan uji segregasi. Hasil analisis Southern Blot menunjukkan bahwa lima generasi secara konsisten mengandung satu salinan utuh gen pat yang terintegrasi pada lokus genom jagung (Klonus, 1998b). Demikian pula, hasil analisis ELISA menunjukkan protein PAT terekspresi secara stabil pada tiga generasi berurutan yang diuji (De Wulf dan De Pestel, 1998). Uji segregasi untuk mengetahui pola pewarisan sifat toleran terhadap amonium glufosinat menunjukkan bahwa seluruh tanaman Jagung PRG event T25 yang mengandung sisipan gen pat menunjukkan toleransi

(3)

5

terhadap herbisida ini. Uji segregasi juga menunjukkan bahwa gen pat ditransmisikan sebagai gen dominan dan diwariskan mengikuti hukum Mendel (Buettcher, 2005), serta tidak mengandung backbone (Klonus, 1998b).

Berdasarkan hasil kajian informasi genetik, dapat disimpulkan bahwa:

1. Jagung PRG event T25 mengandung satu kopi gen sisipan pat yang terintegrasi secara utuh dalam satu lokus genom jagung.

2. Gen sisipan pada Jagung PRG event T25 stabil sampai lima generasi, serta diwariskan mengikuti hukum Mendel.

3. Jagung PRG event T25 tidak mengandung sekuen backbone dari plasmid pUC/Ac.

III. INFORMASI KEAMANAN PAKAN III.1 Kesepadanan Substansial

Tujuan utama pengkajian kesepadanan substansial ini ialah membandingkan komposisi nutrisi Jagung PRG event T25 dengan jagung pembandingnya.

Pengkajian kesepadanan substansial dilakukan terhadap jagung non-PRG, jagung PRG event T25, dan Jagung PRG event T25 yang disemprot glufosinat berdasarkan report No. 01-B009 tentang Nutritional Impact Assessment Report on Glufosinate-Tolerant Field Maize Transformation event T25, Bayer CropScience AG, Bioscience, BioAnalytics, D-65926 Frankfurt, Jerman (Oberdoerfer, 2010).

Sampel biji Jagung PRG event T25 diperoleh dari 15 lokasi tanam di Prancis, Jerman, dan Spanyol pada tahun 1999 dan 2000. Pada tahun 1999 pertanaman dilakukan di Prancis (Le Vienne, Le Maine et Loire, dan Pyrenees-Atlantiques). Sementara itu, pertanaman pada tahun 2000 dilaksanakan di Jerman (Bayern, North Rhine-Westphalia, Sachsen, dan Niedersachsen), Spanyol (masing masing dua lokasi di Valencia dan Andalucia), dan Prancis (masing-masing dua lokasi di L'Indre-et-Loire dan La Haute Garonne) (Oberdoerfer, 2010). Analisis proksimat dan kandungan mineral dilakukan di laboratorium Institut Fresenius sesuai dengan acuan Association of Official Analytical Chemists (AOAC) dan Lebensmittel und Bedarfsgegenstände Gesetz (LMBG). Analisis kandungan vitamin dilaksanakan di laboratorium BLS/VLFS (sesuai prosedur AOAC dan Schweizerisches Lebensmittelbuch [SLMB]), analisis total asam amino, asam amino bebas dilakukan di laboratorium Ansynth (metode SOP Ansynth), sedangkan analisis asam lemak dilaksanakan di laboratorium Institute Fresenius dengan metode DIN EN ISO 5509 (European Committee for Standardization). Khusus untuk vitamin B6 (piridoksin), dilakukan kajian tersendiri (Oberdoerfer, 2009) mengingat analisisnya tidak dilakukan pada studi Oberdoerfer (2010). Sampel biji jagung diperoleh dari lokasi tanam di Union County, South Dakota (2006) dan Newport County, Arkansas (2008). Analisis terhadap vitamin B6

(4)

6

dilakukan di Eorofins Scientific, Inc., 3507 Delaware Avenue, Des Mines, IA 50313, USA. Penilaian komposisi gizi Jagung PRG event T25 dibandingkan dengan dokumen acuan Belitz (1985), OECD (2002), Codex (2005), USCA (1982), dan USDA (2001).

Analisis pada sampel biji jagung meliputi proksimat (air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat, serta serat), asam lemak (asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam palmitoleat, asam stearat, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam arasidat, asam gadoleat, asam bahenat, dan asam lignoserat), asam amino (alanin, arginin, asam aspartat, sistein, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, tirosin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin), vitamin (vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, asam folat, niasin, asam pantotenat, dan vitamin E), mineral (kalsium, fosfor, mangan, tembaga, seng, magnesium, besi, kalium, klorida, dan natrium), dan metabolit sekunder/antinutrisi (asam fitat).

Hasil analisis biji jagung menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada analisis proksimat dan serat antara Jagung PRG event T25 yang tidak disemprot glufosinat dengan jagung non-PRG dan Jagung PRG event T25 yang disemprot glufosinat (Oberdoerfer, 2010). Semua nilai analisis laboratorium berada dalam rentang normal menurut USCA (1982), OECD (2002), Codex (2005), dan USDA (2001).

Hasil analisis asam lemak Jagung PRG event T25 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata dengan jagung pembandingnya (Oberdoerfer, 2010) dan masih dalam kisaran normal menurut OECD (2002).

Hasil analisis menunjukkan bahwa biji Jagung PRG event T25 memiliki komposisi asam amino, vitamin, mineral, oligosakarida, isoflavon, dan metabolit sekunder/zat antinutrisi yang setara dengan jagung pembandingnya, dengan nilai rata-rata berada dalam interval toleransi (Oberdoerfer, 2010) dan masih dalam kisaran normal menurut OECD (2002).

Berdasarkan pengkajian kesepadanan substansial dapat disimpulkan bahwa biji Jagung PRG event T25 sepadan dengan biji jagung pembandingnya.

III.2 Toksisitas

Uji toksisitas dilakukan melalui studi bioinformatika, uji kecernaan in vitro, dan uji toksisitas oral akut.

III.2.1 Studi bioinformatika toksisitas protein PAT

Sekuen asam amino protein PAT dibandingkan dengan protein yang telah diketahui dan terdaftar pada National Institute for Biotechnology Information (NCBI) non-redundant (nr) versi 2016.0206 yang merupakan gabungan basis

(5)

7

data Swiss-Prot, Protein Information Resource (PIR), Protein Research Foundation (PRF), dan Worldwide Protein Data Bank (wwPDB).

Analisis dilakukan dengan menggunakan program FASTA yang berasosiasi dengan BLOSUM50 scoring matrix dengan batas E-value adalah 0,1 untuk membandingkan basis data protein. Selanjutnya, protein dibandingkan dengan basis data toksin BCS 2016 versi 16.1 dengan E-value 10 (Capt, 2016).

Berdasarkan studi bioinformatika disimpulkan bahwa protein PAT menunjukkan tidak mempunyai kesamaan sekuen, baik dengan toksin yang telah diketahui maupun putatif, sehingga tidak ada potensi toksik.

III.2.2 Uji kecernaan in vitro protein PAT

Uji kecernaan in vitro protein PAT melalui Simulated Gastric Fluid (SGF) dan Simulated Intestinal Fluid (SIF) masing-masing berdasarkan study report SA 09408 (Rouquie, 2015) dan SA 09409 (Rascle, 2009). Pengujian dilakukan mengikuti prinsip Good Laboratory Practice (GLP) di Bayer CropScience, 355, rue Dostoïevski, BP 153, 06903 Sophia Antipolis Cedex, Prancis.

Protein PAT dalam bentuk serbuk kering beku dengan kemurnian 87,5% diproduksi pada Escherichia coli dan disuplai oleh BioAnalytics (Bayer CropScience NV, Zwijnaarde, Belgia). Pengujian kecernaan protein PAT dengan metode SGF dengan protokol dari Thomas et al. (2004). Pengujian dilakukan melalui inkubasi dalam larutan SGF yang mengandung pepsin pH 1,2 selama interval waktu 0; 0,5; 2; 5; 10; 20; 30; 60 menit yang dilanjutkan dengan analisis SDS-PAGE dan Western Blot. Sementara, pengujian kecernaan dengan metode SIF dilakukan mengikuti protokol yang dikeluarkan oleh International Life Science Institute (ILSI). Inkubasi dalam larutan SIF yang mengandung pankreatin pada pH 7,5 dilakukan selama interval waktu 0; 0,5; 2; 5; 10; 20; 30; 60 menit yang dilanjutkan dengan analisis SDS-PAGE dan Western Blot.

Hasil uji SGF menunjukkan protein PAT terdegradasi dengan cepat, dalam waktu 0,5 menit, ditandai dengan tidak terlihat adanya pita pada SDS-PAGE. Dari hasil uji SIF, inkubasi protein PAT selama 5 menit, hanya tersisa kurang dari 10%. Protein PAT terdegradasi sempurna dalam 10 menit.

III.2.3 Uji toksisitas oral akut protein PAT

Bahan uji adalah protein PAT, diproduksi pada E. coli dengan kemurnian >99% dalam bentuk kering beku. Pelarut bahan uji adalah larutan PBS + Tween-20 0,05% (pH 7,3) yang juga digunakan sebagai kontrol.

Hewan uji adalah 40 ekor mencit strain C57BL/6J (Charles River Laboratories, Saint Germain sur l’Arbresle, Prancis), terdiri atas 20 ekor masing-masing mencit jantan (bobot badan 17,4–19,3 g) dan mencit betina (14,1–16,0 g), umur 8

(6)

8

minggu. Mencit diaklimatisasi pada kondisi laboratorium selama 8 hari. Mencit dikandangkan secara individual dengan suhu, kelembapan, dan pencahayaan yang dipantau secara otomatis. Kelompok 1 terdiri atas 10 ekor mencit jantan dan 10 ekor mencit betina dan kelompok 2 (sebagai kontrol) terdiri atas 10 ekor mencit jantan dan 10 ekor mencit betina.

Pakan berupa pellet diradiasi bersertifikat A04C-10 dari perusahaan SAFE (Augy, Prancis) dan air minum diberikan secara ad libitum. Sebelum dan sesudah dilakukannya penelitian, mencit dipuasakan selama 1 malam. Setiap kelompok diberi larutan melalui oral gavage (cekok).

Kelompok 1 diberi larutan protein dalam dua dosis, setiap dosis pada 1.000 mg/kg bobot badan dengan interval 3 jam, volume pemberian adalah 20 ml/kg bobot badan untuk setiap dosis. Kelompok 2 diberikan dengan cara yang sama, dengan larutan PBS + Tween-20 0,05% (pH 7,3).

Setelah pemberian dosis terakhir, semua mencit kembali dipuasakan selama 1–2 jam. Pengamatan dilakukan selama 14 hari dan pada hari ke-15 dilakukan nekropsi. Parameter yang diamati ialah gejala klinis 30 menit setelah perlakuan, dilanjutkan dengan pengamatan tiap hari. Sementara, bobot badan ditimbang pada awal dan akhir perlakuan. Pada akhir periode pengujian, semua mencit dibius per inhalasi dengan isofluran dan dilakukan nekropsi. Pemeriksaan makroskopis meliputi rongga dada dan rongga perut jaringan dan organ utama. Tidak ada perubahan makroskopis, baik mencit pada kelompok kontrol maupun yang diberi protein PAT.

Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada kelainan makroskopis sehingga tidak dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Disimpulkan, pemberian protein PAT sebanyak 2.000 mg/kg bobot badan melalui cekok tidak menyebabkan tanda-tanda toksisitas sistemik pada mencit strain C57BL/6J, baik jantan maupun betina. Berdasarkan uji toksisitas oral akut, protein PAT pada Jagung PRG event T25 tidak bersifat toksik (Blanck, 2014).

Berdasarkan uji toksisitas protein PAT pada Jagung PRG event T25 yang dilakukan melalui studi bioinformatika, uji kecernaan protein secara in vitro, dan uji toksisitas oral akut, dapat disimpulkan:

a. Tidak ada kemiripan antara protein PAT dan protein toksin atau toksin putatif (putative toxin).

b. Protein PAT cepat didegradasi, baik dalam SGF maupun SIF. c. Protein PAT tidak bersifat toksik.

III.3 Studi Pakan

Studi pakan bertujuan mengetahui apakah ayam broiler yang memperoleh pakan berbasis Jagung PRG event T25 memberikan respons pertumbuhan sebanding

(7)

9

dengan ayam broiler dengan pakan biji jagung non-PRG pembanding (jagung komersial dan jagung counterpart).

Kajian dilaksanakan di Springborn Smithers Laboratories, Carolina Research Center (CRC), 2900 Quakenbush Road, Snow Camp, NC 27349, USA, dengan mengikuti persyaratan GLP (Japan MAFF, 2000; OECD, 1998; US EPA, 1989). Stafford (2010) melaporkan penelitian selama 42 hari menggunakan ayam broiler Ross#708 (Hoover's Hatchery, Rudd, Iowa, USA) umur 1 hari. Sebanyak 420 ekor ayam (210 ekor jantan dan 210 ekor betina) dibagi untuk tiga perlakuan, yaitu ransum dengan pemberian Jagung PRG event T25 dan jagung non-PRG pembanding (jagung komersial dan jagung counterpart). Tiap-tiap perlakuan ayam dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jenis kelamin, yaitu 10 ekor jantan dan 10 ekor betina masing-masing tujuh ulangan.

Ransum disusun dan disiapkan oleh North American Nutrition Companies, Inc., Lewisburg, Ohio, USA dengan mencampurkan 40% jagung ke dalam ransum. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum selama penelitian.

Parameter yang diamati ialah kesehatan ayam broiler, kematian, pertambahan bobot badan, efisiensi pakan, persentase karkas dan bagiannya (dada, paha, kaki bawah, dan sayap), serta perlemakan di bagian abdominal. Penimbangan bobot badan dilakukan pada awal penelitian, interval 2 minggu, sampai akhir penelitian. Data bobot badan dan konsumsi pakan dievaluasi setiap 2 minggu dan dianalisis dengan menggunakan t-test untuk membandingkan Jagung PRG event T25 dan jagung non-PRG.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan terhadap kematian, pertambahan bobot badan, efisiensi pakan, persentase karkas dan bagiannya, serta perlemakan di bagian abdominal antara kelompok ayam broiler yang diberi pakan Jagung PRG event T25 dan jagung non-PRG.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengkajian tentang informasi genetik, kesepadanan substansial, dan toksisitas, disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Jagung PRG event T25 mengandung satu kopi gen pat yang stabil sampai lima generasi, diwariskan mengikuti hukum Mendel, dan tidak mengandung sekuen backbone plasmid pUC/Ac.

2. Jagung PRG event T25 sepadan secara substansial dengan jagung non-PRG dan tidak bersifat toksik.

3. TTKH PRG Bidang Keamanan Pakan menilai bahwa Jagung PRG event T25 yang diajukan adalah aman untuk dikonsumsi sebagai bahan pakan.

4. Apabila di kemudian hari ditemukan data dan informasi baru yang tidak sesuai dengan data keamanan pakan yang diperoleh hingga saat ini, status keamanan pakan Jagung PRG event T25 perlu dikaji ulang.

(8)

10

5. Apabila setelah ditetapkan aman pakan kemudian Jagung PRG event T25 terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan ternak, pemohon wajib melakukan tindakan pengendalian dan penanggulangan, serta menarik Jagung PRG event T25 dari peredaran.

6. Jagung PRG event T25 tidak boleh dibudidayakan sampai ditetapkan aman lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Belitz, G. 1985. Lehrbuch der Lebensmittelchemie. 2nd ed. Springer Verlag, Berlin. pp. 314–329; 514–535.

Blanck, M. 2014. PAT/pat protein: acute toxicity by oral gavage in mice. Based on the US EPA OCSPP Guideline number 870.1100 adopted in 2002 and on the OECD Test Guideline 420 adopted in 2001. Bayer SAS, Bayer Crop Science, 355 rue Dostoïevski, CS 90153, Valbonne, 06906, Sophia Antipolis Cedex, France.

BPOM. 2021. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor HK.02.02.1.5.08.20.333 tahun 2020 tentang Persetujuan Keamanan Pangan Jagung Produk Rekayasa Genetik (PRG) event T25 (12 Agustus 2020). [Online] Available from: https://standarpangan.pom.go.id/produk-

standardisasi/produk-rekayasa- genetik?resetfilters=0&clearordering=0&clearfilters=0&limitstart7=20#c-pengkajian-pangan-produk-rekayasa-genetik-prg (Accessed 11 Maret 2021).

Buettcher, V. 2005. Description, history and Mendelian inheritance of event T25. Bayer Crop Science SA, Global Regulatory Manager, Corn 16 Rue Jean-Marie Leclair CP106 69266 Lyon, Cedex 09, France.

Capt, A. 2016. PAT/pat protein: amino acid sequence homology search with known allergens and known toxins. Study report number: TXSRS004. Bayer SAS, Bayer Crop Science, 355 rue Dostoïevski, CS 90153, Valbonne, 06906, Sophia Antipolis Cedex, France.

Codex. 2005. Codex Alimentarius. Codex Standard for Named Vegetable Oils. Codex Stan 210 (Amended 2003, 2005). FAO/WHO Food Standards.

De Wulf, A. and De Pestel, K. 1998. Stability of the PAT protein expression over several generations of the glufosinate tolerant corn event T25. Report number: BIO3-005_Express_105. Bayer BioScience NV, BioAnalytics Molecular Characterization, Technologiepark 38, B-9052 Gent, Belgium. Freyssinet, M. 2002. General description of the bacterial gene pat and its gene

product PAT as used for producing plants with gentically-based tolerance to Liberty® herbicide. Bayer Crop Science, 55 Avenue Rene-Cassin, 69009 Lyon, France.

ISAAA. 2021. Summary of regulatory approvals: country, year and type of approval: event name T25. [Online] Available from: https://www.isaaa.org/gmapprovaldatabase/event/default.asp?EventID=1 02 (Accessed 11 Maret 2021).

(9)

11

Japan MAFF. 2000. Notification on good laboratory practices standards for toxicology studies on agriculture, forestry and fisheries (MAFF) in Japan. Ref. no. 11-Nousan-6283 (1 October 1999). Modified notification 12-Nousan-8628 (6 December 2000). Japan Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries.

Klonus, D. 1998a. Generation of maize transformation event T25. Report number: PSR98/016. Hoechst Schering AgrEvo GmbH, Regulatory Affairs, Biotechnologie, D-65926 Frankfurt am Main, Germany.

Klonus, D. 1998b. Genomic characterization of maize transformant T25. Report number: PSR98/029. Hoechst Schering AgrEvo GmbH, Department, D-65926 Frankfurt am Main, Germany.

Mórocz, S., Donn, G., Nemeth, J., and Dudits, D. 1990. An improved system to obtain fertile regenerants via maize protoplasts isolated from a highly embryogenic suspension culture. Theoretical and Applied Genetics, 80:721– 726.

Oberdoerfer, R. 2009. Determination and statistical evaluation of vitamin B6 (Amandment to the nutritional impact assessment report on glufosinate-tolerant field maize transformation event T25 [01 B 009]). Bayer Crop Science AG, Bioscience, BioAnalytics, D-65926 Frankfurt, Germany.

Oberdoerfer, R. 2010. Amandment to nutritional impact assessment report on glufosinate-tolerant field maize transformation event T25 (01 B 009). Comparison of the result obtained by the statistical methods bioequivalence test and t-test. Bayer Crop Science AG, Bioscience, BioAnalytics, D-65926 Frankfurt, Germany.

Odell, J.T., Nagy, F., and Chua, N.H. 1985. Identification of DNA sequences required for activity of the Cauliflower mosaic virus 35S promoter. Nature, 313(6005):810–812.

OECD. 1998. OECD series on principles of good laboratory practice and compliance monitoring. Number 1. As revised in 1997. Environment Directorate Chemicals Group and Management Committee. E NV/MC/CHEM (98) 17. Paris, France. 41 pp.

OECD. 2002. Consensus document on compositional considerations for new varieties of maize (Zea mays): key food and feed nutrients, anti-nutrients and secondary plant metabolites.

Rascle, J.B. 2009. PAT/pat protein in vitro digestibility study in human simulated intestinal fluid. Report of study: SA 09409. Bayer Crop Science, 355 rue Dostoïevski, BP 153, 06903, Sophia Anapolis Cedex, France.

Rouquie, D. 2015. PAT/pat protein in vitro digestibility study in human simulated gastric fluid. Report of study: SA 09408. Bayer Crop Science, 355 rue Dostoïevski, BP 153, 06903, Sophia Anapolis Cedex, France.

Sanfaçon, H., Brodmann, P., and Hohn, T. 1991. A dissection of the Cauliflower mosaic virus polyadenylation signal. Genes & Development, 5(1):141–149. Stafford J., 2010. Broiler chicken feeding study with T25 corn. Study number:

13798.4119. Bayer Crop Science, TX99L040 Springborn Smithers Laboratories (CRC), Bayer AG, Alfred Nobel Str. 50, 40789 Monheim, Germany.

(10)

12

Strauch E., Arnold, W., Alijah, R., Wohlleben, W., Puhler, A., Eckes, P., Donn, G., Uhlmann, E., Hein, F., and Wengenmayer, F. 1994. Phosphinothricin-resistance gene, and its use. United States Patent. Patent number: 5,276,268, patent date: 4 January 1994.

Thomas, K., Aalbers, A., Bannon, G.A., Bartels, M., Dearman, R.J., Esdaile, D.J., Fu, T.J., Glatt, C.M., Hadfield, N., Hatzos, C., Hefle, S.L., Heylings, J.R., Goodman, R.E., Henry, B., Herouet, C., Holsapple, M., Ladics, G.S., Landry, T.D., MacIntosh, S.C., Rice, E.A., Privalle, L.S., Steiner, H.Y., Teshima, R., Van Ree, R., Woolhiser, M., and Zawodny, J. 2004. A multi-laboratory evaluation of a common in vitro pepsin digestion assay protocol used in assessing the safety of novel proteins. Regulatory Toxicology and Pharmacology, 39(2):87–98.

US EPA. 1989. Good laboratory practice standards; final rule (40CFR, Part 160). Federal Insecticide, Fungicide and Rodenticide Act (FIFRA), United States Environment Practice Agency, US Environmental Protection Agency, Washington, D.C., USA.

USCA. 1982. United States-Canadian tables of feed composition. 3rd revision. National Academy Press, Washington D.C., USA.

USDA. 2001. USDA nutritient database for standard reference. Release 13, Nutrient Data Laboratory (http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp). US Department of Agriculture, Agriculture Research Service.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan vektor arah yang dibentuk pada Gambar II.16 dapat diketahui bahwa pada saat surut perbani sedimen bergerak keluar dari sungai ke pesisir perairan Teluk

Hal ini dibuktikan dengan bagaimana impor menjadi pilihan utama yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenui kebutuhan dalam negeri, sepertinya pemerintah enggan untuk mau

Pada tahap prediksi menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dengan arsitektur 12- 12-1 diperoleh nilai MAPE adalah 12,366% dan RMSE adalah 0.113272 yang menunjukkan

Alat pengering dengan memanfaatkan udara panas dari elemen pemanas listrik ini dapat mengurangi penggunaan waktu dan tenaga petani dalam melakukan pengeringan produk-produk

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa kepercayaan Masyarakat Kota Kendari terhadap Informasi Pemilihan Presiden di Grup Facebook SULTRA

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu bahwa keempat variabel (variabel kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek) secara

Subjek uji coba adalah sasaran pemakai produk, yaitu siswa kelas 1 sekolah dasar. Jenis data penelitian ini adalah data kuali- tatif dan data kuantitatif yang dikonversi ke

Kesimpulan yang bisa didapat dari karya ini adalah Big Data yang merupakan kumpulan data yang dimiliki perusahaan dengan jumlah yang sangat besar dan tidak